• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi pembelajaran literasi dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi pembelajaran literasi dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta"

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN LITERASI DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: CATHARINA GINONG PRATIDHINA 141314019. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN LITERASI DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: CATHARINA GINONG PRATIDHINA 141314019. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 i.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Dengan penuh ucapan syukur kepada Tuhan Yesus, skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orang tuaku, Bapak Alm. JMV. Purwo Nugroho dan Ibu Agatha Dalminah dan juga kedua kakakku Robertus Dhirotsaha dan Carolina Dwiyatcitha, kakak iparku Venatius Didik Setiawan, serta Omku Suwondo yang selalu mendoakan, memberi dukungan serta semangat dan motivasi. 2. Dosen pembimbing Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd. dan Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd. yang selalu membimbing, memberi semangat, dan memotivasi penulis. 3. Keluarga besar Kost Uno terkhusus ibu kost drg. Pratiwi Setyowati, Sp. Ort. yang selalu memberi semangat dan dukungan. 4. Sahabatku tersayang Ropita Dewi Sartika yang selalu memberi semangat dan mendampingi dalam proses mengerjakan skripsi. 5. Semua yang mendukung dalam proses pembuatan skripsi.. iv.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Lebih baik diselamatkan oleh kritikan dan celaan daripada hancur karena pujian” (Penulis). v.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN LITERASI DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA Catharina Ginong Pratidhina 141314019 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) perencanaan pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia, (2) pelaksanaan pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia, dan (3) hasil pembelajaran literasi dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek penelitian ini adalah guru sejarah dan peserta didik kelas X MIPA 4 SMA Negeri 11 Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, wawancara, serta dokumen dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) perencanaan pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia dilakukan guru melalui penyusunan RPP dengan baik, (2) pelaksanaan pembelajaran literasi telah dilakukan guru dengan baik sesuai dengan RPP, (3) hasil pembelajaran literasi dalam aspek kognitif menunjukkan bahwa peserta didik yang mencapai nilai KKM 75 sebanyak 26 orang dengan nilai rata-rata 85,92 atau 96,30%. Dalam aspek afektif, pembelajaran literasi berhasil menarik minat peserta didik dengan mencapai kategori tinggi (92,60%). Dalam aspek psikomotorik melalui penugasan story telling nilai rata-rata kelompok mencapai 88,75. Kata kunci: literasi, pembelajaran, Sejarah Indonesia. viii.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT THE IMPLEMENTATION OF LITERACY LEARNING ON HISTORY OF INDONESIA COURSE AT SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA Catharina Ginong Pratidhina 141314019 This research aims to describe (1) the planning of literacy learning on the History of Indonesia course, (2) the implementation of literacy learning on the History of Indonesia course, and (3) the results of literacy learning on the History of Indonesia course. This research uses qualitative approach with case study method. The subjects of this research are history teacher and students of X MIPA 4 class of SMA Negeri 11 Yogyakarta. The data gathering techniques are observation, questionnaire, interview, document and documentation. The data analysis technique uses Miles and Huberman’s interactive model which consists of data gathering, reduction, presentation, and conclusion drawing. Based on the analysis, the results shows: (1) the planning of literacy learning on the History of Indonesia course is conducted by the teacher through the lesson plan, (2) the implementation of literacy learning on the History of Indonesia course has been conducted based on the lesson plan by the teacher, (3) the result of literacy learning on cognitive aspect shows that the students can reach the minimum learning mastery standard value 75 are as many as 26 students, the mean of the students’ score reach 85.92 or 96.30%. On the affective aspect, the implementation of literacy learning is successful as to gain students’ interest in a high category (92.60 %). On the psychometric aspect, by giving story-telling assigmnment, the mean of groups’ score is 88.75. Keywords: Literacy, Learning, History of Indonesia. ix.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Impementasi Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta” dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universutas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang senantiasa memberi perhatian, arahan, semangat, kesabaran, dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa memberi perhatian, arahan, semangat, kesabaran, dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Drs. A.K. Wiharyanto, M.M., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. 6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberi ilmu serta pengalaman kepada penulis selama menempuh studi. 7. Pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang selalu sabar dalam membantu kebutuhan administrasi penulis.. x.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. xi.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI Hlm HALAMAN JUDUL …………………………………………………... I. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………... Ii. HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. Iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………. Iv. HALAMAN MOTTO …………………………………………………. V. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………. Vi. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……….. Vii. ABSTRAK ……………………………………………………………... Viii. ABSTRACT ……………………………………………………………. Ix. KATA PENGANTAR …………………………………………………. X. DAFTAR ISI …………………………………………………………... Xii. DAFTAR TABEL ……………………………………………………... Xiv. DAFTAR GAMBAR …………………………………………………... Xv. DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………... Xvi. BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………... 1. A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1. B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 7. C. Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 7. D. Manfaat Penelitian …………………………………………….... 8. BAB II KAJIAN PUSTAKA ………………………………………….. 10. A. Kajian Teori …………………………………………………….. 10. 1. Gerakan Literasi Sekolah ………………………………….... 10. 2. Pembelajaran Sejarah ……………………………………….. 29. 3. Konstruktivisme …………………………………………….. 36. 4. Kurikulum 2013 …………………………………………….. 40. xii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B. Penelitian yang Relevan…………………………………………. 44. C. Kerangka Berpikir……………………………………………….. 46. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………. 49. A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………... 49. B. Pendekatan Penelitian …………………………………………... 49. C. Sumber Data ……………………………………………………. 51. D. Metode Pengumpulan Data ……………………………………... 52. E. Instrumen Pengumpulan Data …………………………………... 55. F. Teknik Sampling ………………………………………………... 57. G. Validitas Data …………………………………………………... 58. H. Analisis Data ……………………………………………………. 61. I. Sistematika Penulisan …………………………………………... 64. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………….. 65. A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………………….. 65. B. Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………………. 70. C. Pembahasan …………………………………………………….. 110. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………….. 124. A. Kesimpulan ……………………………………………………... 124. B. Saran …………………………………………………………….. 126. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 128. LAMPIRAN ………………………………………………………….... 132. xiii.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Hlm Tabel 1. Pihak Pelaksanaan Literasi ……………………………………. 16. Tabel 2. Warga Sekolah yang Literat …………………………………... 23. Tabel 3. Tahap 1 GLS (Tahap Pembiasaan)…………………………….. 25. Tabel 4. Tahap 2 GLS (Tahap Pengembangan)…………………………. 26. Tabel 5. Tahap 3 GLS (Tahap Pembelajaran)…………………………... 27. Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ……………………….……….. 49. Tabel 7. Kisi-kisi Wawancara Peserta Didik ………………………….... 56. Tabel 8. Data Nilai Kognitif Implementasi Pembelajaran Literasi……............................................................................................... 93. Tabel 9. Data Minat Belajar Peserta Didik terhadap Implementasi Pembelajaran Literasi ………………………………………………….... 95. Tabel 10. Kriteria Penilaian Keterampilan Peserta Didik ………………. 96. Tabel 11. Data Nilai Aspek Psikomotorik………………………………. 97. xiv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Hlm Gambar I. Kerangka Pikir………...……………………………………... 48. Gambar II. Model Interaktif Miles dan Huberman ……………………... 62. Gambar III. Diagram Hasil Minat Belajar Peserta Didik terhadap Implementasi Pembelajaran Literasi ……...…………………………….. xv. 95.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Hlm Lampiran 1. Instrumen Observasi ………...…………………………….. 133. Lampiran 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Peserta Didik ……………. 135. Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara Peserta Didik ……...……... 136. Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru………………………. 137. Lampiran 5. Daftar Narasumber……………………………………….... 138. Lampiran 6. Catatan Lapangan 1………………………………………... 139. Lampiran 7. Catatan Lapangan 2………………………………………... 141. Lampiran 8. Catatan Lapangan 3………………………………………... 144. Lampiran 9. Catatan Lapangan 4……………………………………….. 146. Lampiran 10. Catatan Lapangan 5………………………………………. 148. Lampiran 11. Catatan Lapangan 6………………………………………. 150. Lampiran 12. Catatan Lapangan 7………………………………………. 152. Lampiran 13. Catatan Lapangan 8……………………………………… 154 Lampiran 14. Catatan Lapangan 9……………………………………… 156 Lampiran 15. Catatan Lapangan 10…………………………………….. 158 Lampiran 16. Silabus Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X…….... 160. Lampiran 17. Dokumen RPP……………………………………………. 167. Lampiran 18. Kisi-Kisi Soal Kognitif…………………………………... 193 Lampiran 19. Soal Kognitif……………………………………………... 196. Lampiran 20. Data Nilai Kognitif Peserta Didik………………………... 201. Lampiran 21. Kisi-kisi Kuesioner Minat………………………………... 202. Lampiran 22. Instrumen Kuesioner Minat……………………………… 203 Lampiran 23. Data Hasil Minat Belajar Peserta Didik………………….. 206. Lampiran 24. Instrumen Penilaian Keterampilan……………………….. 208. Lampiran 25. Data Nilai Aspek Psikomotorik………………………….. 209 Lampiran 26. Hasil Produk Literasi…………………………………….. 210 xvi.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 27. Dokumentasi Penelitian………………………………….. xvii. 214.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat.1 Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB I pasal I, mendefinisikan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2 Pendidikan bukan hanya sebuah upaya menyalurkan. pengetahuan. melainkan sebuah upaya yang dilakukan supaya anak-anak berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pendidikan berdasarkan kurikulum terbaru diharapkan menghasilkan generasi muda bangsa yang bukan hanya unggul dan berkarakter dalam tataran dalam negeri melainkan mampu memainkan peran pentingnya dalam konteks internasional.3 Pendidikan di Indonesia diharapkan. 1. Suryosubroto, Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2015, hlm. 2. http://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikannasional/. Diakses pada tanggal 21 Februari 2018, pada pukul 14.00. 3 Yunus Abidin, Pembelajaran Multiliterasi, Bandung: PT Refika Aditama, 2015, hlm. 13. 2. 1.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu, dan berdaya saing dalam kehidupan global. Di Indonesia, banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam memperbaiki sistem pendidikan, hal tersebut dilakukan untuk mengurangi permasalahan-permasalahan. pendidikan. di. Indonesia.. Salah. satu. pokok. permasalahan pendidikan di Indonesia yaitu minat baca peserta didik yang rendah. Padahal, budaya membaca merupakan salah satu ciri peradaban modern. Rendahnya minat baca pada peserta didik ini juga terjadi di kota Yogyakarta. Padahal, Yogyakarta merupakan salah satu dari banyak kota yang memiliki kualitas pendidikan yang baik di Indonesia, sehingga Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar.4 Sayangnya, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016, DIY hanya menempati peringkat ke-empat dalam minat bacanya, padahal pada tahun 2014 Yogyakarta memiliki indeks baca tertinggi di Indonesia.5 Melihat hal itu, dapat disimpulkan bahwa minat baca peserta didik di Yogyakarta mengalami penurunan. Rendahnya minat baca peserta didik secara umum dilatarbelakangi oleh perkembangan zaman modern yang menjadikan peserta didik lebih tertarik pada kegiatan yang berbau teknologi, misalnya bermain game, menonton TV, dan sosial media. Kegiatan tersebut menyebabkan kurangnya minat dan motivasi budaya membaca pada diri peserta didik. Selain itu, rendahnya minat baca juga dipengaruhi oleh lingkungan dimana peserta didik berada yang kurang 4. https://jogja.antaranews.com/berita/342002/minat-baca-pelajar-diy-cukup-tinggi. Diakses pada tanggal 24 Februari 2018, pada pukul 20.00. 5 http://jogja.tribunnews.com/2014/12/21/minat-baca-warga-diy-masih-rendah. Diakses pada tanggal 24 Februari 2018, pada pukul 20.30..

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. mendukung terjadinya aktivitas membaca. Minat baca yang rendah ini akan berpengaruh pada rendahnya pengetahuan dan wawasan peserta didik untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Permasalahan. ini. menuntut. masing-masing. lembaga. sekolah. di. Yogyakarta untuk menciptakan strategi khusus dalam meningkatkan minat baca peserta didik. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah dengan menjalankan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Pelaksanaan Pembudayaan Budi Pekerti (PBP) didasarkan pada nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan yang meliputi pembiasaan, salah satunya yaitu menumbuhkan penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik untuk dikembangkan, yaitu mendorong peserta didik gemar membaca dan mengembangkan minat yang sesuai dengan potensi bakatnya untuk memperluas cakrawala kehidupan untuk mengembangkan dirinya sendiri. Pembudayaan Budi Pekerti (PBP) adalah kegiatan pembiasaan sikap prilaku positif di sekolah yang dimulai berjenjang dari mulai SD, SMP, dan SMA/SMK.6 Dalam pelaksanaan Pembudayaan Budi Pekerti (PBP) dilakukan melalui beberapa kegiatan. Kegiatan gerakan penumbuhan budi pekerti di sekolah dilakukan melalui berbagai pembiasaan-pembiasaan, salah satu pembiasaan yang digemakan oleh pemerintah yaitu dengan adanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai upaya membiasakan dan memotivasi peserta didik untuk 6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, hlm. 4..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. mau membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti dan mengatasi rendahnya minat baca pada peserta didik. Melihat tingkat minat baca yang masih tergolong rendah, Gerakan Literasi Sekolah merupakan sesuatu yang sangat diharapkan dan wajib diterapkan oleh lembaga-lembaga sekolah di Indonesia khususnya di kota Yogyakarta yang memiliki julukan sebagai kota pelajar. Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca oleh peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik. Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran yang dilakukan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran.7 Melalui pembiasaan yang dilakukan di sekolah maka akan muncul budaya membaca pada peserta didik. Dengan membaca peserta didik mampu menambah. pengetahuan diberbagai mata pelajaran dalam proses. pembelajaran di sekolah. Dalam proses pembelajaran, tidak semata-mata dipandang sebagai kegiatan menyalurkan pengetahuan melainkan melibatkan peserta didik untuk terlibat langsung dalam proses pengembangan pengetahuan. Pembelajaran yang 7. Dirjen Dikdasmen, Panduan Gerakan Literasi Sekolah: di Sekolah Menengah Atas, Jakarta: Kemendikbud, 2016, hlm. 1..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. demikian diharapkan peserta didik akan mampu menyadari pentingnya belajar, mengetahui cara belajar, dan beroleh beragam pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil kegiatan belajar.8 Begitu juga dalam pembelajaran sejarah, dapat kita ketahui bahwa pada zaman yang sudah modern ini pembelajaran sejarah masih sangat. kering padahal. kaya. akan sumber.. Pelajaran sejarah terkesan. membosankan karena proses belajarnya hanya menggunakan buku paket saja, dan dalam proses pembelajarannya identik dengan membaca buku paket tersebut. Pembelajaran sejarah yang kering dan terkesan membosankan, menuntut guru sejarah untuk menyempurnakan pembelajaran dengan mencari inspirasi kegiatan pembelajaran yang lebih menarik dari sebelumnya, salah satunya guru dapat memanfaatkan pelaksanaan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah dengan menerapkan pembelajaran literasi dalam melaksanakan proses pembelajaran sejarah. Pembelajaran literasi dalam proses pembelajaran sejarah ini sesuai dengan tahap ketiga pada pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah. yaitu tahap. pelaksanaan pembelajaran. Dalam tahap pembelajaran, banyak kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan, salah satunya peserta didik dapat menggunakan lingkungan fisik, sosial dan afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.9 Dengan demikian diharapkan proses pembelajaran sejarah tidak lagi terkesan membosankan,dan dapat juga meningkatkan minat baca pada peserta didik, serta peserta didik juga beroleh beragam pengetahuan serta keterampilan sebagai hasil kegiatan belajar. 8 9. Yunus Abidin 2015, op.cit., hlm 13. Dirjen Dikdasmen, op.cit., hlm. 2..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. Gerakan Literasi Sekolah mulai diterapkan beberapa sekolah di Yogyakarta, salah satu sekolah yang menerapkan yaitu SMA Negeri 11 Yogyakarta. SMA Negeri 11 Yogyakarta merupakan salah satu SMA negeri terbaik di Yogyakarta, banyak prestasi-prestasi yang dicapai, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. SMA Negeri 11 Yogyakarta selalu mengikuti perkembangan peraturan pendidikan, salah satunya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang menjadikan GLS sebagai salah satu kegiatannya. SMA Negeri 11 Yogyakarta sudah terlebih dahulu melakukan kegiatan literasi sebelum pemerintah mencanangkan GLS. Kegiatan yang sering dilakukan yaitu literasi agama yang dilakukan setiap hari Jumat dengan aktivitas membaca kitab suci sesuai dengan kepercayaan masing-masing dan literasi pada saat proses pembelajaran di kelas dengan membaca buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai. Dalam menerapkan Gerakan Literasi Sekolah, SMA Negeri 11 Yogyakarta sudah menerapkan tahap pembiasaan tahap pengembangan dan pembelajaran. Pada tahap pembiasaan kegiatan yang dilakukan merupakan 15 menit membaca buku non pelajaran, pada tahap pengembangan kegiatan yang dilakukan oleh warga sekolah yaitu mengadakan lomba literasi, seperti menulis puisi dan cerita, selanjutnya pada tahap pembelajaran guru mulai menerapkannya dalam proses pembelajaran di kelas, contohnya guru mengarahkan peserta didik untuk belajar di perpustakaan dan membaca buku yang berkaitan dengan materi pelajaran..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. Peneliti memilih SMA Negeri 11 Yogyakarta sebagai tempat penelitian berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas. Peneliti ingin mengetahui implementasi Gerakan Literasi Sekolah pada tahap ketiga yaitu tahap pelaksanaan pembelajaran khususnya dalam proses pembelajaran sejarah. Untuk itu, Peneliti mengambil judul Implementasi Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta ? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta ? 3. Bagaimana hasil pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta ?. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan tentang: 1. Perencanaan pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. 2. Pelaksanaan pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta. 3. Hasil pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta.. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi universitas, sekolah, penulis, guru, dan peserta didik dengan uraian sebagai berikut : 1. Bagi Universitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk bahan kajian penulis. 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau rekomendasi bagi warga sekolah dalam meningkatkan budaya literasi pada peserta didik. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti tentang ilmu pendidikan, dan praktek pembelajaran khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi. 4. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan bagi guru khususnya guru mata pelajaran sejarah untuk memanfaatkan pembelajaran yang dapat menarik perhatian peserta didik..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. 5. Bagi Peserta Didik Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peserta didik sebagai bahan. evaluasi. diri. agar. dapat. menjadi. pribadi. yang. literat..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori 1. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) a. Pengertian Literasi Istilah literasi dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Inggris literacy yang secara etimologi berasal dari bahasa Latin literatu, yang berarti orang yang belajar. Dalam bahasa Latin juga terdapat istilah littera (huruf) yaitu sistem tulisan dengan kesepakatan yang menyertainya. Pengertian literasi menurut. UNESCO. adalah. seperangkat. keterampilan. nyata,. khususnya. keterampilan kognitif membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh dari siapa serta cara memperolehnya. Sedangkan pengertian literasi secara umum adalah kemampuan individu mengolah dan memahami informasi saat membaca dan menulis. 10 Kata literasi telah memiliki berbagai makna baru pada abad ke-21. Secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis. Orang yang dapat dikatakan literat dalam pandangan ini adalah orang yang mampu membaca dan menulis atau bebas buata huruf.. Literasi telah bergeser dari. pengertian yang sempit menuju pengertian yang lebih luas mencakup berbagai bidang penting lainnya. Perubahan ini disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor. 10. https://www.literasipublik.com/pengertian-literasi. Diakses pada tanggal 26 Februari 2018, pada pukul 14.45.. 10.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. perluasan makna akibat semakin luas penggunaannya, perkembangan teknologi informasi dan teknologi, maupun analogi.11 Pembelajaran literasi lebih dikenal sebagai pembelajaran dalam bidang bahasa Indonesia padahal pemanfaatan literasi tidak melulu berkaitan dengan mata pelajaran kebahasaan, namun dapat diterapkan untuk seluruh mata pelajaran.12 Secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis. Namun dalam perkembangannya literasi tidak hanya diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis tetapi lebih berkembang lagi menjadi kemampuan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara .13 1) Keterampilan Membaca Dalam konsep literasi, membaca merupakan sebuah usaha untuk memahami, menggunakan, merefleksi, dan melibarkan diri dalam berbagai jenis teks untuk mencapai tujuan.14 Membaca berfungsi sebagai salah satu jalan yang meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan. Keterampilan membaca berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis dan reflektif.15 Aktivitas membaca diawali dengan membaca teks, memaknai teks, mendiskusikan teks, dan membangun pemahaman atas isi teks. Setelah aktivitas-aktivitas tersebut dilaksanakan, kemudian dilanjutkan pada menyimpulkan, mengevaluasi, dan mengonfirmasi hasil bacaan.16. 11. Yunus Abidin 2015 , op.cit., hlm. 51. Hendra Kurniawan, “Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah”, Historia Vitae, Vol 32, No. 1, Universitas Sanata Dharma, hlm.1. 13 Yunus Abidin dkk. Pembelajaran Literasi : Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, Jakarta: Bumi Aksara, 2017, hlm. 1. 14 Ibid., hlm. 165. 15 Hendra Kurniawan, op.cit., hlm. 5. 16 Ibid.,hlm. 10-11. 12.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. 2) Keterampilan Menyimak Menyimak. tidak. sekedar. kegiatan. mendengarkan. tetapi. juga. memahaminya untuk memperoleh berbagai informasi. Menyimak berfungsi sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Keterampilan menyimak dapat menjadi cara untuk memahami secara lebih mendalam berbagai bentuk sumber literasi digital yang berkembang. Keterampilan membaca dan menyimak sifatnya saling menopang dan melengkapi untuk mengonstruksi pemahaman literasi lebih optimal.17 3) Keterampilan Menulis Menulis merupakan kemampuan untuk menghasilkan gagasan kreatif atas pengetahuan yang sudah dimiliki.18 Menulis untuk membangun makna berarti bahwa kegiatan menulis yang dilakukan tidak hanya sekedar berfungsi sebagai sarana menyalurkan ide orang lain melainkan sarana untuk menyalurkan ide peserta didik sendiri sehingga pemahamannya atas suatu hal akan semakin meningkat.. Melalui. kegiatan. menulis,. peserta. didik. akan. mampu. mengkomunikasikan ide-ide tersebut pada orang lain sehingga akan terbina pula kemampuannya dalam berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain tersebut. 4) Keterampilan Berbicara Berbicara diartikan sebagai kemampuan memproduksi ide secara lisan dengan isi yang berbobot dan cara penyampaiannya yang tepat. Kemampuan ini sangat berguna untuk berbagai kepentingan baik dalam hal menyampaikan ide, 17 18. Ibid., hlm. 12. Yunus Abidin, 2015, op.cit., hlm. 63..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. mempengaruhi dan meyakinkan orang lain. Keterampilan berbicara secara akuntabel merupakan ciri kepemilikan pengetahuan yang mendalam, kemampuan berpikir yang kritis dan kreatif, dan sekaligus ciri kemampuan berkomunikasi secara matang dan dewasa untuk berbagai tujuan.19 Dalam pembelajaran literasi, empat kemampuan ini dilakukan seefisien mungkin untuk meningkatkan kemampuan berfikir meliputi kemampuan mengkritisi, menganalisis, dan mengevaluasi informasi dari berbagai sumber dalam berbagai ragam disiplin ilmu dan kemampuan mengkomunikasikan informasi tersebut. Pembelajaran literasi bertujuan untuk memperkenalkan anak-anak tentang dasar-dasar membaca, menulis, memelihara kesadaran bahasa, dan motivasi untuk belajar. Pembelajaran literasi pada jenjang sekolah menengah bertujuan untuk membawa peserta didik agar semakin memiliki motivasi untuk menumbuhkan minat berliterasi dalam dirinya guna meningkatkan minat baca dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Adapun tujuan pembelajaran literasi pada abad ke 21 yaitu20: 1) Membentuk peserta didik menjadi pembaca, penulis, dan komunikator yang strategis. 2) Meningkatkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kebiasaan berpikir pada peserta didik 3) Meningkatkan dan memperdalam motivasi belajar peserta didik. 4) Mengembangkan kemandirian peserta didik sebagai seorang pembelajar yang kreatif, inovatif, produktif, dan sekaligus berkarakter. Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang 19. Ibid., hlm. 63.. 20. Ibid., hlm. 54..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. didapatkannya di bangku sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan peserta didik, baik dirumah maupun dilingkungan sekitarnya.21 Sejalan dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi guru di sekolah harus berpikir bahwa literasi merupakan sebuah konsep yang berkembang dan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran di kelas.22 Pembelajaran literasi ini diharapkan mampu mendukung proses dan pencapaian hasil pembelajaran secara optimal bukan malah mempersulit proses pembelajaran.23 b. Komponen Literasi Sekolah Literasi lebih dari sekedar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi. Clay menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Dalam konteks Indonesia, literasi ini diperlukan sebagai dasar pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut24: 1) Literasi Dini Literasi dini diartikan sebagai kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. 21. Dirjen Dikdasmen, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Jakarta: Kemendikbud, 2016, hlm.. 2. 22. Yunus Abidin dkk, 2017, op.cit., hlm. 3. Hendra Kurniawan, op.cit., hlm. 6. 24 Dirjen Dikdasmen, op.cit., hlm. 8-9 23.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. 2) Literasi Dasar Literasi dasar diartikan sebagai kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung serta berkaitan juga dengan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan, mempersepsikan informasi, mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi. 3) Literasi perpustakaan Memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, , memahami penggunaan katalog, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah. 4) Literasi Media Literasi media diartikan sebagai Kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya. 5) Literasi Teknologi Kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti perangkat keras, perangkat lunak, serta etika dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya,. kemampuan. dalam. memahami. mempresentasikan, dan mengakses internet.. teknologi. untuk. mencetak,.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. 6) Literasi Visual Literasi visual merupakan pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio visual secara kritis dan bermartabat. Pihak yang berperan aktif dalam pelaksanaan komponen literasi dipaparkan pada tabel berikut25: Tabel 1. Pihak Pelaksanaan Komponen Literasi No. Komponen Literasi. Pihak yang Berperan Aktif. 1. Literasi Usia Dini. 2. Literasi Dasar. Orangtua dan keluarga, guru/PAUD, pamong atau pengasuh Pendidikan Formal. 3. Literasi Perpustakaan. Pendidikan Formal. 4. Literasi Teknologi. Pendidikan Formal dan Keluarga. 5. Literasi Media. 6. Literasi Visual. Pendidikan Formal, keluarga, dan lingkungan sosial Pendidikan Formal, keluarga, dan lingkungan sosial. Literasi yang menyeluruh dan saling terkait ini memampukan seseorang untuk berkontribusi kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan perannya sebagai warga Negara global. Dalam Komponen literasi tersebut terdiri dari enam kemampuan yang berbeda. Selain itu, diperlukan juga pendekatan belajar-mengajar yang mengembangkan komponen-komponen literasi ini. Kesempatan peserta didik tertuang dalam. komponen literasi yang dapat. menentukan kesiapan peserta didik berinteraksi dengan literasi visual. Hal 25. Ibid., hlm. 10..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. tersebut membuktikan bahwa literasi tidak hanya didefinisikan sebagai aktivitas membaca dan menulis saja. c. Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Berdasarkan buku panduan yang dibuat oleh Kemendikbud terkait kebijakan ini, GLS memiliki26: 1) Landasan Filosofi Sumpah Pemuda butir ketiga (3) menyatakan, “menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia” yang memiliki makna pengakuan terhadap keberadaan ratusan bahasa daerah yang memiliki hak hidup dan peluang penggunaan bahasa asing sesuai dengan keperluannya. a) Butir ini menegaskan pentingnya pembelajaran berbahasa dalam pendidikan nasional. b) Konvensi PBB tentang Hak Anak pada tahun 1989 tentang pentingnya penggunaan bahasa ibu. Indonesia yang memiliki beragam suku bangsa, khususnya mikrokultur-mikrokultur tertentu tertentu perlu difasilitasi dengan bahasa ibu saat mereka memasuki pendidikan dasar kelas rendah (kelas I, II, III). c) Konvensi PBB di Praha tahun 2003 tentang kecakapan literasi dasar dan kecakapan perpustakaan yang efektif merupakan kunci bagi masyarakat literat dalam menghadapi derasnya arus informasi teknologi. 2) Landasan Hukum Landasan hukum Gerakan Literasi Sekolah adalah sebagai berikut: a) Undang-Undang Dasar 1945, pasal 31, ayat 3: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”. 26. Ibid., hlm. 4-5.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan. d) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. e) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. f) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. g) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 tahun 2007 tentang Pedoman bagi Kepala Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara dan Bahasa Daerah. h) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). i) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. j) Rencana Strategis KementerianPendidikan dan Kebudayaan 2015-2019. d. Tujuan GLS memiliki tujuan umun dan tujuan khusus, berikut adalah tujuan dari Gerakan Literasi Sekolah27: a) Tujuan Umum Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. b) Tujuan Khusus 1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah. 2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat. 3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan. 4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.. 27. Ibid., hlm. 5..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. e. Ruang Lingkup Ruang lingkup GLS berupa28: a) Lingkungan fisik sekolah yaitu ketersediaan fasilitas, sarana prasarana literasi. b) Lingkungan sosial dan efektif yaitu dukungan dan partisipasi aktif semua warga sekolah dalam melaksanakan kegiatan literasi. c) Lingkungan akademik yaitu adanya program literasi yang nyata dan bisa dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah. f. Sasaran Dalam mendukung terlaksananya kegiatan Gerakan Literasi Sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah tentunya memiliki sasaran. Sasaran GLS adalah ekosistem sekolah pada jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah atas.29 g. Target Gerakan Literasi Sekolah diharapkan dapat menciptakan ekosistem Sekolah Menengah Atas yang literat, yang akhirnya dapat menumbuhkan budi pekerti peserta didik. Ekosistem sekolah yang literat tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut 30: a) Menyenangkan dan ramah anak, sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam belajar. b) Semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama. c) Memampukan warganya untuk cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya. d) Mengakomodasi partipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal SMA. 28. Dirjen Dikdasmen, op.cit., 2016, hlm. 2.. 29. Ibid., hlm. 3. Ibid., hlm. 34.. 30.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. h. Prinsip-prinsip Literasi Sekolah Menurut Beers, praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut31: 1) Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat di prediksi. Memahami tahap perkembangan literasi peserta didik dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan mereka. 2) Program literasi yang baik bersifat berimbang Sekolah yang menerapkan program literasi menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh kerena itu, strategi membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. 3) Program literasi terintegrasi dengan kurikulum Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru disemua mata pelajaran sebab pembelajaran mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian, pengembangan professional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru semua mata pelajaran. 4) Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun Misalnya, ‘menulis surat kepada presiden’ atau ‘membaca untuk ibu’merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.. 31. Ibid, hlm. 11-12..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. 5) Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan Kelas berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini juga perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan perpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan pandangan. 6) Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia. i. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literasi, Beers menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah sebagai berikut 32: 1) Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk dijadikan sebagai sarana pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi sebaiknya memasang karya peserta didik di seluruh area sekolah dan karya-karya peserta didik diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan pada semua peserta didik. Selain itu, peserta didik dapat mengakses buku dan. 32. Ibid., hlm. 12..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. bahan bacaan lain di sudut baca di semua kelas, dan area lain di sekolah. Mengkondisikan lingkungan fisik ini akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya literasi. 2) Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Hal itu dapat dikembangkan dengan pengakuan. atas. pencapaian. peserta. didik. sepanjang tahun.. Pemberian. penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek. Prestasi yang dihargai bukan hanya akademik, tetapi juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah.. Literasi diharapkan dapat mewarnai setiap perayaan penting di. sepanjang tahun pelajaran. Hal ini dapat direalisasikan dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan sekolah selayaknya berperan aktif dalam menggerakkan literasi, antara lain dengan membangun budaya kolaboratif antar guru dan tenaga kependidikan. Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Peran orang tua sebagai relawan gerakan literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam membangun budaya literasi. 3) Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan akademik. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pelajaran berlangsung. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan tenaga kependidikan untuk peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan keterlaksanaanya. Tabel 2 di bawah ini mencantumkan beberapa parameter yang dapat digunakan sekolah untuk membangun budaya literasi sekolah yang baik.33 Tabel 2. Warga Sekolah yang Literat a. Lingkungan Fisik 1) Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan kantor. 2) Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang seimbang kepada semua peserta didik. 3) Buku dan Materi bacaan lain tersedia dipojok-pojok baca semua ruang kelas. 4) Buku dan Materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang tua/pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas. 5) Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan untuk anak . 6) Kepala sekolah bersedia berdialog dengan warga sekolah. b. Lingkungan Sosial dan Afektif 1) Penghargaan terhadap prestasi peserta didik baik dalam bidang akademik maupun non akademik. 2) Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi. 3) Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya merayakan Hari Kartini dengan membaca surat-suratnya dan pada saat memperingati bulan bahasa dengan mengadakan perlombaan seperti membuat puisi, menulis cerita, dll. 4) Terdapat budaya kolaborasi antar guru dan staf, dengan mengakui kepakaran masing-masing. 5) Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi dalam menjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait dengan 33. Ibid., hlm. 14-15..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. pelaksanaanya. Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam menjalankan program literasi. c. Lingkungan Akademik 1) Terdapat Tim Literasi Sekolah (TLS) yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan. 2) Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan literasi: membaca dalam hati , membaca buku dengan nyaring, membaca bersama, membaca terpandu, diskusi buku, bedah buku, presentasi. 3) Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain. 4) Disepakati waktu berkala untuk Tim Literasi Sekolah (TLS) membahas pelaksanaan gerakan literasi sekolah. 5) Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak disekolah.. 6) Ada beberapa buku yang wajib dibaca oleh warga sekolah. 7) Ada kesempatan pengembangan professional tentang literasi yang diberikan untuk staf, melalui kerja sama dengan institusi terkait (perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau berbagi pengalaman dengan sekolah lain). 8) Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan tujuan membangun organisasi sekolah yang suka belajar. 6). Aspek-aspek tersebut adalah karakteristik penting dalam pengembangan budaya literasi sekolah. Dalam pelaksanaannya, sekolah dapat menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi sekolah. Guru dan kepala sekolah perlu bekerja sama untuk mengimplementasikan strategi tersebut. j. Tahapan Gerakan Literasi Sekolah Program GLS dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah diseluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem. pendukung. lainnya (partisipasi public,. dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan)..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. Berikut ini tahapan Gerakan Literasi Sekolah34: 1) Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Tabel 3. Tahap 1 GLS (Tahap Pembiasaan) TAHAPAN PEMBIASAAN (belum ada tagihan). KEGIATAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring. 2. Membangun lingkungan fisik sekolah yang kaya literasi, antara lain: (1) menyediakan perpustakaan sekolah, sudut baca, dan area baca yang nyaman; (2) pengembangan sarana lain (UKS, kantin, kebun sekolah); dan (3) penyediaan koleksi teks cetak, visual, digital, maupun multimodal yang mudah diakses oleh seluruh warga sekolah; (4) pembuatan bahan kaya teks.. Dalam tahap pembiasaan ini, sekolah yang peneliti gunakan sebagai tempat penelitian juga telah menjalankan tahap tersebut. Kegiatan pada tahap pembiasan tersebut dilakukan dengan membaca 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Kegiatan membaca ini dilakukan di dalam kelas dengan suasana yang tenang dan kondusif.. 34. Ibid., hlm. 28-30.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. 2) Tahapan ke-2: Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan. Tabel 4. Tahap 2 GLS (Tahap Pengembangan) TAHAPAN PENGEMBANGAN (ada tagihan sederhana untuk penilaian nonakademik). KEGIATAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membaca buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan/atau membaca terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik, bincang buku. 2. Mengembangkan lingkungan fisik, sosial, afektif sekolah yang kaya literasi dan menciptakan ekosistem sekolah yang menghargai keterbukaan dan kegemaran terhadap pengetahuan dengan berbagai kegiatan, antara lain: memberikan penghargaan kepada capaian perilaku positif, kepedulian sosial, dan semangat belajar peserta didik. 3. Pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di perpustakaan sekolah/perpustakaan kota/daerah atau taman bacaan masyarakat atau sudut baca kelas dengan berbagai kegiatan diantaranya yaitu membaca buku dengan nyaring, menonton film pendek, dan lain sebagainya.. Dalam tahap penegembangan, sekolah yang peneliti gunakan sebagai tempat penelitian telah menerapkan tahap kedua ini. Kegiatan pada tahap pengembangan dilakukan dengan mengadakan lomba literasi, seperti menulis.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. puisi, dan membuat cerpen. Lomba tersebut dilakukan secara umum dengan melibatkan warga sekolah. 3) Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan memahamin teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran. Dalam tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran). Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu sebanyak 6 buku bagi siswa SD, 12 buku bagi siswa SMP, dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. buku laporan kegiatan membaca pada tahap pembelajaran ini disediakan oleh wali kelas. Tabel 5. Tahap 3 GLS (Tahap Pembelajaran) TAHAPAN PEMBELAJARAN tagihan akademik). (ada. 1.. 2.. 3. 4.. KEGIATAN Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca dalam hati, membaca bersama, dan/atau membaca terpadu diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik dan akademik. Kegiatan literasi dalam pembelajaran, disesuaikan dengan tagihan akademik kurikulum 2013. Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran. Menggunakan lingkungan fisik, sosial afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. Dalam tahap pembelajaran, semua mata pelajaran sebaiknya menggunakan ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam buku-buku pengayaan atau informasi lain di luar buku pelajaran. Guru diharapkan bersikap kreatif dan proaktif mencari referensi pembelajaran yang relevan. Selain itu, guru juga dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran yang menarik dan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik . Tahapan yang peneliti pilih untuk melakukan penelitian ialah tahap 3 yaitu tahap pembelajaran Dalam tahap pembelajaran, sekolah yang digunakan dalam melakukan penelitian ini telah menerapkannya. Hal tersebut juga diterapkan pada mata pelajaran sejarah. kegiatan pembelajaran literasi ini dilakukan oleh guru dengan menginstruksikan peserta didik ke perpustakaan, mencari sumber tentang pelajaran yang sedang dipelajari dan peserta didik ditugaskan untuk mengkritisi informasi yang peserta didik dapatkan. Selain itu tahap pembelajaran dilakukan melalui media audio visual, yaitu guru memutarkan sebuah film sejarah, dan kemudian peserta didik diberi penugasan untuk menceritakan kembali film sejarah tersebut. Berdasarkan pemaparan tentang literasi dan Gerakan Literasi Sekolah diatas dapat kita ketahui bahwa pada pengertian awalnya, literasi merupakan kemampuan individu mengolah dan memahami informasi saat membaca dan menulis. Namun, dalam perkembangannya literasi didefinisikan sebagai pembelajaran yang menempatkan empat kemampuan yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Hal tersebut didukung dengan dicanangkannya peraturan pemerintah mengenai GLS,. yang didalamnya termuat tahap.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. pembelajaran. Untuk itu Empat kemampuan yang termuat dalam pembelajaran literasi dapat dijadikan strategi guru dalam proses belajar mengajar di kelas, yang diyakini dapat meningkatkan kreativitas, dan pengetahuan peserta didik. 2. Pembelajaran Sejarah a. Pembelajaran Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh faktor eksternal agar terjadi proses belajar pada diri individu yang belajar. 35 Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.36 Proses pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.37 Perencanaan belajar mengajar yang paling penting untuk disiapkan terlebih dahulu ialah penyusunan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang didalamnya meliputi Kompetensi Dasar, indikator, alat evaluasi, bahan ajar, metode pembelajaran, model pembelajaran, media/alat pembelajaran,serta kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, dalam pelaksanaan proses aktivitas belajar, semua yang telah direncanakan dalam RPP akan digunakan oleh guru sebagai panduan yaitu dengan menggunakan metode, model, dan media yang telah dipilih oleh guru. Proses pembelajaran yang terakhir ialah evaluasi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran perlu dilakukan penilaian pembelajaran atas tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal 35. Karwono dan Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran: Serta Pemanfaatan Sumber Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2017, hlm. 19-20. 36 Ibid., hlm. 23. 37 Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011, hlm. 81..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. tersebut dilakukan guna melihat pemahaman peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Secara umum pembelajaran memiliki tujuan sebagai upaya mempengaruhi peserta didik agar terjadi proses belajar. Oleh karena itu perlu diupayakan suatu cara atau metode serta dorongan motivasi bagi peserta didik guna membantu terjadinya proses belajar agar belajar menjadi lebih efektif, efisien dan terarah pada tujuan yang ditetapkan. Dorongan motivasi dalam diri peserta didik bertujuan supaya peserta didik tertarik untuk melakukan aktivitas belajar. Dalam proses pembelajaran motivasi peserta didik merupakan salah satu hal terpenting untuk diperhatikan. Dalam konteks pembelajaran, motivasi berarti seni atau upaya mendorong peserta didik agar dapat tergerak untuk melakukan kegiatan belajar guna mencapai tujuan belajar. Motivasi memegang peran penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang pada peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.38 Untuk itu, dalam proses pembelajaran guru dianjurkan untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menggerakkan dan mengaktifkan peserta didik secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Pencapaian tujuan pembelajaran harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik bahan ajar, karakteristik peserta didik, dan. ketersediaan. sumber belajar. Misalnya, untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam pembelajaran sejarah tentang “ Mampu mengaplikasikan nilai-nilai masa lampau yang dapat digunakan dalam menghadapi masa kini”, tidak menarik jika hanya. 38. Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1996, hlm. 88..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. dicapai melalui metode ceramah dan evaluasi yang dilakukan melalui tes tertulis karena peserta didik hanya akan menganggap lalu pembelajaran tersebut. Akan lebih baiknya jika peserta didik digerakkan untuk mencari informasi-informasi di berbagai sumber dan mengolah informasi tersebut, hingga peserta didik dapat menemukan sendiri berbagai macam nilai-nilai yang kemudian dapat diaplikas ikan dalam kehidupannya di masa kini. Informasi merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan.39 Penerapan teori pengolahan informasi dalam pembelajaran berasal dari asumsi bahwa memori manusia itu suatu sistem yang aktif, yang menyeleksi, mengorganisasi, dan mengubahnya menjadi sebuah informasi dan keterampilan untuk di pelajari. Komponen belajar menurut teori pengolah informasi yaitu: (1) perhatian ditujukan pada stimulus, (2) pengodean stimulus, (3) penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival). Atas dasar komponen belajar tersebut selanjutnya hal mendasar dari pembelajaran yang dapat dilakukan adalah 40: 1) Membimbing Peserta didik dalam penerimaan Stimulus Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan berkaitan membimbing perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus antara lain: (a) memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang dipilih, (b) menggali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Hal penting agar kegiatan menyajikan focus 39 40. Karwono dan Heni Mularsih, op. cit., hlm. 150. Ibid., hlm. 153-156..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. adalah memudahkan peserta didik untuk menerima informasi yang cermat dan lengkap. 2) Memperlancar Mengode Selama belajar, fungsi pengodean adalah menyiapkan informasi baru untuk disimpan kedalam memori jangka panjang. Proses ini menghendaki transformasi informasi menjadi kode ringkasan untuk memudahkan mengingat kembali diwaktu kemudian. 3) Memperlancar Penyimpanan dan Retrival Siasat pengodean penting karena dapat meningkatkan kemampuan mengingat kembali. Berbagai macam model salah satunya seperti citra visual memberikan pengisyarat untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan elaborasi basis peserta didik keduanya memberi sumbangan dalam mengingat kembali. Sistem pembelajaran yang baik dapat membantu peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Pembiasaan pengelolaan informasi dari berbagai macam sumber yang diterapkan pada diri peserta didik dapat menumbuhkan perkembangan kemampuan secara optimal dalam beberapa aspek diantaranya, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. b. Sejarah Sejarah berasal dari kata syajaratun (bahasa Arab), yang berarti pohon. Sejarah dalam bahasa Inggris ialah history (Bahasa Latin dan Yunani Historia).41 Sedangkan sejarah dalam pandangan R. Mohammad Ali adalah (1) jumlah. 41. Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm. 1..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. perubahan-perubahan,. kejadian-kejadian,. dan. peristiwa-peristiwa. dalam. kenyataan sekitar kita, (2) cerita tentang perubahan-perubahan itu dan sebagainya, dan (3) ilmu yang bertugas menyelidiki tentang tentang perubahan dan sebagainya.42 Sejarah dimaksudkan sebagai rekontruksi masa lalu dan yang direkontruksi sejarah adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami manusia. Sejarah memiliki arti subjektif dan objektif. Sejarah dalam arti subjektif merupakan suatu konstruk, ialah bangunan yang disusun oleh penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Sejarah dalam arti objektif menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri, ialah peristiwa sejarah dalam kenyataannya. Kejadian itu sekali terjadi tidak dapat diulang atau terulang lagi. 43 Mengajar sejarah berarti membantu peserta didik untuk mempelajari sejarah sehingga kita perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah sebelum menelaah strategi dan teknik yang dapat digunakan guru untuk membantu peserta didik dalam belajar.44 Sampai saat ini sebagian besar pembelajaran sejarah di sekolah menengah masih menitikberatkan pada kegiatan menghafal fakta-fakta sejarah. Materi sejarah harus disusun sedemikian rupa hingga membentuk sebuah urutan cerita yang logis dan mudah dipahami oleh peserta didik.45 Oleh karena itu, sebagai seorang guru sejarah, harus memiliki wawasan yang luas tentang sejarah dan strategi serta teknik pembelajaran yang 42. Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011, hlm. 4-7. 43 Aman, op.cit. hlm. 13-15. 44 Brian Garvei dan Mary Krug, Model-Model Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2015, hlm. 1. 45 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan, dan Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Aswaja Pressido, 2014, hlm. 56..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. baru agar peserta didik nantinya dapat dengan mudah memahami penjelasan guru tentang sejarah sehingga peserta didik tidak hanya menghafal pelajaran demi keberhasilan dalam menjawab soal-soal ujian atau tes tetapi fakta sejarah itu bener-benar dapat melekat pada pemahaman peserta didik. Menurut Winata Putera dalam buku Aman, mengajar merupakan suatu aktivitas professional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi. Guru dituntut untuk mampu mengelola kegiatan pembelajaran dalam hal merencanakan, mengatur dan mengarahkan.46 Dalam proses pembelajaran sejarah peran penting pembelajaran terlihat jelas bukan hanya sebagai proses transfer ide, akan tetapi juga proses pendewasaan peserta didik untuk memahami identitas, jati diri dan kepribadian bangsa melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah. Dengan demikian pembelajaran sejarah hendaknya memperhatikan beberapa prinsip 47: 1) Pembelajaran yang dilakukan haruslah sesuai terhadap perkembangan peserta didik dan perkembangan zaman. Banyak nilai dan fakta sejarah yang bila disampaikan dengan benar dan sesuai dengan alam pikiran peserta didik akan mampu membangkitkan pemahaman dan kesadaran peserta didik terhadap nilai-nilai nasionalisme, patriotisme dan persatuan. 2) Pembelajaran. sejarah. hendaklah. berorientasi. pada. pendekatan. nilai.. Menyampaikan fakta memang sangat penting dalam pembelajaran sejarah, akan tertapi yang juga tidak kalah penting adalah bagaimana mengupas faktafakta tersebut dan mengambil intisari nilai yang terdapat di dalamnya sehingga. 46 47. Aman, op.cit., hlm.64. Ibid., hlm. 56-57..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. si pembelajar akan menjadi lebih mawas diri sebagai akibat dari pemahaman nilai tersebut. 3) Strategi pembelajaran yang digunakan hendaklah tidak mematikan kreatifitas dan memaksa peserta didik hanya untuk menghafal fakta dalam buku teks. Sejarah sudah saatnya diajarkan dengan cara yang berbeda, kebekuan pembelajaran yang terjadi sering kali dikarenakan rendahnya kreatifitas dalam pembelajaran sejarah. Sebagai akibatnya kejenuhan seringkali menjadi faktor utama yang dihadapi guru dalam mengajarkan sejarah dan siswa dalam belajar sejarah. Dari tiga hal tersebut dapat dipahami bahwa tantangan guru dalam mengajarkan sejarah menjadi tidak mudah. Pengajar harus memahami betul apa tujuan dari pembelajaran sejarah. Dalam proses pembelajaran sejarah berikut terdapat tujuan pembelajaran sejarah nasional, yaitu: 1) Membangkitkan, mengembangkan serta memelihara semangat kebangsaan. 2) Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam segala lapangan. 3) Membangkitkan hasrat mempelajari sejarah kebangsaan dan mempelajarinya sebagai bagian dari sejarah dunia. 4) Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan Undang-Undang Pendidikan) serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itu sepanjang masa. Teori Bloom menganggap bahwa perlunya. melakukan penilaian. pembelajaran sejarah atas tiga ranah atau domain yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.48 Pembelajaran sejarah yang diimplementasikan secara baik dapat mengembangkan kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada peserta didik. Pembelajaran sejarah yang baik juga dapat menjadikan peserta didik untuk 48. Ibid., hlm. 75..

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. berpikir kritis. Berpikir kritis inilah yang sebenarnya dapat menuntun peserta didik untuk memahami makna sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah umum. Untuk itu, pembelajaran sejarah harus diorganisir dan dalam kegiatankegiatan yang bersifat nyata, menarik, dan berguna bagi diri peserta didik.49 Berdasarkan. penjelasan. mengenai. pembelajaran. sejarah,. dapat. disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah merupakan proses pembelajaran yang menekankan peserta didik untuk memahami identitas, jati diri dan kepribadian bangsa melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah. Pembelajaran sejarah bukan hanya diartikan sebagai transfer ide atau materi, tetapi juga terdapat nilainilai yang dapat ditanamkan bagi diri peserta didik. Pembelajaran sejarah yang baik juga dapat menjadikan peserta didik untuk berpikir kritis untuk memahami makna sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah umum.Pembelajaran sejarah yang diimplementasikan secara baik dapat mengembangkan kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada peserta didik.. 3. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil bentukan dari orang yang sedang belajar.50 Menurut J. Piaget, konstruktivisme lebih mengarah pada penemuan sebuah teori dari realitas keseharian peserta didik. Proses belajar mengajar bukan sekedar. 49 50. Aman, op.cit., hlm. 110. Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter, Jakarta: Rajawali Pers, 2014. hlm. 161..

Gambar

Tabel 1. Pihak Pelaksanaan Komponen Literasi
Tabel  2  di  bawah  ini  mencantumkan  beberapa  parameter  yang  dapat digunakan sekolah untuk membangun budaya literasi sekolah yang baik
Tabel 3. Tahap 1 GLS (Tahap Pembiasaan)
Tabel 4. Tahap 2 GLS (Tahap Pengembangan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan

Pada tahap pengembangan ini juga masih terus mengalami perkembangan salah satu contohnya adalah dengan disediakannya lemari buku di setiap kelas yang nantinya akan digunakan

Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh warga sekolah agar terjalin interaksi yang literat. Beberapa kegiatan yang

Dalam pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan guru dituntut untuk memilih media pembelajaran yang efektif dan efisien agar dalam proses pembelajaran peserta didik lebih

Prestasi belajar merupakan hasil pengukuran kemampuan baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik dari peserta didik yang diperoleh dari kegiatan dalam proses

Kegiatan yang dilakukan oleh guru pada tahap pendahuluan adalah menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, memberi motivasi

Melalui kegiatan Pembelajaran discovery Learning dan Pendekatan Scientific Learning dalam pembelajaran diharapkan peserta didik terlibat aktif dan bertanggungjawab dalam menyampaikan

Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:  Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yang bermakna  Memfasilitasi peserta didik