• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

DILIHAT DARI ANGGARAN DASAR

TESIS

Oleh

LAURA GINTING 057011044/MKn

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM

PEMEGANG SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS

DILIHAT DARI ANGGARAN DASAR

T E S I S

Oleh

LAURA GINTING 057011044/MKn

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

DILIHAT DARI ANGGARAN DASAR

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan

dalam Program Studi Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

LAURA GINTING 057011044/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS DILIHAT DARI ANGGARAN DASAR Nama Mahasiswa : LAURA GINTING

Nomor Pokok : 057011044 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H.,M.S.,C.N) Ketua

(Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum) Anggota

(Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum) Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H.,M.S.,C.N) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(5)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N.

Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum. 2. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum.

(6)

ABSTRAK

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang dan/atau anggaran dasar sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 4 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). RUPS merupakan tempat berkumpulnya para pemegang saham untuk membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan perseroan, yang pelaksanaannya mengacu pada anggaran dasar selama belum diatur dalam UUPT. Oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang pengaturan RUPS di dalam anggaran dasar, dan pengaturan serta kedudukan RUPS tersebut di dalam UUPT.

Penelitian ini bersifat dekriptif analitis dengan pendekatan secara yuridis normatif dari ketentuan Anggaran Dasar dan Undang-Undang Perseroan Terbatas dalam kaitannya dengan pengaturan RUPS.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: anggaran dasar suatu perseroan adalah menetapkan hal-hal yang dianggap perlu dan yang belum diatur dalam peraturan yang ada. Oleh karena itu, dalam menyusun akta pendirian atau anggaran dasar harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya sehingga masalah mendasar dapat dituangkan secara jelas dan lengkap Anggaran Dasar merupakan hukum positif yang mengikat semua pemegang saham, dewan direksi dan dewan komisaris dalam pelaksanaan RUPS, dan kekuatan mengikat itu tidak dapat dikesampingkan oleh siapa pun juga, sekali pun diambil keputusan oleh RUPS dengan suara bulat. RUPS adalah organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam UUPT, dan RUPS mengangkat Direksi dan Komisaris. Kemudian keputusan-keputusan yang menyangkut struktur organisasi Perseroan, yaitu perubahan anggaran dasar, penggabungan, peleburan, pemisahan, pembubaran dan likuidasi Perseroan, hak kewajiban para pemegang saham, pengeluaran saham baru dan pembagian/ penggunaan keuntungan yang dibuat Perseroan sepenuhnya menjadi wewenang RUPS.

Disarankan agar para pihak yang terikat dalam perjanjian pada perseroan wajib mengetahui status pendirian dari suatu perseroan terbatas yang termuat dalam Anggaran Dasar, sehingga dalam pelaksanaan RUPS jelas terlihat kewenangan-kewenangan dari Direksi dalam pengelolaan perusahaan dan kewajiban untuk melakukan RUPS.

(7)

authority which do not be passed to Board of Directors or Board of Commissioner in authority which is determined in statutes and/or law as arranged in Section 1 Number 4 UU No.40 Year 2007 about Limited Liability Corporate (UUPT). RUPS represent place gather all shareholder to study everything related to corporation, which is its execution relate at statutes during not yet been arranged in UUPT. Therefore, conducted by research about arrangement of RUPS in statutes, and arrangement RUPS in UUPT.

This research have the character of analytical descriptive with approach by juridical normative of the Limited Liability Corporate Laws in its bearing with arrangement of RUPS.

Pursuant to result of research known that: statutes of the Limited Liability Corporate is to specify assumed things need and which not yet been arranged in existing regulation. Therefore, in compiling bill of establishment or statutes have to be drawn up as well as possible so that the problem of base can be poured clearly and complete Association of representing positive law of obligatory all stockholder, board of directors council and board of commissioner in execution of RUPS, and strength fasten that cannot be overruled by whom also, once is even also taken by decision by unanimous RUPS. RUPS have authority to decide something that concerning corporate organization chart, that is change of statutes, merger, forge, dissociation, corporate liquidation and disbandment, obligation rights all shareholders, expenditure of new share and division/usage of made by advantage the limited liability corporate.

It is suggested that by the parties which tied in agreement at the limited liability corporate is obliged to know founding status from the limited liability corporate which included in statutes, so that in execution of seen clear RUPS of authority of board of directors in management of obligation and company to conduct RUPS.

(8)

KATA PENGANTAR

Pertama dan terutama, dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugrah-Nya, diselesaikan tesis ini,

bukan hanya karena kepintaran ataupun kemampuan saya, melainkan dengan segala

keterbatasan yang dimiliki, tetapi karena limpahan karunia-Nya sehingga menambah

keyakinan dan kekuatan dalam penyelesaian tesis ini.

Judul tesis ini “ANALISIS HUKUM KEDUDUKAN RAPAT UMUM

PEMEGANG SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS DILIHAT DARI

ANGGARAN DASAR” yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk

memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan,

dorongan moril, masukan dan saran, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan

tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan secara khusus kepada

yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N.,

Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum., dan Ibu Dr. Sunarmi, S.H.,

M.Hum., atas kesediaannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk serta arahan

demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada para dosen penguji di luar komisi

pembimbing, yaitu yang terhormat dan amat terpelajar Ibu Chairani Bustami, S.H.,

Sp.N., M.Kn., dan Bapak Notaris/PPAT Syafnil Gani, S.H., M.Hum., yang telah

(9)

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairudin P. Lubis, DTM&H., Sp.A (K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktris Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, dan para Asisten Direktris serta seluruh Staf atas

bantuan, kesempatan dan fasilitas yang diberikan, sehingga dapat menyelesaikan

studi pada Program Magister Kenotariatan (M.Kn.) Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N., selaku Ketua Program

Magister Kenotariatan (M.Kn.) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

beserta seluruh Staf atas bantuan dalam memberikan kesempatan dan fasilitas

sehingga dapat menyelesaikan studi pada Program Magister Kenotariatan (M.Kn.)

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Para pegawai/karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan (M.Kn.)

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang selalu membantu dengan

sepenuh hati dan memberi senyuman yang terbaik kepada penulis, terutama saran

guna memperlancar manajemen administrasi yang dibutuhkan.

5. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa Magister Kenotariatan (M.Kn) Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan (Ridho, T.M. Ali Bahar, Edi

Syahputra, Novi) dan khususnya rekan-rekan sekelas di Grup A-2005 maupun

(10)

yang selalu memberikan bantuan semangat, dorongan, dan motivasi kepada

penulis dalam rangka penyelesaian studi Program Magister Kenotariatan (M.Kn).

6. Kepada sahabat-sahabat karibku Miar Simarmata, S.H., C.N., Midah, S.H., Tuti

Las Suriani, dan Rudi Hartono. yang telah memberikan dorongan semangat

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Teristimewa dengan tulus hati penulis ucapkan terima kasih kepada kepada

kedua orang tua yang selalu mengasihiku, Ayahanda Almarhum Comat Ginting dan

Ibunda yang tercinta Tringani Tarigan, S.H., Sp.N., yang selalu memberikan

limpahan kasih sayang, cinta kasih dalam memberikan semangat bagi penulis untuk

berbuat sesuatu yang terbaik demi masa depan penulis. Juga, kepada kakanda

Ngobarita Ginting, Sertamin Ginting, abangda Elieser Dolson Ginting, dan adinda

Frans Cory Meilando, S.H., yang memberikan motivasi kepada penulis untuk

menyelesaikan studi ini.

Ucapan terima kasih yang tulus kepada suami tercinta Harry Immanuel, S.H.,

dan anak-anakku tersayang Fernando Edwin Parla dan Meika yang menjadi

motivasi penulis untuk menyelesaikan studi pada Program Magister Kenotariatan

(M.Kn) ini.

Akhir kata kepada semua sahabat, saudara/i, dan rekan-rekan yang tidak dapat

disebutkan satu per satu, terima kasih buat semua doa, kebaikan, ketulusan, dan

dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Maret 2008 Penulis,

(11)

I. Identitas Pribadi

Nama : Laura Ginting

Tempat/ Tgl. Lahir : Medan, 29 Juni 1977

Status : Menikah

Alamat : Jl. Gatot Subroto No.38

Agama : Kristen Protestan

II. Orang Tua

Nama Ayah : Alm. Comat Ginting

Nama Ibu : Tringani Tarigan, S.H., Sp.N.

III. Pendidikan

1. SD Swasta Masehi

2. SMP Swasta Methodis I Medan

3. SMA Negeri 13 Medan

4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Panca Budi Medan

5. S-2 Program Studi Magister Kenotariatan (M.Kn)

Sekolah Pascasarjana USU Medan.

Medan, Maret 2008 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR ISTILAH ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 9

1. Kerangka Teori ... 9

2. Konsepsi ... 13

G. Metode Penelitian ... 14

1. Sifat Penelitian ... 14

2. Metode Penelitian ... 15

3. Teknik Pengumpulan Data ... 15

4. Alat Pengumpulan Data ... 16

5. Analisis Data ... 17

BAB II PENGATURAN RUPS DI DALAM ANGGARAN DASAR PERSEROAN TERBATAS ... 18

(13)

3. Hak Suara ... 25

4. Korum RUPS ... 26

B. Anggaran Dasar Perseroan Terbatas ... 28

BAB III PENGATURAN RUPS DI DALAM KETENTUAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS ... 32

A. Perseroan Terbatas ... 32

B. Pendirian Perseroan Terbatas ... 39

C. Prinsip Hukum Perseroan Terbatas... 45

D. Pengaturan RUPS dalam UUPT ... 52

BAB IV KEDUDUKAN HUKUM RUPS DI DALAM UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS ... 57

A. Organ Perseroan Terbatas ... 57

B. Kewajiban Pelaksanaan RUPS... 93

C. Keputusan RUPS... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 108

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Struktur Dewan Direktur (Board of Directors) dalam Sistem Satu

Dewan Direktur (One Tier System) ... 65

2. Struktur Dewan Direktur (Board of Directors) dalam Sistem Dua

Badan Terpisah (Two Tiers System) ... 66

(15)

Artificial person : Manusia semu

Beneficiary : Pihak yang memberikan kepercayaan yang harus dipegang untuk kepentingannya Best interest : Yang terbaik bagi perseroan

Business Judgment Rule : Peraturan Pertimbangan Bisnis

Chairman : Presiden komisaris

Conflict of interest : Konflik kepentingan

Constituences : Pihak berkepentingan

Corporate opportunity : Kesempatan perseroan Decision market : Pengambil keputusan

Derivative action : Gugatan derivatif dalam perseroan terbatas

Directory : Pedoman

Disclosure : Keterbukaan informasi

Doctrinal research : Penelitian doktrinal

Dubius : Penafsiran mendua

Due care : Kehati-hatian

Exclusive authorities : Wewenang eksklusif

Fiduciary duty : Tugas dan kedudukan yang dipercayakan (pemegang amanah)

For cause or no cause : Dengan atau tanpa menunjukkan alasan pemberhentian

: Hukum yang yang muncul dari proses pengadilan

Law as it written in the book : Hukum sebagaimana yang tertulis

Lawyer : Penasehat hukum

Legal entity : Badan Hukum

Liability of Promotors : Tanggung jawab promotor perseroan Library research : Penelitian kepustakaan

Limited liability : Tanggung jawab terbatas Limited Liability Company : Perseroan Terbatas

Mandatory : Kewajiban

Mandatory element : Unsur wajib

Naamloze Vennootschap : Perseroan Terbatas

Non executive : Tidak mempunyai otoritas manajemen Operational definition : Konsepsi

(16)

Piercing the Corporate Veil : Penyingkapan tirai perusahaan

Primary right : Hak utama

Proper purpose : Tujuan yang layak

Rational basis : Dasar-dasar yang rasional Reasonable belief : Cara yang layak dipercayai Self dealing : Transaksi dengan perseroan Sense of business : Pertimbangan bisnis

Shadow director : Direktur bayangan

Stakeholder : Pihak yang berkepentingan The Act of Australia Company Act : Hukum Perusahaan Australia

Top management : Dewan Direksi

(17)

A. Latar Belakang

Perkembangan perangkat hukum untuk menciptakan dan melindungi hak manusia sebagai anggota masyarakat terus mengalami perkembangan. Misalnya dalam kegiatan ekonomi perusahaan hak seseorang sebagai pelaku ekonomi dalam menjalankan perusahaan berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Karena pada akhir-akhir ini telah muncul pemikiran-pemikiran mengenai sifat dan hakikat hukum perusahaan yang berperan menampung kebutuhan masyarakat yang berkepentingan (stakeholder) dari perusahaan. Hal yang menjadi pemikiran dalam hukum perusahaan adalah kondisi perusahaan yang berbentuk badan hukum "Perseroan Terbatas" atau Limited Liability Company .1

Di Indonesia perangkat hukum yang mengatur perusahaan berbentuk badan

hukum "Perseroan Terbatas" atau Limited Liability Company (selanjutnya disingkat

PT). Pembaharuan hukum perusahaan menurut UUPT ditujukan untuk memberi

jawaban atas tuntutan perkembangan pesat dari eksistensi dan peranan PT sebagai

salah satu bentuk badan hukum dari pelaku ekonomi.2 Karena itu UUPT ditujukan

untuk memberi perlindungan kepentingan bagi setiap pemegang saham, kreditur dan

para pihak ketiga yang berhubungan dengan aktivitas perseroan terbatas. Salah satu

1

Bismar Nasution, Diktat Hukum Perusahaan, Program Magíster Ilmu Hukum USU, 2003 , h 1-2

2

(18)

2

permasalahan yang penting dalam kaitannya dengan aktivitas perusahaan terbatas

tersebut adalah mengenai kedudukan hukum RUPS pada perseroan terbatas.

Pasal 1 ayat (2) UUPT menjelaskan bahwa organ perseroan adalah rapat

umum pemegang saham (RUPS), direksi, dan komisaris. Kemudian dalam Pasal 1

Ayat (3) dinyatakan bahwa RUPS adalah organ perseroan pemegang kekuasaan

tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diarahkan

kepada direksi atau komisaris. RUPS adalah rapat yang diselenggarakan oleh direksi

perseroan setiap tahun dan setiap waktu berdasarkan kepentingan perseroan, ataupun

atas permintaan pemegang saham sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.3

Salah satu pemikiran yang muncul dalam UUPT dalam hal RUPS adalah

Pertama, bahwa RUPS memiliki segala wewenang yang tidak diberikan kepada

direksi dan komisaris dalam batas yang ditentukan oleh UUPT dan atau anggaran

dasar perseroan. Kedua, bahwa RUPS berhak memperoleh keterangan yang berkaitan

dengan kepentingan perseroan dari direksi dan komisaris.

RUPS merupakan tempat berkumpulnya para pemegang saham untuk membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan perseroan. Forum ini yang memutuskan hal-hal yang penting dari suatu perusahaan, termasuk pengangkatan atau pemberhentian komisaris dan direktur, mengesahkan neraca rugi laba, memutuskan pembagian dividen, mengubah anggaran dasar, menyetujui atau tidak menyetujui merjer, akuisisi dan konsolidasi, bahkan membubarkan perusahaan. Dalam RUPS juga mempunyai hak untuk memperoleh segala keterangan dari pengurus perseroan dalam hal ini direksi dan komisaris yang berkaitan dengan kepentingan perseroan.4

3

Ibid, h. 259 4

(19)

Dapat diketahui bahwa RUPS terbagi dalam dua macam. Pertama, RUPS

tahunan, yang diselenggarakan setahun sekali menurut waktu dan tempat yang

ditentukan dalam anggaran dasar. Kedua, RUPS luar biasa, yang diselenggarakan

sewaktu-waktu, atas permintaan pemegang saham, komisaris, direktur, bahkan juga

atas perintah pengadilan.

Perseroan terbatas adalah wadah kerja sama dari pada pemilik modal atau

pemegang saham yang dijelmakan dalam RUPS. Artinya bahwa RUPS sebagai organ

perseroan terbatas memiliki kekuasaan dan kewenangan yang tertinggi yang tidak

dimiliki atau diserahkan kepada organ perseroan lainnya dalam batas yang ditentukan

dalam UUPT maupun anggaran dasarnya. Inilah yang dinamakan dengan wewenang

eksklusif (exclusive authorities) RUPS.5

Wewenang eksklusif RUPS yang ditetapkan dalam UUPT tidak dapat

ditiadakan selama tidak ada perubahan UUPT. Sedangkan wewenang eksklusif dalam

anggaran dasar semata-mata berdasarkan kehendak RUPS yang disahkan dan

disetujui oleh Menteri Kehakiman yang dapat diubah melalui perubahan anggaran

dasar sepanjang tidak bertentangan dengan UUPT.6

UUPT yang telah ada jika dibandingkan dengan peraturan yang lama isinya

cukup maju, ketentuan-ketentuan dalam UUPT dapat dikatakan lengkap dan

5

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung : Alumni, 2004), hal. 128 Lihat juga dalam Pasal 63 UUPT yang menyatakan :

1. RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam

batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini data atau anggaran dasar.

2. RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari

direksi atau komisaris 6

(20)

4

terperinci. Di dalamnya dikenal perbedaan perseroan tertutup dengan perseroan

terbuka, diatur tentang bagaimana perlindungan modal dan kekayaan perusahaan,

juga tentang penggunaan laba, pengambilalihan perseroan, juga bagaimana jika

perseroan melakukan perbuatan melanggar hukum. Namun sebagaimana diketahui

bahwa sampai saat ini UUPT lebih terkonsentrasi pada pembahasan mengenai

Anggaran Dasar, RUPS dan cara pendirian PT. Masalah yang paling signifikan yang

tidak tergambar dalam UUPT ini adalah pertanggungjawaban pengurus apakah itu

pertanggungjawab secara perdata maupun pertanggungjawaban secara pidana.

Dalam UUPT terdapat pengaturan yang berkenaan dengan organ perseroan.

Adapun yang menjadi organ perseroan tersebut yaitu Pertama rapat umum pemegang

saham, Kedua, direksi dan Ketiga, komisaris. Rapat umum pemegang saham

(selanjutnya disingkat dengan RUPS) adalah organ perseroan yang memegang

kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak

diserahkan oleh direksi dan komisaris.7 RUPS adalah rapat yang diselenggarakan

oleh direksi perseroan setiap tahun dan setiap waktu berdasarkan kepentingan

perseroan, ataupun atas permintaan pemegang saham sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar.8

Salah satu pemikiran yang muncul dalam UUPT dalam hal RUPS adalah

Pertama, bahwa RUPS memiliki segala wewenang yang tidak diberikan kepada

direksi dan komisaris dalam batas yang ditentukan oleh UUPT dan atau anggaran

7

I. G, Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, (Jakarta: Megapoin Kesaint Blanc, 2002). h. 257 8

(21)

dasar perseroan. Kedua, bahwa RUPS berhak memperoleh keterangan yang berkaitan

dengan kepentingan perseroan dari direksi dan komisaris.

Perseroan Terbatas (United Company by “Shares, Naamloze Vennooschap”) adalah “asosiasi modal” yang oleh Undang-undang diberi status badan hukum. Hakim Agung John Marshal dari Mahkamah Agung (MA) Amerika Serikat mendefinisikan PT sebagai keberadaan semu, tidak terlihat, tidak berbentuk nyata dan hanya ada dalam pertimbangan hukum. Selanjutnya lebih jelas MA ini mendefinisikan PT sebagai “asosiasi” sejumlah individu yang bersatu untuk maksud tertentu dan oleh Undang-Undang diperbolehkan menggunakan modal bersama tersebut dan mengganti anggota yang terdapat dalam asosiasi tanpa harus membubarkan asosiasi tersebut.9

Dalam hal ini, PT merupakan kreasi hukum dan subyek hukum mandiri. PT sebagai subyek hukum mandiri keberadaannya tidak tergantung dari keberadaan para pemegang saham. Sekalipun terjadi pergantian tersebut tidak mengubah keberadaan PT selaku “personal standi in judicio” (subyek hukum mandiri). Di sinilah letak perbedaan hakiki antara PT sebagai asosiasi modal dengan persekutuan perdata, seperti Firma dan CV sebagai asosiasi perorangan. “Keberadaan dan Kemandirian Perseroan Terbatas sebagai Badan Usaha Tunggal dan Sebagai Anggota Group” yaitu berbentuk perseroan yang berdiri untuk menjalankan suatu perusahaan dengan modal terbagi atas saham-saham, dalam hal ini para pemegang saham (pesero) hanya bertanggung-jawab untuk perikatan-perikatan PT sebesar jumlah saham yang mereka miliki. Selanjutnya PT sekaligus adalah wadah yang di dalamnya diwujudkan kerjasama para pemegang saham (asosiasi saham).10

Berdasarkan hal tersebut maka organ yang terdapat dalam PT harus dapat

memiliki kewajiban masing-masing dalam menjalankan PT. Artinya dapat

dicontohkan dimana dalam pemikiran UUPT ini sebagai penyelenggara RUPS adalah

direksi. Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan untuk kepentingan perseroan

berwenang menyelenggarakan RUPS lainnya. Namun jika direksi berhalangan atau

antara direksi dengan perseroan terjadi suatu pertentangan maka yang

9

Bismar Nasution, Diktat Hukum Perusahaan, Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. h. 2-3

10

(22)

6

menyelenggarakan RUPS adalah komisaris. Kemudian juga akan timbul pertanyaan

bagaimana jika komisaris juga tidak dapat menyelenggarakan RUPS, padahal RUPS

tahunan wajib diselenggarakan?

Untuk mengatasi tersebut, UUPT memberikan kewenangan kepada pemegang

saham untuk menyelenggarakan RUPS atau dapat juga dilakukan atas satu pemegang

saham atau lebih yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) bagian dari

jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar perseroan

yang bersangkutan.11 Tetapi prosedurnya harus meminta bantuan Pengadilan Negeri

terlebih dahulu yaitu dengan cara pemegang saham mengajukan permohonan kepada

Ketua Pengadilan Negeri agar mereka diberikan izin untuk melakukan pemanggilan

RUPS.12

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul “analisis Hukum

kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari

Anggaran Dasar ” sebagai judul dalam penulisan tesis ini. Hal ini dikarenakan bahwa baik

RUPS maupun Anggaran Dasar memilki wewenang eklusif di dalam Perseroan Terbatas.

Perlu ditegaskan di sini, bahwa penelitian ini telah selesai dilaksanakan

sebelum keluarnya undang-undang baru tentang perseroan terbatas yaitu

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Namun begitu penelitian

ini telah diupayakan disesuaikan dengan undang-undang terbaru tersebut.

11

I.G. Rai Widjaja, Loc.cit. 12

Pasal 67 ayat (1) UUPT menentukan bahwa Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan dapat memberikan izin kepada pemohon untuk : a. Melakukan sendiri pemanggilan RUPS tahunan, atas permohonan pemegang saham apabila direksi

atau komisaris tidak menyelenggarakan RUPS tahunan pada waktu yang telah ditentukan.

b. Melakukan sendiri pemanggilan RUPS lainnya, atas permohonan pemegang saham sebagaimana

(23)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dan

dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaturan RUPS di dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas?

2. Bagaimanakah pengaturan serta kedudukan hukum RUPS di dalam ketentuan

Undang-Undang Perseroan Terbatas?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan

ingin dicapai dari penelitian tesis ini adalah:

1. Untuk dapat mengetahui dan memahami pengaturan RUPS di dalam Anggaran

Dasar Perseroan Terbatas.

2. Untuk dapat mengetahui dan memahami pengaturan serta kedudukan hukum

RUPS di dalam ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

ilmu pengetahuan, khususnya hukum perusahaan di Indonesia. Penelitian ini juga

diharapkan bisa memberikan masukan bagi penyempurnaan perangkat peraturan

mengenai perusahaan khususnya dalam kedudukan hukum Rapat Umum Pemegang

Saham pada perseroan.

Secara praktis penelitian ini ditujukan kepada kalangan pelaku ekonomi yaitu

(24)

8

dapat lebih mengetahui dan memahami tentang kedudukan Rapat Umum Pemegang

Saham pada Perseroan Terbatas.

E. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang diketahui dan berdasarkan informasi, maupun data yang ada

dan penelusuran lebih lanjut pada kepustakaan pada khususnya pada Program Studi

Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan

bahwa belum ada penelitan sebelumnya dengan judul “Analisis Hukum Kedudukan

Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran

Dasar”. Namun ada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh saudari

Ervina, mahasiswi Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana,

USU dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Sengketa Mengenai Keabsahan Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) Yang Diselenggarakan Berdasarkan Penetapan Izin

Ketua Pengadilan Negeri” Tahun 2007 dengan rumusan masalah sebagai berikut :

a. Faktor apa yang menyebabkan diajukannya gugatan oleh pemegang saham yang

keberatan terhadap RUPS yang telah dilaksanakan berdasarkan Penetapan Izin

Pengadilan Negeri?

b. Apabila suatu RUPS yang telah dilaksanakan melalui penetapan izin Pengadilan

Negeri berdasarkan permintaan pemegang saham, ternyata adanya perbuatan

melawan hukum dalam mengajukan permohonan penetapan tersebut,

(25)

c. Apa yang menjadi pertimbangan Pengadilan Negeri Medan dalam menolak

gugatan pemegang saham yang keberatan tentang putusan – putusan yang

dihasilkan dalam RUPS yang dilaksanakan berdasarkan Penetapan Izin

Pengadilan Negeri Medan?

Penelitian ini apabila dikonfrontatir dengan penelitian – penelitian terdahulu, maka

baik judul, rumusan masalah, maupun substansi pembahasan serta pengkajian

hukumnya sangat berbeda samasekali oleh karena itu judul penelitian ini belum

pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, dengan demikian, penelitian ini dapat

dipertanggung jawabkan secara akademis.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi13, dan sutu teori harus diuji dengan menghadapkan pada

fakta–fakta yang dapat menunjukkan ketidak kebenarannya14. Kerangka teori adalah

kerangka pemikiran atau butir–butir pendapat, teori thesis mengenai sesuatu kasus

atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.

13

J.J.J M. Wuisman, Penelitian Ilmu – ilmu Sosial, Asas – asas. (Penyunting : M. Hisyam). (Jakarta : FE UI, 1996), h. 203 lihat M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian. (Bandung : CV Mandar Maju, 1994), h.27 menyebutkan, bahwa teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan. Tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.

14

(26)

10

Untuk mengetahui tentang analisis hukum kedudukan rapat umum pemegang

saham pada perseroan terbatas dilihat dari anggaran dasar didasarkan kepada teori yang

saling berkaitan, artinya teori yang belakangan merupakan reaksi atau perbaikan dari

teori sebelumnya.

Dalam kaitan teori yang dipergunakan dalam penulisan ini berawal pada hak

perorangan yang lahir dari perjanjian dalam mendirikan Badan Hukum yang

berbentuk Perusahan Terbatas. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun 1995

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, menyatakan bahwa Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut

Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan

berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

seluruhnya terbagi dalam saham dan mewakili persyaratan yang ditetapkan dalam

undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Ilmu hukum mengenal dua macam subjek hukum, yaitu subjek hukum pribadi

(orang perorangan), dan subjek hukum berupa badan hukum. Undang-undang

perseroan terbatas mendefenisikan perseroan terbatas sebagai badan hukum yang

didirikan berdasarkan perjanjian, yang melakukan kegiatan usaha dengan modal

tertentu, yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan didalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya15.

Terhadap masing-masing subjek hukum tersebut berlaku ketentuan hukum

yang berbeda satu dengan lainnya, meskipun dalam hal-hal tertentu terhadap

15

(27)

keduanya dapat diterapkan suatu aturan yang berlaku umum. Salah satu ciri khas

yang membedakan sujek hukum pribadi dengan subjek hukum berupa badan hukum

adalah saat lahirnya subjek hukum tersebut, yang pada akhirnya menentukan saat

lahirnya hak-hak dan kewajiban bagi masing-masing subjek hukum tersebut.

Pada subjek hukum pribadi, status subjek hukum telah ada bahkan pada saat

pribadi orang perseorangan tersebut berada dalam kandungan16. Sedangkan pada

badan hukum, keberadaan status badan hukumnya baru diperoleh setelah ia

memperoleh pengesahan dari pejabat yang berwenang yang memberikan hak-hak,

kewajian dan harta kekayaan sendiri bagi badan hukum tersebut, terlepas dari

hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan pendiri, pemegang saham, maupun para

pengurusnya.

Undang–undang perseroan terbatas secara tegas menyatakan bahwa perseroan

adalah badan hukum.17 Ini berarti perseroan terbatas memiliki syarat keilmuan

sebagai pendukung kewajiban dan hak, antara lain memiliki harta kekayaan sendiri

terpisah dari harta kekayaan pendiri atau pengurusnya.

Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan hukum yang

ditentukan dalam UUPT. Unsur-unsur tersebut adalah:

a. organisasi yang teratur

Oragisasi yang teratur ini dapt dilihat dari adanya organ perusahaan yang terdiri

atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris. Keteraturan

16

Pasal 1 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 17

(28)

12

organisasi perusahaan dapat diketahui melalui ketentuan UUPT, Angaran Dasar

Perseroan, Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, Keputusan Dewan

Komisaris, Keputusan Direksi dan Peraturan-Peraturan Perusahaan lainnya yang

dikeluarkan dari waktu ke waktu.

b. harta kekayaan sendiri

Harta kekayaan sendiri ini berupa modal dasar yang terdiri atas seluruh nilai

nominal saham yang terdiri atas uang tunai dan harta kekayaan dalam bentuk

lain18

c. melakukan hubungan hukum sendiri

Sebagai badan hukum, perseroan melakukan sendiri hubungan hukum denga

pihak ketiga yang diwakili oleh pengrus yang disebut Direksi dan Komisaris.

Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan

dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar

pengadilan. Dalam melaksanakan kegiatannya tersebut, direksi berada dalam

pengawasan dewan komisaris, yang dalam hal-hal tertentu membantu direksi

dalam menjalankan tugasnya tersebut.

d. mempunyai tujuan hukum sendiri

Tujuan tersebut ditentukan dalam angggaran dasar perseroan. Karena perseroan

menjalankan perusahaan, maka tujuan utama perusahaan adalah memperoleh

keuntungan.

18 Pasal 31 ayat (1) dan Pasal 34 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan

(29)

Perseroan terbatas dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Hal ini berarti bahwa perseroan terbatas didirikan berdasarkan perjanjian. Perjanjian pendirian perseroan terbatas yang dilakukan oleh para pendiri dituangkan dalam suatu akta notaris yang disebut dengan akta pendirian. Akta pendirian ini pada dasarnya mengatur berbagai macam hak-hak dan kewajiban para pihak pendiri perseroan dalam mengelola dan menjalankan perseroan terbatas tersebut. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban tersebut yang merupakan isi perjanjian selanjutnya disebut dengan anggaran dasar perseroan19.

Pendirian perseroan sebagai suatu bentuk perjanjian wajib memiliki objek

tertentu. Objek tersebut dicerminkan dalam bentuk pendirian perseroan dengan tujuan

untuk menjalankan kegiatan usaha tertentu yang halal. Perseroan tidak dapat

didirikan dan dijalankan jika ia tidak memiliki tujuan dan kegiatan usaha yang jelas.

2. Konsepsi

Konsep adalah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan

sebagai usaha membawa sesuatu dari asbtrak menjadi suatu yang konkrit, yang

disebut dengan operational definition20. Pentingnya definisi operasional adalah untuk

menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu

istilah yang dipakai21. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan Analisis

Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat

Dari Anggaran Dasar harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara

19

Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

20

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993), h. 10

21

(30)

14

operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditentukan :

1. Rapat umum pemegang saham (selanjutnya disingkat dengan RUPS) adalah

organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan

memegang segala wewenang yang tidak diserahkan oleh direksi dan komisaris.

2. RUPS adalah rapat yang diselenggarakan oleh direksi perseroan setiap tahun dan

setiap waktu berdasarkan kepentingan perseroan, ataupun atas permintaan

pemegang saham sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

3. Direksi adalah pengurus perseroan yang bertanggung jawab penuh atas

pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili

perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar.

4. Komisaris merupakan pengurus perseroan yang mempunyai tugas melakukan

pengawasan dan memberi nasehat kepada direksi dalam menjalankan perseroan.

Dalam menjalankan tugasnya tersebut komisaris juga dibatasi oleh anggaran

dasar. Komisaris diharapkan bukan hanya dapat memberikan koreksi kepada

direksi, melainkan diharapkan pula untuk memberikan jalan keluar jika terdapat

kelemahan-kelemahan yang dialami direksi.

G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat Deskriptif Analistis, artinya bahwa penelitian ini

(31)

tepat serta menganalisis peraturan perundang-undang yang berkaitan dengan analisa

hukum kedudukan rapat umum pemegang saham pada perseroan terbatas dilihat dari

anggaran dasar. Bersifat deskriptif analistis dalam penelitian ini oleh karena

penelitian ini akan menggambarkan dan melukiskan azas-azas atau

peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif terutama untuk mengkaji

peraturan Perundang-undangan dan Putusan Pengadilan. Metode penelitian hukum

normatif adalah penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat

dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Ronald Dworkin

menyebut metode penelitian tersebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal

research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it

written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through

judicial process.22

3. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai Penelitian hukum normatif, teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk

mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan

penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek telaahan penelitian ini yang

22

(32)

16

dapat berupa peraturan perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya

ilmiah lainnya. Penelitian kepustakaan (library research) dalam penelitian ini

ditekankan pada pengambilan data sekunder yang dilakukan dengan menghimpun

bahan-bahan berupa :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

telah diubah dengan Undang Nomor 40 Tahun 2007, Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang-Undang-Undang Hukum Dagang, Hukum

Perusahaan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan

dengan obyek penelitian adalah merupakan bahan hukum primer.

b. Bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,

berupa hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah, buku-buku ilmiah, ceramah

atau pidato yang berhubungan dengan penelitian ini adalah merupakan bahan

hukum sekunder.

c. Bahan hukum tertier, kamus hukum, kamus ekonomi, kamus bahasa Inggris,

Indonesia, Belanda dan artikel-artikel lainnya baik yang berasal dari dalam

maupun luar negeri, baik yang berdasarkan civil law maupun common law yang

bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer dan sekunder.

4. Alat Pengumpulan Data

Seluruh data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini, dikumpulkan

dengan mempergunakan studi dokumen atau studi kepustakaan sebagai alat

(33)

primer yaitu peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum

perusahaan, khususnya mengenai analisis hukum kedudukan rapat umum pemegang

saham pada perseroan terbatas di lihat dari anggaran dasar.

Pada tahap awal pengumpulan data, dilakukan inventaris seluruh data dan

atau dokumen yang relevan dengan topik pembahasan. Selanjutnya dilakukan

pengkategorian data-data tersebut berdasarkan rumusan permasalahan yang telah

ditetapkan. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yang sudah

dipilih.

5. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dengan studi kepustakaan tersebut selanjutnya

dianalisis dengan mempergunakan metode analisis kualitatif yang didukung oleh

logika berpikir secara deduktif. Dipilihnya metode analisis deduktif adalah agar

gejala-gejala normatif yang diperhatikan dapat dianalisis dari berbagai aspek secara

mendalam dan terintegral antara aspek yang satu dengan yang lainnya.

Setelah data dikumpulkan, data tersebut kemudian diabstraksi untuk

menentukan konsep-konsep yang lebih umum. Konsep yang lebih umum sebagai

hasil abstraksi merupakan jawaban-jawaban dari permasalahan yang dalam

pendiskripsiannya didukung oleh argumentasi-argumentasi yang diperoleh dari

data-data sekunder yang sudah ada. Dengan demikian data-data yang dikumpulkan, termasuk

kaidah-kaidah hukum merupakan data berkarakter khusus sedangkan hasil abstraksi

dari data tersebut adalah konsep yang bersifat lebih umum, sesuai dengan pendekatan

(34)

BAB II

PENGATURAN RUPS DI DALAM ANGGARAN DASAR PERSEROAN TERBATAS

A. Rapat Umum Pemegang Saham

Secara teoritis Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ tertinggi

dalam suatu perseroan terbatas dan memegang segala wewenang yang tidak

diserahkan kepada organ perusahaan lainnya.23 RUPS merupakan tempat

berkumpulnya para pemegang saham untuk membahas segala sesuatu yang

berhubungan dengan perseroan. Forum ini yang memutuskan hal-hal yang penting

dari suatu perusahaan, termasuk (tetapi tidak terbatas hanya kepada) pengangkatan

atau pemberhentian komisaris dan direktur, mengesahkan neraca rugi laba,

memutuskan pembagian dividen, mengubah anggaran dasar, menyetujui atau tidak

menyetujui merjer, akuisisi dan konsolidasi, bahkan membubarkan perusahaan.

Dalam RUPS juga mempunyai hak untuk memperoleh segala keterangan dari

pengurus perseroan dalam hal ini direksi dan komisaris yang berkaitan dengan

kepentingan perseroan.24

Dapat diketahui bahwa RUPS terbagi dalam dua macam. Pertama, RUPS

tahunan, yang diselenggarakan setahun sekali menurut waktu dan tempat yang

ditentukan dalam anggaran dasar. Kedua, RUPS luar biasa, yang diselenggarakan

23

Misal dalam Pasal 63 ayat (2) ditetapkan, RUPS berhak memperoleh segala Keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi dan komisaris. Artinya kewenangan RUPS tersebut tidak mungkin dilimpahkan kepada organ-organ lainnya.

24

(35)

seaktu-waktu, atas permintaan pemegang saham, komisaris, direktur, bahkan juga

atas perintah pengadilan.

Oleh karena, RUPS sebagai organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam

perseroan terbatas, maka RUPS sangat penting kehadiran dan kedudukannya. Dengan

demikian penyelenggaraan RUPS merupakan sesuatu keharusan dan wajib dilakukan.

Selain itu juga bahwa segala putusan-putusan yang dibuat oleh RUPS wajib untuk

ditaati dan dilaksanakan oleh direksi atau komisaris perseroan terbatas.

Setiap organ dalam perseroan terbatas diberi kebebasan bergerak untuk

melakukan tindakan dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan dengan dasar dan

tujuan untuk kepentingan perseroan terbatas.

Selanjutnya, Pasal 64 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan

Pasal 76 UU No.1 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menentukan tempat

RUPS. Ayat (1) menyebutkan, bahwa RUPS diadakan di tempat kedudukan

perseroan atau tempat perseroan melakukan kegiatan usahanya, kecuali ditentukan

lain dalam Anggaran Dasar. Tempat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus

terletak di wilayah Negara Republik Indonesia [ayat (2)]. Jadi RUPS tidak dapat

dilakukan di luar wilayah Negara Republik Indonesia, walaupun, umpamanya,

perseroan terbatas yang bersangkutan 100% sahamnya dimiliki oleh investor asing.

UUPT tidak mencantumkan acara rapat dalam RUPS tahunan dan RUPS lainnya

yang diselenggarakan sewaktu-waktu secara spesifik. Dengan demikian boleh saja

acara rapat mengenai, umpamanya, perubahan Anggaran Dasar, mengalihkan atau

(36)

20

diputuskan dalam rapat tahunan, asal korum dan pemungutan suara dilakukan sesuai

dengan apa yang dicantumkan dalam UUPT.

1. Kekuasan dan Kewenangan RUPS

Berdasarkan uraian diatas bahwa perseroan terbatas merupakan kumpulan

atau asosiasi modal, yang oleh UUPT diberi status sebagai badan hukum. Dengan

demikian pada hakikatnya perseroan terbatas itu adalah wadah kerja sama dari pada

pemilik modal atau pemegang saham yang dijelmakan dalam RUPS. Artinya bahwa

RUPS sebagai organ perseroan terbatas memiliki kekuasaan dan kewenangan yang

tertinggi yang tidak dimiliki atau diserahkan kepada organ perseroan lainnya dalam

batas yang ditentukan dalam UUPT maupun anggaran dasarnya. Inilah yang

dinamakan dengan wewenang eksklusif (exclusive authorities) RUPS.25

Wewenang eksklusif RUPS yang ditetapkan dalam UUPT tidak dapat

ditiadakan selama tidak ada perubahan UUPT. Sedangkan wewenang eksklusif dalam

anggaran dasar semata-mata berdasarkan kehendak RUPS yang disahkan dan

disetujui oleh Menteri Kehakiman yang dapat diubah melalui perubahan anggaran

dasar sepanjang tidak bertentangan dengan UUPT.26

Adapun kewenangan RUPS yang dinyatakan dalam UUPT dapat dilihat

dalam Pasal-Pasal yang mengatur tentang, yaitu :

25

Racmadi Usman, Op.Cit, h. 128 Lihat juga dalam Pasal 63 UUPT yang menyatakan : 1. RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam

batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini data atau anggaran dasar.

2. RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi atau komisaris

26

(37)

a. Penetapan perubahan anggaran dasar.27

b. Pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan perseroan terbatas atau

pengalihannya.28

c. Penetapan dan penambahan dan pengurangan modal perseroan terbatas.29

d. Persetujuan laporan dan pengesahan perhitungan tahunan.30

e. Penetapan penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk

cadangan perseroan terbatas.31

f. Pengangkatan, pemberhentian dan pembagian tugas wewenang Direksi dan

Komisaris perseroan terbatas.32

g. Persetujuan atas penggabungan, peleburan dan pengambilalihan perseroan

terbatas.33

h. Penetapan pembubaran perseroan terbatas.34

Wewenang RUPS tersebut terwujud dalam bentuk jumlah suara yang

dikeluarkan dalam setiap rapat. Hak suara dalam RUPS dapat digunakan untuk

berbagai maksud dan tujuan diantaranya ialah menyutujui atau menolak, yaitu :35

27

Pasal 14 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 19 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

28

Pasal 31 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 38 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

29

Pasal 34 dan Pasal 37 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 41 dan Pasal 44 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

30

Pasal 60 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 66 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

31

Pasal 61 dan Pasal 62 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 70 dan Pasal 71 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

32

Pasal 81, 91, 92, 95 dan Pasal 101 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 94, 105, 111, 113 dan 118 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

33

Pasal 103 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 122 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

34

Pasal 114 UU No.1 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 127 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

35

(38)

22

a. Rencana perubahan anggaran dasar.

b. Rencana penjualan aset dan pemberian jaminan hutang

c. Pengangkatan dan pemberhentian anggota direksi dan/atau komisaris

d. Laporan Keuangan yang disampaikan oleh direksi

e. Pertanggungjawaban direksi

f. Rencana penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan

g. Rencana pembubaran perseroan

2. Pemanggilan RUPS

Pada dasarnya, penyelenggaraan RUPS dilaksanakan oleh direksi, baik RUPS

tahunan maupun RUPS lainnya untuk kepentingan perseroan terbatas. Baik RUPS

tahunan maupun RUPS lainnya dapat dipanggil oleh direksi, komisaris, pemegang

saham, termasuk pemegang saham minoritas yang mewakili 1/10 bagian dari jumlah

seluruh saham, atau pun Ketua Pengadilan Negeri.

Kewajiban pelaksanaan RUPS oleh direksi tidak hanya dianut oleh UUPT

Indonesia namun sebahagian besar UUPT di berbagai negara juga mengatur hal yang

sama dengan UUPT di Indonesia. Hal ini dapat dillihat dalam The Act of Australia

Company Law 1992. Dimana dalam UUPT Australia tersebut juga menyebutkan

mengenai kewajiban pelaksanaan RUPS oleh direksi. Pengaturan hal ini dinyatakan

dalam dalam Pasal 245 Ayat (1). Section 245 (1) The Act of Asutralia Corporation

Law menytakan bahwa :36

36

(39)

All companies must hold an annual general meeting at least once in every calender year and within five months after the end of the company’s finacial year. In the case of an exempt proprietary company, it must be held within six months after the end of the financial year : s.245(1). The first annual general meeting, however, may be held at any time within 18 months after incorporation, as long as it is within five months (or in the case of an exemptproprietary company, within six months) after the end of the company’s financial year

UUPT Australia juga mengatur tentang adanya permohonan dari pemegang

saham untuk pelaksanaan RUPS sendiri dengan melalui mekanisme Penetapan

Pengadilan. Hal tersebut diatur dalam Pasal 1311 UUPT Australia. The meaning of

Section 1311 are default in holdingan annual general meeting is an offence by the

company and any defaulting under s.1311. The court may also order that a general

meeting be convened on the application of any member37

Penyelenggaraan RUPS secara tahunan dan secara sewaktu-waktu pada

prinsipnya yang berwenang menyelenggarakan adalah direksi, kecuali direksi

berhalangan atau ada pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan, maka

pemanggilan dilakukan oleh komisaris. Penyelenggaraan RUPS tersebut menurut

Pasal 79 ayat (2) UUPT No. 40 Tahun 2007 dapat dilakukan atas permintaan 1 (satu)

orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu

persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran

dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil, atau Dewan Komisaris. Jadi

prakarsa menyelenggarakan RUPS di sini datang dari pemegang saham. Bahkan

menurut Pasal 80 ayat (2) UUPT No. 40 Tahun 2007 bahwa dalam hal Direksi atau

Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu yang

37

(40)

24

ditentukan maka pemegang saham yang meminta penyelenggaraan RUPS dapat

mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya

meliputi tempat kedudukan Perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada

pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut.

Ketentuan ini merupakan kontrol dari pemegang saham yang diberikan oleh

undang-undang atas pengurusan dan pengawasan yang dilakukan oleh direksi dan

komisaris melalui ketua pengadilan negeri yang berwenang memberi izin. Ketua

pengadilan negeri dapat memerintahkan direksi dan atau komisaris untuk hadir dalam

RUPS tersebut bahkan dapat juga menentukan bentuk, isi, dan jangka waktu

pemanggilan RUPS serta menunjuk ketua rapat tanpa terikat pada ketentuan

Undang-undang perseroan terbatas dan anggaran dasar.38

Selanjutnya dengan mengacu pada Pasal 82 UUPT No.40 Tahun 2007, guna

kepentingan penyelenggaraan RUPS, direksi melakukan pemanggilan kepada para

pemegang saham, dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Pemanggilan RUPS dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal RUPS diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS.

(2) Pemanggilan RUPS dilakukan dengan Surat Tercatat dan/atau dengan iklan dalam Surat Kabar.

(3) Dalam pemanggilan RUPS dicantumkan tanggal, waktu, tempat, dan mata acara rapat disertai pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS tersedia di kantor Perseroan sejak tanggal dilakukan pemanggilan RUPS sampai dengan tanggal RUPS diadakan.

(4) Perseroan wajib memberikan salinan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada pemegang saham secara cuma-cuma jika diminta.

(5) Dalam hal pemanggilan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dan panggilan tidak sesuai dengan ketentuan

38

(41)

ayat (3), keputusan RUPS tetap sah jika semua pemegang saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat.

Bagi perseroan terbuka, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 83 UUPT No.40

Tahun 2007, sebelum pemanggilan RUPS dilakukan wajib didahului dengan

pengumuman mengenai akan diadakan pemanggilan RUPS dengan memperhatikan

peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, dan pengumuman tersebut

dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum

pemanggilan RUPS.

3. Hak Suara

Pasal 84 UUPT No.40 Tahun 2007 menyatakan setiap saham yang

dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan lain. Hak

suara sebagaimana dimaksud tidak berlaku untuk:

a. saham Perseroan yang dikuasai sendiri oleh Perseroan;

b. sahan Induk Perseroan yang dikuasai oleh anak perusahaannya secara langsung atau tidak langsung; atau

c. saham Perseroan yang dikuasai oleh Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan.

Pemegang saham baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat kuasa

berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah

saham yang dimilikinya, tetapi tidak berlaku bagi pemegang saham dari saham tanpa

hak suara. Dalam pemungutan suara, suara yang dikeluarkan oleh pemegang saham

berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya dan pemegang saham tidak berhak

memberikan kuasa kepada lebih dari seorang kuasa untuk sebagian dari jumlah

(42)

26

Dalam pemungutan suara, anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan

karyawan Perseroan yang bersangkutan dilarang bertindak sebagai kuasa dari

pemegang saham. Dalam hal pemegang saham hadir sendiri dalam RUPS, surat kuasa

yang telah diberikan tidak berlaku untuk rapat tersebut. Ketua rapat berhak

menentukan siapa yang berhak hadir dalam RUPS dengan memperhatikan ketentuan

UUPT dan Anggaran Dasar Perseroan (Pasal 85 ayat (4), (5), dan (6)).

4. Kuorum RUPS

Korum yang harus dicapai bagi sahnya suatu RUPS berdasarkan UUPT ini

berbeda-beda, tergantung kepada materi atau masalah yang akan diputuskan. Begitu

juga besarnya pemegang saham yang harus memberikan persetujuan agar putusan

rapat menjadi sah berbeda-beda menurut materi atau masalah yang diputuskan.

Secara umum menurut Pasal 86 UUPT No.40 Tahun 2007 dan Anggaran

Dasar PT dapat menetapkan bahwa:

(1) RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari ½ (satu suara) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali Undang-Undang dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar.

(2) Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, dapat diadakan pemanggilan RUPS kedua.

(3) Dalam pemanggilan RUPS kedua harus disebutkan bahwa RUPS pertama telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum.

(4) RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam RUPS paling sedikit 1/3 (satu pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar.

(43)

(6) Pemanggilan RUPS ketiga harus menyebutkan bahwa RUPS kedua telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum dan RUPS ketiga akan dilangsungkan dengan kuorum yang telah ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri.

(7) Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai kuorum RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap. (8) Pemanggilan RUPS kedua dan ketiga dilakukan dalam jangka waktu paling

lambat 7 (tujuh) hari sebelum RUPS kedua atau ketiga dilangsungkan.

(9) RUPS kedua dan ketiga dilangsungkan dalam jangka waktu paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari setelah RUPS yang mendahuluinya dilangsungkan.

Selanjutnya keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk

mufakat. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak

tercapai, keputusan adalah sah jika disetujui lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari

jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali UUPT dan Anggaran Dasar menentukan

bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih besar

(Pasal 87).

RUPS untuk mengubah anggaran dasar dapat dilangsungkan jika dalam rapat

paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara

hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling

sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran

dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang pengambilan

keputusan RUPS yang lebih besar. Dalam hal kuorum tidak tercapai, maka dapat

dilaksanakan RUPS kedua bahkan RUPS ketiga yang dilakukan dengan permohonan

kepada ketua pengadilan negeri (Pasal 88).

Selanjutnya RUPS untuk menyetujui penggabungan, peleburan,

pengambilalihan, atau pemisahan, pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan

(44)

28

dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah

seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan

adalah sah jika disetujui paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara

yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau

ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar

(Pasal 89).

Dalam hal setiap kuorum tidak tercapai, maka dapat dilakukan RUPS kedua

bahkan RUPS ketiga dengan permohonan kepada Pengadilan Negeri sebagaimana

berlaku ketentuan-ketentuan dalam Pasal 86 ayat (5), (6), (7), (8) dan ayat (9) pada

setiap jenis RUPS secara mutatis mutandis.

Pada dasarnya Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk

mufakat. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak

tercapai, keputusan adalah sah jika disetujui lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari

jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali undang-undang dan/atau anggaran dasar

menentukan bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang

lebih besar (Pasal 87 UUPT No.40 Tahun 2007).

B. Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

Anggaran Dasar suatu PT merupakan hukum positif bagi PT, dan apabila di

langgar akan mengakibatkan transaksi yang dibuat menjadi batal. Dalam hal

pengaturan mengenai perseroan terbatas dalam perundang-undangan masih belum

(45)

perundang-undangan, dibenarkan kepada PT untuk mengatur sendiri Anggaran Dasarnya hal-hal

yang masih dianggap perlu namun tidak hal-hal yang diatur tersebut tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan kata lain

bahwa hal-hal yang diatur dalam Anggaran Dasar PT terdapat suatu keleluasan bagi

PT untuk menetapkan hal-hal yang dianggap perlu dan yang belum diatur dalam

peraturan yang ada. Oleh karena itu, dalam menyusun akta pendirian atau anggaran

dasar PT, harus benar-benar dipersiapkan dengan sebaik-baiknya sehingga

masalah-masalah yang perlu dan dianggap mendasar dapat dituangkan secara jelas dan

lengkap dalam anggaran dasar PT.

Dalam prateknya apabila hendak mendirikan sebuah PT para pendiri cukup

mengutarakan keinginannya kepada notaris, dan selanjutnya notarislah yang akan

merumuskan atau memformulasikan semua keinginannya dan kemudian dituangkan

dalam akta. Sehubungan dengan hal ini, biasanya notaris telah menyiapkan suatu

konsep yang sebahagian sudah baku dan kemudian ditambah serta diubah sesuai

dengan kebutuhan yang dihadapi, baik mengenai hal-hal khusus yang merupakan

kehendak para pendiri yang juga ingin dimasukkan di dalam anggaran dasar

perseroan. Hal-hal yang dikehendaki oleh para pendiri yang masih dimungkinkan

atau sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku kemudian

dirumuskan oleh notaris menjadi suatu naskah yang secara hukum adalah benar dan

sah.

Dalam Proses Pendidrian Perseroan hal yang subtansi untuk dijadikan

(46)

30

merupakan suatu akte pendirian yang disepakati oleh para pendiri, untuk itu maka

dapat disimpulkan bahwa:

a. Anggaran dasar merupakan bagian dari akta pendirian perseroan terbatas;

b. Sebagai bagian dari akta pendirian, yang menentukan setiap hak dan kewajiban

dari pihak-pihak dalam anggaran dasar, baik perseroan itu sendiri, pemegang

saham, pengurus (Direksi maupun Komisaris) perseroan;

c. Anggaran dasar perseroan baru berlaku bagi pihak ketiga setelah akta pendirian

perseroan disetujui oleh menteri kehakiman.

Kenyataan bahwa anggaran dasar merupakan aturan main dalam perseroan

diperkuat oleh ketentuan pasal 4 Undang-Undang Perseroan Terbatas yang

menyatakan:”terbadap perseroan berlaku undang-undang ini, anggaran dasar

perseroan, dan peraturan perundang-undangan lainnya”, termasuk didalamnya asas

itikad baik, asas kepantasan, dan asas kepatutan dalam menjalankan perseroan.

Selanjutnya Anggaran Dasar sebagai Undang-undang dalam perseroan,

sebagaimana dijelaskan berikut ini:

Sebelum akta pendirian perseroan memperoleh pengesahan dari menteri

kehakiman, anggaran dasar perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga, dan hanya

mengikat para pendiri yang mengadakan perjanjian untuk mendirikan perseroan

terbatas tersebut.

Dengan diperolehnya pengesahan dari menteri kehakiman yang berarti

berlakunya anggaran dasar perseroan secara menyeluruh terhadap semua pihak, baik

(47)

maka praktis anggaran dasar perseroan telah menjadi “Undang-undang” bagi semua

pihak, dan bukan hanya menjadi “undang-undang” bagi para pembuatnya. Walaupun

demikian secara hirarkis anggaran dasar tidak dapat menyimpang dari ketentuan

peraturan perundang-undangan lebih tinggi yang membentuknya. Demikian lah

rumus Pasal 25 ayat (1) undang-undang perseroan terbatas (akta pendirian perseoan

yang telah disahkan oleh atau anggaran dasar yang perubahannya telah disetujui

sebelum undang-undang ini berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

dengan undang-undang lain) yang secara implisit membatalkan setiap ketentuan

dalam anggaran dasar yang bertentangan dengan undang-undang perseroan terbatas

Ini berarti anggaran dasar merupakan aturan main perseroan, yang tidak hanya

mengikat para pihak yang mengadakannya, tapi juga pihak ketiga lainnya yang

berhubungan hukum dengan perseroan, termasuk didalamnya para pemegang saham,

(48)

BAB III

PENGATURAN RUPS DI DALAM KETENTUAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

A. Perseroan Terbatas

Perseroan terbatas (PT) adalah suatu badan hukum yang terpisah dengan

individu yang memilikinya (pemegang saham) atau pengurusnya (komisaris dan

direksi). Sebagai badan hukum perseroan terbatas memiliki hak dan kewajiban

sendiri. Perseroan Terbatas sebagai suatu badan hukum dinyatakan telah berdiri

setelah persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang dipenuhi. Proses pendirian

dimulai dengan membuat akta pendirian PT yang dilakukan dengan akta otentik.

Setelah akta pendirian PT selesai dibuat maka selanjutnya adalah mengajukan

permohonan ke Menteri Hukum dan HAM untuk memperoleh pengesahan, agar PT

memperoleh status badan hukum. Dalam akta pendirian pada umumnya memuat

anggaran dasar, yang mengatur hal-hal antara lain, Pertama, nama perusahaan.

Kedua, tujuan perusahaan. Ketiga, kegiatan usaha. Keempat, lokasi kantor pusat.

Kelima, jumlah direksi dan komisaris. Dan Keenam, struktur permodalan.

Perseroan terbatas atau Naamloze Vennootschap adalah sesuatu perseroan

yang modalnya terbagi atas suatu jumlah surat andil atau sero, yang lazimnya

disediakan untuk orang yang hentak turut. Perkataan “terbatas” ditujukan pada

tanggung jawab atau resiko dari para pesero atau pemegang andil, yang hanya

terbatas pada harga surat andil atau sero yang mereka ambil.39

39

(49)

H.M.N. Purwosutjipto berpendapat bahwa perseroan terbatas adalah

persekutuan yang berbentuk badan hukum. Badan hukum ini tidak disebut

“persekutuan” tetapi “perseroan”, sebab modal badan hukum itu terdiri dari sero –

sero atau saham – saham. Istilah “terbatas” tertuju pada tanggung jawab persero atau

pemegang saham yang luasnya terbatas pada nilai nominal semua saham yang

dimilikinya.40

Ali Rido berpendapat bahwa perseroan terbatas adalah suatu bentuk

perusahaan yang berbentuk badan hukum yang menjalankan perusahaan, didirikan

dengan suatu perbuatan hukum bersama oleh beberapa orang dengan modal tertentu

yang terbagi atas saham – saham di mana para anggota dapat memiliki satu atau lebih

saham dan bertanggung jawab terbatas samapai bagian saham yang dimiliki.41

Agus Budiarto berpendapat bahwa perseroan terbatas adalah suatu badan

usaha yang mempunyai unsur – unsur :

a. adanya kekayaan yang terpisah;

b. adanya pemegang saham;

c. adanya pengurus.42

I.G. Rai Widjaya berpendapat bahwa Perseroan Terbatas merupakan badan

hukum (legal intity), yaitu badan hukum “mandiri” (persona standi in judicio) yang

40

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 2, Djambatan, Jakarta, 1991, h. 90.

41

Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, PT. Alumni, Bandung, 1983, h.214.

42

Gambar

Gambar 1.  Struktur Dewan Direktur (System.
Gambar 2. Struktur Board of Directors dalam Two Tiers System
Gambar 3. Struktur Organ Perseroan Terbatas di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Dalam novel Shi ga futari wo wakatsu made, utopianya p enyakit aneh menjangkiti Yurie Yonehara, yang hanya bisa hidup dengan menghisap nyawa orang lain dan Ninjoo :

Dengan demikian, lingkungan sebagai suatu tempat seseorang memeroleh dan mempelajari bahasa harus memiliki kualitas yang baik, agar pemelajar bahasanya memiliki kemampuan

Bantalan merupakan elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak- baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan panjang

Kami kuatir mereka akan semakin tertinggal dengan pengelola ZIS dan wakaf besar dan bahkan dengan pemain baru yang muncul dengan konsep digital, yang cukup sukses pendekatannya

Berdasarkan latar belakangnya yang telah dijelaskan bahwa walaupun Tari Tradisional ini sampai sekarang masih bisa dipelajari di Sekolah-Sekolah maupun sanggar seni tetapi

Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di Bank BRI Unit Poncowati, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan restrukturisasi kredit dalam menurunkan kredit

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) secara keseluruhan sudah diberdayakan dengan baik dengan program-program yang dilakukan