1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan kemajuan teknologi dibidang kedokteran, kualitas citra CT-Scan dapat dibuat lebih baik dari hasil radiografi konvensional. Karena citra CT Scan bisa membedakan berbagai jenis organ jaringan lunak maupun tulang. Hal ini akan memberikan tambahan informasi diagnosa yang lebih akurat. Sistem komputer bisa mendapatkan kualitas gambaran yang cukup baik dengan menggunakan waktu yang cukup singkat dan juga CT-Scan dapat menghasilkan gambaran tiga dimensi yang sangat akurat untuk melihat anatomi suatu organ dan menghasilkan diagnosa suatu penyakit. Pada citra CT-Scan masih bisa timbul gambaran yang tidak diinginkan yang dapat menurunkan kualitas citra dari CT Scan, hal ini disebut dengan Noise.
Noise adalah fluktuasi nilai CT number pada jaringan atau materi yang
homogen (Bushong, 2000). Noise dapat diuraikan dengan standar deviasi (σ) dari nilai matrik citra (piksel). Noise bukan artefak yang sebenarnya, tetapi menggambarkan penurunan resolusi suatu citra CT-Scan. Semakin rendah index image noise, maka kualitas gambar yang dihasilkan pada CT Scan akan semakin
baik. Semakin tinggi index image noise maka dapat dikatakan bahwa kualitas gambar CT Scan akan semakin menurun, nilai noise yang terlalu besar akan menimbulkan artefak yang dapat menurunkan kualitas resolusi kontras dari gambaran CT Scan yang akhirnya akan mempengaruhi hasil diagnosa.
2
imaging diagnostik yang dihasilkan berkualitas tinggi dengan meminimalkan jumlah paparan radiasi yang diterima oleh pasien. Salah satu program quality control pada pemakaian pesawat CT Scan adalah uji ketepatan noise.
Dalam kendali mutu diperlukan adanya sebuah instrument yang digunakan sebagai pengganti pasien atau manusia, instrument tersebut adalah phantom air, phantom air digunakan sebagai objek untuk menentukan noise.
Nilai noise CT Scan bisa diketahui dengan uji cross field uniformity CT number. Uniformity CT number dapat diartikan sebagai nilai keseragaman CT
number air pada sebuah image noise.
Faktor-faktor yang menyebabkan noise adalah puncak kilovolt dan filtrasi, field of fiew (fov), slice thickness, efisiensi detector dan dosis pasien. Slice
thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang diperiksa. Slice
thickness yang tebal akan menimbulkan gambaran yang mengganggu seperti
garis-garis dan apabila slice thickness terlalu tipis akan menghasilkan noise yang tinggi (Bushong, 2000).
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Heri Sutanto untuk menetukan CT number dengan slice thickness 10 mm. Berdasarkan hal tersebut maka penulis akan mengkaji lebih lanjut tentang “Penentuan nilai noise berdasarkan faktor slice thickness (ketebalan irisan) 1 mm sampai 10 mm dan untuk menguji kinerja
pesawat CT Scan dengan menggunakan phantom air”.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini memiliki rumusan masalah yang akan dibuat adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh slice thickness ( tebal irisan) untuk mengurangi noise sehingga memperoleh citra CT Scan yang baik?
3
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada penentuan nilai noise dan mengetahui kinerja pesawat CT scan dengan menggunakan parameter slice thickness (ketebalan irisan).
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan nilai noise pada citra CT-Scan berdasarkan faktor Slice Thickness (tebal irisan).
2. Untuk mengetahui kualitas pesawat sesuai dengan standart atau tidak (uji kesesuaian) sehingga noise bisa dikurangi untuk pemeriksaan langsung pada pasien.
1.5 Manfaat Penelitian.
Hasil peneliitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain:
1. Menambah pemahaman untuk mengetahui nilai noise sehingga mendapatkan kualitas citra yang baik pada CT Scan.
2. Untuk menguji kinerja pesawat CT Scan dan membandingkannya dengan standar yang ada.