• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Nilai Noise Berdasarkan Slice Thickness Pada Citra CT Scan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Nilai Noise Berdasarkan Slice Thickness Pada Citra CT Scan"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN NILAI

NOISE

BERDASARKAN

SLICE

THICKNESS

PADA CITRA CT SCAN

SKRIPSI

HEDIANA SIHOMBING

NIM : 130821011

DEPERTEMEN FISIKA

JURUSAN FISIKA MEDIK

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN NILAI

NOISE

BERDASARKAN

SLICE

THICKNESS

PADA CITRA CT SCAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

HEDIANA SIHOMBING

NIM : 130821011

DEPERTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Nilai Noise Berdasarkan Slice Thickness Pada Citra CT Scan

Nama : Hediana Sihombing

NIM : 130821011

Program Studi : Sarjana (S1) Fisika Medis Depertemen : Fisika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, 31 Agustus 2015

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Herli Ginting, M.S Martua Damanik, M.Si

NIP.195505191960110001 NIP. 197403171998031003

Disetujui Oleh

Depertemen Fisika FMIPA USU Ketua,

(4)

LEMBARAN PENGESAHAN

JUDUL

PENENTUAN

NILAI

NOISE BERDASARKAN

SLICE

THICKNESS

PADA CITRA CT SCAN

Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Drs.Herli Ginting, M.S NIP.195505191960110001

Pembimbing II

Martua Damanik, M.Si NIP. 197403171998031003

Disahkan Oleh:

Ketua Departemen Fisika FMIPA USU

(5)

PERNYATAAN

PENENTUAN NILAI

NOISE

BERDASARKAN

SLICE

THICKNESS

PADA CITRA CT SCAN

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,

(6)

i

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya skripsi yang berjudul “PENENTUAN NILAI NOISE BERDASARKAN SLICE THICKNESS PADA CITRA CT SCAN” berhasil

diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang selaku kepala jurusan Fisika Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Herli Ginting, MS, selaku pembimbing pertama pada penyelesaian skripsi ini, yang telah memberikan panduan dan bimbingan untuk menyempurnakan skripsi ini.

4. Bapak Martua Damanik, M.Si selaku pembimbing kedua penyelesaian skripsi, yang telah memberikan panduan dan bimbingan untuk menyempurnakan skripsi ini.

5. Ibu Josefa selaku dosen yang selalu mengajari saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Staf Dosen Depertemen Fisika FMIPA USU beserta pegawai. 7. Seluruh rekan-rekan kuliah seperjuangan Fisika Ekstensi angkatan 2013

yang sudah seperti keluarga.

8. Abang Johan yang selalu memberi waktu untuk belajar bersama dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh Staf Unit Radiologi Di Rumah Sakit Pirngadi Medan yang telah memberikan saran dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Orangtua terkasih yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan selama kuliah sampai selesainya dan juga buat abang, adik-adik dan smua keluargaku.

(7)

ii

Karena keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan penulis dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi sempurnanya skripsi ini.

Medan, Agustus 2015 Penulis

(8)

iii ABSTRAK

Telah dilakukan pengukuran noise dengan perubahan tebal irisan pada citra CT Scan dengan cara memilih ROI pada phantom air sebagai objek. Metode yang dilakukan pada pengukuran nilai noise mulai dari 1 mm, 2 mm, 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, 7 mm, 8 mm, 9 mm, dan 10 mm dan faktor eksposi 100 kV dan 500 mAs. Hasil yang diperoleh adalah 6,32 HU; 5.14 HU; 3.86 HU; 3.48 HU; 3.14 HU; 2,94 HU; 2.78 HU; 2.52 HU; 2.44 HU dan 2.38 HU. Semakin tebal irisan maka nilai noise semakin berkurang, maka dihasilkan citra CT Scan yang baik.

(9)

iv ABSTRACT

Noise measurements have been carried out with changes in thick slices CT Scan image by selecting the ROI on a water phantom objects. The method used in the measurement of noise values ranging from 1 mm, 2 mm, 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, 7 mm, 8 mm, 9 mm, and 10 mm and eksposi factor of 100 kV and 500 mAs. The results obtained are 6.32 HU; 5:14 HU; 3.86 HU; HU 3:48; HU 3:14; 2.94 HU; 2.78 HU; 2.52 HU; HU HU 2:44 and 2:38. The thicker slices diminishing the noise then the resulting CT images were good.

(10)

v

2.1 Pengertian noise pada Computed Tommography Scanning .. 4

2.2Kualitas Citra Computed Tommography Scanning ... 5

2.2.1 Spatial resolusi ... 6

2.2.2 Kontras resolusi ... 6

2.2.3 Noise ... 6

2.2.4 Artefak ... 7

(11)

vi

2.4.5 Rekonstruksi Algorithma ... 14

2.4.6 Pitch ... 14

2.5 Computed Tommography Scanning ... 15

2.5.1 Pengertian computed tommography scanning ... 15

2.5.2 Prinsip kerja dan komponen CT Scan ... 16

2.5.3 Komponen-komponen pesawat CT-Scan, meliputi: ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Tempat Penelitian ... 21

3.2 Alat dan Bahan yang digunakan ... 21

3.3 Prosedur Penelitian ... 21

3.4 Flow Chart Penelitian ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Hasil Penelitian ... 24

4.2 Pembahasan ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Phantom Air Pada Bidang Scanning ... 8

Gambar 2.2. Uji Cross Field Uniformity CT Number Dengan Software ROI ... 9

Gambar 2.3 Pengukuran Nilai Noise Pada CT Scan dengan Software ROI (Sprawls, 1995)... 10

Gambar 2.4 Noise Dengan Slice Thickness yang Berbeda ... 10

Gambar 2.5. Perbedaan Citra Noise Berdasarkan Slice Thickness (Sprawls, 1995) ... 12

Gambar 2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Noise (Sprawls, 1995) ... 15

Gambar 2.7. Pesawat CT-Scan ... 16

Gambar 2.8. Bagan Prinsip Kerja CT Scanner ... 17

Gambar 3.1. Posisi Phantom ... 22

Gambar 4.1 (a) Citra water phantom sebelum dilakukan ROI, ... 24

(b) Citra water phantom setelah dilakukan ROI ... 24

Gambar 4.2 Grafik Nilai Noise pada Posisi Tengah Phantom ... 26

Gambar 4.3. Grafik Nilai Noise pada posisi kiri phantom ... 27

Gambar 4.4. Grafik Nilai Noise Pada Posisi Kanan Phantom ... 27

Gambar 4.5 Grafik Nilai Noise Pada Posisi Atas Phantom ... 28

Gambar 4.6 Grafik Nilai Noise Pada Titik Bawah Phantom ... 29

(14)

ix

DAFTAR ISTILAH

AAPM : Association American Physic Medical

Apron : Pelindung yang dipakai untuk menghindari

radiasi

Atenuasi : Pelemahan

CT Number : Nilai koefisien sinar x yang ditentukan oleh energy rata-rata sinar x dan nomor atom penyerap, hal ini dinyatakan dengan koefisien atenuasi.

CT Scan : Gambaran yang dibangun oleh computer

menggunakan x-ray yang dikumpulkan dari berbagai titik di sekeliling dan membentuk bagian yang disebut scanned sehingga dapat menghasilkan gambaran cross-sectional tomographic plane (slice) yaitu irisan dari bagian tubuh.

Cross field uniformity : Daerah yang seragam

Dry film : Alat pengering film

FOV (Fiel of View) : Daerah yang disinari

Gantry : Komponen perangkat CT Scan yang didalamnya

terdapat tabung sinar x, filter, detector dan DAS (Data Acquisition System)

Iluminator : Lampu yang dipakai untuk menegakkan diagnosa

Kolimator : Luas lapangan penyinaran

Matriks : Susunan kumpulan bilangan, symbol atau

ekspresi

Phantom : Alat peraga untuk pengetahuan tentang anatomi / faal tubuh

Pitch : Jangka waktu yang berhubungan dengan suatu

kecepatan dan jarak.

(15)

x

Quality Assurance (QA) : Kegiatan yang direncanakan dan sistematis diimplamentasikan dalam sistem mutu sehingga persyaratan sehingga mutu persyaratan mutu untuk suatu produk atau jasa akan terpenuhi. Quality Control (QC) : Tehnik observasi dan kegiatan yang digunakan

untuk memenuhi persyaratan kualitas. ROI (Region of Interest) : Daerah yang diamati

Rekonstruksi algoritma : Prosedur matematis yang digunakan dalam merekonstruksi gambar.

Rekonstruksi Matriks : Deretan baris dan kolom dari picture element dalam proses perekonstruksian gambar.

Slice Thickness : Tebalnya irisan atau objek yang diperiksa

Standar deviasi : Ukuran sebaran statistic yang paling sering digunakan

(16)

iii ABSTRAK

Telah dilakukan pengukuran noise dengan perubahan tebal irisan pada citra CT Scan dengan cara memilih ROI pada phantom air sebagai objek. Metode yang dilakukan pada pengukuran nilai noise mulai dari 1 mm, 2 mm, 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, 7 mm, 8 mm, 9 mm, dan 10 mm dan faktor eksposi 100 kV dan 500 mAs. Hasil yang diperoleh adalah 6,32 HU; 5.14 HU; 3.86 HU; 3.48 HU; 3.14 HU; 2,94 HU; 2.78 HU; 2.52 HU; 2.44 HU dan 2.38 HU. Semakin tebal irisan maka nilai noise semakin berkurang, maka dihasilkan citra CT Scan yang baik.

(17)

iv ABSTRACT

Noise measurements have been carried out with changes in thick slices CT Scan image by selecting the ROI on a water phantom objects. The method used in the measurement of noise values ranging from 1 mm, 2 mm, 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, 7 mm, 8 mm, 9 mm, and 10 mm and eksposi factor of 100 kV and 500 mAs. The results obtained are 6.32 HU; 5:14 HU; 3.86 HU; HU 3:48; HU 3:14; 2.94 HU; 2.78 HU; 2.52 HU; HU HU 2:44 and 2:38. The thicker slices diminishing the noise then the resulting CT images were good.

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan kemajuan teknologi dibidang kedokteran, kualitas citra CT-Scan dapat dibuat lebih baik dari hasil radiografi konvensional. Karena citra CT Scan bisa membedakan berbagai jenis organ jaringan lunak maupun tulang. Hal ini akan memberikan tambahan informasi diagnosa yang lebih akurat. Sistem komputer bisa mendapatkan kualitas gambaran yang cukup baik dengan menggunakan waktu yang cukup singkat dan juga CT-Scan dapat menghasilkan gambaran tiga dimensi yang sangat akurat untuk melihat anatomi suatu organ dan menghasilkan diagnosa suatu penyakit. Pada citra CT-Scan masih bisa timbul gambaran yang tidak diinginkan yang dapat menurunkan kualitas citra dari CT Scan, hal ini disebut dengan Noise.

Noise adalah fluktuasi nilai CT number pada jaringan atau materi yang homogen (Bushong, 2000). Noise dapat diuraikan dengan standar deviasi (σ) dari nilai matrik citra (piksel). Noise bukan artefak yang sebenarnya, tetapi menggambarkan penurunan resolusi suatu citra CT-Scan. Semakin rendah index image noise, maka kualitas gambar yang dihasilkan pada CT Scan akan semakin baik. Semakin tinggi index image noise maka dapat dikatakan bahwa kualitas gambar CT Scan akan semakin menurun, nilai noise yang terlalu besar akan menimbulkan artefak yang dapat menurunkan kualitas resolusi kontras dari gambaran CT Scan yang akhirnya akan mempengaruhi hasil diagnosa.

(19)

2

imaging diagnostik yang dihasilkan berkualitas tinggi dengan meminimalkan jumlah paparan radiasi yang diterima oleh pasien. Salah satu program quality control pada pemakaian pesawat CT Scan adalah uji ketepatan noise.

Dalam kendali mutu diperlukan adanya sebuah instrument yang digunakan sebagai pengganti pasien atau manusia, instrument tersebut adalah phantom air, phantom air digunakan sebagai objek untuk menentukan noise.

Nilai noise CT Scan bisa diketahui dengan uji cross field uniformity CT number. Uniformity CT number dapat diartikan sebagai nilai keseragaman CT number air pada sebuah image noise.

Faktor-faktor yang menyebabkan noise adalah puncak kilovolt dan filtrasi, field of fiew (fov), slice thickness, efisiensi detector dan dosis pasien. Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang diperiksa. Slice thickness yang tebal akan menimbulkan gambaran yang mengganggu seperti garis-garis dan apabila slice thickness terlalu tipis akan menghasilkan noise yang tinggi (Bushong, 2000).

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Heri Sutanto untuk menetukan CT number dengan slice thickness 10 mm. Berdasarkan hal tersebut maka penulis akan mengkaji lebih lanjut tentang “Penentuan nilai noise berdasarkan faktor slice thickness (ketebalan irisan) 1 mm sampai 10 mm dan untuk menguji kinerja pesawat CT Scan dengan menggunakan phantom air”.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini memiliki rumusan masalah yang akan dibuat adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh slice thickness ( tebal irisan) untuk mengurangi noise sehingga memperoleh citra CT Scan yang baik?

(20)

3

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penentuan nilai noise dan mengetahui kinerja pesawat CT scan dengan menggunakan parameter slice thickness (ketebalan irisan).

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan nilai noise pada citra CT-Scan berdasarkan faktor Slice Thickness (tebal irisan).

2. Untuk mengetahui kualitas pesawat sesuai dengan standart atau tidak (uji kesesuaian) sehingga noise bisa dikurangi untuk pemeriksaan langsung pada pasien.

1.5 Manfaat Penelitian.

Hasil peneliitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain:

1. Menambah pemahaman untuk mengetahui nilai noise sehingga mendapatkan kualitas citra yang baik pada CT Scan.

2. Untuk menguji kinerja pesawat CT Scan dan membandingkannya dengan standar yang ada.

(21)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian noise pada Computed Tommography Scanning

Noise adalah fluktuasi nilai CT Number pada jaringan atau materi yang homogen (Bushong, 2000). Noise dapat diuraikan dengan standar deviasi (σ) dari nilai matrik citra (piksel). Pada sebuah pesawat CT-Scan jika ada satu gambar dengan material yang homogen (misal : air) dan tampak CT number pada daerah tersebut, akan ditemukan bahwa CT number tidak akan bernilai sama tetapi bervariasi di sekitar nilai rata-rata atau nilai mean. Variasi CT number di atas atau di bawah nilai rata-rata disebut dengan noise. Jika semua nilai piksel adalah sama, noise akan bernilai nol. Variasi yang terlalu besar pada nilai piksel akan menghasilkan noise tinggi.

Bilangan CT (CT number) yaitu bilangan atau angka yang digunakan untuk menetapkan relative koefisien penyerapan untuk setiap pixel jaringan di dalam bayangan dibanding dengan koefisien penyerapan air seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Nilai CT pada jaringan yang berbeda (Bontranger, 2001)

Jenis Jaringan Nilai CT (HU) Densitas

Tulang +1000 Putih

Otot +50 Abu-Abu

Materi putih +45 Abu-Abu Merah

(22)

5

Nilai-nilai CT Number tersebut akan ditampilkan pada layar monitor dengan cara mengkonversikannya ke dalam skala dari hitam ke putih (gray scale). CT Number yang tinggi seperti tulang akan ditampilkan radio opaque (putih) dan CT Number yang rendah seperti lemak dan udara akan ditampilkan radio lucent (hitam). Karena untuk jaringan lunak memiliki range tertentu yang kemudian masih dibagi-bagi lagi menjadi beberapa jaringan, maka khusus untuk jaringan lunak ini dipakai teknik degradasi warna dari hitam ke putih sesuai skala tingkat terang gelap agar jaringan-jaringan lunak dengan skala range kecil dapat ditampilkan dalam warna yang berbeda satu dan lainnya. Tampilan gambar dapat diubah-ubah dengan memberikan window width yaitu nilai CT yang dikonversi menjadi gray scale untuk ditampilkan ke TV monitor dan window level yaitu nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan gambar yang berbeda-beda. Dengan teknik windowing ini maka jangkauan bilangan CT yang kecil dapat ditampilkan dalam jangkauan skala tingkat terang-gela yang besar memudahkan untuk mendeteksi perubahan bilangan CT yang sangat kecil. Nilai bilangan CT memiliki jangkauan dari -1024 HU sampai dengan +3071 HU atau setara dengan 4096 tingkat terang-gelap tidak akan dapat dievaluasi atau dibedakan dalam sebuah tampilan tunggal, baik dalam monitor TV maupun dalam film dokumentasi. Mata manusia umumnya hanya dapat membedakan tingkat terang-gelap antara 60 sampai dengan 80 tingkat saja. Oleh karena itu maka diterapkan teknik windowing dalam menampilkan gambar CT, dimana jangkauan bilangan CT tertentu saja yang akan ditampilkan dalam tingkat terang-gelap. Nilai di atas batas atas window yang dipilih akan ditampilkan putih dan nilai bilangan CT di bawah batas bawah window akan ditampilkan hitam.

2.2 Kualitas CitraComputed Tommography Scanning

(23)

6

tampak misalnya dengan menampilkannya di monitor, dicetak dimedia kertas dan lain-lain.

Dari jenis citra tersebut hanya citra digital yang dapat diolah oleh komputer. Jenis citra lain jika ingin diolah dalam komputer harus diubah dalam bentuk citra digital. Misalnya organ kepala yang discan dengan CT Scan. Kegiatan untuk mengubah informasi citra fisik non digital menjadi digital disebut sebagai pencitraan (imaging).

Citra CT Scan adalah tampilan digital dari crossectional tubuh dan berupa matriks yang terdiri dari pixel-pixel, atau tersusun dari nilai pixel yang berlainan.

Komponen yang mempengaruhi kualitas gambar CT-Scan adalah spatial resolution, kontras resolution, noise dan artefak (Seeram, 2001).

2.2.1 Spatial resolusi

Spasial resolusi adalah kemampuan untuk dapat membedakan objek/ organ yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar belakang yang sama. Resolusi Spatial adalah kemampuan untuk dapat membedakan obyek yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar belakang yang sama. Dipengaruhi oleh faktor geometri, rekontruksi alogaritma, ukuran matriks, magnifikasi, dan FOV. Resolusi spasial atau High Contras Resolusi adalah kemampuan untuk dapat membedakan objek yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda. Resolusi spasial dipengaruhi oleh : faktor geometri, rekonstruksi algoritma/filter kernel, ukuran matriks, pembesaran gambar (magnifikasi), Focal Spot, Detektor.

2.2.2 Kontras resolusi

Kontras resolusi adalah kemampuan untuk membedakan atau menampakan obyek-obyek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil dan dipengaruhi oleh faktor eksposi, slice thicknees, FOV dan filter kernel (rekonstruksi algorithma).

2.2.3 Noise

(24)

7

mAs, scan time, kVp, tebal irisan, ukuran objek dan algoritma Sebagai contoh adalah air memiliki CT Number 0, semakin tinggi standar deviasi nilai CT Number pada Secara umum Artefak adalah kesalahan dalam gambar (adanya sesuatu dalam gambar) yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang diperiksa. Dalam CT Scan artefak didefinisikan sebagai pertentangan/ perbedaan antara rekonstruksi CT Number dalam gambar dengan koefisien atenuasi yang sesungguhnya dari obyek yang diperiksa. Pengukuran titik-titik air berarti noise nya tinggi. Noise ini akan mempengaruhi kontras resolusi, semakin tinggi noise, maka kontras resolusi akan menurun.

2.2.4 Artefak

Secara umum Artefak adalah kesalahan dalam gambar (adanya sesuatu dalam gambar) yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang diperiksa. Dalam CT Scan artefak didefinisikan sebagai pertentangan/perbedaan antara rekonstruksi CT Number dalam gambar dengan koefisien atenuasi yang sesungguhnya dari obyek yang diperiksa. Ada 4 macam artefak berdasarkan bentuknya yaitu streaks (goresan), shading (bayangan), rings (bulatan) dan bands (berkas pita). Streaks disebabkan oleh kesalahan sampling data, partial volume, pergerakan pasien, benda logam, noise, beam hardening, scanning spiral (helical) dan kesalahan dari mesin. Shading disebabkan oleh partial volume, beam hardening, incompletes projection, radiasi hambur, scanning spiral (helical).Rings dan bands disebabkan oleh kesalahan yang terjadi pada detector, terjadi pada CT Scan generasi III.

2.3 Pengukuran Noise pada Citra Computed Tomography Scanning

(25)

8

oleh pabrik berbeda-beda sesuai dengan evaluasi kinerja alat dan kontrol kualitas yang dilakukan. Umumnya phantom terbuat dari plastik berbentuk silinder, yang diisi dengan air atau material lainnya untuk mengukur performance alat dengan spesifik parameter. Phantom noise diisi dengan air. Tiap-tiap dinding terbuat dari Plexiglas dengan ketebalan kurang dari 1 cm. Bahan lain mungkin bisa digunakan sebagai dinding phantom dengan syarat perbedaan koefisien atenuasi linier bahan tersebut terhadap air kurang dari Plexiglas untuk semua kondisi pengoperasian pada semua pesawat CT-Scan.

Diameter luar phantom 8 inchi ( 203 mm) dengan parameter pemeriksaan kepala, 32 inchi (330 mm) dengan parameter pemeriksaan tubuh . Sampel CT number diambil dari dari pusat phantom dengan luas area 2 cm2 yang menghasilkan ± 25 piksel (Jeffrey, 2006).

Gambar 2.1. Phantom Air Pada Bidang Scanning

(26)

9

Noise pada gambaran CT Scan bisa diketahui dengan uji cross field uniformity CT number. Uniformity CT number dapat diartikan sebagai nilai keseragaman CT number air pada sebuah image noise, pengolahan hasil gambaran dengan cara memilih Region of Interest (ROI) untuk kelima titik, yaitu satu titik pada posisi tengah dan 4 titik lainnya yaitu pada posisi jam 12, 3, 6 dan 9. Standar nilai CT number pada tengah phantom penyimpangannya ± 4 CT number dari nilai 0 dan untuk nilai CT number pada posisi jam 12, 3, 6, dan 9 penyimpangannya ± 2 CT number dari nilai CT number di tengah phantom. Hasil mean CT number yang diharapkan pada tiap ROI uniform/seragam. Menurut American College of Radiology kriteria penerimaan mean CT number water (air) masih terjaga jika nilai tersebut masih dalam standar dengan nilai di bawah 0±5 HU. Di atas rentang tersebut dapat menimbulkan noise dan artefak (Bushberg, 2002).

Gambar 2.2. Uji Cross Field Uniformity CT Number Dengan Software ROI (Sprawls, 1995)

(27)

10

deviasi yang diperbolehkan adalah 2-7 HU sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh hasil pengukuran masih dapat diterima.

Gambar 2.3 Pengukuran Nilai Noise Pada CT Scan dengan Software ROI (Sprawls, 1995)

Gambar 2.4 Noise Dengan Slice Thickness yang Berbeda

2.4 Parameter Pencitraan Computed Tomography Scanning

Nilai noise pada pencitraan CT-Scan sangat bergantung pada pemilihan parameter pemeriksaan CT-Scan, berikut adalah beberapa parameter CT- Scan yang mempengaruhi nilai noise (Bushberg, 2003).

2.4.1 Slice thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm – 10 mm sesuai dengan keperluan

(28)

11

klinis. Bisa diibaratkan sebuah roti tawar yang diiris tebal akan menghasilkan sedikit irisan. Jika diiris tipis akan menghasilkan banyak irisan. Jika roti itu diiris tebal-tebal, maka jika didalam roti itu ada kismis yang ukurannya lebih kecil dari irisan, bisa saja kismis tidak akan terlihat karena didalam irisan. Jika diiris tipis-tipis maka kismis akan terlihat. Fenomena ini menjelaskan bagaimana pengaruh ukuran slice thickness terhadap kualitas citra. Semakin tipis slice thickness (tebal irisan) semakin baik kualitasnya. Tetapi disatu sisi ukuran slice thickness (tebal irisan) yang semakin tipis akan menghasilkan noiseyang tinggi. Selain itu, dengan mempertipis irisan maka jumlah irisan akan bertambah banyak sehingga semakin besar radiasi yang diterima oleh pasien. Sehingga untuk aplikasi klinis, perlu dilakukan optimasi sesuai dengan keperluan yang digunakan.

(29)

12

Gambar 2.5. Perbedaan Citra Noise Berdasarkan Slice Thickness (Sprawls, 1995)

2.4.2 Field of View (FOV)

Field of View (FOV) adalah diameter maksimal dari gambar yang akan direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12 cm sampai dengan 50 cm. Field of View (FOV) kecil akan meningkatkan detail gambar (resolusi) karena field of view (fov) yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti.

Field of View (FOV) kecil, antara 100 mm sampai dengan 200 mm akan meningkatkan resolusi sehingga detail gambar dan batas objek akan tampak jelas. Field of View (FOV) kecil akan menyebabkan noise meningkat (Nesseth, 2000).

Field of View (FOV) sedang, yaitu 200 mm diharapkan gambar yang dihasilkan memiliki spasial resolusi yang baik, noise serta artefak sedikit (Genant, 1982).

Field of View (FOV) besar, antara 350 mm sampai dengan 400 mm akan menghasilkan spasial resolusi yang rendah karena pixel menjadi besar akibat dilakukannya magnifikasi. Field of View (FOV) besar akan menyebabkan noise berkurang dan kontras resolusi meningkat serta dapat dihindari munculnya streak artifact (Genant, 1982)

(30)

13

menyatakan atenuasi rata-rata sinar-X oleh obyek pada posisi tersebut. Sedangkan elemen gambar dalam bidang 2 dimensi disebut “pixel”. Satu bagian volume dari gambar yang direkonstruksi (voxel) diwakili oleh ukuran pixel di bidang (x, y) dan ketebalan irisan (s) dalam sumbu-z. Teknik rekonstruksi gambar CT kemudian dapat dilakukan dengan membagi-bagi irisan jaringan yang disinari menjadi beberapa ”pixel” dimana masing-masing ”pixel” mewakili CT Number -nya masing-masing. Nilai koefisien pelemahan radiasi diukur kemudian dikodekan dan ditransfer ke komputer. Oleh komputer akan ditampilkan dalam gambar 2 dimensi yang disebut dengan matriks. Kumpulan CT Number dari ”pixel-pixel” tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk matriks untuk keperluan rekonstruksi dan penampilan gambar.

2.4.3 Faktor Eksposi (Penyinaran)

Faktor eksposi (penyinaran) adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyinaran, meliputi tegangan tabung, arus tabung dan waktu. Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada setiap pemeriksaan (Jaengsri, 2004). Tegangan tabung yaitu beda potensial antara tabung katoda dan anoda. Semakin tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan semakin kuat menembus anoda sehingga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar.

Arus tabung yaitu kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-x, apabila arus tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin besar.

Waktu yaitu lamanya waktu penyinaran, sangat berpengaruh terhadap jumlah electron, arus tabung dan waktu berpengaruh terhadap jumlah elektron dan kuantitas sinar-X.

2.4.4 Rekonstruksi Matriks

Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar.

(31)

14

dengan alat yang tersedia. Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi gambar.

Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi detail gambar yang dihasilkan (Bushberg, 2003).

2.4.5 Rekonstruksi Algorithma

Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar CT Scan tergantung dari kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi rekonstruksi algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.

2.4.6 Pitch

Pitch adalah jangka waktu yang berhubungan dengan suatu kecepatan dan jarak. Pada CT Scan helical, pitch didefinisikan sebagai jarak (mm) pergerakan meja CT Scan selama satu putaran tabung sinar-X. Pitch digunakan untuk menghitung pitch ratio, yang mana merupakan suatu rasio pada pitch untuk slice thickness/beam collimation.

(32)

15

Gambar 2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Noise (Sprawls, 1995)

2.5 Computed Tommography Scanning

2.5.1 Pengertian computed tommography scanning

(33)

16

Gambar 2.7. Pesawat CT-Scan

Keterangan gambar: 1. Meja pemeriksaan 2. Gantry

3. Perangkat multi 4. Unit komputasi

Citra CT Scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, CT Scan memiliki beberapa kelebihan dibanding X-ray konvensional. Citra yang diperoleh CT Scan beresolusi lebih tinggi, sinar rontgen dalam CT Scan dapat difokuskan pada satu organ atau objek saja, dan citra perolehan CT Scan menunjukkan posisi suatu objek relatif terhadap objek objek di sekitarnya sehingga dokter dapat mengetahui posisi objek itu secara tepat dan akurat. Kelebihan-kelebihan tersebut telah membuat CT Scan menjadi proses radiografis medis yang paling sering direkomendasikan oleh dokter, dan dalam banyak kasus, telah menggantikan proses pesawat sinar-X biasa (konvensional) secara total.

2.5.2 Prinsip kerja dan komponen CT Scan

(34)

17

Computerized Axial Tomography (CAT), Computerized Aided Tomography (CAT), Computerized Transvers Axial Tomography (CTAT), Recontructive Tomography (RT) dan Computed Transmission Tomography (CTT) merupakan teknik pengambilan gambar dari suatu objek secara sectional axial, coronal dan sagital dimana berkas sinar mengitari objek. Adapun sinar-X yang mengalami atenuasi, setelah menembus objek diteruskan ke detektor yang mempunyai sifat sangat sensitive dalam menangkap perbedaan atenuasi dari sinar-X yang kemudian mengubah sinar-X tersebut menjadi signal-signal listrik. Kemudian signal-signal listrik tersebut diperkuat oleh Photomultiplier Tube sinar-X. Data dalam bentuk signal-signal listrik tersebut diubah kedalam bentuk digital oleh Analog to Digital Converter (ADC), yang kemudian masuk ke dalam sistem computer dan diolah oleh komputer. Kemudian Data Acquistion System (DAS) melakukan pengolahan data dalam bentuk data-data digital atau numerik. Data-data inilah yang merupakan informasi komputer dengan rumus matematika atau algoritma yang kemudian direkonstruksi dan hasil rekonstruksi tersebut ditampilkan pada layar TV monitor berupa irisan tomography dari objek yang dikehendaki yaitu dalam bentuk gray scaleimage yaitu suatu skala dari kehitaman dan keputihan. Pada CT Scanner mempunyai koefisien atenuasi linear yang mutlak dari suatu jaringan yang diamati, yaitu berupa CT Number.

(35)

18

2.5.3 Komponen-komponen pesawat CT-Scan, meliputi: a. Meja Pemeriksaan

Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk dilakukannya pemeriksaan CT-Scan. Meja pemeriksaan terletak dipertengahan gantry dengan posisi horizontal dan dapat digerakkan maju, mundur, naik dan turun dengan cara menekan tombol yang melambangkan maju, mundur, naik, dan turun yang terdapat pada gantry.

b. Gantry

Gantry merupakan komponen pesawat CT-Scan yang didalamnya terdapat tabung sinar-X, filter, detektor, DAS (Data Acquisition System). Serta lampu indikator untuk sentrasi. Pada gantry ini juga dilengkapi dengan indikator data digital yang memberi informasi tentang ketinggian meja pemeriksaan, posisi objek dan kemiringan gantry. Pada pertengahan gantry, diletakkan pasien dimana tabung sinar-X dan detektor letaknya selalu berhadapan. Didalam, gantry akan berputar mengelilingi objek yang akan dilakukan scanning.

1. Tabung sinar-X

Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X dengan sifat: 1) Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 kV 2) Tahan terhadap goncangan

2. Kolimator

Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah kolimator, yaitu: 1) Kolimator pada tabung sinar-X

Fungsinya: untuk mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas lapangan penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya focal spot kecil.

2) Kolimator pada detektor

Fungsinya: untuk pengarah radiasi menuju ke detektor, pengontrol radiasi hambur dan menentukan ketebalan lapisan (slicethickness). 3) Detektor dan DAS (Data Acqusition system)

(36)

19

oleh DAS. Adapun fungsi detektor dan DAS secara garis besar adalah: untuk menangkap sinar-X yang telah menembus objek, mengubah sinar-X dalam bentuk cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal elektron, lalu kemudian menguatkan sinyal-sinyal electron tersebut dan mengubah sinyal elektron tersebut kedalam bentuk data digital. c. Komputer

Merupakan pengendali dari semua instrument pada CT-Scan. Berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekonstruksi atau pengolahan data dan menampilkan (display) gambar serta untuk menganalisa gambar.

d. Layar TV Monitor

Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari objek yang diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau program yang diberikan.

e. Image Recording

Berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari Komputer ketika melakukan scanning, rekonstruksi dan display gambar. digunakan:

1. Magnetik Disk

Digunakan untuk penyimpanan sementara dari data atau gambaran, apabila gambaran akan ditampilkan dan diproses. Magnetik disk dapat menyimpan dan mengirim data dengan cepat, bentuknya berupa piringan yang dilapisi bahan ferromagnetic, kapasitasnya sangat besar. 2. Floppy Disk

Biasa disebut dengan disket, merupakan modifikasi dari magnetik disk, bentuknya kecil dan fleksibel atau lentur. Floppy disk mudah dibawa dan disimpan. Kapasitasnya relative kecil (sekarang sudah tidak digunakan lagi).

f. Operator Terminal

(37)

20

g. Multiformat Kamera

(38)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Pirngadi Jl. Prof. HM. Yamin, Medan

3.2 Alat dan Bahan yang digunakan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Satu unit CT-Scan 64 slice

Adapun spesifikasi CT Scan yang di gunakan adalah sebagai berikut: Merk : Siemen Somatom Definition As

Detector : 2X stellar infinity detector with 3D anti scatter colimator

f. Bahan phantom air

Phantom plastik silinder dengan diameter 20 cm yang berisi material air (H2O) merk Siemens dengan model no 4806977.

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini melakukan pengujian langsung dengan menggunakan objek phantom, adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :

1. Persiapan CT Scan

(39)

22

2. Pengaturan phantom pada bidang scanning

Phantom ditempatkan pada head holder dan diposisikan pada meja pemeriksaan dan tepat pada pertengahan gantry, dengan panduan sinar laser (alignment system) kemudian diatur sinar aksial pada garis circumferential section 1, berikutnya mengatur sinar koronal pada garis horizontal di kedua sisi phantom dan yang terakhir mengatur sinar sagital (yang ditembakkan ke bagian top dari phantom), berhimpit dengan garis vertical pada bagian permukaan depan phantom.

Gambar 3.1. Posisi Phantom

3. Pengaturan parameter

Parameter CT-Scan yang yang akan ditentukan adalah :

Tegangan Tabung : 100 kV, Arus Tabung : 500 mAs, tebal potongan irisan : 1 mm, 2 mm, 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, 7 mm, 8 mm, 9 mm dan10 mm.

4. Pengambilan Data

(40)

23

3.4 Flow Chart Penelitian

Adapun diagram alir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Mulai

Mengukur nilai noise dengan uji cross field uniformity CT number

Analisa Mulai

Persiapan alat CT Scan dan phantom

Pengaturan slice thickness 1 mm, 2 mm, 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, 7 mm, 8 mm,

9 mm dan 10 mm

(41)

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan untuk penentuan nilai noise berdasarkan tebal irisan adalah seperti gambar 4.1(a) dengan menggunakan water phantom dengan tegangan tabung 100 kV dan arus rabung 500 mAs dengan perubahan slice thickness 1 mm, 2 mm, 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, 7 mm, 8 mm, 9 mm dan 10 mm dilakukan Region of Interest (ROI) yaitu di bagian tengah, kiri, kanan, atas dan bawah citra phantom maka diperoleh hasil seperti pada gambar berikut:

(a)

(b)

Gambar 4.1 (a) Citra water phantom sebelum dilakukan ROI, (b) Citra water phantom setelah dilakukan ROI

(42)

25

terdapat di lampiran. Dari hasil ROI akan diperoleh nilai noise berdasarkan Standar Deviasi.

Tabel 4.1 dibawah ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan perubahan slice thickness untuk mengukur nilai noise pada lima titik yaitu titik tengah, kiri, kanan, atas dan bawah phantom.

Tabel 4.1. Rata-rata nilai noise

No Thickness Slice Posisi titik bacaan

(43)

26

mm adalah 2,5 HU; 2,3 HU; 2,5 HU; 2,2 HU; 2,4 HU, nilai rata-rata adalah 2,38 HU.

Kemudian nilai noise berdasarkan slice thickness 1 mm, 2 mm, 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, 7 mm, 8 mm, 9 mm dan 10 mm tersebut diatas sesuai dengan tabel 4.1 akan disajikan dalam bentuk grafik seperti berikut ini :

Gambar 4.2 Grafik Nilai Noise pada Posisi Tengah Phantom

Berdasarkan grafik gambar 4.2 diatas, grafik nilai noise pada pertengahan phantom pada slice 1 mm sampai 10 mm adalah 8,1 HU; 5,7 HU; 3,7 HU; 3,6 HU; 2,8 HU; 2,7 HU; 2,6 HU; 2,5 HU; 2,5 HU; 2,5 HU, grafik ini menunjukkan semakin tebal slice thickness maka nilai noise semakin rendah, slice thickness 8 mm, 9 mm dan 10 mm memiliki nilai noise sama yaitu 2,5 HU menunjukkan bahwa tidak ada lagi penurunan nilai noise pada slice thickness tersebut sehingga tebal irisan pada tengah phantom lebih baik pada irisan 8 mm, 9 mm dan 10 mm.

(44)

27

Gambar 4.3. Grafik nilai noise pada posisi kiri phantom

Berdasarkan grafik gambar 4.3 di atas, grafik menunjukkan nilai noise pada posisi kiri phantom pada slice 1 mm sampai 10 mm adalah 5,1 HU; 4,6 HU; 3,6 HU; 3,3 HU; 3,1 HU; 3,0 HU; 2,6 HU; 2,4 HU 2,3 HU; dan 2,3 HU, grafik ini menunjukkan semakin tebal slice thickness maka nilai noise semakin rendah, pada slice thickness 9 mm dan 10 mm nilai noise sama yaitu 2,3 HU menunjukkan bahwa pada slice tersebut tidak ada lagi penurunan nilai noise pada slice thickness tersebut sehingga slice thickness lebih baik di 9 mm dan 10 mm.

Gambar 4.4. Grafik Nilai Noise Pada Posisi Kanan Phantom

(45)

28

Berdasarkan grafik gambar 4.4 di atas, grafik nilai noise pada posisi kanan phantom pada slice 1 mm sampai 10 mm adalah 5,4 HU; 4,3 HU; 3,8 HU; 3,4 HU; 3,3 HU; 3,0 HU; 2,9 HU; 2,5 HU; 2,5 HU; dan 2,5 HU, menunjukkan bahwa semakin tebal slice thickness maka nilai noise semakin rendah. Pada slice thickness 8 mm, 9 mm dan 10 nilai noise sama yaitu 2,5 HU menunjukkan tidak ada lagi penurunan nilai noise pada slice thickness tersebut sehingga slice thickness pada posisi kanan phantom lebih baik pada slice 8 mm, 9 mm dan 10 mm.

Gambar 4.5 Grafik Nilai Noise Pada Posisi Atas Phantom

(46)

29

Gambar 4.6. Grafik Nilai Noise Pada Titik Bawah Phantom

Berdasarkan grafiki gambar 4.6 di atas, grafik menunjukkan nilai noise pada titik bawah phantom pada slice 1 mm sampai 10 mm adalah 5,5 HU; 4,6 HU; 3,5 HU; 3,2 HU; 3 HU; 2,9 HU; 2,8 HU; 2,4 HU; 2,4 HU; dan 2,4 HU, menunjukkan bahwa semakin tebal slice thickness maka nilai noise semakin rendah. Pada slice thickness 8 mm, 9 mm dan 10 mm menunjukkan nilai noise yang sama yaitu 2,4 HU, hal ini menunjukkan tidak ada lagi penurunan pada slice thickness tersebut, sehingga slice thickness yang lebih baik pada titik bawah yaitu pada slice 8 mm, 9 mm dan 10 mm.

Berdasarkan tabel 4.1 diatas yang menunjukkan perubahan nilai noise berdasarkan slice thickness 1 sampai 10 yang dilakukan pada titik tengah, kiri, kanan, atas dan bawah phantom setelah dirata-rata, maka perubahan dari setiap irisan menghasilkan nilai noise akan disajikan dalam bentuk grafik secara keseluruhan seperti pada grafik berikut ini.

(47)

30

Gambar 4.7. Grafik Keseluruhan Nilai Noise

4.2 Pembahasan

Nilai noise setelah dilakukan ROI pada phantom dengan slice yang berbeda yaitu slice 1 mm, 2 mm, 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, 7 mm, 8 mm, 9 mm, dan 10 mm menghasilkan nilai noise yaitu 6,32 HU; 5,14 HU; 3,86 HU; 3,48 HU; 3,14 HU; 2,94 HU; 2,78 HU; 2,52 HU; 2,44 HU dan 2,38 HU, nilai noise yang tertinggi terdapat pada ROI yang pertama dengan slice thickness 1 mm yaitu 6,32 HU dan nilai noise terendah yaitu pada slice thickness 10 mm yaitu 2,38 HU, dari hal ini dapat diartikan bahwa semakin tebal slice thickness maka nilai noise semakin berkurang. Dengan nilai selisih ROI pusat dengan ROI tepi pada setiap slice yang tidak melebihi batas normal 7 HU maka dapat dipastikan bahwa respon detector masih baik, distribusi dosis yang yang diterima pasien merata sehingga berdampak pula pada kualitas citra yang memiliki densitas, ketajaman dan kontras baik saat direkonstruksi yang mana ke sepuluh slice ini tidak melebihi batas toleransinya yaitu 2-7 HU sehingga disimpulkan tidak ada penyimpangan atau dengan kata lain lolos uji kesesuaian dan terbukti semakin tebal slice thickness maka nilai atau jumlah noise akan berkurang.

(48)

31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini akhirnya dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan water phantom dan melakukan Region of Interest (ROI) dengan parameter slice thickness maka dapat dibuktikan bahwa semakin tebal slice thickness maka nilai noise juga akan semakin berkurang.

2. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan water phantom dan melakukan Region of Interest (ROI) maka diperoleh nilai noise dengan parameter slice thickness dalam hal ini nilai noise tidak melebihi nilai batas toleransi yaitu 2-7 HU sehingga disimpulkan bahwa tidak ada penyimpangan atau dengan kata lain lolos uji kesesuaian.

5.2 Saran

1. Agar melakukan pemeriksaan menggunakan slice thickness 5-10 mm sehingga nilai noise rendah dan menghasilkan gambaran imaging yang berkualitas tinggi.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

AAPM, 2002, Quality Control in Diagnostic Radiology, AAPM Report no. 74, Medical Physics Publishing, Madison, USA.

Bontrager Kenneth L. 2010, Text book of Positioning and Related Anatomy, Fifth Edition. CV. Mosby Company, St. Louis.

Bushberg, J. T., 2001, The Essential Phisics of Medical Imaging, Second Edition, Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia.

Bushong, C, Stewart. 2000, Computed Tomography, Mc Graw Hill Company, New York.

GE Medical System, 2007, Operator Manual Scan HiSpeed Dual

Papp, Jeffrey, 2006, Quality Management in The Imajing Sciences, third edition. Mosby Elsevier, Inc. Missoouri.

Seeram E, 2001, Computed Tomography: physical principles, clinical applications, and quality control, Second edition, WB Saunders Company, Philadelphia.

Sprawls Perry, 1995 Physical Principlee of Medical Imaging, Second Edition, Medical Physic Publishing, Medison, Wisconsin.

http://www.Tibe Hafid Noise Pada CT scan.com /2012/06/.html

http://puskaradim.blogspot.com/2010/06/artefak-dan-snr.html

http://portalgaruda.org/article.php?article=195679&val=1293&title=Evaluasi Ketebalan Irisan (Slice Thickness) pada Pesawat CT-Scan Single Slice

(50)
(51)

Lampiran 1

Hasil citra setelah dilakukan Region of Interest (ROI)

ST = 2 mm

ST = 1 mm

ST = 3 mm ST = 4 mm

(52)

ST = 7 mm ST = 8 mm

Gambar

Tabel 2.1. Nilai CT pada jaringan yang berbeda (Bontranger, 2001)
Gambar 2.1. Phantom Air Pada Bidang Scanning
Gambar 2.2. Uji Cross Field Uniformity CT Number Dengan Software ROI
Gambar 2.3 Pengukuran Nilai Noise Pada CT Scan dengan Software ROI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan suatu penelitian tentang analisis pengaruh slice thickness terhadap citra CT Scan dengan kasus sinus paranasal pengguna gigi palsu implan. Slice thickness yang

Gambar CT Scan abdomen dengan variasi faktor ekspose dengan tegangan tabung antara 80 kV dan 140 kV, dengan memperlihatkan pengaruh perubahan tegangan

Dari grafik pada gambar IV.5, nilai CTDIvol mengalami kenaikan secara linier seiring dengan kenaikan tegangan tabung sinar-X, semakin tinggi pemilihan tegangan

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini yaitu sebaiknya pada penelitian selanjutnya untuk analisis kualitas citra dilakukan lebih dari satu parameter,

Noise tergantung pada beberapa faktor antara lain : mAs, scan time, kVp, tebal irisan, ukuran objek dan algoritma Menurut Seeram (2001) noise adalah fluktuasi

Penelitian tentang nilai noise dengan variasi rekonstruksi kernel perlu dilakukan agar pengaruh rekonstruksi kernel dengan variasi slice thickness terhadap nilai noise

Dari Gambar 1 tampak bahwa pada fantom untuk menentukan slice thickness terdapat lempeng logam yang dipasang miring dengan sudut tertentu.. Saat dilakukan pencitraan

Setelah ditetapkannya rencana kemiringan dan sudut yang akan dilakukan maka bisa diterapkan dalam metode irisan dengan gambar – gambar lereng beserta irisan sebagai berikut: Gambar 7: