PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA
MTsN 2 MEDAN MELALUI PENDEKATAN
MATEMATIKA REALISTIK
TESIS
Oleh :
MUHAMMAD ARIF HIDAYAT NIM. 8106171014
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi PendidikanMatematika
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
MUHAMMAD ARIF HIDAYAT. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kecerdasan Emosional Siswa MTsN 2 Medan Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2014.
Kata kunci: pembelajaran matematika realistik, kecerdasan emosional, proses pembelajaran, bentuk jawaban siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa MTsN 2 Medan melalui pendekatan matematika realistik, mendeskripsikan keefektifan pembelajaran matematika realistik untuk topik bangun datar di kelas VII MTsN 2 Medan, Penelitian ini merupakan penelitian quansi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa MTsN 2 Medan. Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Siswa kelas VII (1) sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan pendekatan matematika realistikdan siswa kelas VII (5) sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran biasa. Instrumen yang digunakan terdiri dari: tes kemampuan pemecahan masalah, angket kecerdasan emosional, aktivitas siswa, proses jawaban siswa.Analisis data dilakukan dengan uji t dan anava dua jalur.
ABSTRACT
MUHAMMAD ARIF HIDAYAT. The Increasing of Competency in Problem Solving and Emotional Intelligence of Students of MTsN 2 Medan by Realistic Mathematic Approach. Thesis of Study Program of Mathematic Education of Postgraduate of State University of Medan 2014.
Keywords : Realistic Mathematic Teaching, Emotional Intelligence, Student Activities, Student answering process.
This research aims to compare the increasing of competency in problem solving and emotional intelligence of students of MTsN 2 Medan by realistic mathematic approach, to describe effectiveness of realistic mathematic teaching for flat structure topic in grade VII MTsN 2 Medan.
This research is a quasi experiment. The population in this research is student of MTsN 2 Medan. The sample was taken by random sampling. The student of Grade VII(1) is an experiment class with realistic mathematic approach treatment and student of Grade VII(5) as control class with traditional teaching method. The applied instrument is consisting of competency test in problem solving, emotional intelligence questionnaire, student activity, student answering process. The data analysis was conducted by t test and two ways ANAVA.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul :“Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Kecerdasan Emosional
Siswa MTsN 2 Medan Melalui Pendekatan Matematika Realistik” dapat
diselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan
dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih Kepada :
1. Ayahanda tercinta Syahrul Affan, SH, MH yang telah begitu banyak
memberikan doa, motivasi, moril, materil serta kasih sayangnya yang
begitu besar sehingga penulis dapat menempuh Gelar Magister
Pendidikan.
2. Ibunda tercinta Tengku Leilina, Amd yang telah membesarkan ananda
penulis dengan kasih sayang yang luar biasa serta doa yang luar biasa
sehingga ananda penulis bisa meraih Gelar Magister Pendidikan. Dan
sembah sujud ananda buat Ibunda tercinta.
3. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku pembimbing I dan sekretaris
Prodi Pendidikan Matematika yang telah banyak membantu dalam
memberi arahan, ilmu, dan sarannya kepada penulis dalam penyelesaian
tesis ini.
4. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd, M.A, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing II
di tengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan
memberikan motivasi bagi penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan
dengan baik.
5. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika Pascasarjana Unimed dan juga sebagai
narasumber penulis yang telah banyak memberikan penulis bimbingan dan
ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
6. Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku staf Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana Unimed yang telah banyak memberikan
semangat dan membantu dalam penyelesaian tesis ini.
7. Bapak Dr. Kms. Muhammad Amin Fauzi, M.Pd selaku narasumber yang
telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan
tesis ini menjadi lebih baik.
8. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku narasumber yang telah memberikan
saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi
lebih baik dan juga menjadi validator yang sangat baik bagi penulis dan
tetap memberikan semangat dan juga motivasinya.
9. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana Unimed.
10. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program
Pascasarjana Unimed.
11. Sri Lestari Manurung, M.Pd., Nur Hasanah Siregar,M.Pd, Feri Tiona
Pasaribu,M.Pd., dan Sari Afriana Harahap, M.Pd selaku Validator yang
12. Ibu Dra.Nursalimi,M.Ag selaku Kepala MTs Negeri 2 Medan yang telah
memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk untuk melakukan
penelitian.
13. Ibu Anda,S.Ag, M.Pd yang telah banyak membantu penulis pada saat
penelitian lapangan di MTsN 2 Medan.
14. Adinda tercinta Abdul Rasyid Fadhlan Khair yang senantiasa menemani
penulis dalam penyelesaian tesis ini hingga memperoleh Gelar Magister
Pendidikan.
15. Yang tercinta dan tersayang yang istimewa Dwi Rizki Adyati yang telah
banyak memberikan motivasi, nasehat, kasih sayang, perhatian dan
senantiasa menemani penulis dalam suka maupun duka sehingga penulis
dapat menempuh Gelar Magister Pendidikan.
16. Opung Tercinta Drs. H. Zulkifli Simatupang, M.Pd yang telah banyak
membantu ananda penulis dalam keadaan suka maupun duka, memberikan
begitu banyak ilmu dan nasehat yang bijaksana kepada penulis setiap
saatnya.
17. Alm. Tulang Zainuddin Tanjung yang telah memberikan ananda penulis
nasehat, bantuan moril, materil dan juga motivasinya, semoga alm Tulang
Zainuddin Tanjung mendapatkan surga di sisi Allah Swt.
18. Nantulang Dra. Hj. Nurhafni Tambunan, M.Si yang selalu memberikan
ananda nasehat kebaikan dalam pendidikan.
19. Ummi tercinta Prof. Dr. Hj. Djanius Djamin, SH, M.Si yang telah banyak
20. Abangda tercinta Dr. H. Haikal Rahman, M.Si yang telah banyak
membantu ananda penulis dalam memberikan ilmu serta kebijaksaan
dalam menyelesaikan tesis ini.
21. Abangda tercinta Yusri Effendi, S.Pd selaku Kabag Puskom Unimed yang
telah banyak membantu ananda tercinta selama perkuliahan.
22. Opung tercinta Ahmad Suhaely Dongoran, SP yang telah banyak
memberikan nasehat, ilmu, materi dan juga waktu yang luang bagi ananda
penulis.
23. Abangda tercinta Dedi Husrizal Syah, SE, M.Si dan kakanda Syukriyah,
S.Pd.I, M.Pd yang telah memberikan ananda bantuan moril, maupun
materil serta nasehat dan ilmu yan terbaik bagi ananda penulis.
24. Uwak tercinta Dr. Alkhafi Maas Siregar, S.Si.,M.Si yang telah banyak
membantu ananda penulis dalam keadaan suka maupun duka, memberikan
begitu banyak ilmu dan nasehat yang bijaksana kepada penulis setiap
saatnya.
25. Abangda tercinta Mukti Hamjah Harahap, S.Si, M.Si yang telah banyak
memberikan nasehat, ilmu, materi dan juga waktu yang luang bagi ananda
penulis.
26. Abangda tercinta Indra Maipita, M.Si, PhD yang telah banyak membantu
ananda penulis dalam keadaan suka maupun duka, memberikan begitu
banyak ilmu dan nasehat yang bijaksana kepada penulis setiap saatnya.
27. Opung Faisal.R. Dongoran, SE, M.Si yang telah banyak memberikan
28. H. M. Husni Hasbisyah dan Dra. Hj Nasriah, M.Pd yang telah banyak
memberikan nasehat, ilmu, materi dan juga waktu yang luang bagi ananda
penulis.
29. Abangda Ramli, SE yang telah banyak membantu ananda penulis dalam
keadaan suka maupun duka, memberikan begitu banyak ilmu dan nasehat
yang bijaksana kepada penulis setiap saatnya.
30. Ikhwanul Hakim Dasopang, S.Pd.I yang telah banyak membantu ananda
penulis dalam memberikan ilmu serta kebijaksaan dalam menyelesaikan
tesis ini.
31. Fahmi Iskandar Muda, S.Pd.I, Ikhwan Yusuf, S.Pd.I, yang telah banyak
membantu ananda penulis dalam memberikan ilmu serta kebijaksaan
dalam menyelesaikan tesis ini.
32. Siswadi, S.Pd.I, M.Pd yang telah banyak memberikan nasehat, ilmu,
materi dan juga waktu yang luang bagi ananda penulis.
33. Brigadir Pol. Muhammad Murdan Syafi'i Dasuha yang telah banyak
memberikan nasehat, ilmu, materi dan juga waktu yang luang bagi ananda
penulis.
34. Drs. H. Ali Mukhlis AR, MA sebagai Ketua STAIJM yang telah banyak
memberikan bantuan dan nasehat yang baik kepada ananda penulis.
35. Ummi Dra, Hj. Usmaidar, M.Pd sebagai Pembantu Ketua II STAIJM yang
telah banyak memberikan semangat, bantuan materi dan juga nasehat yang
dapat menyejukkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Gelar
36. Drs.H.Abdul Halim,M.Pd.I yang telah banyak memberikan bantuan dan
nasehat yang baik kepada ananda penulis.
37. Seluruh Mahasiswa dan Mahasiswi STAIJM yang telah banyak membantu
penulis dalam penelitian lapangan dan juga kebaikan atas waktu dan
kesempatannya.
Semoga Allah SWT membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibuserta
Saudara/I, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi guru matematika dan perkembangan dunia pendidikan khususnya
matematika.Namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, 09 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 15
C. Batasan Masalah ... 15
D. Rumusan Masalah ... 16
E. Tujuan Penelitian ... 16
F. Manfaat Penelitian ... 17
G. Definisi Operasional ... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21
A. Kerangka Teoritis ... 21
1. Pembelajaran Matematika ... 21
2. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik ... 24
3. Karakteristik PMR ... 30
4. Pembelajaran Biasa ... 38
5. Teori Belajar Pendukung ... 46
6. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 52
7. Langkah Pemecahan Masalah ... 71
8. Proses Penyelesaian Masalah Matematika ... 75
9. Kecerdasan Emosional ... 76
10.Faktor Kecerdasan Emosional ... 79
B. Penelitian yang Relevan ... 81
C. Kerangka Konseptual ... 84
BAB III METODE PENELITIAN ... 95
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 95
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 95
C. Variable Penelitian ... 97
D. Desain Penelitian ... 99
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 108
F. Prosedur Penelitian ... 109
G. Teknik Pengumpulan Data ... 110
H. Teknik Analisa Data ... 116
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 135
A. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 136
1. Deskripsi Kemampuan Awal (Pretest) Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sebelum Pembelajaran... 136
a. Uji Normalitas ... 141
b. Uji Homogenitas ... 142
2. Deskripsi Kemampuan Akhir (Posttes) Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 145
a. Uji Normalitas ... 148
b. Uji Homogenitas ... 150
3. Deskripsi Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 153
a. Uji Normalitas ... 155
b. Uji Homogenitas ... 156
B. Deskripsi Angket Kecerdasan Emosional Siswa ... 160
a. Uji Normalitas ... 164
b. Uji Homogenitas ... 166
c. Deskripsi Uji ANAVA Dua Jalur ... 169
C. Hasil Proses Pembelajaran Siswa Selama Pembelajaran PMR ... 170
Masalah Matematika ... 174
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 194
1. Faktor Pembelajaran ... 195
a. Bahan Ajar ... 197
b. Guru ... 197
c. Peran Aktif Siswa ... 199
d. Interaksi... 200
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 201
3. Kecerdasan Emosional ... 212
4. Keterbatasan Penelitian ... 221
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 222
A. Simpulan ... 222
B. Saran ... 223
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Model Pedagogi pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 35
Tabel 2.2. Sintak Implementasi Pendekatan Matematika Realistik ... 36
Tabel 2.3 Perbedaan Pendekatan Matematika Realistik dengan Pembelajaran Biasa ... 41
Tabel 2.4. Sintaks Pembelajaran Biasa ... 46
Tabel 3.1. Siswa Kelas VII MTsN Medan Tahun Ajaran 2013/2014 ... 96
Tabel 3.2. Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa ... 97
Tabel 3.3. Tabel Weiner Keterkaitan Antara Variable Bebas dan Variable Terikat ... 98
Tabel 3.4. Rancangan Uji Coba ... 99
Tabel 3.5. Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba ... 105
Tabel 3.6. Tingkat Kesukaran Soal Hasil Uji Coba ... 104
Tabel 3.7. Daya Pembeda Soal Hasil Uji Coba ... 106
Tabel 3.8. Rancangan Penelitian ... 106
Tabel 3.9. Rangkuman Perhitungan Peningkatan (Gain) Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Kecerdasan Emosional ... 107
Tabel 3.10 Rangkuman Perhitungan Peningkatan (Gain) Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Matematika Siswa ... 107
Tabel 3.11. Rangkuman Perhitungan Peningkatan (Gain) Kecerdasan Emosional Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Matematika Siswa ... 107
Tabel 3.12. Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 111
Tabel 3.13 Skor Alternatif Pemecahan Maslah Matematika ... 112
Tabel 3.14 Kisi-Kisi Kecerdasan Emosional ... 114
Tabel 3.15. Persentase Waktu Ideal (PWI) Aktivitas Siswa ... 116
Tabel 3.16. Desain Faktorial 3 x 2 untuk Mengetahui Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Matematika Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 124
Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Matematika
Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa ... 125
Tabel 3.18. Tabel Perhitungan Rerata untuk Mengetahui Interaksi antara
Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Matematika
Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa ... 127
Tabel 3.19. Desain Faktorial 3 x 2 untuk Mengetahui Interaksi antara
Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan
MatematikaSiswa Terhadap Peningkatan Berdasarkan
Emosional Siswa ... 128
Tabel 3.20. Rancangan Tabel Anova untuk Mengetahui Interaksi antara
Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Matematika
Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa ... 129
Tabel 3.21. Rancangan Tabel Anova untuk Mengetahui Interaksi antara
Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Matematika
Siswa Terhadap Peningkatan Kecerdasan Emosional ... 131
Tabel 3.22. Tabel Perhitungan Rerata untuk Mengetahui Interaksi antara
Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Matematika
Siswa Terhadap Peningkatan Berdasarkan Emosional
Siswa ... 132
Tabel 3.23 Keterkaitan antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data
Alat Uji dan Uji Statistik ... 133
Tabel 4.1 Data Kemampuan Tes awal Pemecahan Masalah
Matematika Kelas Eksperimen ... 136
Tabel 4.2 Data Tes Kemampuan awal Pemecahan Masalah
Matematika Kelas Kontrol ... 138
Tabel 4.3. Data Hasil Tes Kemampuan awal (Pretest) Pemecahan
Masalah Matematika Kelompok Data Pendekatan
Matematika Realistik (PMR) dan Pembelajaran
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan awal (Pretest)
Pemecahan Masalah Matematika Kelompok PMR ... 141
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan awal (Pretest)
Pemecahan Masalah Matematika Kelompok
Pembelajaran Biasa ... 141
Tabel 4.6 Uji Homogenitas Tes Kemampuan Awal (Pretest)
Keseluruhan Aspek Pemecahan Masalah ... 143
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Pretes Keseluruhan
Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok
Data PMR dan Pembelajaran Biasa ... 144
Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Pretes Keseluruhan
Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok
Data PMR dan Pembelajaran Biasa ... 144
Tabel 4.9 Data Kemampuan Tes Akhir Pemecahan Masalah
Matematika Kelas Eksperimen ... 145
Tabel 4.10 Data Tes Kemampuan akhir Pemecahan Masalah
Matematika Kelas Kontrol ... 146
Tabel 4.11 Data Hasil Tes akhir (Postest) Pemecahan Masalah
Matematika Kelompok Data Pendekatan Matematika
Realistik (PMR) dan Pembelajaran Biasa ... 147
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Tes akhir (Postest)
Pemecahan Masalah Matematika Kelompok PMR ... 149
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Tes akhir (Postest)
Pemecahan Masalah Matematika Kelompok
Pembelajaran Biasa ... 149
Tabel 4.14 Uji Homogenitas Tes Kemampuan Akhir (Postes)
Keseluruhan Aspek Pemecahan Masalah Kelompok Data
PMR dan Pembelajaran Biasa ... 151
Tabel 4.15 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Postes Keseluruhan
Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok
Data PMR dan Pembelajaran Biasa ... 152
Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Tabel 4.17 Rata-Rata Gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelompok Pembelajaran Matematika Realistik
dan Pembelajaran Biasa Berdasarkan
Kemampuan Keseluruhan Aspek ... 153
Tabel 4.18 Uji Normalitas Rata-Rata Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelompok Data PMR dan
Pembelajaran Biasa ... 155
Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelompok Data PMR dan
Pembelajaran Biasa ... 157
Tabel 4.20 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelompok Data PMR dan
Pembelajaran Biasa ... 158
Tabel 4.21 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelompok Data PMR dan
Pembelajaran Biasa ... 158
Tabel 4.22 Uji ANAVA Faktorial 2 x 2 Gain Ternomalisasi
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 159
Tabel 4.23 Data Angket Kecerdasan Emosional Kelas Eksperimen ... 161
Tabel 4.24 Data Angket Kecerdasan Emosional Kelas Kontrol ... 162
Tabel 4.25 Data Hasil AngketKecerdasan Emosional Data
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan
Pembelajaran Biasa ... 163
Tabel 4.26 Hasil Uji Normalitas AngketKecerdasan Emosional
Kelompok PMR ... 165
Tabel 4.27 Hasil Uji Normalitas Angket Kecerdasan Emosional
Kelompok Pembelajaran Biasa ... 165
Tabel 4.28 Uji Homogenitas Angket Keseluruhan Aspek Kelompok
Data PMR dan Pembelajaran Biasa ... 167
Tabel 4.29 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Angket Keseluruhan
Aspek Kelompok PMR dan Pembelajaran Biasa ... 168
Tabel 4.30 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Angket Keseluruhan
Tabel 4.31 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Kecerdasan Emosional Pada Taraf Signifikan 5% ... 169
Tabel 4.32 Uji ANAVA Faktorial 2 x 2 Antara Angket Keseluruhan
Aspek Kelompok PMR dan Pembelajaran Biasa ... 168
Tabel 4.33 Aktivitas Siswa selama Kegiatan Pembelajaran
Kelas Eksperimen ... 171
Tabel 4.34 Perbandingan Rata-Rata Nilai Tes Pemecahan Masalah ... 192
Tabel 4.35 Interval Nilai Tes Akhir Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Kelas Eksperimen ... 192
Tabel 4.36 Interval Nilai Tes Akhir Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Kelas Kontrol ... 193
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lembar Jawaban Siswa yang Memiliki Kemampuan
Pemecahan Masalah Kategori Rendah ... 6
Gambar 2.1 Matematisasi Konseptual Jan de Lange ... 33
Gambar 2.2 Alur Pemecahan Masalah Menggunakan Matematika ... 61
Gambar 4.1 Perbandingan Skor Rata-rata Tes Kemampuan awal
(Pretest) Pemecahan Masalah Matematika Kelompok
Data Pendekatan Matematika realistik(PMR) dan
Pembelajaran Biasa ... 140
Gambar 4.2 Perbandingan Skor Rata-rata Tes akhir (Postest)
Pemecahan Masalah Matematika Kelompok Data
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan
Pembelajaran Biasa ... 147
Gambar 4.3 Diagram Mean dan Standar Deviasi Gain Ternormalisasi
Kemampuan Pemecahan Masalah berdasarkan
Faktor Pembelajaran Keseluruhan Aspek ... 154
Gambar 4.4 Interaksi Antara Pembelajaran Dengan Kemampuan
Awal Terhadap Pemecahan Masalah ... 160
Gambar 4.5 Perbandingan Skor Rata-rata Angket Kelompok
Data Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan
Pembelajaran Biasa ... 163
Gambar 4.6 Interaksi Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Siswa
Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa ... 170
Gambar 4.7 Kategori Pengamatan Aktivitas Siswa ... 172
Gambar 4.8 Bentuk Penyelesaian Tes Awal Pemecahan Masalah butir
soal 1 Kelas Eksperimen ... 176
Gambar 4.9 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir
soal 1 Kelas Eksperimen ... 177
Gambar 4.10 Bentuk Penyelesaian Tes Awal Pemecahan Masalah
butir soal 1 Kelas Kontrol ... 178
Gambar 4.11 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah
butir soal 1 Kelas Kontrol ... 179
butir soal 2 Kelas Eksperimen ... 180
Gambar 4.13 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah
butir soal 2 Kelas Eksperimen ... 181
Gambar 4.14 Bentuk Penyelesaian Tes Awal Pemecahan Masalah
butir soal 2 Kelas Kontrol ... 182
Gambar 4.15 Bentuk Penyelesaian Tes AkhirPemecahan Masalah
butir soal 2 Kelas Kontrol ... 183
Gambar 4.16 Bentuk Penyelesaian Tes Awal Pemecahan Masalah
butir soal 3 Kelas Eksperimen ... 184
Gambar 4.17 Bentuk Penyelesaian Tes AkhirPemecahan Masalah
butir soal 3 Kelas Eksperimen ... 185
Gambar 4.18 Bentuk Penyelesaian Tes AwalPemecahan Masalah
butir soal 3 Kelas Kontrol ... 186
Gambar 4.19 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah
butir soal 3 Kelas Kontrol ... 187
Gambar 4.20. Bentuk Penyelesaian Tes Awal Pemecahan Masalah
butir soal 4 Kelas Eksperimen ... 188
Gambar 4.21 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah
butir soal 4 Kelas Eksperimen ... 189
Gambar 4.22. Bentuk Penyelesaian Tes Awal Pemecahan Masalah
butir soal 4 Kelas Kontrol ... 190
Gambar 4.23 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah
butir soal 4 Kelas Kontrol ... 191
Gambar. 4.24 Diagram Perbandingan Interval Tes Akhir
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen
Dengan Kelas Kontrol... 194
Gambar 4.25 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir
soal1 Kelas Eksperimen ... 202
Gambar 4.26 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir
soal 1 Kelas Eksperimen ... 203
Gambar 4.27 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir
soal 2 Kelas Eksperimen ... 204
Gambar 4.28 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir
Gambar 4.29. Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir
soal 3 Kelas Eksperimen ... 207
Gambar 4.30 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir
soal 3 Kelas Eksperimen ... 208
Gambar 4.31 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir
soal 4 Kelas Eksperimen ... 209
Gambar 4.32 Bentuk Penyelesaian Tes Akhir Pemecahan Masalah butir
soal 4 Kelas Eksperimen ... 210
Gambar 4.33 Kegiatan Proses Diskusi Pemecahan Masalah Kelas
Eksperimen Tahap Mengenali Emosi ... 213
Gambar 4.34 Kegiatan Proses Diskusi Pemecahan Masalah Kelas
Eksperimen Tahap Mengola Emosi ... 214
Gambar 4.35 Kegiatan Proses Diskusi Pemecahan Masalah Kelas
Eksperimen Tahap Memotivasi Diri Sendiri ... 215
Gambar 4.36 Kegiatan Proses Diskusi Pemecahan Masalah Kelas
Eksperimen Tahap Mengenali Emosi Orang Lain ... 218
Gambar 4.37 Kegiatan Proses Diskusi Pemecahan Masalah Kelas
Eksperimen Tahap Membina Hubungan Dengan
ix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
A.1 Kisi-Kisi Tes Pemecahan Masalah ... 235
A.2 Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah ... 236
A.3 Soal Pemecahan Masalah ... 237
A.4 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Emosional ... 243
A.5 Angket Kecerdasan Emosional ... 244
A.6 Jawaban Soal Pemecahan Masalah ... 247
LAMPIRAN B
B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk PMR ... 249
B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembelajaran Biasa... 284
B.3 Lembar Aktifitas Siswa ... 296
B.4 Buku Guru ... 330
B.5 Buku Siswa ... 368
LAMPIRAN C
C.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 388
LAMPIRAN D
D.1 Hasil validasi kelas eksperimen Rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) ... 389
D.2 Hasil Validasi Kelas Kontrol Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) ... 390
D.3 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 391
D.4 Hasil Angket Kecerdasan Emosional ... 392
D.5 Hasil Validasi Buku Guru ... 394
D.6 Hasil Validasi Buku Siswa ... 395
D.7 Hasil Perolehan Nilai Pretes PMR Dan Pembelajaran Biasa ... 396
D.8 Hasil Perolehan Nilai Postes PMR Dan Pembelajaran Biasa ... 398
D.9 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Postes Keseluruhan Aspek
x
Pembelajaran Biasa ... 400
D.10 Gein Kontrol ... 402
D.11 Gein Eksperimen ... 404
D.12 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata GainKemampuan Pemecahan
Masalah Kelompok Data PMR dan Pembelajaran Biasa ... 406
D.13 Hasil Perolehan Nilai Angket Kecerdasan Emosional
Kelompok Pembelajaran biasa ... 408
D.14 Hasil Perolehan Nilai Angket Kecerdasan Emosional Kelompok
PMR ... 410
D.15 Pembagian Kelompok Nilai Angket Kecerdasan Emosional
Pembelajaran Biasa ... 412
D.16 Pembagian Kelompok Nilai Angket Kecerdasan Emosional PMR ... 414
D.17 Hasil Uji Kecerdasan Emosional Kelompok Data PMR dan
Pembelajaran Biasa ... 416
LAMPIRAN E
E.1 Dokumentasi Kegiatan Penelitian... 418
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Allen. (1991). Cognitive Research in Information Science: Implications for Design. Annual Review of Information Science and Technology.
Arifin. (1997). Penegembangan Model Creative Problem Solving Berbasis Teknologi. Tersedia di: http://adi-negara.blogspot.com/.
Arikunto. S, (2002a), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi Angkasa, Jakarta.
Arikunto. S, (2002b). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Asep Sapa’at (2006). Pembelajaran dengan pendekatan Keterampilan Metakognitif Untuk Mengembangkan Kompetensi Matematika Siswa. Trainer Makmal Pendidikan LPI: Depdiknas Pusat Pengembangan dan Penataran Guru matematika Yogyakarta
Astuti, W.W. (2000). Penerapan Strategi Belajar Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada Pembelajaran Matematika Kelas II di MAN Magelang. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.
Bahri S. (2003). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Pemberian Bahan Ajar Pada Topik Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.
Barnes. (2004). Realistic Mathematics Education: Eelicting Alternative Mathematical Conceptions Of Learners. African Journal of Research in SMT Efucation.Vol 8(1). 55 – 64.
Ben-Zeev & Sternberg. (1988). Strategies for Teacher Teaching Content and Thinking Skills. New Jersey, Prentice Hall.
Berlin, D. F. dan Hillen, J.A. (1994). Making Connections in Math and Science: Identifying Student Outcomes. School Science and Mathematics Volume 94.
Blackman. Derek etc. all. (1982). Cognitive Styles And Learning Disabilities. Journal of Learning Disabelities.Vol 21, no. 5, page 106 – 115
Borasi, R. & Rose, B. J. (1989). Journal writing and mathematics instructions. Educational Studies in Mathematics.
Budiyono. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta. UNS Press.
Budiyono. (2004). Statistic Untuk Penelitian. Surakarta. UNS Press.
Burton, & Morfa. (2000). Mathematicians writing. Journal for Research in Mathematics
Cinzia Bonotto. (2000). Mathematics in and Out of School: Is it Possible Connet these
Contexts ? Exemplication from an in Primary Schools.
http//www.nku.edu/cheffield/bonottopbyd.htm
Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta. Erlangga.
De Lange, Jan. (1996). Mathematics, Insight and Meaning. Utrecht.
___________. (1995). The Systematic Design of Instruction. 3rd edition. Florida: Harper Collins Pub.ishers.
___________. (1995).Assessment: No Change Without Problems, in: Romberg, T.A. (eds). Reform in School Mathematics And Authentic Assessment. New York, sunny press, 87 – 172.
Delima, (2002). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Depag, (1995) Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, GBPP Mata Pelajaran Matematika, Jakarta. Dirjen Binbaga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.(1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.
Depotter, Rori & Mike. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan. Gramedia.
Durren, E. P. dan Cherrington (1992) The Effect of Cooperative Group Work Versus Independent Practice on the Learning of some Problem-solving Strategies, Journal of School Science and Mathematics, Vol. 92 (2).
Endang Rahayu. (2008). Pendekatan Pembelajaran Kontruktivisme Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. UNS.
Fauzan. (2001). “Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Tantangan Dan Harapan.”. Makalah, disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika Realistic di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tanggal 14 – 15 November 2001.
Goleman, D. (2000). Leadership That Gets Results. Harvard Business Review.
_________ (2001). The New Leaders: Transforming the art of leadership into the science of results. London: Little, Brown.
Gravemeijer, K.P.E. (1994). Educatonla Development And Development Research In Mathematics Education. Journal for Research in Mathematics Education, 25(5), 443 – 471.
Grouws, D.A. (1984). Hand Book of Research on Mathematics. New York: Macmilian Company.
Gunawan, Ad. W, Membiasakan Belajar Nyaman danMenyenangkan. Gramedia
Guntur, M (2004). Efektivitas Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Konsep Ekologi Siswa Kelas I SMU. Tesis. PPS UPI Bandung:. Tidak diterbitkan.
Hadi. (2006). “Pembelajaran Matematika Realistik Di Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukamara (Topik Persamaan Garis Lurus)”. Tesis: Magister Pendidikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.
Haji. (2005). Matematika Sekolah Sebagai Wahana Pendidikan Nilai-Nilai Kehidupan (Suatu aspek formal yang perlu ditumbuhkan dalam pelaksanaan PMR). Buletin Pendidikan Matematika. Ambon. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pattimura.
Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah. (2003). Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Kontruktivisme. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional.
Handoko.(2007).UpayaPeningkatanPemahamanKonsepMatematikaPadaBangunRuangMelal uiPendekatan Realistic Mathematic Education (RME): UMS
Haryanto, (2000). Perbandingan Hasil Belajar Matematika antara Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Kooperatif Jigsaw dengan Model Tradisional di Kelas II MAN Jember. Tesis, Bandung : PPS UPI (Tidak Dipublikasikan)
Henningsen, M. dan Stein, M.K. (1997) Mathematical Task and Student Cognition : Classroom based factors that Support and inhibit High-level Thinking and Reasoning, JRME,28,524-549
Hudoyo, H. (2001). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Matematika. Malang: Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang.
_________ (1989). Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di depan Kelas. Surabaya : Usaha Nasional.
_________ (2001). Pembelajaran Matematika. Dirjen Dikti: Jakarta
Ibrahim, M dan Nur, M (2000) Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : UNESA University Press
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : Universitas Negeri Surabaya
Idris Harta. (2001). Landasan Pendidikan. UMS press
Irvine Clarke III, Theresia B, Flaherti and Michael Yankey. (2006). Teaching The Visual Learner, The Use Of Visual Summaries In Marketing Efucation, Journal of Marketing Education. Volume 28, no.3, page 218 – 226.
Kristyaningsih. (2004). Penggunaan Pendekatan Pemecahan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Di SMU Berdasarkan Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Pada Geometri Pokok Bahsan Dimensi Tiga. UNS.
Krulik, S dan Reys, R.E (1980). Problem Solving in School Mathematics. Virginia. NCTM.
Lasmawan, 1.W. (1997). Pengembangan Model Belajar Cooperative Learning dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Tesis. IKIP Bandung : Tidak Dipublikasikan.
LeDoux. (1970). Les dents des Squalidés de la Méditerranée Occidentale et de I’Atlantique nord-ouest Africain. Vie Milieu.
Lindquist, M & Elliott, P.C. (1996) Communication and Imperative for Change : A Conversation with Mary Lindquist, in Communication in Mathematicss, K-12 and Beyond, 1996 Year Book, National Council of Teachers of Mathematics.
Malone, J.A dan Krismanto, A (1997). Indonesian Students’ Attitudes and Perceptions towards Small-Group Work in Mathematics. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia, Vol. XVI, No. 2 tahun 1997.
Marpaung Yansen. (2001). Prospek Rme Untuk Pembelajaran Matematika Di Indonesia. Makalah disampaikan pada seminar Nasional Tentang Realistic Mathematic Education Universitas Negeri Surabaya.
_________ (2003). Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Makalah seminar Nasional Komperda Himpunan Matematika Indonesia Wilayah Jawa Tengah dan DIY. Surakarta.
Masyhur dan Fathani (2007). Pembelajaran Matematika. Dirjen Dikti: Jakarta
Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conseptual Learning Gain in Physics. American Journal of Physics. Vol. 70. Page. 1259-1268.
Nasution, S (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.
National Council of Teacher of Mathematics (2000), Principles and Standarts for School Mathematics, Reaston , VA: NCTM
_________(1989) Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, reaston , VA: NCTM
_________(1989). Assessment Standards for School Mathematics. Amerika, NCTM.
NCES 2011–018 Raue, K., and Lewis, L. (2011). Students With Disabilities at Degree-Granting Postsecondary Institutions. U.S. Department of Education, National Center for Education Statistics. Washington, DC: U.S. Government Printing Office.
Noer, (2007). Teori Belajar. Surabaya: Unesa. University Press.
Nur, M. dan Samani, M (1996). Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Keterampilan Proses. Depdikbud. Jakarta.
Oemar Hamalik. (2003). Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Bandung: Mandar Maju.
Ong Eng Tek (1996). The Effect of Cooperative Learning on the Mathematics Achievement of Form 4 Students in A Malaysian Secondary School. Journal of Science and Mathematics Education in SE Asia. Vol XXI No.2.
Orlich, D.C. (1990). Teaching Strategies, A Guide to Better Instruction. Lexington: D.C. Health & Co.
Panjaitaan, (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana, Prenada Media Group.
Piaget, Inhelder, (1968). Psychology and Epistemology. New York : The Viking Press.
Polya, G (1957). How to Solve it. A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey : Princeton University Press
Purwoto. (2003). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Surakarta: UNS Press.
Rahayu. (2005). Pembeljaran Matematika dengan Pendekatan PMRI Memang Beda: Buletin PMRI/VI/Peb/2005. http://www.pmri.or.id/main.php didownload 20 Pebruari 2009.
Raue, K,. And Lewis, L. (2001). Student with Disabelities at Degree-Granting Postsecondary Intitutions (NCES 2011 – 018).
Ruseffendi, H.E.T. (1998a). Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
_________ (1998b). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta lainnya. Semarang : IKIP Semarang
_________ (1991c). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito
Saifuddin Azwar. (2003). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Sanjaya, W. (2005). Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana.
Saragih, S (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pendekatan Matematik Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung : Program Pascasarjana UPI
Sawada, D. (1996). Mathematics as Connection Making in Japanese Elementary School. School Science and Mathematics. Vol 96 (5).
Shadiq, F. (2004). Implikasi Kontruktivisme dalam pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. (Online) (http://www.Konstruktivis.wordpress.com diakses 11 Mei 2004).
Shapiro. (1998). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA–UPI.
Slameto (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Sudrajat, A. (2008). Beda strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran. (Online). (http://blok-Indonesia.com/blok-archive 5650-261.html-16k diakses 12 September 2008).
Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.
Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Second Edition. Massachusetts : Allyn and Bacon Publishers.
Soedjadi. (2003). PembelajaranMatematikaRealistik: PengenalanAwal Dan Praktis. Makalah, disampaikanpada seminar Nasionaltentang Realistic Mathermatic Education UniversitasNegeri Surabaya.
Soleh, M. (1988). Pokok-pokok Pengajaran Matematika Sekolah. Jakarta : Depdikbud.
Solehan. (1999). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Dirjen Dikdasmen Depdikbud.
Subiyanto. (1998). Common Text Book: Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA- UPI
Sudjana. (2002). Metode Statistika, Edisi ke-5. Bandung : Tarsito
Sugiono (2002) Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.
Suharsono, N. (1991) Pengembangan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Disertasi PPS UNM Malang, tidak dipublikasikan.
Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusuma.
Suhendri. (2006). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. FMIPA-JICA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sukoriyanto. (2001). Beda strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran. (Online). (http://blok-Indonesia.com/blok-archive 5650-261.html-16k diakses 12 September 2012)
Sumarmo, U. (1994). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi , Makalah pada Pelatihan Guru MTs Bandung.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta, Kanisius
_________ (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jogjakarta, Kanisus
Suryosubroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta, PT. Rineka Cipta
Suyitno, Amin. (2004). Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Syaiful Bahri Djamarah. (1994). PrestasiBelajar Dan Kompetensi Guru Surabaya: Usaha Nasional.
Tapilouw. (1997). The New Leaders: Transforming the art of leadership into the science of results. London: Little, Brown
Tarigan. (2006). Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Pendidikan Matematika FMIPA UNES.
Turmudi (Ed). (2001) Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, JICA, FPMIFA-UPI
_________ (1994b). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Guru dan Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian IKIP Bandung : Tidak Dipublikasikan
_________ (1999c). Implementasi Kurikulum Matematika 1993 pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Laporan Penelitian IKIP Bandung : Tidak Dipublikasikan
_________ (2000d). Kecenderungan Pembelajaran Matematika pada Abad 21: Bandung: Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika FP MIPA
_________ (2002e). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Seminar Tingkat Nasional FPMIPA UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Van den Heuvel-Panhuizen, M. (1999). Realistic Mathematics Education, NORMA Lecture held in Kristiansand Norway, (http://www.fi.ruu.nl/en/rme).
Wahyudin. (1999) Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung : Tidak Diterbitkan
_________ (2001). Belajar Tuntas dalam Pembelajaran Matematika Perlu Dipertanyakan. Makalah pada Seminar Nasional JICA. FMIPA UPI Bandung.
Wardhani, (2010). Inquiri dalam CTL dan Contoh Penerapannya pada Pembelajaran Matematika. Disajikan dalam Pelatihan TOT Pembelajaran Kontekstual untuk Instruktur/ Guru dan Dosen dari 24 Propinsi. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen. Tidak diterbitkan.
Webb, N.L. dan Coxford, A.F. (Eds, 1993), Assessment in Mathematics Classroom. Virginia : NCTM.
Widjaja, Y. B. And Heck, A. (2003). How A Realistic Mathematics Education Approach And Microcomputer-Based Laboratory Worked In Lessons On Graphing At An Indonesia Junior High School. Jornal of Science and Mathematics Education in Southesast Asia.Vol 26. No 2. PP. 1 – 51.
Winkel. W. S. (2004). Prikologi Pengajaran. Jogjakarta: Media Abadi.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata
pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar
peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
tidak pasti, dan kompetitif.
Matematika merupakan buah pikir manusia yang kebenarannya bersifat
umum (deduktif). Kebenarannya tidak bergantung pada metode ilmiah yang
mengandung proses induktif. Kebenaran matematika pada dasarnya bersifat
koheren. Seperti yang dikenal dalam dunia ilmu, terdapat tiga macam jenis
kebenaran: (1) kebenaran koherensi atau konsistensi, yaitu kebenaran yang
didasarkan pada kebenaran-kebenaran yang telah diterima sebelumnya, (2)
kebenaran korelasional, yaitu kebenaran yang didasarkan pada “kecocokan”
dengan realitas atau kenyataan yang ada, serta (3) kebenaran pragmatis, yaitu
kebenaran yang didasarkan atas manfaat atau kegunaannya(Soleh, 1988).
Di pihak lain, matematika sebagai ilmu sesungguhnya memiliki
interpretasi yang demikian beragam. Oleh karena matematika yang diajarkan di
2
interpretasi matematika dari berbagai sudut pandang juga memainkan peranan
dalam pembelajaran matematika di sekolah. Dengan memahami karakter
matematika, guru diharapkan dapat mengambil sikap yang tepat dalam
pembelajaran matematika. Lebih jauh lagi, guru seharusnya memahami batasan
sifat dari matematika yang dibelajarkan kepada anak didik. Jangan sampai guru
memandang matematika hanya sebagai kumpulan rumus belaka, tidak pula hanya
sebagai proses berpikir saja. Pemahaman yang komprehensif tentang matematika
akan memungkinkan guru menyelenggarakan pembelajaran dengan lebih baik.
Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa matematika penting sebagai
pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap. Lebih lanjut,
menyatakan juga bahwa berpikir matematika berhubungan dengan ide, proses,
dan penalaran yang bermanfaat sebagai sarana berpikir logis, inovatif, dan
sistematis. Dengan demikian, melalui kegiatan matematika memberikan
sumbangan yang penting kepada siswa dalam pengembangan nalar, berpikir logis,
sistematis, kritis, cermat, dan bersikap obyektif serta terbuka dalam menghadapi
berbagai permasalahan. Begitu pentingnya peranan matematika sehingga jam
pembelajarannya-pun lebih banyak jika dibandingkan dengan pelajaran lain.
Pembelajaran matematika di sekolah merupakan suatu proses atau
kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada
siswa yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa
tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru
dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika
3
Hudoyo (1990) menyatakan bahwa seseorang dikatakan belajar
matematika, apabila pada diri orang tersebut terjadi suatu kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika.
Perubahan tersebut terjadi dari tidak tahu suatu konsep menjadi tahu konsep
tersebut, dan mampu menggunakannya dalam mempelajari materi lanjut atau
dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar matematika pada dasarnya tidak hanya pada taraf pengenalan dan
pemahaman, tetapi juga aspek aplikasinya atau adanya kemampuan menerapkan
atau mengaplikasikan konsep maupun materi yang sedang atau yang sudah
dipelajari untuk memecahkan setiap permasalahan yang dijumpai baik dalam
matematika itu sendiri, ilmu lain maupun masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga mereka yang mempelajari matematika dengan adanya kemampuan
aplikatif tersebut akan menumbuhkembangkan sikap menghargai kemanfaatan
matematika dalam kehidupannya. Dengan demikian dalam belajar matematika
sangat ditekankan tumbuhnya atau terjadinya perubahan tingkah laku seseorang
dalam matematika, seperti perubahan kemampuan pemahaman, keterampilan
proses dalam memecahkan masalah, maupun menggunakan rumus-rumus yang
tepat, sehingga diharapkan siswa yang mempelajari matematika akan mampu
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.
Mutu pendidikan matematika sejak tahun 1975 sampai saat ini terkesan
tidak meningkat, apabila dibandingkan dengan negara-negara yang dulu
keadaannya relatif sama dengan Indonesia, misal Malaysia, Singapura, Philipina,
dan yang lainnya. Hal ini didukung dari data hasil evaluasi TIMSS menunjukkan
4
oman, Ghana). Peringkat Indonesia (36/40 dengan nilai 386) mengalami
penurunan dari TIMSS 2007 (peringkat 35/49 dengan nilai 397). Tertinggi diraih
oleh Korea (nilai 613) disusul Singapore (nilai 611)(NCES, 2011).
Hasil penelitian TIMSS tersebut didukung oleh hasil penelitian
Wahyudin (1999) yang menemukan bahwa rata-rata tingkat penguasaan
matematika siswa dalam pelajaran matematika cenderung rendah. Secara rinci
ditemukan bahwa salah satu kecenderungan yang menyebabkan sejumlah siswa
gagal menguasai dengan baik pokok-pokok bahasan dalam matematika yaitu
siswa kurang memahami dan menggunakan nalar yang baik dalam menyelesaikan
masalah atau persoalan yang diberikan.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa, salah satu faktornya menurut Zulkardi (2001) yaitu
faktor yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, misalnya metode mengajar
matematika yang masih terpusat pada guru, sementara siswa cenderung pasif.
Selanjutnya, Wahyudin (1999) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa
dalam hal proses pembelajaran matematika, para guru hampir selalu
menggunakan metode ceramah dan ekspositori, sehingga kurang melatih
pemahaman bahkan kemampuan pemecahan masalah matematik.
Pembelajaran matematika beserta sistem evaluasi selama ini kurang
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengoptimalkan seluruh kemampuan,
karena pembelajarannya terpusat pada guru (teacher-centred) dimana guru
memilki peran aktif sementara siswa menjadi pasif. Pembelajaran seperti itu
merupakan pola belajar konvensional karena suasana kelas masih didominasi oleh
5
Pembelajaran matematika yang konvensional lebih menuntut kepada hasil dimana
siswa hanya tinggal menerapkan atau menggunakan rumus atau algoritma
ketimbang menuntut pada proses. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran
tersebut memberi kesan yang kurang baik bagi siswa dan dapat mendidik mereka
bersikap apatis dan individualistik. “Mereka akan cenderung memandang
matematika sebagai suatu kumpulan aturan-aturan dan latihan-latihan yang dapat
mendatangkan rasa bosan, karena aktifitas siswa hanya mengulang prosedur atau
menghapal algoritma tanpa diberi peluang lebih banyak berinteraksi dengan
sesama” (Abdurrahman : 2003).
Menurut National Research Council (1989), bahwa sebenarnya semua
keterampilan matematis itu didasarkan pada pemahaman matematis. Siswa yang
memiliki kemampuan pemahaman dapat membantunya mengembangkan
bagaimana untuk berfikir dan bagaimana untuk membuat keputusan (Allen, 1992;
Borasi & Rose, 1989; Burton & Morfa, 2000). Dengan demikian, membangun
pemahaman matematis dapat mengembangkan kemampuan matematis lainnya
termasuk kemampuan pemecahan masalah.
Salah satu contoh yang menunjukkan rendahnya kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa MTs Negeri 2 Medan dengan pemberian tes
pendahuluan kemampuan memecahkan masalah kepada siswa kelas VII 1MTs
Negeri 2 Medan pada tanggal 10 januari 2013, diperoleh 27 siswa dari 32 siswa
tidak mampu memecahkan masalah artinya 84,3 % siswa tidak mencapai KKM,
6
Gambar 1.1. Lembar Jawaban Siswa Yang Memiliki Kemampuan Pemecahan Masalah Kategori Rendah.
Tanggal 22 Januari 2013 peneliti juga melakukan tes kemampuan
memecahkan masalah, salah satu masalah yang diujikan adalah sebagai berikut:
Panjang sisi miring suatu segita siku-siku sama dengan 4 5cm. Jika perbedaan
panjang sisi siku-sikunya sama dengan 4 cm, tentukanlah luas segitiga siku-siku
tersebut. Dari hasil tersebut diperoleh 25 siswa dari 32 siswa tidak dapat
menyelesaikan masalah dengan benar artinya 78,1 % siswa tidak mencapai KKM,
tanggal 16Februari 2013, peneliti juga melakukan tes kemampuan memecahkan
masalah salah satu soal yang diujikan adalah sebagai berikut: Amir pergi dari kota
A ke kota B sedangkan Joko dari kota B ke kota A. Mereka berangkat pada waktu
yang sama yaitu pukul 10.00 Wib. Amir berangkat dari kota dengan kecepatan
rata-rata 60 km/jam. Sedangkan Joko berangkat dari kota B dengan kecepatan
rata-rata 75 km/jam. Jika jarak antara kota A ke kota B adalah 360 km.
Tentukanlah pukul berapa kedua orang itu bertemu! Dari hasil tersebut diperoleh
24 siswa tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari 32 siswa, ini
berarti 75 % siswa berada di bawah KKM yang ditentukan.
Dari hasil dua kali pemberian tes kemampuan memecahkan masalah
matematika di atas terbukti bahwa siswa kelas VII A mengalami kesulitan dalam
7
terhadap beberapa guru matematika di MTs Negeri 2 Medan tersebut diperoleh
informasi yang menjadi akar masalah dalam pembelajaran matematika adalah :
1. Materi matematika bersifat abstrak.
2. Motivasi belajar rendah.
3. Interaksi antar siswa dalam belajar matematika belum optimal.
Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan hal yang sangat
penting sehingga menjadi tujuan umum pengajaran matematika bahkan sebagai
jantungnya matematika, lebih mengutamakan proses daripada hasil (Ruseffendi,
1991), dan sebagai fokus dari matematika sekolah dan bertujuan untuk membantu
dalam mengembangkan berpikir secara matematis (NCTM, 2000). Proses berpikir
dalam pemecahan masalah memerlukan kemampuan intelektual tertentu yang
akan mengorganisasikan strategi. Hal itu akan melatih orang berpikir kritis, logis
dan kreatif yang sangat diperlukan dalam menghadapi perkembangan masyarakat
(Sumarmo, 1994).
Lebih lanjut, (Sumarmo,2002) menjelaskan bahwa pemecahan masalah
dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dan tujuan yang harus
dicapai. Sebagai pendekatan, pemecahan masalah digunakan untuk menemukan
dan memahami materi atau konsep matematika. Sedangkan sebagai tujuan,
diharapkan agar siswa dapat mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan
serta kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah dari situasi
sehari-hari dalam matematika, menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai
masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika, menjelaskan
atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, menyusul model
8
matematika secara bermakna (meaningful). Sebagai implikasinya maka
kemampuan pemecahan masalah hendaknya dimiliki oleh semua anak yang
belajar matematika.
Kemampuan awal matematika siswa yang beragam dapat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Siswa yang
kemampuan awal matematika yang tinggi cenderung memiliki kemampuan
pemecahan masalah yang tinggi pula. Juga dapat diasumsikan bahwa siswa yang
memiliki kemampuan awal rendah yang diajarkan dengan mengunakan
pendekatan matematika realistik akan memiliki kemampuan pemecahan masalah
yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang
diajarkan dengan mengunakan pembelajaran biasa.
Penggunaan pendekatan matematika realistik juga akan berpengaruh
terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa jika dibandingkan dengan
pembelajaran biasa. Apalagi untuk membandingkan kemampuan pemecahan
masalah siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran biasa dengan siswa yang memiliki kemampuan awal
rendah yang diajarkan dengan mengunakan pendekatan matematika realistik. Hal
tersebut dikarenakan belum diketahui yang mana lebih berpengaruh terhadap
kemampuan pemecahan masalah siswa, Apakah kemampuan awal siswa atau
model pembelajaran yang digunakan. Dengan demikian diduga bahwa, Ada
interaksi antara kemampuan awal siswa (tinggi, sedang, rendah) dengan
pendekatan matematika realistik dan pembelajaran biasa terhadap kemampuan
9
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika MTs Negeri 2
Medan tidak dapat dibiarkan begitu saja sehingga menuntut penyelesaian.
Pembelajaran matematika di MTs Negeri 2 Medan harus merubah diri yang
menitik-beratkan kepada keterampilan proses. Jadi, pembelajaran matematika
harus memilih suatu pendekatan belajar yang baik dan tidak berorientasi kepada
pendekatan konvensional saja. Pendekatan pembelajaran yang diharapkan mampu
menggeser penggunaan pendekatan belajar yang konvensional serta mengaktifkan
dan mengkreatifkan siswa pada suatu proses pembelajaran, terutama pada
pembelajaran matematika diantaranya adalah melalui pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik (PMR).
Sebagai sebuah model pembelajaran yang bersifat konstruktivis,
pendekatan matematika realistik diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan
emosional siswa daripada pembelajaran biasa. Akan tetapi, dalam menumbuh
kembangkan kecerdasan emosional siswa yang mengunakan pendekatan
matematika realistik tidak terlepas dari keberagaman kondisi kemampuan awal
matematika siswa. Kerja sama dua variabel tersebut mempengaruhi kecerdasan
emosional siswa dengan efek yang berbeda dari tiap variabel.
Sehingga belum dapat dipastikan siswa yang memiliki kemampuan awal
rendah yang diajarkan dengan mengunakan pendekatan matematika realistik akan
memiliki kecerdasan emosional yang lebih rendah daripada siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi yang diajarkan dengan mengunakan pendekatan
matematika realistik. Juga tidak dapat dipastikan siswa yang memiliki
kemampuan awal rendah yang diajarkan mengunakan pendekatan matematika
10
yang memiliki kemampuan awal rendah yang diajarkan mengunakan
pembelajaran biasa. Apalagi untuk membandingkan kecerdasan emosional siswa
yang memiliki kemampuan awal tinggi yang diajarkan menggunakan
pembelajaran biasa dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang
diajarkan mengunakan pendekatan matematika realistik. Hal tersebut dikarenakan
belum diketahui yang mana lebih berpengaruh terhadap kecerdasan emosional
siswa, Apakah kemampuan awal siswa atau model pembelajaran yang digunakan.
Dengan demikian diduga bahwa, Ada interaksi antara kemampuan awal
siswa (tinggi, sedang, rendah) dengan pendekatan matematika realistik dan
pembelajaran biasa terhadap kecerdasan emosional siswa.
PMR sebagai salah satu pendekatan baru dalam pembelajaran
matematika, juga mengajak siswa mematematisasi kontekstual yaitu kegiatan pola
pikir siswa yang dikembangkan dari hal-hal yang bersifat konkrit menuju hal-hal
abstrak. Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik pada dasarnya
adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami siswa untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan
pendidikan matematika yang lebih baik dari masa lalu. Realita yang dimaksud
adalah hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat diamati dan dipahami siswa
dengan membayangkan, sedangkan lingkungan adalah tempat dimana siswa
berada (Soedjadi, 2003). Menurut Fauzan (2001) “PMR memberikan kesempatan
kepada kita untuk bertindak secara aktif mencari jawaban atas masalah yang
dihadapi dan berusaha memeriksa, mencari dan menyimpulkan sendiri secara
logis, kritis, analitis dan sistematis.” Cara ini akan mendorong siswa untuk
11
maka akan memperdalam pengetahuannya secara mandiri sehingga siswa mampu
memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran matematika di sekolah merupakan proses yang
sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk
meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence
Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang
akan memudahkan dalam belajar. Kenyataannya, ada siswa yang mempunyai
kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif
rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif
rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf
inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan
seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.
Menurut Goleman (2000:44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya
menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor
kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional
Quotient (EQ). Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat
diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan
emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya
kedua inteligensi itu saling melengkapi. Matematika disebut sebagai ratunya ilmu.
Jadi matematika merupakan kunci utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang
dipelajari di sekolah. Maka sering kali kita mendengar bahwa matematika itu sulit,
padahal kesulitan itu bisa diatasi apabila didukung dengan banyaknya latihan
dirumah, mungkin bukan hanya matematika saja yang perlu latihan di rumah pada
12
Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian
(sikap) siswa agar dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam
kehidupannya (Soedjadi, 2003: 42) Dengan demikian matematika menjadi mata
pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap
jenjang pendidikan. Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda tentang
pelajaran matematika. Ada yang memandang matematika sebagai mata pelajaran
yang menyenangkan dan ada juga yang memandang matematika sebagai pelajaran
yang sulit. Bagi yang menganggap matematika menyenangkan maka akan tumbuh
motivasi dalam diri individu tersebut untuk mempelajari matematika dan optimis
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat menantang dalam pelajaran
matematika.
Sebaliknya, bagi yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang
sulit, maka individu tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah
matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Segala problem atau
masalah anak yang merasa ada kesulitan terhadap penyelesaian pada pelajaran
matematika dapat diatasi dengan bimbingan dan perhatian dari orang tua. Orang
tua harus selalu menyediakan waktu untuk menyelesaikan masalah anak, sehingga
anak terbimbing dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami dalam
pelajaran. Menurut Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, membuat satu konsep
bahwa “kecerdasan emosional” dianggap akan dapat membantu siswa dalam
mengatasi hambatan-hambatan psikologis yang ditemuinya dalam belajar.
Kecerdasan emosional yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap hasil
13
dihadapinya. Pembelajaran matematika merupakan pengembangan pikiran yang
rasional bagaimana kita dapat mereflesikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil pengamatan (November 2011 s.d Desember 2011) di
MTs Negeri 2 Medan, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan
siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan
inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi
memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun
kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang
relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor
yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang
mempengaruhi. Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya
menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor
kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional
Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama.
Hasil beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis
struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux (1970)
menunjukkan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu
mendahului intelegensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan
individu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan karir, mengembangkan
hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya
14
Goleman (2002:512) juga menambahkan bahwa, kecerdasan emosional
adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi
(to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui
keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan
keterampilan sosial.
Khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan
akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan,
terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit
mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat (Goleman, 2002).
Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka
orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila
seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka
cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah
frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi
lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stres. Kondisi sebaliknya,
dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi.
Melalui pendekatan matematika realistik peneliti mengharapkan dapat
membuat perubahan bagi para siswa MTs Negeri 2 Medan khususnya kelas VII
sehingga kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa dalam
belajar matematika dapat lebih mengalami peningkatan.Berdasarkan latar