PENGARUH PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA ORGANISASI
(Studi Pada Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh:
BAMBANG HERMANTO 080903042
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim ... Assallamualaikum Wr.Wb
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmad dan
anugerah-Nya penulis mendapat kesempatan untuk menyelesaikan studi di Departemen
Ilmu Administrasi Negara FISIP USU dan atas pertolongan-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sesuai jadwal. Serta salawat dan salam kepangkuan Nabi Besar
Muhammdad SAW yang telah membawa umat manusia ke jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib bagi setiap mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Negara. Hal ini dimaksudkan agar
mahasiswa mendapatkan gambaran langsung tentang ilmu yang diperoleh dibangku
kuliah dan menambah bekal pengalaman yang berhubungan dengan ilmu sosial dan ilmu
politik secara khusus.
Dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi yang membahas mengenai
“Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Kinerja Organisasi (Studi Pada
Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan)”, penulis dibantu oleh banyak pihak. Bantuan
tersebut berupa materi, moril, maupun spiritual sehingga penulis dapat termotivasi untuk
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis, diantaranya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan FISIP USU.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku Ketua Depatemen
3. Ibu Dra. Elita Dewi, M. Sp, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi
Negara.
4. Bapak M. Arifin Nasution, S.Sos, M. Sp, selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi petunjuk
serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Drs. Burhanuddin Harahap,M. Si, selaku dosen wali yang membantu
penulis selama masa perkuliahan.
6. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP
USU.
7. Kak Dian dan Kak Mega yang telah membantu penulis dalam urusan
administrasi.
8. Kepala UPT SAMSAT Medan Selatan beserta seluruh staf dan pegawainya
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan
penelitian di kantor tersebut.
9. Teristimewa dan terkasih buat kedua orang tua saya, Sutarno (Bapak) dan
N.Mini (Mamak) yang telah memberikan banyak kasih sayang,doa dan
dorongan moril yang tak pernah henti kepada penulis, Insya Allah Penulis
akan sekuat tenaga untuk selalu membuat mamak sama bapak bangga.
10.Buat kakak maaf kalo aku sering marah – marah samamu dan buat adek
kembarku yang jogalnya minta ampun baguslah kelen kerja biar cerah masa
depan itu.
11.Buat lek sum besar sama lek sum kecil, maaf kalo aku udah sering ngelawan
sama buat lek sum berdua marah dan makasih buat doa, support sama
12.Buat teman – temanku di Administrasi Negara 2008, Jhon Ricky Manurung
(jangan kebanyakan gomak aja kau ahahahahahaa), Alex Chandra Sirait
(mmm... udah bisalah ko kurangi paokmu sama bauk mouse of deathmu itu
lex), Zikri Akbar (kurangilah buka livescore itu awas kenak serangan jantung
liatnya wkwkwkwkk), Surya Darma (jangan kebanyakan cerita sedih genk
ahahhahaa), Ivri Golden (udah bisalah fri dikurangi les di kos fri ahahahaha),
Dermawan Ginting (ahahahaa salam ama ponimu bro.... piissss), Munawir
Sajali (kapan kita kemping lagi wir), Rahmat Novian (booooo... kangen
wkwkwkwkwkk), Deny Permana (akhh yg jelas kakak itu ga pernah ngerti
perasaan ahahaha), Eko Parayudha (kurangilah sport ko biar ga tinggal tulang
ahahaha), Leo Saragih (ahaha kapan kita kemana le), Elisabeth Ginting
(makasih buat solusinya beth hehehehe) dan Jhon Henry (bagus” jaga neraka
itu ya ahahahaha). Senang bisa kenal orang kayak kelen mmm makasih buat
empat tahun yang menarik ini yaaa kawan”.
13.Buat teman” kelompok magang Sei Silau Timur, Rosmeri, Nia, Cindy,
Marintan, Agustina, Qomariah, Marino dan Juliana.... kapan kita ke sana lagi
woiiii. Rindu juga aku nengok terong goreng ala marintan ahahahahaa.
Makasih buat kebersamaan yang selama ini ada diantara kita.
14.Buat kawan Administrasi Negara 2008 yang lain, Diba, Inuy, Sisca Kecik,
Icha panjang, Darwin, Sangap, Dicky Fachrozi yang macem kemben ahahaaa
dan yang lain yang ga bisa disebutin satu per satu pokoknya senanglah bisa
kenal sama kalian semua. AN SATU AN JAYA !!!!!
15.Buat Nur Ainun, makasih banyak yaa hehehehe.
16.Buat senior”ku di AN, Tika (booo makan bakso bakar yokkk), kak Via, Titin,
masih abanglah panutan itu hehehe), bang Bobby Saragih, Lek Ojek (jangan
kebanyakan nyekil aja lek rindu aku sama ringtone disco lazy time hehehehe),
buat lek Dody (jangan kebanyakan berJARO ria lekk). Makasih buat ilmu,
kebersamaan dan kenangan yang ada ya abang dan kakak” hehehehe.
17.Buat AN 04 dan AN 06, makasih ya bang buat Inisiasi nya ahahahaa biarpun
seram tapi kenanganya masih teringat sampe sekarang bang.
18.Buat junior AN 2009, Nico, Revelino, Icha, Erni, Yunita, Tika, Uul, Waldy,
Dicky, Ana. Semoga cepat nyusul ya aminnnn.
19.Buat junior AN 2010, Aditya Hariadi, Aggri Dwi Purnama, Riski Alvin,
Ramadhan, Muda kemben (makasih buat bantuannya mud ahahahhaa), Fahmi,
Nuhra, Yudo, Oki, Martin Sitompul (titip KAM NEGARA ya waaa), Nurul
dkk, Deasy dkk, Yuyun, Khafifah, Chandra CR7setengah ahahahaha dan yang
lain yang ga bisa disebutin namanya satu per satu. Makasih banyak buat
bantuannya yaaa maaf kalo ada salah abang sama kalian.
20.Buat junior AN 2011, Thesca Sabrina (jangan bising kali ya ahahhaa), Audy
Rezky (jangan kebanyakan wifian genk ahahaha), Rippy Hamdani, Felix,
Josua, Gideon, Andrey Carver (bisalah kita tes PES itu sekali lagi ahahahahaa)
dan buat yang lain yang ga bisa disebutin namanya satu per satu. Makasih
banyak buat semuanya yaaa hehehee.
21.Buat junior AN 2012, Risky Fadli, Novi, Anwar, Agung, Widya, Sonya,
Nesya, Si Gab dan buat kalian secara keseluruhan hemm sampai jumpa di
Inisiasi selanjutnya. Tetap AN SATU AN JAYA !!!!!.
22.Buat bang Ananta Gober, bang Arjun, kak Kokom dll makasih buat ilmu ya
bang kak hehehehe. Buat adek – adek di AB, Topan, Abdol, Fahru, Yudha
23.Buat KAM NEGARA, tempat berkarya, belajar dan menyatukan cita dalam
wadah NEGARA. KAM NEGARA... Bersatu Untuk Jaya !!!!.
24.Dan banyak lagi pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini tapi tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis
ucapkan terima kasih banyak.
Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan
adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna untuk
menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Desember 2012 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ...x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN ...1
I.1Latar Belakang ...1
I.2. Rumusan Masalah ...6
I.3..Tujuan Penelitian ...6
I.4..Manfaat Penelitian ...6
I.5.Kerangka Teori ...7
I.5.1. Good Governance….………..7
I.5.1.1. Pengertian Governance ...7
I.5.1.2. Pengertian Good Governance. ...8
I.5.1.3 Prinsip-prinsip Good Governance ...10
1.5.2. Kinerja Organisasi ...14
1.5.2.1. Pengertian Organisasi...14
1.5.2.2. Pengertian Kinerja Organisasi ...20
I.5.3. Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Kinerja Organisasi ...25
I.6.Hipotesis ...26
I.8.Defenisi Operasional ...27
I.9.Sistematika Penulisan ...28
BAB II METODE PENELITIAN ...29
II.1 Bentuk Penelitian ...29
II.2 Lokasi Penelitian ...29
II.3 Populasi dan Sampel ...29
II.3.1 Populasi ...29
II.3.2.Sampel ...29
II.4. Teknik Pengumpulan Data ...30
II.5. Teknik Penentuan Skor………31
II.6. Teknik Analisis Data………32
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ...34
A. Sejarah Singkat...34
B. Visi ,Misi dan Tujuan Pembentukan...34
C. Jenis – Jenis Pelayanan dan Program Kerja ...35
D. Mekanisme Pelayanan ...39
E. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ...43
BAB IV PENYAJIAN DATA ...53
A. Kriteria Responden ...53
B. Uraian Kuesioner ...55
C. Pengukuran Skor ...71
BAB V ANALISA DATA ...76
i.Koefisien Korelasi Product Moment ...76
ii.Koefisien Determinan...78
BAB VI PENUTUP ...81
A. Kesimpulan ...81
B. Saran ...82
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan Umur ... 53
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54
Tabel 3 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 54
Tabel 4 Distribusi Responden berdasarkan Golongan ... 55
Tabel 5 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Media Informasi Internal di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 55
Tabel 6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyampaian Informasi Tentang Tugas dan Informasi Internal di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 56
Tabel 7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Koordinasi dan Komunikasi atasan ke bawahan di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 56
Tabel 8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Koordinasi dan Komunikasi bawahan ke atasan di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 57
Tabel 9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Teknis Penyampaian Informasi Internal di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 58
Tabel 10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Keputusan Pimpinan Mempengaruhi Kinerja Para Pegawai di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan... 58
Tabel 11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Cara Pimpinan Memantau dan Memperhatikan Kinerja Pegawai di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 59
Tabel 12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keterlibatan Para Pegawai dalam
Tabel 13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Evaluasi terhadap sebuah
kebijakan yang telah di jalankan dalam lingkungan internal UPT SAMSAT
Medan Selatan ... 60
Tabel 14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Reward and Punishment
terhadap kinerja seorang pegawai di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan
... 61
Tabel 15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Cara Pimpinan Memotivasi Para Pegawai Untuk Meningkatkan Produktifitas Kerja di Kantor UPT
SAMSAT Medan Selatan………61
Tabel 16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemberian Insentif dan Reward
Terhadap Pegawai Berprestasi di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan
... 62
Tabel 17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kinerja Para Pegawai Sudah
Memenuhi Target Yang Telah Ditetapkan di Kantor UPT SAMSAT
Medan Selatan ... 63
Tabel 18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kehadiran Para Pegawai
di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan. ... 63
Tabel 19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kepatuhan Pegawai Dalam
Mematuhi Jam Kerja Sesuai Dengan Peraturan Yang Ada di Kantor UPT
SAMSAT Medan Selatan ... 64
Tabel 20 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Fasilitas Kerja Yang Ada Sudah Mendukung Setiap Program Kerja Yang Ditetapkan di Kantor
UPT SAMSAT Medan Selatan……….65
Tabel 21 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemanfaatan Waktu Kerja Untuk
Menyelesaikan Tugas dan Tanggung Jawab Para Pegawai di Kantor UPT
SAMSAT Medan Selatan ... 65
Tabel 22 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyediaan Dana Untuk
Tabel 23 Distribusi Jawaban Responden Jawaban Apakah Dana Yang Disediakan
Tersebut Digunakan Untuk Memenuhi Kebutuhan Operasional di Kantor
UPT SAMSAT Medan Selatan ... 67
Tabel 24 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sistem Kerja Yang Digunakan
Dalam Pencapaian Target UPT SAMSAT Medan Selatan ... 67
Tabel 25 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Evaluasi dan Proyeksi Sistem
Kerja Para Pegawai Oleh Pimpinan di Kantor UPT SAMSAT Medan
Selatan... 68
Tabel 26 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Waktu Yang Digunakan
Oleh Pegawai Untuk Menyelesaikan Tugas Sesuai Dengan Target Yang
Ditentukan ... 69
Tabel 27 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sikap Pimpinan Dalam
Memberikan Punishment Terhadap Setiap Pegawai di Kantor UPT
SAMSAT Medan Selatan ... 69
Tabel 28 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sikap Pimpinan Dalam
Menerapkan Aturan Internal di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan
... 70
Tabel 29 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Punishment Kepada
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Mekanisme Pelayanan SAMSAT Medan Selatan………..39
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAMBANG HERMANTO 080903042
ABSTRAK
PENGARUH PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA ORGANISASI (Studi Pada Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan)
Good governance merupakan acuan dasar bagi setiap pelayan publik dalam
menjalankan tujuan dan fungsi dari pelayan publik itu sendiri. Diharapkan dengan adanya
prinsip – prinsip good governance dapat meningkatkan kualitas dari pelayan publi sehingga masyarakat sebagai objek dari pelayanan tadi dapat mendapatkan pelayanan
yang baik dan maksimal dari setiap pelayan publik.
Penelitian ini dilakukan di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan, Jln,.
Sisingamangaraja Kota Medan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, dengan
jumlah populasi sebanyak 53 orang, dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
sebanyak 100% dari jumlah populasi sebanyak 53 orang. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan bantuan metode angket dimana jawaban responden diukur dengan
menggunakan skala likert yaitu pemberian nilai numerikal dimana setiap skor yang
diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerik tersebut dianggap
sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi yang ditempatkan kedalam
interval.
Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik
analisis data korelasi product moment, dari persamaan tersebut hasil perhitungan yang
didapat 0,383 dimana hubungan antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori
rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga
thitung adalah 2,96 dimana adanya hubungan antara pelaksanaan good governance terhadap
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAMBANG HERMANTO 080903042
ABSTRAK
PENGARUH PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA ORGANISASI (Studi Pada Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan)
Good governance merupakan acuan dasar bagi setiap pelayan publik dalam
menjalankan tujuan dan fungsi dari pelayan publik itu sendiri. Diharapkan dengan adanya
prinsip – prinsip good governance dapat meningkatkan kualitas dari pelayan publi sehingga masyarakat sebagai objek dari pelayanan tadi dapat mendapatkan pelayanan
yang baik dan maksimal dari setiap pelayan publik.
Penelitian ini dilakukan di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan, Jln,.
Sisingamangaraja Kota Medan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, dengan
jumlah populasi sebanyak 53 orang, dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
sebanyak 100% dari jumlah populasi sebanyak 53 orang. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan bantuan metode angket dimana jawaban responden diukur dengan
menggunakan skala likert yaitu pemberian nilai numerikal dimana setiap skor yang
diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerik tersebut dianggap
sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi yang ditempatkan kedalam
interval.
Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik
analisis data korelasi product moment, dari persamaan tersebut hasil perhitungan yang
didapat 0,383 dimana hubungan antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori
rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga
thitung adalah 2,96 dimana adanya hubungan antara pelaksanaan good governance terhadap
BAB I PENDAHULUAN
I.1Latar Belakang Masalah
Peningkatan penggunaan transportasi oleh masyarakat Indonesia sangat tinggi,
dimana dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari. Hampir setiap hari kita melihat
semakin banyaknya jumlah dan jenis kendaraan bermotor yang bermunculan. Hal ini
salah satunya disebabkan oleh pertambahan penduduk yang terus meningkat dari tahun ke
tahun yang berdampak pula akan kebutuhan alat transportasi guna untuk memenuhi
kebutuhan mobilisasi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Sampai dengan tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor di seluruh Indonesia telah
mencapai lebih dari 20 juta yang 60% adalah sepeda motor sedangkan pertumbuhan
populasi untuk mobil sekitar 3-4% dan sepeda motor lebih dari 4% per tahun (data dari
Departemen Perhubungan). Banyaknya pengguna kendaraan bermotor secara tidak
langsung berkaitan dengan penambahan pajak daerah dalam hal pajak kendaraan
bermotor. Pemilik kendaraan bermotor haruslah membayar pajak kendaraan bermotor.
Berdasarkan data Dinas Pendapatan, pertumbuhan kendaraan bermotor roda
empat mencapai 13,09 persen, dimana pada periode Januari-Mei 2009 mencapai 79.266 unit kendaraan, sedangkan pada 2010 periode yang sama sebanyak 89.642 unit
kendaraan. Pertumbuhan kendaraan roda dua juga meningkat 17,26 persen. Pada 2009 sebanyak 449.588 unit, dan 2010 587.206 unit.
Provinsi Sumatera Utara mempunyai letak yang cukup strategis, karena posisinya
yang berada pada jalur pelayaran selat Malaka. Sumatera Utara memiliki luas mencapai
71,680 Km atau sekitar 3,5 persen dari total luas Indonesia. Secara umum, Sumatera
Utara terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu kawasan Pantai Barat, kawasan Dataran Tinggi,
dan kawasan Pantai Timur. Kawasan Pantai Timur pada umumnya lebih maju
Pembangunan diberbagai daerah di Indonesia khususnya di Provinsi Sumatera
Utara bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara khusus melalui
peningkatan pelayanan publik dalam kerangka otonomi daerah sehingga lebih efisien dan
efektif dalam merespon tuntutan masyarakat yang sangat tinggi dengan berbagai
karakteristik masing-masing.
Sebelum dilaksanakannya otonomi daerah, dilihat dari nilai proyek yang
dikerjakan, pembangunan yang dilaksanakan sebenarnya dapat dirasakan oleh seluruh
desa, namun sumber pembiayaan atau pendanaan masih didukung oleh anggaran
pemerintah pusat, sehingga daerah tidak dapat mengembangkan daerahnya sendiri secara
maksimal dan mandiri.
Berdasarkan Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, dan
Undang-undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah, telah memberikan dampak yang sangat luas terhadap pelaksanaan
pemerintah di daerah, otonomi yang diberikan kepada daerah merupakan otonomi yang
luas, nyata, dan bertanggung jawab.
Pemberian otonomi berimplikasi menimbulkan kewenangan dan kewajiban bagi
daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan pemerintah secara lebih mandiri.
Pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya harus dilaukan secara
proporsional dan berkeadilan. Pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
pemungutan jenis-jenis pajak daerah didasarkan pada kewenangan yang diberikan kepada
daerah.
Dalam Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerinahan daerah tersebut
juga dijelaskan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dilakukan
berdasarkan 3 azas, yaitu: dekonsentrasi, desentralisasi, dan azas pembantuan.
Azas dekonsentrasi yaitu wewenang pengelolaan pembangunan daerah awalnya
dilaksanakan oleh pemerintah pusat, tetapi telah dilimpahkan kewenangannya kepada
kepada pemerintah daerah. Sedangkan desentralisasi itu pada dasarnya adalah
kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan pembanguan
membantu melaksanakan tugas-tugas yang dimiliki oleh pemerintah pusat didaerah, tetapi
pembiayaan untuk melaksanakan kegiatan tersebut ditanggung sendiri oleh pemerintah
daerah.
Dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat, berdasarkan ketentuan Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah disebutkan bahwa pemerintah daerah dibekali berbagai kewenangan
untuk mengelola berbagai sumber pendapatan daerah.
Diantara sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari sektor pajak daerah
yang cukup penting dan potensial adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) karena banyak menunjang pembiayaan
daerah.
Pengelolaan pemungutan dan pengurusan pajak kendaraan bermotor dilakukan
pada satu kantor yang melibatkan beberapa unsur yang terkait didalam pengelolaannya.
Pemungutan pajak kenderaan bermotor yang dilaksanakan pada satu kantor ini dikenal
dengan istilah SAMSAT (sistem administrasi manunggal satu atap), dimana didalamnya
terdapat kerjasama antara pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) yang
mampunyai fungsi dan kewenangan dibidang registrasi dan identifikasi kenderaan
bermotor, Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)
dibidang pemungutan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan
bermotor (BBN-KB), PT. Jasa Raharja (Persero) yang berwenang dibidang penyampaian
sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan (SWDKLLJ).
Sebelum dilakukan Sistem Administrasi Manuggal Satu Atap (SAMSAT)
kegiatan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dilakukan tersebut dilakukan
tersendiri dikantor dinas pendapatan daerah provinsi dan cabang-cabang dinas, begitu
juga dengan penyelesaian Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan pembayaran
Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu lintas (SWDKLLJ) ditempat yang berbeda
pula, sehingga hal ini tidak memberikan pelayaan yang baik bagi pemilik kendaraan
bermotor, karena akan memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit
Keadaan seperti diatas dapat menjadi penghambat dalam usaha memberikan
pelayanan kepada pemilik kendaraan bermotor, dan juga dapat menyebabkan ma syarakat
menjadi malas untuk mengurus pajak kendaraan bermotor dan menjadi penghambat
dalam usaha meningkatkan penerimaan dari sekor PKB, BBN-KB, dan SWDKLLJ
karena tidak adanya keseragaman baik dalam hal pengurusan, administrasi, maupun
besarnya tarif dalam proses pengurusannya.
Salah satu tujuan pembentukan kantor bersama SAMSAT ini adalah untuk
memudahkan pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor (PKB) serta untuk
memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pengurusan registrasi
kendaraan bermotor, pembayaran pajak, dan SWDKLLJ.
Tugas pihak kepolisian adalah sebagai penyedia permohonan dan penerangan
dengan rincian: menyediakan dan memberikan formulir permohonan pendaftaran sesuai
dengan permintaan pemohon, memberikan penerangan mengenai kelengkapan
persyaratan pendaftaran, membukukan semua formulir yang diterima, dikeluarkan dan
sisanya setiap hari, mencatat nomor formulirdan kendaraan atau nama pemilik pada buku
register formulir, memberi tanda atau paraf pada formulir permohonan untuk setiap
permohonan yang telah memenuhi persyaratan, menerima kembali formulir yang rusak
untuk diganti dengan yang baru, menerima pembayaran PNKB.
Tugas Dispenda adalah meneliti berkas yang diterima dari petugas kepolisian dan
membubuhkan paraf atas kelengkapan persyaratan, meneruskan bekas kepada petugas
kepolisian bagian registrasi dan permohonan, memberitahukan kepada petugas Kepolisian
dan PT. Asuransi jasa raharja apabila ditemukan kekeliruan atau kekurangan persyaratan
administrasi yang diperlukan.
Tugas PT. Asuransi Jasa Raharja adalah menerima dan meneliti berkas yang
diterima dari petugas Dispenda, menetapkan SWDKLLJ dan dendanya yang harusdibayar
oleh pemohon, membuktikan penetapan SWDKLLJ, dan meneruskan berkas tersebut
kepada sub kelompok kerja pengetikan.
Kantor SAMSAT sebagai organisasi pelaksana tugas membuat atau merancang
konsepsi-konsepsi untuk memberdayakan segala kemapuan agar dapat melaksanakan
keahlian aparatur, seperti kemampuan mengidentifikasi dan mengelompokkan pekerjaan,
menyiapkan personalia untuk menangani pelaksanaan tugas-tugas, mengetahui wewenang
dan tanggung jawab, serta menyusun mekanisme koordinasi kepada antar unit kegiatan.
Kinerja suatu organisasi atau birokrasi dapat dilihat dari respon masyarakat itu
sendiri sebagai konsumen dari organisasi tersebut.Rasa puas yang datang dari masyarakat
setidaknya dapat menggambarkan bagaimana tingkat kinerja dari suatu organisasi.
Berbicara mengenai kinerja organisasi atau suatu birokrasi, maka kecenderungan
keluhan ataupun permasalahan yang keluar dari masyarakat adalah mengenai buruknya
pelayanan yang diberikan dari birokrasi itu sendiri. Kurangnya keterbukaan serta
kurangnya komitmen dalam memberikan pelayanan seakan menjadi gambaran yang
sangat nyata dari pelayanan publik yang diterima oleh masyarakat.
Permasalahan berkaitan dengan buruknya kinerja organisasi seperti ini harus
mendapat perhatian khusus, sehingga berdampak pada keinginan masyarakat untuk
terlibat langsung kepada birokrasi sebagai organisasi pemerintah yang bertanggung jawab
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sebaik-baiknya.
Pelaksanaan prinsip – prinsip good governance pada Unit Pelayanan Teknis ( UPT ) SAMSAT Medan Selatan pastinya akan berpengaruh dengan kinerja dari
organisasi itu sendiri namun tidak menutup kemungkinan ada hal – hal yang mendukung pelaksanaan prinsip – prinsip good governance tadi yang juga pada akhirnya ikut mendukung peningkatan kinerja organisasi yang lebih baik lagi.
Bertitik tolak dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pelaksanaan Good Governance
Terhadap Kinerja Organisasi ( Studi Pada Kantor Unit Pelayanan Teknis Medan Selatan)”.
I.2 Perumusan Masalah
Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki
maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun permasalahan yang diajikan
dalam penelitian ini adalah: “Adakah Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Kinerja Organisasi pada Kantor Unit Pelayanan Teknis Medan Selatan?”
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good
Governance di Kantor Unit Pelayanan Teknis Medan Selatan.
2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja organisasi di Kantor Unit Pelayanan
Teknis Medan Selatan.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan prinsip-prinsip Good
Governance terhadap kinerja organisasi di Kantor Unit Pelayanan Teknis
Medan Selatan.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari peneitian ini adalah:
1. Bagi penulis secara subjektif adalah sebagai suatu tahapan untuk melatih
dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis
dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui
suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat
teruji dan berguna
2. Bagi mahasiswa lainnya sebagi khasanah ilmiah untuk penelitian lainnya.
3. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara
sebagai bahan referensi, bahan kajian dan bahan perbandingan bagi mereka
yang memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan pemasalahan
ini.
I.5 Kerangka Teori
I.5.1 Good Governance
Konsep governance bukanlah konsep baru, konsep governance sama luasnya
dengan peradaban manusia, salah satu pembahasan tentang good governance dapat
ditelusuri dari tulisan J.S Endarlin (Setyawan, 2004:223) governance merupakan suatu
terminologi yang digunakan untuk mengganti istilah government, yang menunjuk
penggunaan otoritas politik, ekonomi dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah
kenegaraan.
Governance yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan adalah penggunaan
wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada
semua tingkat. Tata pemerintahan mencangkup seluruh mekanisme, proses dan lembaga
-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutamakan kepentingan
mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani
perbedaan-perbedaan diantara mereka.
Defenisi lain menyebutkan governance adalah mekanisme pengelolaan sumber
daya ekonomi dan social yang melibatkan pengaruh sector negara dan sector
non-pemerintah dalam suatu usaha kolektif. Defenisi ini mengasumsikan banyak aktor yang
terlibat dimana tidak ada yang sangat dominan yang menentukan gerak aktor lain. Pesan
pertama dari terminology governance membantah pemahaman formal tentang
berkerjanya institusi-institusi negara. Governance mengakui bahwa didalam masyarakat
terdapat banyak pusat pengambilan keputusan yang berkerja pada tingkat yang berbeda
(Winarno, 2002:122).
Governance sebagai proses pengambilan keputusan dan proses yang mana
keputusan itu diimplementasikan, maka analisis governance difokuskan pada
implementasinya serta struktur formal dan informal yang disususun untuk mendatangkan
implementasi keputusan.. Governance dapat digunakan dalam beberapa konteks seperti
coorporate governance, international governance, national governance dan local
governance (Mardiasmo, 2002:14).
Menurut Kooiman (Setyawan, 2004 : 224) mengatakan governance merupakan
serangkaian proses interaksi social politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam
berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi
pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Governance merupakan
mekanisme-mekanisme, proses-proses dan institusi-institusi melalui warga negara mengartikulasikan
kepentingan-kepentingan mereka, memediasi perbedaan-perbedaan mereka serta
menggunakan hak dan kewajiban legal mereka (Setyawan, 2004:12). Dalam konteks ini
governance memeiliki hakikat yang sesuai yaitu bebas dari penyalahgunaan wewenang
dan korupsi serta dengan pengakuan hak berlandaskan pada pemerintahan hukum.
I.5.1.2 PengertianGood Governance
Istilah good governance berasal dari induk bahasa Eropa Latin, yaitu Gubernare
yang diserap oleh bahasa Inggris menjadi Govern, yang berarti steer(menyetir,
mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan utama
istilah ini dalam bahasa Inggris adalah to rule with authority, atau memerintah dengan
kewenangan.
Pengertian good governance diatas merupakan suatu pemahaman atau pijakan
dari akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Good governance sebenarnya mempunyai
makna sebagai kepengelolaannya atau kepengarahannya yang baik bukan kepemerintahan
yang baik. Memang pemahaman ini mempunyai perbedaan dengan pemahaman dasar di
lingkungan kita selama ini, antara lain yang diperkenalkan oleh lembaga Administrasi
O’Brien (Nugroho:2005:142) mendefinisikan Good Governance adalah penjumlahan dari cara-cara dimana individu-individu dan institusi-institusi baik privat
maupun public mengelola urusan-urusan bersamanya.
Menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab1 menyebut Good Governance adalah
suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah
alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
Administrative, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal framework bagi
tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu Bank Dunia juga mensinonimkan Good
Governance sebagai hubungan sinergis dan konsturktif diantara Negara, sektor swasta
dan masyarakat.2
Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan3,
mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan
good governance, dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik. Kondisi
ini berupaya untuk menciptakan suatu penyelenggaraan pembangunan yang solid dan
bertanggungjawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi, baik
secara politik maupun administrasi. Berdasarkan dokumen kebijakan UNDP4, disebutkan
tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna
mengelola urusan-urusan Negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup
seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok
masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi
kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka. Jelas bahwa good
governance adalah masalah perimbangan antara negara, pasar dan masyarakat.
Dari berbagai pengertian tentang Good Governance dapat disimpulkan bahwa
suatu konsep tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan penggunaan otoritas
politik dan kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi pembangunan masyarakat
yang solid dan bertanggung jawab secara efektif melalui pembuatan peraturan dan
1
Wahab, Solihin Abdul. 2002. Analisis Kebija kan Negara . Jakarta: Rieneka Cipta. Hal. 34
2
Effendi, Sofian. 1996. Membangun Martabat Manusia ; Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gajah Mada University. Hal. 47
3
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Grassindo. Hal. 114
4
Dikutip dari artikel “Dokumen Kebijakan UNDP : Tata Pemerintahan Menunjang Pembangunan Manusia
kebijakan yang absah dan yang merujuk pada kesejahteraan rakyat, pengambilan
keputusan, serta tata laksana pelaksanaan kebijakan.
I.5.1.3 Prinsip-prinsip Good Governance
Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank Dunia
yang disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang berkaitan dengan
aparatur Negara termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan administrasi Negara yang
mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas, dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, maka menuntut penggunaan konsep
Good Governance sebagai kepemerintahan yang baik, relevan dan berhubungan satu
dengan yang lainnya. Ide dasarnya sebagaimana disebutkan Tangkilisan5 adalah bahwa
Negara merupakan institusi yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan
pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Cha nge.
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa Good Governance awalnya digunakan
dalam dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk menyusun sebuah konsep
dalam menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan manajemen
professionalnya, maka ditetapkan Good Corporate Governance. Sehingga dikenal
prinsip-prinsip utama dalam Governance Corporate adalah: transparansi, akuntabilitas,
fairness, responsibilitas, dan responsivitas.6
Prinsip-prinsip Good Governance diatas cenderung kepada dunia usaha,
sedangkan bagi suatu organisasi publik bahkan dalam skala Negara prinsip-prinsip
tersebut lebih luas menurut UNDP melalui LAN yang dikutip Tangkilisan7 menyebutkan
bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif di antara Negara, sektor swasta atau privat
dan masyarakat yang disusun dalam sembilan pokok karakteristik Good Governance,
yaitu:
1. Partisipasi
Setiap orang atau setiap warga negara baik laki-laki maupun perempuan harus
memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara
5
Tangkilisan, Hessel Nogi S. Ibid. Hal. 116
6
Nugroho. T. Rianto. 2004. Kebija kan Publik, Formulas, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Gramedia. Hal. 216
7
langsung maupun melalui lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan
aspirasinya masing-masing. Partisipasi yang luas ini perlu dibangun dalam suatu
tatanan kebebasan berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk
berpartisipasi secara konstruktif
2. Aturan Hukum ( Rule of La w )
Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan
ditegakkkan dan dipatuhi secara utuh (impartially), terutama tentang aturan
hukum tentang hak asasi manusia.
3. Transparasi
Transparasi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi berbagai
proses, kelembagaan, dan informasi harus dapat diakses secara bebas oleh mereka
yang membutuhkannya, dan informasi harus dapat disediakan secara memadai
dan mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan
evaluasi
4. Daya Tanggap (Responsivenes)
Seiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani
berbagai pihak yang berkepentingan (stake holders)
5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)
Pemerintah yang baik (good governance) akan bertindak sebagai penegah
(mediator) bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsesus atau
kesepakatan yang terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak, dan jika
mungkin juga diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan prosedur yang kan
ditetapkan pemerintah.
Pemerintahan yang baik akan memberikan kesempatan yang sama baik terhadap
laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan
memelihara kualitas hidupnya.
7. Efektifitas dan efisiensi
Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melaui pemanfaatan yang
sebaik-baiknya dari berbagai sumber yang tersedia.
8. Akuntabilitas
Para pengambil keputusan (decision makers) dalam organisasi sector pelayanan,
dan warga negara madani memiliki pertanggungjawaban (akuntanbilitas) kepada
publik (masyarakat umum) sebagaimana halnya kepada para pemilik (stake
holders). Pertanggung jawaban tersebut berbeda-beda, tergantung pada jenis
keputusan organisasi itu bersifat internal atau bersifat eksternal.
9. Bervisi strategis
Para pemimpin dan warga negara memiliki perspektif yang luas dan jangka
panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance )
pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk
pembangunan tersebut. Mereka juga memahami aspek-aspek histories, kultur,
dan kompleksitas social yang mendasari perspektif mereka.
10.Saling keterkaitan
Bawa keseluruhan ciri good governance tersebut diatas adalah saling memperkuat
dan saling terkait dan tidak berdiri sendiri. Misalnya, informasi semakin mudah
diakses berarti transparasi semakin baik, tingkat partisipasi akan semakin luas,
dan proses pengambilan keputusan akan semakin efektif. Partisipasi yang
informasi yang diperlukan bagi pengambilan keputusan dan memperkuat
keabsahan atau legitimasi atas berbagai keputusan yang ditetapkan. Tingkat
legitimasi keputusan yang kuat pada gilirannya akan mendorong efektifitas
pelaksanaanya. Kelembagaan yang responsive harus transparan dan berfungsi
sesuai dengan aturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku agar
keberfungsiannya itu dapat bernilai dan berkeadilan.
Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi dalam
hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan pengendalian, yakni
pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan penggunaan cara
sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders.
Good governance berkenaan dengan masalah bagaimana suatu organisasi ditata
dan bagaimana tatanaan tersebut berproses jadi prinsipnya adalah implementasi sudah
sesuai dengan rencana, apakah hasil yang diperoleh benar-benar bermanfaat bagi
masyarakat (Winarno, 2002:53).
Berkaitan dengan pemerintah yang dikelola siapa saja yang mempunyai
kualifikasi profesional mengarah kepada kinerja SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada
dalam organisasi publik sehingga dalam penyelenggaraan good governance didasarkan
pada kinerja organisasi publik yaitu responsivitas (responsivinies), responsibilitas
(responsibility), dan akuntabilitas (accountability ).
Penerapan Good Governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat
memastikan mandat, wewenang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan
sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah ke-delapan dari Good Governance adalah
membangun the professional government, bukan dalam arti pemerintah yang dikelola
mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan yang mampu mentransfer ilmu dan
pengetahuan menjadi skill dan dalam melaksanakannya berlandaskan etika dan moralitas
yang tinggi.
Agenda selanjutnya adalah good governance sebuah upaya baik untuk
meningkatkan pemerintah disetiap tingkat, namun demikian, harus disadari tujuan dari
good governance untuk menjalankan pekerjaan pemerintah yang baik yang bersih
berdasarkan hukum yang berlaku agar tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan
dalam pelaksanaan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
I.5.2 Kinerja Organisasi
I.5.2.1Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat.
Pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada
perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan disampaikan beberapa
pendapat sebagai berikut
Chester I. Barnard (Sutarto, 1998:4) mengemukakan bahwa : “ Organisasi adalah
system kerjasama antara dua orang atau lebih”. James D. Mooney (Bryson, 1999:23) mengatakan bahwa : Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan
bersama. Menurut Dimock (1986:21) organisasi adalah organisasi adalah perpaduan
secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk
membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan).
Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi
harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu :
1. Orang-orang (sekumpulan orang),
2. Kerjasama,
3. Tujuan yang ingin dicapai,
antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan
sumber daya yang dimiliki Seperti telah diuraikan di atas bahwa organisasi memiliki tiga
unsur dasar, dan secara lebih rinci organisasi memiliki ciri-ciri menurut Jhon M. Gaus
(Sutarto, 1998:34), sebagai berikut :
1. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal,
2. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan
(interdependent part) yang merupakan kesatuan kegiatan,
3. Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa; pemikiran,
tenaga, dan lain-lain,
4. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan,
5. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya A.M.
Williams (Wahyudi, 1994:54) yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap
Government, bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi
. 1. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian
tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi,
mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan lain lain.
2. Prinsip Skala Hirarkhi.
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan,
pendelegasian wewenang dan pertanggung jawaban, dan akan menunjang
efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
3. Prinsip Kesatuan Perintah.
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab
kepada seorang atasan saja.
4. Prinsip Pendelegasian Wewenang.
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada
bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya
hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan
meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan
dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih
dahulu kepada atasannya lagi.
5. Prinsip Pertanggungjawaban.
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasan.
6. Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau
kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan
pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari
masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan
memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta
menunjang efektivitas jalannya organisasi.
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang
atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk
dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang
cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.
8. Prinsip Fungsional.
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas
tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari
pekerjaannya.
9. Prinsip Pemisahan.
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung
jawabnya kepada orang lain.
10..Prinsip Keseimbangan.
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi.
Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari
organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/
kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak
kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan
berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta,
Bandung, atau Surabaya.
11. Prinsip Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai
dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya
pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu
12. Prinsip Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau
dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya
proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.
Jenis-Jenis Organisasi Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan
menggunakan kriteria menurut Dalton E. McFarland (Sutarto, 1998:67), sebagai berikut
1. Berdasarkan jumlah orang yang memegang pucuk pimpinan.
(1) bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu orang, semua
kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu orang. (2) bentuk komisi,
pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari beberapa orang,
semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan sebagai suatu kesatuan.
2. Berdasarkan lalu lintas kekuasaan.
Bentuk organisasi ini meliputi; (1) organisasi lini atau bentuk lurus, kekuasaan
mengalir dari pucuk pimpinan organisasi langsung lurus kepada para pejabat yang
memimpin unit-unit dalam organisasi, (2) bentuk lini dan staff, dalam organisasi
ini pucuk pimpinan dibantu oleh staf pimpinan ahli dengan tugas sebagai
pembantu pucuk pimpinan dalam menjalankan roda organisasi, (3) bentuk
fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi dalam fungsi-fungsi yang
dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya, dengan hubungan kerja lebih bersifat
horizontal.
3. Berdasarkan sifat hubungan personal, yaitu ;
(1) organisasi formal, adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti :
organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum (2) organisasi
antara lain kesamaan minat atau hobby, dll.
4. Berdasarkan tujuan.
Organisasi ini dapat dibedakan, yaitu : (1) organisasi yang tujuannya mencari
keuntungan atau ‘profit oriented’ dan (2) organisasi sosial atau ‘non profit
oriented.
5. Berdasarkan kehidupan dalam masyarakat, yaitu ;
(1) organisasi pendidikan, (2) organisasi kesehatan, (3) organisasi pertanian, dan
lain lain.
6. Berdasarkan fungsi dan tujuan yang dilayani, yaitu :
(1) Organisasi produksi, misalnya organisasi produk makanan, (2) Organisasi
berorientasi pada politik, misalnya partai politik (3) Organisasi yang bersifat
integratif, misalnya serikat pekerja (4) Organisasi pemelihara, misalnya organisasi
peduli lingkungan, dan lain lain.
7. Berdasarkan pihak yang memakai manfaat.
Organisasi ini meliputi; (1) Mutual benefit organization, yaitu organisasi yang
kemanfaatannya terutama dinikmati oleh anggotanya, seperti koperasi, (2) Service
organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya dinikmati oleh pelanggan,
misalnya bank, (3) Business Organization, organisasi yang bergerak dalam dunia
usaha, seperti perusahaan-perusahaan, (4) Commonwealth organization, adalah
organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh masyarakat umum,
seperti organisasi pelayanan kesehatan, contohnya rumah sakit, Puskesmas, dll.
I.5.2.2Pengertian Kinerja Organisasi
menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja. Pengertian
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan
sebagai sebuah pencapaian hasil atau degree of accomplishtment (Supardi, 2002:21), Hal
ini berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana
organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Mengingat bahwa kinerja dari suatu organisasi itu adalah untuk mencapai
tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka informasi tentang kinerja
organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting.
Informasi tentang kinerja organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi
apakah proses kerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan
yang diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam kenyataannya banyak organisasi yang
justru kurang atau bahkan tidak jarang ada yang tidak mempunyai informasi tentang
kinerja dalam organisasinya.
Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan indikator-indikator
atau kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas. Tanpa indikator dan kriteria yang
jelas tidak akan ada arah yang dapat digunakan untuk menentukan mana yang relatif lebih
efektif diantara : alternatif alokasi sumber daya yang berbeda; alternatif desain-desain
organisasi yang berbeda; dan diantara pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan
wewenang yang berbeda (Bryson, 1995:34). Sekarang permasalahannya adalah kriteria
Sebagai sebuah pedoman, dalam menilai kinerja organisasi harus dikembalikan
pada tujuan atau alasan dibentuknya suatu organisasi. Misalnya, untuk sebuah organisasi
privat/swasta yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan dan barang yang
dihasilkan, maka ukuran kinerjanya adalah seberapa besar organisasi tersebut mampu
memproduksi barang untuk menghasilkan keuntungan bagi organisasi. Indikator yang
masih bertalian dengan sebelumnya adalah seberapa besar efisien pemanfaatan input
untuk meraih keuntungan itu dan seberapa besar efective yang dilakukan untuk meraih
keuntungan tersebut.
Dalam organisasi publik, sulit untuk ditemukan alat ukur kinerja yang sesuai.
Bila dikaji dari tujuan dan misi utama kehadiran organisasi publik adalah untuk
memenuhi kebutuhan dan melindungi kepentingan publik, kelihatannya sederhana sekali
ukuran kinerja organisasi publik, namun tidaklah demikian kenyataannya, karena hingga
kini belum ditemukan kesepakatan tentang ukuran kinerja organisasi publik.
Berkaitan dengan kesulitan yang terjadi dalam pengukuran kinerja organisasi
publik ini dikemukakan oleh Sutarto (1998:1), “kesulitan dalam pengukuran kinerja
organisasi pelayanan publik sebagian muncul karena tujuan dan misi organisasi publik
seringkali bukan hanya kabur akan tetapi juga bersifat multidimensional. Organisasi
publik memiliki stakeholders yang jauh lebih banyak dan kompleks ketimbang organisasi
swasta. Stakeholders dari organisasi publik seringkali memiliki kepentingan yang
berbenturan satu dengan yang lainnya, akibatnya ukuran kinerja organisasi publik dimata
Moeljarto (1997) (dalam Tjandra, 2005:44) menyatakan bahwa :
“Organisasi bukanlah sistem yang tertutup (close system) melainkan organisasi
tersebut akan selalu dipaksa untuk memberika tanggapan atas rangsangan yang berasal dari lingkungannya. Pengaruh lingkungan dapat dilihat dari dua segi : pertama, lingkungan eksternal yamg umumnya menggambarkan kekuatan yang berada diluar organisasi seperti faktor organisasi politik, ekonomi dan sosial, kedua, adlah lingkungan internal yaitu faktor-faktor dalam organisasi yang menciptakan iklim organisasi dimana berfungsinya kegiatan mencapai tujuan.
Sejalan dengan pendapat tersebut Higgins (1985) (dalam Tjandra, 2005:44)
menyatakan bahwa:
“Ada dua kondisi yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi, yaitu kapabilitas
organisasi yaitu konsep yang dipakai untuk menunjuk pada kondisi lingkungan internal yang terdiri dari dua faktor srtatejik yaitu kekuatan dan kelemahan. Kekuatan adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif, yang memungkinkan organisasi memiliki keuntungan strategik dalam mencapai sasarannya: sedangkan kelemahannya adalah situasi dan ketidak kemampuan internal yang mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya. Kedua
faktor tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi”
Faktor yang perlu diperhitungkan dalam melihat kemampuan internal organisasi
antara lain :struktur organisasi, sumberdaya baik dana amupun tenaga, lokasi, fasilitas
yang dimiliki, intergritas seluruh karyawan dan intergritas seluruh karyawan dan
intergritas kepemimpinan. Kondisi kedua adalah ;ingkungan eksternal, yang terdiri dari
dua faktor eksternal yang membantu organisasi mencapai atau bahkan nisa melampaui
pencapaian sasarannya. Dalam mengamati lingkungan eksternal, ada beberapa sector
yang peka secara stratejik, artinya bisa menciptkan peluang, atau sebaliknya merupakan
ancaman.
Kinerja organisasi sebenarnya dapat dilihat melalui berbagai dimensi seperti
dimensi akuntabilitas, efisiensi, efektivitas, responsivitas maupun responsibilitas.
Berbagai literatur yang membahas kinerja organisasi pada dasarnya memiliki kesamaan
dilakukan oleh birokrasi pelayanan. Kinerja itu merupakan suatu konsep yang disusun
dari berbagai indikator yang sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks
penggunaannya
Kinerja bisa juga dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses
tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber
tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya, kinerja juga merupakan hasil dari
serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu organisasi.
Bagi suatu organisasi, kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama diantara
anggota atau komponen organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.
Sederhananya, kinerja merupakan produk dari kegiatan administrasi, yaitu kegiatan
kerjasama untuk mencapai tujuan yang pengelolaannya biasa disebut sebagai manajemen.
Sebagai produk dari kegiatan organisasi dan manajemen, kinerja organisasi
selain dipengaruhi oleh faktor-faktor input juga sangat dipengaruhi oleh proses-proses
administrasi dan manajemen yang berlangsung. Sebagus apapun input yang tersedia tidak
akan menghasilkan suatu produk kinerja yang diharapkan secara memuaskan, apabila
dalam proses administrasi dan manajemennya tidak bisa berjalan dengan baik. Antara
input dan proses mempunyai keterkaitan yang erat dan sangat menentukan dalam
menghasilkan suatu output kinerja yang sesuai harapan atau tidak.
Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa proses manajemen yang berlangsung
organizing, actuating, dan controlling (POAC) atau lebih detailnya lagi adalah planning,
organizing, staffing, directing, coordinating, regulating, dan budgetting (POSDCoRB).
Mengingat bahwa kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor input dan
proses-proses manajemen dalam organisasi, maka upaya peningkatan kinerja organisasi
juga terkait erat dengan peningkatan kualitas faktor input dan kualitas proses manajemen
dalam organisasi tersebut.
Analisis terhadap kondisi input dan proses-proses administrasi maupun
manajemen dalam organisasi merupakan analisis kondisi internal organisasi. Selain
kondisi internal tersebut kondisi-kondisi eksternal organisasi juga mempunyai peran yang
besar dalam mempengaruhi kinerja organisasi. Penilaian terhadap faktor-faktor kondisi
eksternal tersebut dapat dilakukan dalam analisis: (a) kecenderungan politik, ekonomi,
sosial, tekhnologi, fisik, dan pendidikan; (b) peranan yang dimainkan oleh pihak -pihak
yang dapat diajak bekerja sama (collaborators) dan pihak-pihak yang dapat menjadi
kompetitor, seperti swasta, dan lembaga-lembaga lain; dan (c) dukungan pihak-pihak
yang menjadi sumber resources seperti para pembayar pajak, asuransi, dan sebagainya
(Bryson, 1995:223)
Berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja organisasi, maka pilihan mana
yang akan dioptimalkan penanganannya, apakah pada sisi internal organisasi atau pada
I.5.3 Pengaruh Pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja Organisasi
Kantor Unit Pelaksanaan Teknis Medan Selatan adalah salah satu lembaga
pemerintahan yang berfungsi untuk melayani masyarakat dalam hal pengurusan
surat-surat kendaraan bermotor. Dalam melayani masyarakat aparatur Kantor Unit Pelaksanaan
Teknis Medan dituntut untuk dapat menjalankan tugas dengan baik yakni kinerja
organisasinya harus tinggi. Tercapainya kinerja organisasi kerja bukan saja ditentukan
dari banyaknya jumlah pegawai akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti
pengelolaan organisasi, pengendalian yang baik yang disebut dengan good governance.
Pengelolaan dan pengendalian yang baik dari suatu organisasi dalam hal ini
organisasi publik menyangkut pencapaian tujuan organisasi secara bersama-sama yaitu
untuk menciptakan suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efisiensi, pencegahan korupsi baik
secara politik maupun secara administrasi. Dengan pengertian lain good governance
adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel oleh
organisasi-organisasi pemerintahan seperti organisasi publik pemerintahan Kota Medan
yang mencangkup kepemimpinan, struktur organisasi dan sumber daya manusianya.
Berdasarkan uraian diatas maka disebutkan bahwa apabila pemimpin organisasi
public, struktur organisasi dan sumberdaya manusianya baik maka akan tercipta Good
Governance yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi itu sendiri. Dengan demikian
jelaslah pelaksanaan good governance akan berpengaruh terhadap kinerja organisasi,
sehingga para stakeholders dalam hal ini masyarakat luas dapat merasa terpuaskan akan
hasil kinerja dari organisasi tersebut.
I.6 Hipotesis
Hipotesa adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan (Sugiyono, 2005:70)
Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah ;
“Terdapat pengaruh antara pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja
organisasi”.
2. Hipotesa Nihil (Ho) :
“Tidak terdapat pengaruh antara pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja
organisasi”
I.7 Defenisi Konsep
Adapun konsep dari penelitian ini adalah :
a. Good Governance adalah.serangkaian proses interaksi sosial politik antara
pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan
kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan
tersebut
b. Kinerja Organisasi adalah bentuk kerjasama diantara anggota organisasi ydimana
proses kerjasama tersebut mempunyai hubungan satu sama lainnya, dan juga
untuk mencapai tujuan yang diingin dicapai bersama.
I.8 Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan
dalam bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari suatu
penelitian.
1. Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Good Governance, yang
diukur berdasarkan indikatornya yaitu :
a.Keterbukaan (Transparansi)
b. Pertanggung Jawaban (Akuntabilitas)
Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Kinerja Organisasi ,yang diukur
berdasarkan indikatornya yaitu : :
a. Produktivitas.
b. Kualitas Layanan
c. Responsivitas.
I.9 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan
hasil penelitian ini secar singkat dapat diketahui sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional dan
systematika penulisan
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan Sample
teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor dan teknik Analisis data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau lokasi penelitian yang relefan
dengan topik penelitian .
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini berisi hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokumen
yang akan dianalisis.
BAB V ANALISA DATA
Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melaksanakan
penelitian.
BAB VI PENUTUP
BAB II
METODE PENELITIAN
II.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan analisa Kuantitatif
dengan maksud mencari pengaruh antara variable independent (X) dengan variable
devenden (Y). Dengan metode ini diharapkan dapat menjelaskan fenomena yang ada
berdasarkan data dan informasi yang diperoleh.
II.2 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini dilakukan pada Unit Pelaksana Teknis SAMSAT
Medan Selatan. Hal ini berkaitan adanya keluhan atau permasalahan yang keluar dari
masyarakat mengenai bagaimana tidak maksimalnya kinerja dari UPT SAMSAT Medan
Selatan.
II.3 Populasi dan Sampel II.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek dan obyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:90). Dalam penelitian ini
yang menjadi populasi adalah seluruh pegawai Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan
yang jumlahnya sebanyak 53 orang.
II.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2003:91). Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai
refresentatif dari seluruh populasi, sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan