• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASIONALISME DALAM KARYA SAJAK SITOR SITUMORANG PADA TAHUN 1966-1998.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASIONALISME DALAM KARYA SAJAK SITOR SITUMORANG PADA TAHUN 1966-1998."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

NASIONALISME DALAM KARYA SAJAK

SITOR SITUMORANG PADA TAHUN 1966-1998

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

Dosriani Damanik

NIM. 308121050

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak sastrawan Indonesia yang terkenal di luar negeri tetapi tidak

dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tokoh Satrawan angkatan 45 yang terkenal di

kalangan masyarakat hanyalah Chairil Anwar. Padahal masih banyak tokoh-tokoh

lain selain dia misalnya Idrus, Asrul Sani dan Sitor situmorang.

Di antara nama-nama sastrawan yang tak terlupakan dalam sejarah sastra

Indonesia diantaranya adalah Sitor Situmorang. Sitor Situmorang menempati

kedudukan yang istimewa di dalam dunia sastra, tetapi banyak masyarakat yang

tidak mengenalnya. Sitor situmorang adalah nama yang penting dalam perjalanan

puisi modern Indonesia. Setelah Chairil Anwar, Sitor Situmorang adalah penyair

Angkatan ’45 yang terkemuka. Bahkan pengamat sastra dari Australia, Harry

Aveling, menyebutnya sebagai penyair Indonesia terkuat.

Banyak para tokoh sastrawan yang menyatakan bahwa karya- karya Sitor

sangat berarti dan bersifat nasionalisme, juga mengandung nilai sejarah yang

tinggi sehingga dapat menjadi dasar untuk mengetahui peristiwa yang terjadi pada

saat itu. Inilah yang menjadi pendorong sehingga penulis pada kesempatan ini

akan mengkaji tentang nasionalisme yang terkandung dalam sajak-sajak Sitor

Situmorang seorang sastrawan angkatan 45.

Setiap tahun sajak-sajak Sitor Situmorang muncul bagaikan luncuran

(5)

Indonesia yang paling banyak menerbitkan puisi. Pada era ini, Sitor menyebut

proses kreatifnya sebagai arus waktu yang bergemuruh dan bergaung, yang

bagaikan “tanggul jebol yang tak mampu dibendung yang artinya sebuah kegiatan

yang tidak bisa dihentikan”.

Sitor Situmorang lahir pada tanggal 2 oktober 1942, di desa Harianboho,

sebuah lembah kecil di kaki Pusuk Buhit sebelah barat Danau Toba, menghadap

Samosir. Selain sebagai seorang Sastrawan, Sitor Situmorang juga terlibat dalam

dunia perpolitikan yaitu ikut sertanya dalam pembentukan Komite Nasional

daerah Tapanuli, sebagai Staf. Dia mendapat tempat di bagian penerangannya.

Komite ini menerbitkan berkala (3 kali seminggu) di percetakan yang sederhana

yaitu Suara Nasional. Inilah yang menjadi awalnya pertama kalinya Sitor

Situmorang menginjakkan kaki di atas tangga karir “tulis- menulis”

Sitor situmorang mulai menjelajahi dunia satrawan sejak tahun 1948, pada

saat Sitor berkerja di Harian Waspada Medan. Pada tahun 1966, sitor pernah

berhenti dari kegiatan menulisnya karena dia berada dalam penjara dan pada tahun

1975 kembali ke dunia sastra. Sekembalinya beliau ke dunia sastra, dia sangat

produktif dan mengembara ke berbagai daerah baik dalam negeri dan luar negeri.

Selama berada di luar negeri, beliau banyak menulis sajak-sajak yang

mengungkapkan kerinduan dan kekagumannya akan tanah kelahirannya dan

(6)

Inilah yang menjadi alasan penulis mengambil awal tahun judul skripsi ini

pada tahun 1966 dan berakhir pada tahun 1998 karena penulis ingin mengetahui

nasionalisme Sitor situmorang dari sajak-sajaknya yang ditulis dalam rentang

waktu itu. Dengan demikian penulis megambil judul penelitian “Nasionalisme Dalam Karya Sajak Sitor Situmorang Pada Tahun 1966-1998”.

B.

Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses awal penulisan karya sajak-sajak Sitor Situmorang?

2. Bagaimana nasionalisme Sitor Situmorang berdasarkan sajak-sajak yang

telah ditulisnya pada masa pemerintahan Soekarno?

3. Bagaimana nasionalisme Sitor Situmorang berdasarkan sajak-sajak yang

telah ditulisnya pada tahun 1966-1998?

4. Bagaimana pengaruh dari penerbitan sajak- sajak Sitor Situmorang

terhadap nasionalisme bangsa Indonesia?

5. Bagaimana pengaruh dari penerbitan sajak- sajak Sitor Situmorang

terhadap perkembangan sastrawan bangsa Indonesia?

C. Pembatasan Masalah

Karena luasnya permasalahan yang akan dikaji, maka perlu kiranya

(7)

D.

Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses awal penulisan karya sajak-sajak Sitor Situmorang?

2. Bagaimana nasionalisme Sitor Situmorang berdasarkan sajak-sajak

yang telah ditulisnya pada tahun 1966 – 1998?

3. Bagaimana pengaruh dari penerbitan sajak- sajak Sitor Situmorang

terhadap nasionalisme bangsa Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui awal penulisan karya sajak-sajak Sitor Situmorang.

2. Untuk mengetahui tentang gagasan-gagasan dan bentuk nasionalisme

Sitor Situmorang berdasarkan sajak-sajak yang telah ditulisnya pada

tahun 1966-1998.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari penerbitan sajak- sajak Sitor

Situmorang terhadap perkembangan nasionalisme bangsa Indonesia.

F.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian sering diidentifikasikan dengan tujuan penelitian, oleh

sebab itu perlu dijelaskan manfaat penelitian dari penulis ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang sejarah awal perkembangan sajak- sajak

(8)

2. Memberikan informasi tentang gagasan-gagasan dan bentuk nasionalisme

dari Sitor Situmorang berdasarkan sajak-sajak yang telah ditulisnya pada

tahun 1966 – 1998.

3. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk referensi bagi penelitian

(9)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

1. Sitor Situmorang adalah seorang sastrawan angatan 45 yang paling produktif

dimana hingga tahun 2005, Dia sudah menulis lebih dari 600 sajak. Awal

penulisan sajak ini dimulai sejak Dia berada di dunia dunia kewartawanan.

yaitu di Surat kabat ANTARA di Pematang Siantar pada tahun 1942. Tetapi

bakat kepenyairannya sudah ada sejak kecil yaitu melalui kedekatan dan

penghayatannya pada acara-acara adat di tempat tinggalnya. Acara yang sering

didengarkannya adalah ibu-ibu mangandung. Selain dari itu adalah

kebiasaanya membaca banyak buku-buku sastra dan sejarah sejak Dia sekolah

di Batavia. Sitor terkenal di dunia sastar sejak kepulangannya dari Belanda

sebagai undangan Sticusa (Stichting culture samen werking) ke Belanda.

2. Sajak yang dituliskan oleh Sitor Situmorang banyak menceritakan

pengalaman, pengamatan atau pendengaran yang mengharukan perasaan.

Tema-tema yang menonjol dari sajak Sitor Situmorang antara lain adalah tema

keagamaan, cinta yang semu atau tidak kekal, pengembaraan, dan siklus abadi

kematian dan ehidupan. Dan sajak yang paling banyak ditulisnya adalah sajak

dengan tema pengembaraan karena Hobby dari Sitor Situmorang adalah

(10)

3. Setelah menganalisis beberapa karya sajak Sitor Situmorang yang ditulisnya

pada tahun 1966 – 1998, dapat disimpulkan bahwa Sitor Situmorang adalah

seorang tokoh yang memiliki nasionalisme terhadap bangsa Indonesia.

Meskipun Dia berada di negara lain yaitu Belanda, Dia tetap peduli terhadap

bangsa Indonesia. Tidak hanya dengan tanah kelahirannya Harianboho tetapi

dengan seluruh Nusantara Indonesia. Sitor Situmorang juda menuliskan

pengamatan atau pendengaran terhadap perkembangan Negara Indonesia sejak

kemerdekaan hingga pada masa orde baru pemerintahan Soeharto.

4. Penerbitan sajak- sajak Sitor Situmorang ini sangat menggugah hati bangsa

Indonesia terhadap perkembangan nasionalisme. Dimana ada beberapa sajak

Sitor Situmorang yang mengingatkan generasi-generasi penerus bangsa agar

bersiap-siap untuk menghadapi setiap perkembangan zaman. Generasi penerus

bangsa Indonesia yang sudah mengembangan nasionalisme karena terinspirasi

dari Sitor Situmorang yaitu Thompson Hutasoit yaitu seorang tokoh yang

berperan dalam pengembangan Pusat Latihan Opera Batak sekaligus sebagai

(11)

B.

Saran

1. Penulis menyaranan supaya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap

Nasionalisme dalam sajak-sajak Sitor Situmorang

2. Sajak dapat dijadikan sebagai sumber belajar di sekolah selain dari buku

bacaan Sejarah karena sajak dapat menceritakan peristiwa-peristiwa yang

terjadi di masa lampau dan menarik perhatian siswa karena menambah variasi

cara belajar.

3. Agar generasi muda sekarang membuka perhatian terhadap karya-karya sajak

karena sajak dapat membangkitkan rasa nasionalisme dan juga

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Sindy. 2011. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Yayasan Bung Karno; Jakarta

Alwi, Hasan dan Dendy. 1999. Telaah Bahasa Dan Sastra. Yayasan Obor Indonesia; Jakarta

Atmazaki. 1993. ANALISIS SAJAK Teori, Metodologi dan Aplikasi. Angkasa: Bandung

Dardjowidjojo, Soenjono. 1996. BAHASA NASIONAL KITA: Dari Sumpah Pemuda ke Pesta Emas Kemerdekaan 1928-1995. ITB; Bandung

Eryanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. LKiS: Yogyakarta

Gebels, Lambert. 2001. Soekarno Biografi 1901-1950. Grasindo; Jakarta

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional, Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme Jilid 2. Gramedia : Jakarta

Kartodirdjo, Sartono. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Gramedia : Jakarta

Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Ed ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Lumbangaol, Hotman,dkk. 2009. Sitor Situmorang: Mitos Dari Lembah Kekal. PT. Infomed Asih Jaya:

Parera, Frans M. 1982. Bung Tomo. Gramedia; Jakarta

(13)

Rizal, J.J. 2006. Sitor Situmorang : Kumpulan sajak 1980-2005 . Komunitas Bambu ; Jakarta

Satria, Wangsa Lalu Mara. 2004. Merebut Hati Rakyat: Melalui Nasionalisme, Demokrasi, Dan Pembangunan Ekonomi. Primedia Pustaka: Jakarta

Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Ombak : Yogyakarta

Sudjiman, Panuti. 1986. Kamus Istilah Sastra Indonesia. Gramedia: Jakarta

Sugono, Dendy. 2003. Ensiklopedia sastra Indonesia modern. PT. Remaja Rosda karya: Bandung

Sugono, Dendy. 2009. Buku praktis bahasa Indonesia jilid 2. Departemen Pendidikan nasional; Jakarta

Situmorang, Sitor. 1981. SITOR SITUMORANG Seorang Sastrawan Angkatan’45 Penyair Danau Toba. Komunitas Bambu; Jakarta

Snoek, Kees. 2004. Lembah kekal: sajak-sajak Sitor Situmorang dalam bahasa Indonesia dan terjemahan bahasa Belanda. Komunitas Bambu; Jakarta

Utomo, Cahyo Budi. 1995.

Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia

Dari Kebangkitan Hingga Kemerdekaan. IKIP Semarang Press: Semarang

Referensi

Dokumen terkait

Ayam tangkap merupakan makanan khas Aceh Besar, terbuat dari ayam yang di goreng dengan cabe hijau dan daun Teumuru atau Salam Koja atau Daun Kari (orang Aceh menyebutnya

ayam broiler yang optimal adalah 639 mg kelenjar hipofisa ayam broiler/kg berat ikan mas dengan persentase sulvival rate larva dugaan. maximal 99,78

Kegagalan indeks DMFT untuk menyediakan informasi tentang keadaan klinis pada karies yang tidak dirawat menjadi landasan untuk pengembangan indeks PUFA. 9 Indeks PUFA

(9) Mengambil gagasan orang lain tanpa memberikan anotasi yang cukup tentang sumbernya. Pembajakan atau yang disebut Piracy, adalah penyalinan atau penyebaran secara

Menurut Treffinger (dalam Munandar, 2004:35-36) dalam penelitiannya menemukan beberapa ciri kreatif pada diri anak, antara lain : (1) lebih terorganisir dalam tindakan dan

Salah satunya adalah bahasa Inggris dengan menggunakan media komputer seperti pembuatan program aplikasi kamus bahasa Inggris. Dalam pembuatan kamus Inggris-Indonesia menggunakan

Untuk  dapat  mengunjungi  website  dari  berbagai  lembaga,  perusahaan,  atau  person  kita  tidak  harus  mengetahui  nama  atau  alamat  website  tersebut. 

Abstrak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan PPL mahasiswa pada Fakultas Teknik,