• Tidak ada hasil yang ditemukan

Xylooligosaccharide production of corncobs as prebiotic candidate by high temperature heating and enzymatic hydrolysis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Xylooligosaccharide production of corncobs as prebiotic candidate by high temperature heating and enzymatic hydrolysis."

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)

PREBIOTIK DENGAN PEMANASAN SUHU TINGGI

DAN HIDROLISIS ENZIMATIK

DEVY NURUL NATHALIA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Produksi Xilooligosakarida dari Tongkol Jagung Sebagai Kandidat Prebiotik dengan Pemanasan Suhu Tinggi dan Hidrolisis Enzimatik adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2011

Devy Nurul Nathalia

(3)

DEVY NURUL NATHALIA. Xylooligosaccharide Production of Corncobs as Prebiotic Candidate by High Temperature Heating and Enzymatic Hydrolysis. Under direction of Prof. Dr. Ir Betty Sri Laksmi Jenie, MS., Dr. Dra. Suliantari, MS., and Dr. Ir Nur Richana, MSi.

Corncob waste is a rich xylan source that can be utilized as raw material for xylooligosaccharides (XOS) production. XOS is a potential prebiotic and has high economic value. Two corn varieties i.e. Bisi and Pioneer were first analyzed for its hemicellulose, cellulose and lignin contents and xylan yield to choose the corn variety to be studied. Process technology for XOS production was studied using available equipment such as oven. Xylooligosaccharide (XOS) from corncob was produced in two stages i.e. xylan extraction by heating at high temperatures in oven or autoclave as comparison, followed by enzymatic hydrolysis. Analysis of two corncob varieties showed that Pioneer variety contained higher hemicellulose content (34.98%) and xylan yield (18.32%) than Bisi variety (12.28% and 10.22%, respectively), therefore Pioneer variety was chosen as raw material for XOS production. Corncob particles were soaked in dilute acid (1 g/l H2SO4) for 12 h at 60 oC, filtered and washed with tap water and then heated in oven or autoclave. Before oven heating, The corncobs were added with water at various ratios (1:1 – 1:5) and then heated in oven at various temperature (130 oC, 140 oC, 150 oC for 0.5 h) and autoclave at 121oC for 0.5, 1, 1.5 and 2 h with one and two heating cycles. During heating, the total sugar and reducing sugar were increase, while the degree of polymerization was decrease. The results showed that heating in oven to extract the xylan was affected by the ratios of corncobs and aquadest and heating temperatures. Oven heating (130-150 o

C) with optimum ratio of corncobs and aquadest (1:3) successfully increased the xylan content from 3.98% up to 18.21 – 19.46% while repeated heating cycle (two cycles) did not affect the xylan content. Heating the corncobs with aquadest (at the ratio of 1:3) in oven at 130 oC for 0.5 h produced 18.98% xylan and enzymatic conversion of the xylan by xylanase significantly increased the XOS content from 19.60% up to 44.06%. Heating the corncobs in autoclave (121 oC, 0.5 h) followed by enzymatic conversion produced higher XOS content (65.67%). The corncob XOS could stimulate the growth of Lactobacillus plantarum kik and Bifidobacterium longum ATCC 15707 by 1.2 until 1.7 unit log, indicating the prebiotic properties. Cookies prebiotic produced by addition of 5% (based on wheat flour) had higher hardness texture (1256 gf) than control without XOS (1067 gf).

(4)

DEVY NURUL NATHALIA. Produksi Xilooligosakarida dari Tongkol Jagung Sebagai Kandidat Prebiotik dengan Pemanasan Suhu Tinggi dan Hidrolisis Enzimatik. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir Betty Sri Laksmi Jenie, MS., Dr. Dra. Suliantari, MS., dan Dr. Ir Nur Richana, MSi.

Limbah tongkol jagung merupakan sumber xilan tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produksi xilooligosakarida (XOS) yang berpotensi sebagai prebiotik dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dua varietas jagung yaitu Bisi dan Pioneer dianalisis kandungan hemiselulosa, selulosa dan lignin serta rendemen xilan untuk menentukan varietas jagung yang akan digunakan. Dalam penelitian ini dipelajari teknologi produksi XOS dari tongkol jagung menggunakan peralatan yang lebih mudah tersedia seperti oven. Produksi xilooligosakarida (XOS) dari tongkol jagung dilakukan dalam dua tahap yaitu ekstraksi xilan dengan perlakuan pemanasan kemudian dilanjutkan dengan konversi enzimatik xilan menjadi XOS. Hasil analisis menunjukkan bahwa tongkol jagung varietas Pioneer memiliki kadar hemiselulosa (34.98%) dan rendemen xilan (18.32%) yang lebih tinggi dari varietas Bisi (12.28% dan 10.22%). Dengan demikian dalam penelitian produksi XOS digunakan tongkol jagung varietas Pioneer. Ekstraksi xilan dari tongkol jagung dilakukan meliputi perendaman dalam larutan asam encer (1 g/l H2SO4) terlebih dahulu selama 12 jam pada suhu 60 oC, disaring dan dicuci dengan air keran. Selanjutnya tongkol jagung dalam kondisi terendam dalam air (rasio 1:1 – 1:5) dipanaskan dalam oven pada berbagai suhu (130 oC, 140 oC, dan 150 oC selama 0,5 jam) dan dalam otoklaf (121 oC selama 0.5, 1, 1.5 dan 2 jam) dengan satu dan dua siklus pemanasan. Selama pemanasan terjadi peningkatan total gula dan gula pereduksi serta penurunan derajat polimerisasi (DP). Perlakuan pemanasan dalam oven untuk mengekstraksi xilan dipengaruhi oleh rasio tongkol jagung dan akuades, serta suhu pemanasan. Pemanasan dalam oven pada suhu 130-150 oC berhasil meningkatkan kadar xilan dari 3.98% menjadi sekitar 18.21 – 19.46% (bk), sedangkan siklus pemanasan berulang (dua siklus) tidak mempengaruhi kadar xilan. Pemanasan pada suhu 130 oC dengan rasio tongkol jagung dalam akuades sebesar 1 : 3 dalam oven selama 0.5 jam menghasilkan kadar xilan sebesar 18.98%. Konversi xilan lebih lanjut oleh xilanase (oven, 130 oC, 0.5 jam) mampu meningkatkan kadar XOS secara signifikan dari 19.60% (kadar XOS sebelum hidrolisis) menjadi 44.06% (kadar XOS setelah dihidrolisis enzimatik). Pemanasan tongkol jagung dalam otoklaf (121oC, 0.5 jam) dilanjutkan dengan konversi xilan melalui hidrolisis enzimatis xilanase menghasilkan kadar XOS yang lebih tinggi daripada oven yaitu masing-masing sebesar 65.67% dan 44.06%.

Dua strain kandidat probiotik (L. plantarum kik dan B. longum ATCC 15707) dapat tumbuh baik dalam media yang mengandung XOS tongkol jagung sebesar 1.2 hingga 1.7 unit log, yang mengindikasikan sifat prebiotik. Aplikasi XOS tongkol jagung sebanyak 5% dalam pembuatan model pangan fungsional menghasilkan kukis prebiotik dengan tingkat kekerasan yang lebih tinggi (1256 gf) daripada kontrol (1067 gf).

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(6)

PREBIOTIK DENGAN PEMANASAN SUHU TINGGI

DAN HIDROLISIS ENZIMATIK

DEVY NURUL NATHALIA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Nama : Devy Nurul Nathalia

NIM : F251080131

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr.Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, M.S Dr. Dra. Suliantari, M.S

Ketua Anggota

Dr. Ir. Nur Richana, M.Si Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Pangan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ratih Dewanti-Hariyadi, M.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(9)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis yang berjudul

Produksi Xilooligosakarida dari Tongkol Jagung Sebagai Kandidat Prebiotik

dengan Pemanasan Suhu Tinggi dan Hidrolisis Enzimatik.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir Betty Sri Laksmi Jenie, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing

dari Program Mayor Ilmu Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Departemen

Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB, atas segala kebaikan, bantuan, bimbingan,

motivasi, perhatian dan kepercayaannya untuk mengikutsertakan penulis dalam

proyek penelitian ini.

2. Ibu Dr. Dra. Suliantari, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing dari Fakultas

Teknologi Pertanian, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB atas segala

kebaikan, bantuan, bimbingan, motivasi dan perhatian.

3. Ibu Dr. Ir. Nur Richana, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing dari Balai

Penelitian dan Pengembangan Pascapanen, Cimanggu atas segala kebaikan,

bantuan, kesabaran, bimbingan, motivasi dan perhatian.

4. Bapak Dr.Ir. Sukarno, M.Sc selaku Dosen Penguji Luar Komisi atas

kesediannya, bantuan dan saran.

5. Ibu Dr. Ir. Harsi Dewantari Kusumaningrum, M.Sc selaku perwakilan dari

Program Mayor Ilmu Pangan, atas segala bantuan, arahan, dan saran. 6. Ibu Dr.Ir. Ratih Dewanti Hariyadi, M.Sc. selaku Ketua Mayor Ilmu Pangan.

7. Seluruh staff pengajar Program Mayor Ilmu Pangan, Fakultas Teknologi

Pertanian, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, atas ilmu yang diberikan

selama menempuh studi di IPN.

8. Kedua orang tua, Bapak Soelinto SE, MM dan Ibu Sri Hendarti dan adik

tercinta Hesti Wulandari S.Des atas segala dukungan, motivasi, doa, kasih

(10)

atas segala dukungan dan kebersamannya berjuang di IPN.

10.Sahabat-sahabatku yaitu Rani, Eka, Tya, Mbak Rita, Mbak Nurha, Ibu Triana

dan Mbak Vita atas segala bantuan, motivasi dan kebersamaanya.

11.Para laboran dan teknisi di lingkungan Departemen ITP dan SEAFAST Center

(khususnya Pak Taufik, Mbak Ari, Bu Sri dan Pak Junaedi), terima kasih atas

segala bantuannya.

12.Para staff dan laboran di Balai Penelitian dan Pengembangan Pascapanen,

Cimanggu (khususnya Ibu Pia, Mbak Meli, Mbak Dewi, Mbak Citra, Pak Tri,

Pak Yadi, Pak Danu, Pak Afdan, Pak Ato dan Pak Yadi Mikro), terima kasih

atas segala bantuannya.

13.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu

persatu

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan agar dapat

memberikan informasi dalam pengembangan karya tulis ilmiah ini lebih lanjut.

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2011

(11)

Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 2 Desember 1983 sebagai putri pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Soelinto SE, MM

dan Ibu Sri Hendarti. Penulis menamatkan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) di Sekolah Katholik Pamardi Yuwana Bhakti, Bekasi

dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMUN 42 Halim Perdana Kusuma ,

Jakarta Timur. Pada tahun 2001 penulis diterima di Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Udayana, Bali

melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi) dan lulus pada bulan

Oktober, 2005.

Pada tahun 2006- 2008, penulis bekerja di PT Bali Hai Brewery Indonesia,

Tambun-Bekasi sebagai Senior Supervisor Laboratory. Pada September 2008,

penulis diterima di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Program

(12)

DAFTAR TABEL ... xv

2.5 Pengaruh Asam Terhadap Rantai Xilan ... 10

2.6 Pengaruh Alkali Terhadap Rantai Xilan ... 12

2.7 Produksi XOS ... 13

2.8 Prebiotik ... 16

3. METODE PENELITIAN 3.1Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

3.2Bahan dan Alat ... 18

3.3 Prosedur Penelitian ... 19

3.3.1 Seleksi Varietas Jagung ... 22

3.3.2 Ekstraksi Xilan dengan Pemanasan Tongkol Jagung dalam Oven dan Otoklaf ... 22

3.3.3 Produksi XOS Melalui Konversi Xilan Menggunakan Xilanase ... 23

3.4 Analisis Kimia ... 26

3.4.1 Penentuan Rendemen Ekstrak Xilan (modifikasi Yoshida et al., 1994) ... 24

3.4.2 Kadar Xilan (modifikasi Abreau et al., 2001 dan Ramos et al., 1999) ... 25

3.4.3 Kadar Hemiselulosa, Selulosa dan Lignin ... 26

3.4.4 Kadar XOS ... 28

3.4.5 Kadar Gula Pereduksi, Total Gula dan Derajat Polimerisasi ... 29

3.5 Analisis Mikrobiologi ... 31

3.5.1 Uji Sifat Prebiotik XOS ... 31

3.5.2 Total Bakteri Asam Laktat ... 32

3.6 Pembuatan Kukis (modifikasi Gustiar, 2009) Prebiotik dan Uji Kekerasan ... 33

3.7 Rancangan Percobaan ... 33

(13)

4.1.2 Rendemen dan Sifat Kelarutan Ekstrak Xilan ... 37

4.2 Pengaruh Suhu dan Siklus Pemanasan Dalam Oven ... 39

4.2.1 Total Gula Ekstrak Xilan ... 39

4.2.2 Gula Pereduksi Ekstrak Xilan ... 40

4.2.3 Derajat Polimerisasi Ekstrak Xilan ... 42

4.2.4 Kadar Xilan ... 45

4.3 Pengaruh Lama dan Siklus Pemanasan Dalam Otoklaf 4.3.1 Total Gula Ekstrak Xilan ... 48

4.3.2 Gula Pereduksi Ekstrak Xilan ... 49

4.3.3 Derajat Polimerisasi Ekstrak Xilan ... 50

4.4 Produksi XOS dengan Konversi Enzimatik Xilan ... 51

4.5 Sifat Prebiotik XOS ... 54

4.6 Pembuatan Kukis XOS Prebiotik ... 56

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA……….. ... 60

(14)

1. Komposisi kimia tongkol jagung ... 6

2. Formula kukis prebiotik XOS (Modifikasi Gustiar, 2009) ... 33

3. Hasil analisis proksimat komposisi kimia tongkol jagung (g/100g) ...35

4. Hasil analisis komposisi serat tongkol jagung ... ..35

5. Rendemen ekstrak xilan dari tongkol jagung Bisi dan Pioneer ... 37

6. Sifat kelarutan xilan dalam beberapa pelarut ... 38

7. Pengaruh suhu dan siklus pemanasan dalam oven terhadap derajat polimerisasi ekstrak xilan ... 44

8. Pengaruh suhu dan siklus pemanasan dalam oven terhadap kadar xilan... 47

(15)

1. Tanaman Jagung (Zea mays L.) ... 5 2. Struktur ligninselulosa material pada dinding sel tumbuhan

(Krafstoffe, 2008) ... 7

3. Struktur molekul xilan (Vazquez et al., 2006) ... 8

4. Struktur XOS (Akpinar et al., 2007) ... 10

5. Beberapa perlakuan untuk produksi XOS dari bahan baku

kaya xilan(Dominguez et al., 2003) ... 13

6. Prosedur produksi XOS melalui perlakuan dengan

pemanasan, air atau larutan asam (Vasquez et al., 2000) ... 15

7. Diagram alir penelitian (modifikasi Yang et al., 2005)... 21

8. Penampakan ekstrak xilan (basah) ... 38

9. Pengaruh suhu dan siklus pemanasan dalam oven terhadap

total gula ekstrak xilan ... 39

10. Pengaruh suhu dan siklus pemanasan dalam oven terhadap kadar gula

pereduksi ekstrak xilan ... 41

11. Pengaruh suhu dan lama pemanasan dalam oven terhadap

derajat polimerisasi ekstrak xilan ... 43

12. Waktu retensi pada standar Birch Wood Xylan (a) dan xilan tongkol

jagung (b) ... 46

13. Pengaruh lama dan siklus pemanasan dalam otoklaf terhadap total gula

ekstrak xilan ... 48 14. Pengaruh lama dan siklus pemanasan dalam otoklaf terhadap gula

pereduksi ekstrak xilan ... 49

15. Pengaruh lama dan siklus pemanasan pada perlakuan otoklaf terhadap

derajat polimerisasi ekstrak xilan ... 50

16. Viabilitas galur L.plantarum kik dan B. longum ATCC 15707

pada media mengandung XOS prebiotik 1% ... 54

17. Kukis kontrol dan prebiotik sebelum (a) dan

(16)

Halaman

1. Analisis Proksimat Karakteristik Bahan Baku ... 69

2. Diagram Analisis Rendemen Xilan dari Tongkol Jagung ... 72

3. Neraca Massa Rendemen Xilan ... 73

4. Komposisi Serat Tongkol Jagung ... 74

5. Kurva standar gula pereduksi xilosa (550 nm) ... 75

6. Kurva standar total gula (480 nm) ... 76

7. Analisa statistik pengaruh suhu dan siklus pemanasan dalam oven terhadap total gula ekstrak xilan ... 77

8. Analisa statistik pengaruh lama dan siklus pemanasan dalam otoklaf terhadap total gula ekstrak xilan ... 79

9. Analisa statistik pengaruh suhu dan siklus pemanasan dalam oven terhadap gula pereduksi ekstrak xilan ... 81

10. Analisa statistik pengaruh lama dan siklus pemanasan dalam otoklaf terhadap gula pereduksi ekstrak xilan ... 83

11. Analisa statistik pengaruh suhu dan siklus pemanasan dalam oven terhadap derajat polimerisasi ekstrak xilan ... 85

12. Analisa statistik pengaruh lama dan siklus pemanasan dalam otoklaf terhadap derajat polimerisasi ekstrak xilan ... 87

13. Data pengaruh suhu dan siklus pemanasan dalam oven terhadap kadar xilan ... 89

14. Analisa statistik viabilitas L.plantarum kik pada pengamatan 0 dan 24 jam ... 91

15. Analisa statistik viabilitas Bifidobacterium longum ATCC 15077 pada pengamatan 0 dan 24 jam ... 94

16. Kurva dan Profil standar xilan (Birch Wood Xylan) ... 97

(17)

sesudah hidrolisis enzimatik pada KCKT ... 100

19. Uji sifat prebiotik XOS terhadap pertumbuhan

Lactobacillus .plantarum kik……….101

20. Uji sifat prebiotik XOS terhadap pertumbuhan

(18)

1.1 Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan tiga kelompok besar makanan pokok

di Indonesia, selain beras dan terigu. Tanaman jagung merupakan salah satu

komoditas strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk

dikembangkan karena peranannya sebagai sumber utama karbohidrat dan

protein. Oleh karena itu produksi jagung selama dua dekade terakhir terus

mengalami peningkatan yang cukup tinggi. BPS (2010) melaporkan produksi

jagung dari tahun 2008, 2009 dan 2010 berturut-turut adalah 16.3 juta ton,

17.63 juta ton dan 18.36 juta ton pipilan kering. Varietas jagung yang

dikembangkan cukup beragam, seperti varietas unggul lokal, varietas hibrida

sampai varietas komposit (unggul dan lokal) yang dihasilkan oleh Badan

Litbang Pertanian maupun oleh instansi lain dan swasta. Varietas jagung

lokal yang banyak dikembangkan saat ini adalah Bisi, Bisma dan Pioneer

(Pulau Jawa), Lamuru dan Srikandi Putih (Maros) (Sudarno, 2003).

Seiring dengan peningkatan produksi jagung di Indonesia limbah

tongkol jagung yang dihasilkan juga mengalami peningkatan. Akan tetapi

pemanfaatan limbah tongkol jagung saat ini masih sangat terbatas dan belum

diolah secara optimal. Pada saat ini limbah tongkol jagung umumnya

digunakan sebagai pakan ternak, pengganti kayu bakar ataupun media untuk

budidaya jamur.

Tongkol jagung merupakan limbah pertanian yang dihasilkan dari

proses pemipilan jagung. Menurut Koswara (1991) bobot tongkol jagung

sekitar ± 30% dari bobot total yang besarnya dipengaruhi oleh varietas

jagungnya, sedangkan sisanya adalah kulit dan biji jagung. Jika dikonversi

terhadap produksi jagung maka ketersediaan tongkol jagung pada tahun 2009

sekitar 4.9 juta ton atau sekitar 5.1 juta ton, tahun 2010 (Richana et al.,

2004).

Tongkol jagung merupakan bahan berlignoselulosa (kadar serat

38.99%) yang mengandung xilan tertinggi dibandingkan limbah pertanian

(19)

(12.9%), kulit biji kapas (10.2%), bagas tebu (9.6%), sekam (6.3%) dan kulit

kacang (6.3%) (Richana et al., 2004). Hasil serupa dilaporkan oleh Parajo et

al. (2004) yang menggunakan alat parr reactor, dimana kandungan xilan

tertinggi diperoleh pada tongkol jagung (31.1 ± 0.3%) dibandingkan sekam barley (26.8 ± 0.14%), sekam padi (15.6 ± 0.4%), dan eucalyptus (16.6 ±

0.3%). Oleh karena itu, limbah tongkol jagung berpotensi sebagai sumber

bahan baku xilan untuk selanjutnya dikonversi menjadi xilooligosakarida

(XOS).

Xiloligosakarida (XOS) merupakan salah satu bentuk oligosakarida

yang dapat digunakan sebagai sumber prebiotik oleh probiotik (Pangsri,

2008). Oligosakarida dengan rantai sisi manosa dapat menghalangi pelekatan

mikroorganisme patogen (seperti Escherichia coli, Helicobacter pylori dan

Salmonella Typhimurium) pada dinding usus (Sheerman, 2008). Selain itu

manfaat XOS sebagai salah satu bentuk oligosakarida, berperan sebagai

prebiotik yang dapat menstimulasi secara selektif pertumbuhan dan atau

aktivitas probiotik didalam usus besar seperti Lactobacillus dan atau

Bifidobacterium.

Potensi limbah tongkol jagung sebagai sumber bahan baku xilan untuk

produksi XOS mendorong upaya pengembangan dan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan paket teknologi tepat guna produksi XOS yang dapat

diaplikasikan di industri dengan peralatan yang lebih mudah diperoleh.

Produksi xilan dari tongkol jagung dapat dilakukan melalui ekstraksi kimia.

Richana et al. (2007), melaporkan bahwa proses ekstraksi dan delignifikasi

tongkol jagung varietas Bisma dapat menghasilkan rendemen xilan sebesar

12%. Menurut Vazquez et al. (2000) produksi XOS dari tongkol jagung

dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu 1) perlakuan fraksinasi kimia

dengan menggunakan larutan alkali (NaOH, KOH, Ca(OH)2) sehingga

material lignoselulosa menjadi isolat xilan, 2) degradasi xilan secara

hidrolisis melalui pengukusan dengan air atau asam mineral, dan 3) konversi

xilan secara enzimatik. Yoshida et al. (1994) melakukan konversi xilan

menjadi XOS melalui perendaman tongkol jagung dengan larutan natrium

(20)

Penelitian Yang et al. (2005) menunjukkan bahwa xilan dari tongkol

jagung sebesar 34.80 (g/100 g) melalui pemanasan dengan menggunakan

otoklaf (135 oC, 30 menit) dan dilanjutkan dengan hidrolisis enzimatik

(xilanase 10 U/g tongkol jagung, 50 oC, 24 jam) menghasilkan XOS sebesar

67.70 (g/100 g) (67.70%). Produksi XOS yang lebih tinggi (78%)

dilaporkan oleh Vasquez et al. (2006) dari xilan tongkol jagung (30.60%

berat kering) yang dipanaskan dengan tekanan tinggi (proses hidrotermal)

menggunakan peralatan parr reactor (suhu 202 oC, tekanan 1900 bar).

1.2 Perumusan Masalah

Produksi jagung di Indonesia mengalami peningkatan, sehingga

limbah tongkol jagung menjadi tinggi, sementara pemanfaatan dan

pengolahan di tingkat petani masih sangat terbatas. Tongkol jagung

mengandung xilan yang tinggi dan berpotensi untuk ditingkatkan nilai

tambahnya dengan diproses lebih lanjut menjadi XOS yang bersifat

prebiotik.

Penggunaan peralatan parr reactor dapat mengkonversi xilan menjadi

XOS cukup tinggi (78%) (Vasquez et al., 2006), akan tetapi peralatan

tersebut masih kompleks, sehingga sulit diaplikasikan di industri pangan skala menengah maupun skala kecil. Dalam penelitian ini akan dipelajari

modifikasi proses dengan peralatan yang lebih sederhana yaitu produksi

XOS dari tongkol jagung dengan proses pemanasan menggunakan oven

yang dilanjutkan hidrolisis enzimatik. Proses ekstraksi xilan tongkol jagung

menggunakan oven dengan siklus pemanasan berulang (satu dan dua kali)

belum pernah dilaporkan, oleh karena itu perlu diteliti optimasi proses

pemanasan meliputi suhu dan siklus pemanasan yang dapat menghasilkan

kadar xilan yang tinggi.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk :

1. Memperoleh suhu dan siklus pemanasan optimum dalam oven yang

(21)

2. Memperoleh lama dan siklus pemanasan dalam otoklaf yang optimal

untuk menghasilkan kadar xilan tinggi.

3. Memperoleh XOS dari hasil hidrolisis xilan oleh xilanase.

4. Menguji sifat prebiotik XOS berdasarkan viabilitas probiotik

5. Aplikasi XOS dalam pembuatan kukis prebiotik.

1.4 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Suhu pemanasan tongkol jagung yang semakin tinggi (130, 140, 150 oC)

dan siklus pemanasan berulang dalam oven dapat meningkatkan kadar

xilan yang dihasilkan.

2. Pemanasan berulang tongkol jagung dalam otoklaf akan meningkatkan

kadar XOS.

3. XOS tongkol jagung berpotensi sebagai kandidat prebiotik dengan

meningkatkan viabilitas probiotik.

4. XOS tongkol jagung dapat diaplikasikan pada pembuataan kukis

prebiotik.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh teknologi proses produksi

XOS yang dapat diaplikasikan dengan menggunakan peralatan yang lebih

mudah diperoleh seperti oven. Produksi XOS tongkol jagung yang

dihasilkan dapat diaplikasikan pada berbagai jenis produksi pangan

(22)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jagung dan Tongkol Jagung

Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk ke dalam famili

rumput-rumputan (graminae). Tanaman ini (Gambar 1) di Negara Indonesia sudah

dikenal sejak 400 tahun lalu.

Klasifikasi tanaman jagung (Zea mays L.)

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Graminales

Suku : Graminae

Marga : Zea

Jenis : Zea mays L.

Tongkol jagung adalah tempat pembentukan lembaga dan gudang

penyimpanan makanan untuk pertumbuhan biji. Jagung mengandung kurang

lebih 30% tongkol jagung sedangkan sisanya adalah kulit dan biji (Koswara,

1991).

Pada saat ini jagung varietas Bisi dan Pioneer terus dikembangkan.

Jagung Bisi adalah jenis varietas hibrida, rata-rata produksinya 8.9 ton/ha

pipilan kering (Kuruseng, 2008). Jagung varietas hibrida merupakan hasil

perkawinan antara kedua jenis jagung yang terdiri dari galur murni,

sehingga terjadi perpaduan sifat unggul. Varietas hibrida mempunyai

potensi hasil tinggi, daya adaptasi luas, pertumbuhan dan hasil tanaman

yang lebih seragam, tahan penyakit bulai dan karat daun. Perbedaan

penampilan (fenotipe) dari berbagai varietas hibrida (perbedaan pada

beberapa komponen pengamatan) diakibatkan pengaruh genetik dan

lingkungan. Pengaruh genetik merupakan pengaruh keturunan yang dimiliki

oleh setiap galur sedangkan pengaruh lingkungan adalah pengaruh yang

ditimbulkan oleh habitat dan kondisi lingkungan (Kuruseng, 2008).

(23)

Tongkol jagung sebagian besar mengandung selulosa, hemiselulosa

dan xilan yang memiliki potensi untuk pengembangan produk masa depan.

Menurut Johnson (1991) limbah tongkol jagung merupakan limbah

pertanian yang mengandung selulosa (40-60%), hemiselulosa (20-30%) dan

lignin (15-30%) (Tabel 1). Komposisi kimia tersebut membuat tongkol

jagung dapat digunakan sebagai sumber energi, bahan pakan ternak dan

sebagai sumber karbon bagi pertumbuhan mikroorganisme. Komponen

penyusun hemiselulosa terbesar adalah xilan yang memiliki ikatan rantai

ß-1,4-xilosida, dan biasanya tersusun atas 150-200 monomer xilosa (Sunna

dan Antranikian, 1997). Xilan terdapat hampir pada semua tanaman,

khususnya limbah tanaman pangan seperti tongkol jagung, bagas tebu,

jerami padi, dedak gandum, dan biji kapas. Tongkol jagung memiliki

kandungan xilan yang lebih tinggi dibanding sekam, bekatul, ampas pati

garut, dan onggok (Richana et al., 2004).

Tabel 1. Komposisi Kimia Tongkol Jagung

(24)

2.2 Xilan

Struktur dinding sel tanaman terdiri dari material lignoselulosa yang

tersusun dari lignin, selulosa dan hemiselulosa. Xilan termasuk ke dalam

hemiselulosa (Gambar 2) (Vasquez et al., 2000). Xilan adalah komponen

utama yang terkandung dari tanaman hemiselulosa diantaranya batang

kapas, tongkol jagung, dan batang tebu. Diantara beberapa sumber biomassa

yang lain, tongkol jagung yang paling banyak dilaporkan sebagai sumber

xilooligosakarida yang potensial (Yang et al., 2005 ; Richana et al., 2004 ;

Pangsri, 2008). Kandungan xilan pada tongkol jagung dapat meningkat

sampai dengan 40g/100g (40%), jumlah tertinggi yang dapat dicapai

dibandingkan dari beberapa jenis tanaman pertanian lainnya (Yang et al.,

2005).

Gambar 2. Struktur lignoselulosa material pada dinding sel tumbuhan (Krafstoffe, 2008)

Xilan merupakan komponen penyusun hemiselulosa terbesar yang

merupakan polimer dari pentosa atau xilosa dengan ikatan ß-1,4 dan

tersusun atas 150-200 monomer xilosa dimana unit struktur sering

disubstitusi pada posisi C2 atau C3 dengan arabinofuranosil, asam

4-O-metilglukuronik, asetil atau fenolik (Moure et al., 2006). Hemiselulosa

merupakan polimer dari monomer gula (gula-gula anhidro) yang dapat

dikelompokkan menurut penyusunnya yaitu heksosa (glukosa, manosa, dan

galaktosa), pentosa (xilosa, arabinopirosa, arabinofuranosa), asam

heksuronat (glukoronat, metilglukoronat dan galakturonat) dan deoksi heksosa (rhamnosa dan fruktosa). Rantai utama hemiselulosa dapat terdiri

atas satu macam monomer saja (homopolimer), misalnya xilan atau dapat Selulosa

Lignin

Hemiselulosa

(25)

terdiri dari lebih monomer (heteropolimer), misalnya

4-O-metilglukoronoxilosa glukomanan (Kulkarni et al., 1999).

Xilan (Gambar 3) merupakan heteropolisakarida, yang dapat

dihidrolisis oleh enzim xilanase menjadi D-xilosa. Gugus utamanya terdiri

dari D-xilosa dan percabangannya terdiri dari rantai L-arabinofuranosa yang

dihubungkan oleh posisi 3 dari residu D-xilosa dan D-glukuronat atau

O-2-metil-D asam glukuronat yang dihubungkan ke posisi O-2. Beberapa

residu D-xilosa adalah asetil.

Gambar 3. Struktur molekul xilan (Vazquez et al., 2006).

Xilan sering ditemukan dalam keadaan berinteraksi antara lignin dan

komponen karbohidrat lainnya pada dinding sel tumbuhan. Xilan dapat larut

dalam larutan alkali (NaOH atau KOH 2-15%) dan air (Yang et al., 2005). Selain itu xilan merupakan komponen nonselulosa polisakarida terbanyak

yang terdapat pada kayu keras dan tumbuhan tahunan, dengan persentase

20-35 % dari total berat kering. Xilan digunakan oleh beberapa jenis fungi,

bakteri, khamir yang dapat memproduksi enzim xilanase untuk diubah

menjadi XOS.

Xilan mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai bahan baku

industri untuk campuran bahan pembuat resin dan nilon. Selain itu hidrolisis

xilan menghasilkan furfural yang digunakan sebagai bahan pelarut industri

minyak bumi, pelarut reaktif untuk resin fenol, disinfektan serta bahan awal

untuk memproduksi berbagai bahan kimia dan polimer lainnya (Richana et

al., 2007). Kemurnian xilan dapat dianalisis menggunakan KCKT

(26)

2.3 Xilanase

Xilanase berpotensi besar untuk diaplikasikan di industri, yang

utamanya digunakan untuk biokonversi lignoselulosa menjadi gula, etanol,

dan subtansi yang berguna, seperti jus dan wine untuk memperbaiki kualitas

nutrisi, makanan ternak dan untuk mengolah kembali limbah pada proses

pembuatan kertas menjadi lebih bermanfaat (Viikari et al., 2001). Gula

sederhana dapat dihasilkan melalui proses hidrolisis. Menurut Garrote et al.

(2007) hidrolisis enzimatik adalah suatu cara yang baik untuk memproduksi

gula dari bahan lignoselulosa karena tidak adanya hasil samping.

Xilanase merupakan enzim hidrolisis yang mendegradasi xilan.

Xilanase dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu β–xilosidase,

eksoxilanase dan endoxilanase. Xilosidase memiliki kemampuan untuk

menghidrolisis xilooligosakarida rantai pendek menjadi xilosa. Eksoxilanase

memutus rantai polimer pada ujung-ujung reduksi (Reilly, 1991). Enzim

xilanase contohnya adalah endoxilanase (1,4-ß-D-xilan xilanohidrolase,

E.C. 3.2.1.8) dan ß-xilosidase (1,4-ß-xylan xilohidrolase, E.C. 3.2.1.3.7)

yang merupakan hidrolisis xilooligomers (Liu et al., 2008). Beberapa faktor

yang mempengaruhi produksi xilanase antara lain komposisi media nutrisi,

karakteristik substrat sebelum diberi perlakuan dan kondisi fermentasi (Velkova et al., 2007). Pemilihan substrat dan komposisi nutrisi pada media

merupakan faktor penting untuk kesuksesannya dalam memproduksi enzim

xilanase. Komponen substrat yang sangat diperlukan adalah karbon dan

sumber energi agar menghasilkan xilanase yang tinggi (Velkova et al.,

2007).

Xilanase dapat dihasilkan dari bakteri, fungi maupun khamir antara

lain Aspergillus niger, Penicillium chrysogenum, Streptomyces, Bacillus,

Aureobasidium, Fusarium, Chaetomium, Phanerochaete, Rhizomucor,

Humicola, Talaromyces, Cryptococcus dan Trichoderma viridae (Velkova,

(27)

2.4 Xilooligosakarida (XOS)

Xilooligosakarida (XOS) secara alami terdapat dalam buah, sayuran,

bambu, madu dan susu. XOS dapat diproduksi pada skala industri dari

bahan baku yang kandungan xilannya tinggi. Xilooligosakarida adalah gula

oligomer (oligosakarida) yang disusun dari unit xilosa (Gambar 4)

(Dominguez et al. 2003). Produksi XOS dapat dihasilkan melalui hidrolisis

enzimatik xilan oleh enzim β-xilanase (Gambar 4) (Akpinar et al., 2007).

Xilooligosakarida mempunyai nilai jual tinggi yang umumnya

ditambahkan sebagai ingridien sehingga menjadi pangan fungsional, dan

berpotensi sebagai sumber prebiotik (Akpinar et al., 2007).

Xilooligosakarida merupakan oligosakarida yang tidak dapat dicerna yang

bermanfaat untuk kesehatan, karena memiliki efek karsinogenik yang

rendah, memperbaiki mikroflora di dalam usus dan mempunyai mekanisme

di dalam saluran pencernaan seperti serat pangan (dietary fiber) sehingga

dapat dijadikan sebagai sumber prebiotik (Dominguez et al., 2003 ; Yang et

al., 2005).

Gambar 4. Struktur XOS (Akpinar et al., 2007)

2.5 Pengaruh asam terhadap rantai xilan

Larutan asam berpengaruh terhadap kondisi rantai xilan. Asam adalah

katalis non spesifik yang akan memotong rantai selulosa secara acak

menjadi bentuk yang lebih sederhana (Tsao et al., 1978). Perendaman

H2SO4 encer di tahap awal (pretreatment) bertujuan sebagai proses

delignifikasi.Menurut Muawanah (2006) dan Shofiyanto (2008), kandungan Hidrolisis β-xilanase

(28)

utama penyusun tongkol jagung adalah lignoselulosa. Perendaman tongkol

jagung dalam asam encer (H2SO4) bertujuan untuk delignifikasi (proses

penghilangan lignin) sehingga dapat mempermudah pelepasan hemiselulosa

pada saat hidrolisis xilan dalam oven, agar nantinya dapat meningkatkan

efisiensi kerja enzim dalam menghidrolisis xilan. Hemiselulosa dapat rusak

dan larut dalam proses delignifikasi karena strukturnya yang amorf sehingga

mudah dimasuki pelarut (Fengel dan Wegener, 1995). Menurut Vazques et

al., (2000) delignifikasi merupakan perlakuan pendahuluan terhadap bahan

baku (pretreatments) yang tujuannya untuk menghilangkan bahan-bahan

lignin yang dapat menghambat proses ekstraksi xilan. Proses delignifikasi

dapat dilakukan secara kimiawi melalui proses pelarutan dengan alkali,

H2SO4 dan asam klorat. Disamping itu juga dapat dilakukan secara

enzimatik dengan mikroorganisme maupun secara fisik dengan pemanasan

uap, atau penggilingan (Fengel dan Wegener, 1995). Perendaman dengan

asam encer juga dapat menghidrolisis hemiselulosa menjadi

komponen-komponen monomernya yang terdiri dari glukosa, manosa,

D-galaktosa, D-xilosa, L-arabinosa dan sejumlah kecil L-ramnosa disamping

menjadi asam glukuronat, asam 4-O-metil-glukuronat dan asam

D-galakturonat, karena rantai ikatan hemiselulosa relatif mudah dihidrolisis oleh asam (Sjostrom, 1995). Menurut Richana (2006), rantai xilan

bercabang dan strukturnya tidak berbentuk kristal sehingga lebih mudah

dimasuki pelarut dibanding selulosa.

Menurut Vasquez et al. (2000) proses pretreatment dengan asam

encer bertujuan untuk melonggarkan ikatan glikosidik antara molekul

lignoselulosa sehingga pada saat pemanasan, memudahkan proses ekstraksi

xilan. Pemecahan molekul hemiselulosa khususnya xilan dihambat oleh

tingginya derajat polimerisasi dan kandungan lignin yang membungkus

molekul hemiselulosa. Hidrolisis xilan sulit terjadi selama derajat

polimerisasi dan kandungan lignin yang belum berkurang (Shofiyanto,

(29)

2.6 Pengaruh alkali terhadap rantai xilan

Pada umumnya larutan alkali (KOH, NaOH, atau NaOCl) digunakan

untuk proses delignifikasi maupun ekstraksi xilan. Larutan alkali

berpengaruh terhadap gugus-gugus ujung dalam polisakarida rantai xilan

sehingga membentuk asam karboksilat (Sjostrom, 1995). Menurut Fengel

dan Wegener (1995) hidrolisis alkali menyebabkan ikatan glikosida

terputus, dan menghasilkan gugus pereduksi baru dibagian ujung rantai

polisakarida. Jenis-jenis ikatan yang dapat diputus oleh larutan alkali adalah

ikatan ester (bersifat labil terhadap alkali) dan ikatan glikosida. Richana et

al. (2007) proses delignifikasi tongkol jagung varietas Bisma dilakukan

dengan menggunakan NaOCl. Menurut Fengel dan Wegener (1995) karena

pelarut tersebut mengandung ion-ion hipoklorit yang mampu memecah

ikatan eter dalam stuktur lignin.

Menurut Casey (1960) kelebihan menggunakan alkali aktif untuk

hidrolisis karena bersifat selektif dan bekerja aktif menghilangkan

bahan-bahan non selulotik terutama lignin pada suhu, tekanan, dan konsentrasi

yang sesuai. Hidrolisis dengan larutan alkali mempunyai fungsi menetralkan

suasana asam dan melarutkan hasil dekomposisi lignin yang telah terurai

pada tahap klorinasi (Siagian, 1965), namun menurut Fengel dan Wegener (1995) hidrolisis alkali prosesnya jauh lebih lambat daripada hidrolisis

asam.

Menurut Lee (2005) perlakuan dengan larutan alkali dapat

mengurangi kandungan lignin, dan memutus ikatan antara hemiselulosa dan

lignin. Larutan alkali yang sering digunakan adalah NaOH dan NaOCl.

Menurut Sjostrom (1995) NaOH merupakan alkali yang paling kuat dalam

mendegradasi struktur dinding sel.

Shofiyanto (2008) proses delignifikasi tongkol jagung dengan

menggunakan larutan NaOH 1% selama 5 jam pada suhu 28oC dapat

menurunkan kandungan lignin dari 12.57% b.k menjadi 11.25% b.k

sedangkan ekstraksi selulosa dengan menggunakan NaOH 15% selama 24

jam pada suhu 28 oC dapat meningkatkan kandungan selulosa dari 21.73%

(30)

terlarutnya hemiselulosa, dan lignin sehingga yang tersisa hanya selulosa

yang intrafibril mengembang sehingga luas permukaan spesifiknya

meningkat.

Anggraini (2003) delignifikasi dengan menggunakan NaOCl

menyebabkan lignin larut dalam larutan NaOCl sehingga yang tersisa adalah

selulosa dan hemiselulosa yang berupa padatan. Delignifikasi dilakukan

untuk meningkatkan efisiensi kerja enzim pada saat menghidrolisis xilan.

2.7 Produksi XOS

Produksi XOS dari xilan yang terdapat di dalam bahan yang

mengandung lignoselulosa, umumnya dapat dilakukan melalui metode

kimia, metode fisik, metode enzimatik atau kombinasi dari metode kimia,

fisik dan enzimatik (Gambar 8). Yoshida et al. (1994) melakukan produksi

XOS dari beberapa bahan yang mengandung lignoselulosa melalui metode

kimia dan enzimatik yaitu xilan diekstraksi dengan larutan asam mineral

atau larutan alkali seperti KOH atau NaOH dan dihidrolisis menjadi XOS

oleh enzim β-xilanase.

XOS

Bahan baku kaya xilan

Perlakuan kimiawi

Perlakuan enzimatik

Pemisahan dan Purifikasi

Asam, Alkali

Xilanase

Adsorpsi

Presipitasi Ion-exchange

Ekstraksi

Gambar 5. Beberapa perlakuan untuk produksi XOS dari bahan baku kaya xilan (Dominguez et al., 2003)

(31)

Tahapan sebelum memproduksi XOS adalah ekstraksi xilan, secara

umum tahapan proses ekstraksi xilan dari tongkol jagung adalah sebagai

berikut (Richana et al., 2007) :

1. Tahap persiapan bahan

Tongkol jagung dikeringkan dibawah sinar matahari atau dioven hingga

mencapai kadar air 5%. Tongkol jagung yang telah kering digiling

dengan menggunakan mesin penggiling berukuran 40 mesh.

2. Delignifikasi

Proses delignifikasi adalah proses penghilangan lignin dari suatu bahan

baku tanaman. Proses delignifikasi dilakukan terhadap bubuk tongkol

jagung hasil penggilingan dengan NaOCl karena pelarut tersebut

mengandung ion-ion hipoklorit yang mampu memecah ikatan karbon

dalam struktur lignin. Proses delignifikasi dilakukan selama 5 jam pada

suhu ruang.

3. Ekstraksi xilan

Pada proses ekstraksi xilan, padatan hasil delignifikasi direndam dalam

larutan NaOH 10% selama 24 jam pada suhu 28oC. Kemudian dilakukan penyaringan. Filtrat yang dihasilkan diukur pH-nya dan diasamkan

dengan HCl 6N hingga pH 4.5-5. Setelah diasamkan, dilakukan

sentrifugasi selama 30 menit dengan kecepatan putaran 4000 rpm untuk

memisahkan endapan yang mengandung xilan dengan supernatan. Xilan

dalam endapan dipisahkan dengan disentrifugasi pada kecepatan putar

4000 rpm selama 30 menit. Proses ekstraksi xilan tongkol jagung dengan

metode diatas menghasilkan kadar xilan sebesar 12.9% (Richana et al.,

2007).

Menurut Yang et al. (2005) perlakuan pretreatment umumnya

dilakukan sebelum proses degradasi secara enzimatik, karena xilan yang

terdapat di dalam bahan baku terikat kuat di dalam rantai xilosa dan

(32)

dilakukan untuk memecah komponen polisakarida dilanjutkan hidrolisis

enzimatik antara lain ekstraksi alkali dengan menggunakan konsentrasi

tinggi atau rendah, dan perebusan (Gambar 9).

Gambar 6. Prosedur produksi XOS melalui perlakuan dengan pemanasan, air atau larutan asam (Vasquez et al., 2000)

Produksi XOS dapat dilakukan melalui ekstraksi cairan (aqueous

extraction method) dari xilan tongkol jagung sebesar 34.8% (suhu 135 oC,

30 menit) dilanjutkan hidrolisis enzimatik (10 U/g tongkol jagung, 50 oC, 24

jam) menghasilkan XOS sebesar 67.7% (Yang et al., 2005). Dominguez et

al. (2003) memproduksi XOS dari xilan tongkol jagung melalui perlakuan

autohidrolisis atau metode pengukusan dengan menggunakan air pada suhu

dan tekanan yang tinggi. Garrote et al. (2007) melaporkan metode

autohidrolisis menyebabkan pelarutan secara selektif dari hemiselulosa,

sehingga menghasilkan cairan yang mengandung gula oligomers, gula dan

produk dekomposisi-gula dan menjadi fase padat yang banyak mengandung

selulosa dan lignin, agar dapat dilanjutkan ke proses berikutnya. Produksi

XOS dapat dilakukan melalui degradasi hidrolisis xilan, yang dikenal

melalui autohidrolisis (Vasquez et al., 2006 ; Pangsri, 2008 ; Michelin et al.,

2009). Autohidrolisis adalah salah satu perlakuan untuk memisahkan gugus

xilan dari komponen lainnya, dimana bahan baku dikukus dengan

menggunakan media yang telah dikatalisasi dengan penambahan berupa

garam mineral dalam kondisi tertentu dan prosesnya dilakukan pada suhu

dan tekanan tinggi (198 oC – 210 oC, 1900 bar). Pangsri (2008) melaporkan

bahwa autohidrolisis xilan tongkol jagung (30.60% bk) menggunakan parr

reactor mampu memproduksi XOS hingga sebesar 78%.

Bahan baku yang

Pretreatment Degradasi xilan

secara Hidrolisis

Perebusan dengan

larutan air atau asam Pelarut untuk

(33)

Konversi xilan menjadi XOS secara enzimatik umumnya

menggunakan xilanase yang dihasilkan oleh kapang menggunakan jerami

gandum yang sudah dihidrolisis sebagai substrat kapang Aspergillus spp.

dan Trichodermae spp (Michelin et al. 2009). Pada skala besar, produksi

xilanase dilakukan dalam bioreaktor yaitu Stirred Tank Bioreactor (STB).

Untuk memudahkan kinerja xilanase pada proses konversi XOS, maka

susbtrat hemiselulosa dari jerami gandum harus melalui autohidrolisis

terlebih dahulu. Perlakuan hidrotermal ini dapat menyebabkan ikatan xilan

putus dari gugus hemiselulosa sehingga hasil produk akhir setelah di

autohidrolisis, umumnya adalah oligosakarida.

2.8 Prebiotik

Prebiotik merupakan bahan pangan yang tidak dapat dicerna yang

memberikan efek menguntungkan bagi inangnya dengan cara menstimulasi

pertumbuhan dan atau aktivitas dari satu atau beberapa bakteri di dalam

kolon sehingga dapat meningkatkan kesehatan inangnya (Fuller, 1997).

Xiloligosakarida merupakan prebiotik yang mampu menstimulasi

pertumbuhan selektif dari Bifidobacterium sp. dan akan menekan aktivitas

bakteri patogen usus serta memudahkan absorpsi nutrien (Alonso et al., 2003). Menurut Wells et al. (2008) kandidat prebiotik tidak dihidrolisis atau

diserap pada bagian atas saluran gastrointestinal dan secara selektif

difermentasi oleh salah satu atau sejumlah bakteri komersial yang

menguntungkan pada kolon seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli.

Prebiotik umumnya adalah oligosakarida yang terdiri dari 2 sampai 20 unit

sakarida dengan berat molekul rendah (Manning et al., 2004).

Menurut Sheerman et al. (2008) definisi prebiotik adalah ingridien

pangan yang tidak dapat dicerna di bagian saluran pencernaan, dapat

difermentasi secara selektif sehingga memberikan perubahan spesifik, baik

dari komposisi dan atau aktivitas mikroflora gastrointestinal sehingga dapat

menstimulasi pertumbuhan probiotik di dalam usus, dan dapat memberikan

manfaat terhadap kesehatan inang. Xilooligosakarida bermanfaat terhadap

(34)

penyerapan kalsium, metabolisme lemak dan mengurangi risiko kanker

kolon melalui pembentukan asam lemak rantai pendek di dalam saluran

usus selama fermentasi dan memberikan efek prebiotik dengan

mempromosikan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan di dalam

saluran pencernaan seperti Bifidobacteria dan Lactobacillus (Vazquez et al.,

2000 ; Grootaert et al., 2007 ; Kabel et al., 2002).

Pada saat ini XOS merupakan sumber oligosakarida prebiotik yang

mendapat perhatian besar untuk dikembangkan menjadi bahan pangan

fungsional antara lain sebagai ingredien pangan (Vazques et al., 2000).

Contoh aplikasi pada produk pangan dari XOS prebiotik antara lain permen

karet (Anonim, 2006) dan kukis prebiotik (Loo et al., 1999 dan Wang et al.,

2009). Kukis prebiotik dibuat dengan menambahkan XOS tongkol jagung

sebanyak 5% (FAO, 1999) ke dalam formula kukis (basis tepung terigu)

(Loo et al., 1999). Selain itu contoh aplikasi produk pangan lainnya yang

berbasis prebiotik adalah substitusi pati garut termodifikasi kedalam roti

manis.

Menurut Giantine (2007) substitusi pati garut termodifikasi dengan

kadar resisten starch 4.42% pada produk roti manis konsentrasi 5-20% dari

berat tepung terigu akan memberikan nilai tambah bagi kesehatan, yaitu sebagai serat pangan, namun tidak mengubah citarasa roti.

Menurut Loo et al. (1999) sebaiknya untuk aplikasi pada produk

pangan, XOS yang digunakan memiliki DP rendah yaitu 2-4, selain itu XOS

dalam aplikasinya sebagai bahan pangan fungsional harus stabil secara

kimia selama perlakuan pengolahan makanan, seperti pemanasan, pH

rendah, dan kondisi reaksi Maillard. Menurut Huebner (2008) salah satu

contoh prebiotik yang sudah memenuhi syarat adalah FOS karena sudah

(35)

3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2010 hingga April 2011.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Pangan, Departemen Ilmu dan

Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian; Laboratorium

(Mikrobiologi Pangan, Kimia Pangan, dan Pilot Plant) South East Asia Food

& Agricultural Science & Technology (SEAFAST) Centre Institut Pertanian

Bogor; Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

Pertanian, Cimanggu Bogor.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan baku yang digunakan adalah tongkol jagung varietas Bisi

berasal dari Sentra Petani di Jombang sedangkan Pioneer berasal dari BPTP,

Yogyakarta. Mikroorganisme yang digunakan untuk uji prebiotik adalah

isolat bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus plantarum kik (koleksi pribadi

Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS) dan Bifidobacterium longum

ATCC 15707 (koleksi PAU Universitas Gajah Mada Yogyakarta) yang

ditumbuhkan dalam media MRSB.

Bahan kimia yang digunakan meliputi asam asetat, sodium hipoklorit,

sodium hidroksida, buffer fosfat (pH 6.0), larutan buffer baku (pH 4 dan pH

7), HCl, H2SO4, protease pepton, MgSO4.7H2O, K2HPO4.3H2O, KH2PO4,

NaCl, susu skim, ekstrak ragi, ekstrak malt, Tween 80, glukosa, sukrosa,

standar xilosa, standar Birch Wood Xylan dan etanol 95% (teknis). Media

untuk uji mikrobiologi yang digunakan adalah Bacto Agar, MRSA, MRSB

(deMan Rogosa Sharpe Broth), modifikasi MRSB tanpa glukosa (m-MRSB)

dan modifikasi MRSB yang telah ditambahkan 1% XOS hasil dari konversi.

Enzim komersial yang digunakan dalam penelitian ini adalah xilanase

(Novozym) dengan aktivitas xilanase sebesar 24.5 x 106 U/ml, pH optimum

adalah 6.0 dan suhu optimum adalah 50oC.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikropipet, neraca

(36)

vorteks, shaking orbital, vacuum gauze, spektrofotometer, KCKT dan

peralatan lainnya.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian produksi XOS dilakukan dalam beberapa tahap yaitu

1) penentuan varietas jagung berdasarkan rendemen xilan tertinggi,

2) ekstraksi xilan dengan pemanasan tongkol jagung (oven dan otoklaf yang

dilakukan dengan satu dan dua siklus, 3) konversi xilan menjadi XOS secara

hidrolisis enzimatis (xilanase), 4) pengujian sifat prebiotik dari XOS, 5)

pembuatan kukis prebiotik dari XOS tongkol jagung.

Tahap pertama adalah penentuan varietas jagung berdasarkan

rendemen xilan tertinggi. Untuk menentukan varietas jagung yang akan

digunakan, maka dilakukan pengukuran rendemen xilan tongkol jagung

analisis proksimat, dan komposisi serat (serat kasar, selulosa, hemiselulosa

dan lignin) dari dua varietas jagung yaitu Bisi dan Pioner. Varietas jagung

terpilih yang akan digunakan pada penelitian selanjutnya adalah varietas

jagung yang mempunyai rendemen xilan lebih tinggi.

Tahap kedua adalah ekstraksi xilan dari tongkol jagung melalui

beberapa metode pemanasan oven dan otoklaf, yang dilakukan dengan satu dan dua siklus pemanasan. Ekstrak xilan yang diperoleh kemudian dianalisis

kadar xilan dengan menggunakan KCKT berdasarkan waktu retensi ke- 2.8

menit, total gula, gula pereduksi dan derajat polimerisasi.

Tahap ketiga adalah produksi XOS. Metode yang digunakan adalah

konversi xilan yang dihasilkan dihidrolisis secara enzimatis menggunakan

xilanase komersial (Novozym) dengan modifikasi metode Richana et al.

(2010) sebagai berikut 50 g xilan tongkol jagung kering dalam 250 ml

buffer fosfat pH 6, ditambah 1.25 ml xilanase dengan aktivitas xilanase

sebesar 24.5 x 106 U/ml, kemudian diinkubasi pada suhu 50 oC selama 6

hari. Setelah inkubasi, sampel dikeringkan pada suhu 60 oC selama 1 jam,

dan siap untuk dianalisis kadar XOS nya dengan menggunakan KCKT,

(37)

Tahap keempat adalah pengujian sifat prebiotik dari XOS tongkol

jagung, yang menggunakan dua galur kandidat probiotik yaitu L.plantarum

kik dan B. longum ATCC 15707.

Tahap terakhir adalah pembuatan kukis prebiotik dari XOS tongkol

jagung sebanyak 5% (basis tepung terigu yang digunakan). Pembuatan

kukis prebiotik, bahan-bahan diaplikasikan sesuai dengan formula Gustiar

(2009) dengan penambahan XOS sebesar 5% basis tepung terigu (FAO,

1999), kemudian dipanggang pada suhu 134-135 oC, selama 45 menit.

Produk kukis XOS prebiotik yang diperoleh diuji tingkat kekerasannya (gf :

gram force) menggunakan texture analyzer (Pro CT V1.2 Build 9;

Brookfield Engineering Labs; probeTA 39 dengan fixture TA-BT-KI)

dibandingkan dengan kukis tanpa XOS. Diagram penelitiannya dapat dilihat

padaGambar 10, dibawah ini.

3. Kadar Hemiselulosa, Selulosa dan lignin

Pemanasan Perendaman dalam larutan 1.0 g/l H2SO4

(60 oC, 12 jam) (Delignifikasi) Pencacahan

Pencucian dan ditiriskan

Penambahan aquades dengan Rasio Tongkol Jagung : Aquades = (1:3)

(38)

Xilan kering (db)

Analisis xilan dan XOS dengan KCKT Filtrasi dengan vacuum gauze

1.Oven (130 oC, 0.5 jam, siklus pemanasan sekali) 2.Otoklaf (121 oC, 0.5 jam, siklus pemanasan sekali)

Penyaringan

Hidrolisis enzimatik dengan xilanase, (inkubasi 50 oC, 6 hari) Penghancuran (2500 rpm, 20 menit)

Gambar 7. Diagram alir penelitian (modifikasi Yang et al., 2005)

(39)

3.3.1 Seleksi Varietas Jagung

Untuk menentukan varietas jagung yang akan digunakan, maka

dilakukan pengukuran rendemen xilan tongkol jagung, analisis

proksimat, dan komposisi serat (hemiselulosa, selulosa, dan lignin)

dari dua varietas jagung yaitu Bisi dan Pioner. Varietas jagung terpilih

yang akan digunakan pada penelitian selanjutnya adalah varietas

jagung yang mempunyai rendemen xilan lebih tinggi.

3.3.2 Ekstraksi Xilan dengan Pemanasan Tongkol Jagung dalam Oven dan Otoklaf

Ekstraksi xilan dilakukan dengan dua metode pemanasan yaitu

pemanasan oven (partikel tongkol jagung dalam kondisi terendam air)

dan pemanasan otoklaf, kemudian kedua metode pemanasan

dilanjutkan dengan hidrolisis enzimatik.

Partikel tongkol jagung sebelumnya diberi perlakuan asam encer

(1.0 g/l H2SO4) kemudian diblender sampai halus, didiamkan pada

suhu 60 oC selama 12 jam (modifikasi metode Yang et al., 2005).

Partikel tongkol jagung selanjutnya ditiriskan dan dicuci dengan air

kran (pH 6), selanjutnya direndam kembali dalam aquades (rasio 1:3)

untuk dipanaskan dalam oven pada beberapa variasi suhu (130 oC, 140 o

C dan 150 oC) dengan masing-masing waktu pemanasan selama 0.5

jam dengan siklus pemanasan satu dan dua kali. Yang dimaksud

dengan siklus pemanasan dua kali adalah proses pemanasan diulang

setelah tongkol jagung dikeluarkan dari oven setelah pemanasan satu

siklus, kemudian tongkol jagung didinginkan, ditambahkan air

kembali sampai mencapai seperti volume awal (1:3) dan pemanasan

diulang kembali dalam oven. Setelah pemanasan partikel tongkol

jagung dalam oven selesai, sampel didinginkan dalam suhu ruang. Ekstrak xilan yang diperoleh dari metode ekstraksi optimum

dihancurkan dengan penambahan aquades (1:12) dalam blender (2500

rpm, 20 menit) hingga menjadi bubur. Bubur dari tongkol jagung yang

diperoleh, kemudian disaring dengan saringan (yang biasa digunakan

(40)

analisis kimia (total gula, gula pereduksi dan derajat polimerisasi).

Bubur difiltrasi menggunakan vacuum gauze untuk analisis kimia.

Filtrat dianalisis total gula, gula pereduksi dan derajat polimerisasi

untuk menetapkan metode ekstraksi xilan dalam oven yang optimum.

Pada metode pemanasan otoklaf, partikel tongkol jagung mentah

yang telah direndam dalam asam encer (1.0 g /l H2SO4), diblender

sampai halus. Diamkan pada suhu 60ºC selama 12 jam, disaring dan

dicuci dengan air kran (pH 6). Tongkol jagung yang telah diberi

perlakuan ini diletakkan dalam wadah gelas piala kemudian

dimasukkan ke dalam otoklaf. Perhitungan waktu proses (0.5, 1, 1.5

dan 2 jam) dimulai ketika suhu internal dari otoklaf mencapai suhu

yang ditetapkan (121 oC) dengan siklus pemanasan 1 dan 2 kali.

Setelah pendinginan, otoklaf dibuka dan tongkol yang telah dikukus

dikumpulkan. Selanjutnya ekstrak xilan yang diperoleh dari metode

ekstraksi optimum dihancurkan dengan penambahan air (1:12) dalam

blender (2500 rpm, 20 menit) hingga menjadi bubur. Bubur dari

tongkol jagung yang diperoleh kemudian disaring. Bubur ini

digunakan untuk hidrolisis enzimatik dan analisis kimia (total gula,

gula pereduksi dan derajat polimerisasi). Bubur difiltrasi menggunakan vacuum gauze untuk analisis kimia. Filtrat dianalisis

total gula, gula pereduksi dan derajat polimerisasi, untuk menetapkan

metode ekstraksi xilan yang optimal baik dalam oven maupun otoklaf.

Filtrat yang dihasilkan dinamakan sebagai ekstrak hereinafter, karena

mengandung gula pereduksi (xilosa dan XOS), total gula terlarut dan

furfural (Yang et al., 2005).

3.3.3 Produksi XOS Melalui Konversi Xilan Menggunakan Xilanase

Xilan tongkol jagung yang diperoleh dari metode ekstraksi

optimum (oven dan otoklaf) kemudian dikonversi secara enzimatik

menggunakan xilanase komersial (Novozym) mengacu dari

modifikasi metode Richana et al. (2010). Hidrolisis dilakukan dengan

(41)

larutan buffer fosfat pH 6 hingga kondisi sampel terendam sempurna,

lalu ditambah 1.25 ml xilanase dengan aktivitas xilanase 24.5 x 106

U/ml, kemudian diinkubasi pada suhu 50 oC selama 6 hari. Setelah

inkubasi, sampel diinaktivasi enzim melalui pemanasan sampai

mendidih. Selanjutnya disaring menggunakan kertas Whatman No. 4.

Lalu dikeringkan pada suhu 60 oC selama 1 jam, dan siap untuk

dianalisis kadar XOS nya atau digunakan lebih lanjut untuk membuat

kukis XOS prebiotik.

3.4 Analisis Kimia

3.4.1 Penentuan Rendemen Ekstrak Xilan (modifikasi Yoshida et al.,

1994)

Tahap ini tongkol jagung dicacah menjadi kecil-kecil direndam

dengan larutan NaOCl konsentrasi 0.5% pada suhu 28 oC selama 5

jam (proses delignifikasi) lalu diblender. Selanjutnya sampel direndam

kembali ke dalam larutan NaOCl 0.5% selama 24 jam. Sampel dibilas

dengan air dan disaring, kemudian di sentrifus (4000 rpm selama 30

menit), sehingga akan terbentuk endapan dan supernatan (lignin).

Hasil endapan dikeringkan pada suhu 35 oC selama 24 jam.

Selanjutnya lakukan perendaman dalam NaOH 10%, suhu 28 oC

selama 24 jam, lalu disentrifugasi 2500 rpm selama 30 menit. Tujuan

perendaman ini dilakukan untuk mengestraksi xilan. Supernatan

dinetralkan dengan HCl 6N hingga mencapai pH 7, kemudian

disentrifugasi dengan kecepatan putaran 2500 rpm selama 30 menit.

Supernatan yang dihasilkan dari proses ini mengandung xilan.

Pemisahan xilan yang larut dalam air dapat dilakukan dengan

menambahkan etanol 95%. Etanol ditambahkan pada supernatan dengan perbandingan supernatan-etanol 1 : 3, sentrifugasi pada 2500

rpm, 30 menit (Richana et al., 2007). Endapan yang terbentuk adalah

xilan. Rendemen xilan dihitung berdasarkan perbandingan berat

sampel akhir (supernatan/xilan) dan berat sampel awal (tongkol

(42)

Rendemen (%) = x 100%

3.4.2 Kadar Xilan (modifikasi Abreau et al., 2001 dan Ramos et al., 1999)

Analisis kadar xilan meliputi uji kelarutan, uji kualitatif dan

kuantitatif xilan yang diperoleh dari ekstraksi tersebut. Analisis

kadar xilan secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan KCKT

(Khromatografi Cair Kinerja Tinggi). Sampel sebelum diinjeksikan

pada KCKT, disaring dengan filter 0.20 µ. Standar xilan yang

digunakan adalah xilan komersial (Birch Wood Xylan). Kondisi

analisis kadar xilan menggunakan KCKT varian 940–LC adalah

sebagai berikut : fase gerak asetonitril : air (80% : 20%), pelarutnya

adalah 2-butanol : asam asetat : aquades (3:2:2), kolom lichrospher

NH2 (5m), dan detektor refraktif index.

Selanjutnya dilakukan pengujian hasil rendemen ekstrak

xilan dari proses ekstraksi xilan. Rendemen adalah perbandingan

berat sampel akhir (supernatan/xilan) dan berat sampel awal (tongkol

jagung).

Penghitungan :

Uji Kelarutan Xilan (Gaman dan Sherrington, 1992)

Kelarutan xilan dilakukan dengan melarutkan xilan dalam

pelarut alkali (NaOH 1%), HCL 1N, air panas, air biasa dan air

dingin. Prinsipnya kelarutan suatu senyawa menunjukkan seberapa

(43)

(C-B)

(A)

3.4.3 Kadar Hemiselulosa, Selulosa dan Lignin

Kadar NDF (Neutral Detergen Fiber) (Van Soest, 1963)

Sampel sebanyak A g, dimasukkan ke dalam gelas piala

yang telah ditambahkan larutan NDS disaring dengan bantuan pompa

vakum, dibilas dengan air panas dan aseton. Hasil penyaringan

tersebut dikeringkan dalam oven 105 oC, Setelah itu dimasukkan ke

dalam desikator selama satu jam, kemudian dilakukan penimbangan

terakhir (C).

Keterangan :

A = Bobot sampel (g)

B = Bobot filter gelas (g)

C = Bobot filter gelas dan sampel setelah dioven

Kadar ADF (Acid Detergen Fiber) dan Hemiselulosa (Van Soest, 1963)

Sampel sebanyak A g, dimasukkan ke dalam gelas piala serta

ditambahkan dengan 50 ml larutan ADS (Acid Detergen Solvent).

Larutan ADS terdiri dari : H2SO4 ; CTAB (Cethyle Trimethyl

Ammonium Bromida). Sampel yang telah ditambahkan larutan

tersebut dipanaskan selama satu jam di atas penangas listrik.

Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum dengan juga

menggunakan filter gelas yang ditimbang (B). pencucian dilakukan

dengan aseton dan air panas. Dilakukan pengeringan dan masukkan hasil penyaringan tersebut ke dalam oven (100 oC). Setelah itu

dimasukkan lagi ke dalam desikator untuk melakukan pendinginan

dan ditimbang (C).

(44)

C-B

A

Keterangan :

A = Bobot sampel (g)

B = Bobot filter gelas (g)

C = Bobot filter gelas dan sampel setelah dioven

Kadar Hemiselulosa = % NDF - % ADF

Kadar Selulosa (Van Soest, 1963)

Residu ADF (C) yang berada di dalam filter gelas diletakkan di

atas nampan yang berisi air setinggi kira-kira 1 cm. Kemudian

ditambahkan H2SO4 setinggi ¾ bagian filter gelas dan dibiarkan

selama 3 jam lalu diaduk-aduk. Penyaringan dilakukan dengan

bantuan pompa vakum dengan juga menggunakan filter gelas.

Pencucian dilakukan dengan aseton dan air panas. Dilakukan

pengeringan dan sampel hasil penyaringan tersebut dimasukkan ke

dalam oven (100 oC). Setelah itu dimasukkan ke dalam desikator dan

kemudian ditimbang (D).

D-C

A

Keterangan :

A = Bobot sampel (g)

D = Bobot filter gelas dan residu ADF setelah dioven (g)

C = Bobot filter gelas dan residu ADF awal (g)

Kadar Lignin (AOAC, 1995)

Sampel sebanyak 1 g ditimbang dalam labu Erlenmeyer 250 ml

kemudian ditambahkan H2SO4 20 ml. Selanjutnya didiamkan selama 2

jam dan dikocok perlahan-lahan. Sampel kemudian ditambahkan

aquades sebanyak 250 ml, dipanaskan dalam waterbath pada suhu

100 oC selama 3 jam. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan

% ADF = x 100%

(45)

menggunakan kertas saring yang telah diketahui bobotnya (A).

Erlenmeyer dan corong dibilas dengan aquades sebanyak 3 kali.

Kertas saring beserta residu diovenkan pada suhu 105oC selama 1-2

jam atau pada suhu 50 oC selama 24 jam. Kertas saring didinginkan

dan ditimbang bobotnya (B). Kertas saring dengan residu diabukan

dengan muffle furnace pada suhu 600 oC selama 3-4 jam. Kemudian

didinginkan dan ditimbang (C).

B-A-C

Bobot Contoh

Keterangan :

B = Bobot kertas saring dan residu setelah dioven (g)

A = Bobot kertas saring (g)

C = Bobot abu (g)

3.4.4 Kadar XOS

Analisis kadar XOS dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif

menggunakan KCKT. Kondisi analisis kadar XOS menggunakan KCKT dengan kondisikolom yaitu sugar pak, fase geraknya aquades,

detektor refraktif index kode 2414, pelarut etanol 80%, dengan laju

alir 0.30 ml/min, dan volume injeksi 20 µL. Standar yang digunakan

adalah xilosa (Sigma). Sampel harus disaring dengan filter 0.20 µ,

selanjutnya aliquot dari sampel (20 µL) diinjeksikan ke dalam sistem

KCKT. Konsentrasi XOS (mg/mL) dapat dihitung dengan

menggunakan luas area sampel dibandingkan dengan luas area

standar.

Analisa kadar XOS dihitung sebagai berikut 2 g sampel

ditimbang, ditambahkan 50 ml alkohol 80% dikocok selama 1 menit.

Dipanaskan dengan water bath 85 oC selama 15 menit setelah itu

didinginkan, disaring dengan kertas saring Whatman No.4. Dicuci

dengan alkohol 80% sebanyak 5 ml. Larutan dikeringkan dengan

(46)

evaporator. Dilarutkan dengan 2 ml air, lalu dikocok. Sentrifus 3000

rpm selama 15 menit. Larutan disaring dengan Millipore (ukuran 0.2

mm). Larutan jernih dipipet 1 ml dan tambahkan aquades 4 ml,

selanjutnya dari larutan tersebut di ambil sebanyak 0.02 ml ditera

sampai dengan 5 ml. Larutan sampel diinjeksikan 20 µ l ke dalam

KCKT. Standar diinjeksikan dengan volume yang sama. Konsentrasi

standar xilosa 200 ppm.

x Konsentrasi. std x Volume akhir

Berat sampel

Keterangan :

std = Standar

FP = Faktor Pengenceran

3.4.5 Kadar Gula Pereduksi, Total Gula dan Derajat Polimerisasi

Analisis gula pereduksi dilakukan dengan metode DNS (Miller, 1959) sementara total gula diukur dengan menggunakan

spektrofotometer, dilakukan dengan metode fenol (Apriyantono et al.,

1989),

Kadar Gula Pereduksi (Metode DNS) (Miller, 1959)

Pereaksi DNS (3.5-dinitrosolisilat) dibuat dengan melarutkan

10.6 g asam 3.5-dinitrosalisilat dan 19.8 g NaOH ke dalam 1416 ml

aquades. Kemudian tambahkan ke dalam 306 g natrium kalium tartrat

(Na-k-tartarat), 8.3 g Na-metabisulfit dan 7.6 g fenol yang telah

dicairkan pada suhu 50oC. Bahan-bahan tersebut yang dicampurkan

hingga larut secara merata. Keasaman dari pereaksi DNS yang

dihasilkan ditentukan dengan cara mentitrasi sebanyak 3 ml larutan

DNS dengan HCl 0,1 N dan indikator fenoftalein. Banyaknya titran x FP Luas area sampel

Gambar

Gambar 5. Beberapa perlakuan untuk produksi XOS dari bahan baku kaya xilan
Gambar 7. Diagram alir penelitian (modifikasi Yang et al., 2005)
Tabel 2. Formula Kukis Prebiotik XOS (Modifikasi Gustiar, 2009)
Tabel 4. Hasil analisis komposisi serat tongkol jagung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Modal intelektual (intellectual capital) merupakan suatu kekayaan intelektual, pengetahuan dan informasi yang bermanfaat untuk menemukan peluang dan mengola ancaman

Seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai Seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja berdasarkan definisi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dari Badan Pusat Statistik yang dilihat dari kuantitas tenaga

Penanda lingual pembentuk makna intensional bahasa Sasak di Desa Kotaraja Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur (selanjutnya disingkat BSDK)yang ditemukan

Bagi pimpinan perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang stress kerja dengan ketaatan aturan lalu lintas, sehingga pimpinan perusahaan

Sehubungan dengan dilaksanakannya proses evaluasi dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang dan Jasa APBD-P T. A 2012 Dinas Bina Marga

Hal itu terlihat dari struktur kitab Efesus 1-3 yang membahas mengenai kekayaan rohani yang kekal yang berasal dari sorga, yang dikaruniakan kepada semua orang

Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap kegitan pembangunan sangat tinggi namun masyarakat di desa di