• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEPERCAYAAN SOSIAL DENGAN PARTISIPASI SOSIAL PADA MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEPERCAYAAN SOSIAL DENGAN PARTISIPASI SOSIAL PADA MAHASISWA"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN KEPERCAYAAN SOSIAL DENGAN PARTISIPASI SOSIAL PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Oleh :

Hasriramadhani Haris

201210230311100

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

i

HUBUNGAN KEPERCAYAAN SOSIAL DENGAN PARTISIPASI SOSIAL PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Hasriramadhani Haris

201210230311100

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Hubungan Kepercayaan Sosial dengan Partisipasi Sosial pada Mahasiswa

2. Nama Peneliti : Hasriramadhani Haris 3. NIM : 201210230311100 4. Fakultas : Pskologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 15 – 25 Desember 2015

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 02 Februari 2016

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Hudaniah, S.Psi., M.Si. ( )

Anggota Penguji : 1. Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si. ( ) 2. Zainul Anwar, S.Psi., M.Psi. ( ) 3. Istiqomah, S.Psi., M.Si. ( )

Pembimbing I

Hudaniah, S.Psi., M.Si.

Pembimbing II

Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si.

Malang, Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Hasiramadhani Haris

Nim : 201210230311100

Fakultas/Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul:

Hubungan Kepercayaan Sosial dengan Partisipasi Sosial pada Mahasiswa

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naska ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, 02 Februari 2016

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si

Yang menyatakan

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunianya yang berlimpah bagi seluruh umat manusia, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian akhirnya yang berjudul “Hubungan Kepercayaan Sosial dengan Partisipasi Sosial pada Mahasiswa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kelulusan sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak lupa pula kita mengirimkan shalawat dan salam kepada junjungan baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah menjadi cahaya untuk menerangi dunia ini.

Dalam menjalankan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam hal apapun, baik itu berupa motivasi, bimbingan dan petunjuk kepada penulis. Untuk itulah pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Hudaniah, S.Psi., M.Si dan Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si, selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta arahan yang sangat berguna hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Muhammad Shohib, S.Psi., M.Si selaku dosen wali yang telah membimbing dan memberikan motivasi penulis dari awal perkuliahan sampai penulisan skripsi ini selesai. 4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak mencurhakan ilmunya kepada

penulis selama perkuliahan.

5. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang telah bersedia menjadi responden penelitian.

6. Ayahanda Drs. H. Haruna dan Ibunda Hj. St. Aisyah, S.Sos yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam menjalankan kehidupan penulis.

7. Kakak-kakak dalam keluarga Haris, dan keponakan saya yang begitu banyak memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Keluarga Laboratorium Psikologi UMM, Ibu Siti Maimunah, Mbak Santi, dan Mbak Navy yang membuat saya terinspirasi untuk menyelesaikan skripsi serta selalu memberikan dorongan dan motivasi selama di laboratorium Psikologi.

9. Rekan-rekan asisten Laboratorium Fakultas Psikologi UMM khususnya Maak Finda, Rurun, Nina, Nada, Risya, Atur, Intan, dan Mirza untuk setiap dukungan, semangat dan bantuan selama penyelesaian skripsi ini.

(6)

iv

11. Miftah, Farah, Tia, Puput, Rima, Elsa, Dea, dan Tama sebagai teman seperjuangan skripsi, yang selalu membantu penulis ketika dalam kebingungan serta memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Rahayu, Cindy, Denok, Zakia, Arin, Quin, dan Imol yang selalu membantu, menghibur dan memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat-Nya atas kontribusi yang telah mereka berikan dan selalu penulis haturkan do’a untuk keselamatan dan kesuksesan bagi kita semua. Penulis menyadari jika dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun dapat diberikan kepada penulis. Walaupun demikian, diharapkan isi dari skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi bagi pembaca.

Malang, 02 Februari 2016

Penulis,

(7)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK ... 1

PENDAHULUAN ... 2

LANDASAN TEORI ... 6

Partisipasi Sosial ... 6

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Sosial ... 7

Kepercayaan Sosial ... 7

Faktor terbentuknya Kepercayaan ... 9

Kepercayaan Sosial dengan Partisipasi Sosial ... 9

Hipotesis ... 11

METODELOGI PENELITIAN ... 11

Rancangan Penelitian ... 11

Subjek Penelitian ... 11

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 11

Prosedur dan Analisa Data Penelitian ... 13

HASIL PENELITIAN ... 14

DISKUSI ... 16

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 20

REFERENSI ... 20

(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian ... 13

Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 13

Tabel 3. Karakteristik Subjek... 14

Tabel 4. Korelasi Kepercayaan Sosial dengan Partisipasi Sosial ... 15

Tabel 5. Kategorisasi Kepercayaan Sosial dan Partisipasi Sosial ... 15

Tabel 6. Kategorisasi Kepercayaan Sosial dan Partisipasi Sosial berdasarkan Usia ... 15

Tabel 7. Kategorisasi Kercayaan Sosial dan Partisipasi Sosial berdasarkan Jenis Kelamin ... 16

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Blue Print Skala Kepercayaan Sosial dan Skala Partisipasi Sosial ... 24

Lampiran 2. Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas Skala Kepercayaan Sosial dan Partisipasi Sosial ... 28

Lampiran 3. Skala Penelitian ... 33

Lampiran 4. Hasil Analisis Data ... 39

Lampiran 5. Uji Asumsi ... 50

(10)

1

HUBUNGAN KEPERCAYAAN SOSIAL DENGAN PARTISIPASI SOSIAL PADA MAHASISWA

Hasriramadhani Haris

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

ramadhani_02@yahoo.co.id

Mahasiswa memiliki kewajiban untuk menjalani aktivitas akademik dalam dunia perkuliahan, namun mahasiswa juga dituntut untuk mengikuti berbagai aktivitas non-akademik, agar mahasiswa dapat mengembangkan hard skill dan soft skill yang dimiliki sehingga mendapatkan hasil yang seimbang antara kedua aktivitas tersebut. Partisipasi sosial merupakan keterlibatan individu yang didalamnya terdapat suatu interaksi dengan orang lain. Salah satu faktor mahasiswa tertarik untuk berpartisipasi sosial yaitu adanya kepercayaan sosial. Kepercayaan sosial merupakan keyakinan pada orang lain atas kejujuran dan integritasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan sosial dengan partisipasi sosial pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang dilakukan pada 359 mahasiswa dengan menggunakan teknik

insidental sampling dan menggunakan instrumen Social Trust Scale dan Social Participation Scale. Teknik analisa data menggunakan korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kepercayaan sosial dengan partisipasi sosial (r = 0,245; p = 0,000 < 0,01). Jadi, semakin tinggi kepercayaan sosialnya, maka semakin tinggi pula partisipasi sosial seorang mahasiswa.

Kata Kunci : Kepercayaan Sosial, Partisipasi Sosial

College students are being responsible for duties to undergo the academical activities in the world lectures, on the other hand college students are also required to participate in non-academic activities, in order to allow students to develop their hard and soft skills so they will be able to balance between the two kind of activities. Social participation is such the individual involvement which there is an interaction with others. One of the factors of college students who interested to do social participation is social trust. Social trust is a kind of belief in others for their honesty and integrity. The purpose of this research is to investigate the relationship between social trust with social participation on college students. This study is correlational quantitative approach research which is conducted to 359 students using incidental sampling technique and the use of instruments Social Trust and Social Participation Scale. Data analysis technique is using product moment correlation. Findings of this research prove that there is a positive and significant correlation between social trust with social participation (r = 0.245; p = 0.000 <0.01). Hence, the higher the social trust, would be the higher the social participation of a college student.

(11)

2

Abad 21 disebut-sebut sebagai zaman dimana semua hal yang berhubungan dengan kehidupan mulai mengalami perubahan. Hal ini juga terjadi dalam hubungan sosial masyarakat. Fenomena ini bukan menjadi hal yang asing di beberapa negara maju seperti Amerika, Singapura dan Jepang. Indonesia, sebagai negara berkembang sekaligus menjadi negara dengan masyarakat terbanyak di Asia Tenggara juga mulai terkontaminasi dengan budaya baru ini. Masyarakat yang hidup beberapa tahun yang lalu tentu akan merasakan banyak sekali perubahan dalam hubungan bermasyarakat. Pada masa ini masyarakat lebih cenderung untuk bergerak secara individual dibanding sosial terutama di kalangan orang dewasa dan remaja, dimana mereka lebih memilih untuk beraktivitas sendiri daripada ikut partisipasi dalam kegiatan sosial. Berdasarkan penelitian pada tahun 2014 bahwa jumlah mahasiswa di Indonesia saat ini terdaftar 4,8 juta orang. Bila dilihat populasi penduduk antara berusia 19-24 tahun, maka angka partisipasinya dalam kegiatan terhitung hanya baru 18,4 persen. Adapun populasi usia antara 19-30 tahun, untuk angka partisipasinya hanya 23 persen (hetanews, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan sosial.

Berdasarkan data survey yang dilakukan di Universitas Muhammadiyah Malang didapatkan bahwa pada tahun 2015 jumlah mahasiswa aktif di Universitas Muhammadiyah Malang terdaftar sebanyak 31.219 orang, dari sekian banyak mahasiswa yang ada di Universitas Muhammadiyah Malang hanya sebagian kecil yang ikut berpartisispasi dalam organisasi kampus maupun kegiatan-kegiatan sosial. Berdasarkan jumlah mahasiswa yang mengikuti organisasi kampus seperti UKM – UKM kampus yang terdaftar + 1500 mahasiswa sedangkan untuk organisasi internal terdaftar + 1000 mahasiswa. Jadi, dapat dilihat bahwa hanya sebagian kecil dari jumlah mahasiswa yang terdaftar di Universitas Muhammadiyah Malang yang mengikuti kegiatan-kegiatan sosial di kampus. Hal inilah yang membuktikan bahwa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang kurang cenderung untuk bergerak secara sosial dengan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang dapat memberikan manfaat untuk dirinya maupun orang lain.

Dalam kehidupan, mahasiswa memiliki aktivitas yang wajib untuk dilaksanakan yaitu menuntut ilmu, sesuai dengan studi yang dipilihnya di Universitas. Selain itu seorang mahasiswa juga dapat mengikuti berbagai macam kegiatan-kegiatan sosial maupun organisasi yang diminatinya seperti organisasi UKM, LSO, dan organisasi kampus internal maupun eksternal, namun pada zaman ini kebanyakan mahasiswa terlihat lebih memilih untuk bergerak secara individualis, yang mana mahasiswa hanya mengikuti aktivitas kuliah saja yang ada di kampus tanpa berminat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang diadakan di dalam kampus ataupun di luar kampus seperti kegiatan UKM, Fakultas maupun Universitas.

(12)

3

kepercayaan dapat dibangun, tetapi tanpa adanya kepercayaan sama sekali kerjasama tidak akan bisa dibangun dalam hubungan sosial.

Menurut Erikson, Allport, Cattell, Rosenberg, (dalam Delhey & Newton 2003) bahwa kepercayaan sosial adalah inti dari sifat kepribadian dalam individu. Hal ini didapatkan dari proses belajar pada anak usia dini, dan cenderung bertahan dalam waktu yang lama. Menurut psikologi sosial, kepercayaan sosial merupakan bagian dari sindrom yang lebih luas dari karakteristik kepribadian yang termasuk optimisme, keyakinan kerjasama, dan keyakinan bahwa individu dapat menyelesaikan perbedaan mereka dan menjalani kehidupan sosial yang memuaskan bersama-sama. Orang dengan karakteristik seperti ini, jika dihadapkan pada situasi yang membutuhkan untuk ikut berpartisipasi maka ia akan bersedia mambantu orang lain secara sukarela dan bersedia bekerjasama dengan mereka, hal inilah yang dapat disebut sebagai partisipasi sosial. Jadi, ketika individu sudah memiliki rasa optimis terhadap lingkungannya maka ia akan berpikirkan positif bahwa orang-orang tersebut tidak akan menjadi ancaman bagi dirinya, karena kepercayaan tumbuh apabila kita sudah memiliki pemikiran positif terhadap orang lain sehingga kita akan sukarela, ikhlas berkontribusi dalam kegiatan yang berkaitan dengan orang lain seperti kegiatan dalam keluarga, organisasi, komunitas, atau masyarakat yang melibatkan untuk berinteraksi dengan orang lain, sebab orang dengan optimis yang dimiliki tidak akan berpikiran negatif terhadap orang lain melainkan selalu mengeluarkan pemikiran positif. Selain itu juga dengan memiliki kepercayaan bekerjasama dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya maka kita akan membangun hubungan sosial yang baik. Namun sebaliknya, individu yang tidak memiliki kepercayaan terhadap orang lain adalah pribadi pembenci, pesimis dan sinis mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi untuk kehidupan sosial dan kerjasamannya (Erikson, Allport, Cattell, Rosenberg, dalam Delhey & Newton 2003). Jadi, ketika kepercayaan terhadap orang lain atau lingkungannya sudah tidak dimilikinya, maka ia akan sulit untuk ikut berkontribusi dalam suatu kegiatan yang berhubungan dengan banyak orang karena di dalam pikirannya ia sudah menanamkan pemikiran negatif terhadap orang lain bahwa orang lain tersebut tidak akan memberikannya manfaat atau akan merugikan dirinya.

(13)

4

Menurut Putnam (2000) hampir semua masyarakat miskin kurang dapat dipercaya daripada masyarakat kaya, hal ini disebabkan karena orang kaya diperlakukan oleh orang lain dengan kejujuran dan rasa hormat yang lebih. Sebaliknya, ketidakpercayaan lebih umum antara orang miskin, orang-orang dengan pendidikan yang buruk, berpenghasilan rendah, status rendah, dan yang mengungkapkan ketidakpuasan dengan hidup mereka. Ketidakpercayaan juga cenderung diungkapkan oleh korban kejahatan dan kekerasan, serta perceraian. Menurut pandangan ini, kepercayaan sosial adalah hasil dari pengalaman hidup orang dewasa. Mereka yang telah diperlakukan dengan baik dan murah hati cenderung lebih sering percaya pada yang lain dari pada mereka yang menderita kemiskinan, pengangguran, diskriminasi, eksploitasi, dan pengucilan sosial. Inglehart (1999) dan Putnam (2000) menekankan hubungan yang erat antara kepercayaan sosial, kebahagiaan, dan kesejahteraan.

Berdasarkan hasil survey Pew Research Center terhadap 2000 respoden dengan menggunakan tiga pertanyaan yang dapat mengukur tingkat kepercayaan sosial seseorang didapatkan bahwa untuk pertanyaan pertama “secara umum Anda akan mengatakan bahwa sebagian besar orang dapat dipercaya atau tidak bisa terlalu berhati-hati ketika berurusan dengan orang lain.” Dari pertanyaan tersebut 45% dari responden mengatakan kebanyakan orang dapat dipercaya, dan 50% orang tidak bisa berhati-hati ketika berurusan dengan orang lain. Untuk pertanyaan kedua, “apakah Anda berpikir kebanyakan orang akan mencoba mengambil keuntungan dari Anda jika mereka mendapatkan kesempatan atau mereka akan mencoba untuk bersikap adil?”. Dari pertanyaan tersebut 59% dari responden mengatakan bahwa kebanyakan orang mencoba untuk bersikap adil. Sedangkan untuk pertanyaan yang terakhir yaitu “apakah Anda mengatakan bahwa sebagian besar orang mencoba untuk membantu atau sebagian besar mereka hanya melihat dirinya sendiri?” 57% responden mengatakan bahwa kebanyakan orang mencoba untuk membantu. Dapat disimpulkan berdasarkan hasil survey ini bahwa dari 2000 responden terdata meraka yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi hanya 35%, yang sedang 22%, dan yang rendah 38% (Taylor, Funk & Clark, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa dari 2000 responden terlihat memiliki tingkat kepercayaan sosial yang cenderung rendah, hal tersebut dapat disebebkan berdasarkan faktor seperti warna kulit, usia, status pernikahan, hasil pendapatan, jenis kelamin dan tempat tinggal yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan sosialnya terhadap orang lain maupun lingkungannya.

Pandangan atau pendapat yang lama juga mengatakan bahwa sebuah masyarakat yang dikenal dengan banyak organisasi atau asosiasi sukarelawan lebih menghasilkan kepercayaan sosial yang tinggi pada masyarakat (Putnam 2000). Kita belajar untuk berpartisipasi dengan cara berpartisipasi di reguler dan berinteraksi dengan orang lain pada kegiatan sukarela dengan kebiasaan dari hati atas kepercayaan, kerjasama, empati pada orang lain dan memahami ketertarikan publik dan kesamaan yang bagus (Bellah et al,1985). Bentuk partisipasi yang paling penting dari sudut pandang ini adalah yang langsung bertatap muka dan keterlibatan berkelanjutan dalam organisasi sukarela, komunitas maupun di masyarakat.

(14)

5

Dalam penelitian yang dilakukan Reza (2013) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan, tempat tinggal, status perkawinan, usia, partisipasi dalam organisasi mahasiswa dan asosiasi mahasiswa dengan kepercayaan sosial mahasiswa Islam Azad University of Khomeini Shahr. Namun hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pada variabel kepercayaan sosial dengan keyakinan agama di antara mahasiswa, pendapatan bulanan: dimana semakin bertambah pendapatan bulanan mahasiswa, maka akan meningkatkan tingkat kepercayaan sosialnya, dan yang terakhir jenis kelamin: yang mana tingkat kepercayaan sosial pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Sedangkan dalam penelitian Ghoreishi dan Sedaghat (dalam Reza, 2013) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel seperti kewarganegaraan, partisipasi sosial, ekonomi-sosial, kemiskinan budaya, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, umur, pekerjaan dengan kepercayaan sosial. Salah satu variabel yang berhubungan dengan kepercayaan sosial ialah partisispasi sosial. Partisipasi sosial merupakan jenis partisipasi sukarela dengan aktif sebagai anggota di dalam suatu kelompok (Hely, dalam Musai M dkk 2014). Konsep utama partisispasi sosial didasarkan pada asumsi bahwa pada dasarnya partisipasi sosial memerlukan suatu kontak sosial, serta menunjukkan kontribusi sumber daya yang diberikan kepada masyarakat dan menerima sumber daya dari masyarakat (Levasseur, 2008). Oleh karena itu, partisipasi sosial merupakan hubungan timbal balik antara satu orang dan yang lain dengan mengikutsertakan dirinya secara sukarela dalam suatu kelompok-kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan tersebut. Jadi, kepercayaan sosial merupakan hal terpenting untuk setiap individu terutama pada mahasiswa agar bisa berpartisipasi sosial dengan orang lain. Selain itu juga, dalam penelitian Musai M dkk (2014) yang dilakukan di 22 daerah kota Taheran menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara kepercayaan sosial dengan partisipasi sosial. Dimana Partisipasi sosial akan memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat bagi individu, yang mana dengan melakukan partisipasi sosial seseorang akan dapat meningkatkan kepercayaan sosialnya. Selain itu, penelitian lain juga mengemukakan bahwa menjadi relawan akan meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penurunan depresi (Thoits & Hweit, 2001; Li & Ferraro, 2005), karena menjadi seoramg relawan termasuk salah satu bentuk partisipasi dalam masyarakat. Dalam teori aktifitas menyatakan bahwa untuk orang dewasa lanjut, semakin mereka sering terlibat di dalam sebuah aktifitas sosial, maka akan semakin besar kemungkinan bagi mereka untuk bahagia dan puas terhadap kehidupannya (Santrock, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi sosial dapat dilakukan untuk semua kalangan, baik kalangan remaja, mahasiswa, maupun lansia karena dengan berpartisipasi dalam kegiatan sosial mereka dapat merasakan hal yang berbeda dalam dirinya seperti kepercayaan pada lingkungannya semakin meningkat, kesejahteraan psikologisnya meningkat, penurunan depresi meningkat, dan merasakan kebahagiaan.

(15)

6

penelitian dengan judul “Hubungan Kecepercayaan Sosial dengan Partisipasi Sosial pada Mahasiswa” dengan melihat fenomena yang terjadi bahwa kurangnya minat mahasiswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan sosial yang ada di kampus ataupun di lingkungan sekitarnya.

Partisipasi Sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat, melakukan partisipasi merupakan kewajiban dan hak bagi semua orang. Ada 5 konsep dalam berpartisipasi yang penting untuk di ketahui yaitu individu yang terlibat didalam partisipasi sosial (who), keterlibatan dalam suatu aktifitas (how), ketersediaan interaksi (what), interaksi dengan orang lain (whom), dan interaksi di masyarakat atau komunitas (where) (Levasseur, dalam Piskur dkk, 2013). Sebelumnya partisipasi dalam suatu kelompok adalah cara yang aktif dan melakukan kegiatan social yang kemudian menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu (Bairro, dalam Musai M dkk 2014).

Partisipasi itu sendiri terdiri dari beberapa jenis yakni partisipasi politik, partisipasi masyarakat serta partisipasi sosial. Dalam hal ini partisipasi sosial merupakan jenis partisipasi sukarela dengan aktif sebagai anggota di dalam suatu kelompok-kelompok (Hely, dalam Musai M dkk 2014). Dalam partisipasi sosial memiliki 6 level yaitu (1) mempersiapkan aktifitas yang akan dilakukan dengan orang lain, (2) dikelilingi oleh orang lain, (3) berinteraksi dengan orang lain tanpa adanya kontak fisik (meningkat pada interaksi media), (4) melakukan aktifitas dengan orang lain, (5) Menolong orang lain, (6) berkontribusi dalam komunitas (Levasseur, dalam Piskur dkk, 2013). Jadi, partisipasi sosial ini dapat dimulai dari keterlibatannya dalam kelompok kecil seperti berkumpul dengan keluarga, kerabat kemudian meluas sampai terlibat dalam kelompok besar seperti komunitas dan organisasi – organisasi yang ada di masyarakat.

Secara keseluruhan, konsep utama partisispasi sosial didasarkan pada asumsi bahwa pada dasarnya partisipasi sosial memerlukan suatu kontak sosial, serta menunjukkan kontribusi sumber daya yang diberikan kepada masyarakat dan menerima sumber daya dari masyarakat (Levasseur, 2008). Jadi dapat disimpulkan bahwa partisipasi sosial merupakan hubungan timbal balik antara satu orang dan yang lain dengan mengikutsertakan dirinya secara sukarela dalam suatu kelompok-kelompok sosial dengan mengambil bagian dalam kegiatan tersebut.

Menurut Cicognani (2008) bahwa partisipasi sosial sering dijadikan sebagai sarana untuk melakukan pembebasan, pemberdayaan dan pergerakan sosial. Sehingga partisipasi sosial merupakan suatu keterlibatan individu yang didalamnya terdapat suatu interaksi dengan orang lain yang dapat dimulai dari kelompok kecil sampai kelompok besar. Hal tersebut dapat mempengaruhi keterlibatan individu dalam suatu kegiatan kelompok yang bermula dari kelompok kecil (teman atau kerabat, keluarga), kemudian meluas pada kelompok besar (masyarakat). Oleh sebab itu, partisipasi sosial diyakini memiliki unsur-unsur yang memberikan kesenangan dalam kehidupan seseorang karena dengan ikutserta dalam kegiatan sosial mereka akan membangun hubungan sosial yang baik dengan orang lain.

(16)

7

ada di lingkungan sekitar; (3) olahraga atau kegiatan fisik dengan orang lain; (4) kegiatan rekreasi bersama orang lain, hobi dan melakukan permainan. Kemudian untuk kegiatan partisipasi sosial yang dapat dilakukan dalam frekuensi bulanan yaitu (1) kegiatan yang dilakukan bersama orang lain yang berkaitan dengan pendidikan dan budaya; (2) kegiatan klub pelayanan kesehatan; (3) kegiatan di lingkungan, komunitas, atau asosiasi professional, (4) kegiatan sukarelawan dan kegiatan amal.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Sosial

Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang terlibat dalam partisipasi sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat. Faktor tersebut dapat menjadi sebuah pendukung dari keberhasilan suatu organisasi dan sebaliknya juga dapat menghambat dari suatu organisasi tersebut. Menurut Angell (dalam Ross, 1967) partisipasi sosial yang berkembang di lingkungan masyarakat dipengaruhi beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi partisipasi sosial, diantaranya yaitu:

1. Usia. Faktor usia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam terlibat pada suatu kegiatan masyarakat yang ada dilingkungannya. Mereka yang memiliki usia menengah keatas cenderung lebih banyak mengikuti partisipasi sosial daripada mereka yang memiliki usia lainnya. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki keterikatan moral pada suatu norma masyarakat yang lebih mantap;

2. Jenis Kelamin. Nilai kultur yang ada menganggap bahwa perempuan tempatnya berada di dapur bukan diluar rumah. Namun, dengan adanya emansipasi yang telah ada membuat peranan perempuan saat ini telah bergeser. Sehingga jenis kelamin ini juga mempengaruhi dari partisipasi sosial;

3. Pendidikan. Terdapat beberapa hal yang menjadikan pendidikan merupakan syarat mutak dalam berpartisipasi sosial. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

4. Pekerjaan dan Penghasilan. Pekerjaan dengan penghasilan baik akan mendorong seseorang untuk berpartisipasi sosial dalam kegiatan masyarakat yang ada di lingkungannya. Sehingga untuk berpartisipasi sosial dalam kegiatan masyarakat, maka harus didukung dengan perekonomian yang baik pula;

5. Lamanya Tinggal. Lamanya seseorang yang tinggal dalam lingkungannya dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut maka akan berpengaruh pada partisipasi sosial yang dimiliki oleh setiap individu tersebut. Semakin lama individu tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

Kepercayaan Sosial

(17)

8

Erikson, Allport, Cattell, Rosenberg, (dalam Delhey & Newton 2003) menjelaskan bahwa kepercayaan sosial adalah inti dari sifat kepribadian dalam individu. Hal ini didapatkan dari proses belajar pada anak usia dini, dan cenderung bertahan dalam waktu yang lama. Menurut psikologi sosial, kepercayaan sosial merupakan bagian dari sindrom yang lebih luas dari karakteristik kepribadian yang termasuk optimisme, keyakinan kerjasama, dan keyakinan bahwa individu dapat menyelesaikan perbedaan mereka dan menjalani kehidupan sosial yang memuaskan bersama-sama. Pendekatan untuk kepercayaan sosial telah dikembangkan oleh Eric Uslaner (dalam Delhey & Newton, 2003), yang berpendapat bahwa kita belajar kepercayaan awal kehidupan dari orang tua kita. Dia juga menyimpulkan bahwa kepercayaan sosial tidak tergantung pada pengalaman timbal balik. Untuk memperkuat titik tentang asal-usul psikologi sosial terkait dengan kepercayaan, Uslaner berpendapat bahwa hal itu didasarkan pada dua karakteristik kepribadian inti lainnya: optimisme dan kapasitas untuk menguasai dunia, atau setidaknya kehidupan sendiri. Pada intinya, kepercayaan lebih erat terkait dengan tipe kepribadian individu dan perasaan subjektif. Teori dasar dalam kepercayaan sosial adalah bahwa semua kepercayaan membawa risiko. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan sosial merupakan suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa pada umumnya kebanyakan orang dapat dipercaya atas kejujuran dan integritasnya.

Dalam menjalankan suatu kegiatan sosial di lingkungan diperlukan adanya kepercayaan. Menurut Pretty & Ward (2001), terdapat dua macam kepercayaan yaitu: kepercayaan terhadap individu yang dikenalnya dan kepercayaan terhadap orang yang tidak dikenal, namun akan meningkat kerena kenyamanan dalam pengetahuan struktur sosial. Saling percaya terdapat yang lain dalam sebuh komunitas memiliki harapan yang lebih untuk dapat berpartisipasi dalam memecahkan permasalahan lingkungan. Sebagaimana Deutch (dalam Isna, 2012) menjelaskan bahwa ada empat elemen yang diajukan untuk memahami apa yang dimaksud dengan kepercayaan, yakni; (1) Berada dalam situasi memilih untuk percaya pada orang lain, dan hal ini dapat membawa dampak pada konsekuensi yang menguntungkan atau menyakitkan. Maka kita harus menyadari untuk percaya pada orang lain tersebut mengandung suatu resiko; (2) Menyadari apapun konsekuensinya adalah bergantung pada tindakan orang lain; (3) Menduga akan lebih merasa menderita saat mendapat konsekuensi yang menyakitkan dibandingkan jika mendapatkan hasil yang menguntungkan; (4) Biasanya yakin jika orang lain bersikap atau berperilaku tertentu maka kita akan mendapatkan konsekuensi yang menyenangkan.

(18)

9

mereka berpikir bahwa orang-orang seperti dirinya bisa dipercaya. Menurut Pretty & Ward (2001), terdapat dua macam kepercayaan yaitu: kepercayaan terhadap individu yang dikenalnya dan kepercayaan terhadap orang yang tidak dikenal, namun akan meningkat kerena kenyamanan dalam pengetahuan struktur sosial.

Faktor terbentuknya Kepercayaan

Beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan individu dalam mengembangkan harapannya kepada orang lain bergantung pada faktor-faktor dibawah ini (Lewicki, dalam Deutsch, Coleman & Marcus, 2006) yaitu:

1. Predisposisi kepribadian. Deutsch (dalam Deutsch, Coleman & Marcus, 2006) menunjukkan bahwa setiap individu memiliki predisposisi yang berbeda untuk percaya kepada orang lain. Semakin tinggi tingkat predisposisi individu terhadap kepercayaan, semakin besar pula harapan untuk dapat mempercayai orang lain.

2. Reputasi dan stereotype. Meskipun individu tidak memiliki pengalaman yang langsung dengan orang lain, namun harapannya dapat terbentuk melalui apa yang dipelajari dari teman ataupun dari apa yang telah didengarkannya. Reputasi orang lain biasanya membentuk harapan yang kuat yang membawa individu untuk melihat elemen untuk kepercayaan dan ketidakpercayaan serta membawa pada pendekatan pada hubungan untuk saling percaya.

3. Pengalaman aktual. Pada kebanyakan orang, individu membangun faset dari pengalaman untuk berbicara, bekerja, berkoordinasi dan berkomunikasi. Beberapa dari faset tersebut sangat kuat di dalam kepercayaan, dan sebagian kuat di dalam ketidakpercayaan. Sepanjang berjalannya waktu, baik elemen kepercayaan maupun ketidakpercayaan memulai untuk mendominasi pengalaman untuk menstabilkan dan secara mudah mendefinisikan sebuah hubungan. Ketika polanya sudah stabil, individu cenderung untuk mengeneralisasikan sebuah hubungan dan menggambarkan dengan tinggi atau rendah kepercayaan atau ketidakpercayaan.

4. Orientasi psikologis. Deutsch (dalam Deutsch, Coleman & Marcus, 2006) menyatakan bahwa individu membangun dan mempertahankan hubungan sosial berdasarkan orientasi psikologisnya. Orientasi ini dipengaruhi oleh hubungan yang terbentuk dan sebaliknya. Dalam artian, agar orientasinya tetap konsisten maka individu akan mencari hubungan yang sesuai dengan jiwa mereka. Membangun kepercayaan pada orang lain merupakan hal yang tidak mudah. Itu tergantung pada perilaku kita dan kemampuan orang lain untuk kepercayaan dalam mengambil resiko.

Kepercayaan Sosial dengan Partisipasi Sosial

(19)

10

Menurut Gilmour (2012) bentuk partisipasi sosial dapat dipahami melalui keterlibatan dalam mengikuti kegiatan sosial diantaranya kegiatan keluarga/pertemanan di lingkungan rumah, kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan sekitar bersama orang lain, kegiatan olahraga/aktifitas bersama orang lain, kegiatan rekreasi dan hobbi bersama orang lain, mengikuti kegiatan klub pelayanan kesehatan bersama orang lain, mengikuti kegiatan di lingkungan bersama orang lain, mengikuti komunitas atau asosiasi profesional, mengikuti kegiatan amal dan sukarelawan yang ada di lingkungan bersama orang lain.

Berdasarkan penjelasan diatas, individu yang memiliki kepercayaan sosial terhadap lembaga, orang asing maupun orang yang dikenalnya maka mereka ingin terlibat langsung dengan orang lain karena mereka yakin bahwa orang lain tersebut dapat dipercaya atas kejujuran dan integritas yang dimilikinya. Keterlibatan individu dapat dilihat melalui kegiatan-kegiatan yang diikuti seperti kegiatan di luar rumah bersama keluarga atau teman, kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan di luar rumah bersama orang lain, kegiatan olahraga dan aktifitas fisik diluar rumah bersama orang lain, kegiatan rekreasi dan hobbi bersama orang lain. Selain itu, kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan, kegiatan komunitas/organisasi di lingkungan sekitar, kegiatan amal serta sukarelawan di lingkungannya.

Dari hubungan kedua variabel tersebut, memiliki kepercayaan sosial terhadap lingkungan dianggap perlu untuk meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan sosial, karena dengan individu memiliki kepercayaan sosial terhadap lingkungannya maka individu tersebut akan mau terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berhubungan dengan banyak orang karena mereka yakin bahwa orang-orang yang terlibat dengannya dapat dipercaya atas kejujuran dan integritasnya yang baik.

Menurut Lewicki (dalam Deutsch, Coleman & Marcus, 2006) meyebutkan terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan individu dalam mengembangkan harapannya kepada orang lain diantaranya predisposisi kepribadian, reputasi dan stereotype, pengalaman aktual, dan orientasi psikologis. Predisposisi kepribadian dapat dijelaskan bahwa setiap individu memiliki predisposisi yang berbeda untuk percaya kepada orang lain, jadi semakin tinggi tingkat predisposisi individu terhadap kepercayaan maka semakin besar pula harapan untuk dapat mempercayai orang lain. Reputasi dan stereotype dapat dijelaskan bahwa meskipun individu tidak memiliki pengalaman yang langsung dengan orang lain, namun harapannya dapat terbentuk melalui apa yang dipelajari dari teman ataupun dari apa yang telah didengarkannya. Reputasi orang lain biasanya membentuk harapan yang kuat yang membawa individu untuk melihat elemen untuk kepercayaan dan ketidakpercayaan serta membawa pada pendekatan pada hubungan untuk saling percaya. Pengalaman aktual dapat dijelaskan bahwa setiap individu pasti mengalami pengalaman tersebut, dan pengalaman aktualnya ini terbentuk melalui bekerja, berkoordinasi, dan berkomunikasi. Pengalaman tersebut sangat kuat mempengaruhi kepercayaan dan ketidakpercayaan individu terhadap orang lain. Orientasi psikologis dapat dijelaskan bahwa setiap individu membangun dan mempertahankan hubungan sosial berdasarkan orientasi psikologisnya. Orientasi ini dipengaruhi oleh hubungan yang terbentuk dan sebaliknya. Dalam artian, agar orientasinya tetap konsisten maka individu akan mencari hubungan yang sesuai dengan jiwa mereka.

(20)

11

mana didapatkan dari proses belajar pada usia dini. Karena mereka memiliki kepercayaan sosial maka mereka ingin terlibat dalam kegiatan sosial bersama orang lain. Pengalaman, pengalaman itu sendiri merupakan faktor didalam diri yang dirasakan setiap individu yang sangat kuat kaitannya di dalam kepercayaan/ketidakpercayaan sehingga melalui pengalaman yang dialami baik secara langusng maupun tidak dapat mempengaruhi keinginan individu dalam berpartisipasi sosial. Selain itu, orientasi psikologis juga dapat mempengaruhi partisipasi individu. Deutsch (dalam Deutsch, Coleman & Marcus, 2006) menyatakan bahwa individu membangun dan mempertahankan hubungan sosial berdasarkan orientasi psikologisnya. Dimana inidividu tersebut mencari hubungan yang sesuai dengan jiwanya sehingga dapat memunculkan kepercayaannya pada orang lain. Karena individu tersebut percaya pada orang lain sehingga mereka ingin terlibat dalam kegiatan sosial.

Hipotesis

Ada hubungan (korelasi) positif antara kepercayaan sosial dengan partisipasi sosial pada mahasiswa. Semakin tinggi kepercayaan sosialnya, maka semakin tinggi pula partisipasi sosial seorang mahasiswa.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional karena peneliti ingin meneliti korelasi antara kedua variabel pada data yang telah dikumpulkan yaitu kepercayaan sosial sebagai variable bebas dan partisipasi sosial sebagai variabel terikat (Prasetyo, 2013).

Subjek Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, karena dalam melakukan penelitian tentu ada subjek penelitian yang dijadikan sumber untuk menggali data. Adapun subjek penelitian ini adalah Mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Malang yang berusia 18-24 tahun. Menurut Hurlock (1980), rentangan usia dewasa awal yaitu 18/40 tahun. Penentuan subjek yang peneliti lakukan dengan jumlah populasi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yaitu + 30.000 mahasiswa, dengan taraf kesalahan 5% yaitu 359 subjek (Sugiyono, 2014).

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik insidental sampling, dimana anggota sampel adalah siapa saja yang kebetulan dijumpai peneliti saat mengadakan penelitian, yang sesuai sebagai sumber data atau subjek penelitian. Namun kelemahan dari teknik insidental sampling ialah jumlah sampel kurang representatif karena tergantung hanya pada anggota sampel yang ada pada saat itu (Sugiyono, 2014).

Variabel dan Instrumen Penelitian

(21)

12

dalam penelitian ini adalah kepercayaan sosial. Kepercayaan sosial adalah harapan dan keyakinan orang lain pada kejujuran, integritas dan dapat dipercaya sehingga memunculkan hubungan sosial yang baik. Kepercayaan sosial dapat dilihat berdasarkan kepercayaan pada lembaga dan orang lain. Orang lain tersebut dibagi menjadi dua macam yaitu terhadap individu yang dikenalnya dan orang yang tidak dikenal.

Dalam penelitian ini partisipasi sosial diukur berdasarkan partisipasi dalam kegiatan sosial yang dikategorikan ke beberapa jenis aktivitas yang berbeda. Alat ukur partisipasi sosial ini berupa skala yang disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada teori dari Gilmour (2012) yang terdiri dari 7 jenis kegiatan, yaitu kegiatan yang dilakukan diluar rumah, kegiatan keagamaan, kegiatan olahraga atau aktivitas fisik, kegiatan rekreasi, kegiatan pelayanan kesehatan, kegiatan pelayanan kesehatan, kegiatan di lingkungan sekitar/asosiasi profesional, dan kegiatan sukarela atau volunteer. Teori Gilmour ini sebenarnya memiliki 8 jenis kegiatan, tetapi karena salah satu jenis kegiatannya yaitu budaya dan pendidikan tidak sesuai konteks penelitian di Indonesia maka jenis kegiatan tersebut tidak digunakan dalam skala ini. Skala tersebut bernama Social Participation Scale (SPS) yang terdiri dari 19 item.

Alat ukur ini menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam skala ini juga dibutuhkan indikator sebagai tolak ukur dalam pembuatan item-item. Jawaban dari setiap item mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2014). Alat ukur ini memiliki 5 variasi respon, yaitu dimulai dengan SS (sangat sering), S (sering), CS (cukup sering), J (jarang), dan TP (tidak pernah). Alat ukur ini juga terdiri dari item favorable dan unfavorable. Item favorable akan mendapat skor 5 jika menjawab pilihan SS yaitu sangat sering, skor 4 jika menjawab pilihan dengan S yaitu sering dan begitu seterusnya. Sedangkan item unfavorable merupakan kebalikan dari item favorable, yaitu akan mendapat skor 5 jika menjawab pilihan TP (tidak pernah), skor 4 jika menjawab pilihan J (jarang) dan begitu seterusnya.

Sedangkan kepercayaan sosial dalam penelitian ini diukur berdasarkan tiga objek dalam kepercayaan yang di ilhami oleh Naef & Schupp (2009) yaitu kepercayaan pada lembaga, kepercayaan pada orang asing dan kepercayaan pada orang dikenal. Dalam penelitian eksperimennya, Naef & Schupp menggunakan skala kepercayaan sosial survey sehingga menghasilkan tiga objek tersebut yang dapat digunakan untuk mengukur kepercayaan sosial. Alat ukur kepercayaan sosial ini berupa skala yang disusun oleh peneliti. Skala tersebut bernama Social Trust Scale (STS) yang terdiri dari 17 item. Alat ukur ini menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam skala ini juga dibutuhkan dimensi sebagai tolak ukur dalam pembuatan item-item. Jawaban dari setiap item mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2014). Alat ukur ini memiliki 5 variasi respon, yaitu dimulai dengan SS (sangat setuju), S (setuju), KD (kadang-kadang), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Alat ukur ini juga terdiri dari item favorable dan

unfavorable. Item favorable akan mendapat skor 5 jika menjawab pilihan SS (sangat setuju), skor 4 jika menjawab pilihan S (setuju) dan begitu seterusnya. Sedangkan item unfavorable

(22)

13

Proses validasi alat ukur, peneliti melakukan uji tryout pada skala kepercayaan sosial dan partisipasi sosial, dan diketahui indeks validitas dan indeks reliabilitas didapatkan hasilnya sebagai berikut :

Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur Jumlah

Item Diujikan

Jumlah Item Valid

Jumlah

Item Gugur Indeks Validitas

Skala

Partisipasi Sosial 30 19 11 0,378 – 0,855

Skala

Kepercayaan Sosial 30 17 13 0,361 – 0,894

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil tryout dari 30 item skala partisipasi sosial yang diujikan, ada 11 item yang gugur dengan indeks validitas berkisar antara 0,378 – 0,855, sedangkan skala kepercayaan sosial dari 30 item yang diujikan, ada 13 item yang gugur dengan indeks validitas berkisar antara 0,361 – 0,894 untuk menghitung kedua validitas skala tersebut menggunakan statistik SPSS for windows 2.1.

Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur Reliabilitas

Skala Partisipasi Sosial 0,934

Skala Kepercayaan Sosial 0,949

Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah reliabel jika dibandingkan dengan syarat cronbach alpha yaitu 0,60 atau 60% (Priyatno, 2012). Hal ini membuktikan bahwa kedua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat validitas dan realibilitas yang memadai.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini diawali dengan menyusun instrumen penelitian berupa skala kepercayaan sosial dan skala partisipasi sosial sebagai alat ukur dalam mengungkap variabel-variabel yang hendak diukur dalam mendukung pengujian hipotesis dari peneliti. Setelah skala penelitian siap, maka peneliti melakukan uji tryout pada tanggal 8 - 10 Desember 2015 kepada mahasiswa sebanyak 60 orang. Adapun cara penyebaran skala yang dilakukan peneliti yaitu secara individu. Dimana peneliti menyebarkan skala kepada mahasiswa yang ditemui saat itu, yaitu disekitar laboratorium Fakultas Psikologi atau di lantai 2 mesjid Ar – Fachruddin. Satu subjek diberikan dua skala sekaligus dan langsung diisi secara bersamaan. Jumlah item skala yang di tryout sebanyak 30 item untuk skala kepercayaan sosial dan 30 item untuk skala partisipasi sosial, selanjutnya dilakukan uji validitas dan realibilitas dengan menggunakan uji statistik SPSS for windows 2.1 didapatkan 17 item skala kepercayaan sosial dan 19 item skala partisipasi sosial yang dinyatakan valid.

(23)

14

kampus 2 dan 3 Universitas Muhammadiyah Malang, dengan menyebarkannya kepada mahasiswa yang peneliti temui. Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh beberapa teman dalam menyebarkan skala penelitian. Skala yang disebar sebanyak 400 skala, namun skala yang layak untuk dianalisa sebanyak 359 skala sedangkan yang lainnya tidak dapat dianalisa karena tidak diisi sesuai dengan aturan pengisian yang tercantum pada masing-masing alat ukur. Pada tanggal 15 - 25 Desember 2015 dilakukan entry dan analisis data. Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hubungan antara kepercayaan sosial dengan partisipasi sosial yaitu korelasi product moment (Sugiyono, 2014) dengan memanfaatkan aplikasi statistik SPSS for windows 2.1. Dimana hasilnya digunakan untuk membuktikan hipotesa dari penelitian dan akhirnya dapat dijadikan sebagai kesimpulan dari penelitian.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 359 Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang diperoleh beberapa hasil penelitian pada subjek terkait dengan kepercayaan sosial dan partisipasi sosial digambarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. Karakteristik Subjek

Kategori Jumlah Prosentase (%)

Usia Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ekonomi dan Bisnis

(24)

15

Tabel 4. Korelasi Kepercayaan Sosial dengan Partisipasi Sosial

Koefisiensi Korelasi (r) Indeks Analisis

Koefisien korelasi (r) 0,245

Koefisien determinasi (r²) 0,060

Taraf kemungkinan kesalahan 0,000

P (nilai signifikansi) 1% (0,01)

Berdasarkan hasil uji korelasi pearson, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,245 yang berarti ada hubungan antara kepercayaan sosial dengan partisipasi sosial. Selain itu, nilai signifikansi (p) dari hasil analisa data menunjukkan 0,000 < 0,01 yang artinya kedua variabel tersebut menunjukkan hubungan positif yang signifikan dengan taraf kesalahan (alpha) 0,01. Hasil ini membuktikan bahwa hipotesis penelitian diterima, artinya ada korelasi positif antara kepercayaan sosial dengan partisipasi sosial pada mahasiswa. Jadi, semakin tinggi kepercayaan sosialnya maka semakin tinggi pula partisipasi mahasiswa dalam kegiatan sosial. Adapun sumbangan efektif variabel kepercayaan sosial terhadap partisipasi sosial sebesar 6% yang ditunjukkan dalam nilai koefisien determinasi (r² = 0,060) dan sisanya sebesar 94% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 5. Kategorisasi Kepercayaan Sosial dan Partisipasi Sosial

Kategori Kepercayaan Sosial Partisipasi Sosial

Interval Frekuensi % Frekuensi %

Subjek yang memiliki kategori kepercayaan sosial tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan kategori kepercayaan sosial yang rendah. Berdasarkan tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa kepercayaan sosial dengan kategori tinggi sebanyak 167 subjek atau (46,5%), dan kategori kepercayaan sosial rendah sebanyak 192 subjek atau (53,5%).

Subjek yang memiliki kategori partisipasi sosial tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan kategori partisipasi sosial yang rendah. Berdasarkan tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi sosial dengan kategori tinggi sebanyak 175 subjek atau (48,7%), dan kategori partisipasi sosial rendah sebanyak 184 subjek atau (51,3%).

Tabel 6. Kategorisasi Kepercayaan Sosial dan Partisipasi Sosial berdasarkan Usia

Kategori Jumlah Kepercayaan Sosial Partisipasi Sosial

Mean Mean

18 - 20 Tahun 174 53,667 57,011

21 – 24 Tahun 185 53,281 58,324

(25)

16

Dimana usia antara kisaran 18-20 memiliki kepercayaan sosial lebih tinggi walaupun hanya sedikit daripada usia antara kisaran 21-24 tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 6.

Berdasarkan data skala partisipasi sosial dengan kategori usia menunjukkan bahwa usia antara kisaran 18-20 tahun memiliki partisipasi sosial lebih tinggi daripada usia antara kisaran 21-24 tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 7. Kategorisasi Kepercayaan Sosial dan Partisipasi Sosial berdasarkan Jenis Kelamin

Kategori Jumlah Kepercayaan Sosial Partisipasi Sosial

Mean Mean

Laki-laki 156 53,763 58,071

Perempuan 203 53,241 57,394

Berdasarkan data skala kepercayaan sosial dengan jenis kelamin menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kepercayaan sosial laki-laki lebih tinggi daripada perempuan walaupun perbedaannya hanya sedikit. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 7.

Berdasarkan data skala partisipasi sosial dengan jenis kelamin menunjukkan bahwa rata-rata tingkat partisipasi sosial laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 8. Kategorisasi Kepercayaan Sosial dan Partisipasi Sosial berdasarkan Organisasi

Kategori Jumlah Kepercayaan Sosial Partisipasi Sosial

Mean Mean

Mengikuti 175 54,217 59,063

Tidak Mengikuti 184 52,755 56,380

Berdasarkan data skala kepercayaan sosial pada organisasi menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kepercayaan sosial mahasiswa yang mengikuti organisasi lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi apapun. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 8.

Berdasarkan data skala partisipasi sosial pada organisasi menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi dan tidak mengikuti organisasi memiliki perbedaan dalam tingkat partisipasi sosial. Dimana yang mengikuti organisasi lebih tinggi daripada yang tidak mengikuti organisasi apapun. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 8.

DISKUSI

(26)

17

sosial dengan partisipasi sosial pada mahasiswa dapat diterima. Dengan terbuktinya hipotesis penelitian maka dapat dipahami bahwa dengan adanya kepercayaan sosial dapat meningkatkan partisipasi sosial pada mahasiswa.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan sosial dapat menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan partisipasi sosial individu terutama dikalangan mahasiswa. Hal tersebut dikarenakan dalam kepercayaan sosial yang terpenting dari sudut pandangnya ialah partisipasi langsung dalam kegiatan sosial di kehidupan sehari-hari (Yamagishi & Yamagishi, dalam Delhey & Newton, 2003). Selain itu, masyarakat yang dikenal dengan memiliki banyak organisasi atau asosiasi sukarelawan lebih menghasilkan kepercayaan sosial yang tinggi pada masyarakat (Putman, 2000).

Adapun tiga objek yang terkandung dalam kepercayaan sosial diantaranya kepercayaan pada lembaga seperti pemerintahan, perusahaan, rumah sakit, bank, pendidikan, serta lembaga keamanan; kepercayaan pada orang asing/orang baru; dan kepercayaan pada orang yang dikenal seperti keluarga, teman, tetangga serta guru (Naef & Schupp, 2009). Sedangkan bentuk partisipasi sosial dapat dipahami melalui keterlibatan dalam mengikuti kegiatan sosial seperti kegiatan keluarga/pertemanan di lingkungan rumah, kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan sekitar, kegiatan olahraga/aktifitas, kegiatan rekreasi dan hobbi bersama orang lain, kegiatan klub pelayanan kesehatan, kegiatan di lingkungan, komunitas atau asosiasi profesional, kegiatan amal dan sukarelawan yang ada di lingkungan (Gilmour, 2012).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa kepercayaan sosial dapat mempengaruhi partisipasi sosial seorang mahasiswa dikarenakan mereka memiliki kepercayaan pada lembaga yang ada di Indonesia, memiliki kepercayaan pada orang asing yang temui serta memiliki kepercayaan pada orang yang dikenalnya seperti di lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya dan masyarakat atas kejujuran dan integritas yang dimilikinya sehingga mahasiswa tersebut ingin terlibat dalam kegiatan di luar rumah bersama keluarga atau teman, ingin terlibat dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan di luar rumah bersama orang lain, ingin terlibat dalam melakukan kegiatan olahraga dan aktifitas fisik diluar rumah bersama orang lain, melakukan kegiatan rekreasi dan hobbi bersama orang lain. Selain itu, individu juga ingin mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan, mengikuti kegiatan komunitas/organisasi di lingkungan sekitar dan mengikuti kegiatan amal serta sukarelawan di lingkungannya karena mereka yakin pada orang-orang yang ada di lingkungannya bahwa orang-orang tersebut jujur dan memiliki integritas yang baik.

(27)

18

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kiani (2012) menunjukkan bahwa kepercayaan sosial memiliki perbedaan yang signifikan ditinjau dari jenis kelamin. Dimana rata-rata tingkat kepercayaan sosial perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Sedangkan temuan dalam penelitian ini membuktikan bahwa rata-rata tingkat kepercayaan sosial perempuan lebih rendah yaitu 53,241 dan laki-laki memiliki nilai rata-rata 53,763. Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin memiliki perbedaan terhadap kepercayaan sosial individu. Selain itu jenis kelamin dapat mempengaruhi partisipasi individu dalam kegiatan sosial, dimana dalam penelitian yang dilakukan Wheeler & Nezlek (1977) membuktikan bahwa perempuan lebih intens bersosialisasi dalam lingkungan barunya tetapi perempuan akan lebih bersosialisasi sesama perempuan daripada laki-laki karena perempuan mengalami tingkat kecemasan lebih tinggi sehingga membuat mereka mencari teman sesama jenisnya untuk mengurangi rasa kecemasan yang dialami ketika berpartisipasi sosial. Tetapi dalam temuan penelitian membuktikan bahwa laki-laki yang memiliki tingkat partisipasi sosial tinggi daripada perempuan yaitu 58,071 untuk nilai laki-laki dan perempuan memiliki nilai rata-rata 57,394. Dari hasil penelitian Kiani (2012) dan Wheeler & Nezlek (1977) semakin menguatkan temuan peneliti bahwa jenis kelamin sangat berkaitan pada kepercayaan sosial dan partisipasi sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Musai M, dkk (2014) menemukan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan sosial dengan partisipasi sosial. Hal ini selaras dengan hasil penelitian, dimana dengan melakukan partisipasi sosial, seseorang akan dapat meningkatkan kepercayaan sosialnya.

Dalam kepercayaan sosial, terdapat empat faktor yang dapat membentuk kepercayaan individu dalam mengembangkan harapannya kepada orang lain yaitu predisposisi kepribadian, reputasi dan stereotype, pengalaman aktual, dan orientasi psikologis. Predisposisi kepribadian dapat dijelaskan bahwa setiap individu memiliki predisposisi yang berbeda untuk percaya kepada orang lain, jadi semakin tinggi tingkat predisposisi individu terhadap kepercayaan maka semakin besar pula harapan untuk dapat mempercayai orang lain. Reputasi dan stereotype dapat dijelaskan bahwa meskipun individu tidak memiliki pengalaman yang langsung dengan orang lain, namun harapannya dapat terbentuk melalui apa yang dipelajari dari teman ataupun dari apa yang telah didengarkannya. Reputasi orang lain biasanya membentuk harapan yang kuat yang membawa individu untuk melihat elemen untuk kepercayaan dan ketidakpercayaan serta membawa pada pendekatan pada hubungan untuk saling percaya. Pengalaman aktual dapat dijelaskan bahwa setiap individu pasti mengalami pengalaman tersebut, dan pengalaman aktualnya ini terbentuk melalui bekerja, berkoordinasi, dan berkomunikasi. Pengalaman tersebut sangat kuat mempengaruhi kepercayaan dan ketidakpercayaan individu terhadap orang lain. Orientasi psikologis dapat dijelaskan bahwa setiap individu membangun dan mempertahankan hubungan sosial berdasarkan orientasi psikologisnya. Orientasi ini dipengaruhi oleh hubungan yang terbentuk dan sebaliknya. Dalam artian, agar orientasinya tetap konsisten maka individu akan mencari hubungan yang sesuai dengan jiwa mereka (Lewicki, dalam Deutsch, Coleman & Marcus, 2006).

(28)

19

keinginan individu dalam berpartisipasi sosial. Selain itu, orientasi psikologis juga dapat mempengaruhi partisipasi individu. Deutsch (dalam Deutsch, Coleman & Marcus, 2006) menyatakan bahwa individu membangun dan mempertahankan hubungan sosial berdasarkan orientasi psikologisnya. Dimana inidividu tersebut mencari hubungan yang sesuai dengan jiwanya sehingga dapat memunculkan kepercayaannya pada orang lain. Karena individu tersebut percaya pada orang lain sehingga mereka ingin terlibat dalam kegiatan sosial.

Adapun hasil temuan peneliti berdasarkan data demografis menunjukkan bahwa keikutsertaan dalam organisasi dapat meningkatkan kepercayaan sosial seorang mahasiswa terhadap orang lain, dapat dilihat pada tabel 8 yang menunjukkan nilai rata-rata mahasiswa yang mengikuti organisasi yaitu 54,217 daripada individu yang tidak mengikuti organisasi apapun yaitu 52,755. Hal ini dikarenakan mahasiswa percaya pada orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut bahwa mereka jujur dan memiliki integritas yang baik sehingga ketika mahasiswa ikutserta dalam organisasi maka mahasiswa yakin organisasi tersebut dapat dijalankan dengan baik serta dapat bekerjasama bersama. Mahasiswa yang memiliki tingkat kepercayaan sosial tinggi juga menunjukkan tingkat partisipasi sosial tinggi, karena ia percaya pada orang-orang yang ada dalam kelompok organisasi sehingga ia ingin terlibat dalam organisasi tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 8.

Berdasarkan hasil analisa data yang didapatkan, dimana koefisien determinasi (r²) kedua variabel tersebut hanya 0,060. Artinya kepercayaan sosial memiliki pengaruh sebesar 6% terhadap partisipasi sosial mahasiswa dan 94% sangat banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain baik secara internal maupun secara eksternal. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi sosial antara lain usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lamanya tinggal dalam lingkungannya (Angell, dalam Ross, 1967). Selain dari faktor-faktor tersebut, Brand & Burgard (2007) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa perpindahan pekerjaan memberikan pengaruh yang signifikan pada partisipasi sosial individu dalam lingkungan masyarakat. Dimana seseorang yang dipindah tugaskan akan memiliki partisipasi sosial yang rendah pada lingkungan barunya.

Pada faktor usia menjelaskan bahwa mereka yang memiliki usia menengah keatas cenderung lebih banyak mengikuti partisipasi sosial daripada mereka yang memiliki usia lainnya. Hal tersebut semakin menguatkan hasil penelitian ini yang mana jika usia semakin tua maka partisipasi dalam kegiatan sosialnya pun semakin meningkat. Pada tabel 6 menunjukan bahwa usia antara kisaran 21-24 tahun lebih banyak yang memiliki partisipasi sosail tinggi yaitu 58,324 daripada usia kisaran 18-20 tahun memiliki nilai rata-rata 57,011 Faktor jenis kelamin juga sangat mempengaruhi partisipasi sosial seseorang, dimana dalam penelitian Humpert (2013) menunjukkan bahwa laki-laki lebih memiliki partisipasi sosial tinggi dari pada perempuan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 7 bahwa laki-laki lebih memiliki partisipasi sosial tinggi dibandingkan perempuan.

(29)

20

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kepercayaan sosial memiliki korelasi yang positif dengan partisipasi sosial. Hal tersebut ditandai dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,245. Yang artinya semakin tinggi kepercayaan sosialnya maka akan semakin tinggi pula partisipasi seorang mahasiswa dalam kegiatan sosial. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan sosialnya maka semakin rendah partisipasi seorang mahasiswa dalam kegiatan sosial. Selain itu, dilihat dari nilai signifikansi (p), dimana p = 0,000 < 0,01 yang artinya kepercayaan sosial memiliki hubungan positif yang signifikan dengan taraf kesalahan (alpha) 0,01. Adapun sumbangan efektif variabel kepercayaan terhadap partisipasi sosial sebesar 6% yang ditunjukkan dalam nilai koefisien determinasi (r² = 0,060) dan sisanya sebesar 94% dipengaruhi oleh variabel lain.

Implikasi dari penelitian ini yaitu diharapkan mahasiswa tetap mempertahankan kepercayaan yang dimiliki terhadap orang lain atas kejujuran dan integritasnya yang baik sehingga mahasiswa tertarik untuk terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dimasyarakat seperti mengikuti kegiatan keluarga, kelompok organisasi, lembaga internal dan eksternal, ataupun komunitas guna untuk mempererat hubungan sosial antar sesama mahasiswa dan di lingkungan sekitar. Serta memberikan gambaran bagi orang tua untuk menanamkan sifat kepercayaan sosial sejak usia dini agar mahasiswa dapat memaknai arti hubungan sosial dengan banyak orang. Selain itu, mahasiswa juga perlu menyadari apapun konsekuensi yang akan terjadi di lingkungan sosial akan membawa pada dampak yang menguntungkan maupun menyakitkan. Untuk peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan menghubungkan dengan variabel lain yang mungkin mempengaruhi partisipasi sosial seperti usia, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan dan lamanya tinggal dalam lingkungannya.

REFERENSI

Bellah, R. N., Madsen, R., Sullivan, W. M., Swidler, A., & Tipton, S. M. (2007). Habits of the heart: Individualism and commitment in American life. California: Universitas of California Press.

Brand, J. E., & Burgard, S. A. (2007). Effects of job displacement on social participation: Findings over the life course of a cohort of joiners. Population Studies Center Research Report. Universitas of Michigan. Institute for Social Research.

Cicognani, E., Pirini, C., Keyes, C., Joshanloo, M., Rostami, R.., & Nosratabadi, M. (2008). Social participation, sense of community and social well being: A study in American, Italian and Iranian University students. Social Indicators Research 89 : 97-112.

Delhey, J., & Newton, K. (2003). Who trusts? The origins of social trust in seven societies.

Jounal European Societies 5, (2), 93-137.

(30)

21

Gilmour, H. (2012). Social participation and the health and well-being of Canadian senior.

Component of Statistics Canada Catalogue. Health Reports. Retrieved October, 29, 2015, from https://www.researchgate.net/publication/232607486_Social_participation_and_ the_health_and_well-being_of_Canadian_seniors

Hetanews. (2014). Angka partisipasi kasar mahasiswa indonesia. diakses pada tanggal 26 April 2015, dari http://www.hetanews.com/article/10/angka-partisipasi-kasar-mahasiswa-indonesia-23

Humpert, S. (2013). Gender differences in life satisfaction and social participation. Working

Paper. Retrieved January 03, 2016, from

http://www.leuphana.de/fileadmin/user_upload/Forschungseinrichtungen/ifvwl/Working Papers/wp_276_Upload.pdf

Hurloch, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Inglehart, R. (1999). Trust, well-being and democracy. In Mark E. Warren (ed.), Democracy and trus (pp. 88-120).Cambridge: Cambridge University Press,.

Isna, N. W. (2012). Hubungan antara trust dengan self-disclosure pada hubungan pertemanan.

Skripsi. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Kiani, M. (2012). Social trust and social network in Iran. Internasional Journal of Trade, Economics and Finance. 3, 6.

Levasseur, M. (2008). Do quality of life, participation and environment of older adults diggeraccording to level of activity?. Journal Health Qual Life Qutcomes. 6 : 30.

Li, Y., & Ferraro, K. F. (2005). Volunteering and depression in later life: Social benefit or selection processes?. Journal of Health and Social Behavior. 46, (1), 68-84.

Mishra, A. K. (1996). Organizational responses to crisis: The centrality of trust. In R.M. Kramer and T.R. Tyler (Eds.), Trust in organizations: Newbury Park, CA: Sage. Accessed on November 30, 2015, from http://www.trustiseverything.com/wp-content/uploads/2006/02/Trust-Book-Chapter1.pdf

Musai, M., Mehrara, M., Miri, S., & Sedaghati, F. N. (2014). Relationship of social trust and social participation. International Journal of Management Sciences. 2, 7, 284-295.

Naef, M., & Schupp, J. (2009). Measuring trust: Experiments and surveys in contrast and combination. IZA Discussion Paper. Retrieved November, 08, 2015, from http://ftp.iza.org/dp4087.pdf

Piskur, B., Daniels, R., Jongmans, M. J., Ketelaar, M., Smeets, R. J., Norton, M., & Beurskens, A. J. (2013). Participation and social participation are they distinct concept?.

Clinical Rehabilitation. 2013:3:10

(31)

22

Pretty, J & Ward, H. (2001). Social capital and the environment. World Development. 29 : 2.

Priyatno, D. (2012). Belajar cepat olah data statistik dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset.

Putnam, R. (2000). Bowling alone: The collapse and revival of American community, New York: Simon and Schuster.

Reza, M. I. (2013). Factor affecting social trust among students. Case Study: Islamic Azad Universitas of Khoimeini Shahr. Journal of Basic and Applied Scientific Research. 3 (9), 173,179.

Rothstein, B., & Eek, D. (2006). Political corruption and social trust. An experimental approach. Qug working paper series. Retrieved November 27, 2015, from http://qog.pol.gu.se/digitalAssets/1350/1350649_2006_1_rothstein_eek.pdf

Ross, M. G. (1967). Community organization: Theory principles and practice. (2nd ed). New York : Harper and Row Publishers.

Santrock, J. W. 2002. Life - span development: Perkembangan masa hidup. Edisi kelima

Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung : Alfabeta.

Taylor P., Funk C., & Clark A. (2006). Americans and social trust: Who, where and why. Pew Research Center. A Sosial Trends Report.

Thoits, P. A., & L. N. Hewitt. (2001). Volunteer work and well-being. Journal of Health and Social behavior, 42, 115-131

(32)

23

(33)

24

LAMPIRAN I

Blue Print

(34)

25

Keyakinan pada lembaga seperti pemerintahan, rumah sakit, perusahaan, bank, pendidikan serta lembaga keamaan.

Keyakinan pada orang asing seperti orang yang

Keyakinan pada orang yang dikenal seperti teman, keluarga, guru dan

Keyakinan pada lembaga seperti pemerintahan, rumah sakit, perusahaan, bank, pendidikan serta lembaga keamaan.

1, 10, 15 4, 7 12 6 35%

2. Kepercayaan pada orang asing

Keyakinan pada orang asing seperti orang yang

Keyakinan pada orang yang dikenal seperti teman, keluarga, guru dan tetangga.

3, 9, 11 6, 14 5 30%

(35)

26

Melakukan kegiatan di luar rumah bersama orang

lain 1, 9, 13 5 4 13%

2. Kegiatan keagaaman

(36)

27 diluar rumah bersama

orang lain 1, 9 5 3 16%

2. Kegiatan keagaaman

(37)

28

LAMPIRAN II

Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas

Skala Kepercayaan Sosial dan

(38)

Gambar

Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian ..........................................................
Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian
Tabel 3. Karakteristik Subjek
Tabel 5. Kategorisasi Kepercayaan Sosial dan Partisipasi Sosial
+2

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti melakukan analisis pada beberapa tayangan berita yang ditayangkan oleh Beritasatu TV dan juga melakukan wawancara pada media massa Beritasatu TV mengenai

Maka permasalahan yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah Kriteria apakah yang dipakai pihak bank untuk menentukan debiturnya telah melakukan wanprestasi dan

Penelitian mengenai pemberian kapur dan beberapa sumber bahan organik untuk mengurangi penggunaan pupuk buatan bagi tanaman jagung pada Oxisol telah dilakukan di Kenagarian

Berdasarkan hasil analisis butir soal yang terdiri dari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda terhadap soal PAI yang dibuat di SMA Islam

Dari hasil input data yang ada bisa terlihat gambar kondisi beras di daerah terkait khususnya perberasan meliputi jumlah panen, jumlah beras masuk, jumlah konsumsi, jumlah keluar

Hipotezo, da je pranje denarja preko davčnih oaz težko odkrivati lahko sprejmemo, saj je že sam pojav pranja denarja težko odkrivati, davčne oaze pa predstavljajo veliko kritje

Esikasveina kokeissa olivat syys- tai kevätviljat ja lannoituksessa kylvön yhteydessä ei annettu typpeä (Taulukko '3). Rukiin oraan typpilannoitus keväällä antoi

6.6 Semua bayaran hospital yang dikenakan kepada kakitangan atau keluarga kakitangan sebagai pesakit dalam di Hospital Kerajaan di stesen yang sama atas nasihat Doktor