• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Indeks Sefalik Vertikal, Transversal, Dan Horizontal Usia 7-18 Tahun Pada Deutro-Melayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Indeks Sefalik Vertikal, Transversal, Dan Horizontal Usia 7-18 Tahun Pada Deutro-Melayu"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI INDEKS SEFALIK VERTIKAL, TRANSVERSAL,

DAN HORIZONTAL USIA 7-18 TAHUN

PADA DEUTRO-MELAYU

SKRIPSI

Digunakan untuk memenuhi tugsd dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: DIMAS AGARA NIM : 090600069

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Biologi Oral Tahun 2014

Dimas Agara

Studi Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal usia 7-18 tahun pada Deutro-Melayu

xiii + 68 halaman

(3)

pada usia 7-18 tahun, dan memiliki bentuk kepala yg sama antara setiap kelompok umur berdasarkan indek sefalik vertikal transversal dan horizontal.

Daftar Rujukan : 23 (2000-2013)

Kata kunci : Indeks Sefalik, Ukuran Kepala, Bentuk Kepala, Deutro Melayu, Pertumbuhan

Medan, 5 Maret 2015 Penulis

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 30 Maret 2015

Pembimbing : Tanda Tangan

Dr. Ameta Primasari, drg.,MDSc., M. Kes

NIP: 196803111992032001 ……….

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ameta Primasari, drg.,MDSc., M. Kes selaku pembimbing penulis dalam penulisan skripsi, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan dan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Rehulina Ginting, drg.,M.Si selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Biologi Oral FKG USU, Yendriwati, drg., M.Kes, Lisna Unita, drg., M.Kes, Minasari, drg., MM dan Yumi Lindawati, drg., serta Ibu Ngaisah dan Dani Irma Suryani yang telah membantu dalam penelitian, memberikan saran, arahan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

(6)

v

4. Sahabat-sahabat terbaik saya, Sherly Marcelina, Mitra, Habib, Budi, Putra, Ryan, Rasyid, Aulia, Arga, Yohanes dan keluarga besar HMI Komisariat FKG USU yang telah Imemberi dukungan dan motivasi kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh Karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan ilmu yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 5 Maret 2015 Penulis

(7)

vi

2.3 Keragaman Bentuk Fisik Penduduk Indonesia ... 8

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dimensi Tubuh Manusia ... 9

2.5 Indeks Sefalik ... 10

2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kepala... 17

(8)

vii

4.2 Perbandingan Rata-rata Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal Usia 7-18 tahun pada Ras Deutro Melayu ... 34

4.2.1 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Vertikal Usia 7-18 tahun pada Ras Deutro Melayu... 34

4.2.2 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar Kepala dan Indeks Sefalik Transversal Usia 7-18 tahun pada Ras Deutro Melayu... 36

4.2.3 Perbandingan Rata-rata lebar Kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Horizontal Usia 7-18 tahun pada Ras Deutro Melayu... 38

4.3 Perbandingan Rata-rata Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu ... 40

4.3.1 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Panjang kepala dan Indeks Sefalik Vertikal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu secara menye- luruh ... 40

4.3.2 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar kepala dan Indeks Sefalik Transversal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu secara menye- luruh ... 41

(9)

viii

4.4 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal Berdasarkan Kelompok Usia 7-18 Tahun pad Ras

Deutro Melayu ... 44

4.4.1 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Vertikal ... 44

4.4.2 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Transversal ... 45

4.4.3 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Horizontal ... 46

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Perbandingan Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala, Tinggi Kepala dan Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal Berdasarkan kelompok umur 7-18 Tahun pada Laki-laki dan Perempuan Ras Deutro Melayu ... 50

5.2 Perbandingan Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala, Tinggi Kepala dan Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal antara Laki-laki dan Perempuan Ras Deutro Melayu ... 52

5.3 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal berdasarkan Kelompok Umur 7-18 tahun pada Ras Deutro Melayu ... 54

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Klasifikasi Bentuk Kepala Berdasarkan Indeks Sefalik Vertikal ... 11 2 Klasifikasi Bentuk Kepala Berdasarkan Indeks Sefalik Transversal ... 12 3 Klasifikasi bentuk Kepala Berdasarkan Indeks Sefalik Horizontal ... 12 4 Jumlah Sampel berdasarkan Kelompok Umur 7-18 Tahun, Jenis

Kelamin dan suku ... 33 5 Perbandingan Rata-rata Tinggi kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Vertikal berdasarkan Kelompok umur 7-18 Tahun ... 35

6 Perbandingan Rata-rata Tinggi kepala, Lebar Kepala dan Indeks Sefalik Transversal berdasarkan Kelompok umur 7-18 Tahun ... 37

7 Perbandingan Rata-rata Lebar kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Horizontal berdasarkan Kelompok umur 7-18 Tahun ... 39

8 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Panjang kepala dan Indeks Sefalik Vertikal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun

pada Ras Deutro Melayu secara menyeluruh ... 41

9 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar kepala dan Indeks Sefalik Transversal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu secara menyeluruh ... 42

10 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar kepala dan Indeks Sefalik Horizontal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Titik Pengukuran Lebar Kepala antara eurion-eurion ... 13

2 Titik Pengukuran Tinggi Kepala antara nation ke gnation ... 13

3 Titik Pengukuran Panjang Kepala antar Glabella dan inion ... 14

4 Gambar alat-alat penelitian ... 25

5 Pengukuran Kepala dari Glabella ke inion ... 29

6 Pengukuran Kepala dari nastion ke gnation ... 30

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kuesioner

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antropometri adalah suatu cabang ilmu antropologi fisik yang mempelajari tentang teknik pengukuran tubuh manusia meliputi cara untuk mengukur dan melakukan pengamatan pada manusia yang meliputi tulang rangka dan organ-organ tubuh manusia dengan metode dan alat tertentu. Antropologi juga dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan post-natal, mendeteksi kelainan, meramal pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa.Antropologi merupakan mata ajar baru di fakultas kedokteran gigi. Dental Anthropolgy dipopulerkan oleh Brothwel pada tahun 1963 yang kajiannya lebih terfokus pada leher dan kepala, terutama gigi (kranio-dento-fasial).1 Antropometri biasanya lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia untuk proses identifikasi pada orang mati/jenazah maupun orang hidup yang berusaha merubah identitas aslinya.2 Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang terutama dalam konteks antropologi yang mempelajari klasifikasi dan identifikasi perbedaan ras dan jenis kelamin, efek dari diet serta kondisi lingkungan hidup pada pertumbuhan.3 Kata antropometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthropos yang berarti manusia dan metrein yang berarti ukuran.4

Pengukuran antropometri kepala dapat digunakan bersamaan dengan sefalometri, Computerized Tomography Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada persiapan pasien bedah plastik dan bedah rekonstruksi.5 Salah satu cabang antropometri yang penting adalah kraniometri yang digunakan dalam bidang ilmu ortodontik atau ilmu merapikan susunan gigi geligi dan rahang dan sefalometri yang perhitungannya menggunakan indeks sefalik. Indeks sefalik diperkenalkan oleh Anders Retzius, seorang ahli anatomi Swedia dengan tujuan untuk mengklasifikasi populasi.1,6

(14)

perubahan morfologi dan pertumbuhan tidak terjadi lagi.7 Pola pertumbuhan kepala sangat bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin, dan rata-rata berhenti pada usia maturitas yaitu 18-20 tahun.8 Setelah lahir, kepala tumbuh lebih cepat daripada bagian tubuh yang lain sehingga kepala menjadi sangat dominan. Perbedaan pertumbuhan komponen kepala bagian atas dan bagian bawah sangat penting dalam menentukan tipe kepala, bentuk lengkung gigi dan bentuk insisivus pertama.1

Pengukuran bentuk kepala manusia dapat menggunakan metode indeks sefalik. Indeks sefalik adalah ukuran rasio (dalam persen), dari panjang maksimum tulang tengkorak, tinggi maksimum tulang tengkorak dan lebar maksimum tengkorak.1,9 Bentuk kepala dapat berupa chamaecephalic, orthocephalic, low hypsicephalic, moderate hypsicephalic atau high hypsicephalic berdasarkan indeks sefalik vertikal; tapeiocephalix, metriocephalic atau acrocephalix berdasarkan indeks sefalik transversal; dolicocephalic, mesocephalic, brachycephalic atau hyperbrachycephalic berdasarkan indeks sefalik horizontal. Indeks sefalik juga merupakan parameter penting dalam mengevaluasi perbedaan ras dan jenis kelamin.9

(15)

Proto Melayu. Yang termasuk kedalam Deutro Melayu adalah Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Melayu, Betawi, Manado dan Bugis. Sebagian besar penduduk Sumatera Utara terdiri dari ras-ras yang termasuk dalam ras Deutro Melayu.1

Banyak penelitian tentang bentuk kepala yang dihubungkan dengan ras dan jenis kelamin dengan menggunakan indeks sefalik horizontal dan dijumpai berbagai variasi bentuk kepala.3 Berdasarkan hasil penelitian Maina, Mahdi dan Kalayi menunjukkan adanya beberapa perbedaan berdasarkan hasil indeks sefalik dan beberapa persamaan berdasarkan ukuran dan bentuk kepala pada tiga grup etnik di Nigeria.9 Kelompok dari etnik yang berbeda cenderung memiliki ukuran bentuk tengkorak dan rahang berbeda walaupun ukuran tersebut sering kali dipengaruhi variasi individual.13 Berdasarkan hasil penelitian Ligha A.E menunjukkan adanya perbedaan hasil indeks sefalik antara perempuan dan laki-laki pada umur 7-10 tahun dan 11-14 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat variasi bentuk sefalik atau bentuk kepala berdasarkan kelompok usia antar jenis kelamin.14

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan ukuran dan bentuk kepala antara kelompok usia 7-18 tahun yang masih mengalami pertumbuhan dengan menggunakan indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal sehingga dapat diketahui perbedaan antar kelompok umur dan untuk mengetahui rata-rata ukuran kepala Deutro Melayu karena belum ada data yang ditemui tentang hal tersebut. Hal ini menarik untuk dipelajari tentang perbedaan ukuran kepala antar kelompok umur yang masih dalam masa pertumbuhan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapakah rata-rata nilai indeks sefalik Vertikal laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

2. Berapakah rata-rata nilai indeks sefalik Transversal laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

(16)

4. Apakah terdapat perbedaan nilai indeks sefalik vertikal laki-laki dan perempuan pada usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

5. Apakah terdapat perbedaan nilai indeks sefalik transversal laki-laki dan perempuan pada usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

6. Apakah terdapat perbedaan nilai indeks sefalik horizontal laki-laki dan perempuan pada usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

7. Apakah bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasrakan indeks sefalik Vertikal?

8. Apakah bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasrakan indeks sefalik Transversal?

9. Apakah bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasrakan indeks sefalik Horizontal?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui rata-rata nilai indeks sefalik vertikal antar laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

2. Untuk mengetahui rata-rata nilai indeks sefalik transversal antar laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

3. Untuk mengetahui rata-rata nilai indeks sefalik horizontal antar laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

4. Untuk mengetahui adakah perbedaan nilai indeks sefalik vertikal pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

5. Untuk mengetahui adakah perbedaan nilai indeks sefalik transversal pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

6. Untuk mengetahui adakah perbedaan nilai indeks sefalik horizontal pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

7. Untuk mengetahui bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasarkan indeks sefalik vertikal.

(17)

9. Untuk mengetahui bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasarkan indeks sefalik horizontal.

1.4 Hipotesa Penelitian

H0 : Tidak terdapat perbedaan antara ukuran kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang rata-rata ukuran kepala dan nilai indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal selama masa pertumbuhan usia 7-18 tahun pada ras Deutro Melayu.

2. Sebagai data awal perkiraan pertumbuhan ukuran kepala pada deutro melayu usia 7-18 tahun .

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan post-natal, mendeteksi kelainan, memperkirakan pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa .

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antropometri

Antropologi adalah suatu ilmu yang sangat sedikit diminati calon-calon ilmuwan, bahkan di Indonesia sedikit yang mengetahui dan ahli di dalam bidang antropologi. Seorang ahli menafsirkan antropologi dengan Study of Man yaitu studi kajian tentang manusia dan karya-karyanya. Kajian ini sangatlah luas menyangkut berbagai bidang ilmu, oleh karenanya antropologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya antropologi budaya, antropologi fisik/ragawi (yang sebagian menyebutnya antropolgi biologi), antropologi kesehatan dan berbagai cabang ilmu lainnya.1,15

Pada abad ke-19, studi tentang variasi dikembangkan dari rata-rata pengukuran antropometri.3 Antropometri adalah sebuah cabang ilmu tentang pengukuran fisik dari variasi dimensi tubuh manusia dan status kesehatan dari populasi tersebut dapat diketahui. Teknik antropometri ini dapat membantu dalam studi tentang asupan nutrisi, konsumsi energi, malnutrisi dan komposisi tubuh. Teknik antropometri juga membantu dalam identifikasi forensik, bedah plastik, arkeologi dan dalam membedakan antar ras dan jenis kelamin.9,16

Antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia.17

(19)

rumit, yaitu dengan mengitung indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk mendeksripsikan bentuk melalu keterkaitan antar titik pengukuran. Perhitungan indeks, titik pengukuran dan cara pengukuran berkembang pesat yang berdampak pada banyaknya variasi cara klasifikasi.18

Pada awalnya tiap-tiap ahli antropologi dapat melakukan pengukuran dengan berbagai macam cara sehingga akan mengakibatkan perbedaan hasil pengukuran antara seorang ahli antropologi dengan yang lainnya. Perbedaan hasil pengukuran tersebut merupakan akibat adanya perbedaan metode pengukuran dan tidak adanya patokan atau kriteria yang baku, sehingga akan mengakibatkan kesulitan dalam membandingkan hasil pengukuran antara seorang ahli antropologi dengan ahli lainnya. Berdasarkan kenyataan ini, maka seorang ahli antropologi dari Jerman bernama Rudolf Martin, menyusun suatu metode pengukuran antropometri yang dipublikasikan melalui satu buku yang berjudul “Lehr Buch der Antroplogie” yang diterbitkan pada tahun 1928. Adanya metode antropometri yang dipelopori oleh Rudolf Martin, maka antropometri berkembang terus sehingga sangat membantu dalam kegiatan penelitian-penelitian antropologi, penelitian anatomi serta penelitian bidang kedokteran forensik.1

2.2 Peran Antropologi dalam Kedokteran Gigi

Antropometri digunakan antara lain untuk melakukan penelitian dan membandingkan secara fisik antara satu manusia dengan manusia yang lain. Hal itu dimungkinkan karena walaupun satu spesies, manusia mempunyai variasi perbedaan yang memungkinkan adanya pengelompokan rasial, suku bangsa, disamping adanya perbedaan umur dan jenis kelamin. Untuk membedakan dan membandingkan ciri-ciri fisik manusia, diperlukan metode-metode yang tepat dan teliti serta obyektif, antara lain menggunakan metode pengukuran antropometri.1

(20)

pertumbuhan dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan post-natal, mendeteksi kelainan, meramal pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa.1 Antropometri kepala terdiri atas sefalometri dan kraniometri. Sefalometri adalah studi tentang morfologi kepala dan pengukuran pada kepala manusia yang masih hidup atau kepala korban yang masih mempunyai jaringan lunak.19 Pengukuran kepala dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu untuk mengetahui ukuran seperti panjang lingkaran kepala, lebar kepala, panjang kepala, jarak dari kedua mata, dimensi hidung, bibir, telinga dan sebagainya untuk perbandingan populasi.6 Sedangkan kraniometri merupakan pengukuran pada tulang kranium.19,20

Pertumbuhan memperlihatkan kisaran variasi normal yang luas, yang dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungan, sehingga kita dapat melihat perbedaan-perbedaan interrasial, bahkan subrasial. Diformasi seksual dapat pula dipelajari, sehingga kita dapat membedakan pertumbuhannya dan bila ada kelainan dalam pertumbuhan, kita dapat mengetahui sebelum kelainan itu terjadi. Peran antropologi dalam ortodontik, prostodontik, periodontik, rekonstruksi muka memerlukan penilaian dari sudut antropologi.1, 17

Pada kedokteran gigi forensik, antropologi dapat dipakai dalam mengidentifikasi individual dengan rekonstruksi fisiognomis. Fisiognomis merupakan singkatan dari fisioligi dan anatomi yang digunakan untuk mengamati bentuk mata, hidung, gigi, dan telinga. Kajian antropologi pada waktu ini memang belum popular dan merupakan mata ajar baru di fakultas kedokteran gigi. Dental Anthropology baru dipopularkan oleh Brothwel pada tahun 1963 dicoba dalam bentuk kolagium. Meskipun secara umum para dokter gigi juga mempelajari seluruh tubuh manusia, akan tetapi kajiannya lebih terfokus pada leher dan kepala, terutama gigi (kranio-dento-fasial).1

2.3 Keragaman Bentuk Fisik Penduduk Indonesia

(21)

manusia Indonesia menjadi empat satuan geografis, yaitu kepulauan Sunda Besar (Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi), kepulauan Sunda Kecil (dari Lombok, sampai Timor), kepulauan Maluku (Halmahera, Ternate, Tidore, Seram, Ambon), dan satuan kelompok keempat adalah Irian Jaya bagian barat (sekarang Papua) bersama kepulauan Aru dan pulau-pulau kecil disekelilingnya.1

Selain terdapat keragaman ekologi dan budaya penampilan fisik manusia dan bahasanya pun beragam. Keragaman budaya dan fisik, penduduk asli dengan pendatang yang berasal dari sebelah Barat dan Timur. Melihat bentuk fisiknya manusia Indonesia berasal dari 2 dari 3 ras utama umat manusia, yaitu negroid dan mongoloid (tiga ras utama adalah kaukasoid, negroid, mongoloid). Menurut Bellwood, bangsa Indonesia berasal dari bangsa austronesia yang mengalami penyebaran bangsa dari utara, barat dan timur. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk diadakan penelitian intra rasial di Indonesia, baik mengenai sosial budaya maupun fisiknya. Diluar Indonesia, kajian intra rasial yang berkaitan dengan ilmu kedokteran gigi, sudah sering dilakukan diantaranya di Amerika Serikat mengenai (Kaukasoid Amerika dan Negro Amerika), Eropa Barat, Eropa Timur maupun Medetrian di Jepang dan Cina.1

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dimensi Tubuh Manusia

Secara umum terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang, yaitu :

(22)

lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini. Sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik, juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan kematian bayi sebelum mencapai usia balita. Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti Syndrom Down, Syndrom Turner, dll.21

B. Faktor lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :

- Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal)

- Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal).21

2.5 Indeks Sefalik

Agar dapat melihat perbedaan manusia secara lebih teliti, antropologi ragawi telah menciptakan indeks, diantaranya adalah indeks sefalik. Indeks ialah bilangan yang digunakan sebagai indikator untuk menerangkan suatu keadaan tertentu atau sebuah rasio proporsional yang dapat disimpulkan dari sederetan observasi yang terus menerus dilakukan. Sedangkan indeks sefalik merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan kraniofasial dengan variasi manusia, yang telah lama digunakan untuk berbagai kelompok ras antropologi fisik.22,23

(23)

karakter genetik yang diturunkan antara orang tua, keturunan dan saudara. Dengan adanya indeks ini lebih mudah untuk mengelompokkan manusia ke dalam golongan yang mempunyai ciri-ciri yang sama.22,23

Pengukuran indeks sefalik dibagi menjadi 3 yaitu pengukuran secara vertikal, transversal dan horizontal

- Indeks Sefalik Vertikal: Chamaecephalic, Orthocephalic, Low Hypsicephalic, Moderate Hypsicephalic, High Hypsicephalic

- Indeks Sefalik Transversal: Tapeiocephalix, Metriocephalic, Acrocephalix. - Indeks Sefalik Horizontal: Dolicocephalic, Mesocephalic, Brachycephalix, Hyperbrachycephalic.9,24

2.5.1 Indeks Sefalik Vertikal

Nilai indeks sefalik vertikal didapatkan dengan rumus tinggi kepala : panjang kepala x 100. Dapat pula digambarkan secara sistematis sebagai berikut :

Indeks sefalik vertikal = Tinggi kepala x 100

Panjang kepala

Tabel 1. Klasifikasi Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Vertikal24

Bentuk kepala Indeks sefalik vertikal

Chamaecephalic <57,9

Orthocephalic 58,0-62,9

Low hypsicephalic 63,0-67,9

Moderate hypsicephalic 68-72,9

High hypsicephalic 73>

2.5.2 Indeks Sefalik Transversal

Nilai indeks transversal didapatkan dengan rumus tinggi kepala: lebar kepala x 100. Dapat pula digambarkan secara sistematis sebagai berikut:24

Indeks sefalik transversal = Tinggi kepala x 100

(24)

Tabel 2. Klasifikasi Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Transversal24

2.5.3Indeks Sefalik horizontal

Nilai indeks sefalik horizontal didapatkan dengan rumus lebar kepala : panjang kepala x 100. Dapat pula digambarkan secara sistematis sebagai berikut :

Indeks sefalik horizontal = Lebar kepala x 100 Panjang Kepala

Tabel 3. Klasifikasi Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Horizontal9,23 Bentuk kepala Indeks sefalik horizontal

Dolicocephalic <74,9

Mesocephalic 75-79,9

Brachycephalic 80,0-84,9

Hyperbrachycephalic >85

Indeks sefalik ditentukan berdasarkan deskriptif anatomi internasional. Nilai indeks didapatkan dari pengukuran panjang, tinggi, dan lebar kepala.9,24

a. Lebar kepala (diukur jarak antara parietal eminence atau dari eurion-eurion)

b. Tinggi kepala (diukur dari nation ke gnation) c. Panjang kepala (diukur dari glabella ke inion)

Bentuk kepala Indeks sefalik transversal

Tapeiocephalic <78,9

Metriocephalic 79,0-84,9

(25)

Gambar 1. Titik pengukuran lebar kepala dari eurion ke eurion

(eu)-(eu)9,24

(26)

Gambar 3. Titik pengukuran panjang kepala dari glabella ke inion (g)-(i)9,24

Pengukuran kepala dilakukan setelah palpasi terhadap subjek dalam kondisi istirahat dengan kepala dalam posisi anatomi menggunakan standard acuan anatomi. Sefalik indeks adalah ukuran rasio (dalam persen), dari panjang maksimum kepala dengan lebar maksimum kepala serta tinggi kepala.9

2.6 Pertumbuhan kepala

(27)

kemudian meningkat kembali selama pubertas dan akhirnya lambat sampai ke maturitas. Usia kapan tahap-tahap pertumbuhan ini terjadi dan berakhir adalah bervariasi antar individu dan antar jenis kelamin.1

Pertumbuhan kranium dapat ditentukan melalui berbagai pengukuran pada tubuh manusia hidup dengan menggunakan kaliper atau melalui pengukuran antara landmark tertentu pda gambar sinar-X lateral dan frontal standar dari kranium. Ada berbagai titik yang terpilih, yang digunakan untuk membuat garis dan bidang, yang pada beberapa kasus saling berkontak pada sudut yang terletak di dalam atau di luar rangka kraniofasial.25

2.6.1 Tahapan Pertumbuhan Kepala

Pertumbuhan cranium manusia terbagi menjadi tiga periode:

- Selama masa kehidupan fetus dan sampai tahun ketiga setelah bayi lahir. - Sejak usia 3 tahun sampai akhir dekade pertama kehidupan.

- Setelah usia 10 tahun (dekade kesepuluh).

Selama periode pertama kehidupan (masa kehidupan fetus sampai usia 3 tahun) pertumbuhan pada sebagian besar sistem sutura berlangsung aktif dan berhubungan dengan pertumbuhan yang cepat dari kondrokranium, otak, bola mata, struktur-struktur telinga dan lingua. Berbagai bagian tulang Oksipital, tulang Temporal dan tulang Spenoid akan bergabung membentuk sebuah tulang pada masa kehidupan dewasa. Penggabungan antara elemen cranialis dan elemen facialis menunjukkan melambatnya pertumbuhan aktif dari sistem sutura craniofacialis.25 Muka bayi relatif lebih lebar akan tetapi dengan adanya pertumbuhan pasca lahir terjadi perubahan proporsi muka, pertumbuhan vertikal lebih banyak, kemudian pertumbuhan tranversal lebih sedikit dan pertumbuhan sagital paling sedikit.26

(28)

pertumbuhan pada sistem sutura lambdoidea dan sutura coronalis sehingga rangka wajah bagian atas yang ditopang oleh segmen anterior, akan terus bertumbuh ke depan dalam hubungannya dengan columna vertebralis. Sedangkan mandibula umumnya akan bertumbuh ke depan dan ke bawah, mempertahankan hubungan rahang yang normal satu terhadap lainnya.25

Selama periode pertumbuhan ketiga (usia 10 tahun sampai dewasa) pertumbuhan pada sistem sutura fasialis menjadi kurang jelas terlihat walaupun biasanya ada sedikit penambahan kecepatan selama periode remaja. Pertumbuhan cartilago condylaris masih tetap aktif tetapi kurang intensif. Sejalan dengan proses deposisi permukaan dari tulang tersebut yang berlangsung tidak lama setelah bayi lahir dan menjadi dominan setelah usia 7 tahun, juga terjadi proses absorpsi internal yang terkoordinasi pada rangka wajah sehingga cavum nasi bertambah tinggi melalui resorpsi tulang permukaan atas palatum durum karena tulang akan terdeposit pada permukaan bawahnya (oral) dan sinus udara akan bertumbuh membesar dan meluas ke tulang-tulang di sekitarnya.25

Pertumbuhan panjang anteroposterior dari bagian depan fossa kranial tergantung pada pertumbuhan di suture spenofrontal, fronto-emoidal dan speno-etmoidal. Kedua suture yang terakhir ini berperan pada pertumbuhan bidang sagital setelah umur 7 tahun. Permukaan dalam tulang frontal dan bidang kribriform berhenti teremodeling pada umur 4 tahun, sehingga menjadi stabil pada 6-7 tahun. Pertumbuhan selanjutnya dari bagian depan dasar kranial (di depan foramen caecum) berhubungan dengan perluasan sinus frontal yang sedang berkembang.15,26

Pertumbuhan post natal pada sinkondrosis speno-osipital merupakan faktor utama yang berperan pada pertumbuhan dasar kranial, yang tetap ada sampai awal kedewasaan. Sinkondrosis speno-osipital merupakan sinkondrosis terakhir yang saling bergabung, dimulai pada permukaan serebral pada remaja putri 12-13 tahun dan putra 14-15 tahun serta berosifikasi sempurna pada permukaan luarnya di usia 20 tahun.26

(29)

wajah dan tengkorak mengadakan adaptasi yang luar biasa sehubungan dengan bertambah besarnya otak manusia. Terdapat rentang yang besar dalam perbedaan wajah manusia. Pada saat lahir volume ruang otak lebih besar daripada muka tetapi pada umur 6 tahun hampir tidak ada lagi pertumbuhn kranium karena otak telah mencapai ukuran otak orang dewasa.27,28

Pertumbuhan kepala sangat kompleks. Sebelum bayi dilahirkan, pusat-pusat pertumbuhan di kepala sudah bekerja aktif sehingga besar kepala pada saat dilahirkan relatif besar, mendekati besar kepala orang dewasa. Baughan dan Dermijan dalam penelitiannya menemukan bahwa pada usia 6 tahun panjang kepala anak laki-laki sudah mencapai sekitar 92%, sedangkan anak perempuan kira-kira 88% panjang kepala orang dewasa. Tetapi, tinggi badan anak laki-laki pada usia yang sama baru mencapai lebih kurang 65% dan anak perempuan sekitar 63% tinggi badan dewasa.1,29

2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kepala

(30)

termasuk hormon paratyroid, hormon tyroid, dan androgen.30 Ada beberapa hal yang menyebabkan tulang kepala sangat bervariasi, dimana variasi tersebut diturunkan secara genetik, termasuk hubungannya dengan jenis kelamin dan ras. Nutrisi atau diet juga mempengaruhi variasi bentuk kepala. Peralihan dari bentuk dolicocephalic pada populasi pemburu di zaman pre-neolitik kepada bentuk brachycephalic disebabkan oleh pola makan tinggi karbohidrat yang lunak. Temperatur dan ketinggian juga mempengaruhi bentuk kepala. Penelitian menunjukkan populasi manusia di daerah beriklim dingin dan iklim panas mempunyai ukuran kepala yang lebih besar.20,30

2.7 Landasan Teori

Antropologi adalah suatu ilmu yang sangat sedikit diminati calon-calon ilmuwan, bahkan di Indonesia sedikit yang mengetahui dan ahli di dalam bidang antropologi. Kajian ini sangatlah luas menyangkut berbagai bidang ilmu, oleh karenanya antropologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya antropologi budaya, antropologi fisik/ragawi (yang sebagian menyebutnya antropolgi biologi), antropologi kesehatan dan berbagai cabang ilmu lainnya.

Antropometri adalah sebuah cabang ilmu tentang pengukuran fisik dari variasi dimensi tubuh manusia dan status kesehatan dari populasi tersebut dapat diketahui. Teknik antropometri ini dapat membantu dalam studi tentang asupan nutrisi, konsumsi energi, malnutrisi dan komposisi tubuh. Teknik antropometri juga membantu dalam identifikasi forensik, bedah plastik, arkeologi dan dalam membedakan antar ras dan jenis kelamin.

Antropometri digunakan antara lain untuk melakukan penelitian dan membandingkan secara fisik antara satu manusia dengan manusia yang lain. Hal itu dimungkinkan karena walaupun satu spesies, manusia mempunyai variasi perbedaan yang memungkinkan adanya pengelompokan rasial, suku bangsa, disamping adanya perbedaan umur dan jenis kelamin.

(31)

post-natal, mendeteksi kelainan, meramal pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa. Antropometri kepala terdiri atas sefalometri dan kraniometri. Kraniometri merupakan pengukuran pada tulang kranium. Sedangkan sefalometri adalah studi tentang morfologi kepala dan pengukuran pada kepala manusia yang masih hidup atau kepala korban yang masih mempunyai jaringan lunak. Pengukuran kepala dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu untuk mengetahui ukuran seperti panjang lingkaran kepala, lebar kepala, panjang kepala, jarak dari kedua mata, dimensi hidung, bibir, telinga dan sebagainya untuk perbandingan populasi.

Agar dapat melihat perbedaan manusia secara lebih teliti, antropologi ragawi telah menciptakan indeks, diantaranya adalah indeks sefalik. Indeks sefalik merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan kraniofasial dengan variasi manusia, yang telah lama digunakan untuk berbagai kelompok ras antropologi fisik.

Indeks sefalik merupakan parameter penting dalam mengevaluasi perbedaan ras dan jenis kelamin. Oleh karena itu, informasi terperinci dari suatu data populasi merupakan hal penting dalam studi dan perbandingan untuk menilai pertumbuhan dan pengembangan individu serta berguna dalam diagnosis kelainan bentuk dan ukuran tengkorak kepala. Indeks sefalik juga memberikan gambaran tentang bagaimana karakter genetik yang diturunkan antara orang tua, keturunan dan saudara. Dengan adanya indeks ini lebih mudah untuk mengelompokkan manusia ke dalam golongan yang mempunyai ciri-ciri yang sama.

Pengukuran indeks sefalik dibagi menjadi 3 yaitu pengukuran secara vertikal, transversal dan horizontal

- Indeks Sefalik Vertikal: Chamaecephalic, Orthocephalic, Low Hypsicephalic, Moderate Hypsicephalic, High Hypsicephalic

- Indeks Sefalik Transversal: Tapeiocephalix, Metriocephalic, Acrocephalix. - Indeks Sefalik Horizontal: Dolicocephalic, Mesocephalic, Brachycephalix,

Hyperbrachycephalic.

Indeks sefalik ditentukan berdasarkan deskriptif anatomi internasional. Nilai indeks didapatkan dari pengukuran panjang, tinggi, dan lebar kepala.

(32)

- Tinggi kepala (diukur dari nation ke gnation) - Panjang kepala (diukur dari glabela ke inion)

(33)

2.8 Kerangka Konsep

Antropometri

(studi pengukuran tubuh manusia)

Antropometri Kraniofasial :

Variasi Bentuk Kepala

Indeks Sefalik vertikal

Deutro Melayu

Perbedaan nilai indeks sefalik?

Indeks Sefalik transversal

Tinggi kepala (nasion-gnation)

Panjang kepala (glabella-inion)

Tinggi kepala (nasion-gnation)

Lebar kepala (parietal eminence)

7-18 Tahun

7-9 Tahun

10-12 Tahun

13-15 Tahun

16-18 Tahun

Indeks Sefalik Horizontal

Lebar kepala (parietal eminence)

(34)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan Cross Sectional dengan melakukan pengukuran dan pengklasifikasian bentuk kepala berdasarkan indeks sefalik Horizontal, Vertikal dan Transversal usia 7-18 tahun pada Deutro-Melayu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan Yayasan Namira jalan pasar 1 kelurahan Tanjung Sari Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian untuk melakukan pengukuran panjang, tinggi dan lebar kepala dilakukan pada bulan januari 2013.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah murid SD-SMA sekolah Namira berusia 7-18 tahun.

3.3.2 Sampel Penelitian

(35)

3.4 Kriteria Penelitian

3.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria-kriteria inklusi adalah : 1. Usia 7 - 18 tahun.

2. Memiliki keadaan tubuh yang normal. 3. Deutro melayu ( 2 generasi ke atas) 4. Bentuk kepala normal

5. Bersedia mengikuti penelitian.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria-kriteria eksklusi adalah : 1. Sedang dalam perawatan ortodonti 2. Pernah mengalami operasi maksilofasial 3. Ada kelainan kongenital

4. Ada perubahan wajah / operasi wajah

3.4.3 Besar Sampel Penelitian

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil pada penelitian ini, dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

2.θ2(Zα + Zβ)2 (η0 – η1)2 Keterangan:

θ2

= Standar Deviasi

Zα = Derajat Batas Atas (1.96)

Zβ = Standar Batas Bawah

η0 – η1 = 70% = 0.7 2.θ2(Zα + Zβ)2 (η0 – η1)2

(36)

8,62 (10,51) 0,49 90,5 0,49

= 184,69 186

Jadi sampel minimal yang dibutuhkan adalah 186, untuk memudahkan jumlah sampel berdasarkan pengelompokan umur maka sampel yang digunakan menjadi 192 orang dengan pembagian:

7-9 tahun 48 orang (24 orang laki-laki dan 24 orang perempuan) 10-12 tahun 48orang (24 orang laki-laki dan 24 orang perempuan) 13-15 tahun 48 orang (24 orang laki-laki dan 24 orang perempuan) 16-18 tahun 48 orang (24 orang laki-laki dan 24 orang perempuan)

3.5 Variabel Penelitian

(37)

3.6 Definisi Operasional

a. Antropometri

Antropometri merupakan cabang dari antropologi fisik yang mempelajari tubuh manusia dan lebih cenderung terfokus pada pengukuran dimensi tubuh manusia.

b. Usia

Usia adalah usia responden pada saat dilakukan pengukuran kepala. Usia yang digunakan pada penelitian ini adalah 7-18 tahun.

c. Indeks Sefalik vertikal

Indeks sefalik vertikal yaitu perbandingan antara tinggi kepala (nasion ke gnation) dan panjang kepala (glabella ke inion) dengan menggunakan kapiler dikali dengan 100.

d. Indeks Sefalik transveral

Indeks sefalik transversal yaitu perbandingan antara tinggi kepala (nasion ke gnation) dan lebar kepala (garis linear antara parietal eminence) dengan menggunakan kaliper dikali dengan 100.

e. Indeks Sefalik horizontal

Indeks sefalik horizontal yaitu perbandingan antara lebar kepala (garis linear antara parietal eminence) dan panjang kepala (glabella ke inion) dengan menggunakan kaliper lengkung dikali dengan 100.

f. Keterampilan Operator

Keterampilan operator adalah kemampuan peneliti dalam melakukan seleksi, mengumpulkan, mengukur serta menganalisa hasil pengukuran.

g. Status gizi berdasarkan IMT

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi yang diindikasikan berdasarkan berat badan dan tinggi badan anak sesuai dengan indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh adalah indikator rasio proporsional antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat.

(38)

Deutro Melayu atau yang disebut juga Melayu muda merupakan bangsa yang masuk ke indonesia pada gelombang kedua setelah bangsa proto melayu. Yang termasuk kedalam bangsa Deutro melayu adalah suku Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Melayu, Betawi, Manado dan bugis.

i. Glabella (g)

Glabella adalah titik tengah paling anterior dan paling menonjol pada daerah fronto-orbital pada jaringan lunak. Pada wajah glabella terletak diantara 2 alis.

j. Eurion (eu)

Eurion adalah titik paling distal pada sisi neurocranium, pada tulang parietal untuk menentukan lebar maksimal tengkorak.

k. Nasion (na)

Nasion merupakan titik pada nasofrontalis di bidang medio-sagital.

l. Gnation (gn)

Gnation merupakan titik pada sisi bawah mandibula yang paling bawah dibidang medio-sagital.

m. Inion (i)

Inion merupakan titik pada protuberantia oksipitalis eksterna, terletak 7 cm di bawah opisthocranion.

n. Tinggi Kepala

Tinggi Kepala diukur dari nasion (na) ke gnation (gn).

o. Panjang Kepala

Panjang Kepala diukur dari Glabella (g) ke inion (i).

p. Lebar Kepala

Lebar Kepala diukur jarak antara parietal eminence atau eurion ke eurion (eu-eu).

q. Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Vertikal

- Kamaesefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik vertikal <57,9 dengan bentuk pendek dan datar.

(39)

- Low Hipsisefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik vertikal 63,0-67,9 dengan bentuk dahi yang tinggi.

- Moderate Hipsisefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik vertikal 68,0-72,9 dengan bentuk dahi yang sangat tinggi.

- High Hipsisefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari hasil indeks sefalik vertikal >73,0 dengan bentuk dahi yang sangat-sangat tinggi.

r. Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Transversal

- Tapeiosefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik transversal >78,9 dengan bentuk kepala yang cekung dan datar.

- Metriosefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik transversal 79,0-84,9 dengan bentuk tinggi kepala yang normal.

- Acrosefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik transversal >85 dengan bentuk yang tinggi dan lonjong.

s. Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Horizontal

- Dolikosefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik horizontal <74,9. Dengan ciri-ciri memiliki kepala lebar dan sempit, profil wajah panjang dan sempit, protrusif, bentuk dan sudut bidang mandibula yang sempit, bentuk muka seperti segitiga (tapered), diafragma hidung yang sempit, tulang pipi kurang menonjol, rongga orbita berbentuk rektangular dan aperture nasal yang lebar.

- Mesosefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik horizontal 75,0-79,9. Bentuk kepala ini memiliki karakteristik fisik kepala lonjong dan bentuk muka terlihat oval dengan zigomatik yang sedikit mengecil, profil wajah ortognasi.

(40)

- Hyperbrakhisefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik horizontal >85. Bentuk kepala ini juga cenderung dimiliki oleh ras Mongoloid dengan ciri-ciri aperture nasal yang membulat, sudut bidang mandibula yang lebih rendah, bentuk muka segiempat, profil wajah prognasi sedang, rongga orbita membulat, dan puncak kepala tinggi seperti kubah, namun ukurannya lebih besar dari hyperbrakhisefalik.

3.7 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kaliper lengkung

2. Kaliper digital 3. Pensil

4. Spidol 5. Mistar

(a) kaliper lengkung (b) Kaliper Digital Gambar 4. (a) kaliper lengkung ; (b) kaliper digital

3.8 Prosedur Penelitian

(41)

2. Panjang kepala diukur dari Glabella (g) ke inion. Panjang maksimum kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik glabella dan inion. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai panjang maksimum kepala.

Gambar 5. Pengukuran panjang kepala dari Glabella ke Inion

(42)

Gambar 6. Pengukuran tinggi kepala dari Nation ke Gnation

4. Lebar kepala diukur jarak antara parietal eminence atau eurion ke eurion (eu-eu). Eurion merupakan titik paling lateral dari dinding cranium, dicari dengan meletakkan penggaris pada daerah tulang parietal kepala (atas telinga) secara tegak lurus lalu ujung kaliper ditempatkan pada kedua titik eurion kiri dan kanan. Jarak kedua ujung kaliper diukur menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai lebar maksimum kepala.

(43)

5. Pencatatan data yaitu panjang, tinggi dan lebar kepala pada lembar kuesioner subjek.

3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data

(44)

3.10 Kerangka Operasional

7-9 tahun

Pengukuran tinggi, lebar dan panjang kepala

Indeks Sefalik Vertikal Indeks Sefalik Transversal

Perbedaan indeks sefalik Deutro Melayu

Indeks Sefalik Horizontal

13-15 tahun 16-18 tahun

10-12 tahun

Laki – laki

Perempuan

Bentuk Kepala

(45)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ukuran dan bentuk kepala berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun dan jenis kelamin. Sampel penelitian yang telah dikumpulkan diambil datanya melalui survei. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan diperoleh 192 sampel yang memenuhi kriteria. Kriteria sampel berusia 7-18 tahun dan tergolong dalam ras deutro Melayu. Untuk memudahkan penelitian berdasarkan kriteria usia maka sampel dikelompokkan dalam 4 kelompok usia yaitu 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun seperti yang terlihat pada tabel, dalam setiap kelompok usia masing-masing terdiri dari 48 orang yakni 24 orang laki-laki dan 24 orang perempuan.

(46)

Jawa

Tabel 4 menunjukkan karakteristik umum berdasarkan sampel yang diteliti. Berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun persentase sampel 48 orang (25%), umur 10-12 tahun 48 orang (25%), umur 13-15 tahun 48 orang (25%) dan 16-18 tahun 48 orang (25%). Persentase sampel laki-laki 96 orang (50%) dan sampel perempuan 96 orang (50%). Beserta suku sampel yang akan digunakan.

4.2 Perbandingan Rata-rata Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan

Horizontal Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu

Pada penelitian ini, ingin dilihat perbedaan rata-rata indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun pada ras Deutro Melayu pada laki-laki dan perempuan.

4.2.1 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Panjang Kepala dan Indeks

Sefalik Vertikal Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu

(47)

Panjang kepala diukur dari Glabella (g) ke inion. Panjang maksimum kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik glabella dan inion. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai panjang maksimum kepala.24 Setelah diketahui ukuran tinggi dan panjang kepala maka didapat ukuran indeks sefalik vertikal seperti yang terlihat pada tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Nilai Rata-rata Tinggi Kepala, Panjang Kepala, dan Indeks Sefalik Vertikal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun (cm).

Jenis

Keterangan: *signifikan; (p<0,05) TK = Tinggi Kepala

PK = Panjang Kepala

ISV = Indeks Sefalik Vertikal

(48)

cm. Dari analisis uji Anova pada laki-laki menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap tinggi kepala, panjang kepala dan rata-rata indeks sefalik vertikal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Maka, hipotesis (Ho) ditolak yang menyatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik vertikal berdasarkan kelompok umur.

Pada perempuan, umur 7-9 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 8,82±0,31 cm, panjang kepala 16,56±0,65 cm dan indeks sefalik vertikal 53,29±2,19 cm. Umur 10-12 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 9,71±0,41 cm panjang kepala 17,77±1,02 cm dan indeks sefalik vertikal 54,29±3,15 cm. Umur 13-15 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 10,10±0,33 cm, panjang kepala 17,65±0,70 cm dan indeks sefalik vertikal 57,29±2,82 cm. Umur 16-18 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 10,21±0,43 cm, panjang kepala 16,63±0,60 cm dan indeks sefalik vertikal 61,41±2,65 cm. Dari analisis uji Anova pada perempuan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap tinggi kepala, panjang kepala dan rata-rata indeks sefalik vertikal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Maka, hipotesis (Ho) ditolak yang menyatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik vertikal berdasarkan kelompok umur.

4.2.2 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar Kepala dan Indeks

Sefalik Transversal Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tinggi kepala dan lebar kepala untuk mendapatkan indeks sefalik transversal masing-masing sampel berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun. Pengukuran yang dilakukan yaitu tinggi kepala diukur dari nasion (na) ke gnation (gn). Tinggi kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik nasion dan gnation. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai tinggi kepala.24

(49)

Tabel 6. Perbandingan Nilai Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar Kepala, dan Indeks Sefalik Transversal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun (cm)

Jenis

Keterangan: *signifikan; (p<0,05) TK = Tinggi Kepala

LK = Lebar Kepala

IST = Indeks Sefalik Transversal

(50)

Pada perempuan, umur 7-9 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 8,82±0,31 cm, lebar kepala 14,26±0,26 cm dan indeks sefalik transversal 61,87±1,80 cm. Umur 10-12 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 9,71±0,41 cm, lebar kepala 15,58±0,44 cm dan indeks sefalik transversal 61,70±2,59 cm. Umur 13-15 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 10,10±0,33 cm, lebar kepala 15,66±0,61 cm dan indeks sefalik transversal 64,62±3,41 cm. Umur 16-18 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 10,21±0,43 cm, lebar kepala 15,23±0,57 cm dan indeks sefalik transversal 67,00±3,36 cm. Dari analisis uji Anova pada perempuan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap tinggi kepala, lebar kepala dan rata-rata indeks sefalik transversal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Maka, hipotesis (Ho) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik transversal berdasarkan kelompok umur ditolak.

4.2.3 Perbandingan Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala dan Indeks

Sefalik Horizontal Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran lebar dan panjang kepala untuk mendapatkan indeks sefalik horizontal masing-masing sampel berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun. Lebar kepala diukur jarak antara parietal eminence atau eurion ke eurion (eu-eu). Dicari dengan meletakkan penggaris pada daerah tulang parietal kepala (atas telinga) secara tegak lurus lalu ujung kaliper ditempatkan pada kedua titik eurion kiri dan kanan.Jarak kedua ujung kaliper diukur menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai lebar maksimum kepala.9

(51)

Tabel 7. Perbandingan Nilai Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar Kepala, dan Indeks Sefalik Horizontal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun (cm)

Jenis

Keterangan: *signifikan; (p<0,05) LK = Lebar Kepala

PK = Panjang Kepala

ISH = Indeks Sefalik Horizontal

(52)

terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalikhorizontal berdasarkan kelompok umur ditolak.

Pada perempuan, umur 7-9 tahun ukuran rata-rata lebar kepala 14,26±0,26 cm, panjang kepala 16,56±0,65 cm dan indeks sefalik horizontal. Umur 10-12 tahun ukuran rata-rata lebar kepala 15,58±0,44 cm, panjang kepala 17,77±1,02 cm dan indeks sefalik horizontal 87,83±4,85. Umur 13-15 tahun ukuran rata-rata lebar kepala 15,66±0,61 cm, panjang kepala 17,65±0,70 cm dan indeks sefalik horizontal 88,79±3,64. Umur 16-18 tahun ukuran rata-rata lebar kepala 15,23±0,57 cm, panjang kepala 16,63±0,60 cm dan indeks sefalik horizontal 91,62±3,10 cm. Dari analisis uji Anova pada perempuan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap lebar kepala, panjang kepala dan rata-rata indeks sefalik horizontal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Maka, hipotesis (Ho) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik horizontal berdasarkan kelompok umur ditolak.

4.3 Perbandingan Rata-rata Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan

Horizontal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro

Melayu secara menyeluruh

4.3.1 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Panjang Kepala dan Indeks

Sefalik Vertikal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun pada Ras

Deutro Melayu secara menyeluruh

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tinggi kepala dan panjang kepala untuk mendapatkan indeks sefalik vertikal masing-masing sampel pada umur 7-18 tahun berdasarkan jenis kelamin. Pengukuran yang dilakukan yaitu tinggi kepala diukur dari nasion (na) ke gnation (gn). Tinggi kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik nasion dan gnation. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai tinggi kepala.

(53)

panjang maksimum kepala. Setelah diketahui ukuran tinggi dan panjang kepala maka bisa didapat ukuran indeks sefalik vertikal berdasarkan jenis kelamin seperti yang terlihat pada tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan nilai Rata-rata tinggi kepala, panjang kepala dan Indeks Sefalik vertikal antara laki-laki dan perempuan (cm).

Ukuran kepala Jenis kelamin p.value

Laki-laki (X + SD) Perempuan (X + SD) Keterangan: *signifikan; (p<0,05)

(54)

4.3.2 Perbandingan rata-rata tinggi kepala, lebar kepala dan indeks

sefalik transversal antara laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada ras

Deutro Melayu secara menyeluruh

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tinggi kepala dan lebar kepala untuk mendapatkan indeks sefalik transversal masing-masing sampel pada umur 7-18 tahun berdasarkan jenis kelamin. Pengukuran yang dilakukan yaitu tinggi kepala diukur dari nasion (na) ke gnation (gn). Tinggi kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik nasion dan gnation. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai tinggi kepala.

Lebar kepala diukur jarak antara parietal eminence atau eurion ke eurion (eu-eu). Dicari dengan meletakkan penggaris pada daerah tulang parietal kepala (atas telinga) secara tegak lurus lalu ujung kaliper ditempatkan pada kedua titik eurion kiri dan kanan.Jarak kedua ujung kaliper diukur menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai lebar maksimum kepala. Setelah diketahui ukuran tinggi dan lebar kepala pada seluruh sampel laki-laki dan perempuan maka bisa didapat ukuran indeks sefalik transversal berdasarkan jenis kelamin seperti yang terlihat pada tabel 9.

Tabel 9. Perbandingan Nilai Rata-rata tinggi kepala, lebar kepala dan Indeks Sefalik transversal antara laki-laki dan perempuan (cm).

Ukuran kepala Jenis kelamin p.value

Laki-laki (X + SD) Perempuan (X + SD) Keterangan: *signifikan; (p<0,05)

(55)

7-18 tahun pada laki-laki 15,31±0,94 cm sedangkan pada perempuan 15,18±0,74 cm. Rata-rata indeks sefalik transversal umur 7-18 tahun pada laki-laki 64,21±4,84 cm, sedangkan pada perempuan 63,80±3,57 cm. Dari analisis uji anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) terhadap rata-rata tinggi kepala, lebar kepala dan indeks sefalik transversalumur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan. Maka, hipotesis (Ha) yang menyatakan terdapat perbedaan rata-rata tinggi kepala, lebar kepala dan indeks sefaliktransversal umur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan diterima.

4.3.3 Perbandingan rata-rata indeks sefali kvertikal, transversal dan

horizontal antara laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada ras Deutro

Melayu secara menyeluruh

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran lebar dan panjang kepala untuk mendapatkan indeks sefalik horizontal masing-masing sampel pada umur 7-18 tahun berdasarkan jenis kelamin. Lebar kepala diukur jarak antara parietal eminence atau eurion ke eurion (eu-eu). Dicari dengan meletakkan penggaris pada daerah tulang parietal kepala ( atas telinga ) secara tegak lurus lalu ujung kaliper ditempatkan pada kedua titik eurion kiri dan kanan.Jarak kedua ujung kaliper diukur menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai lebar maksimum kepala.

Panjang kepala diukur dari Glabella (g) ke inion. Panjang maksimum kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik glabella dan inion. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai panjang maksimum kepala. Setelah diketahui ukuran lebar dan panjang kepala pada seluruh sampel laki-laki dan perempuan maka bisa didapat ukuran indeks sefalik horizontal berdasarkan jenis kelamin seperti yang terlihat pada tabel 10.

(56)

Tabel 10. Perbandingan Nilai Rata-rata tinggi kepala, lebar kepala dan Indeks Sefalik horizontal antara laki-laki dan perempuan (cm).

Ukuran Kepala Jenis kelamin p.value

Laki-laki (X + SD) Perempuan (X + SD) Keterangan: *signifikan; (p<0,05)

Rata-rata panjang kepala umur 7-18 tahun pada laki-laki 17,27±0,76 cm sedangkan pada perempuan 17,16±0,94 cm. Rata-rata indeks sefalik horizontal umur 7-18 tahun pada laki-laki 86,80±3,90 cm, sedangkan pada perempuan 88,57±4,09 cm. Dari analisis uji anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) terhadap rata-rata lebar kepala dan panjang kepala. Maka, hipotesis (Ha) yang menyatakan terdapat perbedaan rata-rata lebar kepala dan panjang kepala umur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan diterima sedangkan didapati perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap indeks sefalik horizontal umur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan. Maka, hipotesis (Ha) yang menyatakan terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalikhorizontal umur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan ditolak.

4.4 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan

Horizontal Berdasarkan Kelompok Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu

4.4.1 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Vertikal

(57)

Tabel 13. Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Vertikal berdasarkan Kelompok Umur 7-18 Tahun.

Umur N (%)

Bentuk Indeks Sefalik Vertikal

Chamaecephalic Orthocephalic Low

hypsicephalic

7-9 tahun 48 (100%) 47(98%) 1(2%) 0(0%)

10-12 tahun 48 (100%) 43(90%) 5(10%) 0(0%)

13-15 tahun 48 (100%) 31(65%) 13(27%) 4(8%) 16-18 tahun 48 (100%) 9(19%) 29(60%) 10(21%)

Total 192(100%) 130(68%) 48(25%) 14(7%)

Tabel 11 menunjukkan distribusi frekuensi bentuk kepala indeks sefalik vertikal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun. Pada umur 7-18 tahun menunjukkan presentase bentuk kepala tertinggi adalah Chamaecephalic (68%), Orthocephalic (14%), Low Hypsicephalic (7%), Moderate Hypsicephalic (0%) dan High Hypsicephalic (0%).

4.4.2 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Transversal

Setelah mendapatkan ukuran indeks sefalik transversal, maka hasil tersebut dapat diklasifikasikan pada bentuk kepala indeks sefalik transversal masing-masing sampel berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun seperti yang terlihat pada tabel 12.

Tabel 12. Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Transversal berdasarkan Kelompok Umur 7-18 Tahun.

Umur N (%) Bentuk Indeks Sefalik Transversal Tapeiocephalic Metriocephalic

7-9 tahun 48 (100%) 48(100%) 0(0%)

10-12 tahun 48 (100%) 48(100%) 0(0%)

13-15 tahun 48 (100%) 47(98%) 1(2%)

16-18 tahun 48 (100%) 48(100%) 0(0%)

(58)

Tabel 12 menunjukkan distribusi frekuensi bentuk kepala indeks sefalik transversal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun. Pada umur 7-18 tahun menunjukkan presentase bentuk kepala tertinggi adalah Tapeiocephalic (99%), Metriocephalic (1%), Acrocephalic (0%).

4.4.3 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Horizontal

Setelah mendapatkan ukuran indeks sefalik horizontal, maka hasil tersebut dapat diklasifikasikan pada bentuk kepala indeks sefalik horizontal masing-masing sampel berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun seperti yang terlihat pada tabel 13. Tabel 13. Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Horizontal berdasarkan Kelompok Umur 7-18 Tahun.

Umur N (%) Bentuk Kepala Indeks Sefalik Horizontal

Mesocephalic Brachycephalic Hyperbrachycephalic

7-9 tahun 48 (100%) 0(0%) 22(46%) 26(54%)

10-12 tahun 48 (100%) 3(6%) 5(10%) 40(83%)

13-15 tahun 48 (100%) 0(0%) 5(10%) 43(90%)

16-18 tahun 48 (100%) 0(0%) 4(8%) 44(92%)

Total 192(100%) 3(1%) 36(19%) 153(80%)

(59)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan terhadap 192 sampel usia 7-18 tahun yang dikelompokkan atas 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Pada tiap kelompok usia terdiri dari 48 orang yaitu 24 orang laki-laki dan 24 orang perempuan dan terdiri dari beberapa suku yang termasuk kedalam Deutro Melayu, yaitu suku jawa 111 orang (57,9%), Padang 19 orang (9,8%), Aceh 32 orang (16,7%), Melayu 15 orang (7,8%), Sunda 12 orang (6,2%), Betawi 2 orang (1,1%), dan Manado 1 orang (0,5%) (tabel 4). Setiap sampel dilakukan 3 kali pengukuran kepala yaitu tinggi kepala, lebar kepala dan panjang kepala untuk mendapat nilai indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal serta mengklasifikasikan bentuk kepala berdasarkan masing-masing indeks sefalik.

Sebelum dilakukan pengukuran, dicari titik terluar dan dibuat titik penanda pada kepala subjek di daerah nasion ke gnation, daerah eurion kiri dan kanan serta di daerah opisthocranion dan glabella. Untuk panjang kepala diukur dari Glabella (g) ke inion. Panjang maksimum kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik glabella dan inion. Untuk tinggi kepala diukur dari nasion (na) ke gnation (gn). Tinggi kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik nasion dan gnation. Untuk lebar kepala diukur jarak antara parietal eminence atau eurion ke eurion ( eu-eu).1,9,24

(60)

Data dianalisa berdasarkan uji statistik Anova. Uji Anova dilakukan untuk membandingkan rata-rata ukuran lebar, panjang , tinggi kepala dan indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun Pada tabel 5, 6, 7 dan antara laki-laki dan perempuan pada tabel 8,9,10 secara keseluruhan pada ras Deutro Melayu. Pada tabel 11, 12, dan 13 dapat dilihat distribusi bentuk kepala masing-masing indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun. Pada penelitan ini didapati hasil ukuran tinggi, lebar dan panjang kepala yang tidak stabil antara kelompok umur berdasarkan jenis kelamin, ini dikarenakan sampel yang digunakan berasal dari orang yang berbeda pada tiap kelompok umur. Status gizi (diet), ekonomi, kebiasaan dan lingkungan tempat tinggal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perubahan morfologi kepala. Faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuan kepala adalah faktor gizi dan lingkungan. Karena status gizi (diet) masing-masing sampel yang sangat bervariasi, dimana diet merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan kepala.

(61)

5.1 Perbandingan Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala, Tinggi

Kepala dan Indeks Sefalik Vertikal, Transvsersal, Horizontal berdasarkan

Kelompok Umur 7-18 Tahun pada Laki-laki dan Perempuan Ras Deutro

Melayu

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 tentang perbandingan rata-rata tinggi kepala, panjang kepala dan indeks sefalik vertikal diperoleh hasil pada laki-laki umur 7-18 tahun total keseluruhan ukuran rata-rata tinggi kepala 9,79±0,86 cm, panjang kepala 17,27±0,76 cm dan indeks sefalik vertikal 55,52±4,41 cm. Pada perempuan umur 7-18 tahun total keseluruhan ukuran rata-rata tinggi kepala 9,71±0,66 cm, panjang kepala 17,15±0,93 cm dan indeks sefalik vertikal 56,57±4,4,15 cm. Dari analisis uji Anova pada laki-laki menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,00) terhadap tinggi kepala, panjang kepala dan rata-rata indeks sefalik vertikal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Dari analisis uji Anova pada perempuan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,00) terhadap tinggi kepala, panjang kepala dan rata-rata indeks sefalik vertikal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun.

(62)

Tabel 7 menunjukkan ukuran rata-rata lebar kepala, panjang kepala dan perhitungan indeks sefalik horizontal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun pada laki-laki dan perempuan.Pada laki-laki umur 7-18 tahun total keseluruhan ukuran rata-rata lebar kepala 15,31±0,94 cm, panjang kepala 17,27±0,76 cm dan indeks sefalik horizontal 86,80±3,89 cm. Pada perempuan umur 7-18 tahun total keseluruhan ukuran rata-rata lebar kepala 15,18±0,74 cm, panjang kepala 17,15±0,93 cm dan indeks sefalik horizontal 88,57±4,09 cm. Dari analisis uji Anova pada laki-laki menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,00) terhadap lebar kepala, panjang kepala dan rata-rata indeks sefalik horizontal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Dari analisis uji Anova pada perempuan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,00) terhadap lebar kepala, panjang kepala dan rata-rata indeks sefalik horizontal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun.

(63)

5.2 Perbandingan Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala, Tinggi

Kepala dan Indeks Sefalik Vertikal, Transversal, Horizontal antara laki-laki

dan perempuan pada Ras Deutro Melayu

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 8 menunjukkan ukuran rata-rata perhitungan tinggi kepala, panjang kepala dan indeks sefalik vertikal berdasarkan jenis kelamin dari kelompok umur 7-18 tahun secara keseluruhan. Rata-rata tinggi kepala umur 7-18 tahun pada laki-laki adalah 9,79 cm, sedangkan pada perempuan 9,71 cm. Rata-rata panjang kepala umur 7-18 tahun pada laki-laki adalah 17,27 cm sedangkan pada perempuan 17,27 cm. Rata-rata indeks sefalik vertikal umur 7-18 tahun pada laki-laki adalah 55,52 sedangkan pada perempuan 56,57. Dari analisis uji anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) terhadap rata-rata tinggi kepala (p=0,45), panjang kepala (p=0,35) dan indeks sefalik vertikal (p=0,91) umur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan.

Tabel 9 menunjukkan ukuran rata-rata perhitungan tinggi kepala, lebar kepala dan indeks sefalik transversal berdasarkan jenis kelamin dari kelompok umur 7-18 tahun secara keseluruhan. Rata-rata tinggi kepala umur 7-18 tahun pada laki-laki adalah 9,79 cm sedangkan pada perempuan 9,71 cm. Rata-rata lebar kepala umur 7-18 tahun pada laki-laki adalah 15,31 cm, sedangkan pada perempuan 15,7-18 cm. Rata-rata indeks sefalik transversal umur 7-18 tahun pada laki-laki adalah 64,21 sedangkan pada perempuan 63,80. Dari analisis uji anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) terhadap rata-rata tinggi kepala (p=0,45), lebar kepala (p=0,32) dan indeks sefalik transversal (p=0,50) umur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan.

(64)

Dari analisis uji anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) terhadap rata-rata lebar kepala (p=0,32), panjang kepala (p=0,35) tetapi terdapat perbedaan yang disgnifikan pada rata-rata nilai indeks sefalik (p=0,02) umur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan.

Hasil penelitian ini lebih kecil dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Salve, Chandrasekkar dan Sidharta tentang studi indeks sefalik vertikal dan transversal pada usia 20-25 tahum di India dimana diperoleh nilai rata-rata tinggi kepala laki-laki (13,63) dan perempuan (12,60), rata-rata lebar kepala laki-laki dan perempuan sama (13,82), rata-rata panjang kepala laki-laki (18,28) dan perempuan (17,26), rata-rata indeks sefalik vertikal pada laki-laki (74,08) dan perempuan (73,03) dan nilai rata-rata indeks sefalik transversal pada laki-laki (97,91) dan perempuan (93,41).24 Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan pada sampel penelitian yang telah dilakukan mengambil usia 7-18 tahun sedangkan pada penelitian Salve, Chandrasekkar dan Sidharta mengambil sampel dengan usia 20-25 tahun. Tetapi, sampel yang dipakai dalam kedua penelitian ini mengambil sampel yang sudah dewasa dan sudah tidak terjadi pertumbuhan kepala. Penelitian ini menunjukkan ukuran panjang dan tinggi kepala ras deutro melayu lebih kecil dibandingkan dengan orang india jika diukura dengan menggunakan indeks sefalik vertikal.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Vertikal24
Tabel 2. Klasifikasi Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Transversal24
Gambar 3. Titik pengukuran panjang kepala dari glabella ke inion                    (g)-(i)9,24
Tabel 4. Jumlah sampel berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun dan berdasarkan jenis kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis statistik dengan uji wilcoxon didapatkan nilai kelompok intervensi dan kontrol masing-masing p=0,0863 dan p=0,677 (p&gt;0,05) yang artinya tidak

Penulisan Tugas Akhir ini disajikan untuk memperoleh gambaran tentang berbagai informasi yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab kantor depan ( front office )

skripsi ini dengan judul “ Hubungan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Kejadian Dermatitis Pada Pemulung di TPS T Piyungan, Kabupaten Bantul ”

PENAJAM PASER UTARA TAHUN 2013...

Bank Aceh Syariah Cabang Pembantu Balai Kota Banda Aceh menjelaskan tentang informasi produk pembiyaan murābahah seperti ketentuan yang telah di atur dalam pasal 5

Fungsi konstanta

Sekolah yang merupakan tempat penelitian adalah SMA Advent Purwodadi sekolah ini adalah merupakan sekolah satu atap (SATAP) yang terdiri dari 300 siswa dari berbagai daerah

3.18 : Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks prosedur lisan dan tulis dengan memberi dan meminta informasi terkait manual