Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010. KERTAS KARYA
DIKERJAKAN : O
L
E
H
NIM : 0622 03 004
SUCHI UTAMI NISNGSIH
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010. KERTAS KARYA
DIKERJAKAN : O
L
E
H
NIM : 0622 03 004
SUCHI UTAMI NISNGSIH
Dosen Pembimbing Dosen Pembaca
Drs. Eman Kusdiyana, M,Hum Hj. Muhibbah S.,S
Kertas Karya Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar
Fakultas Sastra USU Medan. Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian
Diploma III Dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Tiada kata yang layak Penulis ucapkan selain
segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberi Anugerah dan Rahmat-nya kepada
Penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dan kertas karya ini untuk melengkapi
syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul
kertas karya ini “
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kertas karya ini tidak akan lepas dari
kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penyajian kalimat, penguraian materi dan
pembahasan masalah. Karenanya Penulis dengan tulus hati mengharapkan segala saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan kertas karya ini.
PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BALI”
Dalam kertas karya ini Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu Penulis mengucapkan banyak terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Syaifuddin, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Program Studi
Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
3. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang dengan ikhlas
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
4. Bapak Alimansyar S.S.
5. Ibu Hj. Muhibbah S.S selaku Dosen Pembaca.
6. Seluruh staf Pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara.
7. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda Tercinta yang selama ini memberikan
dukungan baik moral maupun materil sampai studi saya ini selesai.
8. Buat Dedi terima kasih atas dukungannya selama ini.
9. Dan buat teman-teman saya Ana, Kharina, Wuri, Ratna serta teman-teman
semua jurusan Bahasa Jepang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima
kasih atas bantuannya.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan
dukungannya selama ini. Mudah-mudahan kertas karya ini berguna dan bermanfaat bagi
kita semua.
Medan, Januari 2009
Penulis
Nim : 062203004
SUCI UTAMI NINGSIH
DAFTAR ISI
Hal
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
KATAPENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Alasan Pemilihan Judul……….. 1
1.2Pembatasan Masalah……….. 2
1.3Tujuan Penulisan……….. 2
1.4Metode Penulisan………. 3
BAB 11 GAMBARAN UMUM PAKAIAN ADAT MASYARAKAT BALI.. 4
2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Masyarakat Bali……… 4
2.2 Lapisan Sosial Masyarakat Bali……… 5
2.3 Kepercayaan Masyarakat Bali………. 6
BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL MASYARAKAT BAL……….. 7
3.1 Pengertian Pakaian Adat Tradisional Bali………. 7
3.2 Jenis-jenis Pakaian Adat Tradisional Bali………. 8
3.3 Fungsi Pakaian Adat Tradisional Bali……… 8
3.4 Kelengkapan TradisionaL……… 9
3.4.1 Busana Pernikahan……… 9
3.4.2 Perhiasan……… 10
3.4.3 Keris………... 11
3.4.4 Gelang Unik……… 11
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……… 12
4.1 Kesimpulan……… 12
4.2 Saran………. 13
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
DAFTAR ISI ... 14
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010. 1.1Alasan Pemilihan Judul
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam daerah,
suku, seni, budaya, adat istiadat, bangunan-bangunan, serta pakaian tradisional sebagai
ciri khas daerah itu sendiri. Salah satunya adalah daerah Bali yang terdapat di Indonesia.
Sama seperti daerah lainnya, daerah Bali juga memiliki ciri khas yaitu khusus dalam
bentuk pakaian adat tradisionalnya.
Daerah Bali juga mempunyai beberapa jenis pakaian adat, di antaranya jenis pakaian
sehari-hari yang terdiri dari pakaian di rumah, pakaian bekerja, pakaian bepergian.
Dan juga ada jenis pakaian upacara yang terdiri dari pakaian upacara daur hidup,
pakaian upacara adat dan pakaian upacara keagamaan. Karena itu Penulis sangat tertarik
untuk membahas tentang “PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BALI” ini
karena memiliki keunikan dan ciri khas daerah itu sendiri.
1.1 Pembatasan Masalah
Dalam penulisan kertas karya ini Penulis membatasi pembahasannya, hanya
pada pakaian adat masyarakat Bali saja. Sebelum pembahasannya, Penulis menjelaskan
tentang :
- Lokasi dan lingkungan alam masyarakat Bali.
- Lapisan sosial masyarakat Bali.
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010. 1.2Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperkenalkan tentang pakaian adat daerah Bali kepada masyarakat
dan rekan-rekan Mahasiswa serta untuk mengangkat nilai-nilai kebudayaan
daerah Bali.
2. Untuk menambah wawasan Penulis sendiri tentang pakaian-pakaian adat di
daerah Bali.
3. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari program Diploma III
Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
1.3 Metode Penulisan
Dalam kertas karya ini Penulis menggunakan metode studi pustaka. Metode ini yaitu
metode cara untuk menyimpulkan alas an kerja cara membaca bahan-bahan, majalah
atau referensi yang berkaitan tentang apa pembahasan dalam kertas karya ini. Data-data
tersebut di analisis dan di ringkas ke setiap bab dan sub bab karya tulis ini.
BAB II
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Masyarakat Bali
Daerah Bali sebagai suatu profinsi denagn ibukotanya Denpasar, terdiri dari satu
pulau induk dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Luas wilayah daratan pulau Bali,
adalah 5.632,86 Km, yang terdiri dari 8 Kabupaten, dengan 51 Kecamatan, 515 Desa
serta 79 Kelurahan. Dalam penelitian ini semua Kabupaten yang ada di Bali di ambil
sebagai sampel. Desa-desa yang di ambil sebagai sampel di pilih berdasarkan
aktifitasnya dalam bidang pakaian adat itu, baik cara pemakaiannya, cara
pengolahannya, fungsinya dan sebagainya.
2.2 Lapisan Sosial Masyarakat Bali
Kehidupan manusia dalam kelompok-kelompok sosial seperti halnya dalam
komunitas, pada hakikatnya mewujudkan sejumlah hak dan kewajiban tertentu bagi
orang-
orang yang menempati kedudukan tersebut. Kedudukan atau status seperti itu dalam
setiap komunitas, di samping berbeda secara horizontal, juga berbeda secara vertikal.
Adanya perbedaan horizontal, yaitu perbedaan yang menekankan pada aspek
jenis kedudukan satu terhadap yang lain, akan mewujudkan gejala diferensiasi social.
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
Perbedaan vertikal, yaitu perbedaan yang menekankan pada aspek tinggi rendahnya
kedudukan sehingga tercipta adanya ranking dalam kedudukan, akan mewujudkan
gejala stratifikasi sosial atau pelapisan sosial.
Ini adalah pandangan kedudukan pada masyarakat Bali. Karena masyarakat Bali
merupakan penganut agama Hindu, masyarakat Bali mempunyai beberapa struktur
lapisan. Struktur lapisan menurut dasar kasta keturunan, yaitu dasar kasta, di bedakan
atas empat lapisan :
1. Brahmana, sebagai lapisan tertinggi.
2. Ksatria, sebagai lapisan kedua.
3. Wesya, sebagai lapisan ketiga dan
4. Sudra, sebagai lapisan terendah.
2.3 Kepercayaan Masyarakat Bali
Pengertian kepercayaan pada masyarakat Bali pada umumnya sama dengan
pengertian kepercayaan masyarakat pada umumnya yang sebenarnya lahir dari sistem
adat istiadat yang ada pada masyarakat yang bersangkutan. Terutama sistem
kepercayaan yang ada hubungannya dengan system religi, mengandung
bayangan-bayangan orang tentang wujudnya dunia gaib, dewa-dewa, makhluk halus, kehidupan di
masa mendatang, wujud dunia dan alam semesta. Sistem kepercayaan tersebut bisa
berupa tentang faham-faham yang hidup terlepas dalam pikiran orang-orang, di samping
bisa juga berupa konsep dan faham yang terintegrasikan ke dalam dongeng, cerita,
aturan-aturan yang bersifat keramat.
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
PAKAIAN ADAT TRADISIONAL MASYARAKAT BALI
3.1 Pengertian Pakaian Adat Tradisional Bali
Pengertian pakaian menurut masyarakat Bali pada umumnya sama yaitu
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Mengingat pakaian sebagai kebutuhan
dasar, sehingga penanganannya harus dapat di penuhi paling awal.
Melalui pakaian itu, akan dapat di ketahui serta di pahami mengenai unsur-unsur
kebudayaan yang terkandung di dalamnya. Terutama yang berkaitan terhadap
pemahaman tentang berbagai unsur-unsur kebudayaan daerah. Pakaian adat tradisional
secara konsepsional telah di rumuskan dalam term of reference (TOR), bahwa yang di
maksudkan adalah pakaian yang sudah di pakai secara turun temurun yang merupakan
salah satu identitas dan dapat di banggakan oleh sebagian besar pendukung kebudayaan
itu.
3.2 Jenis-Jenis Pakaian Adat Tradisional
Jenis-jenis pakaian adat tardisional di bedakan atas :
1. Jenis Pakaian Sehari-hari
- Pakaian di rumah.
- Pakaian bekerja.
- Pakaian bepergian.
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010. - Pakaian upacara adat.
- Pakaian upacara keagamaan.
3.3 Fungsi Pakaian Adat Tradisional
Fungsi pakaian mempunyai nilai-nilai praktis-etis, yaitu untuk menutupi
sebagian tubuh, demi kesehatan dan kesusilaan. Kalau seorang bayi lahir, dia telah di
sambut dengan secarik kain yang di sebut “taled”, yang berarti “alas”. Pakaian untuk
anak-anak di bandingkan dengan pakaian untuk remaja, bahkan untuk orang dewasa
hampir tidak ada perbedaan yang mencolok.
3.4 Kelengkapan Tradisional
Oleh karena hampir semua orang dewasa dan orang tua Bali, baik laki-laki
maupun perempuan adalah pengunyah sirih, rata-rata orang melengkapi dirinya dengan
alat penumbuk sirih yang di kenal dengan nama “pangelocokan”.
“Kampek/kompek” atau “gandek” adalah isian (kemasan) untuk menyimpan
pangelocokan. Adapun benda-benda yang di gunakan dalam pangelocokan seperti daun
sirih, kapur sirih, gambir dan buah pinang. Gandek adalah kompek yang di beri tali.
Membawa kompek dengan jalan menyelipkan dan menahannya dengan ikat pinggang,
sedangkan membawa gandek adalah dengan menyandangnya. Kedua benda ini
merupakan hasil anyaman bambu atau daun pandan dan sering di rancang begitu indah,
sehingga tampak begitu khas dan cantik
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
Bagi orang dewasa di daerah Bali yang ingin mengadakan upacara pernikahan, jika pria
mereka memakai pakaian yang terdiri dari kamben endek/ batik/ songket (sebagai kain
luar), baju songket/ saput putih/ kuning beserta umpalnya dan undeg songket atau undeg
putih/ undeg batik (destar).
Untuk orang dewasa wanitanya, memakai pakaian yang terdiri dari tapih (kain dalam)
kamben endek/ batik/ songket (sebagai kain luar), sabuk stagen, baju kebaya dan anteng
songket/ batik/ endek/ pelangi/ rembang atau anteng kain putih/ kuning.
3.4.2 Perhiasan
Adapun jenis-jenis perhiasan mencakup :
1. Cucuk /tusuk, menurut bentuknya menyerupai seperti naga kondi, sisir dan
bunga yang meliputi bunga sandat, cempaka, semanggi mawar dan pucuk.
2. Subeng, sumpel dan anting, mengenai anting-anting menurut bentuknya
menyerupai seperti tamiang, burung, ular dan cakra.
3. Badong menyerupai kalung berbentuk pipih yang di rangkai dengan rantai
(rante).
4. Cincin (bungkung), menurut bentuknya menyerupai seperti cakrawaka, boma,
tegem, manic, tatahan dan jawan.
5. Gelang, menurut bentuknya menyerupai gelang nagasatru, gelang kana dan
gelang sudira.
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
Pada umumnya sebuah keris adalah sebuah senjata, untuk membela diri maupun
untuk menyerang musuh. Sebagai suatu kelengkapan perang, maka keris di pakai oleh
semua bala tentara kerajaan, yang secara tradisisonal di sebut “sikep”. Oleh karena Bali
dari jaman ke jaman selalu dalam kesiagaan bertempur. Penggunaan keris lalu
merupakan suatu sikap masyarakat dan mempengaruhi banyak pelaksanaan upacara, di
antaranya dengan keris mewakili mempelai laki-laki seorang bangsawan untuk
meminang seorang calon istrinya.
3.4.4 Gelang Unik
Perhiasan yang di gunakan masyarakat Bali yang di pakai atau di letakkan pada anggota
badan di lengan yaitu :
1. Gelang Kana, perhiasan yang di gunakan oleh golongan (kasta) brahmana.
2. Gelang Nagasatru, perhiasan yang di gunakan oleh golongan (kasta) kesatria.
3. Gelang Sudira, perhiasn yang di gunakan oleh golongan (kasta) wesya.
4. Sedangkan Badong, perhiasan yang di gunakan oleh golonan (kasta) sudra.
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Di dalam bab ini, Penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.
2. Kelengkapan tradisional merupakan suatu kelengkapan yang di pakai dalam
pakaian adat tradisional. Orang Asing menganggap masyarakat Bali sebagai
orang-orang yang menyukai kesederhanaan dalam hal berbusana.
3. Pada umumnya sebuah keris adalah sebuah senjata untuk membela diri maupun
untuk menyerang musuh. Pajenengan atau keris juga di pergunakan pada
upacara adat/agama di kalangan keluarga ningrat.
4.2 Saran
Kita sebagai generasi muda, bukan hanya budaya kita sendiri yang harus kita
ketahui, tetapi budaya-budaya lain juga harus kita ketahui. Misalnya jenis-jenis, fungsi
dan kelengkapan adat tradisional Bali.
Oleh karena itu kita sebagai kawula muda agar dapat mengenal jati diri kita sebagai
bangsa Indonesia yang memiliki ragam dan ciri khas daerah yang sangat banyak
terutama dalam hal pakaian adat daerah Bali. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi para Pembaca.
Suchi Utami Ningsih : Bali Dentootekina Fukushoo, 2010.
Goro Taniguchi. Kamus Standar Bahasa Indonesia Jepang. Dian Rakyat
Kusuma Arini, A.A Ayu SST. 1985 “Tata Rias Bali”, Makalah Pertemuan Ilmiah
Kebudayaan Bali, (Baliologi). Denpasar
Rai Wiryani. 1984. “Ragam Hias Arsitektur Tradisional Bali : Suatu tinjauan
Arkeologi”. Analisis Kebudayaan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan