guine
SEBAT
DE
eensis Jac
TANG ES
EPARTEM
IN
cq.) DI PT
STATE, K
AR
MEN AGR
FAKU
NSTITUT
T. ANEKA
KABUPA
RIS SUR
A24080
RONOMI
ULTAS PE
T PERTA
2012
A INTIPE
TEN SIA
RYONO
0060
I DAN HO
ERTANIA
ANIAN BO
2
ERSADA
AK, PROV
ORTIKU
AN
OGOR
A PINANG
VINSI RIA
ULTURA
G
Sebatang Estate, Siak, Riau from February 13 to May 13 2012. The purpose of this internship program is to learn oil palm cultivation, especially for oil palm harvesting aspects. The data to be collected consist of primary and secondary data. Generally, harvest port and fruit grade in Unit Pinang Sebatang Estate are good enough with ratio of loses fruit under the standard that has been stated by the company about 1.8% and fruit ripeness average reaching more than 95%. Harvest tools and self protection tools are given by the company and it is used orderly by harvesting labors. The transportation unit capacity are completed with the transportation labor in every unit according to the capacity. The main problem in harvesting is the increasing of harvesting rotation from 7 to 9 days. The absence of worker, freeday, and rain in workday are the main cause of this problem.
ARIS SURYONO. Pengelolaan Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Aneka Intipersada Pinang Sebatang Estate, Kabupaten Siak , Privinsi Riau. (Dibimbing oleh SUWARTO).
Kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari teknik budidaya kelapa sawit secara umum khususnya pemanenan kelapa sawit. Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan magang yaitu menjadi karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Magang dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari 13 Februari sampai 13 Mei 2012 di PT. Aneka Intipersada Pinang Sebatang Estate, Kabupaten Siak, Riau.
Secara umum kualitas mutu hanca dan mutu buah di kebun PSE ini sudah cukup baik dengan rasio kehilangan hasil sudah di bawah standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan, berkisar 1.8% dan rata-rata kematangan buah mencapai lebih dari 95%. Panen dan peralatan panen diberikan oleh perusahaan dan digunakan oleh karyawan panen. Unit transportasi dilengkapi dengan karyawan muat di setiap unit menurut kapasitas. Permasalahan utama dalam pemanenan yaitu meningkatnya rotasi panen dari 7 sampai 9 hari. Kehadiran karyawan, hari libur, dan hujan adalah penyebab utama masalah ini.
guineensis Jacq.) DI PT. ANEKA INTIPERSADA PINANG
SEBATANG ESTATE, KABUPATEN SIAK, PROVINSI RIAU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
ARIS SURYONO
A24080060
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
(Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ANEKA
INTIPERSADA PINANG SEBATANG ESTATE,
KABUPATEN SIAK, PROVINSI RIAU
Nama :
ARIS SURYONO
NIM :
A24080060
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Suwarto, M.Si. NIP. 19630212 198903 1 004
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP 19611101 198703 1 003
Penulis dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 06 Januari 1988. Penulis merupakan anak kembar dari Bapak Sarmun dan Ibu Tasmi.
Penulis lulus dari SDN Karang Patihan 1 pada tahun 2001, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMPN 2 Balong dan melanjutkan studi di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada tahun 2005. Penulis lulus dari SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada tahun 2008, selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian pada tahun 2008.
Selama kuliah penulis aktif di organisasi kemahasiswaan. Tahun 2009 penulis sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Jawa Timur (IMAJATIM) dan menjabat pada divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia serta mengikuti berbagai kegiatan dalam organisasi tersebut. Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 penulis di tunjuk untuk menjadi ketua umum Organisasi Mahasiswa Daerah Ponorogo Manggolo Putro. Selama menjabat sebagai ketua umum, penulis juga menjadi ketua pelaksana REOG GOES TO KAMPUS III dalam acara Gebyar Nusantara IPB bogor.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pengelolaan Pemanenan Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di PT. Anekainti Persada, Kabupaten Siak, Provinsi Riau” dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat tugas akhir untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
• Bapak Sarmun, Ibu Tasmi, Mbak Nurhana, Mas Susanto, saudara kembar saya Dwi suryani, serta seluruh keluarga besar. Semoga karya tulis dapat menjadi persembahan yang terbaik.
• Dr. Ir. Suwarto, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan serta pengarahan selama penulisan skripsi.
• Dr. Ir Is Hidayat Utomo, MS selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing penulis selama kegiatan perkuliahan di Departemen
Agronomi dan Hortikultura.
• Seluruh staf dan karyawan PT Anekainti Persada Pinang Sebatang Estate,
Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
• Teman-teman seperjuangan Agronomi dan Hortikultura 45, untuk
kebersamaan dalam meraih cita-cita.
Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, yang
telah membantu penulis selama perkuliahan dan kegiatan magang. Semoga skripsi
ini dapat manfaat bagi para pembaca dan semoga Allah S.W.T selalu memberikan
kekuatan dalam meraih cita-cita kita.
Bogor, Oktober 2012
Halaman
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Botani Kelapa Sawit ... Syarat Tumbuh Kelapa ... 4
Pemanenan Kelapa Sawit ... 5
METODE MAGANG ... 8
Tempat dan Waktu ... 8
Metode Pelaksanaan ... 8
Pengumpulan Data dan Informasi ... 9
Pengamatan Panen ... 10
Analisis Data ... 11
KEADAAN UMUM ... 12
Lokasi Kebun ... 12
Keadaan Iklim dan Tanah ... 12
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ... 13
Keadaan Tanaman dan Produksi ... 13
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 14
Fasilitas Kebun ... 16
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 17
Aspek Teknis ... 17
Pembibitan ... 17
Pengendalian Gulma ... 19
Leaf Sampling Unit (LSU) ... 21
Pemupukan ... 25
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 29
Tunas Pokok ... 30
Perawatan Jalan dan Jembatan ... 34
Perawatan Titi Panen dan Tangga Teras ... 34
Konservasi Tanah dan Air ... 34
Pemanenan ... 35
Aspek Manajerial ... 45
Pendamping Asisten Divisi ... 46
Pendamping Kerani Cek Sawit (KCS) ... 48
Pendamping Krani Divisi dan Krani Keliling ... 49
Pendamping Mandor Semprot ... 50
Pendamping Mandor Pupuk ... 51
Pendamping Mandor Perawatan ... 52
PEMBAHASAN ... 53
Kriteria Panen ... 53
Tenaga Kerja Panen ... 54
Pelaksanaan Panen ... 56
Kapasitas Pemanen ... 57
Kerapatan Panen ... 58
Kualitas Panen ... 60
Sarana dan Prasarana ... 62
Pengangkutan TBS Hasil Panen ... 64
Rotasi Panen ... 65
Organisasi dan Administrasi Panen ... 66
KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
Kesimpulan ... 68
Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
LAMPIRAN ... 71
Nomor Halaman
1. Produktivitas tandan buah segar (TBS) tahun 2006-2011 ... 13
2. Tingkatan dan Jumlah Karyawan di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate ... 15
3. Jenis Pupuk, Dosis dan Aplikasi Tahun 2011-2012 ... 28
4. Luas Seksi Panen Divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate .... 38
5. Alat dan Perlengkapan Panen ... 40
6. Basis dan Premi Pemanen Tandan Buah Segar Unit Kebun Pinang Sebatang Estate Tahun 2012 ... 44
7. Premi Brondolan Unit Kebun Pinang Sebatang Estate Tahun 2012 44
8. Jenis Sangsi dan Denda Panen ... 45
9. Kriteria Panen Divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate ... 53
10.Presentase Kehadiran Karyawan Panen ... 54
11.Kapasitas Pemanen ... 57
12.Pengamatan Angka Kerapatan Panen ... 54
13.Perbandingan Angka Kerapatan Panen dengan hasil taksasi dan Aktual ... 60
14.Mutu Buah di TPH ... 61
15.Mutu Hanca ... 62
16.Presentase Penggunaan Alat Kerja Panen ... 63
17.Presentase Pemakaian Alat Pelindung Diri ... 63
18.Jenis Kendaraan Muat Buah dan Spesifikasi ... 65
Nomor Halaman
1. Produktivitas Tandan Buag Segar (TBS) Tahun 2006-2011 ... 14
2. Struktur Organisasi Unit Kebun Pinang Sebatang Estate Tahun 2011-2012 ... 16
3. Kegiatan Pembibitan Tahap Pre-Nursery... 18
4. Contoh Gulma di Perkebunan Unit Kebun Pinang sebatang Estate 20
5. Kegiatan Semprot Piringan dan Gawangan ... 23
6. Kegiatan Leaf Sampling Unit (LSU) ... 25
7. Jenis Tanaman untuk Mengendalikan Hama Secara Terpadu ... 29
8. Susunan Pelepah pada Area Berbukit dan Area Datar ... 31
9. Kegiatan Perbaikan Jalan dan Jembatan ... 33
10.Titi Panen dari Beton dan Kayu Ulin ... 34
11.Usaha Konservasi Tanah dan Air ... 35
12.Struktur Organisasi Panen Divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate Tahun 2012 ... 67
Nomor Halaman 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian
di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate ... 72
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate ... 73
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate ... 74
4. Peta Lokasi Unit Kebun Pinang Sebatang Estate ... 76
5. Data Curah Hujan Tahun 2002-2011 ... 77
6. Peta Seksi Panen Divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate ... 78
7. Form Pengecekan Mutu Hanca oleh Asisten ... 79
8. Form Pengecekan Mutu Buah oleh Asisten ... 80
9. Form Pengecekan Mutu Hanca oleh Mandor I Beserta Mantri Buah 81
10.Form Pengecekan Mutu Hanca Mandor Panen ... 82
11.Form Surat Pengantar Buah ... 83
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan
yang mampu menghasilkan minyak nabati bernilai ekonomi tinggi. Tanaman ini
menjadi salah satu komoditi ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai
penghasil devisa negara. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara
produsen kelapa sawit terbesar di dunia dan juga menjadi negara eksportir kelapa
sawit terbesar kedua setelah Malaysia.
Total ekspor minyak kelapa sawit pada tahun 2003-2009 mengalami
peningkatan berkisar 17.12% sampai dengan 35.76%, kecuali tahun 2007
mengalami penurunan sebesar 1.23%. Pada tahun 2003 total volume ekspor
mencapai 7.05 juta ton dengan total nilai ekspor sebesar US$ 2.72 milyar,
meningkat menjadi 18.53 juta ton pada tahun 2009 dengan nilai total sebesar
US$11.46 milyar. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia menjangkau empat
benua yaitu Asia, Afrika, Australia dan Eropa dengan pangsa utama di Asia (BPS,
2009). Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar minyak sawit dan
minyak inti sawit di dalam negeri masih cukup besar. Pasar potensial yang akan
menyerap pemasaran minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) adalah
industri minyak goreng, lemak khusus, margarin dan sabun mandi.
Ekspor produk kelapa sawit yang terus meningkat ini didukung dengan
adanya perluasan area perkebunan kelapa sawit yang semakin meningkat sehingga
produksi juga semakin meningkat. Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan
(2010), pada tahun 2008 produksi CPO Indonesia mencapai 17,539,788 ton
dengan rata-rata produktivitas yaitu 2.38 ton/ha dan pada tahun 2009 produksi
meningkat menjadi 18,640,881 ton dengan rata-rata produktivitas 2.48 ton/ha.
Perkembangan kelapa sawit yang begitu pesat erat kaitannya dengan
masalah teknis dalam budidaya. Pesatnya perkembangan kelapa sawit ini karena
adanya manajemen yang baik dimulai dari pembukaan lahan hingga pemanenan
dan pengolahan hasil sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal
bagi perusahaan. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2008)
diterapkan masih relatif sederhana, mulai dari pembibitan sampai dengan
panennya. Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan
mutu minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan
minyak maksimal, tetapi pemanenan buah kelewat matang akan meningkatkan
asam lemak bebas (ALB) sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan
minyaknya akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak.
Sebaliknya pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan
minyak, walaupun ALBnya rendah.
Kegitan panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit
karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui
penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti sawit (IKS). Panen harus
dilakukan denngan cara dan waktu yang tepat sesuai dengan standar kebun yaitu
dengan mengambil buah dari pokok pada tingkat kematangan yang sesuai dan
mengantarkannya ke pabrik sebanyak-banyaknya tanpa menimbulkan kerusakan
pada tanaman. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi, sedangkan
waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi (Pahan, 2008). Produksi,
kualitas dan kehilangan hasil tandan buah segar sangat tergantung pada kegiatan
pemanenan. Oleh karena itu kegiatan pemanenan kelapa sawit harus terorganisir
dengan baik.
Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang ini secara umum adalah untuk mempelajari
teknik budidaya kelapa sawit dan secara khusus mempelajari pemanenan kelapa
sawit. Kegiatan pemanenan dipelajari dari segi teknis maupun pengelolaan,
menganalisis serta mengatasi masalah yang dihadapi dalam pemanenan dengan
harapan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pemanenan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang
merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar.
Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Divisi : Spematophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Keluarga : Aracaceae (dahulu disebut Palmae)
Subkeluarga : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit mampu tumbuh secara tegak lurus dan dapat mencapai
ketinggian 15-20 m. Tanaman ini berumah satu atau monoecious dengan bunga
jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon. Bunga jantan dan bunga betina
masing-masing terdapat pada tandan bunganya dan terletak terpisah yang keluar
dari ketiak pelepah daun. Dari setiap ketiak pelepah daun akan keluar satu tandan
bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan dan bunga betina ini sebagian akan
gugur (aborsi) sebelum atau sesudah anthesis (Lubis, 1992).
Menurut Setyamidjaja (2006) bunga jantan dibungkus oleh seludang
bunga yang pecah ketika bunga tersebut menjelang matang. Pada tanaman kelapa
sawit muda jumlah bunga jantan lebih sedikit dibandingkan dengan bunga betina,
tetapi perbandingan ini akan berubah sesuai dengan bertambahnya umur tanaman.
Letak bunga jantan dan bunga betina yang terpisah ini dan matang matangnya
tidak bersamaan sehingga tanaman kelapa sawit biasa menyerbuk secara silang.
Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Buah kelapa sawit
ini temasuk “buah batu”. Pada satu buah kelapa sawit tersusun atas kulit buah
(exocarp), daging buah (pulp, mesocarp), cangkang (tempurung, endocarp) dan
inti (kernel, endosperm).
Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang
pelepah dapat mencapai 380 helai. Pelepah daun sejak mulai terbentuk sampai tua
mencapai waktu sekitar 7 tahun dengan jumlah pelepah dalam satu pohon dapat
mencapai 60 pelepah. Pelepah tumbuh secara teratur membentuk spiral sebanyak
8 spiral. Selanjutnya dinyatakan bahwa kelapa sawit memiliki rumus daun 3/8.
Spiral yang terbentuk mengarah ke kiri atau ke kanan tergantung sifat genetis dari
sifat genetisnya. Batang tanaman ini bercabang dan tidak berkambium. Pada
ujung batang terdapat titik tumbuh yang terus berkembang membentuk daun dan
ketinggian batang. Akar tanaman ini merupakan akar serabut yang terdiri atas
akar primer, akar sekunder, tertier dan kuarter. Akar primer merupakan akar yang
tumbuh ke bawah sedangkan akar sekunder, tertier dan kuarter mempunyai arah
tumbuh mendatar ke bawah (Risza, 1994).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Faktor Iklim
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan dengan baik pada curah hujan
rata-rata tahunan 1,250-3,000 mm yang merata sepanjang tahun dengan jumlah
bulan kering kurang dari 3 bulan. Curah hujan optimal yang diperlukan untuk
pertumbuhannya berkisar antara 1,750-2,500 mm. Tanaman ini mampu tumbuh
pada suhu minimum yang yaitu 22oC dan suhu optimal 33oC dengan suhu
optimum sekitar 27oC. Aspek iklim lain yang juga berpengaruh pada budidaya
kelapa sawit adalah ketinggian tempat dari permukaan laut (elevasi). Elevasi
untuk perkembangan kelapa sawit yaitu kurang dari 400 m dari permukaan laut
(dpl). Area dengan ketinggian tempat lebih dari 400 mdpl tidak disarankan untuk
pengembangan kelapa sawit (PPKS, 2003).
Faktor Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah podzolik, latosol, hidromorfik
kelabu, alluvial atau regosol, gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai.
Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5.0- 5.5. Kelapa sawit
menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan
Menurut Mangoensoekarjo (2007), tekstur tanah yang terbaik untuk kelapa
sawit adalah lempung liat berpasir, liat berpasir, lempung liat berdebu dan
lempung berdebu. Khusus tanah gambut, ketebalan gambut tidak menjadi
pedoman untuk persyaratan agronomi sebab tanaman ini mampu tumbuh dan
berproduksi baik pada berbagai tingkat ketebalan tanah gambut.
Pemanenan Kelapa Sawit
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya
menjadi masak 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa
sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari warna hijau pada
buah yang masih muda menjadi berwarna merah jingga pada waktu buah masak.
Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Buah
kelapa sawit akan yang lewat matang akan terlepas dari tangkai tandannya dan
disebut brondolan (Satyawibawa dan Yustiana, 1992). Selanjutnya Naibaho
(1998) menyatakan bahwa dalam proses pematangan buah terjadi pembentukan
komponen buah dan setelah terjadi kejenuhan setiap unsur komponen maka
mulailah terjadi fase pematangan. Pada fase pematangan terjadi perubahan
karbohidrat menjadi gula, perombakan hemisellulose menjadi sakarida sederhana
dan perubahan fisik buah yaitu malam yang berkilap berubah menjadi suram.
Panen dan pengelolaan hasil merupakan merupakan rangkaian terakhir
dari kegiatan budidaya kelapa sawit, kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri
untuk mendapatkan hasil yang berkualitas tinggi. Hasil panen utama dari kegiatan
panen yaitu buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak
sawit. Menurut Fauzi et al.(2002) proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit
meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan
mengumpulkannya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke
pabrik. Kegiatan pemanen tidak boleh dilakukan secara sembarangan tetapi harus
dilakukan sesuai dengan kriteria tertentu sesui dengan tujuan pemanenan yaitu
mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dan dengan kualitas minyak yang
baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan yaitu kematangan buah, cara
Tanda buah segar (TBS) dipanen saat kematangan buah tercapai dengan
ditandai oleh sedikitnya 1 brondolan telah lepas/kg TBS. Dengan kriteria panen
ini, diharapkan kandungan minyak dalam TBS optimal dengan kandungan ALB
yang sangat rendah dan biaya relatif lebih ekonomi. Tandan buah segar
merupakan produk utama kebun kelapa sawit dan bahan baku utama bagi pabrik
kelapa sawit (PKS). Rendemen dan mutu produk hasil dari PKS tergantung
kepada mutu TBS yang masuk ke pabrik dari kebun TBS. Pabrik kelapa sawit
tidak dapat meningkatkan mutu TBS, hanyalah dapat meminimalisasi penurunan
mutu (PPKS, 2003).
Kegiatan panen harus dilakukan dengan cara yang tepat karena cara
pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan.
Pemanenan pada buah yang lewat matang akan meningkatkan kandungan ALB
sehingga menurunkan mutu minyak. Selain itu, buah buah yang lewat matang
akan lebih mudah terserang oleh hama dan penyakit. Pemanenan buah yang
mentah akan menurunkan kandungan minyak walaupun ALB nya rendah.
Menurut Setyawibawa dan Yustiana (1992) sebaiknya pemanenan dilakukan
terhadap semua buah yang telah matang. Berdasarkan tinggi tanaman, terdapat
tiga cara yang dialakukan diperkebuanan kelapa sawit Indonesia. Tanaman
dengan tinggi 2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat panen dodos.
Tanaman dengan tinggi 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan
alat kampak siam. Alat agrek digunakan untuk pemanenan tanaman dengan tinggi
10 m. Pelepah penyangga buah dipotong terlebih dahulu sebelum buah dipanen.
Pelepas yang dipotong kemudian diatur rapi di tengah gawangan. Proses
pengeringan dan pembusukan pelepah dapat dipercepat dengan cara memotong
pelepah menjadi dua atau tiga bagian. Tandan buah yang matang dipotong sedekat
mungkin dengan pangkalnya maksimal 2 cm. Tandan buah yang dipotong
diletakkan teratur di piringan dan brondolan yang jatuh dikumpulkan terpisah dari
tandan. Brondolan harus bersih, tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Tandan
buah dan brondolan kemudian dikumpulkan d TPH.
Pelepah yang dipotong kemudian diatur rapi di tengah gawangan. Proses
pengeringan dan pembusukan pelepah dapat dipercepat dengan cara memotong
mungkin dengan pangkalnya maksimal 2 cm. Tandan buah yang dipotong
diletakkan teratur di piringan dan brondolan yang jatuh dikumpulkan terpisah dari
tandan. Brondolan harus bersih, tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Tandan
buah dan brondolan kemudian dikumpulkan d TPH.
Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan antara panen terakhir
sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi yang digunakan di
Indonesia pada umumnya yaitu rotasi 7 hari, artinya satu area panen harus
dimasuki oleh pemanen setiap 7 hari. Terdapat dua sistem panen yang digunakan
yaitu sistem giring dan tetap. Sistem giring yaitu apabila suatu hanca telah selesai
dipanen maka pemanen akan pindah pada hanca berikutnya. Sistem ini
memudahkan pengawasan pekerjaan, hasil panen lebih capat sampai di TPH dan
pabrik, sehingga lebih umum digunakan di perkebunan-perkebunan saat sekarang.
Sedangkan sistem tetap yaitu pemanen diberi hanca dengan luas tertentu dan tidak
berpindah-pindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan
yang optimal sehingga baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit,
topografi berbukit dan tanaman dengan tahun tanam yang berbeda.
Pengangkutan tandan dibagi atas dua bagian yaitu pengangkutan dari
pohon yang dipanen ke TPH dan pengangkutan dari TPH ke PKS. Pengangkutan
dari pohon ke TPH merupakan tugas pemanen sedangkan pengangkutan dari TPH
ke pabrik dilakukan oleh petugas transportasi. Pengangkutan ke TPH dapat
dilakukan secara sederhana, yaitu tandan dipikul dari pohon tempat panen ke
TPH, sedangkan brondolan dapat diangkut dengan menggunakan karung plastik.
Pengangkutan buah dari TPH ke PKS dapat menggunakan traktor atau truk.
Pilihan terhadap salah satu jenis transportasi tersebut dipengaruhi oleh tandan
yang harus diangkut, jarak yang ditempuh, tipe permukaan jalan yang disediakan
dan kondisi topografi. Kegiatan pemanenan harus dilakukan pengawasan yang
tinggi dari para pengelola perkebunan. Hal ini dikarenakan masih banyak
pelaksanaan panen yang terlalaikan oleh karyawan panen (Soepadiyo dan
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT. Aneka Intipersada Pinang
Sebatang Estate, Kabupaten Siak, Provinsi Riau selama tiga bulan dari tanggal 13
Februari sampai 13 Mei 2012.
Metode Pelaksanaan
Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan
yang sudah berjalan di perusahaan, baik aspek teknis di lapangan maupun aspek
manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas
(KHL), pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Kegiatan di lapangan
sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu, menjadi pendamping
mandor selama tiga minggu, dan menjadi asisten divisi selama enam minggu.
Selama melakukan kegiatan magang penulis mencatat prestasi kerja yang dicatat
pada jurnal harian kerja.
Kegiatan yang dilakukan pada saat menjadi KHL adalah ikut bekerja
langsung pada berbagai kegiatan produksi kelapa sawit mulai dari pemeliharaan
sampai panen, seperti pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit,
pemupukan, penunasan hingga pemanenan. Kegiatan sebagai pendamping mandor
berlangsung pada bulan kedua magang. Kegiatan yang dilakukan adalah
menyusun rencana kegiatan harian, menentukan jumlah tenaga kerja, apel pagi,
mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh karyawan harian lepas (KHL),
mengarahkan karyawan, membuat laporan harian mandor dan mengisi
administrasi pada tingkat mandor. Beberapa jenis mandor yang diikuti selama
magang adalah mandor I, mandor panen, mandor perawatan, mandor pupuk,
mandor semprot, krani divisi, krani keliling dan krani panen.
Kegiatan magang sebagai pendamping asisten divisi dilakukan pada satu
setengah bulan terakhir magang. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
kegiatan yang dilakukan asisten seperti memimpin karyawan, apel pagi, membuat
mengarahkan kerja mandor, membuat laporan harian asisten (LHA), mengisi
administrasi tingkat divisi dan memeriksa mutu buah dan hanca. Jurnal kegiatan
magang sebagai KHL, pendamping mandor dan pendamping asisten berturut-turut
disajikan pada Lampiran 1, 2 dan 3.
Aspek khusus yang diamati dalam kegiatan magang adalah manajemen
panen kelapa sawit pada salah satu divisi di PT. Aneka Intipersada Pinang
Sebatang Estate, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kegiatan yang dilakukan adalah
mengamati jumlah tenaga kerja panen, kriteria panen, kerapatan panen,
pelaksanaan panen, kapasitas pemanen, kualitas panen, sarana dan prasarana
panen dan pengangkutan hasil panen.
Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dilakukan pada saat
kegiatan magang berlangsung. Pengumpulan data meliputi pengumpulan data
primer dan pengumpulan data sekunder. Data primer yang diamati adalah jumlah
pemanen, kriteria panen, rotasi panen, kerapatan panen, sistem panen,
pelaksanaan panen, kapasitas pemanen, kualitas panen, upah dan denda panen,
organisasi panen, administrasi, sarana dan prasarana panen dan pengangkutan
hasil panen. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan secara
langsung di lapangan dan wawancara dengan mandor dan asisten.
Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen (bulanan, triwulan,
semesteran, tahunan) yang tersedia di kantor kebun. Data sekunder yang
mendukung pelaksanaan teknik lapangan meliputi data curah hujan, kondisi
tanaman, peta lokasi kebun, keadaan tanah dan iklim, data produksi dan
produktivitas serta data yang terkait dengan pemanenan kelapa sawit seperti
rotasi panen, sistem panen, upah dan denda panen, premi panen, organisasi panen
Pengamatan Panen
Pengamatan yang dilakukan terutama terhadap aspek-aspek yang
berhubungan dengan pemanenan yaitu:
(1) Kriteria panen
Pengamatan dilakukan terhadap 10 pemanen dan setiap pemanen diambil
15 tanaman sampel secara acak dengan tiga kali ulangan. Data diperoleh
dengan mengamati jumlah brondolan yang jatuh ke piringan sebelum TBS
dipanen oleh pemanen sesuai dengan ketentuan perusahaan.
(2) Tenaga kerja panen
Data yang diambil merupakan jumlah kehadiran karyawan dan diambil
sebanyak 10 kali untuk setiap kemandoran.
(3) Pelaksanan panen
Data pelaksanaan panen diambil dengan mengikuti kegiatan panen yang
ada di kebun. Data yang diamati yaitu proses kegiatan panen yang
dilakukan dari awal hingga akhir kegiatan panen.
(4) Kerapatan panen
Pengamatan dilakukan pada tiap blok dengan jumlah tanaman contoh yaitu
2.5% dari total populasi. Data diperoleh dengan cara mengamati jumlah
buah matang dari total pohon yang diamati. Angka kerapatan panen
diperoleh dengan rumus berikut :
Kerapatan panen = J
J x 100%
(5) Kapasitas pemanen
Pengamatan dilakukan terhadap hasil panen untuk 10 pemanen. Hasil kapasitas panen digunakan untuk menentukan kebutuhan tenaga kerja panen dengan rumus : T
Ket : T = jumlah tenaga panen (HK)
A = luas kebun yang harus dipanen dalam 1 hari (ha)
B = kapasitas pemanen (kg)
C = kerapatan panen (%)
D = rata-rata bobot tandan (kg)
(6) Kualitas panen
Kualitas panen dibagi menjadi dua yaitu mutu hanca dan mutu buah. Mutu hanca yang diamati yaitu jumlah buah matang yang dipanen, buah tinggal, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, susunan pelepah, pelepah gundul dan pelepah gondrong. Data yang diamati di TPH yaitu mutu buah hasil panen yang meliputi jumlah buah matang panen, buah mentah, buah kurang matang, janjang kosong dan panjang tangkai tandan. Pengamatan dilakukan pada 10 pemanen dengan tiga kali ulangan.
(7) Sarana dan prasarana panen
Pengamatan dilakukan selama 10 kali sebanyak tiga kali ulangan terhadap penggunaan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan panen.
(8) Pengangkutan TBS hasil panen
Pengamatan dilakukan dengan mengikuti secara utuh proses pengangkutan TBS dari TPH sampai pabrik. Parameter yang diamati adalah lama pengangkutan dari awal sampai ke PKS, jumlah pekerja, jumlah TBS yang diangkut, dan jumlah kendaraan (unit) yang digunakan.
(9) Rotasi panen
Pengamatan terhadap lama waktu antara panen terakhir dengan panen
berikutnya dalam satu seksi panen. Pengamatan dikaitkan dengan tingkat
kematangan buah, tingkat produksi, luas hanca penen dan jumlah tenaga
panen.
(10)Organisasi dan administrasi panen
Pengumpulan seluruh data yang berkaitan dengan organisasi panen. Data
diperoleh dengan menggunakan data dari perusahaan dan wawancara
bersama mandor, asisten dan kepala administrasi.
Analisis Data
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Lokasi Kebun
PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang
didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka
Intipersada Estate terdiri dari tiga unit kebun yaitu Aneka Persada Estate, Teluk
Siak Estate dan Pinang Sebatang Estate. Mahasiswa melakukan magang di Pinang
Sebatang Estate yang terletak di Desa Maredan, Kecamatan Tualang, Kabupaten
Siak, Provinsi Riau. Pinang Sebatang Estate dibagi menjadi empat divisi yaitu
divisi I, divisi II, divisi III, divisi IV dan satu area pembibitan yang ada di divisi
II. Lokasi Perkebunan Pinang Sebatang Estate sebelah timur berbatasan dengan
kebun Aneka Persada Estate, sebelah barat berbatasan dengan Desa Okura (kebun
pribadi Atang), sebelah utara berbatasan dengan kebun Teluk Siak Estate dan
Desa Maredan, serta sebelah selatan berbatasan dengan PT. Surya Dumai grup
dan Desa Melebung. Secara geografis kebun terletak pada 101o 34' 30" BT-101o
39' 21" BT dan 0o 32' 35" LS 0o 35' 24" LS. Peta lokasi Kebun Pinang Sebatang
Estate terlampir pada Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, Unit Kebun Pinang
Sebatang Estate termasuk tipe iklim A yang mempunyai nilai Q<14.3% dengan
rata-rata 2 bulan kering dan 10 bulan basah pada setiap tahun untuk 10 tahun
terakhir (2002-2011) Hal ini menunjukkan bahwa daerah ini merupakan daerah
sangat basah (hutan hujan tropika). Rata-rata curah hujan tahunan yaitu 2,126.4
mm/tahun dengan rata-rata hari hujan sebesar 126 hari/tahun. Curah hujan
terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu 143.6 mm sedangkan curah hujan tertinggi
terjadi pada tahun 2007 dengan curah hujan 215.8 mm/tahun. Temperatur rata-rata
adalah 25oC pada malam hari dan 30oC pada siang hari dengan kelembaban udara
rata-rata 80% pada tiap tahunnya. Data curah hujan tahun 2002 sampai tahun
2011 dapat dilihat pada Lampiran 5.
Berdasarkan analisis dari digital elevasi model (DEM) perkebunan kelapa
kondisi topografi di unit kebun tersebut yaitu 3.66% dari lahannya mempunyai
topografi datar (1-15%), 94.33% lahanya berbukit (25-36%) dan 2.0% lahan
perkebunan tersebut bergelombang (16-25%).
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Unit kebun Pinang Sebatang Estate dibangun di areal konsesi dengan luas
3,856.23 ha. Area ini dibagi menjadi area tanaman menghasilkan (TM) seluas
3,232.84 ha,tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 30 ha, pembibitan seluas
13.96 ha. Selain itu terdapat juga areal prasarana (emplasmen, jalan/jembatan)
seluas 119.74 ha, areal konservasi seluas 59.69 ha, areal okupasi permanen seluas
430 ha. Unit kebun ini dibagi ke dalam empat divisi yaitu divisi I, II, III dan IV
dengan luas masing-masing divisi yaitu 756.998 ha, 728.996 ha, 882.890 ha dan
833.956ha.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Penanaman kelapa sawit di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate dimulai
tahun 1993. Varietas yang digunakan adalah Marihat, Socfindo, Guthrie dan
Lonsum yang mempunyai jenis buah Tenera yaitu hasil persilangan antara Dura x
Pisifera. Populasi rata-rata dari total area yang ditanam adalah 133 tanaman per hektar. Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m. Data
produktivitas TBS lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Tabel 1. Data produktivitas tandan buah segar (TBS) tahun 2006-2011
Tahun Tanam
Produktivitas
2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
...ton/ha...
1993 15.44 19.72 17.64 18.28 20.08
1994 20.80 22.27 21.26 19.16 22.46
1995 18.01 18.84 18.88 18.00 20.70
1996 16.24 17.70 17.99 16.82 20.40
1997 15.00 18.34 17.62 16.69 18.48
1998 14.80 17.66 18.30 16.18 18.72
1999 13.79 16.08 16.95 17.15 17.83
2001 14.51 12.00 14.57 15.40 19.04
Rata-rata 16.07 17.83 17.90 17.21 19.71
Gambar 1. Produktivitas tandan buah segar (TBS) tahun 2006 – 2011
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Perkebunan Pinang Estate merupakan salah satu Unit Kebun PT.Aneka
Intipersada. Perkebunan Pinang Sebatang Estate (PSE) dipimpin oleh satu senior
manajer kebun (Senior Estate Manager) yang dibantu dibantu oleh seorang
asisten kepala (Senior Assistant), tiga orang asisten divisi dan seorang kepala
seksi administrasi (KASIE).
Manajer bertanggung jawab atas pengelolaan seluruh unit kebun yang
terbagi ke dalam empat divisi dan satu area pembibitan. Senior asisten
bertanggung jawab terhadap divisi III dan unit transportasi kebun (traksi). Asisten
divisi bertanggung jawab terhadap satu divisi dan membawahi langsung mandor I
dan krani divisi. Mandor I membawahi langsung mandor panen, krani cek sawit
(KCS), mandor perawatan, mandor pupuk dan mandor semprot. Sedangkan krani
divisi membawahi satu krani keliling yang membantu berbagai kegiatan
administrasi kebun. Kepala seksi administrasi menangani seluruh kegiatan
administrasi dan keuangan di tingkat kebun. Tingkatan dan jumlah karyawan
terdapat pada Tabel 2. 0.00
5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
11 13 14 15 16 17 18 19
Produktivitas (ton ha-1)
2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
Tabel 2. Tingkatan dan jumlah karyawan di Unit Kebun Pinang Sebatng Estate tahun 2011-2012
Tingkatan karyawan Jumlah
Karyawan staf
Senior manajer 1
Asisten kepala 1
Asisten divisi 3
Kasie 1
Karyawan non staf
SKU-B kantor/satpam/guru 21
SKU-B traksi 29
SKU-B divisi 47
SKU-Harian 472
Jumlah total 575
Sumber : Kantor Besar Unit Kebun Pinang Sebatang Estate 2012
Tenaga kerja kebun terdiri dari karyawan staf dan non staf. Karyawan staf
terdiri atas manajer kebun, asisten kepala (Senior Assistant), asisten divisi dan
kepala seksi administrasi. Karyawan non staf terdiri dari karyawan syarat kerja
umum bulanan (SKU Bulanan) dan karyawan syarat kerja umum harian (SKU
Harian). Karyawan SKU bulanan berjumlah 97 orang dan SKU harian berjumlah
472 dengan total karyawan yaitu 569 karyawan. Sistem pengupahan staf
didasarkan pada ketentuan perusahaan Minamas Plantation, sedangkan untuk
SKU harian maupun SKU bulanan berdasarkan upah minimum regional sektor
pertanian dan perkebunan. Upah SKU yang diberikan adalah Rp 1,389,450 di luar
tunjangan beras, tunjangan kesehatan atau pengobatan, kepesertaan jamsostek dan
jaminan hari tua manulife. Upah yang diberikan berdasarkan jumlah jam kerja
yang ditetapkan yaitu 7 jam kerja pada hari senin, selasa, rabu, kamis dan sabtu
sedangkan untuk hari jumat yaitu 5 jam kerja. Upah diberikan satu kali dalam
sebulan yaitu pada awal bulan. Struktur organisasi Unit Kebun Pinang Sebatang
Senior
Manajer
Senior
Asisiten
Asisten
divisi (3)
Kasie (1)
Kepala Bengkel
Mandor 1
Krani Divisi
Kepala Keamanan
Kepala
Gudang Guru
Krani Traksi
Mandor
Semprot
Mandor
Panen
Mandor Pupuk
Krani Keliling
Krani
Panen
Gambar 2. Struktur Organisasi Unit Kebun Pinang Sebatang Estate tahun 2011-2012
Fasilitas Kebun
Kebun Pinang Sebatang Estate memiliki fasilitas yang mendukung kerja
maupun kehidupan karyawan. Kebun memiliki sebuah kantor besar, kantor divisi
di setiap divisi, sebuah kantor traksi dan beberapa pos keamanan. Fasilitas
pendukung lain yang tersedia bagi karyawan antara lain emplsmen (perumahan
karyawan di sekitar kantor besar), mess, serta pondok (perumahan karyawan)
yang terdapat di setiap divisi, gedung pertemuan (joglo), gedung sekolah (SD),
poliklinik, masjid, penitipan bayi dan anak, TK dan koperasi. Selain itu,
disediakan juga sarana transportasi untuk anak-anak sekolah berupa bus sekolah
untuk memperlancar transportasi anak karyawan yang bersekolah di dalam kebun
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pembibitan
Kegiatan pembibitan PT. Aneka Intipersada terdapat di Blok C003 divisi 1
dan B003 divisi II kebun Pinang Sebatang Estate. Varietas yang digunakan
merupakan varietas Dura x Pisifera (D x P) yang disebut Tenera Socfindo dan
Tenera Marihat dengan populasi untuk daerah berbukit yaitu 140 bibit perhektar dan untuk daerah datar sejumlah 180 bibit perhektar. Pembibitan di unit kebun ini
masih dalam tahap pre-nursery dengan jumlah bibit yaitu 180,000 bibit dengan
luas 13.96 ha untuk persiapan replanting tahun 2013.
Pembibitan di Kebun Pinang Sebatang Estate merupakan pembibitan dua
tahap (double stage). Pada pembibitan ini, kecambah ditanam dalam small
polybag (baby bag) di pre-nursery. Sesudah tiga bulan, bibit tersebut dipindahkan
(transplanting) ke large bag di main-nursery. Tahapan pembibitan dua tahap
diawali dengan pemilihan lokasi pre-nursery yang datar dan harus berdekatan
dengan main-nursery. Lokasi ini harus dibersihkan dari gulma serta diratakan
tanahnya. Syarat lokasi pembibitan yaitu dekat sumber air dan air tersedia cukup
banyak dengan kualitas yang sesuai (pada musim kemarau), drainase baik
sehingga tidak tergenang pada musim hujan, lokasi harus mudah didatangi dan
jalan ke pembibitan harus baik, areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit,
tersanitasi dengan baik dan terbuka, tidak terhalang oleh pohon besar atau
bangunan, dekat dengan emplasemen sehingga pengawasan dari pencurian dapat
lebih intensif serta aman dari gangguan hewan dan binatang liar.
Lokasi pre-nursery dibuat bedengan dengan ketentuan arah bedengan
memanjang dari barat ke timur, panjang bedengan disesuaikan dengan keadaan
lapangan, lebar bedengan 1.2 m, jarak antar bedengan 1 m dan tepi bedengan
dibuat palang dari papan. Naungan untuk pre-nursery di pembibitan ini
Polybag untuk pre-nursery yang digunakan adalah baby-bag dengan
ukuran lebar 14 cm, panjang 23 cm dan tebal 0.1 mm, berwarna hitam dan
terdapat lubang-lubang drainase. Tanah yang digunakan untuk media tanam
adalah tanah lapisan atas (top-soil) dan tidak bercampur dengan batu-batu atau
kerikil. Tekstur tanah sebaiknya lempung berliat dan mempunyai sifat drainase
yang baik. Tanah lapisan atas diayak dengan ayakan 1 cm untuk memisahkan
bongkah-bongkah tanah dan sisa-sisa akar atau kerikil. Tanah yang telah diayak
dicampur dengan pupuk Rock Phospate (RP) dengan dosis 15 g/baby-bag.
Baby-bag yang telah diisi dengan tanah disusun rapat dan rapi sehingga
membentuk bedengan selebar 120 cm (14 baby-bag). Panjang bedengan
tergantung pada jumlah bibit per nomor kelompok. Penyiraman dilakukan setiap
hari agar tanahnya menjadi kompak.
Kecambah yang diterima di kebun ditanam satu hari setelah penerimaan
kecambah. Kecambah dikirim dalam bentuk bungkusan plastik dan sebelum
dibuka terlebih dulu dipisah-pisahkan sesuai dengan nomor kelompoknya. Pada
kegiatan magang ini mahasiswa melakukan kegiatan pengawasan pengsian
baby-bag dan sortir kecambah yang akan di tanam. Sortir dilakukan terhadap kecambah
yang afkir dan double tone. Mahasiswa juga mengikuti kegaiatan main-nursery
pada saat pengawasan pengambilan tanah, pengisian baby bag, penerimaan
kecambah, sortir kecambah, penanaman dan perawatan nurserynya. Kegiatan
pembibitan tahap pre-nursery dapat dilihat pada Gambar 3.
[image:30.595.98.518.534.691.2](a) Penanaman kecambah (b) Pemeliharaan pre-nursery
Pembibitan yang dilakukan di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate
merupakan program pembibitan yang pertama kali dijalankan sehingga
pengetahuan para pekerja masih kurang dan pengelolaannya masih menjadi satu
dengan divisi II. Hal ini mengakibatkan kurangnya tenaga kerja baik pada
pembibitan maupun divisi II. Tenaga kerja yang diperlukan dalam pembibitan ini
yaitu 1 orang asisten pembibitan, 1 orang mandor 1, 1 orang krani divisi dan 8
orang karyawan perawatan. Tenaga kerja yang belum tersedia yaitu asisten
pembibitan dan 4 orang tenaga kerja untuk pemeliharaan. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka tenaga kerja yang digunakan khusus pembibitan menggunakan
karyawan yang berasal dari divisi lainnya. Tenaga kerja yang bertugas
dipembibitan dijadwalkan secara bergilir sebelum pembibitan ini menjadi divisi
tersendiri dan merima karyawan tetap.
Pengendalian Gulma
Kegiatan pengendalian gulma di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate
dilakukan secara kimiawi dan secara manual. Pegendalian gulma ini bertujuan
untuk mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal tanaman yang
diusahakan agar persaingan dengan tanaman utama dapat ditekan. Pengendalian
secara manual yaitu dengan bongkar tanaman pengganggu (BTP) sedangkan
pengendalian secara kimia dilakukan melalui penyemprotan dengan menggunakan
herbisida.
Bongkar Tanaman Pengganggu (BTP). Kegiatan ini dilakukan di bawah pengawasan mandor perawatan. Teknik pengendalian manual dilakukan dengan
menggunakan alat cados (cangkul dodos) dengan cara membongkar gulma sampai
perakarannya. Kegiatan BTP ini tidak dibenarkan menggunakan parang babat
(slashing) tetapi dalam teknis lapangan kegiatan BTP dengan menggunakan
parang tetap dilakukan pada kondisi tertentu dan pada gulma tertentu. Kegiatan
BTP dengan cados dilakukan dengan membongkar sampai perakaran gulma
sedangkan pembabatan dengan menggunakan parang dilakukan dengan membabat
gulma berkayu atau gulma di rawa sampai pangkal gulma sehingga gulma mampu
tertekan pertumbuhannya. Gulma berkayu yang terdapat di Unit Kebun Pinang
Chromola
malabathr
masalah u
Estate. Un tambahan tanpa adan dalam ben ditentukan biasa dan
menjadi k
[image:32.595.104.507.46.799.2]BTP yaitu Gambar 4 a. Me Gambar 4 Pe melalui pe
di Unit K
Kegiatan gulma kim penyempr oleh satu yaitu men efisiensi p aena odora ricum, Clide utama dalam ntuk menga untuk setia nya intensif ntuk luasan
n oleh peru
5 jam/HK
karyawan at
u 9 orang.
.
elastoma ma
. Gulma ana
enyemprota enyemprota
Kebun Pina
penyempro
miawi terkon
rotan yang l
divisi dalam ngurangi ko pemupukan, ata (Eupato emia hirta m pengenda atasi kentos ap karyawa
f yang dibe
n area teta
usahaan den
untuk hari
taupun pen
Alat BTP
alabathricu
ak kayu (a)
an. Kegiata an gulma de
ang Sebata
otan ini mer
nsentrasi ya
ebih baik da
m satu kebu
ompetisi un
, memperm
orium odor
dangulma
alian gulma
san ini mak
an membaw
rikan. Kegi
api dihitun
ngan lama j
jumat. Ma gawas seba dan contoh um Melastoma an pengend engan herbi ang Estate rupakan sis ang dikerjak an dilakuka
un yaitu div
nsur hara, a
mudah kontro
ratum), Lan
berkayu lai
a di divisi
ka pihak keb
wa 20 kento
iatan BTP t
g berdasark
jam kerja y
ahasiswa me
agai mando
h gulma ana
a malabathr
dalian gulm
isida. Sistem
yaitu bloc
stem penyem
kan blok pe
an oleh satu
visi II. Tuju
air, dan sin
ol pelaksan
ntana cama
innya. Kent
II Kebun P
bun membe
osan pada s
idak memil
kan jam k
yaitu 7 jam
engikuti ke
or dengan ju
ak kayu da
b. Kenth
ricum dan (b
ma secara k
m semprot
ck spraying
mprotan at
er blok deng
tim sempro
uan pengen
nar matahar
naan panen
ara, Melas
tosan merup Pinang Seb erikan kebij saat antrian liki standar kerja yang m/HK untuk giatan BTP umlah kary apat dilihat hosan b) Kenthosa kimia dilak yang digun
g system (B
au pengend
gan sasaran
ot yang dipe
memudahkan kutip brondolan sehingga menekan losses fruit (kehilangan hasil),
mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain dan
menekan populasi hama (terutama pada TBM). Hasil penyemprotan akan
dievalusi oleh tim supervisi yaitu mantri buah dengan menggunakan sistem
structure block supervision (SBS) yaitu sistem pengawasan terhadap blok yang dilakukan pada area yang telah disemprot seminggu setelah aplikasi. Hasil yang
diharapkan dari kegiatan semprot adalah tingkat kematian gulma sasaran sebesar
100% dengan indikasi hasil semprotan merata sesuai sasaran.
Kegiatan pengendalian gulma ini dibagi menjadi dua yang pertama yaitu
semprot piringan, pasar rintis dan TPH sedangkan yang kedua yaitu semprot
gawangan dan lalang. Semua karyawan yang termasuk tim pengendalian secara
kimia ini harus mengikuti arahan dari asisten ataupun mandor semprot
masing-masing. Alat pelindung diri (APD) wajib dipakai oleh karyawan pada waktu
spraying berupa topi, kaca mata, masker hidung, baju seragam apron, masker
hidung, sarung tangan karet (nitrille), celana panjang dan sepatu boot. Selain itu,
mandor semprot wajib membawa dua bendera warna merah untuk memulai dan
mengakhiri pengancakan sedangkan karyawan membawa bendera kuning untuk
tanda apabila herbisida karyawan habis di dalam hanca. Herbisida yang digunakan
dicampur terlebih dahulu di mobil semprot pada waktu pagi hari dan dilakukan
pengadukan secara merata.
Semprot piringan, pasar rintis dan TPH. Kegiatan ini merupakan pemeliharaan beberapa sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan yaitu
piringan, pasar rintis dan TPH. Hal ini dilakukan supaya sarana tersebut berfungsi
sebagaimana mestinya, maka sarana tersebut mutlak memerlukan pemeliharaan
yang berkesinambungan. Kegiatan pengendalian gulma ini dilakukan dengan
menggunakan alat semprot Micron Harby Sprayer (MHS) yang berkapasitas 5
liter. Herbisida yang digunakan bermerk Prima Up berbahan aktif gliphosate
dengan konsentrasi 4% (200 cc), dosis 0.5 l/ha dan volume semprot yaitu 40 l/ha.
Bahan ini akan dicampur dengan herbisida bermerk Dejavu dengan konsentrasi
bahan aktif fluroksipir 1% (50 cc/kep), dosis 0.5 l/ha dan volume semprot 40 l/ha .
Frekuensi penyemprotan yaitu 3 kali dalam 1 tahun. Kegiatan penyemprotan
Tiap pekerja memperoleh hanca dua pasar rintis. Penyemprotan dimulai dari sisi
colectioan road menuju pasar rintis sampai ke colectioan road selanjutnya berpindah ke sisi colectioan road sebelahnya dan menuju ke pasar rintis sampai
ke colectioan road awal penyemprotan. Penyemprotan ini dilakukan oleh
karyawan wanita yang berjumlah 12 orang dengan standar kerja yaitu 4 ha/HK.
Prestasi kerja karyawan yaitu 4 ha/HK dan prestasi kerja penulis yaitu 1.5 ha/HK.
Permasalahan dalam penyemprotan ini yaitu terjadinya hujan pada saat
melakukan penyemprotan sehingga kegiatan ini terhenti. Apabila masalah ini
terjadi maka kegiatan penyemprotan harus dilembur pada hari minggu atau hari
libur.
Semprot gawangan. Kegiatan semprot gawangan ini menggunakan alat semprot RB-15 dengan volume semprot berdasarkan ukuran nozzle. Kegiatan
diawali dengan penghancakan karyawan oleh mandor semprot dari sisi colectioan
road menuju pasar rintis di mana setiap karyawan membawa 1 pasar rintis dan
setengah gawangan mati di sisi kanan dan kiri pasar rintis menuju colectioan road
dan selanjutnya berpindah ke sisi colectioan road sebelahnya dan menuju ke
pasar rintis sampai ke colectioan road awal penyemprotan. Herbisida yang
digunakan untuk daerah rendahan yaitu herbisida bermerk Prima Up berbahan
aktif gliphosate dengan konsentrasi 0.8% (120 cc), dosis 0.32 l/ha dan volume
semprot 40 l/ha. Bahan ini dicampur dengan Meta Prima yang berbahan aktif
metil metsulfuron konsentrasi dengan konsentrasi 0.03% (5 gr), dosis 16 g/ha dan volume semprot 53.3 l/ha. Sedangkan untuk daerah selain rendahan penyemprotan
gawangan menggunakan dengan herbisida bermerk Kenlon yang berbahan aktif
Tryclophir konsentrasi 0.8% (120 cc), dosis 320 cc/ha dan volume semprot 40 l/ha. Standar kerja karyawan yaitu 1.5 ha/HK dan prestasi kerja karyawan yaitu
2.1 ha/HK dengan jumlah karyawan yaitu 16 orang. Dalam kegitan ini penulis
tidak mengikuti kegiatan secara langsung tetapi penulis menjadi pendamping
mandor dengan jumlah karyawan yang diawasi yaitu 14 HK dan luas areal yang
diawasi 30 ha. Permasalahn yang terjadi yaitu pertumbuhan gulma yang sangat
cepat sedangkan frekuensi penyemprotan gawangan ini yaitu 1 kali dalam
setahun. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan frekuensi penyemprotan
yaitu Clid macam gu dilihat pad Leaf Samp Pe dosis dan dengan ke mencermi teknis, top contoh da yang dila pemupuka adalah unt analisa di kandungan Ke aplikasi p
kemarau p
sama pad
petugas L
sampel di
yang diam
demia hirta,
ulma anak k
da Gambar 5
[image:35.595.115.509.159.303.2](a) Sempro
Gambar 5
pling Unit ( ngambilan
n aplikasi p
esatuan unit
nkan keser
pografi dan
aun yang di
akukan pad
an pada tah
tuk memper
i laborator
n hara daun
egiatan peng
emupukan
panjang. Pe
da tiap tahu
SU, kebersi
iusahakan p
mbil tetap ak
, Melastom
kayu lainnya 5. ot gawangan 5. Kegiatan (LSU) sampel dau pemupukan
t sampel ata
ragaman ya
n drainase.
lakukan sek
da tahun 20
hun 2013-2
roleh data t
rium, hal i
n dengan per
gambilan sa
dan tidak b
engambilan unnya deng ihan tempat pokok yang kurat. a malabatr a. Kegiatan n semprot (a) un merupak yang dida
au leaf samp
ang melipu Kegiatan kali dalam 012 diguna 2014. Tuju tentang kand ini dilakuk rtumbuhan ampel daun boleh dilkuk
n sampel da
gan mempe
t sampel LS
g sama dal
richum, Lan
n semprot pi
(b
) gawangan
kan langka
asarkan pad
pling unit ( uti umur tan
ini merupa satu tahun. akan untuk uan utama dungan uns kan karena dan produk
n minimal d
kan pada w
aun harus d
erhatikan fa
SU dan kebe
lam setiap
ntana cama
iringan dan
b) Semprot
dan (b) piri
ah awal dal
da suatu un
(LSU). Keg naman, jen akan kegiat Pengambil k menentuk pengambila
sur hara dala
adanya h
ksi tanaman
dilakukan d
waktu musim
dilakukan p
aktor keber
ersihan sam
tahunnya s
ara dan ber gawangan
t piringan
ingan
lam menent
nit yang di
giatan LSU
nis tanah, k
tan pengam
lan sampel
kan rekome
an sampel
am daun m
hubungan a
kelapa saw
dua bulan se
m hujan ata
pada bulan
rsihan baik
mpel daun. P
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu egrek, gunting,
kuas, peralatan tulis, cat warna biru, plastik, blanko LSU dan label data LSU.
Petugas LSU terdiri dari 2 orang, petugas 1 bertugas mengamati kondisi tanaman
yang disensus, mencatat data, memotong daun, memisahkan lidi dengan lembar
daun dan menyimpan daun dalam wadah plastik. Petugas 2 memberi label dalam
pokok, mengamati pelepah ke-17 dan memotong pelepah ke-17.
Kegiatan LSU diawali dengan menentukan titik sampling (TS) yaitu
pokok yang akan diambil daunnya sebagai sampel. Nomor TS ditulis pada
pelepah yang kering namun masih melekat pada pokok. Pokok TS pertama berada
pada baris ketiga dan pokok ketiga blok pada posisi barat-selatan. Titik sampling
pertama ditandai dengan nomor 1 dengan garis dua di bawah sedangkan TS
selanjutnya hanya diberi garis satu di bawah angka yang menunjukkan jumlah TS.
Penentuan pokok juga menggunakan sistem LSU yaitu pengaturan cara
menghitung jumlah baris dan pokok serta jumlah sampel yang harus diambil. Jika
sistem LSU menunjukkan angka 12 x 11 = 30 maka sampel yang diambil setiap
pokok ke-12 pada setiap baris ke-11 dengan 30 jumlah TS/unit. Syarat pokok
yang menjadi TS yaitu pokok tidak dekat dengan jalan, sungai, bangunan dan
parit. Tanaman tersebut bukan merupakan tanaman sisipan, masih normal dan
tidak terserang penyakit. Apabila TS tersebut tidak memenuhi syarat tersebut
maka dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Pokok berada di pinggir jalan maka harus bergeser 2 pokok ke dalam
(2) Pokok dekat parit dan bangunan bergeser 1 pokok
(3) Pokok bersebelahan dengan pokok mati atau kosong maka bergeser 2 pokok
dan
(4) Pokok steril, tumbuh abnormal atau terserang penyakit bergeser 1 pokok.
Daun yang diambil yaitu daun pada pelepah ke-17. Pelepah diturunkan
kemudian mengambil anak daun tengah yaitu anak daun yang terletak diantara
pelepah yang datar dan yang tajam dengan tanda jarum atau tonjolan. Jumlah anak
daun yang diambil yaitu 6 lembar yang terdiri dari 3 lembar sebelah kanan
pelepah dan 3 lembar sebelah kiri pelapah. Anak daun diambil bagian tengah daun
sepanjang 20 cm kemudian memisahkan lembar daun dengan lidinya dimana
sebelah k selesai dia Ke hara pada foto tanam melakukan secara teo di divisi Permasala karyawan Gambaran (a) Pe pel
Gambar 6
Pemupuk Pe Prinsip ut adalah set direkomen dilakukan bisnis per efisien de anan dimas ambil kemu egiatan LSU
a tanaman k
man kelapa
n pengamat
ori melalui s
II bersama
ahan yang t
LSU sehi
n tentang ke
ngambilan lepah ke-17
6. Kegiatan daun, da
kan
mupukan m
tama dalam tiap pokok ndasikan ol untuk men rkebunan. engan mem sukkan ke dian dipoto
U yang lain
kelapa sawi sawit yang tan dengan sosialisasi d a karyawan terjadi pada ingga pelat egiatan LSU 7
n LSU (a) p an (c) penyi
merupakan
m aplikasi at
harus men
leh departe
ncapai produ
Kegiatan p
mperhatikan kantong pl ng-potong d yaitu penga it. Pengama kekurangan mudah. Ma
dari MRC d
n di blok
a waktu ke
tihan LSU
U dapat dilih
(b) Penentu daun pengambila impanan po kegiatan pe tau penabur nerima tiap ement mina uktivitas ta pemupukan
6 faktor p
lastik hitam
dengan uku
amatan visu
atan visual
n unsur hara
ahasiswa m
dan pengam
lama A 1
egiatan LSU
perlu dila
hat pada Ga
uan anak
an pelepah tongan daun
emberian u
ran pupuk d
p jenis pupu
amas resear
naman yang
harus dila
pemupukan
m. Sampel d
uran 2 cm.
ual terhadap
ini menggu
a sehingga t
engikuti ke
mbilan LSU
11 dengan
U yaitu kur
akukan lebi mbar 6. (c) P p ke-17, (b) n
unsur hara k
di perkebun
uk sesuai d
rch centre
g menjadi t
akukan sec
n yaitu, jen
daun yang
p defisiensi u
uanakan ban
tim LSU m
aplikasi, penyimpanan pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi dan tempat
diaplikasikan.
Kegiatan pemupukan di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate menggunakan
sistem yang dinamakan block manuring system (BMS) yang berada di divisi IV.
Kegiatan pemupukan ini merupakan sistem pemupukan terkonsentrasi yang
dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik,
supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Organisasi pemupukan
meliputi tukang until, tukang angkut pupuk, tukang langsir/ecer pupuk dan tukang
tabur pupuk dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas pemupukan. Alat
pelindung diri (APD) wajib dipakai oleh karyawan pada waktu pemupuk yaitu
baju lengan panjang, sarung tangan, clemek, ember, mangkuk, masker hidung,
pelindung mata dan muka (face visor), sarung tangan karet (nitrille), baju lengan
panjang, celana panjang dan sepatu boot.
Until pupuk. Kegiatan penguntilan pupuk dilakukan di gudang sentral kebun di mana untilan, jenis dan berat pupuk disesuaikan dengan rencana areal
yang akan dipupuk dan kemampuan penabur. Penguntilan diawali dengan
menentukan blok mana yang akan dipupuk besok hari dan apa jenis pupuk serta
dosisnya. Goni untuk untilan digunakan eks goni pupuk sebelumnya, tidak boleh
menggunakan goni yang baru dibuka. Hal ini perlu dilakukan karena jumlah goni
bukan baru merupakan kontrol apakah jumlah kilogram atau zak yang dibuka
sama dengan jumlah yang sudah diuntil. Untilan disusun (ditumpuk 10 until)
sedemikian rupa sehingga mudah menghitungnya. Pupuk yang sudah diuntil harus
segera ditabur besok harinya agar tidak terjadi proses penggumpalan. Permaslahan
yang terjadi yaitu jumlah karung until yang kurang karena hilang pada waktu
pemupukan sehingga menghambat proses penguntilan pupuk. Perusahaan
seharusnya menyedi akan jumlah karung yang mencukupi pada waktu penguntilan
sehingga proses penguntilan pupuk ini bisa berjalan dengan lancar. Basis until
pupuk untuk setiap karyawan yaitu 1,500 kg/HK.
Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk adalah kegiatan memuat pupuk yang ada di gudang untuk selanjutnya dikirim ke lapang. Kegiatan pengeceran
pupuk dilakukan karyawan muat pupuk menggunakan truk muat dengan
road (CR) pada tempat penumpukan pupuk (TPP) yang telah ditentukan jumlahnya sesuai dengan dosis pupuk. Pengeceran pupuk dilakukan oleh pemuat
dengan jumlah pemuat yaitu 2 HK untuk setiap unit angkutan sedangkan premi
yang diberikan yaitu Rp 8,000/ton. Pengeceran harus dilakukan blok per blok,
bila dosis blok yang satu dengan berikutnya sama maka pengeceran dapat
dilakukan langsung per collection road. Kegiatan pengeceran di kebun ini perlu
diperhatikan karena bentuk area pertanaman kelapa sawit berupa terasan atau
berbukit-bukit. Hal ini mengakibatkan daerah tersebut makin banyak jalan kontur
sehingga mempersulit dalam pengeceran. Solusi permasalahan ini yaitu adanya
rencana pengeceran pupuk untuk setiap perlakuan pada peta detail, sehingga pada
waktu pelaksanaan pemupukan sudah ada pedoman yang pasti.
Langsir Pupuk dan Penaburan Pupuk. Pelaksanaan pemupukan berdasarkan BMS terdiri dari 1 orang tukang langsir pupuk dan 2 orang penabur
pupuk. Pelangsiran dilakukan dengan menggunakan angkong dan berada di depan
tukang penabur pupuk yang dimulai dari pinggir CR ke pasar tengah. Untilan
pertama diletakkan di pasar rintis pada pokok pertama dari col. Untilan berikutnya
mengikuti ketentuan sesuai dengan jumlah untilan per rintis. Perpindahan
pelangsir menuju ke sebelah timur atau barat blok.Penaburan pupuk dimulai dari
pinggir CR ke pasar tengah. Untilan ke -1 langsung dipupukkan dari pinggir
collection road. Penaburan dimulai dari pinggir CR di mana untilan telah tersedia menuju sisi barat atau timur blok sesuai dengan jumlah pokok yang harus dipupuk
per untilan. Penaburan dilakukan dengan takaran tertentu untuk tiap pokok sesui
dosis yang direkomendasikan dan ditabur melingkar merata di permukaan tanah di
piringan sebelah luar. Mahasiswa mengikuti kegiatan pengeceran pupuk.
pemupukan secara langsung di lapangan dan sebagai pengawas atau pendamping
mandor. Basis yang ditetapkan oleh perusahaan untuk tenaga kerja pupuk
(pengecer dan penabur) adalah 450 kg/HK dengan jumlah karyawan pupuk yaitu
30 orang. Mahasiswa mengikuti kegiatan pemupukan MOP dengan prestasi kerja
penulis yaitu 210 kg/HK sedangkan prestasi kerja karyawan pupuk sama dengan
standar yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu 450 kg/HK dan jumlah karyawan
Aplikasi pemupukan. Tanaman kelapa sawit di Unit kebun Pinang Sebatang Estate merupakan Tanaman Menghasilkan (TM) sehingga pemupukan
diaplikasikan 2 kali/tahun. Aplikasi pertama dilakukan pada bulan Februari–Mei
sedangkan aplikasi kedua dilakukan harus sudah selesai di bulan Oktober pada
setiap tahun berjalan. Aplikasi pemupukan ini sering terganggu dengan adanya
hujan dipagi hari. Apabila terjadi hujan dipagi hari maka kegiatan pemupukan
akan diundur esok harinya sehingga mengakibatkan aplikasi pemupukan menjadi
[image:40.595.107.515.271.497.2]mundur. Jenis pupuk, dosis dan aplikasi pupuk dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Jenis pupuk, dosis dan aplikasi tahun 2011-2012
Jenis pupuk Aplikasi Dosis pupuk per tahun tanam
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2001 ...kg/pokok...
Urea 1 1.0 1.0 1.1 1.0 1.1 1.1 1.1
2 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Rock Phosphate 1 1.3 1.2 1.4 1.2 2.0 1.5 1.5
2 0 0 0 0 0 0 0
MOP 1 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
2 1.3 1.3 1.4 1.3 1.3 1.4 1.4
Dolomit 1 1.4 0.2 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0
Kieserit 1 1.2 1.4 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8
2 0 0 0 0 0 0 0
HGFB 1 0.1 0.2 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
2 0 0 0 0 0 0 0
Sumber : Kantor Besar Unit Kebun Pinang Sebatang Estate
Pengawasan pemupukan. Pengawasan pemupukan dengan menggunakan metode strukture block supervision (SBS) ini ditujukan kepada karyawan, mandor
pupuk dan divisi. Pengawasan dilakukan terhadap untilan tertinggal, pokok tidak
terpupuk, pupuk tidak merata, tidak tepat sasaran, peralatan yang meliputi karung
tercecer dan takaran tertinggal. Pengawasan dilakukan berdasarkan ketentuan
kebun dan khusus bagi penabur/pengecer yang dikategorikan buruk menjadi
tambahan untuk diperiksa sampai mengalami perubahan menjadi baik. Hasil yang
diharapkan dari kegiatan pemupukan adalah pokok terpupuk 100% dengan
indikasi hasil pemupukan merata dan sesuai dosis rekomendasi. Pelaksanaan
pemupukan di kebun memerlukan penanganan khusus karena kondisi areal yang
(terutama sungai, jur tanaman penaburan mandor pu Pengenda De mendukun intergrate
di kebun h
penggunaa
healthy fo
terhadap
tanaman b
secara terp
(c
pada areal
rang atau p
bervariasi.
n pupuk dil
upuk.
alian Hama eteksi ham
ng pelaksa
ed pest mana
harus memp
an pestisida
food”. Unit hama ulat
bermanfaat
padu dapat d
(a) Cassia
c) Antigono
berteras), b
alung. Hal
Untuk m
lakukan ole
a dan Penya ma dan pen
anaan peng
agement (IP prioritaskan
a sehingga
t Kebun P
api Setoth
(beneficial p
dilihat pada
a cobanensis
n leptopus
barisan dala
ini mengak
mengatasi h
eh 1 orang
akit nyakit sec gendalian PM). Setiap n pemanfaat produk yan Pinang Seb hosea asign
plant). Jeni a Gambar 6.
s
am 1 rintis
kibatkan jum
hal tersebu
dengan pe
ara dini m
hama seca
p usaha peng
tan biologic
ng dihasilka
atang Esta
na Van Ee is tanaman . (b (d) K tidak tembu mlah pokok
ut maka p
engawasan merupakan ara terpadu gelolaan ha cal control an berwaw ate melakuk ecke denga untuk meng b) Turnera andang buru
us akibat ad
dalam 1 ba
pelangsiran
yang ketat
tindakan
u atau di
ama dan pen
dan minim
asan “clean
Gambar 7. Pengendalikan hama secara terpadu (a) Cassia cobanensis, (b) Turnera subulata, (c) Antigonon leptopus dan (d) Kandang burung hantu
Penanaman tanamanbermanfaat di areal terbuka di sekitar tanaman kelapa
sawit sebagai inang musuh alami dari ulat kantong maupun ulat api. Jenis
tanaman yang harus dikembangkan adalah Cassia cobanensis, Turnera subulata
dan Antigonon leptopus. Pengendalian hama tikus dilakukan dengan
pengembangbiakan burung hantu (Tyto alba) yang termasuk golongan burung
buas (carnivora) yang umumnya memakan mangsanya dalam kondisi hidup.
Burung hantu dikembangbiakkan dengan memasang kandang burung hantu (nest
box) 1 buah per 20 ha. Pada kegiatan ini mahasiswa melakukan pengawasan
penanaman Turnera subulata di area pembibitan dengan jumlah mandor yang
diawasi yaitu 2 orang dan dilakukan selama 8 jam.
Penunasan Pelepah (prunning)
Penunasan pelepah (prunning) bertujuan untuk pemeliharaan pelepah daun
produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah yang kurang produktif sampai
pada batas tertentu yang tidak menyebabkan kemampuan fotosintes di daun
terganggu sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal.
Penunasan juga bertujuan untuk mempermudah pekerjaan potong buah (