• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK DAN SELF-EFFICACY SISWA MTS NURUL HIKMAH TINJOWAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK DAN SELF-EFFICACY SISWA MTS NURUL HIKMAH TINJOWAN."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK DAN SELF EFFICACY SISWA MTs NURUL HIKMAH TINJOWAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

CANDRA WIDODO NIM : 8146171013

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

CANDRA WIDODO. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik dan Self-efficacy Siswa MTs Nurul Hikmah Tinjowan. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED), 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis validitas perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa, (2) Menganalisis kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa, (3) Menganalisis efektivitas perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa, (4) Menganalisis peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan, dan (5) Menganalisis self efficacy siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan modifikasi antara model pengembangan 4-D. Tahapan penelitian ini adalah define, design, developdan disseminate. Dalam penelitian ini disusun perangkat pembelajaran dan instrumen yaitu : RPP, LAS, buku guru, buku siswa, tes kemampuan penalaran dan angket Self-efficacy. Uji coba dilakukan pada siswa kelas VII-A sebanyak 22 orang dan VII-B sebanyak 23 orang di MTs Nurul Hikmah Tinjowan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Validitas perangkat pembelajaran menurut tim ahli adalah valid (2) Perangkat pembelajaran memenuhi kriteria praktis yaitu validator menyatakan perangkat pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil dan Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran diperoleh rata-rata 4,08 berkategori baik (3) Perangkat pembelajaran memenuhi kriteria efektif yaitu ketuntasan klasikal mencapai 91,3%, respon siswa terhadap pembelajaran diperoleh rata-rata 95,02%, dan waktu pembelajaran tidak berbeda jauh dengan waktu pembelajaran biasa (4) Peningkatan kemampuan penalaran matematik dilihat dari nilai N-gain yaitu 0,61 dalam kategori “sedang”, dan (5) Self efficacy matematik siswa setelah pembelajaran menghasilkan nilai rata-rata sebesar 84,8.

(7)

ii ABSTRACT

CANDRA WIDODO. Development of Study Peripheral Base On The Problem Based Learning To Increase Ability of Mathematic Reasoning and Self-Efficacy of Student MTs Nurul Hikmah Tinjowan. Thesis. Medan: Graduate of the State University of Medan (UNIMED), 2016.

This research aim to : (1) To analyse validity of study peripheral base on the problem based learning which have been developed to improve the ability of mathematical reasoning and self efficacy student, (2) To analyse practical of study peripheral base on the problem based learning which have been developed to improve the ability of mathematical reasoning and self efficacy students, (3) To analyse effectiveness of study peripheral base on the problem based learning which have been developed to improve the ability of mathematical reasoning and self efficacy student, (4) To analyse the improvement of ability mathematical reasoning student by using study peripheral base on the problem based learning which have been developed, and (5) To analyse self efficacy student hereafter study by using study peripheral base on the problem based learning which have been developed. Research type used is development research by using modification of development model 4-D. This Research step is define, design, develop and disseminate. In this research is compiled by peripheral of study and instrument that is : lesson plan, sheet of student activity, teacher book, student book, tes of ability of reasoning and enquette Self-Efficacy. Try out conducted atstudent of class VII-A as much 22 people and VII-B as much 23 people in MTS. Nurul Hikmah Tinjowan. Result of this research indicate that : (1) Validity of study peripheral of according to expert team is valid (2) Study Peripheral reach the practical criterion that is validator express the study peripheral can be used revisedly minimize and the teacher in managing study obtained by mean 4,08 categorize the goodness (3) Study Peripheral reach the effective criterion that is complete of klasikal reach 91,3%, respon student to study obtained mean 95,02% and study time not differ far with the ordinary study time, (4) Improvement the ability of mathematical reasoning use the study peripheral base on the problem which have been developed to be seen from value N-Gain that is 0,61 in category "medium", and (5) Mathematic Self Efficacy student after study yield the average value of equal to 84,8

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Adapun judul tesis ini adalah “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik dan Self Efficacy Siswa MTs Nurul Hikmah Tinjowan”. Dalam proses penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus dilalui, diantaranya menghadapi kendala dan keterbatasan serta bimbingan/arahan yang terwujud dalam motivasi dari beberapa pihak.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Unimed yang telah memberikan kesempatan melakukan penyusunan tesis ini.

2. Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini. 3. Bapak Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini. 4. Bapak Dapot Tua Manullang, SE., M.Si sebagai staf Prodi Pendidikan

Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam administrasi perkuliahan di Unimed.

(9)

iv Universitas Negeri Medan

6. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.

7. Teristimewa Ayahanda Sarem dan Ibunda Suyati beserta Sarini, Sarno, Tarno dan Sri Ningsih Am.Keb. yang dengan sepenuh hati memberikan dorongan semangat serta dukungan moril maupun materil bagi keberhasilan penulis. 8. Teman-teman seperjuangan di Dikmat A-2 2014 dan terkhusus buat

teman-teman yang selalu berdiskusi bersama-sama yaitu: Lilis Syafriani, Fadliyani, Riskyka dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Juni 2016 Penulis

(10)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 17

1.3.Batasan Masalah ... 18

1.4.Rumusan Masalah ... 18

1.5.Tujuan Penelitian ... 19

1.6.Manfaat Penelitian ... 20

1.7.Definisi Operasional ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 22

2.1. Kajian Teoritis ... 22

2.1.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 22

2.1.2. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 25

2.1.3. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah ... 34

2.1.4. Perangkat Pembelajaran ... 38

2.1.5. Kemampuan Penalaran Matematik ... 46

2.1.6. Kemampuan Self Efficacy ... 57

2.1.7. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 62

2.1.8. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 68

2.1.9. Materi Pembelajaran ... 74

2.1.10. Penelitian Relevan ... 81

2.2. Kerangka Konseptual ... 84

BAB III METODE PENELITIAN ... 91

3.1. Jenis Penelitian ... 91

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 91

3.3. Subyek dan Objek Penelitian ... 92

3.4. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 92

3.5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 103

3.5.1. Lembar validasi Perangkat Pembelajaran ... 103

3.5.2. Lembar Observasi ... 110

3.5.3. Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematik dan Self Efficacy Siswa ... 111

(11)

vi

3.7. Analisis Data Kepraktisan Perangkat Pembelajaran ... 122

3.7.1. Respon Tim Ahli atau Validator... 122

3.7.2. Analisis Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 122

3.8. Analisis Data Keefektifan Perangkat Pembelajaran ... 123

3.8.1. Analisis Data Ketuntasan Belajar Siswa ... 123

3.8.2. Analisis Data Respon Siswa ... 124

3.8.3. Waktu Pembelajaran ... 125

3.9. Analisis Data Untuk Menganalisis Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematik ... 125

3.8. Analisis Data Untuk Menganalisis Bagaimana Self Efficacy Siswa Setelah Menggunakan Perangkat Pembelajaran ... 125

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 127

4.1. Hasil Penelitian ... 127

4.2. Deskripsi Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... 128

4.2.1. Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define) ... 128

4.2.1.1. Analisis Awal-akhir (Front-End Analysis) ... 128

4.2.1.2. Analisis Siswa (Learner Analysis) ... 130

4.2.1.3. Analisis Konsep/Materi (Concept Anaysis) .... 131

4.2.1.4. Analisis Tugas (Task Analysis) ... 132

4.2.1.5. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran (Specifying Instructional Objectives) ... 133

4.2.2. Deskripsi Tahap Perancangan (Design) ... 134

4.2.2.1. Hasil Penyusunan Tes ... 134

4.2.2.2. Hasil Pemilihan Media ... 134

4.2.2.3. Hasil Pemilihan Format ... 135

4.2.2.4. Hasil Perancangan Awal ... 136

4.2.3. Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop) ... 139

4.2.3.1. Hasil Validasi Ahli. ... 139

4.2.3.2. Hasil Uji Coba I ... 149

4.2.3.3. Kelemahan-kelemahan Perangkat Pembelajaran pada Uji Coba I ... 164

4.2.3.4. Revisi Perangkat Pembelajaran Uji Coba I ... 165

4.2.3.5. Uji Coba II ... 166

4.2.4. Hasil Tahap Penyebaran(Diseminate) ... 178

4.3. Pembahasan Hasil penelitian ... 178

4.3.1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 179

4.3.2. Kemampuan Penalaran Matematik ... 181

4.3.3. Self-efficacy Matematik Siswa ... 181

4.4. Kelemahan Penelitian ... 183

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 184

5.1. Kesimpulan ... 184

5.2. Saran ... 186

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 31

Tabel 2.2 Perbedaan Buku dengan Modul ... 42

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Validasi RPP ... 104

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Validasi Buku Petunjuk Guru ... 105

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Validasi Buku Siswa ... 106

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi Lembar Aktivitas Siswa ... 108

Tabel 3.5 Interprestasi Validitas Tes ... 112

Tabel 3.6 Interprestasi Reliabilitas Instrumen Tes ... 113

Tabel 3.7 Kisi-kisi Tes Kemampuan Penalaran Matematik... 114

Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematik .... 115

Tabel 3.9 Kisi-kisi Instrumen Self Efficacy... 119

Tabel 3.10 Skor Alternatif Jawaban Angket ... 119

Tabel 3.11 Kriteria Tingkat Kevalidan ... 121

Tabel 3.12 Format Perhitungan Validasi ... 122

Tabel 3.13 Pengelompokkan Self Efficacy Siswa ... 126

Tabel 4.1 Revisi RPP Berdasarkan Hasil Validasi Oleh Tim Ahli ... 140

Tabel 4.2 Revisi LAS Berdasarkan Hasil Validasi Oleh Tim Ahli... 142

Tabel 4.3 Revisi Buku Guru Berdasarkan Hasil Validasi Oleh Tim Ahli . 144 Tabel 4.4 Hasil Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematik (pretest) 146 Tabel 4.5 Hasil Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematik (posttest) ... 147

Tabel 4.6 Hasil Validasi Angket Self-efficacy Siswa ... 147

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli 148 Tabel 4.8 Validitas Butir Pre-test Kemampuan Penalaran Matematik Siswa .... 150

Tabel 4.9 Validitas Butir Post-test Kemampuan Penalaran Matematik Siswa 150 Tabel 4.10 Tabel Hasil Analisis Tingkat Kesukaran pre-test ... 151

Tabel 4.11 Tabel Hasil Analisis Tingkat Kesukaran post-test ... 151

Tabel 4.12 Validitas Angket Self-efficacy Matematik ... 151

Tabel 4.13 Rataan Penilaian Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Pada Uji Coba I ... 153

Tabel 4.14 Tingkat Ketuntasan Pretest dan Posttest Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Pada Uji Coba I... 155

Tabel 4.15 Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematik Setiap Aspek Pada Uji coba I ... 157

Tabel 4.16 Hasil Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran Pada Uji Coba I ... 158

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan N-Gain Kemampuan Penalaran Matematik pada Uji Coba I ... 160

Tabel 4.18 Rangkuman Hasil N-Gain Kemampuan Penalaran Matematik Uji Coba I... 161

(13)

viii

Pada Uji Coba I ... 164 Tabel 4.21 Rataan Penilaian Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Pada Uji Coba II ... 167 Tabel 4.22 Tingkat Ketuntasan Pretest dan Posttest Kemampuan

Penalaran Matematik Siswa Pada Uji Coba II ... 169 Tabel 4.23 Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematik Setiap Aspek

Pada Uji coba II ... 170 Tabel 4.24 Hasil Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran Pada

Uji Coba II ... 172 Tabel 4.25 Hasil Perhitungan N-Gain Kemampuan Penalaran Matematik Pada Uji Coba II ... 174 Tabel 4.26 Rangkuman Hasil N-Gain Kemampuan Penalaran Matematik Uji Coba II ... 175 Tabel 4.27 Deskripsi Data Self-efficacy Matematik Siswa Setelah

Menggunakan Perangkat Pembelajaran Pada Uji Coba II ... 177 Tabel 4.28 Hasil Angket self-efficacy Matematik Setiap Indikator

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Jawaban Siswa... 10

Gambar 2.1 Tahap Pendefenisian dalam Model 4-D ... 64

Gambar 2.2 Tahap Perancangan dalam Model 4-D ... 65

Gambar 2.3 Tahap Pengembangan dalam Model 4-D ... 66

Gambar 2.4 Tahap Penyebaran dalam Model 4-D ... 67

Gambar 2.5 Persegi Panjang ... 75

Gambar 2.6 Persegi ... 75

Gambar 2.7 Trapesium Sebarang ... 76

Gambar 2.8 Trapesium Sama Kaki ... 76

Gambar 2.9 Trapesium Siku-siku ... 77

Gambar 2.10 Segitiga dan Jajar genjang ... 78

Gambar 2.11 Belah Ketupat ... 79

Gambar 2.12 Layang-layang ... 80

Gambar 3.1 Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D ... 93

Gambar 3.2 Peta Konsep Segi Empat ... 97

Gambar 4.1 Peta Konsep Segi Empat ... 132

Gambar 4.2 Hasil Rata-rata Kelas pre-test dan post-test Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Pada Uji Coba I ... 155

Gambar 4.3 Hasil Ketuntasan Klasikal Kemampuan Penalaran Matematik Pada Uji Coba I ... 156

Gambar 4.4 Grafik Hasil Rata-rata Kelas pre-test dan post-test Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Pada Uji Coba II .. 169

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini dibutuhkan oleh manusia yang siap dan tanggap. Tirtaraharja (2005: 163) menyatakan bahwa manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial manusia secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan. Manusia sebagai objek pendidikan diharapkan dapat mengikuti setiap perubahan dengan kehidupan yang berkualitas. Tirtaraharja (2005:116) menegaskan bahwa lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah, haruslah mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar seyogiannya hasil perkembangan iptek mutakhir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi, maupun cara memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat. Oleh sebab itu, Sebagai lembaga pendidikan, sekolah juga mempunyai dampak yang besar bagi keberadaan ilmu pengetahuan anak didik. Kenyamanan dan ketenangan anak didik dalam belajar sangat ditentukan oleh kondisi, sistem sosial dan lingkungan yang kondusif.

(16)

2

pendidikan adalah melakukan suatu inovasi-inovasi atau terobosan baru dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran yang dapat menyentuh aspek-aspek tertentu pada diri seseorang sehingga ia mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

Idrus (2009:63) menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan belajar yang diingikan, maka perlu dipersiapkan secara matang, dalam perencanaan pembelajaran dan penyiapan materi yang sesuai dengan kebutuhan anak dengan tetap berpijak kepada kurikulum yang menjadi acuan dan standart nasional. Ketentuan membuat silabus, program semester, program tahunan, perencanaan pembelajaran, melakukan evaluasi dan menganalisis hasil evaluasi adalah wajib. Kewajiban administratif tersebut menjadi mutlak ketika mengacu kepada UU No.14 Tahun 2005 pasal 20. Oleh sebab itu, semua guru sebagai pendidik diwajibkan membuat perangkat pembelajaran untuk mendukung serta mencapai tujuan pembelajaran.

(17)

3

Perangkat pembelajaran juga dapat meningkatkan profesionalisme seorang guru, karena seorang guru harus mengembangkan serta menggunakan perangkat pembelajarannya semaksimal mungkin dan memperbaiki segala hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran melalui perangkatnya. Perangkat pembelajaran juga dapat mempermudah seorang guru didalam proses fasilitasi pembelajaran, karena dengan perangkat pembelajaran guru juga dapat menyampaikan materi tanpa harus banyak mengingat namun hanya perlu melihat perangkat yang dimilikinya.

Sebelum guru mengajar di dalam kelas yaitu sebagai tahap persiapan, seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan-bahan apa saja yang mau diajarkan, seperti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa lebih aktif belajar, memahami keadaan siswa, memahami kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa, kesemuanya ini akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran. Wijaya (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan awal guru dalam menyusun RPP tergolong rendah karena guru kebingungan dalam merumuskan RPP karena mata pelajaran yang diajarkan berbeda dengan latar belakang yang dimiliki dan tidak memiliki inisiatif dalam menyusun RPP karena hanya copy-paste dari MGMP.

(18)

4

dalam forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) mengungkapkan bahwa: (1) sangat sulit menerapkan model ataupun pendekatan pada RPP, sehingga RPP yang dibuat belum mencerminkan model atau pendekatan yang menarik perhatian siswa, (2) RPP yang dibuat tidak dilengkapi LAS dan buku siswa tidak sesuai dengan pendekatan/model yang mereka gunakan, (3) khususnya dalam penyajian materi masih terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran yang dialami oleh siswa. Beberapa masalah tersebut antara lain siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Terlebih-lebih dalam menyelesaikan soal-soal dalam mata pelajaran matematika, siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami. Seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya (2012) “Berdasarkan dari hasil penelitian di Indonesia, ditemukan bahwa tingkat penguasaan peserta didik dalam matematika pada semua jenjang pendidikan masih sekitar 34%.

Padahal matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting sehingga matematika dipelajari di semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai menengah. Tujuan matematika itu diberikan di sekolah agar siswa mampu menghadapi perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.

Secara khusus tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar dan menengah tertuang dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 bahwa:

(19)

5

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan mata pelajaran matematika tersebut sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh National Council of Teacher of Mathematics (2000:7) bahwa tujuan pembelajaran matematika yaitu; (1) belajar untuk pemecahan masalah (2) belajar untuk penalaran dan pembuktian, (3) belajar untuk kemampuan mengaitkan ide matematis, (4) belajar untuk komunikasi matematis, (5) belajar untuk representasi matematis. Tujuan mata pelajaran matematika tersebut menunjukkan bahwa di jenjang pendidikan dasar dan menengah matematika mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif. Berdasarkan kutipan di atas disimpulkan bahwa pelajaran matematika sangat penting bagi seluruh peserta didik.

(20)

6

komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Cornelius (1982) mengemukakan ada lima alasan pentingnya belajar matematika, yaitu:

1. Matematika adalah sarana berpikir yang jelas.

2. Matematika adalah sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3. Matematika adalah sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman.

4. Matematika adalah sarana untuk mengembangkan kreatifitas.

5. Matematika adalah sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

(21)

7

bersifat deduktif, matematika juga merupakan ilmu yang terstruktur; dimulai dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi, kemudian kepada unsur yang didefinisikan, selanjutnya menjadi suatu aksioma/postulat dan pada akhirnya menjadi suatu teorema.

Namun sangat disayangkan, pada umumnya hasil berlajar matematika di Indonesia belum mencapai hasil yang menggembirakan. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan TIMSS (Trends In International Mathematics and Science Study) tahun 2011 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-38 dari 42 negara. Selain itu, PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2012 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-64 untuk bidang matematika dari 65 negara yang ikut ambil bagian. Walaupun peringkat-peringkat tersebut bukan hal mutlak pengukur tingkat keberhasilan pembelajaran matematika di Indonesia. Namun dapat dijadikan salah satu evaluasi dari berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran matematika di Indonesia, selain sebagai alat kompetisi yang memotivasi guru dan semua pihak dalam dunia pendidikan untuk lebih meningkatkan prestasinya.

Untuk meningkatkan hasil belajar matematika diperlukannya kemampuan penalaran matematik. Penalaran dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang ada serta dibutuhkan untuk memberikan suatu keputusan. Sebagaimana yang dikemukakan Presiden AS Thomas Jefferson (2012) berikut ini : “In a republican nation, whose citizens are to be led by reason and persuasion and not by force,

the art of reasoning becomes of first imfortance”. Pernyataan itu menunjukkan

(22)

8

negara sehingga setiap warga negara akan dapat dipimpin dengan daya nalar (otak) dan bukannya dengan kekuatan (otot) saja.

NCTM (2000) menyatakan recognize reasoning and proof as

fundamental aspects of mathematics. “People who reason and think analytically

tend to note patterns, structure, or regularities in both real-world situations and

symbolic objects; they ask if those patterns are accidental or if they occur for a

reason; and they conjecture and prove”. Pernyataan ini menjelaskan bahwa

penalaran sebagai aspek yang fundamental dalam matematika. “bagaimana

seseorang itu bernalar dan berfikir menganalisis untuk mendapatkan pola, struktur, atau aturan di antara situasi dunia nyata dan simbol objek-objek; mereka bertanya jika pola itu terjadi secara kebetulan atau terjadi karena sebuah penalaran; mengkonjektur dan membangun.

Selanjutnya Lithner (2012) menyatakan bahwa penalaran didefensikan sebagai garis pemikiran untuk untuk menghasilkan pernyataan dan kesimpulan ketika memecahkan masalah. Penalaran tidak perlu didasarkan pada pemikiran formal dan kemudian tidak terbatas dalam pembuktian, tetapi itu mungkin saja salah sepanjang terdapat beberapa penalaran yang mendukung.

(23)

9

pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Hal tersebut senada dengan penjelasan Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/PP/2004 (2004) menyatakan tentang indikator-indikator penalaran yang harus dicapai oleh siswa. Indikator yang menunjukkan penalaran antara lain: (1) kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, dan gambar, (2) kemampuan melakukan memanipulasi matematika, (3) kemampuan memeriksa kesahihan suatu argument, (4) kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan.

Berdasarkan hasil observasi peneliti tanggal 05 September 2015 terhadap siswa MTs. Nurul Hikmah Tinjowan kemampuan penalaran matematik siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa tentang suatu soal yang mengukur kemampuan penalaran matematik, dengan karakteristik soal yaitu meminta siswa untuk mengubah soal cerita ke dalam bentuk tabel dan menarik kesimpulan, menyusun bukti, dan memberikan alasan terhadap kebenaran solusi. Soal tersebut sebagai berikut:

“Sebuah taman berbentuk persegi panjang memiliki lebar lebih pendek 4 m dari

(24)

10

Adapun jawaban siswa adalah seperti pada gambar 1.1. berikut:

Gambar 1.1 Jawaban siswa

Dari Jawaban siswa tersebut menunjukkan bahwa kemampuan penalaran matematika siswa masih rendah. Hal tersebut terlihat dari jawaban siswa, Siswa hanya membuat apa yang diketahui dan ditanya tidak menggambarkan bangun yang dimaksud dari soal untuk lebih memudahkan menyelesaikan soal tersebut. Siswa kurang mampu untuk menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dengan jawaban siswa yang menganggap bahwa lebar sebuah taman tersebut adalah 4 m, Sehingga manipulasi matematika kurang tepat. Kemudian siswa kurang mampu memeriksa kesahihan jawaban mereka. Seharusnya bisa kita periksa dengan menggunakan keliling taman tersebut yang sudah diketahui yaitu 72 m2. Dan pada jawaban siswa, mereka tidak menyimpulkan hasil jawaban dari data-data yang mereka peroleh dari soal-soal dan hasil penyelesaian yang mereka kerjakan.

Siswa salah dalam

menyajikan pernyataan

matematika secara tertullis Siswa hanya membuat apa yang

diketahui dan ditanya tidak

menggambarkan bangun yang

dimaksud dari soal

Siswa tidak bisa

(25)

11

Di samping kemampuan penalaran matematik, kemampuan pada aspek lain yang bersifat afektif dan tidak kalah pentingnya dengan kemampuan penalaran matematik adalah kemampuan self efficacy (kepercayaan diri siswa dalam menyelesaikan masalah). Tuntutan pengembangan kemampuan ini tertulis dalam kurikulum matematika antara lain menyebutkan bahwa pelajaran matematika harus menanamkan sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam pelajaran matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dengan kata lain kemampuan self efficacy matematik merupakan salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang harus dicapai.

Individu dengan self efficacy tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), self efficacy didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang terhadap kemampuan

mereka untuk menghasilkan tingkatan yang ingin dicapai melalui ujian yang mempengaruhi hidup mereka. Kemampuan self efficacy menentukan bagaimana seseorang merasa, berfikir, memotivasi diri mereka dan bertindak. Kemampuan itu menghasilkan pengaruh yang berbeda melalui 4 tahap yaitu kognitif, motivasi, afektif dan proses seleksi.

(26)

12

percaya bahwa mereka tidak memiliki kemampuan itu, maka mereka dikatakan memiliki self efficacy yang rendah.

Bandura (1997) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan suatu faktor penentu pilihan utama untuk pengembangan individu, ketekunan dalam menggunakan berbagai kesulitan, dan pemikiran memola dan reaksi-reaksi emosional yang dialami. Self-efficacy dapat dikembangkan dari diri siswa dalam pembelajaran matematika, melalui empat sumber, yaitu (1) pengalaman kinerja; (2) pengalaman orang lain; (3) aspek dukungan langsung/sosial; dan (4) aspek psikologi dan afektif. Oleh sebab itu, dengan self efficacy yang tinggi, maka pada umumnya seorang siswa akan lebih mudah dan berhasil melampaui latihan-latihan matematika yang diberikan kepadanya, sehingga hasil akhir dari pembelajaran tersebut yang tercermin dalam prestasi akademiknya juga cenderung akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki self efficacy rendah.

(27)

13

percaya pada hal-hal yang tidak rasional dan yang tidak mendasar pada kenyataan, (10) cenderung takut, tidak aman dan manipulatif, (11) cepat menyerah, merasa tidak akan pernah berhasil, (12) meyakini seakan-akan segalanya "telah gagal''. Pikiran tidak rasional ini berkembang menjadi pikiran negatif (self–scripts) yang terus dipelihara oleh orang yang rendah diri.

Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap siswa MTs. Nurul Hikmah Tinjowan menyatakan bahwa kemampuan self efficacy mereka rendah. Hal tersebut sesuai dengan data yang peneliti peroleh dari pemberian angket kemampuan self efficacy berupa skala angket tertutup yang berisikan 7 butir pernyataan dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) kepada siswa kelas VII MTs. Nurul Hikmah Tinjowan yang berjumlah 42 orang.

(28)

14

mencoba menyelesaikan tugas yang tampak sangat sulit. Hal ini semua mengindikasikan kemampuan self efficacy siswa rendah, karena banyak siswa yang merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya terhadap mata pelajaran matematika. Sehingga ketika menghadapi persoalan matematika mereka tidak berusaha untuk menyelesaikannya dengan baik.

Dari berbagai permasalahan di atas, diduga oleh pembelajaran biasa yang diterapkan oleh guru di dalam kelas, dimana pembelajaran masih bersifat teacher centered (berpusat pada guru) sehingga pembelajaran cenderung pasif. Selain itu,

guru belum mempersiapkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru matematika di MTs. Nurul Hikmah Tinjowan pada tanggal 05 September 2015 yang mengatakan bahwa guru tersebut belum mempersiapkan perangkat pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Perangkat yang digunakan oleh guru adalah perangkat hasil mendowload dari internet dan perangkat yang guru gunakan tidak mengarah kepada kemampuan penalaran dan self efficacy siswa.

(29)

15

Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Trianto, 2009).

Pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, melainkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan (Wena, 2011).

(30)

16

Pembelajaran berbasis masalah juga melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran berbasis masalah juga mendukung siswa untuk memperoleh struktur pengetahuan yang terintegrasi dalam dunia nyata, masalah yang dihadapi siswa dalam dunia kerja atau profesi, komunitas dan kehidupan pribadi.

Pembelajaran berbasis masalah dapat pula dimulai dengan dengan melakukan kerja kelompok antar siswa. Vygotsky dalam teorinya menekankan integrasi antara aspek internal dan aspek eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial belajar. Kemudian Vygotsky lebih menekankan pada sosiokultural dalam pembelajaran, yakni interaksi sosial khususnya melalui dialog dan komunikasi. Pembelajaran berbasis masalah menyarankan kepada siswa untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru.

(31)

17

efek pada pengetahuan konten yang memberikan peluang lebih besar bagi peserta didik untuk belajar konten dengan lebih banyak keterlibatan dan meningkatkan partisipasi aktif siswa, motivasi dan minat di antara peserta didik. Hal ini menyebabkan peserta didik untuk memiliki sikap positif terhadap matematika dan membantu mereka untuk meningkatkan prestasi mereka.

Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan

Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik dan Self Efficacy Siswa MTs. Nurul Hikmah Tinjowan ”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Guru mengalami kesulitan dalam membuat atau menyusun perangkat pembelajaran.

2. Hasil belajar matematika di Indonesia belum mencapai hasil yang menggembirakan.

3. Siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami

4. Kemampuan penalaran matematik siswa MTs rendah. 5. Kemampuan self efficacy siswa MTs rendah.

(32)

18

7. Guru belum mempersiapkan perangkat pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa.

1.3. Batasan Masalah

Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas

dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis

membatasi masalah pada “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan

Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran

Matematik dan Self Efficacy Siswa MTs Nurul Hikmah Tinjowan Tahun Ajaran

2015/2016 pada Materi Segi Empat”.

1.4.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana validitas perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran

berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa ?

2. Bagaimana kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa ?

3. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa ?

(33)

19

5. Bagaimana self efficacy siswa setelah menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan ?

1.5.Tujuan penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis validitas perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa.

2. Untuk menganalisis kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa.

3. Untuk menganalisis efektivitas perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa.

4. Untuk menganalisis peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan.

5. Untuk menganalisis self efficacy siswa setelah menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan.

1.6.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut :

(34)

20

masalah yang difokuskan pada peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa.

2. Bagi guru, sebagai masukan bagi guru matematika mengenai perangkat pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa.

3. Bagi Kepala sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan kepada tenaga pendidik untuk menerapkan perangkat pembelajaran berbasis masalah dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut.

4. Bagi peneliti, dapat menjadikan sebagai bahan acuan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah lebih lanjut.

1.7.Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap penafsiran istilah-istilah yang digunakan, akan dijelaskan beberapa istilah yang didefinisikan secara operasional dengan tujuan penelitian ini menjadi lebih terarah. Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Perangkat pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sekumpulan alat pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, berupa; Buku guru, Buku Siswa, RPP, LAS untuk materi segi empat guna untuk mencapai tujuan pendidikan.

(35)

21

3. Peningkatan adalah Peninjauan berdasarkan gain ternormalisasi dari perolehan skor pretest dan postest siswa.

4. Penalaran matematik adalah proses berfikir untuk menarik kesimpulan yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah terbukti sebelumnya.

5. Kemampuan Penalaran matematik adalah usaha seseorang untuk mencari kebenaran dalam menggunakan aturan yang diukur dan dievaluasi berdasarkan kemampuan cara berfikir berdasarkan fakta analogi, generalisasi, kondisional dan silogisme untuk menghasilkan kesimpulan.

(36)

184

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Pengembangan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematik dan self-efficacy siswa. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang

dapat diuraikan dalam penelitian ini adalah:

1. Perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematik dan self-efficacy siswa yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria valid yakni 1) hasil validasi RPP yang divalidasi oleh tim ahli dengan rata-rata total 4,27 dengan kategori valid, 2) hasil validasi lembar aktivitas siswa matematika berbasis masalah dengan rata-rata total 4,26 dengan kategori valid, 3) hasil validasi buku guru dengan rata total 4,25 dengan kategori valid, 4) validasi buku siswa dengan rata-rata total 4,28 dengan kategori valid, dan 5) validasi tes penalaran matematik siswa, dimana tim ahli menyatakan valid serta 6) validasi angket self-efficacy matematik siswa, dimana tim ahli juga menyatakan valid.

2. Perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan penalaran matematik dan self-efficacy siswa memenuhi kriteria praktis yaitu 1) Respon tim ahli atau validator yang menyatakan bahwa perangkat pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil 2) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran diperoleh rata-rata 4,08 atau dalam

kategori “baik”. kategori baik untuk masing-masing aspek kemampuan guru

(37)

185

3. Perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan penalaran matematik dan self-efficacy siswa memenuhi kriteria efektif yaitu 1) Ketuntasan klasikal mencapai 91,3% yakni telah memenuhi kriteria ketuntasan yakni ≥ 85% siswa mencapai KKM. 2) Respon siswa terhadap pembelajaran diperoleh rata-rata 95,02% dan 3) Waktu pembelajaran dalam penelitian tidak berbeda jauh dengan waktu pembelajaran biasa.

4. Peningkatan kemampuan penalaran matematik menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan dilihat dari nilai N-gain 0,61 artinya berada dalam kategori

“sedang” . Nilai N-Gain perindikator kemampuan penalaran matematik siswa

masing-masing adalah 0,66; 0,56; 0,63 dan 0,6 seluruhnya berada dalam kategori “sedang” Sehingga indikator yang paling tinggi peningkatannya

adalah indikator pertama dengan nilai N-gain 0,66 yakni : Analogi (dapat menentukan kesamaan hubungan dalam suatu pola sifat).

(38)

186

tinggi dibandingkan dengan rata-rata self-efficacy siswa sebelum pembelajaran yakni 72,68 menjadi 84,8.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Para guru agar dapat menggunakan perangkat matematika berdasarkan pembelajaran berbasis masalah dan instrumen sebagai alternatif pembelajaran di dalam kelas karena perangkat tersebut telah efektif dan dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematik dengan aspek tertinggi yaitu analogi dan self-eficacy siswa dengan aspek tertinggi yaitu generality.

2. Perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah ini perlu diuji cobakan ke sekolah-sekolah lain agar cakupan dan kualitas perangkat ini dapat terpenuhi karena penelitian ini hanya sampai pada tahap ke-3 yaitu pengembangan belum sampai kepada tahapan penyebaran.

3. Sekolah dan guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk dapat menarik minat dan meningkatkan motivasi belajar siswa dengan mengembangkan perangkat matematika berbasis masalah karena di dalam perangkat pembelajaran berbasis masalah siswa menghadapi masalah-masalah yang sesuai dengan kenyataan yang ada di sekitar siswa, sehingga siswa menarik minat siswa untuk belajar.

(39)

187

dilaksanakan dan langkah-langkah pelaksanaan pengembangan sangat jelas serta terstruktur.

(40)
(41)

188

DAFTAR PUSTAKA

Akker, J, V, D. 1999. Principles and Methods of Development Research. Dalam Plomp, T; Nieveen, N; Gustafson, K; Branch, R.M; dan Van Den Akker, J (eds). Design Approaches and Tools in Education and Training. London: Kluwer Academic Publisher.

Arends, R. I. 2009. Learning to Teach. Eight Edition. Americas, Newe York : Mc. Graw Hill.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Yogyakarta : PT. Rineka Cipta.

Bandura, A. 1994. Self-Efficacy. In V.S. Ramachaudran (Ed), Encyclopedia of human behaviour (vol.4.PP. 71 – 81) New York : Academica press (Reprinted in H. Friedman (Ed), Encyclpedia of mental health. San Diego : Academic Press, 1998).

Bandura, A. 1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. An outline composed by Gio Valiante. Tersedia : http://www.des.emory.edu/mfp/effbook4.html Di akses tanggal 24 juli 2012.

_________. 1999. Exercise of Personal and Collective Efficacy in Changing Societies. Dalam Albert Bandura (Ed.), Self Efficacy in Changing Societies. (hlm. 1-30). Australia: Cambridge University Press.

Cockroft, W.H. 1982. Mathematics Counts, Report of the Committee of Inguiry Into the Teaching of Mathematics in Schools. London: Her Majesty’s Stationery Office.

David McKay, Cornelius, M.. 1982. Teaching Mathematics. New York: Nochols Publishing Company.

Depdiknas. 2004. Peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/c/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta : Dirjen Dikdasmen Depdiknas.

Fatokun, J.O., K. V. F. Fotakun, (2013),A Problem Based Learning (PBL) Application for the Teaching of Mathematics and Chemistry in Higher Schools and Tertiary Education: An Integratif Approach Vol. 8¸ Educational Research and Reviews-Academic Journal, www.academicjournals.org/.../Fatokun%20and%2

(42)

189

Komunikasi Matematik Siswa di SMP Kelas VIII. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Forgarty, R. 1997. Problem Based Learning and Other Curriculum Models for the Multiple Intelligenes Classroom. Arlington Heights, Illinois; Sky Light.

Hake, R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Woodland Hills: Dept. of Physcis, Indiana University.

Ibrahim, M. Dan Nur, M., 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : University Press.

Idrus, Ali. 2009. Manajemen Pendidikan Global (visi, Aksi dan Adaptasi). Jakarta: GP Press.

Jefferson, Thomas. 2012. HUMA 1710 The Art of Thinking : In The Hongkong Content.

Johnson, D.W.; dan Myklebust, Halmer R. 1967. Learning Disabilities. New York : Grume and Stratton.

Lithner, Johan. 2012.Learning Mathematics By Creative Or Imitative Reasoning. Tersedia :http://www.icme12.org/upload/submission/1971_f.pdf.

Liu, Min. 2005. Motivating Student Through Problem-Based Learning. University of Texas : Austin [online] Tersedia : http://[22-03-2007]

Mareesh K, R.D. Padmavathy. 2013. Effectiveness of Problem Based Learning in Mathematics Vol. II Issue-I Januari Page 45,International Multidisciplinary e-Journal, www.shreeprakashan.com.

Moma, La. 2014. Peningkatan Self Efficacy Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Generatif. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Pattimura.

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics Drive, Reston, VA: The NCTM.

Nieveen, N. 2007. An Introduction to Education Design Research. China. (www.slo.nl/organisatie/international/publications, diakses 17 Oktober 2014).

(43)

190

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2014 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Putri, dkk. 2014. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas Xi Ipa Sman 2 Painan Melalui Penerapan Pembelajaran Think Pair Square. FMIPA UNP.

Risnanosanti.2014. Micro Teaching And Self Efficacy Toward Mathematics Students In Mathematics Program Of Fkip UMB. Tersedia : http://eprints.uny.ac.id/11581/1/ME-54%20Risnanosanti.pdf.

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jurnal Kreano. 3(1): 59-72.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Savoie, JM. Dan Hughes, AS. 1994. Problem Based Learning As a Classroom Solution. Educational Leadership. November, 1994. 54-57.

Shadiq, F. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Makalah disampaikan Pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar di PPPG Matematika. Yogyakarta.

Shadiq, Fajar. 2008. Bagaimana Cara Mencapai Tujuan Pembelajaran Matematika di SMK ?. Yogyakarta : Pusat pengembangan dan Pembedayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

. 2009. Kemahiran Matematika. Makalah disampaikan Pada Diklat Instruktur Pengembangan Matematika SMA Jejang Lanjut. Yogyakarta. Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan

(44)

191

Somakim. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self Efficacy Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Penggunaan Pendekatan Mateatika Realistik. Disertasi Tidak Dipublikasikan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Sugiyono. 2013. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sudijono, A. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjana, N. 2001. Metode Statistik. Bandung : Penerbit Tarsito.

Syafaruddin. 2008. Filsafat Ilmu Megembangkan Kreativitas dalam Proses Keilmuan. Bandung : Cipta Pustaka.

Thiagarajan, S. Semmel, D.S. Semmel, M. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Expectional Children. A Sourse Book. Blomington: Central for Innovation on Teaching The Handicapped.

Tirtaraharja dan Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Usman, Moh. Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara.

W.H. Burton; 1994. The Guidance of Learning Activities. New York : Appleton-century coffs. Inc.

Winkel W.S. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.

Wijaya. 2011. Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Melalui Supervisi Klinis dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Wlingi Kabupaten Blitar. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Program Pascasarjana Magister Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

(45)

192

Gambar

Tabel 4.21  Rataan Penilaian Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran  Pada Uji Coba II ........................................................................
Gambar 1.1 Jawaban siswa

Referensi

Dokumen terkait

kekuatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir.. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘ alaihi

Pcmbelajaran lokuiri TerpiDlpio. Hasil penelitian mcnunjukkan bahwa terdapat perbcdaan basil belajar teknologi infonnasi dan komunikasi antara siswa yang diajar dcngan

Untuk itulah melalui mata kuliah Musik Nusantara ini penulis mengajak mahasiswa khususnya di prodi pendidikan seni musik untuk lebih mengenal, mencintai, menghargai, bahkan

Bermaksud untuk membuat KTM Lokal dikarenakan ……… Bersama surat ini saya lampirkan :. FC Identitas (KTP/SIM) yang

Diharapkan dengan kemampuan menyimpan informasi dalam ingatan jangka pendek yang semakin terorganisasi dengan baik, informasi yang berada di ingatan jangka pendek

PERENCANAAN PLAT LANTAI BETON GRID DENGAN TULANGAN WIRE MESH MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH ABU SEKAM..

Bagaimana struktur komunitas lamun (diversitas, frekuensi, densitas, dominansi, Indeks nilai penting) di daerah intertidal pantai Litianak dan pantai Oeseli di Kabupaten Rote

Keberhasilan sebuah bisnis perhotelan dalam meraih kepuasan pengguna jasanya pada tahap awal ditentukan antara lain oleh keunggulan produknya, oleh karena sebagian besar