• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA MTSN 2 MEDAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA MTSN 2 MEDAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIKA DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA

MTsN 2 MEDAN MELALUI PENDEKATAN

MATEMATIKA REALISTIK

TESIS

Oleh :

MUHAMMAD ARIF HIDAYAT NIM. 8106171014

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi PendidikanMatematika

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

MUHAMMAD ARIF HIDAYAT. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kecerdasan Emosional Siswa MTsN 2 Medan Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2014.

Kata kunci: pembelajaran matematika realistik, kecerdasan emosional, proses pembelajaran, bentuk jawaban siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa MTsN 2 Medan melalui pendekatan matematika realistik, mendeskripsikan keefektifan pembelajaran matematika realistik untuk topik bangun datar di kelas VII MTsN 2 Medan, Penelitian ini merupakan penelitian quansi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa MTsN 2 Medan. Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Siswa kelas VII (1) sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan pendekatan matematika realistikdan siswa kelas VII (5) sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran biasa. Instrumen yang digunakan terdiri dari: tes kemampuan pemecahan masalah, angket kecerdasan emosional, aktivitas siswa, proses jawaban siswa.Analisis data dilakukan dengan uji t dan anava dua jalur.

(7)

ABSTRACT

MUHAMMAD ARIF HIDAYAT. The Increasing of Competency in Problem Solving and Emotional Intelligence of Students of MTsN 2 Medan by Realistic Mathematic Approach. Thesis of Study Program of Mathematic Education of Postgraduate of State University of Medan 2014.

Keywords : Realistic Mathematic Teaching, Emotional Intelligence, Student Activities, Student answering process.

This research aims to compare the increasing of competency in problem solving and emotional intelligence of students of MTsN 2 Medan by realistic mathematic approach, to describe effectiveness of realistic mathematic teaching for flat structure topic in grade VII MTsN 2 Medan.

This research is a quasi experiment. The population in this research is student of MTsN 2 Medan. The sample was taken by random sampling. The student of Grade VII(1) is an experiment class with realistic mathematic approach treatment and student of Grade VII(5) as control class with traditional teaching method. The applied instrument is consisting of competency test in problem solving, emotional intelligence questionnaire, student activity, student answering process. The data analysis was conducted by t test and two ways ANAVA.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul :“Peningkatan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Kecerdasan Emosional

Siswa MTsN 2 Medan Melalui Pendekatan Matematika Realistik” dapat

diselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan

dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih Kepada :

1. Ayahanda tercinta Syahrul Affan, SH, MH yang telah begitu banyak

memberikan doa, motivasi, moril, materil serta kasih sayangnya yang

begitu besar sehingga penulis dapat menempuh Gelar Magister

Pendidikan.

2. Ibunda tercinta Tengku Leilina, Amd yang telah membesarkan ananda

penulis dengan kasih sayang yang luar biasa serta doa yang luar biasa

sehingga ananda penulis bisa meraih Gelar Magister Pendidikan. Dan

sembah sujud ananda buat Ibunda tercinta.

3. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku pembimbing I dan sekretaris

Prodi Pendidikan Matematika yang telah banyak membantu dalam

memberi arahan, ilmu, dan sarannya kepada penulis dalam penyelesaian

tesis ini.

4. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd, M.A, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing II

di tengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan

(9)

memberikan motivasi bagi penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan

dengan baik.

5. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika Pascasarjana Unimed dan juga sebagai

narasumber penulis yang telah banyak memberikan penulis bimbingan dan

ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

6. Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku staf Program Studi Pendidikan

Matematika Pascasarjana Unimed yang telah banyak memberikan

semangat dan membantu dalam penyelesaian tesis ini.

7. Bapak Dr. Kms. Muhammad Amin Fauzi, M.Pd selaku narasumber yang

telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan

tesis ini menjadi lebih baik.

8. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku narasumber yang telah memberikan

saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi

lebih baik dan juga menjadi validator yang sangat baik bagi penulis dan

tetap memberikan semangat dan juga motivasinya.

9. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana Unimed.

10. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program

Pascasarjana Unimed.

11. Sri Lestari Manurung, M.Pd., Nur Hasanah Siregar,M.Pd, Feri Tiona

Pasaribu,M.Pd., dan Sari Afriana Harahap, M.Pd selaku Validator yang

(10)

12. Ibu Dra.Nursalimi,M.Ag selaku Kepala MTs Negeri 2 Medan yang telah

memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk untuk melakukan

penelitian.

13. Ibu Anda,S.Ag, M.Pd yang telah banyak membantu penulis pada saat

penelitian lapangan di MTsN 2 Medan.

14. Adinda tercinta Abdul Rasyid Fadhlan Khair yang senantiasa menemani

penulis dalam penyelesaian tesis ini hingga memperoleh Gelar Magister

Pendidikan.

15. Yang tercinta dan tersayang yang istimewa Dwi Rizki Adyati yang telah

banyak memberikan motivasi, nasehat, kasih sayang, perhatian dan

senantiasa menemani penulis dalam suka maupun duka sehingga penulis

dapat menempuh Gelar Magister Pendidikan.

16. Opung Tercinta Drs. H. Zulkifli Simatupang, M.Pd yang telah banyak

membantu ananda penulis dalam keadaan suka maupun duka, memberikan

begitu banyak ilmu dan nasehat yang bijaksana kepada penulis setiap

saatnya.

17. Alm. Tulang Zainuddin Tanjung yang telah memberikan ananda penulis

nasehat, bantuan moril, materil dan juga motivasinya, semoga alm Tulang

Zainuddin Tanjung mendapatkan surga di sisi Allah Swt.

18. Nantulang Dra. Hj. Nurhafni Tambunan, M.Si yang selalu memberikan

ananda nasehat kebaikan dalam pendidikan.

19. Ummi tercinta Prof. Dr. Hj. Djanius Djamin, SH, M.Si yang telah banyak

(11)

20. Abangda tercinta Dr. H. Haikal Rahman, M.Si yang telah banyak

membantu ananda penulis dalam memberikan ilmu serta kebijaksaan

dalam menyelesaikan tesis ini.

21. Abangda tercinta Yusri Effendi, S.Pd selaku Kabag Puskom Unimed yang

telah banyak membantu ananda tercinta selama perkuliahan.

22. Opung tercinta Ahmad Suhaely Dongoran, SP yang telah banyak

memberikan nasehat, ilmu, materi dan juga waktu yang luang bagi ananda

penulis.

23. Abangda tercinta Dedi Husrizal Syah, SE, M.Si dan kakanda Syukriyah,

S.Pd.I, M.Pd yang telah memberikan ananda bantuan moril, maupun

materil serta nasehat dan ilmu yan terbaik bagi ananda penulis.

24. Uwak tercinta Dr. Alkhafi Maas Siregar, S.Si.,M.Si yang telah banyak

membantu ananda penulis dalam keadaan suka maupun duka, memberikan

begitu banyak ilmu dan nasehat yang bijaksana kepada penulis setiap

saatnya.

25. Abangda tercinta Mukti Hamjah Harahap, S.Si, M.Si yang telah banyak

memberikan nasehat, ilmu, materi dan juga waktu yang luang bagi ananda

penulis.

26. Abangda tercinta Indra Maipita, M.Si, PhD yang telah banyak membantu

ananda penulis dalam keadaan suka maupun duka, memberikan begitu

banyak ilmu dan nasehat yang bijaksana kepada penulis setiap saatnya.

27. Opung Faisal.R. Dongoran, SE, M.Si yang telah banyak memberikan

(12)

28. H. M. Husni Hasbisyah dan Dra. Hj Nasriah, M.Pd yang telah banyak

memberikan nasehat, ilmu, materi dan juga waktu yang luang bagi ananda

penulis.

29. Abangda Ramli, SE yang telah banyak membantu ananda penulis dalam

keadaan suka maupun duka, memberikan begitu banyak ilmu dan nasehat

yang bijaksana kepada penulis setiap saatnya.

30. Ikhwanul Hakim Dasopang, S.Pd.I yang telah banyak membantu ananda

penulis dalam memberikan ilmu serta kebijaksaan dalam menyelesaikan

tesis ini.

31. Fahmi Iskandar Muda, S.Pd.I, Ikhwan Yusuf, S.Pd.I, yang telah banyak

membantu ananda penulis dalam memberikan ilmu serta kebijaksaan

dalam menyelesaikan tesis ini.

32. Siswadi, S.Pd.I, M.Pd yang telah banyak memberikan nasehat, ilmu,

materi dan juga waktu yang luang bagi ananda penulis.

33. Brigadir Pol. Muhammad Murdan Syafi'i Dasuha yang telah banyak

memberikan nasehat, ilmu, materi dan juga waktu yang luang bagi ananda

penulis.

34. Drs. H. Ali Mukhlis AR, MA sebagai Ketua STAIJM yang telah banyak

memberikan bantuan dan nasehat yang baik kepada ananda penulis.

35. Ummi Dra, Hj. Usmaidar, M.Pd sebagai Pembantu Ketua II STAIJM yang

telah banyak memberikan semangat, bantuan materi dan juga nasehat yang

dapat menyejukkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Gelar

(13)

36. Drs.H.Abdul Halim,M.Pd.I yang telah banyak memberikan bantuan dan

nasehat yang baik kepada ananda penulis.

37. Seluruh Mahasiswa dan Mahasiswi STAIJM yang telah banyak membantu

penulis dalam penelitian lapangan dan juga kebaikan atas waktu dan

kesempatannya.

Semoga Allah SWT membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibuserta

Saudara/I, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi guru matematika dan perkembangan dunia pendidikan khususnya

matematika.Namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi

maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, 09 Oktober 2014

Penulis

(14)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 15

C. Batasan Masalah ... 15

D. Rumusan Masalah ... 16

E. Tujuan Penelitian ... 16

F. Manfaat Penelitian ... 17

G. Definisi Operasional ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

A. Kerangka Teoritis ... 21

1. Pembelajaran Matematika ... 21

2. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik ... 24

3. Karakteristik PMR ... 30

4. Pembelajaran Biasa ... 38

5. Teori Belajar Pendukung ... 46

6. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 52

7. Langkah Pemecahan Masalah ... 71

8. Proses Penyelesaian Masalah Matematika ... 75

9. Kecerdasan Emosional ... 76

10.Faktor Kecerdasan Emosional ... 79

B. Penelitian yang Relevan ... 81

C. Kerangka Konseptual ... 84

(15)

BAB III METODE PENELITIAN ... 95

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 95

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 95

C. Variable Penelitian ... 97

D. Desain Penelitian ... 99

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 108

F. Prosedur Penelitian ... 109

G. Teknik Pengumpulan Data ... 110

H. Teknik Analisa Data ... 116

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 135

A. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 136

1. Deskripsi Kemampuan Awal (Pretest) Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sebelum Pembelajaran... 136

a. Uji Normalitas ... 141

b. Uji Homogenitas ... 142

2. Deskripsi Kemampuan Akhir (Posttes) Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 145

a. Uji Normalitas ... 148

b. Uji Homogenitas ... 150

3. Deskripsi Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 153

a. Uji Normalitas ... 155

b. Uji Homogenitas ... 156

B. Deskripsi Angket Kecerdasan Emosional Siswa ... 160

a. Uji Normalitas ... 164

b. Uji Homogenitas ... 166

c. Deskripsi Uji ANAVA Dua Jalur ... 169

C. Hasil Proses Pembelajaran Siswa Selama Pembelajaran PMR ... 170

(16)

Masalah Matematika ... 174

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 194

1. Faktor Pembelajaran ... 195

a. Bahan Ajar ... 197

b. Guru ... 197

c. Peran Aktif Siswa ... 199

d. Interaksi... 200

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 201

3. Kecerdasan Emosional ... 212

4. Keterbatasan Penelitian ... 221

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 222

A. Simpulan ... 222

B. Saran ... 223

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Model Pedagogi pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 35

Tabel 2.2. Sintak Implementasi Pendekatan Matematika Realistik ... 36

Tabel 2.3 Perbedaan Pendekatan Matematika Realistik dengan Pembelajaran Biasa ... 41

Tabel 2.4. Sintaks Pembelajaran Biasa ... 46

Tabel 3.1. Siswa Kelas VII MTsN Medan Tahun Ajaran 2013/2014 ... 96

Tabel 3.2. Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa ... 97

Tabel 3.3. Tabel Weiner Keterkaitan Antara Variable Bebas dan Variable Terikat ... 98

Tabel 3.4. Rancangan Uji Coba ... 99

Tabel 3.5. Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba ... 105

Tabel 3.6. Tingkat Kesukaran Soal Hasil Uji Coba ... 104

Tabel 3.7. Daya Pembeda Soal Hasil Uji Coba ... 106

Tabel 3.8. Rancangan Penelitian ... 106

Tabel 3.9. Rangkuman Perhitungan Peningkatan (Gain) Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Kecerdasan Emosional ... 107

Tabel 3.10 Rangkuman Perhitungan Peningkatan (Gain) Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Matematika Siswa ... 107

Tabel 3.11. Rangkuman Perhitungan Peningkatan (Gain) Kecerdasan Emosional Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Matematika Siswa ... 107

Tabel 3.12. Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 111

Tabel 3.13 Skor Alternatif Pemecahan Maslah Matematika ... 112

Tabel 3.14 Kisi-Kisi Kecerdasan Emosional ... 114

Tabel 3.15. Persentase Waktu Ideal (PWI) Aktivitas Siswa ... 116

Tabel 3.16. Desain Faktorial 3 x 2 untuk Mengetahui Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Matematika Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 124

(18)

Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Matematika

Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa ... 125

Tabel 3.18. Tabel Perhitungan Rerata untuk Mengetahui Interaksi antara

Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Matematika

Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa ... 127

Tabel 3.19. Desain Faktorial 3 x 2 untuk Mengetahui Interaksi antara

Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan

MatematikaSiswa Terhadap Peningkatan Berdasarkan

Emosional Siswa ... 128

Tabel 3.20. Rancangan Tabel Anova untuk Mengetahui Interaksi antara

Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Matematika

Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan

Masalah Siswa ... 129

Tabel 3.21. Rancangan Tabel Anova untuk Mengetahui Interaksi antara

Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Matematika

Siswa Terhadap Peningkatan Kecerdasan Emosional ... 131

Tabel 3.22. Tabel Perhitungan Rerata untuk Mengetahui Interaksi antara

Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Matematika

Siswa Terhadap Peningkatan Berdasarkan Emosional

Siswa ... 132

Tabel 3.23 Keterkaitan antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data

Alat Uji dan Uji Statistik ... 133

Tabel 4.1 Data Kemampuan Tes awal Pemecahan Masalah

Matematika Kelas Eksperimen ... 136

Tabel 4.2 Data Tes Kemampuan awal Pemecahan Masalah

Matematika Kelas Kontrol ... 138

Tabel 4.3. Data Hasil Tes Kemampuan awal (Pretest) Pemecahan

Masalah Matematika Kelompok Data Pendekatan

Matematika Realistik (PMR) dan Pembelajaran

(19)

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan awal (Pretest)

Pemecahan Masalah Matematika Kelompok PMR ... 141

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan awal (Pretest)

Pemecahan Masalah Matematika Kelompok

Pembelajaran Biasa ... 141

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Tes Kemampuan Awal (Pretest)

Keseluruhan Aspek Pemecahan Masalah ... 143

Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Pretes Keseluruhan

Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok

Data PMR dan Pembelajaran Biasa ... 144

Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Pretes Keseluruhan

Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok

Data PMR dan Pembelajaran Biasa ... 144

Tabel 4.9 Data Kemampuan Tes Akhir Pemecahan Masalah

Matematika Kelas Eksperimen ... 145

Tabel 4.10 Data Tes Kemampuan akhir Pemecahan Masalah

Matematika Kelas Kontrol ... 146

Tabel 4.11 Data Hasil Tes akhir (Postest) Pemecahan Masalah

Matematika Kelompok Data Pendekatan Matematika

Realistik (PMR) dan Pembelajaran Biasa ... 147

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Tes akhir (Postest)

Pemecahan Masalah Matematika Kelompok PMR ... 149

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Tes akhir (Postest)

Pemecahan Masalah Matematika Kelompok

Pembelajaran Biasa ... 149

Tabel 4.14 Uji Homogenitas Tes Kemampuan Akhir (Postes)

Keseluruhan Aspek Pemecahan Masalah Kelompok Data

PMR dan Pembelajaran Biasa ... 151

Tabel 4.15 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Postes Keseluruhan

Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok

Data PMR dan Pembelajaran Biasa ... 152

Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

(20)

Tabel 4.17 Rata-Rata Gain Kemampuan Pemecahan Masalah

Kelompok Pembelajaran Matematika Realistik

dan Pembelajaran Biasa Berdasarkan

Kemampuan Keseluruhan Aspek ... 153

Tabel 4.18 Uji Normalitas Rata-Rata Gain Kemampuan

Pemecahan Masalah Kelompok Data PMR dan

Pembelajaran Biasa ... 155

Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas Gain Kemampuan

Pemecahan Masalah Kelompok Data PMR dan

Pembelajaran Biasa ... 157

Tabel 4.20 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Gain Kemampuan

Pemecahan Masalah Kelompok Data PMR dan

Pembelajaran Biasa ... 158

Tabel 4.21 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Gain Kemampuan

Pemecahan Masalah Kelompok Data PMR dan

Pembelajaran Biasa ... 158

Tabel 4.22 Uji ANAVA Faktorial 2 x 2 Gain Ternomalisasi

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 159

Tabel 4.23 Data Angket Kecerdasan Emosional Kelas Eksperimen ... 161

Tabel 4.24 Data Angket Kecerdasan Emosional Kelas Kontrol ... 162

Tabel 4.25 Data Hasil AngketKecerdasan Emosional Data

Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan

Pembelajaran Biasa ... 163

Tabel 4.26 Hasil Uji Normalitas AngketKecerdasan Emosional

Kelompok PMR ... 165

Tabel 4.27 Hasil Uji Normalitas Angket Kecerdasan Emosional

Kelompok Pembelajaran Biasa ... 165

Tabel 4.28 Uji Homogenitas Angket Keseluruhan Aspek Kelompok

Data PMR dan Pembelajaran Biasa ... 167

Tabel 4.29 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Angket Keseluruhan

Aspek Kelompok PMR dan Pembelajaran Biasa ... 168

Tabel 4.30 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Angket Keseluruhan

(21)

Tabel 4.31 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Kecerdasan Emosional Pada Taraf Signifikan 5% ... 169

Tabel 4.32 Uji ANAVA Faktorial 2 x 2 Antara Angket Keseluruhan

Aspek Kelompok PMR dan Pembelajaran Biasa ... 168

Tabel 4.33 Aktivitas Siswa selama Kegiatan Pembelajaran

Kelas Eksperimen ... 171

Tabel 4.34 Perbandingan Rata-Rata Nilai Tes Pemecahan Masalah ... 192

Tabel 4.35 Interval Nilai Tes Akhir Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Kelas Eksperimen ... 192

Tabel 4.36 Interval Nilai Tes Akhir Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Kelas Kontrol ... 193

(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lembar Jawaban Siswa yang Memiliki Kemampuan

Pemecahan Masalah Kategori Rendah ... 6

Gambar 2.1 Matematisasi Konseptual Jan de Lange ... 33

Gambar 2.2 Alur Pemecahan Masalah Menggunakan Matematika ... 61

Gambar 4.1 Perbandingan Skor Rata-rata Tes Kemampuan awal

(Pretest) Pemecahan Masalah Matematika Kelompok

Data Pendekatan Matematika realistik(PMR) dan

Pembelajaran Biasa ... 140

Gambar 4.2 Perbandingan Skor Rata-rata Tes akhir (Postest)

Pemecahan Masalah Matematika Kelompok Data

Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan

Pembelajaran Biasa ... 147

Gambar 4.3 Diagram Mean dan Standar Deviasi Gain Ternormalisasi

Kemampuan Pemecahan Masalah berdasarkan

Faktor Pembelajaran Keseluruhan Aspek ... 154

Gambar 4.4 Interaksi Antara Pembelajaran Dengan Kemampuan

Awal Terhadap Pemecahan Masalah ... 160

Gambar 4.5 Perbandingan Skor Rata-rata Angket Kelompok

Data Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan

Pembelajaran Biasa ... 163

Gambar 4.6 Interaksi Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Siswa

Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa ... 170

Gambar 4.7 Kategori Pengamatan Aktivitas Siswa ... 172

Gambar 4.8 Bentuk Penyelesaian Tes Awal Pemecahan Masalah butir

soal 1 Kelas Eksperimen ... 176

Gambar 4.9 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir

soal 1 Kelas Eksperimen ... 177

Gambar 4.10 Bentuk Penyelesaian Tes Awal Pemecahan Masalah

butir soal 1 Kelas Kontrol ... 178

Gambar 4.11 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah

butir soal 1 Kelas Kontrol ... 179

(23)

butir soal 2 Kelas Eksperimen ... 180

Gambar 4.13 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah

butir soal 2 Kelas Eksperimen ... 181

Gambar 4.14 Bentuk Penyelesaian Tes Awal Pemecahan Masalah

butir soal 2 Kelas Kontrol ... 182

Gambar 4.15 Bentuk Penyelesaian Tes AkhirPemecahan Masalah

butir soal 2 Kelas Kontrol ... 183

Gambar 4.16 Bentuk Penyelesaian Tes Awal Pemecahan Masalah

butir soal 3 Kelas Eksperimen ... 184

Gambar 4.17 Bentuk Penyelesaian Tes AkhirPemecahan Masalah

butir soal 3 Kelas Eksperimen ... 185

Gambar 4.18 Bentuk Penyelesaian Tes AwalPemecahan Masalah

butir soal 3 Kelas Kontrol ... 186

Gambar 4.19 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah

butir soal 3 Kelas Kontrol ... 187

Gambar 4.20. Bentuk Penyelesaian Tes Awal Pemecahan Masalah

butir soal 4 Kelas Eksperimen ... 188

Gambar 4.21 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah

butir soal 4 Kelas Eksperimen ... 189

Gambar 4.22. Bentuk Penyelesaian Tes Awal Pemecahan Masalah

butir soal 4 Kelas Kontrol ... 190

Gambar 4.23 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah

butir soal 4 Kelas Kontrol ... 191

Gambar. 4.24 Diagram Perbandingan Interval Tes Akhir

Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen

Dengan Kelas Kontrol... 194

Gambar 4.25 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir

soal1 Kelas Eksperimen ... 202

Gambar 4.26 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir

soal 1 Kelas Eksperimen ... 203

Gambar 4.27 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir

soal 2 Kelas Eksperimen ... 204

Gambar 4.28 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir

(24)

Gambar 4.29. Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir

soal 3 Kelas Eksperimen ... 207

Gambar 4.30 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir

soal 3 Kelas Eksperimen ... 208

Gambar 4.31 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir

soal 4 Kelas Eksperimen ... 209

Gambar 4.32 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir

soal 4 Kelas Eksperimen ... 210

Gambar 4.33 Kegiatan Proses Diskusi Pemecahan Masalah Kelas

Eksperimen Tahap Mengenali Emosi ... 213

Gambar 4.34 Kegiatan Proses Diskusi Pemecahan Masalah Kelas

Eksperimen Tahap Mengola Emosi ... 214

Gambar 4.35 Kegiatan Proses Diskusi Pemecahan Masalah Kelas

Eksperimen Tahap Memotivasi Diri Sendiri ... 215

Gambar 4.36 Kegiatan Proses Diskusi Pemecahan Masalah Kelas

Eksperimen Tahap Mengenali Emosi Orang Lain ... 218

Gambar 4.37 Kegiatan Proses Diskusi Pemecahan Masalah Kelas

Eksperimen Tahap Membina Hubungan Dengan

(25)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A.1 Kisi-Kisi Tes Pemecahan Masalah ... 235

A.2 Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah ... 236

A.3 Soal Pemecahan Masalah ... 237

A.4 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Emosional ... 243

A.5 Angket Kecerdasan Emosional ... 244

A.6 Jawaban Soal Pemecahan Masalah ... 247

LAMPIRAN B

B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk PMR ... 249

B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembelajaran Biasa... 284

B.3 Lembar Aktifitas Siswa ... 296

B.4 Buku Guru ... 330

B.5 Buku Siswa ... 368

LAMPIRAN C

C.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 388

LAMPIRAN D

D.1 Hasil validasi kelas eksperimen Rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) ... 389

D.2 Hasil Validasi Kelas Kontrol Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) ... 390

D.3 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 391

D.4 Hasil Angket Kecerdasan Emosional ... 392

D.5 Hasil Validasi Buku Guru ... 394

D.6 Hasil Validasi Buku Siswa ... 395

D.7 Hasil Perolehan Nilai Pretes PMR Dan Pembelajaran Biasa ... 396

D.8 Hasil Perolehan Nilai Postes PMR Dan Pembelajaran Biasa ... 398

D.9 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Postes Keseluruhan Aspek

(26)

x

Pembelajaran Biasa ... 400

D.10 Gein Kontrol ... 402

D.11 Gein Eksperimen ... 404

D.12 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata GainKemampuan Pemecahan

Masalah Kelompok Data PMR dan Pembelajaran Biasa ... 406

D.13 Hasil Perolehan Nilai Angket Kecerdasan Emosional

Kelompok Pembelajaran biasa ... 408

D.14 Hasil Perolehan Nilai Angket Kecerdasan Emosional Kelompok

PMR ... 410

D.15 Pembagian Kelompok Nilai Angket Kecerdasan Emosional

Pembelajaran Biasa ... 412

D.16 Pembagian Kelompok Nilai Angket Kecerdasan Emosional PMR ... 414

D.17 Hasil Uji Kecerdasan Emosional Kelompok Data PMR dan

Pembelajaran Biasa ... 416

LAMPIRAN E

E.1 Dokumentasi Kegiatan Penelitian... 418

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Allen. (1991). Cognitive Research in Information Science: Implications for Design. Annual Review of Information Science and Technology.

Arifin. (1997). Penegembangan Model Creative Problem Solving Berbasis Teknologi. Tersedia di: http://adi-negara.blogspot.com/.

Arikunto. S, (2002a), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi Angkasa, Jakarta.

Arikunto. S, (2002b). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Asep Sapa’at (2006). Pembelajaran dengan pendekatan Keterampilan Metakognitif Untuk Mengembangkan Kompetensi Matematika Siswa. Trainer Makmal Pendidikan LPI: Depdiknas Pusat Pengembangan dan Penataran Guru matematika Yogyakarta

Astuti, W.W. (2000). Penerapan Strategi Belajar Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada Pembelajaran Matematika Kelas II di MAN Magelang. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.

Bahri S. (2003). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Pemberian Bahan Ajar Pada Topik Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.

Barnes. (2004). Realistic Mathematics Education: Eelicting Alternative Mathematical Conceptions Of Learners. African Journal of Research in SMT Efucation.Vol 8(1). 55 – 64.

Ben-Zeev & Sternberg. (1988). Strategies for Teacher Teaching Content and Thinking Skills. New Jersey, Prentice Hall.

Berlin, D. F. dan Hillen, J.A. (1994). Making Connections in Math and Science: Identifying Student Outcomes. School Science and Mathematics Volume 94.

Blackman. Derek etc. all. (1982). Cognitive Styles And Learning Disabilities. Journal of Learning Disabelities.Vol 21, no. 5, page 106 – 115

Borasi, R. & Rose, B. J. (1989). Journal writing and mathematics instructions. Educational Studies in Mathematics.

Budiyono. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta. UNS Press.

Budiyono. (2004). Statistic Untuk Penelitian. Surakarta. UNS Press.

Burton, & Morfa. (2000). Mathematicians writing. Journal for Research in Mathematics

(28)

Cinzia Bonotto. (2000). Mathematics in and Out of School: Is it Possible Connet these

Contexts ? Exemplication from an in Primary Schools.

http//www.nku.edu/cheffield/bonottopbyd.htm

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta. Erlangga.

De Lange, Jan. (1996). Mathematics, Insight and Meaning. Utrecht.

___________. (1995). The Systematic Design of Instruction. 3rd edition. Florida: Harper Collins Pub.ishers.

___________. (1995).Assessment: No Change Without Problems, in: Romberg, T.A. (eds). Reform in School Mathematics And Authentic Assessment. New York, sunny press, 87 – 172.

Delima, (2002). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Depag, (1995) Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, GBPP Mata Pelajaran Matematika, Jakarta. Dirjen Binbaga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.(1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Depotter, Rori & Mike. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan. Gramedia.

Durren, E. P. dan Cherrington (1992) The Effect of Cooperative Group Work Versus Independent Practice on the Learning of some Problem-solving Strategies, Journal of School Science and Mathematics, Vol. 92 (2).

Endang Rahayu. (2008). Pendekatan Pembelajaran Kontruktivisme Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. UNS.

Fauzan. (2001). “Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Tantangan Dan Harapan.”. Makalah, disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika Realistic di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tanggal 14 – 15 November 2001.

Goleman, D. (2000). Leadership That Gets Results. Harvard Business Review.

_________ (2001). The New Leaders: Transforming the art of leadership into the science of results. London: Little, Brown.

(29)

Gravemeijer, K.P.E. (1994). Educatonla Development And Development Research In Mathematics Education. Journal for Research in Mathematics Education, 25(5), 443 – 471.

Grouws, D.A. (1984). Hand Book of Research on Mathematics. New York: Macmilian Company.

Gunawan, Ad. W, Membiasakan Belajar Nyaman danMenyenangkan. Gramedia

Guntur, M (2004). Efektivitas Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Konsep Ekologi Siswa Kelas I SMU. Tesis. PPS UPI Bandung:. Tidak diterbitkan.

Hadi. (2006). “Pembelajaran Matematika Realistik Di Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukamara (Topik Persamaan Garis Lurus)”. Tesis: Magister Pendidikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.

Haji. (2005). Matematika Sekolah Sebagai Wahana Pendidikan Nilai-Nilai Kehidupan (Suatu aspek formal yang perlu ditumbuhkan dalam pelaksanaan PMR). Buletin Pendidikan Matematika. Ambon. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pattimura.

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah. (2003). Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Kontruktivisme. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional.

Handoko.(2007).UpayaPeningkatanPemahamanKonsepMatematikaPadaBangunRuangMelal uiPendekatan Realistic Mathematic Education (RME): UMS

Haryanto, (2000). Perbandingan Hasil Belajar Matematika antara Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Kooperatif Jigsaw dengan Model Tradisional di Kelas II MAN Jember. Tesis, Bandung : PPS UPI (Tidak Dipublikasikan)

Henningsen, M. dan Stein, M.K. (1997) Mathematical Task and Student Cognition : Classroom based factors that Support and inhibit High-level Thinking and Reasoning, JRME,28,524-549

Hudoyo, H. (2001). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Matematika. Malang: Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang.

_________ (1989). Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di depan Kelas. Surabaya : Usaha Nasional.

_________ (2001). Pembelajaran Matematika. Dirjen Dikti: Jakarta

(30)

Ibrahim, M dan Nur, M (2000) Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : UNESA University Press

Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : Universitas Negeri Surabaya

Idris Harta. (2001). Landasan Pendidikan. UMS press

Irvine Clarke III, Theresia B, Flaherti and Michael Yankey. (2006). Teaching The Visual Learner, The Use Of Visual Summaries In Marketing Efucation, Journal of Marketing Education. Volume 28, no.3, page 218 – 226.

Kristyaningsih. (2004). Penggunaan Pendekatan Pemecahan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Di SMU Berdasarkan Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Pada Geometri Pokok Bahsan Dimensi Tiga. UNS.

Krulik, S dan Reys, R.E (1980). Problem Solving in School Mathematics. Virginia. NCTM.

Lasmawan, 1.W. (1997). Pengembangan Model Belajar Cooperative Learning dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Tesis. IKIP Bandung : Tidak Dipublikasikan.

LeDoux. (1970). Les dents des Squalidés de la Méditerranée Occidentale et de I’Atlantique nord-ouest Africain. Vie Milieu.

Lindquist, M & Elliott, P.C. (1996) Communication and Imperative for Change : A Conversation with Mary Lindquist, in Communication in Mathematicss, K-12 and Beyond, 1996 Year Book, National Council of Teachers of Mathematics.

Malone, J.A dan Krismanto, A (1997). Indonesian Students’ Attitudes and Perceptions towards Small-Group Work in Mathematics. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia, Vol. XVI, No. 2 tahun 1997.

Marpaung Yansen. (2001). Prospek Rme Untuk Pembelajaran Matematika Di Indonesia. Makalah disampaikan pada seminar Nasional Tentang Realistic Mathematic Education Universitas Negeri Surabaya.

_________ (2003). Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Makalah seminar Nasional Komperda Himpunan Matematika Indonesia Wilayah Jawa Tengah dan DIY. Surakarta.

Masyhur dan Fathani (2007). Pembelajaran Matematika. Dirjen Dikti: Jakarta

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conseptual Learning Gain in Physics. American Journal of Physics. Vol. 70. Page. 1259-1268.

(31)

Nasution, S (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.

National Council of Teacher of Mathematics (2000), Principles and Standarts for School Mathematics, Reaston , VA: NCTM

_________(1989) Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, reaston , VA: NCTM

_________(1989). Assessment Standards for School Mathematics. Amerika, NCTM.

NCES 2011–018 Raue, K., and Lewis, L. (2011). Students With Disabilities at Degree-Granting Postsecondary Institutions. U.S. Department of Education, National Center for Education Statistics. Washington, DC: U.S. Government Printing Office.

Noer, (2007). Teori Belajar. Surabaya: Unesa. University Press.

Nur, M. dan Samani, M (1996). Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Keterampilan Proses. Depdikbud. Jakarta.

Oemar Hamalik. (2003). Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Bandung: Mandar Maju.

Ong Eng Tek (1996). The Effect of Cooperative Learning on the Mathematics Achievement of Form 4 Students in A Malaysian Secondary School. Journal of Science and Mathematics Education in SE Asia. Vol XXI No.2.

Orlich, D.C. (1990). Teaching Strategies, A Guide to Better Instruction. Lexington: D.C. Health & Co.

Panjaitaan, (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana, Prenada Media Group.

Piaget, Inhelder, (1968). Psychology and Epistemology. New York : The Viking Press.

Polya, G (1957). How to Solve it. A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey : Princeton University Press

Purwoto. (2003). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Surakarta: UNS Press.

Rahayu. (2005). Pembeljaran Matematika dengan Pendekatan PMRI Memang Beda: Buletin PMRI/VI/Peb/2005. http://www.pmri.or.id/main.php didownload 20 Pebruari 2009.

Raue, K,. And Lewis, L. (2001). Student with Disabelities at Degree-Granting Postsecondary Intitutions (NCES 2011 – 018).

(32)

Ruseffendi, H.E.T. (1998a). Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

_________ (1998b). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta lainnya. Semarang : IKIP Semarang

_________ (1991c). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito

Saifuddin Azwar. (2003). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Sanjaya, W. (2005). Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana.

Saragih, S (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pendekatan Matematik Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung : Program Pascasarjana UPI

Sawada, D. (1996). Mathematics as Connection Making in Japanese Elementary School. School Science and Mathematics. Vol 96 (5).

Shadiq, F. (2004). Implikasi Kontruktivisme dalam pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. (Online) (http://www.Konstruktivis.wordpress.com diakses 11 Mei 2004).

Shapiro. (1998). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA–UPI.

Slameto (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Sudrajat, A. (2008). Beda strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran. (Online). (http://blok-Indonesia.com/blok-archive 5650-261.html-16k diakses 12 September 2008).

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.

Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Second Edition. Massachusetts : Allyn and Bacon Publishers.

Soedjadi. (2003). PembelajaranMatematikaRealistik: PengenalanAwal Dan Praktis. Makalah, disampaikanpada seminar Nasionaltentang Realistic Mathermatic Education UniversitasNegeri Surabaya.

Soleh, M. (1988). Pokok-pokok Pengajaran Matematika Sekolah. Jakarta : Depdikbud.

Solehan. (1999). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Dirjen Dikdasmen Depdikbud.

(33)

Subiyanto. (1998). Common Text Book: Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA- UPI

Sudjana. (2002). Metode Statistika, Edisi ke-5. Bandung : Tarsito

Sugiono (2002) Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

Suharsono, N. (1991) Pengembangan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Disertasi PPS UNM Malang, tidak dipublikasikan.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusuma.

Suhendri. (2006). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. FMIPA-JICA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sukoriyanto. (2001). Beda strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran. (Online). (http://blok-Indonesia.com/blok-archive 5650-261.html-16k diakses 12 September 2012)

Sumarmo, U. (1994). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi , Makalah pada Pelatihan Guru MTs Bandung.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta, Kanisius

_________ (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jogjakarta, Kanisus

Suryosubroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta, PT. Rineka Cipta

Suyitno, Amin. (2004). Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Syaiful Bahri Djamarah. (1994). PrestasiBelajar Dan Kompetensi Guru Surabaya: Usaha Nasional.

Tapilouw. (1997). The New Leaders: Transforming the art of leadership into the science of results. London: Little, Brown

Tarigan. (2006). Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Pendidikan Matematika FMIPA UNES.

Turmudi (Ed). (2001) Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, JICA, FPMIFA-UPI

(34)

_________ (1994b). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Guru dan Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian IKIP Bandung : Tidak Dipublikasikan

_________ (1999c). Implementasi Kurikulum Matematika 1993 pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Laporan Penelitian IKIP Bandung : Tidak Dipublikasikan

_________ (2000d). Kecenderungan Pembelajaran Matematika pada Abad 21: Bandung: Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika FP MIPA

_________ (2002e). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Seminar Tingkat Nasional FPMIPA UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Van den Heuvel-Panhuizen, M. (1999). Realistic Mathematics Education, NORMA Lecture held in Kristiansand Norway, (http://www.fi.ruu.nl/en/rme).

Wahyudin. (1999) Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

_________ (2001). Belajar Tuntas dalam Pembelajaran Matematika Perlu Dipertanyakan. Makalah pada Seminar Nasional JICA. FMIPA UPI Bandung.

Wardhani, (2010). Inquiri dalam CTL dan Contoh Penerapannya pada Pembelajaran Matematika. Disajikan dalam Pelatihan TOT Pembelajaran Kontekstual untuk Instruktur/ Guru dan Dosen dari 24 Propinsi. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen. Tidak diterbitkan.

Webb, N.L. dan Coxford, A.F. (Eds, 1993), Assessment in Mathematics Classroom. Virginia : NCTM.

Widjaja, Y. B. And Heck, A. (2003). How A Realistic Mathematics Education Approach And Microcomputer-Based Laboratory Worked In Lessons On Graphing At An Indonesia Junior High School. Jornal of Science and Mathematics Education in Southesast Asia.Vol 26. No 2. PP. 1 – 51.

Winkel. W. S. (2004). Prikologi Pengajaran. Jogjakarta: Media Abadi.

(35)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata

pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu

diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali

peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan

kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar

peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,

tidak pasti, dan kompetitif.

Matematika merupakan buah pikir manusia yang kebenarannya bersifat

umum (deduktif). Kebenarannya tidak bergantung pada metode ilmiah yang

mengandung proses induktif. Kebenaran matematika pada dasarnya bersifat

koheren. Seperti yang dikenal dalam dunia ilmu, terdapat tiga macam jenis

kebenaran: (1) kebenaran koherensi atau konsistensi, yaitu kebenaran yang

didasarkan pada kebenaran-kebenaran yang telah diterima sebelumnya, (2)

kebenaran korelasional, yaitu kebenaran yang didasarkan pada “kecocokan”

dengan realitas atau kenyataan yang ada, serta (3) kebenaran pragmatis, yaitu

kebenaran yang didasarkan atas manfaat atau kegunaannya(Soleh, 1988).

Di pihak lain, matematika sebagai ilmu sesungguhnya memiliki

interpretasi yang demikian beragam. Oleh karena matematika yang diajarkan di

(36)

2

interpretasi matematika dari berbagai sudut pandang juga memainkan peranan

dalam pembelajaran matematika di sekolah. Dengan memahami karakter

matematika, guru diharapkan dapat mengambil sikap yang tepat dalam

pembelajaran matematika. Lebih jauh lagi, guru seharusnya memahami batasan

sifat dari matematika yang dibelajarkan kepada anak didik. Jangan sampai guru

memandang matematika hanya sebagai kumpulan rumus belaka, tidak pula hanya

sebagai proses berpikir saja. Pemahaman yang komprehensif tentang matematika

akan memungkinkan guru menyelenggarakan pembelajaran dengan lebih baik.

Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa matematika penting sebagai

pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap. Lebih lanjut,

menyatakan juga bahwa berpikir matematika berhubungan dengan ide, proses,

dan penalaran yang bermanfaat sebagai sarana berpikir logis, inovatif, dan

sistematis. Dengan demikian, melalui kegiatan matematika memberikan

sumbangan yang penting kepada siswa dalam pengembangan nalar, berpikir logis,

sistematis, kritis, cermat, dan bersikap obyektif serta terbuka dalam menghadapi

berbagai permasalahan. Begitu pentingnya peranan matematika sehingga jam

pembelajarannya-pun lebih banyak jika dibandingkan dengan pelajaran lain.

Pembelajaran matematika di sekolah merupakan suatu proses atau

kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada

siswa yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan

pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa

tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru

dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika

(37)

3

Hudoyo (1990) menyatakan bahwa seseorang dikatakan belajar

matematika, apabila pada diri orang tersebut terjadi suatu kegiatan yang dapat

mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika.

Perubahan tersebut terjadi dari tidak tahu suatu konsep menjadi tahu konsep

tersebut, dan mampu menggunakannya dalam mempelajari materi lanjut atau

dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar matematika pada dasarnya tidak hanya pada taraf pengenalan dan

pemahaman, tetapi juga aspek aplikasinya atau adanya kemampuan menerapkan

atau mengaplikasikan konsep maupun materi yang sedang atau yang sudah

dipelajari untuk memecahkan setiap permasalahan yang dijumpai baik dalam

matematika itu sendiri, ilmu lain maupun masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga mereka yang mempelajari matematika dengan adanya kemampuan

aplikatif tersebut akan menumbuhkembangkan sikap menghargai kemanfaatan

matematika dalam kehidupannya. Dengan demikian dalam belajar matematika

sangat ditekankan tumbuhnya atau terjadinya perubahan tingkah laku seseorang

dalam matematika, seperti perubahan kemampuan pemahaman, keterampilan

proses dalam memecahkan masalah, maupun menggunakan rumus-rumus yang

tepat, sehingga diharapkan siswa yang mempelajari matematika akan mampu

mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.

Mutu pendidikan matematika sejak tahun 1975 sampai saat ini terkesan

tidak meningkat, apabila dibandingkan dengan negara-negara yang dulu

keadaannya relatif sama dengan Indonesia, misal Malaysia, Singapura, Philipina,

dan yang lainnya. Hal ini didukung dari data hasil evaluasi TIMSS menunjukkan

(38)

4

oman, Ghana). Peringkat Indonesia (36/40 dengan nilai 386) mengalami

penurunan dari TIMSS 2007 (peringkat 35/49 dengan nilai 397). Tertinggi diraih

oleh Korea (nilai 613) disusul Singapore (nilai 611)(NCES, 2011).

Hasil penelitian TIMSS tersebut didukung oleh hasil penelitian

Wahyudin (1999) yang menemukan bahwa rata-rata tingkat penguasaan

matematika siswa dalam pelajaran matematika cenderung rendah. Secara rinci

ditemukan bahwa salah satu kecenderungan yang menyebabkan sejumlah siswa

gagal menguasai dengan baik pokok-pokok bahasan dalam matematika yaitu

siswa kurang memahami dan menggunakan nalar yang baik dalam menyelesaikan

masalah atau persoalan yang diberikan.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa, salah satu faktornya menurut Zulkardi (2001) yaitu

faktor yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, misalnya metode mengajar

matematika yang masih terpusat pada guru, sementara siswa cenderung pasif.

Selanjutnya, Wahyudin (1999) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa

dalam hal proses pembelajaran matematika, para guru hampir selalu

menggunakan metode ceramah dan ekspositori, sehingga kurang melatih

pemahaman bahkan kemampuan pemecahan masalah matematik.

Pembelajaran matematika beserta sistem evaluasi selama ini kurang

memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengoptimalkan seluruh kemampuan,

karena pembelajarannya terpusat pada guru (teacher-centred) dimana guru

memilki peran aktif sementara siswa menjadi pasif. Pembelajaran seperti itu

merupakan pola belajar konvensional karena suasana kelas masih didominasi oleh

(39)

5

Pembelajaran matematika yang konvensional lebih menuntut kepada hasil dimana

siswa hanya tinggal menerapkan atau menggunakan rumus atau algoritma

ketimbang menuntut pada proses. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran

tersebut memberi kesan yang kurang baik bagi siswa dan dapat mendidik mereka

bersikap apatis dan individualistik. “Mereka akan cenderung memandang

matematika sebagai suatu kumpulan aturan-aturan dan latihan-latihan yang dapat

mendatangkan rasa bosan, karena aktifitas siswa hanya mengulang prosedur atau

menghapal algoritma tanpa diberi peluang lebih banyak berinteraksi dengan

sesama” (Abdurrahman : 2003).

Menurut National Research Council (1989), bahwa sebenarnya semua

keterampilan matematis itu didasarkan pada pemahaman matematis. Siswa yang

memiliki kemampuan pemahaman dapat membantunya mengembangkan

bagaimana untuk berfikir dan bagaimana untuk membuat keputusan (Allen, 1992;

Borasi & Rose, 1989; Burton & Morfa, 2000). Dengan demikian, membangun

pemahaman matematis dapat mengembangkan kemampuan matematis lainnya

termasuk kemampuan pemecahan masalah.

Salah satu contoh yang menunjukkan rendahnya kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa MTs Negeri 2 Medan dengan pemberian tes

pendahuluan kemampuan memecahkan masalah kepada siswa kelas VII 1MTs

Negeri 2 Medan pada tanggal 10 januari 2013, diperoleh 27 siswa dari 32 siswa

tidak mampu memecahkan masalah artinya 84,3 % siswa tidak mencapai KKM,

(40)

6

Gambar 1.1. Lembar Jawaban Siswa Yang Memiliki Kemampuan Pemecahan Masalah Kategori Rendah.

Tanggal 22 Januari 2013 peneliti juga melakukan tes kemampuan

memecahkan masalah, salah satu masalah yang diujikan adalah sebagai berikut:

Panjang sisi miring suatu segita siku-siku sama dengan 4 5cm. Jika perbedaan

panjang sisi siku-sikunya sama dengan 4 cm, tentukanlah luas segitiga siku-siku

tersebut. Dari hasil tersebut diperoleh 25 siswa dari 32 siswa tidak dapat

menyelesaikan masalah dengan benar artinya 78,1 % siswa tidak mencapai KKM,

tanggal 16Februari 2013, peneliti juga melakukan tes kemampuan memecahkan

masalah salah satu soal yang diujikan adalah sebagai berikut: Amir pergi dari kota

A ke kota B sedangkan Joko dari kota B ke kota A. Mereka berangkat pada waktu

yang sama yaitu pukul 10.00 Wib. Amir berangkat dari kota dengan kecepatan

rata-rata 60 km/jam. Sedangkan Joko berangkat dari kota B dengan kecepatan

rata-rata 75 km/jam. Jika jarak antara kota A ke kota B adalah 360 km.

Tentukanlah pukul berapa kedua orang itu bertemu! Dari hasil tersebut diperoleh

24 siswa tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari 32 siswa, ini

berarti 75 % siswa berada di bawah KKM yang ditentukan.

Dari hasil dua kali pemberian tes kemampuan memecahkan masalah

matematika di atas terbukti bahwa siswa kelas VII A mengalami kesulitan dalam

(41)

7

terhadap beberapa guru matematika di MTs Negeri 2 Medan tersebut diperoleh

informasi yang menjadi akar masalah dalam pembelajaran matematika adalah :

1. Materi matematika bersifat abstrak.

2. Motivasi belajar rendah.

3. Interaksi antar siswa dalam belajar matematika belum optimal.

Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan hal yang sangat

penting sehingga menjadi tujuan umum pengajaran matematika bahkan sebagai

jantungnya matematika, lebih mengutamakan proses daripada hasil (Ruseffendi,

1991), dan sebagai fokus dari matematika sekolah dan bertujuan untuk membantu

dalam mengembangkan berpikir secara matematis (NCTM, 2000). Proses berpikir

dalam pemecahan masalah memerlukan kemampuan intelektual tertentu yang

akan mengorganisasikan strategi. Hal itu akan melatih orang berpikir kritis, logis

dan kreatif yang sangat diperlukan dalam menghadapi perkembangan masyarakat

(Sumarmo, 1994).

Lebih lanjut, (Sumarmo,2002) menjelaskan bahwa pemecahan masalah

dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dan tujuan yang harus

dicapai. Sebagai pendekatan, pemecahan masalah digunakan untuk menemukan

dan memahami materi atau konsep matematika. Sedangkan sebagai tujuan,

diharapkan agar siswa dapat mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan

serta kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah dari situasi

sehari-hari dalam matematika, menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai

masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika, menjelaskan

atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, menyusul model

(42)

8

matematika secara bermakna (meaningful). Sebagai implikasinya maka

kemampuan pemecahan masalah hendaknya dimiliki oleh semua anak yang

belajar matematika.

Kemampuan awal matematika siswa yang beragam dapat mempengaruhi

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Siswa yang

kemampuan awal matematika yang tinggi cenderung memiliki kemampuan

pemecahan masalah yang tinggi pula. Juga dapat diasumsikan bahwa siswa yang

memiliki kemampuan awal rendah yang diajarkan dengan mengunakan

pendekatan matematika realistik akan memiliki kemampuan pemecahan masalah

yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang

diajarkan dengan mengunakan pembelajaran biasa.

Penggunaan pendekatan matematika realistik juga akan berpengaruh

terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa jika dibandingkan dengan

pembelajaran biasa. Apalagi untuk membandingkan kemampuan pemecahan

masalah siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang diajarkan dengan

menggunakan pembelajaran biasa dengan siswa yang memiliki kemampuan awal

rendah yang diajarkan dengan mengunakan pendekatan matematika realistik. Hal

tersebut dikarenakan belum diketahui yang mana lebih berpengaruh terhadap

kemampuan pemecahan masalah siswa, Apakah kemampuan awal siswa atau

model pembelajaran yang digunakan. Dengan demikian diduga bahwa, Ada

interaksi antara kemampuan awal siswa (tinggi, sedang, rendah) dengan

pendekatan matematika realistik dan pembelajaran biasa terhadap kemampuan

(43)

9

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika MTs Negeri 2

Medan tidak dapat dibiarkan begitu saja sehingga menuntut penyelesaian.

Pembelajaran matematika di MTs Negeri 2 Medan harus merubah diri yang

menitik-beratkan kepada keterampilan proses. Jadi, pembelajaran matematika

harus memilih suatu pendekatan belajar yang baik dan tidak berorientasi kepada

pendekatan konvensional saja. Pendekatan pembelajaran yang diharapkan mampu

menggeser penggunaan pendekatan belajar yang konvensional serta mengaktifkan

dan mengkreatifkan siswa pada suatu proses pembelajaran, terutama pada

pembelajaran matematika diantaranya adalah melalui pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik (PMR).

Sebagai sebuah model pembelajaran yang bersifat konstruktivis,

pendekatan matematika realistik diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan

emosional siswa daripada pembelajaran biasa. Akan tetapi, dalam menumbuh

kembangkan kecerdasan emosional siswa yang mengunakan pendekatan

matematika realistik tidak terlepas dari keberagaman kondisi kemampuan awal

matematika siswa. Kerja sama dua variabel tersebut mempengaruhi kecerdasan

emosional siswa dengan efek yang berbeda dari tiap variabel.

Sehingga belum dapat dipastikan siswa yang memiliki kemampuan awal

rendah yang diajarkan dengan mengunakan pendekatan matematika realistik akan

memiliki kecerdasan emosional yang lebih rendah daripada siswa yang memiliki

kemampuan awal tinggi yang diajarkan dengan mengunakan pendekatan

matematika realistik. Juga tidak dapat dipastikan siswa yang memiliki

kemampuan awal rendah yang diajarkan mengunakan pendekatan matematika

(44)

10

yang memiliki kemampuan awal rendah yang diajarkan mengunakan

pembelajaran biasa. Apalagi untuk membandingkan kecerdasan emosional siswa

yang memiliki kemampuan awal tinggi yang diajarkan menggunakan

pembelajaran biasa dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang

diajarkan mengunakan pendekatan matematika realistik. Hal tersebut dikarenakan

belum diketahui yang mana lebih berpengaruh terhadap kecerdasan emosional

siswa, Apakah kemampuan awal siswa atau model pembelajaran yang digunakan.

Dengan demikian diduga bahwa, Ada interaksi antara kemampuan awal

siswa (tinggi, sedang, rendah) dengan pendekatan matematika realistik dan

pembelajaran biasa terhadap kecerdasan emosional siswa.

PMR sebagai salah satu pendekatan baru dalam pembelajaran

matematika, juga mengajak siswa mematematisasi kontekstual yaitu kegiatan pola

pikir siswa yang dikembangkan dari hal-hal yang bersifat konkrit menuju hal-hal

abstrak. Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik pada dasarnya

adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami siswa untuk

memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan

pendidikan matematika yang lebih baik dari masa lalu. Realita yang dimaksud

adalah hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat diamati dan dipahami siswa

dengan membayangkan, sedangkan lingkungan adalah tempat dimana siswa

berada (Soedjadi, 2003). Menurut Fauzan (2001) “PMR memberikan kesempatan

kepada kita untuk bertindak secara aktif mencari jawaban atas masalah yang

dihadapi dan berusaha memeriksa, mencari dan menyimpulkan sendiri secara

logis, kritis, analitis dan sistematis.” Cara ini akan mendorong siswa untuk

(45)

11

maka akan memperdalam pengetahuannya secara mandiri sehingga siswa mampu

memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran matematika di sekolah merupakan proses yang

sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk

meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence

Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang

akan memudahkan dalam belajar. Kenyataannya, ada siswa yang mempunyai

kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif

rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif

rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf

inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan

seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.

Menurut Goleman (2000:44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya

menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor

kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional

Quotient (EQ). Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat

diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan

emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya

kedua inteligensi itu saling melengkapi. Matematika disebut sebagai ratunya ilmu.

Jadi matematika merupakan kunci utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang

dipelajari di sekolah. Maka sering kali kita mendengar bahwa matematika itu sulit,

padahal kesulitan itu bisa diatasi apabila didukung dengan banyaknya latihan

dirumah, mungkin bukan hanya matematika saja yang perlu latihan di rumah pada

(46)

12

Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian

(sikap) siswa agar dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam

kehidupannya (Soedjadi, 2003: 42) Dengan demikian matematika menjadi mata

pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap

jenjang pendidikan. Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda tentang

pelajaran matematika. Ada yang memandang matematika sebagai mata pelajaran

yang menyenangkan dan ada juga yang memandang matematika sebagai pelajaran

yang sulit. Bagi yang menganggap matematika menyenangkan maka akan tumbuh

motivasi dalam diri individu tersebut untuk mempelajari matematika dan optimis

dalam menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat menantang dalam pelajaran

matematika.

Sebaliknya, bagi yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang

sulit, maka individu tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah

matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Segala problem atau

masalah anak yang merasa ada kesulitan terhadap penyelesaian pada pelajaran

matematika dapat diatasi dengan bimbingan dan perhatian dari orang tua. Orang

tua harus selalu menyediakan waktu untuk menyelesaikan masalah anak, sehingga

anak terbimbing dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami dalam

pelajaran. Menurut Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, membuat satu konsep

bahwa “kecerdasan emosional” dianggap akan dapat membantu siswa dalam

mengatasi hambatan-hambatan psikologis yang ditemuinya dalam belajar.

Kecerdasan emosional yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap hasil

(47)

13

dihadapinya. Pembelajaran matematika merupakan pengembangan pikiran yang

rasional bagaimana kita dapat mereflesikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil pengamatan (November 2011 s.d Desember 2011) di

MTs Negeri 2 Medan, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan

siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan

inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi

memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun

kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang

relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor

yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang

mempengaruhi. Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya

menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor

kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional

Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,

mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta

kemampuan bekerja sama.

Hasil beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis

struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux (1970)

menunjukkan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu

mendahului intelegensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan

individu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan karir, mengembangkan

hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya

(48)

14

Goleman (2002:512) juga menambahkan bahwa, kecerdasan emosional

adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi

(to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan

pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui

keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan

keterampilan sosial.

Khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan

akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan,

terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit

mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat (Goleman, 2002).

Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka

orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila

seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka

cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah

frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi

lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stres. Kondisi sebaliknya,

dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki

kecerdasan emosional yang tinggi.

Melalui pendekatan matematika realistik peneliti mengharapkan dapat

membuat perubahan bagi para siswa MTs Negeri 2 Medan khususnya kelas VII

sehingga kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa dalam

belajar matematika dapat lebih mengalami peningkatan.Berdasarkan latar

Gambar

Tabel 3.18. Tabel Perhitungan Rerata untuk Mengetahui Interaksi antara
Tabel 4.31  Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Gambar 4.29.  Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir
Gambar 1.1. Lembar Jawaban Siswa Yang Memiliki Kemampuan

Referensi

Dokumen terkait

Satu daripadanya adalah kekangan dasar Kementerian Pengajian Tinggi bahawa UA (kecuali beberapa universiti) hanya boleh mena warkan program di peringkat diploma eksekutif

Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Biji Pare (Momordica charantia L.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi dengan Aloksan. Latar Belakang: Biji pare

Pada pengamatan hasil pertumbuhan vegetatif padi, aplikasi isolat SSW-02 mampu meningkatkan nilai warna hijau daun tertinggi sebesar 3.08 dan 3.00 pada tanah steril

Pada saat peneliti melakukan observasi di SLB Cahaya Mentari Kartasura, peneliti mengamati Denis seorang anak down syndrome yang berusia 4 tahun yang sedang di

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari beberapa informan yaitu kepala humas Perusahaan Listrik Negara Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta, fungsional ahli

Kinerja keuangan perusahaan direpresentasikan melalui rasio likuiditas yang diukur dengan current ratio (CR), solvabilitas yang diukur dengan debt to equity ratio (DER),

Tujuan penelitian ini adalah memaparkan perubahan fonem yang terjadi dalam kegiatan bercakap-cakap pada anak down syndrome di SLB Cahaya Mentari

- Terpilihnya Pemenang Lomba-lomba pada Jambore UKS - Terpilihnya Pemenang Lomba PHBS tingkat Kota Balikapan - Terbinanya UKBM berorientasi kesehatan di Kota Balikpapan