Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
PENENTUAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMUTIHAN
PULP (BLEACHING) DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk
SOSOR LADANG PORSEA
KARYA ILMIAH
DESWENTY SINAGA
052401084
PROGRAM D-3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
PENENTUAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMUTIHAN
PULP (BLEACHING) DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk
SOSOR LADANG PORSEA
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk mendapat ijazah Ahli Madya pada program Diploma-3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
DESWENTY SINAGA
052401084
PROGRAM D-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN VISKOSITAS PADA PROSES
PEMUTIHAN PULP (BLEACHING) DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk. SOSOR LADANG PORSEA
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : DESWENTY SINAGA
Nomor Induk Mahasiswa : 052401084
Program Studi : D3 KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Juni 2008
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua, Pembimbing,
Dr. Rumondang Bulan Nasution, MS Dra. Nurhaida Pasaribu, MSi
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
PERNYATAAN
“PENENTUAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMUTIHAN PULP
(BLEACHING) DI PT.TOBA PULP LESTARI, Tbk. SOSOR LADANG
PORSEA”
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2008
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
PENGHARGAAN
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala kelimpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp
(Bleaching) di PT. Toba Pulp Lestari,Tbk Sosor Ladang Porsea ”.
Karya ilmiah ini merupakan hasil kerja praktek di PT. TOBA PULP LESTARI Tbk.Porsea. Karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan akademik mahasiswa untuk memperoleh ijazah Ahli Madya Diploma-3 untuk program studi Kimia Analis di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Dengan selesainya karya ilmiah ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini terutama kepada Orang tua penulis Ayahanda dan Ibunda yang tercinta (T. Sinaga dan R. Napitu) yang telah memberikan kasih sayang, doa serta dukungan yang tulus kepada penulis, yang selalu mengharapkan keberhasilan penulis. Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Nurhaida Pasaribu, MSi selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing penulis serta memberikan masukan kepada penulis sampai selesainya penulisan karya ilmiah ini, terimakasih juga kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr.Edy Marlianto, MSc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Ibu Dr. Marpongahtun, MSc selaku Ketua Program Studi Kimia Analis, Bapak Drs. Firman Sebayang, MS selaku Dosen Wali penulis, serta seluruh Dosen dan Staf Pengajar Departemen Kimia serta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh Staf dan Karyawan PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk yang membimbing dan membantu penulis saat melakukan praktek kerja lapangan. Terimakasih selanjutnya untuk abang penulis (Fernando Sinaga) dan kakak serta adik penulis (Patris Sinaga, Yon Ivan Sinaga & Adri Fridolin Sinaga) yang selalu memberi semangat dan dukungan serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada seluruh keluarga besar penulis yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terimakasih atas dukungan dan doanya.Rekan–rekan Kimia Analis khususnya angkatan tahun 2005 terkhusus kepada teman-teman seperjuangan selama praktek kerja lapangan (Febrianty, Junita, Indri, Ediatur) serta Erista dan Desona (terimakasih atas dukungan dan doanya). Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman satu kost yang selalu memberi semangat, dukungan serta doa kepada penulis (Veronika alias si Pudan, K’Men, K’Natal, Riyong, Vanya, Mirna) serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
DEFINING VISCOSITY FOR BLEACHING PROCESS AT PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk SOSOR LADANG PORSEA
ABSTRACT
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, 3.1 Metodologi Percobaan 22 3.2 Alat dan Bahan 22 3.2.1 Alat 22 3.2.2 Bahan 23
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
4.2 Pembahasan 26
4.3 Perhitungan 26
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 28
5.1 Kesimpulan 28
5.2 Saran 28
DAFTAR PUSTAKA
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3. Karakteristik serat kayu lunak dan kayu keras 7
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Konversi Viskositas
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu adalah hasil utama dari pohon yang dapat digunakan untuk berbagai
maksud keperluan manusia. Kayu adalah bagian xylem dari pohon yang tersusun
dari berbagai macam sel kayu. Sel kayu terdiri dari komponen-komponen yang
berbeda, baik jumlah maupun sifat fisik, kimia dan mekaniknya. Proporsi
komponen dan sifat-sifat kimia kayu sangat bervariasi menurut umur kayu, jenis
kayu, dan posisi kayu di dalam pohon. Komponen penyusun kayu terdiri dari
komponen penyusun dinding sel dan komponen pengisi rongga sel.
(Dumanauw, J.F. 1990)
Jauh sebelum teknologi pemanfaatan kayu seperti sekarang ini, manusia
sebenarnya telah memanfaatkan kayu secara tradisional. Laju kebutuhan manusia
yang semakin meningkat dan beragam terhadap berbagai produk kayu seperti
kertas, mendorong para pengusaha untuk mendirikan industri pengolahan kayu
untuk kebutuhan yang lebih bermanfaat. Hal inilah yang mendorong PT. Toba
Pulp Lestari, Tbk Sosor Ladang Porsea Kabupaten Toba Samosir untuk mengolah
kayu menjadi produk yang lebih bermanfaat. Secara garis besar, proses
pengolahan kayu pada industri ini adalah dimulai dari pengumpulan kayu (wood
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
pencucian (washing/screening), pemutihan (bleaching), serta pembentukan
lembaran pulp dengan mesin (pulp machine).
Proses pemutihan pulp atau disebut juga proses pengelantangan pulp
bertujuan untuk menghilangkan warna coklat pada pulp yang disebabkan oleh
lignin sebagai salah satu komponen penyusun kayu. Pada proses ini dilakukan
dengan menggunakan senyawa klor sebagai bahan pemutih. Banyak sedikitnya
klor yang digunakan pada proses ini akan mempengaruhi viskositas daripada pulp
yang dihasilkan. Penggunaan ClO2 yang berlebih menyebabkan degradasi selulosa
sehingga mengurangi kekuatan serat. Bahkan pada kondisi yang baik
kemungkinan masih terjadi penurunan kekuatan serat. Dengan demikian harus ada
hubungan antara bahan kimia pemutih yang digunakan dengan pulp yang akan
diputihkan. (Anonim. 2000)
Mengingat begitu pentingnya penentuan viskositas untuk mengetahui
kualitas pulp yang dihasilkan setelah proses pemutihan, maka penulis merasa
tertarik untuk menjadikan masalah ini sebagai pembahasan dalam Karya Ilmiah
dengan Judul “Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching)
di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Sosor Ladang Porsea”.
1.2 Permasalahan
Viskositas merupakan salah satu variabel dasar pada proses
pengelantangan/pemutihan pulp. Pengujian atau penentuan viskositas dilakukan
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
permasalahan dalam pembahasan ini adalah apakah viskositas yang dihasilkan
telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh industri.
1.3 Tujuan
1).Untuk mengetahui cara penentuan viskositas pada proses pulp sulfat di PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk Sosor Ladang Porsea sehingga menghasilkan pulp dengan
kualitas yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan industri.
2).Untuk memperoleh/menghasilkan pulp yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan dengan menggunakan bahan kimia pemutih yang sekecil-kecilnya.
1.4 Manfaat
1). Melalui penentuan viskositas dapat diketahui kekuatan serat yang dimiliki
oleh pulp serta hubungannya terhadap jumlah bahan pemutih yang diperlukan
untuk proses pengelantangan/pemutihan pulp.
2). Melalui penentuan viskositas dapat diketahui perbandingan kekuatan serat
yang dimiliki oleh pulp pada proses pemutihan pulp tahap pertama (D1) dan
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kayu
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan
mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan maksud manusia sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu
terdiri atas beberapa macam sel yang menyusun jaringan-jaringan, memiliki pola
tersendiri dalam hal bentuk, susunan serta pengaturannya di dalam kayu. Kayu
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kayu daun lebar
2. Kayu daun jarum
Kayu daun lebar mempunyai struktur lebih lengkap daripada kayu daun
jarum, memiliki pori-pori (sel-sel pembuluh). Sedangkan kayu daun jarum tidak
memiliki pori-pori melainkan sel trakeida, yaitu sel yang berbentuk panjang
dengan ujung-ujung yang kecil sampai meruncing. Kayu daun jarum mempunyai
struktur yang lebih sederhana daripada kayu daun lebar. Pada kayu daun jarum,
jumlah jenis selnya lebih sedikit dan jumlah kombinasi bentuk-bentuk jaringannya
juga lebih sederhana. Jumlah jenis kayu daun jarum di Indonesia hanya sedikit
dibandingkan jenis kayu daun lebar. Yang termasuk kayu daun jarum yaitu: Pinus
atau Tusam, Agathis (Damar), Jamuju. Kayu daun lebar antara lain: Jati, Meranti,
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
Sifat-sifat Umum Kayu
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda-beda.
Bahkan kayu yang berasal dari satu pohon memiliki sifat agak berbeda, jika
dibandingkan bagian ujung dan pangkalnya. Dalam hubungan itu maka ada
baiknya jika sifat-sifat kayu tersebut diketahui lebih dahulu, sebelum kayu
dipergunakan sebagai bahan bangunan, industri kayu maupun untuk pembuatan
perabot. Sifat yang dimaksud antara lain yang bersangkutan dengan sifat anatomi
kayu, sifat fisik, sifat mekanik dan sifat kimianya.
Sifat Fisik Kayu
Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah berat jenis,
warna, higroskopik dan lain-lain.
a. Berat Jenis
Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda. Makin berat kayu itu,
umumnya makin kuat juga kayunya. Semakin ringan suatu jenis kayu, akan
berkurang juga kekuatannya. Berat jenis ditentukan oleh tebal dinding sel,
kecilnya rongga sel yang membentuk pori. Umumnya berat jenis kayu ditentukan
berdasarkan berat kayu kering tanur atau kering udara dan volume kayu pada
posisi kadar air tersebut.
b. Warna
Warna sesuatu jenis kayu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
sesuatu jenis kayu bukanlah warna yang murni, tetapi warna campuran beberapa
jenis warna. Ada beraneka macam, antara lain warna kuning, coklat,
keputih-putihan, kehitam-hitaman dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat
pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda.
c. Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik yaitu, dapat menyerap atau melepaskan
air atau kelembaban. Makin lembab udara di sekitarnya akan makin tinggi pula
kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dengan
masuknya air ke dalam kayu, maka berat kayu itu akan bertambah.
Sifat Kimia Kayu
Komponen kimia di dalam kayu mempunyai arti yang penting, karena
menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan sebagai
bahan pengenal ketahanan kayu terhadap serangan makhluk perusak kayu.Selain
itu dapat pula menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu, sehingga didapat
hasil yang maksimal. Umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun
jarum terdiri dari 3 unsur:
- unsur karbohidrat terdiri dari selulosa
- unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin
- unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan
dinamakan zat ekstraktif.
Distribusi komponen kimia tersebut di dalam dinding sel kayu tidak merata.
Komposisi unsur-unsur kimia dalam kayu adalah:
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari,
2.3 Bahan Baku Pembuatan Pulp
Bahan baku yang digunakan untuk membuat pulp ialah bahan-bahan yang
mengandung banyak selulosa seperti bambu, kayu, jerami, merang, dan lain-lain.
Jenis kayu yang banyak digunakan dalam pembuatan pulp adalah:
- Kayu lunak (softwood), adalah kayu dari tumbuhan konifer contohnya pohon
pinus.
- Kayu keras (hardwood), adalah kayu dari tumbuhan yang menggugurkan
daunnya setiap tahun.
Kayu lunak yang memiliki panjang dan kekasaran lebih besar digunakan
untuk memberi kekuatan pada kertas. Kayu keras lebih halus dan kompak
sehingga menghasilkan permukaan kertas yang halus. Kayu keras juga lebih
mudah diputihkan hingga warnanya lebih terang karena memiliki lebih sedikit
lignin. Kertas umumnya tersusun atas campuran kayu keras dan kayu lunak untuk
mencapai kekuatan dan permukaan cetak yang diinginkan pembeli.
Tabel 2.3. Karakteristik serat dari kayu lunak dan kayu keras
Kayu lunak Kandungan (%) Kayu keras Kandungan (%)
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
2.4 Komponen Kimia Kayu
Komponen kimia kayu sangat bervariasi, karena dipengaruhi oleh faktor
tempat tumbuh, iklim dan letaknya di dalam batang atau cabang. Sepanjang
menyangkut komponen kimia kayu, maka perlu dibedakan antara
komponen-komponen makromolekul utama dinding sel selulosa, poliosa (hemiselulosa) dan
lignin, yang terdapat pada semua kayu, dan komponen-komponen minor dengan
berat molekul kecil (ekstraktif dan zat-zat mineral) yang biasanya lebih berkaitan
dengan jenis kayu tertentu. Perbandingan dan komposisi kimia lignin dan poliosa
berbeda pada kayu lunak dan kayu keras, sedangkan selulosa merupakan
komponen yang seragam pada semua kayu.
Tabel.2.4. Komponen kimia menurut golongan kayu
Komponen kimia Golongan kayu
Kayu daun lebar (%) Kayu daun jarum (%)
Selulosa 40 – 45 41 – 44
Lignin 18 – 33 28 – 32
Hemiselulosa 21 – 24 8 – 13
Zat ekstraktif 1 – 12 2,03
Abu 0,22 – 6 0,89
Sumber: Vademecum Kehutanan 1976
(Dumanauw,J.F. 1990)
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
Selulosa ialah suatu polimer yang mengandung unit-unit glukosa jenis
anomer yang membolehkan selulosa membentuk satu rantai yang sangat
panjang. Selulosa merupakan konstituen utama kayu. Kira-kira 40-45% bahan
kering dalam kebanyakan spesies kayu adalah selulosa, terutama terdapat dalam
dinding sel sekunder. Berat molekul selulosa sangat bervariasi (50.000-2,5 juta)
tergantung pada asal sampel. Selulosa merupakan polimer linier dengan unit-unit
dan ikatan-ikatan yang seragam. Ukuran rantai molekul lazim dinyatakan sebagai
derajat polimerisasi, yaitu hasil bagi dari berat molekul selulosa dengan berat
molekul satu unit glukosa.
Struktur Selulosa
Selulosa terdapat pada semua tanaman dari pohon bertingkat tinggi hingga
organisme primitif seperti rumput laut. Di dalam kayu, selulosa tidak hanya
disertai dengan poliosa dan lignin, tetapi juga terikat erat dengannya, dan
pemisahannya memerlukan perlakuan kimia yang intensif. Perlakuan kimia secara
intensif seperti pembuatan pulp dan pengelantangan,akan sangat menurunkan
harga derajat polimerisasi (DP).
Selulosa merupakan bahan dasar dari banyak produk teknologi (kertas, film,
serat, aditif, dan sebagainya) dan karena itu diisolasi terutama dari kayu dengan
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
kimia dalam pembuatan pulp, pada keadaan asam, netral atau alkalis, diperoleh
pulp dengan sifat-sifat yang berbeda. Untuk beberapa tujuan pulp harus
dimurnikan dengan proses tambahan pengelantangan.
2.4.2 Hemiselulosa
Di samping selulosa dalam kayu maupun dalam jaringan tanaman yang lain
terdapat sejumlah polisakarida yang disebut poliosa atau hemiselulosa.
Hemiselulosa berbeda dari selulosa karena komposisi berbagai unit gula, karena
rantai molekul yang lebih pendek, dan karena percabangan rantai molekul.
Selulosa merupakan homopolisakarida sedangkan hemiselulosa merupakan
heteropolisakarida.
Struktur Hemiselulosa
Seperti halnya selulosa kebanyakan hemiselulosa berfungsi sebagai bahan
pendukung dalam dinding-dinding sel. Hemiselulosa relatif mudah dihidrolisis
oleh asam menjadi komponen-komponen monomernya yang terdiri dari
D-glukosa, D-manosa, D-galaktosa, D-xilosa, arabinosa, dan sejumlah kecil
L-ramnosa di samping menjadi asam D-glukuronat, asam D-galakturonat.
Kebanyakan hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi hanya 200. Jumlah
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
(Sjostrom,E. 1995)
2.4.3 Lignin
Setelah selulosa, lignin merupakan zat organik polimer yang banyak dan
yang penting dalam dunia tumbuhan. Lignin adalah jaringan polimer fenolik tiga
dimensi yang berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga menjadi kaku. Jumlah
lignin yang terdapat dalam tumbuhan yang berbeda sangat bervariasi. Dalam
kayu, kandungan lignin berkisar antara 20 hingga 40%. Kayu lunak normal
mengandung 26-32% lignin, sedangkan kandungan lignin kayu keras adalah
35-40%. Lignin yang terdapat dalam kayu keras sebagian larut selama hidrolisis
asam.
Struktur Lignin
Dalam kebanyakan penggunaan kayu, lignin digunakan sebagai bagian integral
kayu. Hanya dalam hal pembuatan pulp dan pengelantangan lignin dilepaskan dari
kayu dalam bentuk terdegradasi dan berubah, dan merupakan sumber karbon lebih
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
kimia dan energi. Pulping kimia dan proses pemutihan akan menghilangkan lignin
tanpa mengurangi serat selusosa secara signifikan. (Fengel,D. 1995)
2.4.4 Zat – zat Ekstraktif
Zat ekstraktif umumnya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut seperti
eter, alkohol, bensin dan air. Banyaknya rata-rata 3 – 8% dari berat kayu kering
tanur. Termasuk di dalamnya minyak – minyakan , resin, lilin, lemak, tanin, gula,
pati dan zat warna. Zat ekstraktif tidak merupakan bagian struktur dinding sel,
tetapi terdapat dalam rongga sel. (Dumanauw,J.F. 1990)
2.5 Proses Pembuatan Pulp
Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan untuk pembuatan
kertas, tetapi juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti sutera rayon
dan selofan. Tujuan utama pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan
serat-serat selulosa dari bahan baku. Ada 3 macam proses pembuatan pulp, yaitu:
1. Proses Mekanis
2. Proses semi-kimia
3. Proses Kimia
2.5.1 Proses Mekanis
Pada proses ini tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan baku
digiling dengan mesin sehingga selulosa terpisah dari zat-zat lain.
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
Proses pembuatan pulp secara semi-kimia pada dasarnya ditandai dengan
perlakuan kimia yang didahului dengan tahap penggilingan secara mekanik,
sehingga serat-serat selulosa mudah terpisah dan tidak rusak.
2.5.3 Proses Kimia
Pada proses ini, bahan baku dimasak dengan bahan kimia tertentu untuk
menghilangkan zat lain yang tidak perlu dari serat-serat selulosa. Dengan proses
ini, dapat diperoleh selulosa yang murni dan tidak rusak Berdasarkan larutan
pemasak yang digunakan, proses kimia dapat dibagi dua, yaitu:
- proses soda
- proses sulfat (kraft)
Dalam proses pulping secara kimiawi ditambahkan panas dan zat kimia pada
serpihan kayu yang dimasukkan ke dalam tabung bertekanan yang disebut
digester. Dalam larutan tersebut dimasukkan larutan pemasak:
- NaOH 7% untuk proses soda.
- NaOH, Na2S dan Na2CO3 untuk proses sulfat.
Pemasakan ini berguna untuk memisahkan selulosa dari zat-zat yang lain. Reaksi
sebenarnya rumit sekali, tetapi secara sederhana dapat ditulis :
Kayu laru tanpemasak→pulp (selulosa) + senyawa alkohol +
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
Pembuatan pulp dengan proses kraft menggunakan larutan putih (white
liquor), yaitu larutan campuran natrium hidroksida dan natrium sulfida yang
secara selektif akan melarutkan lignin dan membuatnya lebih larut dalam cairan
pengolah. Setelah 2-4 jam, campuran antara pulp, sisa zat kimia dan limbah kayu
dikeluarkan dari digester. Pulp kemudian dicuci untuk memisahkannya dari cairan
hitam (sisa zat kimia dan limbah). Larutan yang mengandung serat kayu terlarut
kemudian masuk ke digester dan dipanaskan. Larutan hasil pemanasan yang
berwarna hitam (black liquor) dipisahkan dari pulp (brownstock) setelah proses
pemanasan. Dalam batch digester, pulp (brownstock) diambil dari dasar digester
tabung untuk dilanjutkan dengan pencucian. Pada digester bersinambungan,
pencucian dilakukan di dalam digester untuk menghilangkan larutan lain dan
mendinginkan pulp. Kraft pulping adalah proses dengan hasil rendah yaitu hanya
45% dari kayu akan menjadi pulp yang dapat digunakan. Pulp atau disebut
brownstock pada tahap ini siap untuk diputihkan.
Reaksi kimia yang penting dalam pengolahan kembali sisa larutan tersebut adalah:
Na2SO4 + 2 C ———————————> Na2S + 2 CO2 (gas)
Na2CO3 + Ca(OH)2 ———————————> 2 NaOH + CaCO3
endapan putih
2.6 Proses Pemutihan
Proses pemutihan (bleaching) dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses
pemasakan yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
pewarna yang tersisa pada pulp. Metoda pemutihan dipilih berdasarkan atas
sifat-sifat yang dikehendaki, salah satu dari pengelantangan secara delignify.
Pengelantangan secara delignify dilakukan dengan menggunakan bahan kimia
klorin (klorin, hipoklorit, dan klorin dioksida) serta alkali. Tujuan utama proses
pengelantangan secara umum adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki brightness
2. Memperbaiki kemurnian
3. Degradasi serat selulosa seminimum mungkin
Prinsip proses pemutihan adalah mereaksikan lignin dengan bahan pemutih.
Lignin sangat reaktif yang berarti bahwa lignin mudah dipengaruhi oleh bahan
pemutih yang digunakan. Kemudian molekul lignin terurai menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil, yang larut dalam air, dan dapat dihilangkan dari pulp.
Dissolving Pulp (DKP) merupakan suatu pulp yang diproses secara khusus yang
digunakan dalam pabrik serat rayon, diputihkan dengan tujuan khusus, termasuk
pengendalian viskositasnya dan pengurangan abu dan zat-zat pengotor lainnya.
(Sirait,S. 2003)
2.6.1 Bahan Kimia Proses Pemutihan
1. Klorin (Cl2)
Klorin merupakan bahan kimia yang paling cocok untuk mengubah banyak
lignin dan bahan-bahan yang bukan selulosa di dalam pulp yang larut, di samping
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
kehijauan, bersifat racun serta klorin yang lembab (basah) sangat korosif terhadap
kebanyakan logam.
Klorinasi mengubah warna dan sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh pulp dan
membuat lignin serta resin makin larut di dalam air dan kaustik encer. Pada tahap
klorinasi, lignin diklorinasi menjadi klorolignin sehingga terjadi proses
delignifikasi. Klorin bereaksi dengan lignin secara oksidasi dan substitusi. Reaksi
ini mengeluarkan lignin dan beberapa akan larut dalam tahap klorinasi. Reaksinya
adalah sebagai berikut:
Substitusi:
Cl2 + (Lignin) (Lignin) – Cl + HCl
Oksidasi:
Cl2 + (Lignin) Lignin teroksidasi + 2 HCl
Kebanyakan lignin yang terklorinasi dan teroksidasi akan larut di dalam tahap
ekstraksi selanjutnya setelah hidrolisa dengan pembentukan Natrium Phenolat.
2. Natrium Hidroksida (NaOH)
Pada saat klorin bereaksi dengan lignin, sebagian besar saja yang dihasilkan
larut dengan air, karena klorinat lignin sangat mudah larut dalam larutan alkali,
perlakuan alkali menyusul setelah proses klorinasi. Natrium Hidroksida
merupakan salah satu alkali kuat. Pada proses pemutihan biasanya digunakan
alkali encer dengan konsentrasi kira-kira 120 gram/liter.
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
Gas O2 digunakan sebagai suatu zat pemutih bersama-sama dengan alkali
pada tahap ekstraksi. Gas O2 memperkuat sifat-sifat pulp yang diputihkan. Hal ini
mungkin membuat berkurangnya emisi yang dapat mengganggu terhadap
lingkungan. Pengaruh penambahan O2 mencerminkan terhadap penghematan
klorin dioksida pada tahap selanjutnya.
4. Natrium Hipoklorit (NaOCl)
Hipoklorit adalah persenyawaan klorin yang pertama digunakan untuk
proses pemutihan (biasanya disebut “hypo”). Senyawa ini merupakan yang sangat
tidak stabil dan cenderung terurai yang meningkat dengan kenaikan konsentrasi
dan temperatur serta berkurangnya sifat alkali.
Tujuan utama perlakuan dengan menggunakan hipoklorit adalah untuk
meningkatkan brightness pada pulp. Ini dicapai dengan tindakan oksidasi dari
hipoklorit pada lignin dan bahan-bahan berwarna yang lain yang terdapat pada
pulp dengan cara mengubahnya menjadi tak berwarna. Bagaimanapun, reaksi ini
sangat serius merusak serat selulosa kecuali bila kondisi-kondisi operasi seperti
pH, temperatur, waktu tinggal dan jumlah hipoklorit yang digunakan dikendalikan
secara hati-hati. Degradasi ini dikendalikan bertujuan untuk mencapai kekuatan
pulp yang dikehendaki (kendali viskositas).
5. Klorin Dioksida (ClO2)
Klorin dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja dari proses
pemutihan umumnya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan-bahan
berwarna yang lainnya. Ini digunakan untuk memutihkan pulp yang berkualitas
sebab ini memiliki keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan
selulosa yang minimum. Pada bleaching plant klorin dioksida digunakan sebagai
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
(Anonim. 2000)
2.6.2 Tahap Pemutihan
Proses bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan
menghilangkan lignin tanpa merusak selulosa. Dalam industri kertas terdapat
beberapa tahap dalam proses pemutihan. Masing-masing tahapan dijabarkan di
bawah ini.
C : tahap klorinasi, menggunakan C12 dalam media asam
E : Ekstraksi Alkali, untuk melarutkan hasil degradasi lignin yang terbentuk pada
tahap sebelumnya dengan larutan NaOH.
D : Klorin dioksida, mereaksikan ClO2 dengan pulp pada kondisi asam
O : Oksigen, digunakan pada tekanan tinggi dan suasana basa
H : Hipoklorit, mereaksikan NaClO dalam media basa
P : Peroksida, reaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2) dalam kondisi basa
Proses bleaching biasanya melibatkan 4-6 tahap. Standar industri hingga beberapa
tahun lalu adalah bleaching dengan urutan CEDED yaitu tahap klorinasi yang
diikuti ekstraksi alkali, pengolahan dengan klorin dioksida, ekstraksi alkali dan
pengolahan akhir klorin dioksida. Proses yang lebih modern telah beralih dari
penggunaan klorin (C-stage) karena menghasilkan senyawa toksik aromatik
terklorinasi (dioksin dan dibenzofurans) dalam efluen instalasi bleaching,
contohnya menerapkan urutan OXED yaitu menggunakan pemutih oksigen yang
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
Tahapan dalam bleaching disimbolkan dengan DED dimana D
melambangkan klorin dioksida (ClO2) dan E melambangkan ekstraksi alkali.
Dalam tahap ini, brownstock dicampur dengan ClO2 dalam reaktor D1 yang akan
bereaksi dengan lignin. Pencucian mengikuti tahap ini untuk menghilangkan
senyawa lignin yang berikatan dengan klor dari bubur kayu. NaOH ditambahkan
pada aliran pulp dalam menara E dan diikuti dengan pencucian. Ekstraksi
berfungsi untuk menetralisasi pulp dan memperbaiki proses pencucian
sebelumnya. Menara D2 adalah tahap akhir dari proses bleaching dimana ClO2
memberikan pemutihan terakhir pada pulp. Klorin biasanya diperoleh melalui
proses elektrolisis dari NaCl yang menghasilkan Cl2 dan NaOH. NaOH yang
dihasilkan dapat digunakan pada tahap E. Reaksi kimia elektrolisis dari NaCl
diuraikan berikut ini:
2 NaCl + e- ====> 2 NaOH +
Cl
2Klorin dioksida diperoleh dari natrium klorat dengan katalis asam sulfit. Produk
lainnya adalah Na2SO4 yang dapat digunakan dalam proses kraft pulping.
Reaksinya diuraikan berikut ini:
2NaClO3 + SO2 ====> 2 ClO2 + Na2SO4
2.7 Viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau
fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
mengalirnya suatu cairan. Viskositas (kekentalan) cairan akan menimbulkan
gesekan antara bagian-bagian atau lapisan-lapisan cairan yang bergerak satu
terhadap yang lain.
Dalam fluida ideal (fluida tidak kental) tidak ada kekentalan yang
menghambat lapisan-lapisan cairan ketika bergeser satu di atas lainnya. Dalam
suatu pipa dengan luas penampang yang sama, setiap lapisan bergerak dengan
kecepatan yang sama. Pada fluida kental, antara lapisan-lapisan cairan mengalami
gesekan, sehingga kecepatan aliran tidak seluruhnya sama. Pada bagian tengah di
sekitar sumbu cairan mengalir lebih cepat karena lebih leluasa. Sebaliknya di
sekitar dinding pipa cairan mengalir lebih lambat, bahkan yang melekat pada
dinding sama sekali tidak bergerak.
Secara umum, viskositas cairan dapat ditentukan dengan dua metode, yaitu:
a). Viskometer Ostwald
Metode ini ditentukan berdasarkan hukum Poiseuille menggunakan alat
Viskometer Ostwald. Penetapannya dilakukan dengan jalan mengukur waktu yang
diperlukan untuk mengalirnya cairan dalam pipa kapiler dari atas ke bawah.
Sejumlah cairan yang akan diukur viskositasnya dimasukkan ke dalam viskometer
yang diletakkan pada termostat. Cairan kemudian diisap dengan pompa ke dalam
bola sampai di atas tanda garis atas. Cairan dibiarkan mengalir ke bawah dan
waktu yang diperlukan dari batas atas ke batas bawah dicatat menggunakan
stopwatch.
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
Viskositas cairan dapat ditentukan dengan metode bola jatuh berdasarkan
hukum Stokes. Penetapannya diperlukan bola kelereng dari logam dan alat gelas
silinder berupa tabung. Bola kelereng dengan rapatan d dan jari-jari r dijatuhkan
ke dalam tabung berisi cairan yang akan ditentukan viskositasnya. Waktu yang
diperlukan bola untuk jatuh melalui cairan dengan tinggi tertentu kemudian
dicatat dengan stopwatch.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Viskositas
Setiap fluida mempunyai viskositas yang berbeda-beda yang harganya
bergantung pada jenis cairan dan suhu. Cairan mempunyai viskositas lebih besar
daripada gas, karena mempunyai gaya gesek untuk mengalir lebih besar. Pada
kebanyakan cairan viskositasnya turun dengan naiknya suhu. Sebaliknya
viskositas akan naik dengan turunnya suhu.
Viskositas cairan naik dengan bertambahnya tekanan. Sebaliknya viskositas
cairan turun dengan berkurangnya tekanan. Untuk larutan viskositasnya
bergantung pada konsentrasi atau kepekatan larutan. Umumnya larutan yang
konsentrasinya tinggi, viskositasnya juga tinggi. Sebaliknya larutan yang
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Metodologi Percobaan
- Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 09.00; 11.00 dan 13.00 WIB.
- Analisis dilakukan pada tanggal 11 Februari 2008 sampai dengan 17 Februari
2008.
- Penentuan viskositas pulp dilakukan dengan menggunakan alat viskometer.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
- Oven
- Neraca Analitis
- Viskometer Ostwald
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
- Desikator
- Buret Digital
- Alat Penyaring (30-40 mesh)
- Stopwatch
- Shaker
- Vakum sheet
- Corong Buchner
- Bola Karet
- Erlenmeyer viskositas 250 ml
- Termometer 100oC
- Peralatan gelas
- Lampu Infra Red
3.2.2 Bahan
- Air demineralisasi
- Larutan CED (Cupri Ethylen Diamine)
- Etanol
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Cara kerja penyediaan sampel
- Disobek (dikoyak) sekitar 5-7 gram dari lembar sampel pulp dari washer 4
(konsistensinya 0,5%)
- Semua sampel disintegrasi dalam disintegrator dengan menggunakan 200
rpm (putaran per menit)
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
- Dibuat lembaran tipis kecil/hand sheet dengan menggunakan buchner
funnel dengan kertas saring setelah pemotongan per diameter buchner
funnel
- Dikeringkan dengan menggunakan lampu Infra Red
3.3.2 Penentuan Viskositas
- Ditentukan kadar air dari lembar sampel yang disediakan dengan
mengeringkan dari ½ lembaran pulp
- Ditimbang sampel pulp sama dengan 0,125 gram berat kering pulp
- Diletakkan sampel dalam tabung dissolving/pelarut dan ditambahkan 12,5
ml air destilat dengan menggunakan buret dan beberapa potongan copper
wire, dikocok dengan perlahan sekitar 30 detik
- Ditambahkan sekitar 12,5 ml larutan Cupri Ethylen Diamine (CED)
- Dilanjutkan mengocok untuk 15 menit berikutnya
- Diisi viskometer dengan mencelupkan ujung viskometer yang berdiameter
ke dalam larutan dan ditarik liquid ke dalam instrument dengan
menggunakan sedotan ke ujung yang lainnya
- Ditarik level liquid ke tanda goresan yang kedua kemudian dibersihkan
dan dikembalikan viskometer ke posisi vertikalnya masing-masing
- Ditempatkan viskometer pada temperatur bath yang tetap 25,0oC ± 0,1oC
dan dibiarkan selama 5 menit untuk menstabilkan temperatur viskometer
- Ditarik larutan ke dalam measuring leg dari viskometer dengan sebuah
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
- Ditentukan waktu alir dengan menarik liquid ke tanda bagian atas dan
diukur waktu yang dibutuhkan untuk melewati miniskus antara kedua
tanda tersebut
- Diukur waktu alir dari tanda garis atas ke tanda garis bawah
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Praktek
Tabel. 4.1 Data analisa tanggal 11-17 Februari 2008
No Tanggal Waktu
analisa
Viskositas
Viskositas
rata-rata
D1 D2 D1 D2
1. 11-02-08 09.00
11.00
13,7 14,2
13,2 13,0
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari,
D1 : Pemutihan pulp tahap pertama
D2 : Pemutihan pulp tahap kedua
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data analisis maka diperoleh nilai viskositas dengan
menggunakan perhitungan sebagai berikut:
D
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009 4.3 Perhitungan
Misalkan diketahui;
Konstanta viskometer (C) = 0,0125
Waktu alir (T) = 567 sekon
Maka viskositasnya dapat dihitung sebagai berikut:
D
Untuk perhitungan yang lain dapat dihitung dengan cara yang sama dan
hasilnya diperoleh seperti pada tabel 4.1.
Dari hasil analisis yang dilakukan dapat dinyatakan bahwa viskositas dari
pulp sulfat (kraft) setelah diputihkan pada proses pengelantangan (bleaching)
telah memenuhi standar yang telah ditetapkan yaitu 11-14 untuk kertas A2 dan
16-18 untuk kertas A4. Dimana pada data analisis diperoleh viskositas pada D1
yaitu 13-16 sedangkan viskositas pada D2 yaitu 12-14. Dalam penentuan
viskositas bertujuan untuk mengetahui kekuatan serat yang dimiliki oleh pulp
setelah diputihkan. Viskositas daripada pulp dapat dipengaruhi berbagai faktor
salah satu diantaranya adalah konsentrasi dari bahan pemutih yang digunakan.
Pemakaian bahan pemutih yang terlalu sedikit akan menyebabkan pulp
berwarna gelap (kurang cerah). Sebaliknya bila konsentrasi bahan pemutih yang
berlebihan akan berpengaruh terhadap kekuatan serat pulp yang dihasilkan.
Penggunaan bahan kimia pemutih (ClO2) yang berlebih menyebabkan degradasi
selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat. Bahkan pada kondisi yang baik
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
banyaknya bahan pemutih yang digunakan berbanding terbalik dengan kekuatan
serat pulp (viskositas pulp). Oleh karena itu bahan pemutih yang digunakan,
diusahakan sekecil mungkin untuk mendapatkan viskositas yang tinggi serta
derajat keputihan (brightness) yang dimiliki pulp tinggi.
Reaksi lignin selama pembuatan pulp merupakan reaksi yang sangat
kompleks dan belum diketahui secara pasti. Para ahli menduga degradasi
karbohidrat juga merupakan faktor penghambat utama dalam delignifikasi yang
dapat dicapai dalam penghilangan lignin. Hal ini terjadi terutama oleh perpecahan
acak molekul selulosayang menyebabkan berkurangnya rantai panjang selulosa.
Jika dibiarkan berlangsung pada titik tertentu, maka akan menyebabkan
menurunnya kekuatan pulp.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil analisis viskositas dari pulp sulfat (kraft) pada D1 dan D2 pada proses
pemutihan pulp (bleaching) telah memenuhi standar yang ditetapkan.
11-Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
14, dari data hasil analisis yang diperoleh untuk kertas A4 adalah 15,7-16,4
dan untuk kertas A2 adalah 12,9-14,1.
2. Dari hasil analisis yang diperoleh berdasarkan data dapat disimpulkan
bahwa viskositas pada D1 lebih besar daripada viskositas pada D2 , hal ini
disebabkan jumlah pemakaian bahan pemutih (ClO2) yang semakin besar.
5.2 Saran
Perlu dilakukan metode lain dalam penentuan viskositas pulp selain dengan
metode Ostwald sehingga dapat dibandingkan metode mana yang lebih praktis
dan lebih tepat.
DAFTAR PUSTAKA
-Anonim. 2000. Bleaching Plant. Porsea: PT.Toba Pulp Lestari, Tbk. Training
and Development Centre.
-Dumanauw, J.F. 1990. Mengenal Kayu. Yogyakarta: Kanisius.
-Fengel, D. dan Wegener, G. 1995. Kimia Kayu Ultrastruktur Reaksi – Reaksi.
Terjemahan Hardjono Sastrohamidjojo. Yogyakarta: Gadjah Mada
Deswenty Sinaga : Penentuan Viskositas Pada Proses Pemutihan Pulp (Bleaching) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
-Sirait Suhunan. 2003. Bleaching. Toba Samosir: PT.Toba Pulp Lestari,
Training and Development Centre.
-Sjostrom, E. 1981. Kimia Kayu Dasar – Dasar dan Penggunaan. Terjemahan
-Hardjono Sastrohamidjojo. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
-Yazid Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Diakses Jun 23, '07 10:15 AM