• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan pertumbuhan dan hasil panen beberapa tanaman sayuran daun melalui aplikasi pupuk kandang berfortifikasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan pertumbuhan dan hasil panen beberapa tanaman sayuran daun melalui aplikasi pupuk kandang berfortifikasi."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN

BEBERAPA TANAMAN SAYURAN DAUN MELALUI

APLIKASI PUPUK KANDANG BERFORTIFIKASI

RADEN RAHARDITO

A24080121

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Improving Growth and Yield of Several Leafy Vegetables through Fortified Animal Manure Application

Raden Rahardito1, Anas D. Susila1*

1

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia

Telp.&Faks. 62-251-8629353 e-mail :agronipb@indo.net.id

*Penulis untuk korespondensi: anasdsusila@yahoo.com

ABSTRACT

The objective of this research was to study the effect of fortified animal manure application on growth and yield of several leafy vegetables, such as: kangkong (Ipomoea aquatica F.), caisin (Brassica rapa L.), and lettuce (Lactuca sativa L.). This research was conducted at Cikabayan Farm Unit, University Farm, IPB Darmaga Bogor from Februari to August, 2012. Six treatments (chicken manure, fortified chicken manure, goat manure, fortified goat manure, cow manure, fortified cow manure) were arranged in Randomized Complete Block Design with four replication for each vegetables as a single unit experiment. Chicken manure application produced higher yield. Chicken manure application produced 4.88 ton ha-1 kangkong, 9.60 ton ha-1 caisin, and 2.24 ton ha-1 lettuce. Moreover, the application of fortified animal manure increased kangkong yield up to 20% weight per plant, 17.78% marketable plant weight per bed and 19.76% root weight per plant.

(3)

RINGKASAN

RADEN RAHARDITO. Peningkatan pertumbuhan dan hasil panen

beberapa tanaman sayuran daun melalui aplikasi pupuk kandang

berfortifikasi. Dibimbing Oleh ANAS D. SUSILA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai jenis pupuk kandang berfortifikasi dan pupuk kandang non-fortifikasi terhadap pertumbuhan vegetatif dan hasil panen beberapa tanaman sayuran daun, yaitu kangkung, caisin, dan selada. Penelitian dilaksanakan pada Februari-Agustus 2012 di unit lapangan Cikabayan, University Farm, IPB Darmaga, Bogor.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan yang digunakan untuk masing-masing tanaman adalah perlakuan jenis pupuk kandang, yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang ayam dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa, pupuk kandang kambing, pupuk kandang kambing dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa, pupuk kandang sapi, dan pupuk kandang sapi dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa. Setiap perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan untuk masing-masing komoditas.

(4)

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN

BEBERAPA TANAMAN SAYURAN DAUN MELALUI

APLIKASI PUPUK KANDANG BERFORTIFIKASI

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

RADEN RAHARDITO

A24080121

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN

BEBERAPA TANAMAN SAYURAN DAUN MELALUI

APLIKASI PUPUK KANDANG BERFORTIFIKASI

Nama :

RADEN RAHARDITO

NIM :

A24080121

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi.

NIP.19621127 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr

NIP.19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak pertama dari R. Dwi Haryanto, S.H. dan Lintaryani. Penulis lahir di Bandung tanggal 20 Februari 1991. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Assalaam 1 pada tahun 1996-2002. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh penulis pada tahun 2002-2005 di SMP Negeri 48 Bandung, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 7 Bandung pada tahun 2005-2008. Penulis diterima kuliah di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Agronomi dan Hortikultura pada tahun 2008 melalui jalur USMI.

Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON), International Association of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS) sebagai staff Science and Technology Department periode 2008-2010, IPB Farmers Student Club (IFAST) – Agripark sebagai Project Officer tahun 2011-2012. Penulis mendapat kesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Ekologi Pertanian tahun 2011 dan Dasar-Dasar Hortikultura tahun 2012. Penulis pun terlibat dalam kepanitiaan tingkat universitas, nasional, dan internasional, diantaranya volunteer pada Expert III Erasmus Mundus Kick-Off Meeting 2012, Project Officer Cultural Night The 19th Tri University International Joint Seminar and Symposium (IJSS) 2012, dan Head

Delegates and Floor Manager Performance The 8th QS Asia Pacific Profesionals

Leader in Education (APPLE) Conference and Exhibition, Bali, 2012.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Penelitian ini berjudul “Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Panen Beberapa Tanaman Sayuran Daun Melalui Aplikasi Pupuk Kandang Berfortifikasi”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk kandang berfortifikasi terhadap pertumbuhan vegetatif dan hasil panen beberapa tanaman sayuran daun. Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberi bimbingan, kritik, dan saran kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Diny Dinarti, MSi. dan Dr. Ir. Ketty Suketi, MSi. selaku dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Sugiyanta, MSi. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi motivasi dan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi.

4. Pak Enjang Suryadi dan Pak Suselo Harjo dari PT. Nutrifood yang telah membantu menyediakan bahan penelitian.

5. Ibu, Bapak dan adik yang telah memberikan doa, dukungan dan kasih sayang selama ini.

6. PT. Minamas Gemilang Plantation yang telah memberikan bantuan dana untuk penelitian ini.

7. Pak Milin, Pak Gandi, dan Staf University Farm yang telah membantu kelancaran penelitian penulis.

8. Ika, Faradila, Nida, Arga, Nisa, Tama, Disil dan teman-teman Indigenous 45 yang telah membantu dan memberi dukungan selama persiapan penelitian hingga skripsi ini selesai.

Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Kangkung (Ipomoea aquatica) ... 3

Caisin (Brassica rapa L.) ... 4

Selada (Lactuca sativa L.) ... 4

Kandungan Gizi Susu Sapi ... 5

Pupuk Kandang ... 6

Pertanian Organik ... 8

BAHAN DAN METODE ... 10

Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 11

Pengamatan ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

Kondisi Umum ... 15

Kangkung (Ipomoea aquatica) ... 16

Caisin (Brassica rapa L.) ... 21

Selada (Lactuca sativa L.) ... 27

Pembahasan ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

Kesimpulan ... 40

Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi unsur hara pupuk kandang berdasarkan sumber

kotoran ... 7

2. Komposisi unsur hara pupuk kandang berdasarkan kandungan air ... 7

3. Hasil analisis kandungan hara berbagai jenis pupuk kandang .... 16

4. Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada kangkung ‘Pinky’ ... 16

5. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun kangkung ‘Pinky’ ... 17

6. Rata-rata hasil panen tanaman kangkung ‘Pinky’ ... 18

7. Rata-rata panjang akar, bobot akar per tanaman dan bobot akar per bedeng tanaman kangkung ‘Pinky’ ... 20

8. Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada caisin ‘Mahkota’ 21

9. Rata-rata tinggi tanaman caisin ‘Mahkota’ ... 22

10. Rata-rata panjang daun caisin ‘Mahkota’ ... 22

11. Rata-rata lebar daun caisin ‘Mahkota’... 22

12. Rata-rata jumlah daun caisin ‘Mahkota’... 23

13. Rata-rata hasil panen tanaman caisin ‘Mahkota’ ... 24

14. Rata-rata panjang akar, bobot akar per tanaman dan bobot akar per bedeng tanaman caisin ‘Mahkota’ ... 26

15. Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada selada ‘Lettuce’ .. 27

16. Rata-rata panjang daun selada ‘Lettuce’... 28

17. Rata-rata lebar daun selada ‘Lettuce’ ... 29

18. Rata-rata jumlah daun selada ‘Lettuce’ ... 30

19. Rata-rata hasil panen tanaman selada ‘Lettuce’ ... 31

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perbandingan tanaman kangkung pada berbagai jenis

perlakuan pupuk kandang ... 19 2. Perbandingan tanaman caisin pada berbagai jenis perlakuan

pupuk kandang ... 25 3. Perbandingan tanaman selada pada berbagai jenis perlakuan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil analisis kandungan hara mikro berbagai jenis pupuk

kandang setelah proses dekomposisi ... 46

2. Hasil analisis kandungan hara tanah di lokasi percobaan setelah perlakuan... 46

3. Kriteria penilaian sifat kimia tanah ... 47

4. Rekapitulasi sidik ragam tinggi kangkung 1 MST – 4 MST ... 48

5. Rekapitulasi sidik ragam jumlah daun kangkung 1 MST – 4 MST 48

6. Rekapitulasi sidik ragam hasil panen tanaman kangkung ... 49

7. Rekapitulasi sidik ragam panjang daun selada 1 MST – 4 MST .... 49

8. Rekapitulasi sidik ragam lebar daun selada 1 MST – 4 MST... 50

9. Rekapitulasi sidik ragam jumlah daun selada 1 MST – 4 MST... 50

10. Rekapitulasi sidik ragam hasil panen tanaman selada ... 51

11. Rekapitulasi sidik ragam tinggi tanaman caisin 1 MST – 4 MST .. 51

12. Rekapitulasi sidik ragam panjang daun caisin 1 MST – 4 MST ... 52

13. Rekapitulasi sidik ragam lebar daun caisin 1 MST – 4 MST ... 52

14. Rekapitulasi sidik ragam jumlah daun caisin 1 MST – 4 MST ... 53

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman sayuran dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. Tanaman sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia adalah sayuran daun. Sayuran daun yang terdapat di pasaran diantaranya adalah kangkung (Ipomoea aquatica), caisin (Brassica rapa L.), dan selada (Lactuca

sativa L.). Menurut data statistik BPS (2011) total produksi caisin pada tahun

2011 mencapai 580,969 ton. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang dapat mencapai 583,770 ton. Sementara itu, produksi kangkung tahun 2011 sebesar 355,466 ton dan jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu 350,879 ton.

Budidaya sayuran di Indonesia umumnya masih menggunakan budidaya konvensional yang menggunakan pupuk anorganik tinggi dan bahan kimia anorganik lainnya. Penggunaan pupuk secara terus-menerus tanpa memerhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air dapat mengakibatkan tingkat kesuburan tanah menurun, merusak lahan pertanian, serta mencemari lingkungan hidup (Sumiati dan Hidayat, 2002). Penggunaan bahan organik dan pupuk kandang dalam sistem pertanian tersebut dapat dilakukan untuk mendukung sistem pertanian berkelanjutan.

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak baik kotoran padat maupun kotoran cair yang bercampur dengan sisa makanan atau alas kandang. Menurut Soepardi (1983) pupuk kandang mengandung bahan organik yang berfungsi untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah juga mengandung sejumlah unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman. Selanjutnya, menurut Foth (1990) pupuk kandang memiliki pengaruh yang sangat baik terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah serta meningkatkan perkembangan aktivitas jasad renik.

(13)

pupuk kandang adalah suatu upaya dalam meningkatkan mutu pupuk kandang dengan sengaja menambahkan unsur tambahan pada pupuk kandang.

Greaney (2010) melaporkan bahwa susu sapi yang diaplikasikan ke padang rumput menghasilkan rumput yang lebih hijau dengan kerapatan yang lebih tinggi dan meningkatkan produksi rumput sebesar 26%. Di Indonesia, terdapat limbah susu bubuk yang biasanya ditarik dari pasaran dan disimpan di gudang penyimpanan sebelum akhirnya dimusnahkan. Jumlah susu bubuk kadaluarsa atau return wilayah Jabotabek mencapai 9.7 kg per hari1. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan susu sapi kadaluarsa sebagai bahan fortifikasi untuk meningkatkan kualitas pupuk kandang. Penelitian mengenai pupuk kandang yang difortifikasi dengan susu bubuk kadaluarsa ini merupakan penelitian awal yang baru dilakukan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai jenis pupuk kandang berfortifikasi dan pupuk kandang non-fortifikasi terhadap pertumbuhan vegetatif dan hasil panen tanaman kangkung, caisin, dan selada.

Hipotesis

1. Penggunaan pupuk kandang berfortifikasi dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan hasil panen tanaman kangkung.

2. Penggunaan pupuk kandang berfortifikasi dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan hasil panen tanaman caisin.

3. Penggunaan pupuk kandang berfortifikasi dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan hasil panen tanaman selada.

1

Wawancara langsung dengan Pak Enjang Suryadi, CSR PT. Nutrifood pada tanggal 6 Januari

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Kangkung (Ipomoea aquatica)

Kangkung (Ipomoea aquatica) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisio Spermatophyta, kelas Dicotyledonae, dan famili Convolvuceae (Ware dan McCollum, 1980). Kangkung darat memiliki karakteristk wana bunga putih hingga merah muda, daun agak kecil, warna batang putih kehijauan hingga keunguan (Palada dan Chang, 2003).

Kangkung termasuk tipe sayuran dataran rendah yang pertumbuhannya kurang optimal bila ditanam di dataran lebih dari 700 m dpl (Westphal, 1994). Kangkung dapat tumbuh di daerah dengan iklim panas dan tumbuh optimal pada suhu 25-30oC (Palada dan Chang, 2003). Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang dengan kelembaban 60%. Kangkung darat tumbuh optimal pada tanah yang banyak mengandung bahan organik dan pH 5.3-6.0 (Westphal, 1994).

Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Di dataran rendah tropika sekitar khatulistiwa, kangkung dapat dipanen sesudah 25 hari dan dapat menghasilkan lebih dari 20 ton/ha daun segar, sedangkan di dataran tinggi kangkung membutuhkan 40 hari untuk satu panenan (Williams et al., 1993). Menurut Palada dan Chang (2003), kangkung dapat dipanen pada umur 30-45 hari setelah tanam (HST) tergantung varietas dan tipe tanaman. Kangkung dapat dipanen sekali dengan mencabut tanaman hingga ke akarnya atau beberapa kali degan memotong sepanjang 15-25 cm pada bagian batang.

(15)

Caisin (Brassica rapa L.)

Caisin (Brassica rapa L.) diklasifikasikan ke dalam divisi Spermatophyta, kelas Angiospermae, famili Brassicaceae dengan genus Brassica (Ware dan McCollum, 1980). Tanaman semusim (annual) ini pada umumnya tumbuh tegak namun ada yang tumbuh terkulai. Tinggi tanaman berkisar antara 20-60 cm dan batang tidak kompak (Opeña dan Tay, 1994). Caisin memiliki petiol yang panjang berwarna hijau dan tipe daun keriting yang berwarna hijau (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Caisin dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis baik fase vegetatif maupun generatif, tidak terlalu dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pertumbuhan caisin dapat dipengaruhi oleh cahaya, drainase yang baik dan tanah yang subur. Derajat keasaman tanah untuk menghasilkan produksi yang baik adalah 5.5-6.5 (Opeña dan Tay, 1994). Pertumbuhan caisin cukup cepat dan membutuhkan kelembaban optimum selama fase pertumbuhannya.

Caisin dapat ditanam secara langsung di lahan atau terlebih dahulu disemai. Benih disemai dalam tray atau bedeng persemaian selama tiga minggu. Setelah tiga minggu, selanjutnya dilakukan pindah tanam dengan jarak tanam 20-25 cm x 10-15 cm. Tanaman dapat dipanen pada umur 20-25 hari setelah pindah tanam (Williams et al., 1993) atau 40-80 hari setelah tanam (Opeña dan Tay, 1994).

Caisin memiliki respon yang baik terhadap pemberian kompos dan pemupukan unsur N, P, dan K. Pemberian pupuk kompos dengan dosis 10-15 ton/ha dengan kombinasi 60-110 kg N/ha, 40-60 kg P2O5/ha dan 80-100 kg K2O/ha dapat mencapai produktivitas sebesar 10-20 ton/ha (Opeña dan Tay, 1994).

Selada (Lactuca sativa L.)

(16)

Tipe selada terdiri dari selada daun, selada crop atau kepala dan selada cos. Selada daun memiliki karakteristik berdaun dengan urat daun yang halus dan tidak membentuk crop. Selada crop membentuk crop yang padat dan pada bagian dalam terdapat daun yang tipis. Selada cos memiliki daun yang sempit namun panjang, berbentuk silinder dan tidak kompak (Grubben dan Sukprakarn, 1994).

Selada membutuhkan suhu 17-28oC untuk tumbuh secara normal, namun ada kultivar tahan panas yang dapat tumbuh pada suhu lebih dari 30oC (Tindall, 1983). Tanaman selada yang tidak toleran suhu tingi membutuhkan naungan karena kurang tahan cahaya matahari yang terik dan cuaca yang panas. Keadaan dengan suhu lebih dari 30oC menyebabkan selada yang tidak tahan suhu tinggi terhambat proses perkecambahannya dan menghambat pertumbuhan tanaman. Selada daun tumbuh baik pada tanah lempung berpasir, berdrainase baik dengan pH 6-6.8 (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Selada dianjurkan untuk dibudidayakan dengan cara persemaian lalu di pindah tanam ke lapang bila bibit telah mencapai 5-6 cm tingginya (Williams et al., 1993). Selada daun dapat dipanen pada umur 30-50 HST tergantung varietas. Panen dilakukan dengan mencabut tanaman hingga ke akar (Grubben dan Sukprakarn, 1994).

Grubben dan Sukprakarn (1994) menyatakan bahwa 30 ton/ha pupuk kandang serta N, P2O5 dan K2O masing-masing 100, 100, dan 80 kg/ha diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman dengan baik. Nitrogen yang terlalu tinggi menyebabkan tanaman mudah mengalami tip burn dan terserang penyakit. Produktivitas selada daun berkisar antara 3-8 ton/ha.

Kandungan Gizi Susu Sapi

(17)

Proses penguraian protein secara enzimatik menjadi ammonium (aminisasi dan amonifikasi) dilakukan oleh mikrobia heterotrofik. Mikroorganisme perombak protein diantaranya Bacillus, Pseudomonas, Clostridium, Serratia, Micrococcus (Sugito et al., 1995). N-ammonium (NH4+) merupakan ion tersedia sehingga jika tidak diakumulasikan tanaman atau mikrobia, dapat hilang melalui pelindian (leaching) atau volatilisasi dalam bentuk gas amoniak (NH3) atau mengalami nitrifikasi. Proses nitrifikasi ini terdiri dari nitritasi yang menghasilkan nitrit (NO2-) yang merupakan anion toksik, dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas sp., kemudian dilanjutkan ke nitratasi yang menghasilkan nitrat (NO3-) yang juga N-tersedia, oleh bakteri Nitrobacter sp. (Hanafiah, 2005)

Pupuk Kandang

Menurut USDA (2007) pupuk kandang adalah feses, urin dan kotoran lain yang diproduksi oleh ternak dan bukan merupakan kompos. Berdasakan bentuknya, pupuk kandang terbagi menjadi dua jenis, yaitu pupuk kandang padat dan pupuk kandang cair. Pupuk kandang tidak menyediakan hara bagi tanaman secara langsung tetapi reaksi enzimatik dari mikroorganisme tanah mengubah unsur hara yang tak tersedia menjadi bentuk yang lebih tersedia. Pupuk kandang menyediakan sumber hara dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Pemberian dan pengolahan pupuk kandang secara tepat adalah merupakan tindakan yang harus terlebih dahulu dilakukan untuk memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman sehingga produktivitas tanaman tidak merosot.

Menurut Foth (1990) pupuk kandang memiliki pengaruh yang sangat baik terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah serta meningkatkan perkembangan aktivitas jasad renik. Musnamar (2003) menambahkan bahwa pupuk kandang merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya.

(18)

Menurut Foth (1990) pupuk kandang dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan sumbernya, yaitu: kotoran ayam, kambing, kuda, dan sapi. Kandungan hara dari tiap golongan tersebut bervariasi. Havlin et al. (2005) menambahkan, kandungan hara pupuk kandang dipengaruhi oleh bahan penyusunnya, yang dapat dilihat di Tabel 1. Pemupukan dengan pupuk kandang pada tanah dapat menyumbangkan hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P, K, serta unsur mikro lain.

Tabel 1. Komposisi unsur hara pupuk kandang berdasarkan sumber kotoran

Sumber kotoran N P2O5 K20

---kg/ton---

Ayam 10.35 4.95 4.50

Kambing 12.60 1.80 9.00

Kuda 5.85 2.25 5.85

Sapi 4.50 1.80 3.60

Sumber: Havlin et al., 2005

Tabel 2. Komposisi unsur hara pupuk kandang berdasarkan kadar air

Kadar air N P2O5 K20

(%) ---kg/ton---

95 5 3.5 1.5

75 15 10 5

50 20 20 10

30 30 27.5 15

15 50 35 20

Sumber : Ferguson dan Ziegrel, 2004

Kandungan hara pada pupuk kandang dipengaruh oleh kandungan air pupuk kandang. Kandungan hara semakin rendah dengan meningkatnya kadar air. Kandungan hara dalam berbagai nilai kadar air dapat dilihat pada Tabel 2.

(19)

mati dan melepaskan kembali unsur hara ke tanah. Tanpa adanya penambahan organik, maka jasad mikro dalam tanah akan mati dan produktivitas tanah merosot (Adiningsih, 2006). Menurut Hanafiah (2005) apabila C/N rasio lebih kecil dari 20 menunjukkan terjadinya mineralisasi N, apabila lebih besar dari 30 berarti terjadi immobilisasi N, sedangkan jika diantara 20-30 berarti mineralisasi seimbang dengan immobilisasi.

Pertanian Organik

Menurut IFOAM (2005) pertanian organik adalah sistem produksi yang menjaga kesehatan tanah, ekosistem, dan manusia. Hal ini berdasarkan proses secara ekologi, kenaekaragaman hayati, dan pola yang disadur dari kondisi lokal daripada menggunakan input yang memberikan efek merugikan. Pertanian organik menggabungkan tradisi, inovasi, dan ilmu pengetahuan untuk menjaga lingkungan dan menghasilkan kualitas hidup yang baik bagi seluruh bagian yang terlibat. Pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alam (organik) tanpa menggunakan bahan kimia buatan.

Sistem pertanian organik yang semakin popular akhir-akhir ini disebabkan karena kegagalan sistem pertanian kimiawi memertahankan kelestarian lahan dan lingkungan dalam jangka panjang. Ketergantungan proses produksi pertanian terhadap bahan kimiawi semakin tinggi dan dalam jangka panjang bahan-bahan kimia tersebut telah merusak lahan pertanian itu sendiri sehingga produktivitas lahan sulit ditingkatkan lagi dan bahkan terjadi penurunan (Sugito et al., 1995).

Pertanian organik tidak menggunakan pupuk anorganik, menggunakan bahan-bahan alami untuk pemupukan, menggunakan pestisida alami untuk mengendalikan HPT, pengendalian mekanis untuk pengendalian gulma, fokus terhadap pemeliharaan bahan-bahan organik, menerapkan sistem tumpang gilir, menggunakan tanaman penutup, menggunakan pupuk hijau, dan kompos. (Poincelot, 2004).

(20)
(21)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di unit lapangan Cikabayan, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi tersebut memiliki ketinggian sebesar 250 m di atas permukaan laut (dpl). Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih kangkung (Ipomoea aquatiaca) varietas Pinky, benih caisin (Brassica rapa L.) varietas Mahkota, dan benih selada

(Lactuca sativa L.) varietas Lettuce. Bahan lain yang digunakan sebagai media

tanam adalah campuran kascing dan arang sekam dengan perbandingan 1:1 (v/v). Bahan organik yang digunakan adalah pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, dan pupuk kandang sapi. Bahan fortifikasi yang digunakan adalah susu bubuk kadaluarsa yang telah disimpan selama tiga bulan di gudang penyimpanan. Alat yang digunakan adalah peralatan budidaya, peralatan semai, alat penyiraman dan timbangan digital (g).

Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan yang digunakan untuk masing-masing tanaman adalah perlakuan jenis pupuk kandang, yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang ayam dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa, pupuk kandang kambing, pupuk kandang kambing dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa, pupuk kandang sapi, dan pupuk kandang sapi dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa.

(22)

Yij=µ + αi + βj + εij (i=1,2,3,4,5,6; j=1,2,3,4) Keterangan :

Yij : nilai pengamatan pada perlakuan jenis pupuk kandang ke-i dan kelompok ke-j

µ : nilai tengah umum

αi : pengaruh jenis pupuk kandang ke-i βj :pengaruh kelompok ke-j

εij : pengaruh galat percobaan

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (Uji F). Jika hasil sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Kontras Ortogonal pada taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Pupuk kandang ayam yang digunakan adalah kotoran ayam pedaging yang bercampur dengan sekam. Pupuk kambing yang digunakan adalah campuran antara kotoran kambing segar dan kotoran kambing yang baru terdekomposisi. Pupuk kandang sapi yang digunakan adalah kotoran sapi perah indukan yang masih segar. Kotoran ayam pedaging, kambing, dan sapi perah indukan berasal dari Kandang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

(23)

Pengolahan lahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan membuat bedengan yang berukuran 1.5 m x 5 m untuk tanaman kangkung, sedangkan untuk tanaman caisin dan selada bedengan berukuran 1.5 m x 2.5 m. Pemberian pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa, pupuk kandang kambing dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa, dan pupuk kandang sapi dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa dilakukan satu minggu sebelum tanam dengan dosis 20 ton ha-1 atau 15 kg bedeng-1. Pupuk kandang tersebut disebar di permukaan tanah kemudian diaduk dengan menggunakan cangkul.

Benih caisin dan selada disemaikan di wadah persemaian dengan menggunakan media kascing dan arang sekam dengan perbandingan 1:1 (v/v). Kangkung tidak dilakukan penyemaian tetapi penanaman dilakukan secara langsung atau direct seedling.

Pindah tanam caisin dan selada dilakukan setelah bibit berumur tiga minggu di persemaian. Pindah tanam dilakukan dengan jarak tanam 0.25 m x 0.25 m dengan satu bibit per lubang tanam. Penanaman kangkung dilakukan bersamaan dengan pindah tanam caisin dan selada. Penanaman kangkung dilakukan dengan jarak tanam 0.25 m x 0.15 m dengan 2 benih per lubang tanam. Sehingga diperlukan 4,800 tanaman kangkung, 1,440 tanaman caisin, dan 1,440 tanaman selada untuk seluruh satuan percobaan.

Pemeliharaan awal dilakukan dengan melakukan penyulaman terhadap tanaman yang mati. Selain penyulaman kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, penyiangan gulma, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari secara manual sesuai kondisi tanah per bedeng. Penyiangan gulma dilakukan tergantung gulma yang tumbuh di bedengan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual sesuai dengan intensitas dan keparahan serangan.

(24)

dilakukan pada saat tanaman telah menunjukkan siap petik. Keadaan siap petik ini ketika tinggi tajuk telah mencapai lebih dari 30 cm pada saat 4 MST.

Pengamatan

Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setiap satu minggu pada 10 tanaman contoh yang dipilih secara acak. Peubah pertumbuhan yang diamati adalah peubah tinggi tanaman (cm), untuk tanaman caisin di ukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi sedangkan pada kangkung pengamatan dilakukan dari permukaan tanah hingga titik tumbuh.

Peubah lain yang diamati adalah panjang daun dan lebar daun untuk tanaman caisin dan selada. Selain itu dilakukan juga pengamatan terhadap jumlah daun pada tanaman kangkung, caisin, dan selada yang dilakukan setiap minggu yaitu dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna.

Pengamatan peubah panen dilakukan saat panen terhadap 10 tanaman contoh yang dipilih secara acak. Pengamatan yang dilakukan meliputi bobot per tanaman (g), bobot per bedeng (g m-2), bobot layak pasar per bedeng (g m-2), panjang akar (cm), bobot akar per tanaman (g), dan bobot akar per bedeng (g m-2). Ukuran bedengan tanaman kangkung sebesar 7.5 m2 dan ukuran bedengan tanaman caisin dan selada sebesar 3.75 m2. Panjang akar diukur dari kotiledon hingga ujung akar terpanjang. Bobot layak pasar per bedeng adalah bobot total hasil panen tanaman per bedeng dengan memisahkan bagian akar tanaman serta membuang bagian daun dan batang yang sudah menguning dan rusak. Pada penelitian ini, pengamatan bobot layak pasar per bedeng mengabaikan kerusakan tanaman yang disebabkan oleh hama pada tanaman yang diamati.

Analisis data yang digunakan Uji F dan uji lanjut menggunakan Uji Kontras Ortogonal dengan taraf 5%. Pengujian kontras yang dilakukan adalah pupuk kandang ayam vs pupuk kandang kambing, pupuk kandang ayam vs pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing vs pupuk kandang sapi, dan pupuk kandang berfortifikasi vs pupuk kandang non-fortifikasi.

(25)
(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Secara umum, tanaman kangkung, caisin, dan selada tumbuh normal tanpa gejala layu atau menguning selama pengamatan. Serangan hama belalang (Oxya

chinensis) mulai terjadi saat 3 MST, sedangkan hama lain seperti Cassida

circumdata dan Metachroma carolinense menyerang tanaman caisin dan selada

dengan tingkat kerusakan yang tidak melebihi ambang ekonomi.

Jenis gulma yang tumbuh di lahan meliputi Axonopus compresus,

Ageratum conyzoides, Boreria alata, Mimosa pudica, dan Caladium bicolor.

Gulma tersebut secara umum tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma hingga ke akar. Jumlah gulma yang tumbuh di bedengan dengan perlakuan jenis pupuk kandang ayam lebih sedikit daripada jenis pupuk kandang lainnya. Sekam padi pada pupuk kandang ayam berperan sebagai mulsa organik sehingga menutupi permukaan tanah dan membatasi pertumbuhan gulma di bedengan.

Selama proses pembuatan pupuk kandang dilakukan pengamatan kondisi fisik sebelum dan setelah proses dekomposisi dan analisis kimia pupuk kandang. Secara umum, kondisi fisik pupuk kandang sapi berfortifikasi berwarna hitam, tekstur remah menyerupai tanah tetapi sedikit menggumpal, dan tidak berbau. Pupuk kandang kambing berfortifikasi memiliki struktur yang lebih remah dengan kondisi pupuk kandang kambing secara umum tidak berbentuk butiran. Kondisi fisik pupuk kandang ayam berfortifikasi menghasikan pupuk kandang yang lebih remah.

(27)

Tabel 3. Hasil analisis kandungan hara berbagai jenis pupuk kandang

Sumber: Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB Bogor, 2012

Kangkung (Ipomoea aquatica)

Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada kangkung ‘Pinky’ (Tabel 4) diketahui bahwa perlakuan jenis pupuk kandang secara nyata (P<0.05) mempengaruhi peubah panjang akar dan bobot akar per bedeng. Perlakuan jenis pupuk kandang secara sangat nyata (P<0.01) mempengaruhi peubah bobot per tanaman, bobot per bedeng, bobot layak pasar per bedeng, dan bobot akar per tanaman.

Tabel 4. Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada kangkung ‘Pinky’

(28)

Pertumbuhan

Berdasarkan Tabel Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun kangkung ‘Pinky’ (Tabel 5) hasil menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan jumlah daun tidak berbeda nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut kontras ortogonal.

Tabel 5. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun kangkung ‘Pinky’

Jenis pupuk kandang Umur (MST)

1 2 3 4

Pukan kambing fortifikasi 2.65 8.75 11.55 21.46

Pukan sapi 2.25 9.65 11.19 16.05

Pukan kambing fortifikasi 2.90 6.45 11.60 20.52

Pukan sapi 2.82 6.67 10.90 18.37

Berdasakan Tabel Rata-rata hasil panen tanaman kangkung ‘Pinky’ (Tabel 6) hasil menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk kandang secara sangat nyata (P<0.01) mempengaruhi bobot per tanaman, bobot per bedeng, dan bobot layak pasar per bedeng tanaman kangkung.

(29)

bobot layak pasar per bedeng lebih besar daripada pupuk kandang sapi. Pupuk kandang yang difortifikasi dengan susu bubuk kadaluarsa menghasilkan bobot per tanaman dan bobot layak pasar per bedeng lebih besar daripada yang tidak difortifikasi kecuali pada bobot per bedeng tanaman kangkung.

Tabel 6. Rata-rata hasil panen tanaman kangkung ‘Pinky’

Jenis pupuk kandang Bobot/tanaman Bobot total /bedeng (7.5 m2)

Pukan ayam fortifikasi 49.48 4,344.1 3,230.7

Pukan kambing 27.55 2,603.9 1,924.7

Pukan kambing fortifikasi 27.31 2,849.4 2,270.2

Pukan sapi 17.05 2,105.3 1,387.2

Pukan sapi fortifikasi 20.24 1,642.2 1,035.0

Uji F ** ** **

Uji kontras

Pukan ayam 42.87 3,662.10 2,733.95

Pukan kambing 27.43 2,726.65 2,097.45

Uji kontras ** tn *

Pukan ayam 42.87 3,662.10 2,733.95

Pukan sapi 18.65 1,873.75 1,211.10

Uji kontras ** ** **

Pukan kambing 27.43 2,726.65 2,097.45

Pukan sapi 18.65 1,873.75 1,211.10

Uji kontras ** * *

Fortifikasi 32.34 2,945.23 2,178.63

Non-fortifikasi 26.95 2,563.10 1,849.70

Uji kontras * tn *

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata (α = 5%); * = berbeda nyata (α = 5%); ** = berbeda

sangat nyata (α = 1%)

(30)

Gambar 1. Perbandingan tanaman kangkung pada berbagai jenis perlakuan pupuk kandang. (a) pupuk kandang ayam; (b) pupuk kandang ayam berfortifikasi; (c) pupuk kandang kambing; (d) pupuk kandang kambing berfortifikasi; (e) pupuk kandang sapi; (f) pupuk kandang sapi berfortifikasi.

Panjang dan Bobot Akar

Berdasarkan Tabel Rata-rata panjang akar, bobot akar per tanaman, dan bobot akar per bedeng kangkung ‘Pinky’ (Tabel 7) perlakuan jenis pupuk kandang secara nyata (P<0.05) mempengaruhi peubah panjang akar dan bobot akar per bedeng tanaman kangkung. Perlakuan pupuk kandang secara sangat nyata (P<0.01) mempengaruhi peubah bobot akar per tanaman kangkung.

Hasil uji kontras ortogonal menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam menghasilkan panjang akar dan bobot akar per tanaman lebih tinggi daripada pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi. Di sisi lain, perlakuan pupuk kandang ayam menghasilkan bobot akar per bedeng tanaman kangkung tidak berbeda daripada pupuk kandang kambing tetapi lebih tinggi daripada pupuk kandang sapi. Selanjutnya, perlakuan pupuk kandang kambing menghasilkan bobot akar per tanaman dan bobot akar per bedeng lebih tinggi daripada pupuk kandang sapi kecuali panjang akar. Pupuk kandang yang difortifikasi susu bubuk

(e) (c)

(a)

(31)

kadaluarsa menghasilkan bobot akar per tanaman yang lebih besar daripada yang tidak difortifikasi kecuali pada panjang akar dan bobot akar per bedeng tanaman kangkung.

Perlakuan pupuk kandang ayam menghasilkan panjang akar sebesar 18.52 cm, bobot akar per tanaman sebesar 6.04 g dan bobot akar per bedeng sebesar 642.65 g. Perlakuan pupuk kandang berfortifikasi meningkatkan bobot akar tanaman sebesar 19.76%.

Pukan ayam fortifikasi 19.26 7.09 750.0

Pukan kambing 16.78 4.29 498.3

Pukan kambing

fortifikasi 16.13 4.87 782.6

Pukan sapi 14.81 3.48 438.4

Pukan sapi fortifikasi 16.15 3.32 354.9

Uji F * ** *

Non-fortifikasi 16.46 4.25 490.67

Uji kontras tn * tn

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata (α = 5%); * = berbeda nyata (α = 5%); ** = berbeda

(32)

Caisin (Brassica rapa L.)

Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada caisin ‘Mahkota’ (Tabel 8) perlakuan jenis pupuk kandang secara nyata (P<0.05) mempengaruhi bobot per tanaman, panjang akar, dan bobot akar per bedeng. Perlakuan pupuk kandang pun secara sangat nyata (P<0.01) mempengaruhi jumlah daun pada 4 MST, bobot total per bedeng, dan bobot layak pasar per bedeng tanaman caisin.

Tabel 8. Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada caisin ‘Mahkota’

Peubah Umur tanaman (MST)

1 2 3 4

Tinggi tanaman tn tn tn tn Panjang daun tn tn tn tn Lebar daun tn tn tn tn(t)

Jumlah daun tn tn tn **

Bobot / tanaman - - - *(t) Bobot / bedeng - - - **(t) Bobot layak pasar / bedeng - - - **(t)

Panjang akar - - - *

Bobot akar / tanaman - - - tn(t) Bobot akar / bedeng - - - *(t)

Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada uji F 5%; * = berbeda nyata pada uji F 5%; ** = berbeda sangat nyata pada uji F 5%; MST = Minggu Setelah Tanam; (t) = transformasi dengan

Pertumbuhan

(33)

Tabel 9. Rata-rata tinggi tanaman caisin ‘Mahkota’ Jenis pupuk kandang Umur (MST)

1 2 3 4

---cm---

Pukan ayam 11.07 17.57 23.10 29.98 Pukan ayam fortifikasi 11.30 17.29 27.21 28.50 Pukan kambing 11.51 17.41 22.87 28.00 Pukan kambing fortifikasi 11.88 17.75 22.66 27.93 Pukan sapi 11.53 16.74 20.46 24.01 Pukan sapi fortifikasi 10.89 15.57 19.36 23.12

Uji F tn tn tn tn

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata (α = 5%); * = berbeda nyata (α = 5%); ** = berbeda sangat nyata (α = 1%)

Tabel 10. Rata-rata panjang daun caisin ‘Mahkota’

Jenis pupuk kandang Umur (MST)

1 2 3 4

---cm---

Pukan ayam 7.32 11.95 15.46 21.76

Pukan ayam fortifikasi 7.23 11.65 13.99 16.98

Pukan kambing 7.66 11.87 14.33 18.18

Pukan kambing fortifikasi 7.80 11.76 17.32 20.63

Pukan sapi 7.25 11.03 13.32 14.81

Pukan sapi fortifikasi 6.77 10.04 12.38 14.45

Uji F tn tn tn tn

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata (α = 5%); * = berbeda nyata (α = 5%); ** = berbeda sangat nyata (α = 1%)

Tabel 11. Rata-rata lebar daun caisin ‘Mahkota’

Jenis pupuk kandang Umur (MST)

1 2 3 4

---cm---

Pukan Ayam 4.42 7.91 9.83 11.20 (3.35)t

Pukan Ayam Fortifikasi 4.28 7.45 11.9 10.40 (3.22)t

Pukan Kambing 4.43 7.46 9.61 12.30 (3.44)t

Pukan Kambing Fortifikasi 4.52 7.52 9.25 10.00 (3.14)t

(34)

ortogonal menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam menghasilkan jumlah daun yang tidak berbeda daripada pupuk kandang kambing tetapi lebih besar daripada pupuk kandang sapi. Di sisi lain, pupuk kandang kambing menghasilkan jumlah daun lebih besar daripada pupuk kandang sapi. Pupuk kandang yang tidak difortifikasi menghasilkan jumlah daun lebih besar daripada yang difortifikasi. Perlakuan pupuk kandang ayam menghasilkan jumlah daun sebanyak 10.65 daun.

Tabel 12. Rata-rata jumlah daun caisin ‘Mahkota’

Jenis pupuk kandang Umur (MST)

1 2 3 4

(35)

Hasil uji kontras ortogonal menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam menghasilkan bobot per tanaman, bobot per bedeng, dan bobot layak pasar per bedeng tidak berbeda daripada pupuk kandang kambing tetapi lebih tinggi daripada pupuk kandang sapi. Perlakuan pupuk kandang kambing menghasilkan bobot per tanaman, bobot per bedeng, dan bobot layak pasar per bedeng lebih besar daripada pupuk kandang sapi. Pupuk kandang berfortifikasi menghasilkan bobot per tanaman, bobot per bedeng, dan bobot layak pasar per bedeng tanaman caisin tidak berbeda daripada pupuk kandang yang tidak difortifikasi. Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan hasil bobot per tanaman, bobot total per bedeng, dan bobot layak pasar per bedeng berturut-turut sebesar 102.50 g, 3,600.55 g (9.60 ton ha-1), dan 3,193.55 g (8.52 ton ha-1).

Tabel 13. Rata-rata hasil panen tanaman caisin ‘Mahkota’

Jenis pupuk kandang Bobot/ Pukan ayam fortifikasi 90.71 (9.49)t 3,325.30 (57.46)t 2,976.58 (54.32)t Pukan kambing 87.92 (9.30)t 3,267.40 (56.82)t 2,907.88 (53.66)t Pukan sapi fortifikasi 45.66 (6.66)t 1,180.70 (33.65)t 1,006.25 (30.83)t

Uji F * ** **

Pukan kambing 77.43 (9.03)t 2,769.53 (51.15)t 2,447.83 (48.12)t Pukan sapi 47.81 (6.83)t 1,255.15 (34.86)t 1,077.29 (32.08)t

Uji kontras ** ** **

Fortifikasi 72.58 (8.30)t 2,259.23 (45.53)t 1,990.20 (42.58)t Non-fortifikasi 84.02 (8.99)t 2,824.27 (51.63)t 2,488.88 (48.40)t

Uji kontras tn tn tn

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata (α = 5%); * = berbeda nyata (α = 5%); ** = berbeda sangat

(36)

Gambar 2. Perbandingan tanaman caisin pada berbagai jenis perlakuan pupuk kandang. (a) pupuk kandang ayam; (b) pupuk kandang ayam berfortifikasi; (c) pupuk kandang kambing; (d) pupuk kandang kambing berfortifikasi; (e) pupuk kandang sapi; (f) pupuk kandang sapi berfortifikasi.

Panjang dan Bobot Akar

Berdasarkan Tabel Rata-rata panjang akar, bobot akar per tanaman, dan bobot akar per bedeng caisin ‘Mahkota’ (Tabel 14) perlakuan jenis pupuk kandang secara nyata (P<0.05) mempengaruhi panjang akar dan bobot akar per bedeng tanaman kangkung. Perlakuan pupuk kandang tidak mempengaruhi peubah bobot akar per tanaman caisin.

Hasil uji kontras ortogonal menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam menghasilkan panjang akar dan bobot akar per bedeng lebih tinggi daripada pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi kecuali peubah bobot akar per tanaman. Selanjutnya, perlakuan pupuk kandang kambing menghasilkan panjang akar, bobot akar per tanaman, dan bobot akar per bedeng yang tidak berbeda daripada pupuk kandang sapi. Pupuk kandang yang difortifikasi susu bubuk kadaluarsa menghasilkan panjang akar, bobot akar per tanaman, dan bobot akar per bedeng yang tidak berbeda daripada pupuk kandang yang tidak difortifikasi. Perlakuan pupuk kandang ayam menghasilkan panjang akar dan bobot akar per bedeng berturut-turut sebesar 13.39 cm dan 279.99 g.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(37)

Tabel 14. Rata-rata panjang akar, bobot akar per tanaman, dan bobot akar per bedeng caisin ‘Mahkota’

Jenis pupuk kandang Panjang akar

Bobot akar/tanaman

Bobot akar/bedeng

(3.75 m2) (cm) ---g---

Pukan ayam 14.28 8.35 (2.88)t 295.18 (17.08)t

Pukan ayam fortifikasi 12.49 7.74 (2.76)t 264.80 (16.16)t Pukan kambing 11.59 5.85 (2.41)t 233.25 (15.19)t Pukan kambing fortifikasi 11.78 6.63 (2.52)t 169.35 (12.63)t

Pukan sapi 11.66 4.92 (2.21)t 137.78 (11.64)t

Pukan sapi fortifikasi 11.21 4.41 (2.05)t 126.7 (11.03)t

Uji F * tn *

Uji kontras

Pukan ayam 13.39 - 279.99 (16.62)t

Pukan kambing 11.69 - 201.30 (13.90)t

Uji kontras * - *

Pukan ayam 13.39 - 279.99 (16.62)t

Pukan sapi 11.44 - 132.24 (13.90)t

Uji kontras ** - **

Pukan kambing 11.69 201.30 (13.90)t

Pukan sapi 11.44 - 132.24 (13.90)t

Uji kontras tn - tn

Fortifikasi 11.83 - 186.95 (13.90)t

Non-fortifikasi 12.51 - 222.07 (14.63)t

Uji kontras tn - tn

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata (α = 5%); * = berbeda nyata (α = 5%); ** = berbeda

(38)

Selada (Lactuca sativa L.)

Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada selada ‘Lettuce’ (Tabel 15) perlakuan jenis pupuk kandang secara nyata (P<0.05) mempengaruhi panjang daun dan jumlah daun pada 4 MST, bobot per tanaman, bobot total per bedeng, bobot layak pasar per bedeng, bobot akar per tanaman dan bobot akar per bedeng. Jenis pupuk kandang juga secara sangat nyata (P<0.01) mempengaruhi lebar daun pada 4 MST.

Tabel 15. Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada selada ‘Lettuce’

Peubah Umur tanaman (MST)

1 2 3 4

Panjang daun tn tn tn *

Lebar daun tn tn tn **

Jumlah daun tn tn tn *

Bobot/ tanaman - - - *(t)

Bobot/ bedeng - - - *(t)

Bobot layak pasar / bedeng - - - *(t)

Panjang akar - - - tn

Bobot akar / tanaman - - - *(t)

Bobot akar / bedeng - - - *(t)

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada uji F 5%; * = berbeda nyata pada uji F 5%; ** = berbeda sangat nyata pada uji F 5%; MST = Minggu Setelah Tanam; (t) = transformasi dengan

Pertumbuhan

Berdasarkan Tabel Rata-rata panjang daun selada ‘Lettuce’ (Tabel 16) dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk kandang secara nyata (P<0.05) mempengaruhi panjang daun tanaman selada pada 4 MST.

(39)

Tabel 16. Rata-rata panjang daun selada ‘Lettuce’

Jenis pupuk kandang Umur (MST)

1 2 3 4

---cm---

Pukan ayam 4.07 5.17 8.47 10.29

Pukan ayam fortifikasi 4.35 5.19 9.3 11.78

Pukan kambing 4.06 5.11 7.66 10.47

Pukan kambing fortifikasi 4.33 5.32 8.44 10.51

Pukan sapi 4.24 4.99 7.07 9.11

(40)

Tabel 17. Rata-rata lebar daun selada ‘Lettuce’

Jenis pupuk kandang Umur (MST)

1 2 3 4

(41)

Tabel 18. Rata-rata jumlah daun selada ‘Lettuce’

Jenis pupuk kandang Umur (MST)

1 2 3 4

Berdasarkan Tabel Rata-rata hasil panen tanaman selada ‘Lettuce’ (Tabel 19) dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk kandang secara nyata (P<0.05) mempengaruhi bobot per tanaman, bobot total per bedeng, dan bobot layak pasar per bedeng tanaman selada.

(42)

yang tidak difortifikasi. Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan hasil bobot per tanaman, bobot total per bedeng, dan bobot layak pasar per bedeng berturut-turut sebesar 24.21 g, 841.40 g (2.24 ton ha-1), dan 580.40 g (1.55 ton ha-1).

Tabel 19. Rata-rata hasil panen tanaman selada ‘Lettuce’

Jenis pupuk kandang Bobot/ Pukan ayam fortifikasi 25.00 (4.94)t 831.70 (28.62)t 580.10 (23.83)t Pukan kambing 17.42 (4.15)t 541.00 (22.51)t 377.30 (18.58)t Pukan kambing fortifikasi 19.18 (4.25)t 690.00 (25.68)t 420.00 (20.04)t Pukan sapi 9.45 (3.03)t 374.50 (18.74)t 241.30 (15.00)t

Pukan kambing 18.30 (4.20)t 615.50 (24.09)t 398.65 (19.30)t Pukan sapi 9.67 (3.07)t 373.20 (18.83)t 234.50 (14.92)t

Uji kontras * * tn

Fortifikasi 18.02 (4.10)t 631.20 (24.41)t 409.27 (19.57)t Non-fortifikasi 16.76 (3.93)t 588.90 (22.95)t 399.77 (18.79)t

Uji kontras tn tn tn

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata (α = 5%); * = berbeda nyata (α = 5%); ** = berbeda sangat

(43)

Gambar 3. Perbandingan tanaman selada pada berbagai jenis perlakuan pupuk kandang. (a) pupuk kandang ayam; (b) pupuk kandang ayam berfortifikasi; (c) pupuk kandang kambing; (d) pupuk kandang kambing berfortifikasi; (e) pupuk kandang sapi; (f) pupuk kandang sapi berfortifikasi.

Panjang dan Bobot Akar

Berdasarkan Tabel Rata-rata panjang akar, bobot akar per tanaman, dan bobot akar per bedeng selada ‘Lettuce’ (Tabel 20) perlakuan jenis pupuk kandang secara nyata (P<0.05) mempengaruhi bobot akar per tanaman dan bobot akar bedeng tanaman selada. Perlakuan pupuk kandang tidak berpengaruh terhadap panjang akar tanaman selada.

Hasil uji kontras ortogonal menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam menghasilkan bobot akar per tanaman dan bobot akar per bedeng yang tidak berbeda daripada pupuk kandang kambing tetapi lebih tinggi daripada pupuk kandang sapi. Perlakuan pupuk kandang kambing menghasilkan bobot akar per tanaman selada yang lebih tinggi daripada pupuk kandang sapi kecuali bobot akar per bedeng. Pupuk kandang yang difortifikasi susu bubuk kadaluarsa menghasilkan bobot akar per tanaman dan bobot akar per bedeng yang tidak berbeda daripada pupuk kandang yang tidak difortifikasi. Perlakuan pupuk kandang ayam menghasilkan bobot akar per tanaman dan bobot akar per bedeng berturut-turut sebesar 1.46 g dan 71.80 g.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(44)

Tabel 20. Rata-rata panjang akar, bobot akar per tanaman, dan bobot akar per bedeng selada ‘Lettuce’

Jenis pupuk kandang Panjang akar

Bobot akar/tanaman

Bobot akar/bedeng (3.75 m2) (cm) ---g---

Pukan ayam 7.36 1.38 (1.15)t 71.70 (8.14)t

Pukan ayam fortifikasi 8.2 1.54 (1.22)t 71.90 (8.42)t Pukan kambing 6.97 1.07 (1.03)t 46.65 (6.62)t Pukan kambing fortifikasi 6.04 1.16 (1.07)t 64.45 (7.89)t

Pukan sapi 5.47 0.66 (0.80)t 37.45 (5.91)t

Pukan sapi fortifikasi 5.7 0.85 (0.89)t 38.93 (6.07)t

Uji F tn * *

Uji Kontras

Pukan ayam - 1.46 (1.18)t 71.80 (8.28)t

Pukan kambing - 1.12 (1.05)t 55.55 (7.25)t

Uji kontras - tn tn

Pukan ayam - 1.46 (1.18)t 71.80 (8.28)t

Pukan sapi - 0.76 (0.85)t 38.19 (5.99)t

Uji kontras - ** **

Pukan kambing - 1.12 (1.05)t 55. 55 (7.25)t

Pukan sapi - 0.76 (0.85)t 38.19 (5.99)t

Uji kontras - * tn

Fortifikasi - 1.18 (1.06)t 58.43 (7.46)t

Non-fortifikasi - 1.04 (0.99)t 51.93 (6.89)t

Uji kontras - tn tn

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata (α = 5%); * = berbeda nyata (α = 5%); ** = berbeda

(45)

Pembahasan

Dosis pupuk kandang yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan bobot basah. Menurut Havlin et al. (2005), kandungan hara pupuk kandang dipengaruhi oleh kandungan air pupuk kandang. Menurut Suriadikarta dan Setyorini (2006), kadar air dari suatu pupuk kandang harus berkisar antara 30-35%. Pupuk kandang yang difortifikasi oleh susu bubuk kadaluarsa menghasilkan kadar air yang lebih rendah pada pupuk kandang sapi dan pupuk kandang ayam, kecuali pupuk kandang kambing. Perbedaan ini dikarenakan lokasi pembuatan pupuk kandang kambing berfortifikasi ternaungi oleh bekas bangunan rumah semai yang terdapat di lokasi dekomposisi pupuk kandang. Kandungan air yang beragam menyebabkan bobot kering pupuk kandang yang diaplikasikan per bedeng menjadi beragam. Bobot kering masing-masing jenis perlakuan pupuk kandang per bedeng sebesar 9.11 kg pupuk kandang ayam, 13.10 kg pupuk kandang ayam berfortifikasi, 8.01 kg pupuk kandang kambing, 6.71 kg pupuk kandang kambing berfortifikasi, 4.19 kg pupuk kandang sapi, dan 6.83 kg pupuk kandang sapi berfortifikasi. Perbedaan bobot kering pupuk kandang yang digunakan menyebabkan perbedaan jumlah hara yang diberikan sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen tanaman sayuran yang diuji. Selain itu, aplikasi pupuk kandang yang tidak tertutupi oleh lapisan tanah tipis mengakibatkan pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing menjadi mudah kering dan menggumpal sehingga hara pada pupuk kandang tersebut menjadi tidak tersedia.

(46)

dan meningkatkan kualitas sayuran. Fungsi kalsium (Ca) dalam tanaman diantaranya sebagai bagian dari struktur sel, pembentukan dan pembelahan sel-sel baru, pemanjangan sel dan menjaga struktur membran di dalam tanaman, ko-faktor banyak enzim di dalam tanaman, dan perkecambahan biji.

Proses pembuatan pupuk kandang yang menggunakan tambahan susu bubuk kadaluarsa menyebabkan mikroorganisme pengurai mendapatkan sumber makanan lebih banyak sehingga akan lebih cepat bereproduksi dan mendekomposisi pupuk kandang. Sifat fisik pupuk kandang berfortifikasi lebih remah dan gembur juga memiliki tekstur seperti tanah, khususnya pada pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing. Menurut Suriadikarta dan Simanungkalit (2006), bahan organik berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba dalam penyediaan hara. Chongrak (1989) menambahkan bahwa aktivitas bakteri dapat dimanfaatkan untuk memecah bentuk kompleks bahan organik menjadi bentuk organik sederhana selanjutnya menjadi bentuk anorganik yang tersedia bagi tanaman. Peningkatan akitivitas mikroba dapat mempercepat proses dekomposisi pupuk kandang tetapi juga menyebabkan immobilisasi beberapa unsur hara sehingga beberapa unsur hara dari pupuk kandang dengan penambahan susu bubuk kadaluarsa lebih rendah. Immobilisasi adalah perubahan unsur hara dari bentuk anorganik menjadi bentuk organik yaitu terinkorporasi dalam biomassa organisme dekomposer. Pada saat terjadi immobilisasi tanaman akan sulit menyerap hara karena terjadi persaingan dengan dekomposer (Tompodung, 2009). Selain itu, proses dekomposisi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan selama 11 minggu dan dilakukan di tempat terbuka sehingga dapat menyebabkan hara tersedia yang terkandung di dalam pupuk kandang mudah hilang disebabkan oleh penguapan atau terbawa oleh air hujan. Selanjutnya, penyimpanan pupuk kandang setelah proses dekomposisi pun kurang terkontrol sehingga benih-benih gulma yang terkandung dalam pupuk kandang tumbuh dan menyerap hara-hara tersedia di dalam pupuk kandang dan mengurangi kandungan hara tersedia pada pupuk kandang yang sudah siap digunakan tersebut.

(47)

untuk mendekati akar tanaman (Setiawati, 2006). Perlakuan jenis pupuk kandang ayam menghasilkan akar kangkung dan caisin yang lebih panjang daripada perlakuan pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi berturut-turut sebesar 18.52 cm dan 13.39 cm. Pupuk kandang ayam menghasilkan bobot akar per tanaman kangkung dan bobot akar per bedeng tanaman caisin lebih tinggi daripada pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi berturut-turut sebesar 6.04 g dan 279.99 g. Perlakuan pupuk kandang ayam menghasilkan bobot akar per bedeng tanaman kangkung, bobot akar per tanaman selada dan bobot akar per bedeng tanaman selada lebih tinggi daripada pupuk kandang sapi berturut-turut sebesar 642.65g, 1.46 g, dan 71.80 g. Kondisi fisik tanah yang menggunakan pupuk kandang ayam berubah menjadi lebih gembur, sehingga pertumbuhan perakaran lebih optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dariah dan Rahman (1989), penggunaan pupuk kandang dapat memperbaiki beberapa sifat fisik tanah, antara lain bobot isi semakin rendah, meningkatkan ruang pori total dan pori drainase selanjutnya dapat meningkatkan aerasi tanah.

(48)

dibebaskan ke tanah dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tanaman (mineralisasi). Hartatik dan Widowati (2006) menambahkan bahwa pemberian pupuk kandang umumnya terlihat terutama pada musim kedua (residu). Hal ini sesuai dengan penelitian Sutriadi et al. (2005) bahwa dengan aplikasi pukan ayam 2 ton ha-1 meningkatkan produksi jagung sebanyak 6% pada musim pertama sedangkan pada musim kedua sebesar 40% pada perlakuan tanpa dan dengan bahan organik, peningkatan antar musim mencapai enam setengah kali.

Pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan bobot per tanaman kangkung dan bobot layak pasar per bedeng tanaman kangkung lebih besar daripada pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi berturut-turut sebesar 42.87 g dan 2,733.95 g. Pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan bobot per bedeng tanaman kangkung, bobot per tanaman caisin, bobot per bedeng caisin, bobot layak pasar per bedeng caisin, bobot per tanaman selada, bobot per bedeng selada, dan bobot layak pasar per bedeng selada lebih besar daripada pupuk kandang sapi. Menurut Rasnake et al., (2000) hara nitrogen yang berasal dari pupuk kandang ayam akan lebih tersedia dibanding jenis pupuk kandang lain karena memiliki nilai C/N rasio lebih tinggi sehingga meningkatkan aktivitas mikroba dalam tanah. C/N rasio pupuk kandang ayam yang digunakan lebih besar dari jenis pupuk kandang lainnya, yaitu pupuk kandang ayam non-fortifikasi sebesar 18.63 dan pupuk kandang ayam berfortifikasi sebesar 22.85. Hartatik dan Widowati (2006) menambahkan bahwa kandungan unsur-unsur hara dalam pupuk kandang tidak hanya tergantung dari jenis ternak, tetapi tergantung juga dari pakan dan air yang diberikan, umur dan bentuk fisik dari ternak.

(49)

bedeng (3.75 m2) atau 1.55 ton/ha. Potensi produktivitas tanaman kangkung per panen sebesar 11.43 ton ha-1, tanaman caisin 16.40 ton ha-1, dan tanaman selada 3.87 ton ha -1.

Hasil panen tanaman selada lebih rendah dibandingkan penelitian Maryam (2009). Maryam (2009) melaporkan bahwa selada yang diberi perlakuan pupuk kandang ayam menghasilkan 2.42 ton/ha sedangkan hasil penelitian ini hanya menghasilkan 2.24 ton/ha. Produksi selada yang lebih rendah diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman selada. Menurut Grubben et al. (1994) faktor iklim (tipe iklim, suhu, panjang hari, air) dan tanah (tipe tanah, kesuburan tanah, pH tanah, faktor fisik tanah, dan bahan organik) mempengaruhi pertumbuhan tanaman sayuran. Setiawati et al. (2007) menambahkan bahwa waktu tanam selada terbaik adalah pada akhir musim hujan. Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau dengan pengairan atau penyiraman yang cukup. Penelitian ini dilakukan selama musim kemarau dan saat penelitian kadang sulit mendapatkan air untuk penyiraman sehingga pertumbuhan tanaman selada tidak optimal.

Menurut Hanafiah (2005) air merupakan komponen penting dalam tanah yang memiliki peranan penting, diantaranya sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar kemudian ke daun; sebagai sarana transportasi dan pendistribusi nutrisi jadi dari daun ke seluruh bagian tanaman; sebagai komponen kunci dalam proses fotosintesis, asimilasi, sintesis maupun respirasi tanaman; sebagai pelarut pupuk, sebagai penopang aktivitas mikrobia dalam merombak unsur hara tak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman, dan sebagai pembawa oksigen terlarut ke dalam tanah. Munawar (2011) menambahkan jika tanah mengering, jumlah larutan tanah berkurang sehingga akan mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman. Larutan tanah adalah fase cair dalam tanah yang terdiri dari air dan bahan atau zat terlarut pada kondisi lengas tanah tidak jenuh. Hara di dalam larutan tanah merupakan bentuk yang paling mudah tersedia bagi tanaman, yang berupa ion-ion terhidrasi, molekul anorganik, dan senyawa-senyawa kelat.

(50)

lebih tinggi dibandingkan perlakuan pupuk kandang non-fortifikasi. Penggunaan pupuk kandang berfortifikasi meningkatkan bobot per tanaman, bobot layak pasar per bedeng, dan bobot akar per tanaman tanaman kangkung berturut-turut sebesar 20%, 17.78% dan 19.76%. Perlakuan pupuk kandang berfortifikasi tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen tanaman caisin dan selada.

Berdasarkan hasil analisis kandungan hara, pupuk kandang ayam mengandung 2.17% N, 1.51% P, dan 1.83 % K. Dosis pupuk kandang ayam yang diberikan adalah 20 ton/ha atau 9.11 kg/bedengan bobot kering sehingga jumlah yang diberikan ke dalam tanah setara dengan 267 kg/ha N, 187 kg/ha P, dan 227 kg/ha K. Dosis pupuk kandang ayam berfortifikasi yang diberikan adalah 20 ton/ha atau 13.10 kg/bedengan bobot kering sehingga jumlah yang diberikan ke dalam tanah setara dengan 379 kg/ha N, 267 kg/ha P, dan 320 kg/ha K.

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan pupuk kandang berfortifikasi dapat meningkatkan bobot akar per tanaman kangkung, bobot per tanaman kangkung dan bobot layak pasar tanaman kangkung per bedeng berturut-turut sebesar 19.76%, 20% dan 17.78%. Perlakuan pupuk kandang berfortifikasi tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen tanaman caisin dan selada.

Pemberian pupuk kandang ayam menunjukkan pertumbuhan dan hasil panen yang lebih tinggi dibandingkan pemberian jenis pupuk kandang lain pada tanaman kangkung, casin dan selada.

Saran

(52)

DAFTAR PUSTAKA

[IFOAM] International Federation Organic Agriculture Movement. 2005. Definition of organic agriculture. http://www.ifoam.org/growing_organic /definitions/doa/index.html [27 November 2011]

[USDA] United State Department of Agriculture. 2007. http://www.ams.usda.gov /nop/standards/fulltext.pdf [21 November 2011]

AVRDC. 1991. Vegetables Research and Development in the 1990s: A Strategic Plan. Asian Vegetable Research and Development Center .Taipei. 61 p. Adiningsih, J.S. 2006. Peranan Bahan/Pupuk Organik dalam Menunjang

Peningkatan Produktivitas Lahan Pertanian. Proceeding Workshop MAPORINA. Masyarakat Pertanian Organik Indonesia. hal 37-48. BPS. 2012. Produksi Sayuran di Indonesia. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.ph

p?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=27 [12 Desember 2012]

Dariah, A. dan A. Rahman. 1989. Pengaruh mulsa hijauan Alley cropping dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil jagung serta beberapa sifat fisik tanah, hal. 99-106. Dalam Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah. Bidang Konservasi Tanah dan Air. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor

Chongrak, P. 1989. Organic Waste Recycling. John Willey & Sons. New York. 357 p.

Ferguson, J.J. and M. R. Ziegler. 2004. Guidelines for purchase and application of poultry manure for organic crop production. http://edis.ifas.ufl.edu/HS21 7 [27 November 2011]

Foth, H. D. 1990. Fundamental of Soil Science. John Willey and Sons. New York. 360 p.

(53)

Greaney, T.J. 2010. Farmers turn to milk for fields. Studies show richer soil after dousings. http://www.columbiatribune.com/news/2010/jun/27/farmers-turn-to-milk-for-fields/ [27 November 2011]

Grubben, G.J.H., J.S. Siemonsma, dan K. Piluek. 1994. An Introduction , p. 17-54. In J.S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South East Asia and Vegetables 8. PROSEA Foundation. Bogor.

Grubben, G.J.H. and S. Sukprakarn. 1994. Lactuca sativa L., p. 186-190. In J.S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South East Asia and Vegetables 8. PROSEA Foundation. Bogor.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. 360 hal.

Hartatik, W dan Widowati, L.R. 2006. Pupuk kandang., hal. 59-82. Dalam R.D.M. Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale dan W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and Fertilizer: An Introduction to Nutrient Management. Pearson Education Inc. New Jersey. 515 p.

Maryam, A. 2009. Pengaruh Jenis Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman Sayuran dalam Nethouse. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 41 hal

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. PT Penerbit IPB Press. Bogor. 240 hal.

Opeña, R.T. and D.C.S. Tay. 1994. Brassica rapa L. cv. group Caisin, p. 123-126. In J.S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South East Asia and Vegetables 8. PROSEA Foundation. Bogor.

Palada, M.C. dan L.C. Chang. 2003. Suggested cultural practices for kangkong. www.avrdc.org/pdf/seeds/kangkong.pdf [27 November 2011]

(54)

Poincelot, R.P. 2004. Sustainable Horticulture: Today and Tomorrow. New Jersey. Pearson Education, Inc. 870 p.

Rasnake,M., B. Thom dan F. Sikora. 2000. Using animal manures as nutrient sources. University of Kentucky Cooperative Extension Service. UK:AGR-146. http://www.ca.uky.edu/agc/pubs/agr/agr146/agr146.pdf [13 Desember 2012]

Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 2:Prinsip, Produksi, dan Gizi. Edisi Kedua (diterjemahkan dari: World Vegetables: Principles, Production and Nutritive Values. 2nd ed. Penerjemah: C. Herison). Institut Teknologi Bandung. Bandung. 320 hal.

Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi Produksi Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. 24 hal. Setiawati, M.R. 2006. Peran mikroba tanah dalam menunjang pertanian organik.

http://blogs.unpad.ac.id/mieke/files/2010/12/Pupuk-Hayati-PERTANIAN-ORGANIK.pdf [21Desember 2012]

Setiawati, W., R. Murtiningsih, G.A. Sopha, dan T. Handayani. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung-Indonesia. 135 hal.

Setyorini, D. R. Saraswati dan E.K. Anwar. 2006. Kompos, hal 11-40. Dalam R.D.M. Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal.

Spreer, E. 1998. Milk and Diary Product Technology (diterjemahkan dari: Technologie der Milchverarbeitung, penerjemah : A. Mixa). Marcel Dekker, Inc. New York. 483 p.

Sugito, Y., Y. Nuraini, dan E. Nihayati. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang. 84 hal.

(55)

Suriadikarta, D.A. dan D. Setyorini. 2006. Baku mutu pupuk organik, hal 231-244. Dalam R.D.M. Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.

Suriadikarta, D.A. dan R.D.M. Simanungkalit. 2006. Pendahuluan pupuk organik dan pupuk hayati, hal 1-10. Dalam R.D.M. Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor

Sutriadi, M.T., R. Hidayat, S. Rochayati, dan D. Setyorini. 2005. Ameliorasi Lahan dengan Fosfat Alam untuk Perbaikan Kesuburan Tanah Kering Masam Typic Hapludox di Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumber Daya Tanah dan Iklim. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor. Buku 2: 143-155.

Tindall, H.D. 1983. Vegetables in the Tropics. Macmillan Education. Hongkong. 533 p.

Tompodung, H.M. 2009. Pengaruh Bahan Organik terhadap pertumbuhan tanaman. Adiwidia 2:12-17

Ware, G.W. and Mc Collum. 1980. Producing Vegetable Crops. The Interstate Inc. USA. 607 p.

Westphal, E. 1994. Ipomoea aquatica Forsskal, p. 181-184. In J.S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South East Asia and Vegetables 8. PROSEA Foundation. Bogor.

(56)

Gambar

Tabel 3. Hasil analisis kandungan hara berbagai jenis pupuk kandang setelah proses dekomposisi
Tabel 6. Rata-rata hasil panen tanaman kangkung ‘Pinky’
Gambar 1. Perbandingan tanaman kangkung pada berbagai jenis perlakuan
Tabel 7. Rata-rata panjang akar, bobot akar per tanaman, dan bobot akar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini, didapatkan hasil bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap struktur modal, ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang

Tugas Prarancangan Pabrik Kimia merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rachmansyah (2010) untuk produk Pasta Gigi Pepsodent dimana ada tiga indikator untuk mengukur suatu persepsi kualitas pelanggan yang

menunjukkan bahwa hipotesis penelitian telah diterima dengan rincian sebagai berikut (1) terdapat hubungan positif antara literasi matematika dengan kemampuan HOTS

Maksimal berat yang didapat untuk dapat melanjutkan ke proses balancing selanjutnya adalah 9.00 lb , jika berlebih maka tab elevator harus dikembalikan

Pengurangan ini seiring dengan data ekonomi eurozone yang baik yaitu PDB tumbuh sebesar 0,6% di 3Q17, inflasi melambat menjadi 1,1% YoY di Oktober dari 1,3% YoY pada

sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).. Disamping itu, ternak sapi

Temuan ini menunjukkan bahwa derajat hubungan antara umur responden dengan pemenuhan pangan rumahtangga di Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur termasuk