PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP
STRUKTUR MODAL DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN
JASA DI BURSA EFEK JAKARTA
TESIS
Oleh
AMRAN HARUN
087017002/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2010
SE
K O L A
H
P A
S C
A S A R JA N
PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP
STRUKTUR MODAL DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN
JASA DI BURSA EFEK JAKARTA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
AMRAN HARUN
087017002/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN
TERHADAP STRUKTUR MODAL DENGAN
KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI
VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN JASA DI BURSA EFEK JAKARTA
Nama Mahasiswa : Amran Harun
Nomor Pokok : 087017002
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 18 Juni 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak
Anggota : 1. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang berjudul:
“PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR
MODAL DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA PERUSAHAAN JASA DI BURSA EFEK JAKARTA”.
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, 18 Juni 2010
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel yang digunakan terdiri dari variabel dependen adalah pertumbuhan perusahaan, struktur kepemilikan sebagai variabel moderating sedangkan variabel dependennya adalah struktur modal.
Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan 102 perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 3 tahun dari tahun 2005-2007. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda dengan analisis uji interaksi untuk mengukur kuat lemahnya hubungan suatu variabel dengan melakukan pengujian asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan pada taraf alpha 5% terhadap struktur modal dengan kepemilikan manajerial sebagai moderating variabel.
ABSTRACT
The aims of this research is to analyze the effect of firm growth to capital structure with managerial ownership as moderating variable in Service Emiten Company in Jakarta Stock Exchange. The variable used this research are Firm growth and capital structure as the independent variable and capital structure as the dependent variable.
This research observes 102 services companies which had been listed in the Jakarta Stock Exchange in the period of 2005 until 2007. By using multiple regression with interaction method as identification for weaknesses and strength of the variable, and exam the classical assumption.
The result shows that the firm growth significantly influence on the capital structure with managerial ownership as moderating variable in service emiten company in Jakarta Stock Exchange.
KATA PENGANTAR
Segala puji yang tidak terhingga kepada Allah SWT atas kurnia-Nya,
sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan analisis tentang
Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Struktur Modal dengan
Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Jasa
di Bursa Efek Jakarta.
Pada kesempatan ini tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga
penulisan tesis ini dapat diselesaikan, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., MSc (CTM)., Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, Selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, Selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, sebagai Pembimbing Pertama yang tiada henti
memberikan saran dan masukan berharga.
5. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA,Ak selaku Pembimbing Kedua, yang telah banyak
6. Ibu Dosen Penguji, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, Dra. Tapi
Anda Sari Lubis, M.Si, Ak dan Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak.
Penulis menyadari dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas,
banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan tesis ini. Untuk itu sangat
diharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan penelitian ini.
Hormat Saya
Amran Harun
RIWAYAT HIDUP
1. N a m a : Amran Harun
2. Tempat/Tanggal lahir : 15 April 1957
3. Pekerjaan : Dosen PNS Politeknik Negeri Medan
4. Agama : Islam
5. Orang tua
a. Ayah : Harun Al Rasyid
b. Ibu : Asmah
6. Isteri : Asriyati
7. Anak : 1. Ami Hanani Amran
2. Annisa Fatin Amran
3. Atikah Nuriza Amran
8. Alamat : Perumnas Mandala Medan
9. Pendidikan
a. SD : SD No. 44 Jl. Halat Medan, tamat tahun 1969
b. SLTP Negeri : SMPN 2 Medan tamat tahun 1972
c. SMU Negeri : SMAN 6 tamat tahun 1975
d. Universitas/Fakultas : Fakultas Ekonomi USU Medan Tamat tahun 1987.
DAFTAR ISI
1.1. Latar Belakang Penelitian... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Originalitas Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 8
4.5.2.2 Struktur Modal (Y). ... 25
4.5.2.3 Kepemilikan Manajerial (X2). ... 25
4.6. Metode Analisis Data ... 26
4.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 26
4.6.2. Pengujian Hipotesis... 31
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
5.1. Hasil Penelitian ... 33
5.1.1. Statistik Deskriptif ... 33
5.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 34
5.1.2.1. Uji Normalitas ... 35
5.1.2.2. Uji Multikolinearitas ... 37
5.1.2.3. Uji Autokorelasi ... 38
5.1.2.4. Uji Heteroskedastisitas ... 39
5.1.3. Pengujian Hipotesis ... 40
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 47
6.1. Kesimpulan ... 47
6.2. Keterbatasan Penelitian... 47
6.3. Saran ………... 48
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Review Penelitian Terdahulu... 18
4.1 Definisi Operasionalisasi Variabel ………. 26
5.1 Deskriptif Statistik ……… 33
5.2 Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test……. 35
5.3 Uji Multikolinieritas ………. 37
5.4 Nilai Durbin-Watson ……… 38
5.5 Uji Glesjer (1) ………... 39
5.6 Uji Glesjer (2) ……… 39
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Struktur Modal dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel
Moderating………..………. 19
5.1 Normalitas dengan PP Plot………... 36
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Tabulasi Data... 53
2 Uji Regresi Berganda, Uji Glesjer... 55
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel yang digunakan terdiri dari variabel dependen adalah pertumbuhan perusahaan, struktur kepemilikan sebagai variabel moderating sedangkan variabel dependennya adalah struktur modal.
Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan 102 perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 3 tahun dari tahun 2005-2007. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda dengan analisis uji interaksi untuk mengukur kuat lemahnya hubungan suatu variabel dengan melakukan pengujian asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan pada taraf alpha 5% terhadap struktur modal dengan kepemilikan manajerial sebagai moderating variabel.
ABSTRACT
The aims of this research is to analyze the effect of firm growth to capital structure with managerial ownership as moderating variable in Service Emiten Company in Jakarta Stock Exchange. The variable used this research are Firm growth and capital structure as the independent variable and capital structure as the dependent variable.
This research observes 102 services companies which had been listed in the Jakarta Stock Exchange in the period of 2005 until 2007. By using multiple regression with interaction method as identification for weaknesses and strength of the variable, and exam the classical assumption.
The result shows that the firm growth significantly influence on the capital structure with managerial ownership as moderating variable in service emiten company in Jakarta Stock Exchange.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang
digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Struktur modal yang efektif mampu
menciptakan perusahaan dengan keuangan yang kuat dan stabil. Bersamaan dengan
meningkatnya pengetahuan masyarakat di bidang pasar modal dan tersedianya dana
dari para calon investor yang berminat menginvestasikan modalnya, struktur modal
telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang cukup penting. Hal ini terkait
dengan resiko dan pendapatan yang akan diterima. Dalam melihat struktur modal
perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari informasi perusahaan berupa laporan
keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya. Para investor akan melakukan berbagai
analisis terkait dengan keputusan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan
melalui informasi yang salah satunya berasal dari laporan keuangan perusahaan.
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur
modal terhadap nilai perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan
perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang bertujuan
untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Setiap keputusan pendanaan mengharuskan
manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya dari
Semua struktur modal adalah baik. Tetapi kalau dengan merubah struktur
modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang
terbaik. Struktur modal yang akan memaksimumkan nilai perusahaan adalah struktur
modal yang terbaik (Husnan, 2004). Sumber pendanaan dibagi kedalam dua kategori,
yaitu sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan eksternal. Sumber pendanaan
internal dapat diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi aktiva tetap sedangkan
sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para kreditur yang disebut dengan
hutang.
Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik
(shareholder) melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan dan
keputusan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal, demikian jika
dilihat berdasarkan sudut pandang manajemen keuangan. Tujuan ini sering
diterjemahkan sebagai suatu usaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam
mencapai tujuan tersebut, banyak shareholder yang menyerahkan pengelolaan
perusahaan kepada para profesional yang bertanggung jawab mengelola perusahaan,
yang disebut manajer. Para manajer yang diangkat oleh shareholder diharapkan akan
bertindak atas nama shareholder tersebut, yakni memaksimumkan nilai perusahaan
sehingga kemakmuran shareholder akan dapat tercapai.
Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer
perusahaan dan pemegang saham. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk
mengelola perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah
kewenangan yang dimiliki, manajer bisa bertindak dengan hanya menguntungkan
dirinya sendiri dan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Para manajer
dalam menjalankan operasi perusahaan, seringkali tindakannya bukan
memaksimumkan kemakmuran shareholder, melainkan justru tergoda untuk
meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Kondisi ini akan mengakibatkan munculnya
perbedaan kepentingan antara shareholder dengan manajer. Konflik yang disebabkan
oleh pemisahan antara kepemilikan dan fungsi pengelolaan dalam teori keuangan
disebut konflik keagenan atau agency conflict.
Penelitian tentang pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijaksanaan
struktur modal dan tentang kepemilikan manajerial telah banyak dilakukan. Beberapa
peneliti tersebut adalah:
Kurniawan (2004) menemukan bukti bahwa faktor internal berupa ukuran
perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, kemampulabaan, dan struktur
kepemilikan perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal.
Sriwardany (2006) menemukan bukti bahwa struktur modal mempunyai pengaruh
negatif terhadap perubahan harga saham, yang memberi arti bahwa jika
kebijaksanaan struktur modal perusahaan lebih banyak menggunakan hutang maka
akan terjadi penurunan harga saham, sedangkan pertumbuhan perusahaan mempunyai
pengaruh yang langsung terhadap harga saham.
Erlina (2006) menemukan bukti yang tidak konsisten antara masa sebelum
krisis, masa krisis dan masa setelah krisis. Pada masa sebelum krisis, pemilikan
kesempatan tumbuh dengan kebijakan struktur modal. Akan tetapi pada krisis dan
setelah krisis, pemilikan manajer berperanan sebagai variabel yang memperkuat
hubungan tersebut.
Dari beberapa penelitian diatas semuanya berkisar pada perusahaan
manufaktur. Sebagaimana kita ketahui bahwa jenis perusahaan itu ada perusahaan
jasa, perusahaan dagang dan perusahaan industri. Sriwardani (2006) dalam
penelitiannya menyarankan agar peneliti selanjutnya meneliti tentang perusahaan
jasa. Informasi yang diperoleh dari pasar modal, perusahaan jasa ini cukup banyak
jumlah sahamnya yang diperjual belikan bahkan ada yang dikenal dengan saham blue
chip (Blue-chip Stock) yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki
reputasi tinggi, sebagai leader (pemimpin) di industri sejenis, yang memiliki
pendapatan yang stabil dan konstan dalam membayar deviden. Saham ini banyak
diminati oleh investor yang harganya cukup tinggi. Di samping itu perusahaan jasa
memiliki karakteristik yang berbeda sehingga bisa melahirkan perilaku keputusan
yang berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
tentang “Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal dengan
kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating pada perusahaan jasa di Bursa
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang penelitian, peneliti merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap struktur
modal dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating pada perusahaan
jasa di Bursa Efek Jakarta?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan
berpengaruh terhadap struktur modal dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel
moderating pada perusahaan jasa di Bursa Efek Jakarta.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini dapat menambah pemahaman mengenai
pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal dengan kepemilikan
manajerial sebagai variabel moderating.
2. Bagi akademisi dan peneliti penelitian ini diharapkan akan melengkapi
temuan-temuan empiris yang telah ada di bidang akuntansi dan bagi calon peneliti
berikutnya dapat dijadikan referensi.
3. Bagi manajemen (emiten), penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi
penentuan pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manjerial yang dapat
merobah struktur modal perusahaan.
4. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi pada
perusahaan jasa di Bursa Efek Jakarta.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan reflikasi dari sebagian penelitian Erlina (2006)
dengan judul disertasinya “Pengaruh Set Kesempatan Investasi terhadap Nilai
Perusahaan: Peran Kebijakan Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial. Periode
penelitian tahun 1993-2003 pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan independen variabel adalah Pertumbuhan
Perusahaan, sedang dependen variabel adalah struktur modal serta variabel
moderating adalah kepemilikan manajerial. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Erlina adalah pada periode penelitian dan jenis perusahaan yang diteliti.
Penelitian ini periode penelitiannya tahun 2005-2007 pada perusahaan jasa yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang sekarang namanya adalah Bursa Efek Indonesia
dengan 143 populasi dari perusahaan Securities, Insurance, Banking, Transportation
Services, Telecommunication, Insurance dan credit Agencies Other than Bank, hotel,
Holding and other Investment companies, Construction, Mining services, others.
Variabel dependen yaitu struktur modal. Proksi dari struktur modal yaitu
Erlina, 2006). Hal ini digunakan karena Indonesia sebagai negara yang sedang
berkembang sering menggantikan hutang jangka pendek menjadi hutang jangka
panjang dan roll over hutang jangka pendek (Husnan, 2001; Pandey, 2002). Variabel
independen adalah pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio Tobins’Q.
Pemilikan manajerial sebagai variabel moderating diukur dari persentase jumlah
saham yang dimiliki oleh manajer pada akhir tahun, berbanding jumlah saham
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Teoritis
Teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan
pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang
bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Setiap keputusan pendanaan
mengharuskan manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya
dari sumber-sumber dana yang akan dipilih. Sumber pendanaan di dalam perusahaan
dibagi kedalam dua kategori, yaitu sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan
eksternal. Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi
aktiva tetap sedangkan sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para kreditur
yang disebut dengan hutang. Struktur modal adalah pembelanjaan permanen di dalam
mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Struktur modal tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri,
di mana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka
panjang. Dengan demikian maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari
struktur financial. Struktur financial mencerminkan perimbangan baik dalam artian
absolut maupun relatif antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun
jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri (Riyanto, 1999: 22). Struktur modal
merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang
target komposisi hutang dan ekuitas dalam jangka panjang pada suatu perusahaan
(Arifin, 2005).
2.1.1. Teori Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur
modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijakan deviden
dipegang konstan. Dengan kata lain, jika perusahaan menggantikan sebagian modal
sendiri dengan hutang atau sebaliknya apakah harga saham akan berubah, apabila
perusahaan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya. Dengan kata lain,
seandainya perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan, berarti bahwa
tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik, tetapi kalau
dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan
diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang akan memaksimumkan
nilai perusahaan adalah struktur modal yang terbaik (Husnan, 2004).
Struktur modal yang terbaik untuk tingkat pertumbuhan perusahaan yang
tinggi berbeda dengan tingkat pertumbuhan perusahaan yang rendah. Perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage,
sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi
biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen
perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah
sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan
2.1.2. Pertumbuhan Perusahaan
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya
dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya
agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan
manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang
rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena
penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara
teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana
untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka
semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang
sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik
digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya
penelitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada
prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001).
Kallapur dan Trombley (1999) Realisasi pertumbuhan perusahaan diproksikan
dengan nilai pertumbuhan perusahaan yang meliputi pertumbuhan aktiva dan ekuitas.
Aktiva perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana atau keputusan
investasi pada masa lalu. Aktiva didefinisikan sebagai sumber daya yang mempunyai
potensi memberikan manfaat ekonomis pada perusahaan di masa yang akan datang.
Sumber daya yang mampu menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow) atau
mengurangi kemampuan kas keluar (cash outflow) bisa disebut sebagai aktiva.
penggunaan aktiva tersebut sebagai hasil transaksi atau pertukaran pada masa lalu dan
manfaat ekonomis masa mendatang bisa diukur, dikuantifikasikan dengan tingkat
ketepatan yang memadai.
Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan
operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha
(Helfert, 1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal
maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi
perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu
perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan
investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi
yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik.
2.1.3. Kepemilikan Manajerial
Adanya kerjasama antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang
meliputi sharehoder maupun stakeholder dalam membuat keputusan keputusan
keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal kerja yang dimiliki akan
meningkatkan nilai perusahaan. Dalam kenyataannya penyatuan kepentingan kedua
pihak tersebut sering kali menimbulkan masalah. Adanya masalah diantara manajer
dan pemegang saham disebut masalah agensi (agency problem). Dalam konsep theory
of the firm (Jensen dan Meckling, 1976), adanya agency problem tersebut akan
menyebabkan tidak tercapainya tujuan keuangan perusahaan, yaitu meningkatkan
nilai perusahaan dengan cara memaksimumkan kekayaan pemegang saham.
beberapa peneliti. Penelitian yang dilakukan Jensen dan Meckling (1976)
mengemukakan bahwa semakin besar kepemilikan oleh manajemen, maka semakin
berkurang kecenderungan manajemen untuk tidak mengoptimalkan penggunaan
sumber daya. Penelitian yang lain dilakukan oleh Demsetz dan Villalonga (2001)
menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan saham
terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan Stulz menemukan bahwa
pada tingkat kepemilikan saham oleh manajer dalam jumlah yang rendah, nilai
perusahaan akan meningkat karena menurunnya insentif manajer untuk bertindak
konsumtif karena adanya pengawasan dari berbagai pihak, tetapi ketika kepemilikan
saham perusahaan tinggi maka meningkatnya kepemilikan manajerial akan
menimbulkan adanya management entrenchment yaitu suatu posisi kepemilikan
di mana manajer dapat dengan bebas memaksimumkan utilitasnya tanpa takut adanya
akuisisi dari perusahaan lain.
Selanjutnya Jensen dan Meckling (1976) menyatakan penyebab konflik antara
manajer dengan pemegang saham adalah perbedaan dalam pembuatan keputusan
yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision) dan pembuatan
keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh diinvestasikan.
Dalam aktivitas pencarian dana, manajemen menginginkan untuk mencari sumber
pendanaan dengan biaya sekecil mungkin sehingga mampu meningkatkan laba
perusahaan. Dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan dana yang
diperoleh, manajer cenderung memilih untuk menginvestasikan dananya pada proyek
tinggi karena resiko yang tinggi mencerminkan return yang akan diperoleh juga
tinggi.
Masalah keagenan bisa terjadi karena adanya Asymmetric information antara
pemilik dan manajer, yaitu ketika salah satu pihak memiliki informasi yang tidak
dimiliki oleh pihak lain, informasi ini sangat dibutuhkan terutama pada pasar modal
dengan efisiensi kuat. Berbagai cara dapat dilakukan oleh manajer untuk memiliki
informasi lebih dibanding investor, akibatnya investor tidak yakin terhadap kualitas
perusahaan dan tidak mau membeli saham perusahaan sehingga harga saham
perusahaan menjadi turun. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham
dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat
mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan
munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan memunculkan biaya yang disebut
agency cost. Biaya keagenan yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengawasi
kinerja manajemen menjadi beban bagi perusahaan sehingga akan mengurangi laba
yang dihasilkan yang berakibat pada penurunan nilai perusahaan. Oleh karena itu
adanya konflik agensi ini harus diminimalisasi dengan berbagai strategi agar nilai
perusahaan tinggi.
Anderson & Reeb (2002) mengatakan bahwa perusahaan yang dikendalikan
oleh keluarga mempunyai struktur yang menyebabkan berkurangnya konflik agensi
antara pemegang saham dan kreditur, di mana kreditur menganggap kepemilikan
keluarga lebih melindungi kepentingan kreditur. Hasil penelitian Arifin (2005)
negara atau institusi keuangan masalah agensinya lebih baik jika dibandingkan
perusahaan yang dikontrol oleh publik atau tanpa pengendali utama. Menurutnya,
dalam perusahaan yang dikendalikan keluarga, masalah agensinya lebih kecil karena
berkurangnya konflik antara principal dan agent. Jika kepemilikan keluarga lebih
efisien, maka pada perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang tinggi pengelolaan
laba yang oportunis dapat dibatasi. Pengendalian yang lebih efisien dalam
kepemilikan keluarga tersebut besar kemungkinan tidak berlaku di perusahaan
konglomerasi seperti yang banyak terdapat di Indonesia. Untuk perusahaan
konglomerasi, biasanya sebagian besar kekayaan pemilik tidak berada di satu
perusahaan, tetapi tersebar di berbagai perusahaan. Jika hanya sedikit kekayaan
pemilik yang berada di perusahaan yang go public, maka walaupun perusahaan go
public tersebut dikendalikan keluarga, tetapi pengelolaan laba yang oportunistik
mungkin justru tinggi. Kemungkinannya karena perusahaan yang go public tersebut
hanya dijadikan sebagai sarana untuk mengumpulkan dana dari masyarakat untuk
digunakan oleh kelompok perusahaannya di Indonesia.
2.1.4. Teori Agensi (Agency Theory)
Teori agensi (agency theory) berkaitan dengan hubungan principal dan agent
dengan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan (Jensen and
Meckling, 1976), perbedaan antara penyetor modal (Smith and Warner, 1979),
pemisahan penanggung resiko, pembuatan keputusan dan pengendalian fungsi-fungsi
dalam perusahaan (Fama and Jensen, 1983). Adanya pemisahan kepemilikan dan
Menurut (Scott, 2000) ada dua jenis asymmetric information, yaitu: adverse selection
dan moral hazard.
Adverse selection adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric
information) di mana satu orang atau lebih pelaku-pelaku transaksi bisnis atau
transaksi-transaksi yang potensial mempunyai informasi lebih atas yang lain (Scott,
2000). Ketimpangan pengetahuan informasi perusahaan ini dapat menimbulkan
masalah dalam transaksi pasar modal karena investor tidak mempunyai informasi
yang cukup dalam pengambilan keputusan investasinya. Sedangkan moral hazard
adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric information) di mana satu orang
atau lebih pelaku-pelaku bisnis atau transaksi-transaksi potensial yang dapat
mengamati kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain
(Scott, 2000). Masalah moral hazard ini terjadi karena pihak-pihak di luar perusahaan
(investor) mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada manajer tetapi investor
tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian
tersebut.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Bukti penelitian empiris yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti tentang
pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan manajerial terhadap struktur
modal. Shin Driffield, et.al (2007) melakukan penelitian dengan judul How Does
Ownership structure affect capital structure and firm value. Variabel dependennya
diukur dengan menggunakan rasio Tobins’Q, sedangkan variabel independennya
adalah stuktur kepemilikan. Dalam penelitiannya menggunakan variabel kontrol yang
berfungsi untuk mengontrol hubungan antara variabel dependen terhadap variabel
independen, variabel kontrol tersebut terdiri dari ukuran perusahaan (log total asset),
umur perusahaan, investasi dan kesempatan pertumbuhan. Hasilnya menunjukkan
bahwa adanya pengaruh yang signifikan untuk struktur kepemilikan terhadap
leverage (DAR) dan nilai perusahaan (Tobin’Q).
Sriwardany (2006) meneliti dengan judul pengaruh pertumbuhan perusahaan
terhadap kebijaksanaan struktur modal dan dampaknya terhadap perubahan harga
saham pada perusahaan manufaktur Tbk. Variabel dependennya adalah perubahan
harga saham, variabel independennya adalah pertumbuhan perusahaan yang diukur
dengan menggunakan Tobins’Q, variabel interveningnya adalah kebijaksanaan
struktur modal yang diukur dengan menggunakan debt to asset ratio (DAR). Hasilnya
menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang positif
terhadap perubahan harga saham. Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh
yang negatif terhadap kebijaksanaan struktur modal, yang memberi arti bahwa jika
perusahaan akan melakukan pertumbuhan maka manajer akan menetapkan struktur
modal yang lebih banyak menggunakan ekuitas dari pada hutang. Struktur modal
mempunyai pengaruh negatif terhadap harga perubahan harga saham, yang memberi
arti bahwa jika kebijaksanaan struktur modal perusahaan lebih banyak menggunakan
hutang maka akan terjadi penurunan harga saham. Pertumbuhan perusahaan
Erlina (2006) menemukan bukti yang tidak konsisten antara masa sebelum
krisis, masa krisis dan masa setelah krisis. Pada masa sebelum krisis, pemilikan
manajer tidak berperanan sebagai variabel yang memperkuat hubungan antara
kesempatan tumbuh dengan kebijakan struktur modal. Akan tetapi pada krisis dan
setelah krisis, pemilikan manajer berperanan sebagai variabel yang memperkuat
hubungan tersebut. Kesimpulannya adalah kepemilikan manajer memperkuat
hubungan antara kesempatan tumbuh dengan kebijakan struktur modal pada masa,
Rincian hasil penelitian terdahulu yang diuraikan di atas adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu
No. Tahun Peneliti
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah seperti yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, maka dibangun kerangka pemikiran dalam gambar
di bawah ini. Model dalam kerangka pemikiran berisi tiga komponen, yaitu:
1. Pertumbuhan Perusahaan.
2. Struktur Modal.
3. Kepemilikan Manajerial.
,,l;l;
Gambar 3.1. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Struktur Modal dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating
Pertumbuhan Perusahaan
(X1)
Kepemilikan Manajerial (X2)
Teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan
pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang
bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Setiap keputusan pendanaan
mengharuskan manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya
dari sumber-sumber dana yang akan dipilih. Sumber pendanaan di dalam perusahaan
dibagi kedalam dua kategori, yaitu sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan
eksternal. Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi
aktiva tetap sedangkan sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para kreditur
yang disebut dengan hutang.
Trade-off theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada
di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai
perusahaan. Sebaliknya, setiap jika posisi struktur modal berada di atas titik optimal
maka setiap penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage,
sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi
biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen
perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah
sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan
hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur.
Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk
ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin
menyatakan bahwa konflik keagenan disebabkan adanya pemisahan kepemilikan dan
pengendalian dalam perusahaan. Dinyatakan bahwa semakin terkonsentrasi
kepemilikan perusahaan pada satu orang maka kendali akan menjadi semakin kuat
dan cenderung menekan konflik keagenan. Kepemilikan manajerial merupakan isu
penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976)
yang menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam
suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi
kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri.
3.2. Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut: pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap struktur
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menguji hipotesis, maka desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal. Desain kausal
berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2000).
4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
sebelumnya bernama Bursa Efek Jakarta yang berada di Jakarta. Sedangkan waktu
penelitian dalam penelitian ini periode tahun 2005-2007.
4.3. Populasi dan Sampel
Penentuan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Jasa
terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang terdiri dari perusahaan: Securities, Insurance,
Banking, Transportation Services, Telecommunication, Insurance dan Credit
Agencies Other than Bank, hotel, Holding and other Investment companies,
Construction, Mining services, others. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory, jumlah perusahaan jasa yang terdaftar dari
penelitian ini adalah 102 perusahaan. Penentuan sampel dalam penelitian ini
berdasarkan pada metode purposive sampling, di mana sampel perusahaan dipilih
berdasarkan pada kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih
sampel adalah perusahaan jasa sebagai berikut:
1.Menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2005-2007 secara berturut-turut.
2.Memiliki nilai ekuitas positif dalam laporan keuangan periode penelitian dari
tahun 2005-2007.
3.Memiliki nilai data closing price dalam laporan keuangan periode penelitian dari
tahun 2005-2007.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data tersebut diperoleh dengan cara studi
dokumentasi yang berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dari
tahun 2005-2007. Jenis data gabungan data cross section dan time series yang disebut
dengan data puling.
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
4.5.1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai variabel dependen adalah
pertumbuhan perusahaan (X) dan variabel moderating adalah kepemilikan manajerial
(M).
4.5.2. Definisi Operasional Variabel
4.5.2.1. Pertumbuhan perusahaan (X1)
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan size, yang dapat diproksikan dengan adanya peningkatan aktiva
ekuitas, laba dan penjualan serta nilai Tobins’Q. Perusahaan dikatakan tumbuh jika
nilai Tobins’Q lebih besar atau sama dengan 1, dan dikatakan tidak tumbuh jika
mempunyai nilai lebih kecil dari 1. Tobin’Q telah digunakan untuk mengukur
kesempatan tumbuh yang tidak dapat diamati pihak luar perusahaan (Adam dan
Goyal, 2003 dalam Erlina, 2006).
Tobins’Q dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
Total debt = Total hutang perusahaan per 31 Desember
Outstanding share = Jumlah saham yang beredar per 31 Desember
Closing price = Harga penutupan saham per 31 Desember
Book Value of Asset = Total asset perusahaan per 31 Desember
Parameter dalam variabel pertumbuhan perusahaan ini adalah skala rasio.
Total debt + (Outstanding share x Closing Price)
Tobins’Q =---
4.5.2.2. Struktur modal (Y)
Struktur modal merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki
perusahaan terhadap total asset perusahaan. Proksi dari struktur modal yaitu jumlah
hutang atas jumlah asset. Pengukuran ini telah digunakan oleh (Pandey, 2002; Erlina,
2006). Hal ini digunakan karena Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang
sering menggantikan hutang jangka pendek menjadi hutang jangka panjang dan roll
over hutang jangka pendek (Husnan, 2001; Pandey, 2002).
Capital Stucture
Assets Total
Debt Total
Parameter dalam variabel struktur modal ini adalah skala rasio.
4.5.2.3. Kepemilikan manajerial (X2)
Proksi dari pemilikan manajer diukur dari persentase jumlah saham yang
dimiliki oleh manajer pada akhir tahun, berbanding jumlah saham perusahaan.
Pengukuran ini telah digunakan oleh (Erlina, 2006).
Jumlah saham yang dimiliki manajer
Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel
Nama Variabel Definisi Operasional Pengukuran
Variabel
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan
model regresi dan Moderating Regression Analysis (MRA). Untuk dapat melakukan
analisis dengan model penelitian. Dengan demikian model penelitian ini harus
memenuhi syarat uji asumsi klasik.
4.6.1. Pengujian Asumsi Klasik
Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis
regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi kedalam sebuah model yang
telah dimasukkan ke dalam serangkaian data. Masalah ini sering disebut dengan
4.6.1.1. Uji normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi dalam
penelitian, antara variabel dependen dengan variabel independen keduanya memiliki
distribusi normal atau tidak. Untuk dapat dianalisis data harus berdistribusi normal
atau mendekati normal. Cara mendeteksi normalitas adalah dengan pengamatan
melalui nilai residual. Cara lain adalah dengan melihat distribusi dari
variabel-variabel yang akan diteliti. Jika variabel-variabel tidak berdistribusi secara normal (menceng
kekiri atau menceng kekanan) maka hasil uji statistik akan terdegradasi. Normalitas
suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik sedangkan
normalitas nilai residual dideteksi dengan metode grafik. Secara statistik ada dua
komponen normalitas yaitu skewness dan kurtosis. Skewness berhubungan dengan
simetris distribusi. Skewed variabel (variabel menceng) adalah variabel yang nilai
mean-nya tidak di tengah-tengah distribusi. Sedangkan kurtosis berhubungan dengan
puncak dari suatu distribusi. Jika variabel terdistribusi secara normal maka nilai
skewness dan kurtosis sama dengan nol (Ghozali, 2001). Normalitas variabel
dideteksi juga dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan cara
melihat nilai probabilitas signifikan yang bernilai di atas nilai 0.05 maka data
berdistribusi normal dan selain itu juga dengan metode grafik histogram data.
Jika data tidak berdistribusi normal, maka dapat dilakukan transformasi agar
menjadi normal. Untuk menormalkan data harus diketahui terlebih dahulu bagaimana
bentuk grafik histogram dari data yang ada apakah moderate positive skewness,
sebagainya. Dengan mengetahui bentuk grafik histogram data, maka dapat ditentukan
bentuk transformasinya. Setelah dilakukan transformasi data maka, normalitas data
dilihat kembali dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan
dilanjutkan dengan melihat metode grafik histogram data. Normalitas nilai residual
dilihat dengan menggunakan metode grafik normalitas P-P Plot dengan aturan
melihat sebaran data yang mengikuti garis diagonal maka data berdistribusi normal
atau mendekati distribusi normal.
4.6.1.2. Uji autokorelasi
Pada asumsi OLS didapati kesepakatan bahwa persamaan regresi yang
terbentuk tidak boleh ada autokorelasi. Uji autokorelasi merupakan korelasi antara
anggota dalam runtut waktu (time series) atau antara space data cross section
(Hakim, 2004: 253).
Cara mendeteksi adanya gejala autokorelasi adalah dengan melihat nilai
Durbin-Watson. Asumsi penggunaan analisis DW ini jika digunakan untuk
autokorelasi tingkat pertama dan model regresi yang ada mempunyai intercept
(constant) serta tidak terdapat variabel lagi. Penggambilan keputusan bila
menggunakan uji DW adalah sebagai berikut:
a. Nilai DW terletak di antara du dan 4-du maka autokorelasi sama dengan nol, dan
dapat diartikan tidak ada autokorelasi. du < DW < 4-du.
b. Nilai DW terletak di bawah lower boud (dl), maka akan mempunyai koefisien
c. Nilai DW > (4-dl), maka koefisien korelasi kurang dari nol, sehingga memiliki
autokorelasi negatif.
d. Nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau terletak
antara (4-du) dan (4-dl) sehingga hasilnya tak dapat disimpulkan.
Cara untuk mengatasi autokorelasi adalah banyak cara salah satunya adalah
dengan menggunakan metode Hidrent-Lu, yaitu jika menemukan autokorelasi yang
positif atau negatif dari model yang ditelitinya maka dapat menggunakan ñ dimulai
dari -0.9, -0.8,…, 0.8, 0.9. Untuk setiap nilai ñ yang dicoba, dilakukan proses
transformasi yang diikuti dengan perhitungan regresi yang bersangkutan. Dari setiap
hasil regresi kemudian diperoleh dan yang terbaik adalah melihat jumlah kuadrat
yang terkecil (sum of square residuals) dari model regresinya (Arief, 2006: 44).
4.6.1.3. Uji multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan fenomena situasi di mana ada korelasi antara
variabel independen satu dengan yang lainnya. Konsekuensi praktis yang timbul
sebagai akibat adanya multikolinearitas ini adalah kesalahan standar penaksir
semakin besar dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar
sehingga mengakibatkan diperolehnya kesimpulan yang salah. Dalam asumsi klasik
OLS (ordinary least square) diterangkan bahwa tidak ada multikolinearitas yang
sempurna antarvariabel independen. Jika terdapat nilai korelasi di antara variabel
independen adalah satu maka koefisiennya: (a) Koefisien untuk nilai-nilai regresi
tidak dapat diperkirakan (b) Nilai standard error dari setiap koefisien regresi menjadi
Cara mendeteksi adanya gejala multikolinearitas adalah dengan menggunakan
metode Varian Inflation Factor (VIF). Adapun kriteria yang digunakan dalam
pengujian metode VIF ini adalah jika VIF> 10 terjadi multikolinearitas yang tinggi
antara variabel independen dengan variabel independen lainnya (Hakim, 2004).
Cara mengatasi multikolinearitas adalah: (a) Transformasi variabel. Jika
terlihat pada model awal dengan adanya gejala multikolinieritas maka dapat
dilakukan transformasi variabel yang bersangkutan ke dalam bentuk logaritma natural
atau bentuk-bentuk transformasi lainnya, sehingga nilai t hitung yang dihasilkan
secara individu variabel independen dapat secara signifikan mempengaruhi variabel
terkait, (b) Meningkatkan jumlah data sampel. Dengan adanya peningkatan jumlah
data sampel diharapkan mampu menurunkan standard error di setiap variabel
independen dan akan diperoleh model yang benar-benar bisa menaksir koefisien
regresi secara tepat (Arief, 2006).
4.6.1.4. Uji heterokedastisitas
Langkah ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi yang kita
miliki mengandung perbedaan variansi residu dari kasus pengamatan satu kasus ke
kasus pengamatan yang lainnya. Jika variansi residu dari kasus pengamatan satu ke
kasus pengamatan yang lainnya mempunyai nilai tetap maka disebut
homokedastisitas dan jika mempunyai perbedaan maka disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki homoskedastisitas dan
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik plot antara nilai residu variabel dependen (SRESID) dengan nilai
prediksi (ZPRED) (Santoso, 2006). Dasar analisisnya: (a) Jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
(b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain itu gejala
heteroskedastisitas dapat juga diuji dengan Uji Glesjer.
Cara mengatasi masalah heteroskedastisitas adalah: (a) Melakukan
transformasi dalam bentuk membagikan model regresi asal dengan salah satu variabel
independen yang digunakan dalam model ini. (b) Melakukan transformasi log (Arief,
2006).
4.6.2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dengan menggunakan Moderating Regression Analysis
(MRA). Menurut Sharma, untuk menguji apakah variabel dapat dikatakan sebagai
variabel moderating dapat digunakan Moderating Regression Analysis (MRA)
dengan metode interaksi dan persamaan statistik yang digunakan untuk menentukan
variabel-variabel moderating yang mendukung hubungan antara peluang tumbuh
perusahaan dengan kebijaksanaan struktur modal.
Persamaannya adalah:
Di mana:
Y = Struktur modal
â0 = Konstanta
â1 = Koefisien Regresi Pertumbuhan Perusahaan
X1 = Pertumbuhan Perusahaan
â2 = Koefisien Regresi Kepemilikan Manajerial
X2 = Kepemilikan Manajerial
â3 = Koefisien Regresi Pertumbuhan Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial
X1* X2 = Interaksi antara X1 dan X2
:
= Standard Error
Adapun kriteria pengujian MRA yang digunakan sebagai dasar untuk
memastikan apakah variabel kepemilikan manajerial benar-benar merupakan variabel
moderator (Sharma, 1981 dalam Erlina, 2008) adalah:
Jika persamaan 2 dan 3 tidak secara signifikan berbeda â3 =0 dan â2 tidak
sama dengan 0, maka kepemilikan manajerial bukan variabel moderating. Variabel
kepemilikan manajerial disebut pure moderating jika persamaan 1 dan 2 tidak
berbeda, tetapi berbeda dengan persamaan 3, yaitu â2 =0 dan â3 tidak sama dengan 0
Variabel kepemilikan manajerial diklasifikasikan sebagai quasi moderator Jika
persamaan jika persamaan 1, 2, dan 3 masing-masing berbeda yaitu â2 dan â3 tidak
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah pertumbuhan perusahaan
berpengaruh terhadap struktur modal dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel
moderating pada perusahaan jasa di Bursa Efek Jakarta. Variabel bebas yang
digunakan dalam analisis ini adalah Pertumbuhan Perusahaan (X1), variabel
moderating Kepemilikan Manajerial (X2) dan variabel dependen yaitu Struktur
Modal (Y). Agar dapat menggambarkan kondisi data penelitian maka dapat
digunakan teknik statistik deskriptif berikut:
5.1.1. Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada Lampiran 2 (dua)
di mana hasil uji regresi berganda dan statistik deskriptif untuk setiap variabel yang
dianalisis disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SM_Y 306 .00 1.44 .5870 .25471
X1 306 .10 17.40 1.2699 1.18256
X2 72 .02 53.15 4.2838 9.68048
Valid N (listwise) 72
Dari sampel yang diperoleh diketahui bahwa secara umum rata-rata tingkat
kebijaksanaan struktur modal (Y) tahun 2005-2007 adalah sebesar 58%, tertinggi
sebesar 143,5% dan yang terendah 0.003%. Tingkat penyimpangan standar (standard
deviation) dari rata-rata sebesar 25.47%. Kondisi struktur modal perusahaan sampel
berdasarkan nilai rata-rata tersebut dalam kondisi yang baik karena tidak memiliki
nilai yang negartif.
Rata-rata pertumbuhan perusahaan (X1) yang diukur dengan Tobin Q dalam
kurun waktu 2005-2007 sebesar 1.26, tertinggi sebesar 17.40 dan terendah sebesar
0.10.-dengan standard deviasi dari rata-rata sebesar 1.18.-. Dengan demikian tingkat
pertumbuhan perusahaan tidak ada yang memiliki nilai negatif sehingga adanya
kecenderungan perusahaan terus tumbuh.
Rata-rata kepemilikan manajerial (X2) selama tahun 2005–2007 sebanyak
4.28%, tertinggi sebanyak 53.15% dan terendah sebanyak 0.02%. Dengan standar
deviasi dari rata-rata sebanyak 9.68%. Dengan demikian jumlah saham yang dimiliki
oleh manajer pada akhir tahun jumlahnya masih dominan dibanding dengan jumlah
saham perusahaan.
5.1.2. Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2005) untuk menghasilkan suatu analisis data yang akurat,
suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari asumsi-asumsi klasik yang harus
dipenuhi antara lain uji autokorelasi, normalitas, multikolinearitas dan
5.1.2.1. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji
Normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel pengganggu atau
residual berdistribusi normal. Untuk itu dilakukan uji one sample Kolmogorov
Smirnov Test. Adapun hasil pengujian terdapat pada Tabel 5.2 berikut:
Tabel 5.2. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 5.2 tersebut terlihat besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 1.668 dan signifikan pada 0.068. Hal ini berarti H0
ditolak yang berarti data residual berdistribusi normal. Selain itu dapat diuji dengan
Gambar 5.1. Normalitas dengan PP Plot
Berdasarkan Gambar 5.1 tersebut titik-tik menyebar di sekitar garis diagonal
tidak membentuk pola acak yang bermakna residual memiliki varians yang
terdistribusi normal.
Selain menggunakan Gambar Normal P-P Plot, juga dapat digunakan Grafik
Histogram yang terdapat pada Gambar 5.2 berikut:
Berdasarkan Gambar 5.2 tersebut menunjukkan variabel pengganggu atau
residual berada di sekitar diagram distribusi normal.
5.1.2.2. Uji multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara
satu variabel bebas dengan variabel bebas lain. Jika terjadi multikolinearitas, akan
mengakibatkan timbulnya kesalahan standard penaksir dan probabilitas untuk
menerima hipotesis yang salah semakin besar. Menurut Ghozali (2005) salah satu
cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan melakukan uji VIF
(Variance Inflation Factor) yaitu jika VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance
tidak kurang dari 1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS atas data yang diperoleh, dapat dilihat pada
Tabel 5.3 berikut:
Tabel 5.3. Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing
variabel adalah <10 dan Tolerance tidak lebih dari 1. Hal ini membuktikan bahwa
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala
5.1.2.3. Uji autokorelasi
Gejala Autokorelasi diditeksi dengan menggunakan uji Durbin - Watson
(DW). Menurut Santoso (2005: 241), untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi
maka dilakukan pengujian Durbin - Watson (DW). Nilai d tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan nilai dtabel dengan tingkat signifikansi 5% dengan df = n-k-1.
Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai DW sebesar 2,132, berarti data tidak terkena
autokorelasi.
Tabel 5.4. Nilai Durbin-Watson
Model R
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .394a .24195888 2.132
a. Predictors: (Constant), X1_x_X2, X1, X2 b. Dependent Variable: SM_Y
Sumber: Hasil Output SPSS (Lampiran 2)
Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, untuk mengetahui adanya autokorelasi
digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria dari tabel Durbin-Watson terlihat Nilai
DW sebesar 2,132 di mana dari 306 observasi diperoleh tabel DW nilai DL = 1,748
dan DU=1,789 dan nilai 4-dL dan 4-dU (2,252 dan 2,211). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa nilai du < DW < 4-du atau 1,748 <2,132 < 2.211) yang artinya
tidak terjadi autokorelasi karena nilainya berada dikisaran interval 1,748 dan 2,211.
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson (D-W)
sebesar 2.132, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif
5.1.2.4. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadinya
heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan uji Glesjer. Uji Glesjer dilakukan untuk melihat
apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain dapat dilakukan dengan Uji Glesjer yang
terdapat pada Tabel 5.5 dan Tabel 5.6 berikut:
Tabel 5.5. Uji Glesjer (1)
a. Predictors: (Constant), X1_x_X2, X1, X2 b. Dependent Variable: A_Res
Berdasarkan Tabel 5.5 dan Tabel 5.6 di atas tingkat signifikansi variabel
independen terhadap absolut residualnya lebih besar dari alpha 5% (0.224, 0.224 dan
0,171). Dengan demikian tidak terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain atau dengan kata lain tidak terjadi gejala
Heteroskedastisitas (varians dari residual Homoskedastisitas).
5.1.3. Pengujian Hipotesis
Variabel yang berpengaruh signifikan adalah pertumbuhan perusahaan (X1)
dan kepemilikan manajerial yang dipengaruhi oleh pertumbuhan perusahaan. Hal
tersebut terdapat pada Tabel 5.7 berikut:
Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Uji T
Coefficientsa
Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa thitung variabel Kepemilikan
Manajerial_X2 sebesar 3.183 sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan 95% adalah
-3.183 (-3.183 > 1.645). Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak. Dengan demikian daerah
penerimaan hipotesis berada di luar daerah penerimaan H0. Begitu juga variabel
Kepemilikan Manajerial yang dipengaruhi oleh pertumbuhan perusahaan (X1_x_X2)
>1.645). Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak. Dengan demikian daerah penerimaan
hipotesis berada di luar daerah penerimaan H0.
Sedangkan variabel Pertumbuhan Perusahaan (X1) tidak berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal dengan koefisien sebesar 0.257 sedangkan ttabel
pada tingkat keyakinan 95% adalah 0.257(0.257< 1.645). Karena thitung < ttabel maka
H0 diterima. Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada di dalam daerah
penerimaan H0.
Tidak signifikannya pertumbuhan perusahan (X1), hal ini disebabkan karena
adanya beberapa pemegang saham tidak menginginkan perusahaannya menjadi
market leader dalam sektor industri. Untuk menjadi market leader perusahaan harus
melakukan ekspansi dan berinovasi. Motivasi ini memaksa manajemen untuk
meningkatkan penggunaan sumber dana eksternal yaitu hutang. Hutang dianggap
mempunyai kemampuan yang memadai untuk menyediakan dana dibandingkan
sumber dana internal untuk pendanaan ekspansi dan inovasi-inovasi yang dibutuhkan
untuk perkembangan dan pertumbuhan perusahaan.
Setelah melakukan pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa model yang
diajukan di dalam penelitian ini yang diuji dengan metode regresi berganda,
Pengujian ini untuk melihat signifikansi model serta tingkat pengaruh antara variabel
yang diteliti. Pengujian model ini digunkaan untuk menguji hipotesis yang diajukan
di dalam penelitian. Dari Tabel coefficient perhitungan Uji t di atas maka model
Y = 0,581+ 1,813E-8 X
1+ 0.010 X
2- 2,956E-8 -X
1_x_X
2+
å
Hasil perhitungan uji t tersebut menunjukkan secara parsial hanya variabel
Kepemilikan Manajerial (X2) dengan tingkat signifikansinya di bawah 0.05 (sig
0.002) dan variabel Kepemilikan Manajerial yang dipengaruhi oleh pertumbuhan
perusahaan (X1_x_X2) dengan tingkat signifikansinya di bawah 0.05 (sig 0.007).
Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada di luar daerah penerimaan H0.
Pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial terhadap harga saham adalah
sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar 0.581 artinya apabila nilai X1, X2, dan X1_x_X2 bernilai
nol, maka nilai Struktur Modal akan sebesar 0.581.
2. Koefisien regresi variabel X1 sebesar 1,813E-8 bermakna jika variabel X1
meningkat 1%, maka akan menaikkan satu satuan variabel X1 sebesar 1,813E-8%
dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.
3. Koefisien regresi X2 sebesar 0.010 memberikan pengertian bahwa perubahan X2
sebanyak 1% akan memberikan dampak kenaikan nilai struktur modal sebesar
0.010% dengan arah yang sama.
4. Koefisien regresi X1_x_X2 sebesar -2.956E-8 memberikan pengertian bahwa
perubahan X1_x_X2 sebanyak 1% akan memberikan dampak sebesar -2.956E-8%