NEGERI KELURAHAN KEMENANGAN TANI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
SKRIPSI
OLEH :
DAME MELFA BR DAMANIK NIM. 071000219
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TINDAKAN MURID DAN PENJUAL MAKANAN JAJANAN TENTANG HIGIENE SANITASI MAKANAN DI SEKOLAH DASAR
NEGERI KELURAHAN KEMENANGAN TANI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
Dame Melfa Br Damanik NIM 071000219
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul:
TINDAKAN MURID DAN PENJUAL MAKANAN JAJANAN TENTANG HIGIENE SANITASI MAKANAN DI SEKOLAH DASAR
NEGERI DI KELURAHAN KEMENANGAN TANI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh:
DAME MELFA BR DAMANIK NIM. 071000219
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 16 Desember 2009 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Ernawati Nasution, SKM., M.kes Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.kes
NIP. 197002121995012001 NIP. 196205291989032001
Penguji II Penguji III
Dr.Ir.Evawany Y.Aritonang, M.Si Dra. Jumirah, Apt, M.Kes
NIP. 132049788 NIP. 195803151988112001
Medan, 16 Desember 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Dekan
ABSTRAK
Tindakan Murid dan Penjual Makanan Jajanan Tentang Higiene Sanitasi makanan Di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan
Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan harus memenuhi syarat gizi, sanitasi, keamanan dan kesehatan sehingga makanan jajanan yang diproduksi benar-benar aman dan sehat untuk dikonsumsi oleh murid sekolah dasar sebagai konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindakan murid tentang higiene individu dalam mengkonsumsi makanan jajanan dan untuk mengetahui tindakan penjual makanan jajanan tentang higiene individu dan sanitasi makanan jajanan.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dan lokasi penelitian di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. Populasi dalam penelitian ini murid sekolah dasar kelas 4, 5 dan 6 dengan jumlah sampel berjumlah 80 anak, sedangkan jumlah sampel untuk penjual makanan jajanan berjumlah 8 orang.
Hasil penelitian diketahui bahwa tindakan murid SD tentang higiene individu dalam mengkonsumsi makanan jajanan berada pada kategori baik sebesar 11,25%, sedangkan tindakan penjual makanan jajanan tentang higiene sanitasi makanan jajanan yang berada pada kategori baik sebanyak 12,50%.
Disarankan untuk dilakukan upaya peningkatan pengetahuan sanitasi makanan serta melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap higiene dan sanitasi penjual makanan jajanan sekolah sehingga akan tercipta kondisi higiene dan sanitasi makanan jajanan yang lebih baik. Kepada kepala sekolah hendaknya memberikan pengarahan dan penyuluhan kepada murid sekolah dasar mengenai bahaya makanan jajanan yang dikonsumsi bila tidak memperhatikan higiene individu dan higiene sanitasi dari penjual makanan jajanan melalui petugas Usaha Kesehatan Sekolah.
ABSTRACT
Tindakan Murid dan Penjual Makanan Jajanan Tentang Higiene Sanitasi makanan Di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan
Snacks have become an integral part of community life, both in urban and in rural areas. Snacks must meet nutritional requirements, sanitation, safety and health so that food produced snacks truly safe and healthy for consumption by primary school students as consumers. The purpose of this research is to know about hygiene measures individual student in snacks and to determine actions hawker food vendors on the individual hygiene and sanitation, food hawker
This kind of research is descriptive and research sites in the State Primary Schools Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. population in this study of primary school students grade 4, 5 and 6 with the number of samples amounted to 80 children, while the number of samples for hawker food vendors amounted to 8 people.
The research note that elementary school students about the actions of individual hygiene in snacks are good for the category of 11.25%, while the act of hawker food vendors on food sanitation, hygiene snacks that are on either category of 12.50%.
Recommended to be efforts to increase knowledge of food sanitation and to provide guidance and supervision of hygiene and sanitation of school snack vendors that will create conditions of hygiene and sanitation hawker food better. The school principal should provide guidance and counseling to elementary school students about the dangers of snack consumed if the individual does not consider hygiene and sanitation hygiene of hawker food vendors through business officer of School Health.
Keywords: action, grade school, hawker food vendors, hygiene and sanitation.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dame Melfa Br Damanik
Tempat/Tanggal Lahir : Bandar Pinang/ 27 Oktober 1976
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Kawin
Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang
Alamat Rumah : Jln. Bunga Turi I No 2/3 Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan
Alamat Kantor : Puskesmas Melati Desa Melati II
Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
Riwayat Pendidikan : 1. Thn 1993-1998 SDN 101988 Bandar Pinang 2. Thn 1998-1992 SMP Swasta St. Thomas I Medan 3. Thn 1992-1995 SPK Flora Medan
4. Thn 2000-2002 Akper Deli Husada Deli Tua
Riwayat pekerjaan : 1. Thn 1995-2001 bekerja di Klinik Hotel Tiara Medan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih
dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Tindakan Murid dan Penjual Makanan Jajanan Tentang Higiene Sanitasi
Makanan Di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan”.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ibunda, Suami dan Anak-anak yang
telah banyak memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan
pendidikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing I Ibu Ernawati
Nasution,SKM,Mkes dan Dosen Pembimbing II Ibu Dr.Ir. Zulhaida Lubis, MKes
serta Dosen Pembanding I Ibu Dr.Ir.Evawani Y.Aritonang, MSi, dan Dosen
Pembanding II Ibu Dra.Jumirah,Apt, MKes yang telah meluangkan waktu dan
pikirannya dalam memberi saran, kritikan dan bimbingan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra.Jumirah, Apt, MKes, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat
3. Bapak Dr. Heldy BZ .MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Kepada Bapak/Ibu Kepala Sekolah SD Negeri di Kelurahan Kemenangan Tani
Kecataman Medan Tuntungan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
5. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
6. Seluruh keluarga yang kucintai dan kukasihi terutama ibunda T. Br
Simanungkalit, suami L.Sihombing dan kedua anakku Ariel dan Denza
7. Seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi
kepada penulis.
8. Teman-teman peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat dan teman-teman Ekstensi
stambuk 2007.
9. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberi bantuan selama penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
dan kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
DAFTAR ISI
2.1.3. Ciri-Ciri Makanan Jajanan Yang Sehat ... 8
2.1.4. Pengaruh Positif Dan Negatif Makanan Jajanan... 10
2.2. Faktor Penyehatan Makanan... 12
2.2.1. Kontaminasi/Pengotoran Makanan... 12
2.2.2. Keracunan Makanan ... 13
2.2.3. Pembusukan Makanan ... 14
2.2.4. Pemalsuan Makanan ... 14
2.3. Pengertian Serta Tujuan Higiene Dan Sanitasi Makanan ... 14
2.3.1. Pengertian Higiene... 14
2.3.2. Pengertian Sanitasi Makanan ... 15
2.3.3. Tujuan Higiene Dan Sanitasi Makanan ... 15
2.4. Prinsip Dalam Higiene Dan Sanitasi Makanan ... 15
2.4.1. Pemilihan Bahan Makanan... 16
2.4.2. Penyimpanan Bahan Makanan... 16
2.4.3. Pengolahan Makanan... 17
2.4.4. Penyimpanan Makanan... 18
2.4.5. Pengangkutan Makanan... 19
2.4.6. Penyajian Makanan... 19
2.5. Tindakan... 20
2.5.1. Tindakan Murid Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat... 20
2.5.2. Tindakan Penjual Makanan Jajanan ... 21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ... 23
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 23
3.2.1. Lokasi Penelitian... 23
3.2.2. Waktu Penelitian ... 24
3.3. Populasi dan Sampel ... 24
3.3.1. Populasi ... 24
3.3.2. Sampel ... 25
3.4. Tehnik Pengambilan Sampel ... 27
3.5. Metode Pengumpulan Data... 27
3.5.1. Data Primer... 27
3.5.2. Data Sekunder ... 27
3.6. Defenisi Operasional... 27
3.7. Aspek Pengukuran... 28
3.8. Tehnik Pengolahan Data ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian... 29
4.1.1. Gambaran Umum sekolah Dasar ... 29
4.1.2. Gambaran penjual Makanan Jajanan ... 32
4.2. Gambaran Umum Responden... 33
4.2.1.Murid Sekolah Dasar ... 34
4.2.2 Penjual Makanan Jajanan ... 34
4.3. Tindakan Murid Sekolah Dasar Tentang Higiene Individu... 35
4.4. Tindakan Penjual Makanan Jajajan tentang Higiene dan Sanitasi Makanan Jajanan ... . 41
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Tindakan Murid Tentang Higiene Individu ... 47
5.2. Tindakan Penjual Makanan Jajajan tentang Higiene dan Sanitasi Makanan... . 49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 53
6.2. Saran ... 53
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi jumlah murid Sekolah Dasar Negeri No.064023
berdasarkan kelas dan jenis kelamin tahun 2009... . 30
Tabel 4.2. Distribusi jumlah murid Sekolah Dasar Negeri No.060971 berdasarkan kelas dan jenis kelamin tahun 2009... . 31
Tabel 4.3. Distribusi jumlah murid Sekolah Dasar Negeri No.065015 berdasarkan kelas dan jenis kelamin tahun 2009 ... . 32
Tabel 4.4. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin ... 34
Tabel 4.5. Distribusi responden berdasarkan umur... 34
Tabel 4.6. Distribusi responden berdasarkan umur... 35
Tabel 4.7. Distribusi responden berdasarkan pendidikan ... 35
Tabel 4.8. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang higiene individu. ... 36
Tabel 4.9. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang membeli makanan jajanan dengan melihat kebersihan dari penjual makanan jananan ... 36
Tabel 4.10. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang membeli makanan jajanan dengan melihat kebersihan dari tempat penjual makanan jananan ... . 37
Tabel 4.11. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang membeli makanan jajanan dengan melihat kebersihan dari peralatan penjual makanan jananan. ... 37
Tabel 4.12. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang membeli makanan jajanan yang tempat penjualannya dekat dengan pembuangan sampah ... . 38
Tabel 4.13. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang membeli makanan jajanan yang tempat penjualannya dekat dengan saluran pembuangan air... . 38
Tabel 4.14. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang membeli makanan jajanan yang tertutup wadahnya... . 39
Tabel 4.15. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang sebelum memakan makanan jajanan mencuci tangan terlebih dahulu. ... 39
Tabel 4.16. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang memakan makanan jajanan dengan menggunakan alat Bantu seperti sendok dan garpu ... . 40
Tabel 4.17. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang menjaga kesehatan kuku dengan memotong kuku secara teratur... . 40
Tabel 4.18. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang higiene individu dan sanitasi makanan... . 41
Tabel 4.19. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang selalu mengutamakan kualitas daripada kuantitas dalam pemilihan bahan makanan. ... 42
Tabel 4.20. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang selalu mencuci bahan makanan yang dibeli dari pasar. ... 42
Tabel 4.21. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang selalu menyimpan makanan yang sudah diolah di tempat khusus... 43
Tabel 4.22. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang menjaga kesehatan kuku dengan memotong kuku secara teratur... 43
Tabel 4.23. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang selalu mencuci tangan sebelum dan susudah menangani makanan bila tidak memakai alat bantu ... . 44
Tabel 4.24. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang selalu mencuci peralatan dengan bahan pembersih. ... 44
Tabel 4.25. Distribusi responden berdasarkan tindakan responden tentang air yang digunakan untuk mencuci suatu peralatan digunakan berulang . 45
Tabel 4.26. Distribusi responden berdasarkan tindakan reponden tentang selalu memakai alat bantu ketika menjamah makanan ... . 46
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju “Indonesia Sehat 2010” adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan
diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas manusia adalah tingkat kesehatan seseorang yang dipengaruhi
oleh keadaan gizi (Depkes RI, 1999).
Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh
karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya
kesehatan tersebut adalah perbaikan gizi terutama di usia sekolah dasar usia 7-12
tahun. Gizi yang baik akan menghasilkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang
berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Jadi
perbaikan gizi anak sekolah dasar khususnya merupakan langkah strategis karena
dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian SDM berkualitas (Depkes
RI, 2005).
Dari penelitian Balai Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI
tahun 1991, dinyatakan sebagian besar (93%) anak sekolah dasar tidak sempat makan
pagi, baik di kota maupun di desa. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal antara
lain terbatasnya waktu yang tersedia di pagi hari, orangtua yang tidak sempat
menyediakan makanan atau pun anak yang tidak berselera untuk makan pagi.
masyarakat. Harga makanan jajanan yang relatif murah, mudah didapat dan banyak
ragamnya juga dirasa sangat membantu bagi orangtua murid (Depkes RI, 1994).
Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan, konsumsi makanan jajanan di
masyarakat diperkirakan terus meningkat seiring waktu. Data hasil survey sosial
ekonomi nasional yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (1999) menunjukkan
bahwa persentase pengeluaran rata-rata perkapita per bulan penduduk perkotaan
untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada
tahun 1999, selain itu kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi remaja
perkotaan menyumbang 21% energi dan 16% protein. Sementara itu kontribusi
makanan jajanan terhadap konsumsi anak usia sekolah menyumbang 5,5% energi dan
4,2% protein ( Mudjajanto, 2006).
Meskipun makanan jajanan memiliki keunggulan-keunggulan tersebut,
menurut Rachmawati (2006) ternyata makanan jajanan masih beresiko terhadap
kesehatan karena penanganannya sering tidak higienis yang memungkinkan makanan
jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun. Banyak jajanan yang tidak memenuhi
syarat keamanan pangan sehingga membahayakan kesehatan jutaan anak sekolah
dasar. Namun demikian kehadiran pedagang makanan jajanan anak di sekolah
hendaknya tidak dilarang, karena hal ini juga berperan dalam menopang
perekonomian terutama di sektor informal.
Secara umum penyakit bawaan makanan (foodborne diseases) merupakan
kurang terlaporkan. Padahal, gizi buruk dan gangguan pertumbuhan anak-anak adalah
dua konsekuensi serius yang ditimbulkan oleh berulangnya episode penyakit ini.
Diare merupakan gejala umum dari penyakit bawaan makanan yang mudah dikenali.
Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 menemukan bahwa diantara 100.000
balita terdapat 75 anak balita yang meninggal akibat diare tiap tahunnya
(Februhartanty, 2004).
Menurut Februhartanty (2004) dari hasil wawancara terhadap pedagang
makanan jajanan di daerah Jakarta Timur tahun 2004 menunjukkan bahwa mereka
tidak mengetahui apakah BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang mereka gunakan
adalah yang dilarang atau tidak oleh pemerintah. Mereka umumnya menggunakan
BTP yang mudah didapat, murah dan dapat memberikan penampilan makanan yang
menarik tanpa mencari tahu apakah itu dapat membahayakan bagi kesehatan. Lebih
jauh lagi, diketahui bahwa makanan jajanan yang dijajakan umumnya tidak
dipersiapkan dengan baik dan bersih. Tambahan lagi kebanyakan penjaja makanan
tersebut mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penanganan pangan yang
aman. Mereka juga kurang mempunyai akses terhadap air bersih serta fasilitas cuci
dan buang sampah.
Karena banyak pedagang yang kurang menjaga kebersihan dan tidak tahu
adanya tindakan dan bahan-bahan yang bisa membahayakan kesehatan, maka Badan
Pengawasan Obat Makanan (BPOM) bekerja sama dengan Departemen Pendidikan
Nasional dalam meningkatkan kualitas mengenai makanan jajanan di sekolah dasar.
Pihak sekolah terlibat secara aktif melalui unit kesehatan sekolah dengan cara
mengawasi dan membina para pedagang makanan jajanan tersebut supaya menjaga
mutu, keamanan dan kebersihan dagangannya (Muslim, 2004).
Tujuan suatu penyelenggaraan makanan jajanan, sama seperti
penyelenggaraan makanan lainnya, adalah untuk mewujudkan tersedianya makanan
yang bermutu dengan pelayanan yang layak. Makanan yang bermutu artinya makanan
yang memenuhi syarat gizi, sanitasi, keamanan dan kesehatan. Makanan jajanan yang
dihasilkan selain memiliki cita rasa yang dapat di terima murid, juga harus memenuhi
syarat gizi, sanitasi, keamanan dan kesehatan sehingga makanan jajanan yang
diproduksi benar-benar aman dan sehat untuk dikonsumsi oleh murid sekolah dasar
sebagai konsumen (Depkes RI, 1996).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dan dari observasi awal yang
dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa masih kurangnya higiene individu murid
dimana murid tidak mencuci tangan sebelum memakan makanan jajajan dan penjual
makanan jajanan biasanya tidak menutup makanan yang dijual. Maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang bagaimana tindakan murid dan penjual
makanan jajanan tentang higiene dan sanitasi makanan di Sekolah Dasar Negeri
Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah ” Bagaimana tindakan murid dan penjual
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tindakan murid dan penjual makanan jajanan tentang
higiene sanitasi makanan di SD Negeri Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan
Medan Tuntungan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tindakan murid tentang higiene individu dalam
mengkonsumsi makanan jajanan di SD Negeri Kelurahan Kemenangan
Tani Kecamatan Medan Tuntungan.
2. Untuk mengetahui tindakan penjual makanan jajanan tentang higiene
individu dan sanitasi makanan di SD Negeri Kelurahan Kemenangan Tani
Kecamatan Medan Tuntungan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi pihak Sekolah SD Negeri di Kelurahan Kemenangan Tani
Kecamatan Medan Tuntungan hasil penelitian ini dapat dijadikan
pertimbangan untuk memperbaiki pengelolaan penjual makanan jajanan.
2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Medan Tuntungan untuk lebih
meningkatkan kegiatan promosi kesehatan mengenai higiene individu dan
sanitasi makanan di sekolah-sekolah yang ada di wilayah kerjanya.
3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat khususnya murid SD Negeri
dan penjual makanan jajanan yang ada di Kelurahan Kemenangan Tani
Kecamatan Medan Tuntungan mengenai pentingnya higiene individu dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Makanan
Suatu makanan terdiri dari sejumlah makanan padat dan cair yang dikonsumsi
seseorang atau sekelompok penduduk (Harper dkk, 1986). Sedangkan menurut
Depkes RI (2001) makanan mempunyai pengertian sebagai segala sesuatu yang
dikonsumsi melalui mulut untuk kebutuhan tubuh agar tubuh sehat.
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat
melangsungkan kehidupan selain kebutuhan sandang dan perumahan. Makanan selain
mengandung nilai gizi juga merupakan media untuk dapat berkembang biaknya
mikroba atau kuman terutama makanan yang mudah membusuk yang mengandung
kadar air serta nilai protein yang tinggi. Kemungkinan lain masuknya atau beradanya
bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, residu pestisida serta bahan lainnya
antara lain debu, tanah, rambut manusia dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan
manusia (Depkes RI, 2004).
2.1.1. Makanan Jajanan
Bila kita tidak sempat makan dirumah, kita bisa membeli makanan yang
dijajakan oleh orang dan ini yang dinamakan makanan jajanan (Anonim, 2003).
Menurut Irianto, K (2007) makanan jajanan adalah makanan yang banyak ditemukan
dipinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk, warna, rasa serta ukuran
2.1.2. Jenis Makanan Jajanan
Jenis makanan jajanan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (1998)
yang dikutip oleh Sitorus (2007) dapat digolongkan menjadi (3) tiga golongan, yaitu:
1. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang
goreng, kue bugis dan sebagainya.
2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecal, mie bakso, nasi
goreng, mie rebus dan sebagaianya.
3. Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti ice cream, es campur, jus
buah dan sebagainya.
Penjualan dan penjaja makanan jajanan dapat digolongkan menjadi (3) tiga
golongan, yaitu:
1. Penjaja diam, yaitu makanan yang di jual sepanjang hari pada warung-warung
yang lokasinya tetap di satu tempat.
2. Penjaja setengah diam, yaitu mereka yang berjualan dengan menetap di satu
tempat pada waktu-waktu tertentu.
3. Penjaja keliling, yaitu mereka yang berjualan keliling dan tidak mempunyai
tempat mangkal tertentu.
Menurut SK Menkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003, pada pasal 2
disebutkan panjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak
langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan,
pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian.
Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan
a. Tidak menderita penyakit mudah menular misal: batuk, filek, influensa, diare,
penyakit perut sejenisnya.
b. Menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya).
c. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.
d. Memakai celemek dan tutup kepala.
e. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
f. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan, atau dengan alas tangan.
g. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau
bagian lainnya).
h. Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau
tanpa menutup mulut atau hidung.
Pada pasal 9 juga disebutkan bahwa makanan jajanan yang dijajakan harus
dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup. Pembungkus yang digunakan dan atau
tutup makanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan.
2.1.3. Ciri-Ciri Makanan Jajanan Yang Sehat
Salah satu tujuan makan adalah supaya tubuh kita sehat, namun disisi lain
makan juga dapat menjadi salah satu sumber penyakit. Oleh karena itu menurut
Anonim (2002) sebaiknya pilihlah makanan jajanan yang sehat, yaitu makanan
jajanan yang segar, bersih dan aman dari cemaran bahan kimia dan fisik.
a. Ciri-ciri makanan dan jajanan yang segar
Cara memilih makanan atau jajanan yang segar, untuk makanan yang telah
panas). Jika sudah dingin atau disimpan, maka pilihlah yang tidak berlendir, tidak
berbau asam, tidak berjamur dan rasanya masih wajar (normal).
Untuk buah-buahan segar, pilihlah buah yang kulitnya masih segar atau tidak
keriput, tidak busuk atau lembek. Untuk makanan kalengan atau makanan dalam
botol, pilihlah kemasan yang tidak penyok, bentuknya masih utuh, tutupnya masih
disegel atau belum rusak, tidak bocor, tidak kembung, serta tanggal penggunaannya
masih berlaku atau belum kadaluarsa (Anonim, 2002).
b. Ciri-ciri makanan dan jajanan yang bersih
Makanan yang sehat selain keadaannya segar juga harus bersih, tidak
dihinggapi lalat, tidak dicemari oleh debu dan bahan-bahan pengotor lainnya.
Makanan yang bersih mempunyai ciri-ciri:
1. Bagian luarnya terlihat bersih, tidak terlihat ada kotoran yang menempel.
2. Makanan tersebut disajikan dalam piring atau wadah tempat makanan yang tidak
berdebu.
3. Tidak terdapat rambut atau isi stepler.
4. Disajikan dalam keadaan tertutup atau dibungkus dengan plastik, kertas tidak
bertinta, daun pisang atau daun lainnya.
5. Makanan dimasak, disimpan atau disajikan di tempat yang jauh dari tempat
pembuangan sampah, got, dan tepi jalan yang banyak dilalui kenderaan.
6. Makanan dimasak dengan peralatan yang bersih dengan menggunakan air bersih,
c. Ciri-ciri makanan dan jajanan yang aman
Makanan yang sehat, selain segar dan bersih juga tidak boleh mengandung
bahan kimia yang berbahaya. Bahan-bahan kimia yang biasa ditambahkan kedalam
makanan secara sengaja disebut bahan tambahan pangan (zat aditif pangan). Bahan
kimia yang biasa ditambahkan ke dalam makanan saat pengolahan yaitu:
1. Bahan pewarna
2. Bahan pemanis
3. Bahan pengawet
4. Bahan pengenyal
5. Bahan penambah rasa
Bahan tambahan makanan umumnya berupa bahan-bahan kimia yang asing
bagi tubuh. Oleh karena itu penggunaannya tidak boleh berlebihan, karena dapat
berakibat kurang baik bagi kesehatan (Anonim, 2002).
2.1.4. Pengaruh Positif Dan Negatif Makanan Jajanan 2.1.4.1.Pengaruh Positif Dari Makanan Jajanan
Melalui makanan jajanan anak bisa mengenal beragam makanan yang ada
sehingga membantu seorang anak untuk membentuk selera makan yang beragam,
sehingga saat dewasa dia dapat menikmati aneka ragam makanan (Khomsan, 2003).
Sedangkan menurut Irianto, P (2007) pada umumnya anak-anak lebih
menyukai jajanan diwarung maupun kantin sekolah daripada makanan yang telah
tersedia dirumah. Manfaat / keuntungan dari kebiasaan jajan anak yakni :
1. Sebagai memenuhi kebutuhan energi
2.1.4.2.Pengaruh Negatif Dari Makanan Jajanan
Makanan jajanan beresiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering
tidak higienis yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba
beracun maupun penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak diizinkan
(Mudjajanto, 2006).
Makanan jajanan mengandung banyak resiko, debu-debu dan lalat yang
hinggap pada makanan yang tidak ditutupi dapat menyebabkan penyakit terutama
pada sistem pencernaan kita. Belum lagi bila persediaan air terbatas, maka alat-alat
yang digunakan seperti sendok, garpu, gelas dan piring tidak dicuci dengan bersih.
Hal ini sering membuat orang yang mengkonsumsinya dapat terserang berbagai
penyakit seperti disentri, tifus ataupun penyakit perut lainnya (Irianto, K, 2007)
Menurut Irianto, P (2007) terlalu sering dan menjadikan mengkonsumsi
makanan jajanan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif, antara lain:
1. Nafsu makan menurun
2. Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit
3. Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak
4. Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jajanan belum tentu terjamin
5. Pemborosan
6. Permen yang menjadi kesukaan anak-anak bukanlah sumber energi yang baik
sebab hanya mengandung karbohidrat. Terlalu sering makan permen dapat
2.2. Faktor Penyehatan Makanan
Menurut Depkes RI (1994), aspek penyehatan makanan adalah aspek pokok
dari penyehatan makanan yang mempengaruhi terhadap keamanan makanan, yang
meliputi kontaminasi/pengotoran makanan, keracunan makanan, pembusukan
makanan dan pemalsuan makanan
2.2.1. Kontaminasi/Pengotoran Makanan
Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing ke dalam makanan
yang tidak dikehendaki, yang dikelompokkan dalam 4 (empat) macam, yaitu:
1. Pencemaran mikroba, seperti bakteri, jamur, cendawan dan virus
2. Pencemaran fisik, seperti rambut, debu, tanah dan kotoran lainnya
3. Pencemaran kimia, seperti pupuk, pestisida, Mercury, Cadmium, Arsen
4. Pencemaran radioaktif, seperti radiasi, sinar alfa, sinar gamma, radioaktif.
Terjadinya pencemaran dapat dibagi dalam 2 (dua) cara, yaitu:
1. Pencemaran langsung, yaitu adanya bahan pencemar yang masuk ke dalam
makanan secara langsung, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Contoh: masuknya rambut ke dalam nasi, penggunaan zat pewarna makanan, dan
sebagainya.
2. Pencemaran silang, yaitu pencemaran yang terjadi secara tidak langsung sebagai
akibat ketidaktahuan dalam pengolahan makanan.
Contoh: makanan bercampur dengan pakaian atau peralatan kotor, menggunakan
pisau pada pengolahan bahan mentah untuk bahan makanan jadi (makanan yang
2.2.2. Keracunan Makanan
Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau
gangguan kesehatan lainnya akibat mengkontaminasi makanan. Makanan yang
menjadi penyebab keracunan biasanya telah tercemar oleh unsur-unsur fisika,
mikroba ataupun kimia dalam dosis yang membahayakan. Kondisi tersebut
dikarenakan pengelolaan makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan
tidak memperhatikan kaidah-kaidah higiene sanitasi makanan (Depkes RI, 1994).
Adapun yang menjadi penyebabnya adalah:
1. Bahan makanan alami, yaitu makanan yang secara alami telah mengandung
racun, seperti jamur racun, ikan buntel, ketela hijau, gadung atau ubi racun.
2. Infeksi mikroba, yaitu disebabkan bakteri pada saluran pencernaan makanan yang
masuk ke dalam tubuh atau tertelannya mikroba dalam jumlah besar, yang
kemudian hidup dan berkembang biak, seperti Salmonellosis, dan Streptoccocus
3. Racun/toksin mikroba, yaitu racun atau toksin yang dihasilkan oleh mikroba
dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan jumlah yang membahayakan
4. Kimia, yaitu bahan berbahaya dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh dalam
jumlah yang membahayakan, seperti Arsen, Antimon, Cadmium, Pestisida
dengan gejala depresi pernafasan sampai koma dan dapat meninggal
5. Alergi, yaitu bahan allergen di dalam makanan yang menimbulkan reaksi sensitif
kepada orang-orang yang rentan, seperti histamine pada udang, tongkol, bumbu
2.2.3. Pembusukan Makanan
Pembusukan adalah proses perubahan komposisi (dekomposisi) makanan,
baik sebagian atau seluruhnya pada makanan dari keadaan yang normal menjadi
keadaan yang tidak normal yang tidak dikehendaki sebagai akibat pematangan alam
(maturasi), pencemaran (kontaminasi) atau sebab lain (Depkes RI, 1994).
2.2.4. Pemalsuan Makanan
Pemalsuan adalah upaya menurunkan mutu makanan dengan cara menambah,
mengurangi atau mengganti bahan makanan yang disengaja dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya yang dapat berdampak buruk kepada
konsumen, contohnya zat warna, bahan pemanis, pengawet dan bahan pengganti
(Depkes RI, 1994).
2.3. Pengertian Serta Tujuan Higiene Dan Sanitasi Makanan
Higiene dan sanitasi merupakan suatu tindakan atau upaya untuk
meningkatkan kebersihan dan kesehatan melalui pemeliharaan dini setiap individu
dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya, agar individu terhindar dari ancaman
kuman penyebab penyakit (Depkes RI, 1994).
2.3.1. Pengertian Higiene
Menurut Depkes RI (2004) higiene adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan individu, misalnya mencuci tangan untuk
kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang
2.3.2. Pengertian Sanitasi Makanan
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari
segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan, mulai dari sebelum makanan
diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan sampai
pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada
masyarakat atau konsumen (Prabu, 2008).
2.3.3. Tujuan Higiene Dan Sanitasi Makanan
Menurut Prabu (2008) sanitasi makanan bertujuan untuk menjamin keamanan
dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan
makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan/pemborosan
makanan. Higiene dan sanitasi makanan bertujuan untuk mengendalikan faktor
makanan, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.
2.4. Prinsip Dalam Higiene Dan Sanitasi Makanan
Prinsip higiene dan sanitasi makanan adalah upaya praktis dan penyehatan
makanan. Menurut Depkes RI (1994) prinsip-prinsip higiene sanitasi makanan
meliputi :
a. Pemilihan bahan makanan.
b. Penyimpanan bahan makanan.
c. Pengolahan makanan.
e. Pengangkutan makanan, dan
f. Penyajian makanan.
2.4.1. Pemilihan Bahan Makanan
Bahan makanan perlu dipilih yang sebaik-baiknya dilihat dari segi kebersihan,
penampilan dan kesehatan. Penjamah makanan dalam memilih bahan yang akan
diolah harus mengetahui sumber-sumber makanan yang baik serta memperhatikan
ciri-ciri bahan yang baik.
Beberapa hal yang harus diingat tentang pemilihan bahan makanan:
1. Hindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber yang tidak jelas.
2. Gunakan catatan tempat pembelian bahan makanan.
3. Mintalah informasi atau keterangan asal-usul bahan yang dibeli.
4. Belilah bahan di tempat penjualan resmi dan bermutu seperti : rumah potong
pemerintah atau tempat potong resmi yang diawasi pemerintah, tempat pelelangan
ikan resmi dan pasar bahan dengan sistem pendingin.
5. Tidak membeli bahan makanan yang sudah kadaluwarsa atau membeli
daging/unggas yang sudah terlalu lama disimpan, khususnya organ dalam (jeroan)
yang potensial mengandung bakteri.
6. Membeli daging dan unggas yang tidak terkontaminasi dengan racun/toksin
bakteri pada makanan.
2.4.2. Penyimpanan Bahan Makanan
Menurut Depkes RI (2004), dalam penyimpanan bahan makanan hal-hal yang
a. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan
memenuhi syarat
b. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga mudah untuk
mengambilnya, tidak menjadi tempat bersarang/bersembunyi serangga dan tikus,
tidak mudah membusuk dan rusak, dan untuk bahan-bahan yang mudah
membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin
c. Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk
riwayat keluar masuk barang dengan system FIFO (First In First Out).
2.4.3. Pengolahan Makanan
Menurut Dewi (2004) yang mengutip dari Anwar dkk (1997), pengolahan
makanan menyangkut 4 (empat) aspek, yaitu :
a. Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang menjamah makanan mulai
dari mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam penyajian
makanan. Pengetahuan, sikap dan perilaku seorang penjamah mempengaruhi kualitas
makanan yang dihasilkan.
Penjamah juga dapat berperan sebagai penyebar penyakit, hal ini bisa terjadi
melalui kontak antara penjamah makanan yang menderita penyakit menular dengan
konsumen yang sehat, kontaminasi terhadap makanan oleh penjamah yang membawa
kuman.
b. Cara Pengolahan Makanan
Persyaratan pengolahan makanan menurut Permenkes No.304/Per/IX/1989
dari kontak langsung antara penjamah dengan makanan. Perlindungan kontak
langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan: sarung tangan, penjepit makanan,
sendok, garpu dan sejenisnya. Dan setiap tenaga pangolah makanan pada saat bekerja
harus memakai celemek, tutup rambut, sepatu dapur, tidak merokok serta tidak
makan/menguyah.
c. Tempat Pengolahan Makanan
Tempat pengolahan makanan, dimana makanan diolah sehingga menjadi
makanan jadi biasanya disebut dengan dapur, menurut Depkes RI (1994) perlu
diperhatikan kebersihan tempat pengolahan tersebut serta tersedianya air bersih yang
cukup.
d. Perlengkapan/Peralatan dalam Pengolahan Makanan
Prinsip dasar persyaratan perlengkapan/peralatan dalam pengolahan makanan
adalah aman sebagai alat/perlengkapan pengolahan makanan. Aman ditinjau dari
bahan yang digunakan dan juga desain perlengkapan tersebut.
2.4.4. Penyimpanan Makanan
Menurut Depkes RI (1994) penyimpanan makanan dimaksudkan untuk
mengusahakan makanan agar dapat awet lebih lama. Kualitas makanan yang telah
diolah sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana terdapat titik-titik rawan untuk
perkembangbiakan bakteri patogen dan pembusuk pada suhu yang sesuai dengan
2.4.5. Pengangkutan Makanan
Makanan yang telah selesai diolah di tempat pengolahan, memerlukan
pengangkutan untuk selanjutnya disajikan atau disimpan. Bila pengangkutan
makanan kurang tepat dan alat angkutnya kurang baik kualitasnya, kemungkinan
pengotoran dapat terjadi sepanjang pengangkutan (Depkes RI, 1994).
2.4.6. Penyajian Makanan
Menurut Permenkes No.304/Menkes/Per/IX/1989, persyaratan penyajian
makanan adalah sebagai berikut:
1. Harus terhindar dari pencemaran;
2. Peralatan untuk penyajian harus terjaga kebersihannya;
3. Harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan bersih;
4. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian yang bersih;
5. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Di tempat yang bersih
b. Meja ditutup dengan kain putih atau plastik
c. Asbak tempat abu rokok setiap saat dibersihkan
d. Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit sudah
2.5. Tindakan
Tindakan adalah aturan yang dilakukan, melakukan/mengadakan aturan-
aturan untuk mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara
sikap dan pengetahuan merupakan kecenderungan untuk bertindak. Tindakan nampak
menjadi lebih konsisten, serasi, sesuai dengan sikap bila sikap individu sama dengan
sikap kelompok dimana ia adalah bagiannya atau anggotanya (Purwanto, 1999).
2.5.1. Tindakan Murid Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Tindakan mencuci tangan sebelum makan memakai air dan sabun mempunyai
peranan penting dalam kaitannya dengan pencegahan infeksi berbagai penyakit,
karena dengan mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih efektif
menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan secara
bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus,
bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan. Oleh karenanya mencuci tangan
dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan
mikroorganisme yang menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada
kedua tangan (Agoes, 2008).
Menurut Agoes (2008) perilaku anak sekolah yang sering jajan di sembarang
tempat yang kebersihannya tidak dapat dikontrol oleh pihak sekolah dan tidak
terlindung dan dapat tercemar oleh debu dan kotoran yang mengandung berbagai
melalui makanan dan minuman, terutama makanan jajanan yang tidak dikemas dan
tidak tertutup rapat. Mikroorganisme yang ada di tanah/debu akan sampai pada
makanan tersebut jika diterbangkan oleh angin atau dapat juga melalui lalat yang
sebelumnya hinggap di berbagai tempat, terutama pada makanan jajanan yang tidak
ditutup secara rapat.
Untuk itu murid sekolah dasar dan masyarakat hendaknya membiasakan diri
mencuci tangan sebelum makan dengan air dan sabun. Di samping itu, perlu
dilakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat, serta pihak sekolah meningkatkan promosi tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada murid, dengan melakukan pemeriksaan
perilaku cuci tangan sebelum makan, perilaku jajan di sekolah (Agoes, 2009).
2.5.2. Tindakan Penjual Makanan Jajanan
Menurut Notoatmodjo (2003), tindakan adalah gerak/perbuatan dari tubuh
setelah mendapat ransangan ataupun adaptasi dari dalam tubuh maupun luar tubuh
atau lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak
ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
Tindakan ini dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran secara tidak
langsung yaitu dengan wawancara atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
2.6. Kerangka Konsep
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep diatas tindakan murid tentang higiene individu
terkait dengan kualitas makanan jajanan, sedangkan tindakan penjual makanan
jajanan tentang higiene sanitasi makanan juga terkait dengan kualitas makanan
jajanan.
Tindakan Murid tentang Higiene Individu
Kualitas Makanan Jajanan
Tindakan Penjual Makanan Jajanan tentang Higiene Individu dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk
mengetahui tindakan murid dan penjual makanan jajanan tentang higiene sanitasi
makanan di sekolah dasar negeri yang ada di kelurahan Kemenangan Tani kecamatan
Medan Tuntungan tahun 2009.
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada sekolah-sekolah dasar negeri yang ada di
Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan, yakni :
1. SD Negeri No. 064023
2. SD Negeri No. 060971
3. SD Negeri No. 065015
Pemilihan lokasi penelitian ini dengan alasan :
1. Dari 22 sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan, diketahui
bahwa ketiga sekolah dasar negeri tersebut diatas memiliki jumlah penjual
makanan jajanan terbanyak yaitu 8 orang dan siswa terbanyak yaitu 953 siswa.
2. Dari hasil observasi awal, diketahui bahwa jenis makanan jajanan yang dijual
masih banyak dalam bentuk makanan jajanan olahan, seperti gorengan, mie
sambal, bakso, dan lain-lain
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai Bulan Juni sampai dengan September 2009.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 (empat), 5 (lima) dan
6 (enam) sekolah dasar dan seluruh penjual makanan jajanan di lingkungan sekolah
tersebut. Alasan pengambilan anak kelas 4, 5 dan 6 sebagai populasi karena
umumnya anak kelas 4, 5 dan 6 berumur 10 – 13 tahun, dimana anak kelas 4, 5 dan 6
lebih mudah diajak berkomunikasi.
Adapun jumlah anak kelas 4, 5 dan 6 di ketiga sekolah dasar negeri di
Kelurahan Kemenangan Tani adalah sebagai berikut:
1. SD Negeri No. 064023 = - Kelas 4 : 45 siswa
- Kelas 5 : 44 siswa
- Kelas 6 : 57 siswa
Total = 146 siswa
2. SD Negeri No. 060971 = - Kelas 4 : 38 siswa
- Kelas 5 : 49 siswa
- Kelas 6 : 39 siswa
Total = 126 siswa
3. SD Negeri No. 065015 = - Kelas 4 : 43 siswa
- Kelas 5 : 43 siswa
- Kelas 6 : 33 siswa
Maka seluruh populasi untuk anak sekolah dasar dari ketiga sekolah tersebut
adalah 391 orang.
Untuk penjual makanan jajanan yang setiap harinya berjualan secara menetap
di lingkungan sekolah tersebut berjumlah 8 (delapan) orang, dengan rincian sebagai
berikut : 1. 4 (empat) orang berjualan didalam sekolah.
2. 4 (empat) orang berjualan diluar sekolah.
3.3.2. Sampel
Adapun sampel untuk anak sekolah dasar dalam penelitian ini adalah jumlah
sampel yang dianggap mewakili populasi diperoleh dengan rumus (Notoatmodjo,
2002) :
dimana:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang digunakan (0,1)
maka :
n = 79,63 80 siswa
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang akan diambil dalam
Untuk pengambilan jumlah sampel ditiap-tiap Sekolah Dasar dilakukan
dengan cara proportional sampling. Selanjutnya dari seluruh total siswa diatas yang
berjumlah 391 orang maka sebagai proporsional sampelnya sebagai berikut :
a. Untuk SD Negeri No.064023 =146/391 x 80 siswa = 29,87 menjadi 30 siswa.
b. Untuk SD Negeri No.060971 =126/391x 80 siswa = 25,78 menjadi 26 siswa.
c. Untuk SD Negeri No.065015 =119/391x 80 siswa = 24,35 menjadi 24 siswa.
Untuk sampel perkelas dari ketiga sekolah tersebut dapat dilihat sebagai
berikut :
a. Untuk SD Negeri No. 064023
- Kelas 4 = 45/146 x 30 siswa = 9,2 menjadi 9 siswa.
- Kelas 5 = 44/146 x 30 siswa = 9,0 menjadi 9 siswa.
- kelas 6 = 57/146 x 30 siswa =11,7 menjadi 12 siswa.
b. Untuk SD Negeri No. 060971
- Kelas 4 = 38/126 x 26 siswa = 7,8 menjadi 8 siswa.
- Kelas 5 = 49/126 x 26 siswa = 10,1 menjadi 10 siswa.
- Kelas 6 = 39/126 x 26 siswa = 8,0 menjadi 8 siswa.
c. Untuk SD Negeri No. 065015
- Kelas 4 = 43/119 x 24 siswa = 8,6 menjadi 9 siswa.
- Kelas 5 = 43/119 x 24 siswa = 8,6 menjadi 9 siswa.
- Kelas 6 = 33/119 x 24 siswa = 6,5 menjadi 6 siswa.
Sedangkan sample untuk penjual makanan jajanan yang ada di lingkungan
3.4. Tehnik Pengambilan Sampel
Untuk mengambil 80 sampel dari anak sekolah tersebut, maka dilakukan
dengan cara random sampling terhadap siswa kelas 4, 5 dan 6 sekolah dasar negeri
yang ada di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.
3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan
menggunakan kuesioner dan observasi langsung.
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara mengambil data yang telah ada pada
arsip sekolah dasar tersebut, yaitu berupa data jumlah seluruh siswa kelas 4, 5 dan 6
serta data lain yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu dari kantor camat Kecamatan
Medan Tuntungan seperti keadaan geografi dan demografi (jumlah penduduk,
distribusi umur penduduk, sarana kesehatan dan sarana pendidikan) yang ada di
Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.
3.6. Defenisi Operasional
1. Tindakan murid tentang higiene individu adalah bentuk perbuatan atau aktifitas
nyata dari peserta didik untuk memelihara dan melindungi kebersihan dirinya
dalam mengkonsumsi makanan jajanan.
2. Tindakan penjual makanan jajanan tentang higiene dan sanitasi makanan adalah
menjaga, memelihara dan melindungi dirinya dan makanan jajanan yang
dijajakannya.
3.7. Aspek Pengukuran
Untuk mengetahui ukuran tindakan dari responden diukur dengan
menjumlahkan skor dari tiap pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Untuk jawaban (a)
skornya adalah 3, untuk jawaban (b) skornya adalah 2 dan untuk jawaban (c) skornya
adalah 1. Jumlah pertanyaan/ kuesioner tindakan adalah 12 pertanyaan. Maka didapat
total skor tertinggi 36 dan terendah 12. Berdasarkan skor yang dipilih maka ukuran
tindakan dapat dilategorikan berdasarkan ( Pratomo, 1990) :
a. Tindakan baik, bila responden memperoleh skor jawaban >26 ( > 75 %)
b. Tindakan sedang, bila responden memperoleh skor jawaban 14–26 (40%-75%)
c. Tindakan kurang, bila responden memperoleh skor jawaban 13 ( < 40 % )
3.8. Tehnik Pengolahan Data
Data yang diperoleh di analisa secara deskriptif yang disertai dengan bahasan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Sekolah Dasar
Kelurahan Kemenangan Tani merupakan salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Medan Tuntungan. Luas wilayah kelurahan ini adalah 150 Ha. Sekolah
dasar yang ada di Kelurahan Kemenangan Tani berjumlah 3 buah yaitu SD Negeri
No. 064023, SD Negeri No.060971 dan SD Negeri No.065015. Ketiga sekolah
tersebut berada dalam satu lokasi yaitu di Jalan Djamin Ginting Km.12. Luas areal
sekolah ini secara keseluruhan adalah 1400 m2.
Adapun batas-batas dari ketiga sekolah adalah sebagai berikut
Sebelah Utara berbatasan dengan pemukiman penduduk
Sebelah Selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk dan gereja
Sebelah barat berbatasan dengan jalan raya/Jalan Djamin Ginting
Sebelah Timur berbatasan dengan perladangan
a. Sekolah Dasar Negeri No. 064023
Sekolah ini didirikan pada tahun 1975 dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS)
101076007002. Sarana gedung yang dimiliki oleh SD Negeri No.064023 adalah
sebagai berikut:
- Ruang belajar : 12 buah
- Kantor : 1 buah
- Kamar mandi : 3 buah
- Perpustakaan : 1 buah
- UKS : ada disatukan dengan ruang kantor
- Sumber air bersih : PDAM
Sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh 17 orang
guru. Jumlah murid sekolah dasar kelas I, II, III, IV, V dan VI sebanyak 405 orang.
Dari 405 orang murid tersebut, 208 orang laki-laki dan 197 orang perempuan. Untuk
lebih jelasnya banyak murid Sekolah Dasar Negeri No. 064023 dapat dilihat pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Murid Sekolah Dasar Negeri No.064023 Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin Tahun 2009.
Jenis Kelamin
Dari tabel 4.1. diketahui bahwa dari 405 murid SD Negeri No.064023 terdapat
208 orang (51,35%) murid berjenis kelamin laki-laki dan 197 orang (48,64%)
berjenis kelamin perempuan.
b. Sekolah Dasar Negeri No.060971
SDN ini berdiri pada tahun 1953 dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS)
101076007001. Fasilitas gedung yang dimiliki oleh SD Negeri No.060971 adalah
Sekolah ini dikepalai oleh seorang kepala sekolah yang dibantu oleh 14 orang
guru. Jumlah keseluruhan murid sekolah dasar kelas I, II, III, IV, V dan VI sebanyak
280 orang.
Dari 280 orang murid tersebut, 141 orang laki-laki dan 139 orang perempuan. Untuk
diketahui lebih lanjut jumlah murid Sekolah Dasar Negeri No.060971 dapat dilihat
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Jumlah Murid Sekolah Dasar Negeri No.060971 Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin Tahun 2009.
Jenis Kelamin
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa Sekolah Dasar Negeri No.060971 mempunyai
jumlah murid terbesar di kelas III sebanyak 55 orang ( 19,64%)
c. Sekolah Dasar Negeri No.065015
Pada tahun 1976 sekolah ini didirikan dengan NSS 101070007003. Fasilitas
gedung yang dimiliki oleh SD Negeri No065015. adalah sebagai berikut:
Seorang kepala sekolah dan 14 orang guru yang bertugas di Sekolah Dasar
Negeri No.065015 . Total keseluruhan dari murid sekolah dasar kelas I, II, III, IV, V
dan VI di SDN No.065015 tersebut sebanyak 258 orang.
Dari 258 orang murid tersebut, 121 orang laki-laki dan 137 orang perempuan.
Distribusi murid Sekolah Dasar Negeri No.065015 dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Murid Sekolah Dasar Negeri No.065015
Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin Tahun 2009. Jenis Kelamin
murid laki laki sebanyak 128 orang (47,74%).
4.1.2. Gambaran Penjual Makanan Jajanan
Penjual makanan jajanan yang setiap harinya berjualan di lingkungan sekolah
ini berjumlah delapan orang dengan lokasi berjualan empat orang didalam lingkungan
sekolah dan empat orang lainya berjualan di gerbang sekolah. Selain delapan orang
tersebut terdapat juga penjual makanan jajanan lainnya yang berjualan digerbang
sekolah walaupun mereka tidak setiap harinya berjualan secara menetap di sekolah
tersebut. Jumlah penjual makanan jajanan yang tidak menetap ini bervariasi setiap
sekolah mendekati waktu istirahat, setelah selesai istirahat mereka pergi ke tempat
lain tetapi terkadang mereka tetap di sekolah tersebut sampai jam pulang.
Jenis makanan jajanan yang dijajakan oleh penjual makanan jajanan yang
setiap hari tetap berjualan di sekolah tersebut selain makanan jajanan dalam
kemasan/pabrikan mereka juga menjual makanan jajanan hasil olahan mereka seperti
nasi goreng, mie hun goreng, bakwan dan terkadang berbagai manisan seperti
manisan jambu biji dan jambu air yang juga merupakan hasil olahan dari penjual
tersebut. Sedangkan penjual makanan jajanan yang tidak menetap juga menjual
makanan jajanan hasil olahan sendiri seperti mie lidi goreng, mie hun goreng, pisang
molen, rujak, es doger, es mambo, bakso goreng dan gorengan bakwan. Makanan
jajanan sudah diolah dari rumah penjual makanan jajanan dan diangkut ke tempat
berjualan dalam wadah panci plastik berwarna hitam ataupun panci plastik warna
lainnya.
Banyaknya penjual makanan jajanan yang datang ke sekolah ini dikarenakan
kebiasaan dari murid-murid yang setiap hari jajan saat di sekolah. Hal ini juga
disebabkan kurangnya pengawasan dari pihak sekolah, ini terlihat dari murid bebas
jajan keluar gerbang sekolah karena gerbang tidak pernah ditutup saat proses belajar
sedang berlangsung.
4.2. Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah murid sekolah dasar dan penjual
makanan jajanan yang ada di lingkungan sekolah dasar negeri Kelurahan
4.2.1. Murid Sekolah Dasar
Murid sekolah dasar yang menjadi responden adalah murid kelas 4, 5 dan 6
dan untuk distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat diketahui
dari tabel di bawah ini.
4.2.1.1 Jenis Kelamin
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1. Perempuan 36 45,00
2. Laki-Laki 44 55,00
Total 80 10,00
Berdasarkan tabel 4.4. bahwa dari 80 responden, diperoleh 44 orang (55,00%)
berjenis kelamin laki-laki dan 36 orang (45,00%) berjenis kelamin perempuan.
4.2.1.2 Umur
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
No. Umur (Tahun) Jumlah Persentase (%)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden terbanyak ada pada
umur 10 tahun yaitu sebanyak 24 orang (30,00%) sedangkan yang paling sedikit
adalah responden yang berumur 8 tahun yaitu sebanyak 1 orang (1,25 %).
4.2.2 Penjual Makanan Jajanan
Seluruh penjual makanan jajajan di SD Negeri No. 064023, SD Negeri No.
4.2.2.1 Umur
Dari keseluruhan penjual makanan jajanan diatas diperoleh data distribusi
responden berdasarkan umur, seperti yang tertera dalam tabel berikut..
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1. 30 tahun 2 25,00
2. 31 – 40 tahun 5 62,50
3. > 40 tahun 1 12,50
Total 8 100,00
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak ada
diantara umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 5 orang (30,00%) sedangkan yang paling
sedikit adalah umur > 40 tahun yaitu sebanyak 1 orang (1,25 %).
4.2.2.2 Pendidikan Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penjual makanan
jajanan sudah baik, hal ini ditunjukkan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. Tamat SD - -
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden yang
paling banyak adalah SMA yaitu 4 orang (50,0%).
4.3. Tindakan Murid Sekolah Dasar Tentang Higiene Individu
Tindakan 80 orang responden tentang higiene individu dapat dijabarkan dalam
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Reponden tentang
Dari tabel 4.8. menunjukkan bahwa tindakan responden tentang Higiene
Individu pada kategori sedang sebanyak 67 orang (83,75%).
4.3.1. Membeli Makanan Jajanan dengan Melihat Kebersihan dari Penjual Makanan Jananan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran tentang tindakan murid
sekolah dasar dalam membeli makanan jajanan dengan melihat kebersihan dari
penjual makanan jajanan, yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9. Distribusi Responden tentang Membeli Makanan Jajanan dengan Melihat Kebersihan dari Penjual Makanan Jajanan
No Tindakan Jumlah Persentase (%)
1. Ya 17 21,25
2. Kadang-kadang 18 22,50
3. Tidak 45 56,25
Total 80 100,00
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
tidak melihat kebersihan dari penjual makanan jajanan ketika membeli makanan
jajanan yaitu sebanyak 45 orang (56,25%).
4.3.2. Membeli Makanan Jajanan dengan Melihat Kebersihan dari Tempat Penjual Makanan Jajanan.
Untuk mengetahui perbandingan tindakan murid membeli makanan jajanan
Tabel 4.10. Distribusi Responden tentang Membeli Makanan Jajanan dengan Melihat Kebersihan dari Tempat Penjual Makanan Jajanan.
No Tindakan Jumlah Persentase (%)
1. Ya 8 10,00
2. Kadang-kadang 26 32,50
3. Tidak 46 57,50
Total 80 100,00
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak
melihat kebersihan dari tempat penjual makanan jajanan ketika membeli makanan
jajanan yaitu sebanyak 46 orang (57,50%).
4.3.3. Membeli Makanan Jajanan dengan Melihat Kebersihan dari Peralatan Penjual Makanan Jajanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan murid dalam membeli
makanan jajanan dengan melihat kebersihan dari peralatan penjual makanan jajanan,
dapat diketahui dari tabel 4.11.
Tabel 4.11. Distribusi Responden tentang Membeli Makanan Jajanan dengan Melihat Kebersihan dari Peralatan Penjual Makanan Jajanan.
No Tindakan Jumlah Persentase (%)
1. Ya 31 38,75
2. Kadang-kadang 16 20,00
3. Tidak 33 41,25
Total 80 100,00
Dari tabel diatas dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak
melihat kebersihan dari peralatan penjual makanan jajanan ketika membeli makanan
jajanan yaitu sebanyak 33 orang (41,25%).
4.3.4. Membeli Makanan Jajanan yang Tempat Penjualannya Dekat dengan Pembuangan Sampah.
Dari hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa tindakan murid dalam
membeli makanan jajajan yang tempat penjualannya dekat dengan pembuangan
Tabel 4.12. Distribusi Responden tentang Membeli Makanan Jajanan yang Tempat Penjualannya Dekat dengan Pembuangan Sampah.
No Tindakan Jumlah Persentase (%)
1. Ya 22 27,50
2. Kadang-kadang 12 15,00
3. Tidak 46 57,50
Total 80 100,00
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 46 orang (57,50%)
tidak membeli makanan jajanan yang tempat penjualannya dekat dengan pembuangan
sampah dan sebanyak 22 orang (27,50%) tetap membeli makanan jajanan yang
tempat penjualannya dekat dengan pembuangan sampah.
4.3.5. Membeli Makanan Jajanan yang Tempat Penjualannya Dekat dengan Saluran Pembuangan Air.
Tindakan murid dalam membeli makanan jajanan yang tempat penjualannya
dekat dengan saluran pembuangan air cukup bervariasi, dan untuk lebih jelasnya
dapat dilihat melalui tabel dibawah ini.
Tabel 4.13. Distribusi Responden tentang Membeli Makanan Jajanan yang Tempat Penjualannya Dekat dengan Saluran Pembuangan Air.
No Tindakan Jumlah Persentase (%)
1. Ya 20 25,00
2. Kadang-kadang 19 23,75
3. Tidak 41 51,25
Total 80 100,00
Berdasarkan tabel 4.13. dapat dilihat bahwa jumlah terbanyak adalah
responden tidak membeli makanan jajanan yang tempat penjualannya dekat dengan
saluran pembuangan air yaitu sebanyak 41 orang (51,25%), dan sebanyak 20 orang
(25,0%) tetap membeli makanan jajanan yang tempat penjualannya dekat dengan
4.3.6. Membeli Makanan Jajanan yang Tertutup Wadahnya.
Untuk mengetahui distribusi responden tentang tindakan murid dalam
membeli makanan jajanan yang tertutup wadahnya, ini disajikan pada tabel berikut
Tabel 4.14. Distribusi Responden tentang Membeli Makanan Jajanan yang Tertutup Wadahnya.
No Tindakan Jumlah Persentase (%)
1. Ya 27 33,75
2. Kadang-kadang 47 58,75
3. Tidak 6 7,50
Total 80 100,00
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
kadang-kadang membeli makanan jajanan yang tertutup wadahnya yaitu sebanyak 47 orang
(58,75%).
4.3.7. Sebelum Memakan Makanan Jajanan Mencuci Tangan Terlebih Dahulu.
Pada penelitian ini bahwa tindakan murid dalam sebelum memakan makanan
jajanan mencuci tangan terlebih dahulu, dapat diketahui persentasenya ditabel 4.14.
Tabel 4.15. Distribusi Responden tentang Sebelum Memakan Makanan Jajanan Mencuci Tangan Terlebih Dahulu.
No Tindakan Jumlah Persentase (%)
1. Ya 3 3,75
2. Kadang-kadang 5 6,25
3. Tidak 72 90,00
Total 80 100,00
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memakan makanan jajanan sebelum mencuci tangan terlebih dahulu yaitu sebanyak
4.3.8. Memakan Makanan Jajanan dengan Menggunakan Alat Bantu Seperti Sendok dan garpu.
Untuk mengetahui perbandingan tindakan murid dalam memakan makanan
jajanan dengan menggunakan alat bantu seperti sendok dan garpu, tertera pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.16. Distribusi Responden tentang Memakan Makanan Jajanan dengan Menggunakan Alat Bantu sendok dan garpu.
No Tindakan Jumlah Persentase (%)
1. Ya 48 60,00
2. Kadang-kadang 15 18,75
3. Tidak 17 21,25
Total 80 100,00
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
menggunakan alat bantu seperti sendok dan garpu ketika memakan makanan jajanan
yaitu sebanyak 48 orang (60,00%), dan sebanyak 17 orang (21,25%) tidak
menggunakan alat bantu ketika memakan makanan jajanan.
4.3.9. Menjaga Kesehatan Kuku dengan Memotong Kuku Secara Teratur.
Setelah melakukan penelitian didapat bahwa persentase tindakan murid untuk
menjaga kebersihan kuku dengan memotong kuku secara teratur, yang dapat dilihat
melalui tabel berikut.