• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KANDUNGAN UNSUR LOGAM PADA KERANG (BIVALVIA) DI DAERAH PESISIR PANTAI KABUPATEN TAPANULI TENGAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KANDUNGAN UNSUR LOGAM PADA KERANG (BIVALVIA) DI DAERAH PESISIR PANTAI KABUPATEN TAPANULI TENGAH."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KANDUNGAN UNSUR LOGAM PADA KERANG ( B i v a l v i a ) D I D A E R A H PE S I S I R PA N T A I

KABUPATEN TAPANULI TENGAH

Oleh : Julyha NIM 4112240007 Program Studi Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

ANALISIS KANDUNGAN UNSUR LOGAM PADA KERANG (BIVALVIA) DI DAERAH PESISIR PANTAI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

Julyha (4112240007)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian analisis kandungan logam berat didaerah pesisir pantai Kabupaten Tapanuli Tengah, untuk mengetahui kandungan logam pada parameter air laut, sedimentasi dasar, cangkang kerang, dan daging kerang.

Metode penelitian sampel dengan menggunakan X-Ray Difraction (XRD) dan alat uji Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Analisis kandungan unsur logam pada sedimentasi dasar dengan menggunakan alat X- Ray Diffraction (XRD). Prosedur kerja yang dilakukan pada pengujian yaitu tahap pertama sampel dihaluskan dengan ball milling selama 1 jam dengan speed 200 rpm. Kemudian sampel di uji dengan XRD. Analisis menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) yaitu proses penghancuran (destruksi) yang dilakukan merupakan proses oksidasi dan reduksi. Tahap kedua yaitu penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas saring Whattman yang bertujuan untuk memisahkan partikel - partikel yang berukuran besar agar tidak mengganggu. Tahap ketiga yaitu proses pemeriksaan kandungan logam pemeriksaan dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) type Shimadzu AA-7000. Hasil yang didapat dari Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) berupa nilai konsentrasi yang kemudian dilakukan perhitungan untuk memperoleh kandungan logam yang sesungguhnya dari sampel.

Hasil yang diperoleh dari kandungan logam pada sampel air laut tertinggi berada pada stasiun I dengan konsentrasi Tembaga (Cu) yaitu 19,3 mg/kg dan konsentrasi Besi (Fe) tertinggi berada pada stasiun V yaitu 11,9 mg/kg.

Kandungan unsur pada sampel sedimentasi dasar meliputi Silikon Oxida (SiO2)

sebesar 72.6 %, Besi (Fe) sebesar 25.8 % dan Tembaga (Cu) sebesar 1.6 %. Hasil kandungan unsur cangkang kerang meliputi CaO sebesar 19.0 %, C sebesar 67.6 %, Besi (Fe) sebesar 10.2% dan Tembaga (Cu) sebesar 3.1 %. Kandungan logam pada sampel kerang tertinggi berada pada stasiun III dengan konsentrasi Tembaga (Cu) yaitu 162 mg/kg dan konsentrasi Besi (Fe) tertinggi berada pada stasiun II yaitu 15,1 mg/kg. Hal ini menunjukkan baik air laut, sedimentasi dasar, cangkang kerang, dan daging kerang telah terakumulasi logam berat, jika mengkonsumsi kerang laut yang melebihi batas ambang yang telah ditetapkan oleh MENKLH 2004 tersebut akan berdampak bagi kesehatan.

(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Pengesah i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Batasan Masalah 4

1.3. Rumusan Masalah 4

1.4. Tujuan Penelitian 4

1.5. Manfaat Penelitian 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Lokasi Pengambilan Data 6

2.1.1. Letak Geografis 7

2.1.2. Iklim dan Curah Hujan 7

2.1.3. Topografi 8

2.2. Perairan Pantai 8

2.3. Air Laut 9

2.4. Salinitas Air Laut 9

2.5. Laut Sebagai Tempat Pembuangan Limbah 11

2.6. Pencemaran Minyak Di Laut 11

2.7. Kontaminasi Logam dalam Air 14

2.8. Siklus Biogeokimia Logam Berat dalam Lingkungan Perairan 15

2.9. Logam pada ekosistem air 16

2.10. Pencemaran Air Laut 17

2.11. Pengaruh Zat-zat Tercemar di Laut 22

2.12. Karakteristik logam berat 23

2.12.1.Kadmium (Cd) 23

2.12.2.Plumbum (Pb) 25

2.12.3.Arsen (As) 26

2.12.4.Tembaga (Cu) 27

2.13. Kandungan Logam Berat Dalam Perairan 28

2.14. Biologi Kerang 30

(5)

vii

2.16. Ekosistem Kerang 32

2.17. Bentuk Pertumbuhan dan Perkembangbiakan Kerang 33

2.18. Faktor yang Mempengaruhi Akumulasi Logam Berat 33

2.19. Akumulasi Logam Berat Pada Kerang 34

2.20. Toksisitas Logam Pada Jenis Kerang 36

2.21. Toksisitas Logam Pada Larva Kerang 37

2.22. Pengaruh Logam Terhadap Manusia 37

2.23. Analisis Struktur X-Ray Diffraction (XRD) 38

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 40

3.1.1. Tempat Penelitian 40

3.1.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 41

3.1.3 Waktu Penelitian 42

3.2. Alat dan Bahan Penelitian 42

3.2.1. Alat Penelitian 34

3.2.2. Bahan Penelitian 43

3.3. Sampel Penelitian 43

3.4. Variabel Penelitian 43

3.5. Tehnik Pengambilan Sampel 43

3.6. Prosedur Penelitian 43

3.7. Diagram Penelitian 46

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian 47

4.1.1. Hasil Pengujian Air Laut dengan AA 47

4.1.2. Hasil Penelitian Sedimentasi Dasar dengan XRD S 50

4.1.3. Hasil Penelitian Cangkang Kerang dengan XRD 51

4.1.4. Hasil Penelitian Daging Kerang Dengan AAS 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 62

5.2 Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 63

(6)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kriteria baku mutu air laut untuk biota laut 29

Tabel 2.2. Klasifikasi kerang 32

Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Kekerangan 36

Tabel 3.1. Waktu Penelitian 42

Tabel 3.2. Alat Dan Bahan Penelitian 42

Tabel 4.1. Lokasi Penelitian 49

Tabel 4.2. Hasil Pengujian AAS pada Daging Kerang 51

Tabel 4.3. Hasil Pengujian AAS pada Daging Kerang 51

Tabel 4.4. Hasil Pengujian Besi (Fe) pada Air Laut 52

Tabel 4.5. Hasil Pengujian Tembaga (Cu) pada Air Laut 52

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Sedimentasi Dasar dengan XRD 53

Tabel 4.7. Hasil Pengujian Cangkang Kerang dengan XRD 54

Tabel 4.8. Kandungan Logam Besi (Fe) pada Setiap Stasiun 56

Tabel 4.9. Kandungan Logam Tembag (Cu) pada Setiap Stasiun 59

(7)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.Peta Orientasi Wilayah 6

Gambar 2.2. Kadmium (Cd) dalam bentuk padatan 23

Gambar 2.3. Timbal (Pb) dalam bentuk padatan 25

Gambar 2.4. Arsen (As) dalam bentuk padatan 26

Gambar 2.5. Tembaga (Cu) dalam bentuk padatan 27

Gambar 2.6. Alat XRD (X-Ray Diffraction) 39

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian Berdasarkan Posisi Pengambilan 41

Gambar 4.1. Kontur Tembaga pada Air Laut 48

Gambar 4.2. Grafik Analisa XRD pada Cangkang Kerang 49

Gambar 4.3. Grafik Analisa XRD pada Sedimentasi Dasar 50

Gambar 4.4. Diagram batang unsur sedimentasi dasar 51

Gambar 4.5. Pola XRD cangkang kerang 52

Gambar 4.6. Grafik analisa XRD pada cangkang kerang 53

Gambar 4.7. Grafik pola cangkang XRD dengan pola cangkang JCPDS 54

Gambar 4.8. Perbedaan sedimentasi dasar dengan cangkang 55

Gambar 4.9. Grafik besi pada Daging Kerang 56

Gambar 4.10. Kontur besi pada daging kerang 57

Gambar 4.11. Kandungan tembaga pada daging kerang 57

Gambar 4.12. Peta kontur kadar tembaga daging kerang 58

Gambar 4.13. Grafik perbandingan unsur Fe setiap parameter 59

(8)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tabel Data Penelitian 66

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian 73

Lampiran 3. Surat Persetujuan Dosen 76

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian 77

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah Republik Indonesia berupa perairan laut yang letaknya sangat

strategis. Perairan laut Indonesia dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan lokal

maupun Internasional. Indonesia merupakan negara maritime dengan luas lautan

mencapai 5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan teritorial, perairan laut 12 mil dan

perairan ZEE Indonesia. Indonesia merupakan wilayah kepulauan yang

membentang dari Pulau Sumatera sampai Pulau Papua. Provinsi Sumatera Utara

adalah bagian dari Pulau Sumatera yang terdiri dari pantai barat dan pantai timur.

Pantai Barat Sumatera Utara memiliki garis pantai sepanjang 763,47 km. Wilayah

Pantai Barat Sumatera Utara terdiri dari enam Kabupaten/Kota yaitu: Kabupaten

Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten

Mandailing Natal dan Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan (Badan

Penelitian Dan Pengembangan Pemprovsu.2014).

Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten yang berada

di Pantai Barat Sumatera. yang memiliki luas 2.194,98 km2 (219.498 Ha), yang

terletak pada koordinat 1°11’00” - 2°22’0” lintang utara, serta 98°07’ - 98°12’ BT Bujur Timur. Tapanuli Tengah memiliki beberapa sektor industri yang dapat

memberikan pendapatan daerah yang cukup signifikan seperti industri pertanian

mencapai 25,05 %, industri pertambangan mencapai 0,01 %, industri pengolahan

mencapai 8,42 %, industri listrik dan air bersih mencapai 0,70 %, industri

bangunan mencapai 5,26 %, industri perdagangan mencapai 21,22 %, industri

transportasi mencapai 11,51 %. ( BPS Kabupaten Tapanuli Tengah, 2014)

Faktor yang menarik tersebut, suatu hal yang kurang mendapat perhatian

masyarakat adalah kandungan logam berat pada kerang. Hal ini diperjelas dengan

laporan Sekretaris Barisan Muda Keluarga Besar Masyarakat Tapanuli Tengah

Sibolga mengaku sangat prihatin dengan kondisi pesisir pantai Tapanuli Tengah

dan Sibolga, kondisi perairan laut Sibolga Tapanuli Tengah yang semakin

tercemar. Kondisi laut Sibolga Tapanuli Tengah ini sudah parah, karena sudah

(10)

2

dari tumpahan minyak-minyak kapal.Akibatnya, populasi ikan yang merupakan

salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

Bisnis, 2014).

Menurut Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 ayat (14) menyebutkan : Pencemaran

lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkanya makhluk hidup,zat, energi,

dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia

sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan

mengalami tiga macam proses akumulasi yaitu secara fisik, kimia dan biologis.

Buangan limbah industri yang mengandung bahan berbahaya dengan toksisitas

yang tinggi ke lingkungan perairan mengakibatkan bahan pencemar langsung

terakumulasi secara fisik dan kimia lalu mengendap di dasar laut (Santosa, Rizky

W., 2013).

Unsur-unsur logam berat tersebut berkaitan erat dengan masalah

pencemaran dan toksisitas. Pencemaran yang dapat menghancurkan tatanan

lingkungan hidup, biasanya berasal dari limbah-limbah yang sangat berbahaya

dalam arti memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi. Limbah industri

merupakan salah satu sumber pencemaran logam berat yang sangat potensial.

Pembuangan limbah industri secara terus menerus tidak hanya mencemari

lingkungan tetapi menyebabkan terkumpulnya logam berat dalam sedimen dan

biota-biota (terutama biota perairan).

Logam berat di perairan laut dapat dibagi menjadi dua komponen utama,

yaitu, logam dalam bentuk zat terlarut dan logam yang mengikat partikel

tersuspensi atau sedimen (fitoplankton, zooplankton, puing-puing, tanah liat dan

silts). Jejak logam beracun di perairan pantai, khususnya Hg, Pb dan Cd telah

diukur dalam beberapa komponen perairan pesisir (Sanusi unpubl., Mulyanto

unpubl.), Tetapi pengetahuan tentang jejak logam lainnya seperti As, Cr dan Sn

sangat terbatas. Penelitian logam beracun dalam air terutama diwakili oleh logam

mengukur dalam bentuk larutan yang biasanya diketahui sangat rendah dalam

(11)

3

Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tahun

Nomor 51 Tahun 2004, Baku Mutu Air Laut adalah ukuran batas atau kadar

makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur

pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air laut untuk biota laut yaitu

arsen (As) 0,012 mg/l, kadmium (Cd) 0,001 mg/l, tembaga (Cu) 0,008 mg/l,

timbal (Pb) 0,008 mg/l, seng (Zn) 0,05 mg/l dan Nikel (Ni) 0,05 mg/l.

Juliani (2011),air laut di pesisir pantai Sibolga masih di bawah baku mutu

air laut untuk biota, pH daerah pesisir pantai Sibolga diperoleh 8,6 - 8,8 dengan

rata-rata 8,7. Nilai pH baku mutu air laut untuk wisata bahari sekitar 7,0 – 8,5.

Untuk perikanan pH berkisar 6 – 8,5. Ph di suatu perairan normal berkisar 6,0 –

9,0. Pada penelitian Wanry (2011), pesisir pantai Sibolga terkatagori diatas nilai

ambang batas tapi masih termasuk dalam katagori perairan normal. Nilai baku

mutu air laut untuk wisata bahari adalah >6 m, sehingga air laut di pesisir pantai

Sibolga termasuk daerah yang tercemar,serta air laut pesisir pantai Sibolga hampir

setengah beraroma bau .

Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi pencemaran lingkungan

termasuk upaya mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan dengan

mengamankannya dari segi hukum yaitu dengan perundang-undangan.surat

keputusan menteri Perindustrian no.12/M/SK/I/78 tanggal 26 januari 1978 tentang

pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan sebagai akibat

industri,merupakan upaya pengamanan hukum yang khusus ditujukan kepada

pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh usaha industri.

Kerang banyak dikonsumsi oleh manusia maka sifat bioakumulatif inilah

yang menyebabkan kerang harus diwaspadai bila dikonsumsi terus menerus. Hasil

penelitian pada menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi logam berat Cu

dan Pb dalam media akan menunjukan penurunan filtrasi kerang hijau terhadap

Skeletonema sp yang terdapat didalamnya hal tersebut menunjukan bahwa logam

tersebut berpengaruh buruk terhadap kerang (Suryono, 2006).

Supriharyono (2002) dalam Hasan S, (2004) menyatakan, kerang adalah

salah satu hewan laut yang paling efisien mengakumulasi logam berat. Hal ini

disebabkan, kerang hidup di lapisan sedimen dasar perairan, bergerak sangat

(12)

4

di Jepang yang diistilahakn dengan Penyakit Minamata (Minamata Disease) yang

terjadi pada tahun 1950-an yang membawa korban merupakan akibat keracunan

logam berat melalui konsumsi hewan tersebut dari laut.

Dalam Proceedings of the International Seminar (Industrialization of

Fisheries and Marine Resources terdapat logam berat dalam lingkungan air karena toksisitas dan konsentrasi logam berat tersebut melebihi dari tingkat yang

diperbolehkan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan konsentrasi logam berat

relatif lebih tinggi yang ditemukan pada organ hati dari spesies, sekitar perairan

pesisir Kuala Tanjung,Sumatera Utara. Hal yang sama dilakukan dalam Journal of

American Science 2011, dari beberapa kerang di Nigeria telah terkontaminasi oleh

logam berat. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa hewan-hewan laut dan tiram,

memiliki potensi tinggi untuk berkonsentrasi logam berat.

Berdasarkan hal- hal diatas perlu dilakukan penelitian di daerah kawasan

industri pesisir pantai Tapanuli Tengah Sumatera Utara dengan judul “Analisis

Kandungan Unsur Logam pada Kerang (Bivalvia) Di Daerah Pesisir Pantai

Kabupaten Tapanuli Tengah”. Penelitian kandungan unsur pada kerang (Bivalvia)

di Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu acuan untuk mengetahui

kandungan-kandungan unsur pada kerang di daerah Tapanuli Tengah.

1.2 Batasan Masalah

Adapun batasan permasalahan dari penelitian ini adalah kebanyakan industri yang

berada di sekitar pesisir Kabupaten Tapanuli Tengah membuang hasil akhir

produksi yaitu berupa limbah di sekitar pesisir laut, dimana limbah – limbah

tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia khususnya mengancam

kehidupan biota yang hidup di dalam laut tersebut. Sehingga diperlukan

pemantauan analisis kandungan material yang tercemar logam pada kerang di

pesisir pantai Kabupaten Tapanuli Tengah dengan menggunakan XRD ( X – Ray

Diffraction ).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah

adalah sebagai berikut:

1. Berapa banyak kandungan logam parameter air laut tersebut?

(13)

5

3. Apa sajakah unsur-unsur yang terkandung dalam cangkang kerang?

4. Berapa banyak kandungan logam parameter air laut tersebut?

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kandungan logam pada air laut di daerah Pesisir Pantai

Kabupaten Tapanuli Tengah.

2. Untuk mengetahui persenan kandungan zat material pada sedimentasi

dasar di daerah Pesisir Pantai Kabupaten Tapanuli Tengah.

3. Untuk mengetahui persenan kandungan zat material pada cangkang kerang

di daerah Pesisir Pantai Kabupaten Tapanuli Tengah.

4. Untuk mengetahui kandungan logam pada daging kerang di daerah Pesisir

Pantai Kabupaten Tapanuli Tengah.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Sebagai informasi kandungan unsur kerang di sekitar Pantai Tapanuli

Tengah dalam pelestarian kerang.

2. Sebagai informasi bagi masyarakat sekitar pantai bahwa kerang yang

tercemar akan mempengaruhi kelangsungan hidup ekosistem laut dan

berbahaya bagi kesehatan.

3. Sebagai informasi kepada instansi yang terkait dalam perlindungan

(14)

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

1. Kandungan logam pada sampel air laut tertinggi berada pada stasiun I

dengan konsentrasi Tembaga (Cu) yaitu 19,3 mg/l dan konsentrasi Besi

(Fe) tertinggi berada pada stasiun V yaitu 11,9 mg/l. Melebihi batas

maksimum yang telah ditetapkan.

2. Unsur-unsur logam yang terkandung dalam sedimentasi dasar dengan

menggunakan XRD antara lain Silicon Quartz (SiO2) sebesar 72.6 %, ,

Copper (Cu) sebesar 1.6 % dan Iron (Fe) sebesar 25.8 %.

3. Unsur-unsur logam yang terkandung dalam cangkang kerang dengan

menggunakan XRD antara lain Diamon (C) sebesar 67.6 %, Lime (CaO)

sebesar 19.0 %, Copper (Cu) sebesar 3.1% dan Iron (Fe) sebesar 10.2 %.

4. Kandungan logam pada sampel daging kerang tertinggi berada pada

stasiun III dengan konsentrasi Tembaga (Cu) yaitu 162 mg/kg dan

konsentrasi Besi (Fe) tertinggi berada pada stasiun II yaitu 15,1 mg/kg.

Melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan. Sehingga dari hasil

penelitian yang didapatkan cangkang dan lumpur dikatakan tercemar.

Makhluk hidup khususnya manusia yang mengkonsumsi ikan laut yang

tercemar tersebut akan berdampak bagi kesehatan.

5.2Saran

1. Cara menanggulangi pencemaran yaitu mengurangi aktivitas industri dan

mengurangi pembuangan limbah industri dan rumah tangga ke laut. Untuk

peneliti selanjutnya, sebaiknya dilakukan penelitian kerang pada tempat

(15)

63

DAFTAR PUSTAKA

Alina. 2012. Heavy Metals (Mercury, Arsenic, Cadmium, Plumbum) In Selected

Marine Fish And Shellfish Along the Straits of Malacca : International

Food Research Journal, 19(1): 135-140

Anonimus, 1997. Abstrack Book Trace Metal in The Aquatic Environmental.

Fourth International Conference, 19 – 23 May 1997. University Putra

Malaysia, University Kebangsaan Malaysia, University Malaysia, Kuala Lumpur. 121 pp.

Arifin, Z. 2012. Heavy Metal Contamination In Indonesian Coastal Marine

Ecosystems : A Historical Perspective : Coastal Marine Science, 35 :

227-233

Bewers, J.M., R.A. Duce, T.D. Jicklelis, P.S. Lies, J.M. Miller, A.L. Windom, and

R. Wollast. 1990. Land to Ocean Transport of Contamination :

Comparisson of River and Atmospheric Fluxes. UNEP Regional Seas

Reports and Studies No. 114, 2 : 417-446.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah. 2014. Tapanuli Tengah

Dalam Angka 2014. Tapanuli Tengah

Clark, JR. 1996. Coastal Zone Management. Lewis Publisher. Boca

Raton-Florida.

Dahuri, Rokhmin. 2004. Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara

Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita.

Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungan Dengan

Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia Press, Jakarta. 167

hal.

Effendi, H., (2003), Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Gesamp (Join Group of Expert on The Scientific Aspect of Marine Pollution),

1985. Marine Pollution Implication of Ocean Energy Development.

Report and Studies, Rome. 43 p.

Hoshika, A. T. Shiozawa. K. Kawana and T. Tanimoto, 1991. Heavy Metal

Pollution in Sediment from the Seto Island, Japan. Marine Pollution.

Bull. 23 : 101 – 105.

(16)

64

Indonesia Press, Jakarta. 159 hal.

Hutagalung, H. 2001. Pencemaran Laut oleh Logam Berat. Puslitbang

Oseanology LIPI, Jakarta. Hal 49 - 50.

Hutagalung H. P. dan A. Rozak, (1997), Penetuan Kadar Nitrat. Metode Analisis

Air Laut , Sedimen dan Biota. H. P Hutagalung, D. Setiapermana dan S.

H. Riyono (Editor), Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi,

LIPI, Jakarta.

Ismail, A. and R. Ramli, 1997. Trace metals in sediments and mollusks from an

estuary receiving pig farms effluent. Environmental Technology 18: 509–

515.

Juliani, Rita. 2011. Pola Penentuan Parameter Kerusakan Terumbu Karang Di

Daerah Sibolga. Universitas Negeri Medan : Medan

Jorgensen. K., 1990. Bivalve filter feeding: Hydrodynamic, Bioenergitics, Physiology and Ecology. Olsen and Olsen, Denmark.

Lumbanraja, Wanry.2011. Penentuan Parameter Fisika Dan Kimia Air Laut Di

Sekitar Pantai Pulau Poncan Sibolga Sumatera Utara. Universitas

Negeri Medan : Medan

Medan Bisnis. 2014. Laut Sibolga Tapteng Mulai Tercemar.

http://medanbisnisdaily.com/news/read/2013/07/23/41906/laut_sibolga_t

apteng_mulai_tercemar/#.VDIAPmeSzsA

MENKLH. 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor:

51/MENLH/2004 Tahun 2004, tentang penetapan baku mutu air laut

dalam himpunan peraturan di bidang lingkungan hidup. Jakarta

Mursyidin, Dindin, H., 2006. Menanggulangi Pencemaran Logam Berat. Email :

dindinhm@yahoo.co.id. Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia – YCHI.

[19 SEPTEMBER 2014]

Odum, E. P., (1971), Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada

University Press, Oreginal English Edition, Fundamental of Ecology

Thurd Edition, Yokyakarta.

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta.

50 hal.

(17)

65

ed II. Jakarta. 152 hal.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Badan Penelitian Dan Pengembangan.2014.

Inventarisasi Sumber Daya Alam (Sda) Pesisir Dan Kelautan Untuk

Pengembangan Potensi Kelautan.

Romimohtarto, K. 1991. Pengantar Pemantauan Pencemaran Laut, hal 1 – 13.

dalam D.H. Kunarso dan Ruyitno (eds). Status Pencemaran Laut di

Indonesia dan Tekhnik Pemantauannya. Puslitbang Oseanologi-LIPI,

Jakarta.

Romimohtarto, K., (2003), Kualitas Air dalam Budidaya Laut.

www.fao.org/docrep/field/003.

Santosa, Rizky W., 2013. Dampak pencemaran lingkungan laut oleh perusahaan

pertambangan terhadap nelayan tradisional. Lex Administratum

Vol.I/No.2/April-Jun/2013

Sitorus, Hasan. 2004. Analisis Beberapa Karakteristik Lingkungan Perairan Yang

Mempengaruhi Akumulasi Logam Berat Timbal Dalam Tubuh Kerang

Darah Di Perairan Pesisir Timur Sumatera Utara. Jilid 11. No 1: 53-60.

Sanusi, H.S., H.P. Hutagalung dan H. Razak, 1984. Hubungan Antara Umur,

Kadar Air Raksa (Hg) dan Kadmium (Cd) Yang Terakumulasi Oleh

Kerang Hijau (Mystylus viridis L) Yang Dibudidayakan di Perairan

Teluk Jakarta. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor, Bogor. 70 hal

(tidak diterbitkan).

Sastrawijaya, A.R. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta. 274

hal.

Siagian, L.T.I. 2004. Pengaruh Pencemaran Logam Berat Pb, Cd, Cr Terhadap

Biota Laut dan Konsumennya di Kelurahan Bagan Deli Belawan.

Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. 89 hal (tidak

diterbitkan).

Sorensen, E. M. 1991. Metal poisoning in fish, CRC Press, New York, 95 – 109

pp.

Suryono, Chrisna Adhi. 2006. Kecepatan Filtrasi Kerang Hijau Perna Viridis

terhadap Skeletonema sp pada Media Tercemar Logam Berat Timbal

(18)

66

Ubbe, U. 1992. Analisis Limbah Logam Berat yang Terdistribusi di Muara Sungai

Tallo Ujung Pandang. Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin,

Ujung Pandang. 45 hal (tidak diterbitkan).

Waldichuk, M. 1974. Some Biological Concentration in Metals Pollution. 492 p.

In W. Vernberg and D. Venberg (eds). Pollution and Physiology of

Organism. Ann Arbor. Michigan.

Zulkifli, 1994. Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, Cu dan Zn) Dalam Air Laut

Permukaan dan Sedimen di Perairan Dumai, Riau. Skripsi, Fakultas

Referensi

Dokumen terkait

Azizah Syabibi, Analisis Yuridis Kekuatan Surat Keterangan Ahli Waris Dari Kelurahan Dalam Menetapkan Ahli Waris Bagi Orang Islam, Karya Ilmiah Program pascasarjana

Dalam kontrak bagi hasil yang sebelumnya, biaya operasi yang telah dikeluarkan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) akan digantikan oleh pemerintah

1) Adanya dukungan yang kuat dari instansi untuk terus menggali atau meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. 2) Adanya kegiatan oprasional ke desa atau

Hasil dan pembahasan penelitian ini disajikan berdasarkan dua parameter penelitian, yaitu pengaruh pemberian jus buah tomat terhadap jumlah sel spermatogenik dan histologi

Hal tersebut sesuai dengan penelitian pendahuluan bahwa kadar gula total sari buah naga merah (13,21%) lebih tinggi dibandingkan dengan sari buah salak Bongkok

Variabel pelibatan kerja pada penelitian ini diukur melalui 3 indikator yang dibagi dalam 9 buah pernyataan. Hasil tanggapan variabel pelibatan kerja kemudian

Penelitian yang diakukan oleh Rosita (2012) mengambil objek di SMPN 1 Rantau Selatan menunjukkan hasil adanya pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja

kedelai dan tepung ikan tuna sebagai MP- ASI Bubuk Instan yang sesuai dengan kebutuhan bayi pada usia 6-8 bulan yaitu semakin besar proporsi tepung kecambah