Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita Tb Paru Di Puskesmas Kota Binjai Tahun 2004
Jojor Simamora
Program Magister Epidemiologi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Program pcnanggulangan tuberkulosis paru dengan strategi DOTS sudah dilaksanakan di kota Binjai sejak tahun 1999. Pelaksanaan program penanggulangan tuberkulosis paru telah memberikan hasil, namun masih jauh dari yang diharapkan. Hasil penanggulangan tuberkulosis pada tahun 2003 didapatkan ketidakteraturan berobat penderita tuberculosis di Binjai sebesar 33,7%. Tingginya angka ketidakteraturan berobat ini menyebabkan kesembuhan semakin kecil. Berdasarkan hal di atas, penelitian ini bertujuan melihat faktor apakah yang berhubungan pada tingginya angka ketidakteraturan berobat penderita tuberkulosis di kota Binjai.
Untuk mengetahui faktor resiko terhadap kejadian ketidakteraturan berobat penderita tuberkulosis, dilakukan penelitian kasus dan kontrol antara faktor resiko dengan kejadian tidak teratur berobat dengan cara membandingkan sekelompok penderita tidak teratur berobat (kasus) dengan sekelompok penderita yang teratur berobat (kontrol). Sasaran penderita ini adalah penderita TB paru di kota Binjai yang berumur > 15 tahun yang berobat di puskesmas dan di catat dalam pencatatan pengobatan 01 pada tahun 2002-2003. Cara pengambilan sample adalah simple random sampling. Sampel pada masing masing kasus dan kontrol adalah 75 orang. Analisa data yang dilakukan pada penelitian ini adalah univariat, bivariat (chi square) dan analisa Multivariat (regressi logistik ganda).
Hasil penelitian ini memperlihatkan ada hubungan yang bermakna pada tingkat kepercayaan 95% pada variabel pengawasan minum obat (PMO) p= 0,000 OR= 12,152, perilaku petugas kesehatan p = 0,000, OR = 10,744, efek samping obat p - 0,011, OR = 6,105, pengetahuan p = 0,000, OR = 6,097, penyuluhan kesehatan p = 0,015, OR = 4,062, jarak ke puskesmas p = 0,016, OR = 4,009.
Dari hasil di atas PMO dan perilaku petugas kesehatan mempunyai hubungan yang paling kuat terhadap ketidakteraturan berobat. Oleh sebab itu intervensi untuk menurunkan angka ketidakteraturan berobat dianjurkan meningkatkan pengetahuan penderita tentang TB paru dengan cara meningkatkan pengetahuan petugas, sehingga kualitas penyuluhan perorangan dapat ditingkatkan kepada penderita, pengadaan buku saku tentang pengobatan TB paru bagi penderita/keluarga, PMO, pembinaan yang berkesinambungan terhadap PMO.