• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MEMBACA AL-QUR AN TERHADAP KETENANGAN JIWA PARA JAMA AH MAJELIS TAKLIM AL-HIDAYAH PONDOK PINANG JAKARTA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN MEMBACA AL-QUR AN TERHADAP KETENANGAN JIWA PARA JAMA AH MAJELIS TAKLIM AL-HIDAYAH PONDOK PINANG JAKARTA SELATAN"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MEMBACA AL-QUR’AN TERHADAP

KETENANGAN JIWA PARA JAMA’AH MAJELIS TAKLIM

AL-HIDAYAH PONDOK PINANG JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Hasan Maulana

NIM. 1113011000083

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M/1441 H

(2)
(3)

LEPIIBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi bettudul“Hubungan Membaca Al Qur'an terhada.p Ketenangan Jiwa Para

Jama'ah di MtteliS Taklim Al Hidayah Pondok Pinang Jakarta Selatan"disusun olch Hasan Maulana,NIM ll13011000083,Jumsan Pendidikan Agama lslanl,Fakultas 1lmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas lslanl Negeri Syarif IIidaya仇 11lah Jakartao Telah

melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk di司 ikan

pada sidang inunaqasah sesuai dengan ketentllan yang ditetapkan oleh Fakultas.

Jakarta, 10 Januan 2020

Dr. Abdul Ghofur, M.Ag

(4)

LEMBAR PENGEttHAN UЛ

AN MUNAQASAH

Skripsi ini bettudul``Hubungan Ⅳ質embaca Al―Qur'an Terhadap Ketenangan Jiwa Para Janlaah Pl可 diS Taklim Al―Hidayah Pomdok Pinang Jakarta

Sehtan'9,disllstlll olCh Hasal Malllalla,NIM l H3011000083,di可 an kepada

Fahltas 1lmll Tarbiy〔血 dan Keglll■lan, Universitas lslalll Negelll Syarif

Hidayatunah」akarta dall tdall dilwatakan lulus dalal■ ttiall Munaqasah pada ha五 Rabu tanggal 13ゝ4ei 2020 di hadapall dewan pengLLJl.Karena itll,penulis berhakZ

memperoleh gelar Sttana Pendidikan(S,Pd)ddam bidang Pendidikan Agal■ a lslam.

Jakarta,13 Mei 2020

Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Ketua Panitta(Ketua Jumsan/Prodi)

Drs.Abdul H面s,M.Ag NIP,196609011995031001 Sekretaris(Sekretal・ is Jurusan/Prodi) Drs.Rusdi Jamil,MI.Ag NIP,196212311995031005 Dosen PenguJI I Drs.Achlnad Gllolib,M.Ag NUPN.9990137097 Dosen PenguJI Ⅱ

Dr.触hmad SOdiq"∼1.Ag

NIIP。 197107091998031001 1.6.ァ

.,ノ

θ

κ

..孝

記σ

ι

。ザ

-7-花

"

Menyetujui,

u Tarbiyah dan Keguruan

(5)

KEMENTERIAN AGAMA ■「IN JAKARTA

FI□K

Л ″ ″力a17あJV●万 o"rar′5ィ」2 ff7Jo77‐・麟

FORM(F]鴫

No.Dokumcn : FITK¨ FR―AKD-089

Tgl.

Terbit

:

1 Maret 2010

No.Rcvisi: : 01 Hal

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan SKRIPSI yang bettudul“ Ⅱubungan

Membaca Al口Qur'an TehadEtt Ketenangan Jiwa para Jama'ah MtteliS Taklim Al‐ Hidayah Pondok Pinang Jakarta Selatan" yang disusun oleh MuhalIHlad lkhsan

Hamdani,NIM H 13011000083, Jurusan Pendidikan Agama lslam,Fakultas 1lmu Tarbiyah dan Keguruan,Universitas lslam Nege五 Syanf Hidayatullah Jakarta,telah ditti

kebenarannya olch dosen pembilnbing pada tanggal 10 Januan 2020.

Jakarta,10 Januan 2020

Pembimbing,

Dr.Abdul Gho缶

.M.A

(6)

KEPIENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK ノ カl fiブレα″′′N,95 Cψ 夕″′ノ5イ/2/71′♭ηasfα FORPII(FR) No.Dokulncn : FITK―FR―ノ姐KD-089 Tgl. Terbit : 1 Maret 201 0 No. Revisi: : 0l Hal

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Hasan Maulana

Jakarta,20 Mci1995 1113011000083

Pendidikan Agama lslam

Judul

Skripsi

: Hubungan Kegiatan Membaca A1 Qur'an terhadap

Ketenangan Jiwa Para Jamaah di Majelis Taklim Al Hidayah

Pondok Pinang Jakarta Selatan

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Abdul Ghofur, M.Ag

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apayangsaya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Hasan Maulana NIM。 1113011000083

Nama

Tempat/Tgl.Lahir NIM Jurusan / Prodi J akarta, 23 pesember 2019

(7)

ABSTRAK

Hasan Maulana (NIM:1113011000083). Hubungan Membaca Qur’an terhadap Ketenangan Jiwa Para Jama’ah di Majelis Taklim Al-Hidayah Pondok Pinang Jakarta Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan membaca Al Qur’an terhadap ketenangan jiwa. Penelitian ini ditujukan pada para jama’ah Al Hidayah Pondok Pinang Jakarta Selatan dengan sampel sebanyak 15 jama’ah dari populasi sebanyak 30 peserta didik. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan studi korelasional. Pengambilan sampel ini menggunakan teknik sampling jenuh.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket berbentuk skala likert. Teknik analisa menggunakan korelasi product moment pada taraf signifikan 5%.

Dari hasil uji korelasi tersebut, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,332. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka terdapat korelasi. Karena 0,332 > 0,05, maka variabel x terhadap y tidak memiliki hubungan, dan jika dilihat dari pedoman derajat hubungan maka variabel x dengan y memiliki hubungan yang lemah, atau memiliki sedikit korelasi.

Dengan demikian, kegiatan membaca Al Qur’an terhadap ketenangan jiwa para jamaah majelis taklim Al Hidayah tidak memiliki hubungan positif.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan berbaai nikmat yang tak terkira banyaknya serta kemudahan dari berbagai kesulitan yang penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini. Sehingga dengan syafa’at-Nya semua kesulitan-kesulitan dapat penulis lalui dengan penuh makna dan kebijakan mencari solusi.

Shalawat serta salam sejahtera abadi senantiasa tercurahkan kepangkuan manusia budiman, insan pilihan baginda besar penghulu zaman dialah Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa ajaran yang hak dan disampaikan dengan cara yang hak pula sebagai satu-satunya ajaran yang benar bagi seluruh umat manusia di dunia, yakni “Dinul Islam”.

Skripsi dengan judul “HUBUNGAN MEMBACA AL-QUR’AN TERHADAP KETENANGAN JIWA PARA JAMA’AH MAJELIS TAKLIM AL-HIDAYAH PONDOK PINANG JAKARTA SELATAN” merupakan salah satu tugas akhir melalui upaya yang melelahkan dan penuh perjuangan Alhamdulillah skripsi ini telah selesai disusun guna memnuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari kedhaifan serta kekhilafan diri penulis di dalam penyelesaian skripsi ini, karena itu banyak sekali keterlibatan pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunannya, dengan ketulusannya mereka bersedia meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya, juga dukungan lainnya baik moriil maupun materiil. Sehingga sudah sepantasnya bagi penulis dengan segala ketulusan dari lubuk hati sanubari untuk mengucap terima kasih yan sebesar-besarnya dan tak terhingga sepanjang masa kepada berbaai pihak yang telah terlibat dan memerikan dukungannya kepada penulis, yaitu:

1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(9)

2. Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Ketua Prodi PAI dan Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag selaku sekretaris Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah sudi kiranya meluangkan waktu memberi arahan dan motivasinya untuk penyusunan skripsi kepada penulis serta kesabarannya selama perkuliahan. Semoga Allah senantiasa melindungi setiap gerak dan langkah beliau.

4. Dr. Muhammad Zuhdi M.Ed., Ph.D., selaku Dosen Penasehat Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan dalam menempuh studi S1 di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

5. Dr. Abdul Ghofur, MA., selaku Dosen Pembimbing skripsi penulis, yang dengan kesabarannya telah memberikan waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan baik dalam segi keilmuan maupun penyusunan skripsi. Semoga apa yang telah beliau berikan kepada penulis hanya Allah yang dapat membalas, dan semoga Allah selalu memberikan rahmat serta keberkahan kepadanya.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah mendidik dengan tanpa lelah dan penuh kesabaran dan menambah wawasan keilmuan penulis baik di dalam maupun di luar perkuliahan.

7. Kepala perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis untuk mendapat literatur yang dibutuhkan selama ini. Begitu juga berbagai perpustakaan lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa terima kasih yang mendalam.

8. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Khususnya kelas PAI C dan banyak lagi yang lainnya yang telah banyak membantu dengan memberikan waktu untuk bertukar pikiran menciptakan suasana dialogis dan kekeluargaan selama penulis mengikuti perkuliahan hingga menyelesaikan studi.

(10)

9. Keluarga tercinta yaitu, Ibunda tercinta Yustinah Binti Abdul Tholib, Ayahanda tercinta Amir Hasan bin Saiman yang telah memberikan kasih sayang tak terbatas dengan penuh ketulusan serta pengorbanan harta, jiwa dan air mata, mendidik, memberikan landasan serta pegangan hidup kepada penulis sehingga selesailah penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari, belum bisa memberikan kebanggaan serta balasan kasih sayang kepada meraka berdua (semoga Allah swt. senantiasa memberi umur panjang serta kesehatan dalam ketaatan kepada Ilahi Robbi, Amin). Kakak (Syukriah, Firman Firdaus, S.Sos.I, Safrina Oktaviani, S.Pd), dan adik (Ihsan Kamil) yang senantiasa menghibur dengan canda tawa, serta mendo’akan penulis selama penyusunan skripsi ini berlangsung. Semoga Allah senantiasa mempersatukan kita dalam ikatan cinta dan indahnya persaudaraan yang penuh kasih sayang, dan semoga Allah senantiasa menuntun setiap gerak dan langkah kita kepada kebaikan.

9. Para Tuan guru tercinta di pengajian, Drs. KH.Muhammad Luthfi Zawawie, KH.Fakhruddin Albantani, S.Hi, Ust. H.Hamzah S.Ag, Ust. H. Tirmidzi, Ust. Abdul Mu’iz, Ust. Abidillah, Ust. Hanafi, S.Ag, Ust. Moh.Munir, S.Pd., Ust. M. Nur, Usth.Sofiah Saari, Usth. Suryanih, Ust.H. Abdul Aziz Mukri, Usth Hj.Husna, M.Pd., Usth. Titin Ummi Haniek, Ust.Alimal Husni (Alm.), yang senantiasa selalu memberikan arahan dan semangat serta mendo’akan penulis.

10. Teristimewa untuk Bang Maulana Saputra (Bang Maul), Bang Ayyub, Bang Andi Al-jawie dan Bang Sefrian Reza Saputra, S.Kom., teman serasa guru yang selalu menegur dan memberikan nasehat kepada penulis dikala penulis lupa dan salah. Dari kalian penulis jadi tau apa arti pertemanan.

11. Teman-teman “Majelis Taklim Syarif Hidayatullah” malam sabtu, yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

12. Teman-teman “Band Tabok Syahid” yang senantiasa mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

13. Sahabat-sahabat tercinta “Yaa Ayyuhannas” , Ahmad Fakhrurrahman, S.Pd, Ananda Tri Budiman, S.Sos, Aldila Maudaina Sahri, S.Ag, Abdullah Marisi,

(11)

S.Kom, Catur Septiono Bahtiar, Muhammad Zidni Labib, S.E, Nurhamni Mawaddah, S.Sos, Pandu Pradinata, S.Kom, dan banyak lagi yang lainnya yang selalu menghibur di tengah-tengah kesibukan penulis dengan canda dan tawanya, serta memberikan motivasi yang sangat berguna bagi kelancaran penyusunan skripsi ini sehingga cepat terselesaikan.

14. Teristimewa untuk Bang Syafei (Bos Pei), Bang Reza, Bang Rusdi, Bang Amyrullah, Bang Andi, Bang Maliki, Bang Rahman. Semoga Allah senantiasa melindungi tiap gerak dan langkah kalian. Kebaikan kalian takkan pernah penulis lupa.

15. Teristimewa juga untuk Ahmad Fakhrurrahman, S.Pd, Ananda Tri Budiman, S.Sos, Muhammad Zidni Labib, S.E, Catur Septiono Bahtiar, Aldila Maudina Sahri, S.Ag., terima kasih karna kalian membuat penulis terus bersemangat menyelesaikan tugas akhir ini.

16. Sahabat terbaik “Bu Guru” (Qothrun Nada, M.Pd) yang selalu memberikan semangat, serta keluangan waktu untuk membantu mencurahkan tenaga dan pikirannya bagi penulis.

Akhirnya penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan berdo’a kepada Allah swt. semoga segala daya dan upaya bentuk bantuan yang telah dibeikan oleh semua pihak mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah swt, penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Namun penulis menyadari “Tak ada gading yang tak retak”, artinya masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan serta kontribusi bersifat positif dengan solusi terbaik sehingga memotivasi penulis agar lebih baik lagi. Amin!

Jakarta, Januari 2020

(12)

DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kegiatan Membaca Al-Qur’an ... 7

1. Definisi Al-Qur’an dan Hukum Membacanya ... 7

2. Keutamaan dan Manfaat Membaca Al-Qur’an ... 12

3. Adab Membaca Al-Qur’an ... 19

4. Kebiasaan Membaca Al-Qur’an ... 22

B. Ketenangan Jiwa ... 25

1. Pengertian Ketenangan Jiwa ... 25

2. Ciri-ciri Jiwa Yang Tenang ... 26

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ketenangan Jiwa ... 27

4. Aspek-Aspek Ketenangan Jiwa ... 29

C. Majelis Taklim ... 32

1. Pengertian Majelis Taklim ... 32

2. Peranan Majelis Taklim ... 33

(13)

E. Kerangka Berpikir ... 35

F. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Metode Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Variabel Penelitian ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Instrumen Penelitian ... 47

2. Uji Coba Instrumen ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 48

G. Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 51

1. Sejarah Majelis Taklim Al-Hidayah Pondok Pinang ... 51

2. Visi dan Misi Majelis Taklim Al-Hidayah Pondok Pinang . 51 3. Tujuan Majelis Taklim Al-Hdayah Pondok Pinang ... 51

4. Struktur Organisasi ... 51

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 53

1. Uji Validitas ... 53

2. Uji Reliabilitas ... 58

3. Uji Prasyarat Analisis ... 58

a. Uji Normalitas ... 59

b. Uji Homogenitas ... 60

4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 61

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

1. Interpretasi Data ... 62

2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

D. Keterbatasan Penelitian ... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

(14)

C. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA...67 LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor jawaban pertanyaan angket ... 42

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian ... 42

Tabel 3.3 Interpretasi data ... 49

Tabel 4.1 Data Para Jama’ah Majelis Taklim Al Hidayah Pondok Pinang ... 52

Tabel 4.2 Instrumen Kegiatan Membaca Al Qur’an ... 54

Tabel 4.3 Hasil uji validitas ... 57

Tabel 4.4 Hasil uji reliabilitas ... 58

Tabel 4.5 Hasil uji normalitas ... 59

Tabel 4.6 Hasil uji homogenitas ... 60

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Ayu Efita Sari, dijelaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang menyukai materi yang bersifat fana namun manusia juga merupakan makhluk spiritual yang cenderung kepada sifat kerohanian sehingga dalam hidupnya manusia dipengaruhi oleh dua unsur ini, senang pada dunia dan butuh kerohanian.1 Dalam mencapai apa yang disenanginya, manusia harus mengorbankan sesuatu. Dan jika tidak berhasil mendapatkannya, maka akan muncul rasa ketidakbahagiaan pada manusia.

Menurut Musthofa Fahmi, dalam Penyesuaian Diri, bahwasanya faktor terpenting yang mengubah kehidupan seseorang menjadi tidak bahagia adalah rasa lelah dan tidak adanya ketenangan, kegoncangan jiwa seperti murung, cemas atas rasa bersalah, pikiran yang menekan, perasaan was-was dan lain sebagainya.2

Terkadang, standar kebahagiaan dan kenikmatan hidup diukur dengan kekayaan yang melimpah dan kesempurnaan jasmani yang sifatnya sementara. Hal semacam inilah yang menjadikan hidup terasa hampa dan kosong. Akibatnya muncul kemiskinan spiritual. Jika sudah muncul kemiskinan spiritual, maka manusia akan merasa kehilangan salah satu kebahagiaannya. Dengan adanya krisis tersebut, setiap manusia, khususnya umat muslim berusaha untuk mengatasinya.

Selain masalah di atas, manusia juga dihadapkan dengan persaingan hidup. Persaingan tersebut memunculkan sifat individualistis, egoistis, dan materialistis yang mendatangkan dampak berupa kegelisahan, kecemasan,

1 Ayu Efita Sari, Pengaruh Pengamalan Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa di Majelisul Dzakirin Kamulan Durenan Trenggalek.(Tulungagung: IAIN Tulungagung, 2015), h.1 2

(17)

stress dan depresi. Melihat kenyataan seperti itu, seseorang yang telah mencapai puncak kenikmatan materi justru dihadapi rasa cemas. Beragam permasalahan tersebut berakibat buruk pada kesehatan mental individu yang akan berujung pada adanya gangguan mental atau kejiwaan.3 Suharjo dan Cahyono dalam bukunya menjelaskan bahwa hampir semua manusia pernah mengalami kecemasan. Rasa cemas timbul ketika seseorang dihadapkan pada tugas yang melebihi batas kemampuannya4.

Finkelor mengemukakan bahwa semakin maju masyarakat dan semakin banyak kompleksitas hidup yang dijalaninya, maka semakin sulit seseorang dalam mencapai ketenangan jiwa. Kebutuhan hidup yang meningkat serta kesenjangan sosial menimbulkan ketegangan emosi yang menuntut seseorang mencari ketenangan dan penyelesaian persoalan kehidupan. Semua orang akan mencari ketenangan jiwa, sehingga banyak orang yang mengalami kegelisahan dan kecemasan.5

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa perkembangan masyarakat yang semakin maju memberi dampak berupa kesenjangan sosial yang membuat seseorang saling bersaing dalam menjalani hidupnya. Kesenjangan sosial tersebut membuat seseorang menjadi emosi sehingga ia membutuhkan penyelesaian persoalan kehidupan dengan mencari ketenangan.

Agama Islam mengajarkan dalam menjalani kehidupan harus seimbang antara dunia dan akhirat. Setiap manusia perlu memerhatikan kebutuhan lahiriyah (jasad) dan kebutuhan rohaniyah (spiritual) demi tercapainya keseimbangan hidup. Mendapatkan ketentraman bersama Allah swt. merupakan keadaan rohani yang tertinggi bagi manusia. Manusia akan

3 Haryanto, S. Psikologi Shalat :Kajian Aspek-aspek Psikologis Ibadah Shalat. (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2002), h. 19

4 J.B. Suharjo dan B.Cahyono, Meraih Kekuatan Penyembuhan Diri yang Tak Terbatas. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), h.25

5 Dorothy C. Finkelor, Bagaimana Emosi Berperan Dalam Hidup Anda, Kebencian,

(18)

mendapatkan kepuasan, kegembiraan dan kelezatan jika berada di hadapan Allah swt. 6

Pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan cara shalat, membaca al- Qur’an, berdzikir dan ibadah-ibadah lainnya. Permasalahan-permasalahan seperti kesenjangan sosial, depresi, was-was, cemas, perasaan bersalah, pikiran yang terlalu menekan, disebabkan oleh kurang dekatnya manusia terhadap penciptanya.

Menurut Indiyah dalam penelitiannya membuktikan bahwa terdapat hubungan antara tingkat religiusitas dengan kecemasan para narapidana yang menghadapi masa bebas, maksudnya bahwa narapidana yang religius memiliki kecemasan yang rendah dalam menghadapi masa bebas.7 Narapidana yang selalu taat beribadah cenderung memiliki perasaan tenang. Dokter Qodhi dalam penelitiannya membuktikan bahwa bacaan al-Qur’an berpengaruh besar sejumlah 97% dalam memberikan ketenangan dan menyembuhkan penyakit.

Selain masalah di atas, penelitian lain yang dituliskan oleh Adi menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara keteraturan seseorang dalam menjalankan shalat dan penurunan kecemasan.8 Orang yang shalatnya dijalankan secara teratur, sesuai pada waktu yang telah ditentukan, tingkat kecemasannya menurun. Selain itu juga terdapat penelitian yang membahas tentang pengembangan metode psikoterapi Islami dengan media penggunaan ayat-ayat al-Qur’an untuk mengatasi kecemasan yang dilakukan di Lembaga Tinggi Pesantren Luhur dan Pondok Pesantren Baiturrahmah, yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara keberagaman,

6 Ayu Efita Sari, loc.cit, h.3

7 Mulyadi, Kecemasan dan Psikoterapi Islam: Model Psikoterapi Al-Qur‟an dalam

Menanggulangi Kecemasan Santri Lembaga Tinggi Pesantren Luhur dan Pondok Pesantren Baiturrahmah di Kota Malang, (Malang: t.p, t.t.)

8 Adi, Hubungan antara Keterangan Menjalankan Sholat dengan Kecemasan pada

ParaSiswa Kelas III SMA Muhammadiyah Magelang. (Yogyakarta: Fakultas Psikologi

(19)

termasuk di dalamnya pembacaan dan pemahaman teks kitab suci al-Qur’an dengan kecemasan.

Peradaban manusia yang semakin maju mengakibatkan semakin kompleksnya gaya hidup manusia. Kehidupan modernisasi berkembang pesat, sehingga manusia harus menghadapi persaingan yang ketat, pertarungan yang sangat tajam, dan satu keadaan yang menimbulkan kegalauan dan kegelisahan.9

Menurut Radjasa Mu‟tasim dan Abdul Munir Mulkhan dalam Bisnis

Kaum Sufi, bahwasanya masyarakat Indonesia sebagaimana masyarakat yang

sedang berkembang lainnya, juga mengalami permasalahan terhadap sosio- kulturalnya. Ketu a H ari an DP P K es atu a n Nel a ya n T ra disio nal In do nesi a (K NT I) menjelaskan bahwa permasalahan sosio-kultural di Indonesia baru saja terjadi dalam seminggu ini berupa pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di Indonesia oleh warga negara asing (Vietnam dan Korea). Pelanggaran HAM tersebut seperti pelanggaran kemanusiaan, perdagangan orang dan pelecehan verbal ataupun fisik.

Beberapa fenomena yang muncul di atas harus disikapi secara bijak mengingat dampak yang ditimbulkannya terhadap gangguan mental atau kejiwaan. Sikap bijak tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan agama dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat peran agama yaitu memberikan kenyamanan penganutnya dalam mengarungi samudera kehidupan.10 Dalam ajaran Islam, peran tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk membaca al-Qur’an.

Dengan membaca al-Qur’an, seseorang dapat mencapai ketenangan dan ketentraman jiwa. Setiap kali seorang muslim membaca al-Qur’an, maka setiap kali itu pula seorang muslim memperoleh ketenangan dan ketentraman jiwa. Apabila seorang muslim sering membaca al-Qur’an, maka ia akan

9 Achmad Mubarok, Jiwa dalam Al-Qur‟an: Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, (Jakarta: Paramedina, 2000), h.13

(20)

terhindar dari keterpurukan dan perasaan yang menekannya. Semua persoalan hidup yang dialami seorang muslim, diadukan kepada Tuhannya, sehingga zikir, doa dan tilawah al-Qur’an didengar oleh Allah. Dari sini akan muncullah ketenangan batin dan ketentraman jiwa.11

Kegiatan membaca al-Qur’an telah dilaksanakan di beberapa lembaga keagamaan seperti majelis taklim. Salah satu majelis taklim di Jakarta yang melaksanakan kegiatan membaca al-Qur’an adalah Majelis Taklim Al- Hidayah Pondok-Pinang Jakarta Selatan.

Selain membaca al-Qur’an, Majelis Taklim Pondok-Pinang Jakarta Selatan juga mengajarkan tilawah al-Qur’an dimana membaca al-Qur’an dengan menggunakan irama yang telah ditentukan. Kegiatan tilawah tersebut menarik perhatian jama‟ah Majelis Taklim untuk membaca al-Qur’an yang pada umumnya berusia lanjut.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik meneliti tentang kegiatan membaca al-Qur’an terhadap ketenangan jiwa. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul “Hubungan Membaca Al-Qur’an terhadap

Ketenangan Jiwa Para Jama’ah Majelis Taklim Al-Hidayah Pondok Pinang Jakarta Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Adanya rasa ketidakbahagiaan pada diri manusia.

2. Adanya rasa lelah, ketidaktenangan, dan kegoncangan jiwa seperti murung, cemas atas rasa bersalah.

3. Munculnya kemiskinan spiritual.

4. Munculnya sifat individualistis, egoistis dan materialistis yang mendatangkan dampak berupa kegelisahan, stress dan depresi.

(21)

C. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini akan fokus pada kegiatan membaca al-Qur’an yang dilakukan di Majelis Taklim Al-Hidayah Pondok-Pinang Jakarta Selatan. 2. Objek pada penelitian ini yaitu jama‟ah yang berusia 40 tahun keatas

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah, “Apakah terdapat hubungan

membaca Al-Qur’an terhadap ketenangan jiwa para jama’ah majelis taklim Al-Hidayah Pondok-Pinang Jakarta Selatan?”

E. Tujuan Penelitian

Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan kegiatan membaca al-Qur’an terhadap ketenangan jiwa para jama’ah Majelis Taklim Al-Hidayah Pondok-Pinang Jakarta Selatan

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, melalui penyusunan skripsi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat mengembangkan ilmu yang telah diperoleh. Selain itu, penulis mendapatkan pengetahuan tentang hubungan kegiatan membaca al-Qur’an terhadap ketenangan jiwa.

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan sumber informasi bagi civitas akademika yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang membaca al-Qur’an dan ketenangan jiwa.

3. Bagi masyarakat umum, sebagai tambahan informasi untuk memperluas wawasan guna memikirkan masa depan anak sebagai generasi yang berkarakter qurani.

(22)

BAB II PEMBAHASAN A. Kegiatan Membaca Al-Qur’an

1. Definisi Al-Qur’an dan Hukum Membacanya

Al-Qur’an secara etimologi berasal dari bahasa Arab qara’a-

yaqra’u-qiraa’atan-waqur’aanan yang berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini

menyiratkan anjuran kepada umat Islam untuk membaca al-Qur’an. Juga bentuk mashdar dari al-qiraa’atu yang berarti menghimpun dan mengumpulkan.12 Al-Qur’an dikatakan menghimpun, sebab huruf-hurufnya seolah-olah terhimpun dari beberapa huruf, kata, hingga menjadi kalimat. Dimana susunannya sangat tertib. Oleh karena itu, pembacaan al-Qur’an harus sesuai dengan makhraj-nya, dipahami, dan diamalkan isi kandungannya.

Pengertian di atas juga dijelaskan dalam al-Qur’an pada surat Al- Qiyamah ayat 17-18:

ۥُهَناَءۡرُ قَو ۥُهَعَۡجَ اَنۡ يَلَع َّنِإ

٧١

َناَءۡرُ ق ۡعِبَّتٱَف ُهََٰن

أَرَ ق اَذِإَف

ۡ

ۥُه

٧١

“Sesungguhnya kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. (17) Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu (18).13

Adapun secara istilah, al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. yang mengandung mukjizat diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. tertulis dalam mushaf, dinukilkan kepada kita secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.14

12 Moch. Tolchah, Aneka Pengkajian Studi Al-Qur‟an. (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2016), h. 93

13 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: Lentera Optima Pustaka: 2017), h. 578

14 Ridhoul Wahidi, M. Syukron Maksum, Beli Surga dengan Al-Qur‟an: Kumpulan Dalil

dan Kisah Luar Biasa Pembaca dan Penghafal Al-Qur‟an, (Yogyakarta: Mutiara Media,

(23)

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi penutup yaitu Muhammad Saw. selama 23 tahun dan diturunkan dengan berangsur-angsur. Membaca al-Qur’an merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Karena membaca al-Qur’an merupakan pintu awal dalam memahami, merenungkan hingga mengamalkan isinya sebagai pedoman hidup, bahkan sebagai umat muslim kita dianjurkan untuk menghafalkan al-Qur’an.

Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan umatnya untuk dibaca dan dijadikan pegangan hidup. Menurut Dr. Syamsuddin Arif dalam Al-Qur’an dan Serangan Orientalis bahwasanya Allah Swt. menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk jalan bagi Rasul-Nya. Di dalam al-Qur’an memuat teguran, larangan, dan nasihat untuk seluruh manusia. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan yang terjadi pada masa itu.15

Di balik ayat-ayat yang Allah turunkan, terdapat sebab (asbab an

nuzul) turunnya ayat al-Qur’an, yang kemudian dijadikan pembelajaran

untuk umat Rasulullah swt. mendatang.

Bahwa al-Qur’an adalah benar-benar bacaan sempurna yang sangat mulia, dimana ia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab- kitab suci lain, karena dalam kandungannya terdapat tuntunan yang jelas serta menyeluruh dan dapat ditemukan bukti-bukti kebenaran yang langgeng sepajang masa.16

Mengingat pentingnya al-Qur’an, Allah Swt. menjelaskan hukum membaca al-Qur’an yang terdapat pada QS. Al-‘Alaq ayat 1-5:

َقَلَخ يِذَّلٱ َكِ بَر ِمۡسٱِب

أَر

ۡ

ۡ قٱ

٧

قَلَع ۡنِم َنََٰسنِ

ۡلۡٱ َقَلَخ

٢

ُمَر

ۡكَۡلۡٱ َكُّبَرَو ۡأَرۡ قٱ

٣

ِمَلَق

ۡلٱِب

َمَّلَع يِذَّلٱ

٤

َنََٰسنِ

ۡلۡٱ

َمَّلَع

ۡمَلۡعَ ي َۡلَ اَم

٥

15 Syamsudin Arif, Al-Qur‟an dan Serangan Orientalis. (Al Insan, vol.1, 2005), h.64

16 M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, Vol. 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), h.57

(24)

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S.

Al-‘Alaq: 1-5)17

Inilah surat pertama dari al-Qur’an yang dimulai dengan menyebut nama Allah Swt, kemudian memberikan pengarahan pertama kepada Rasulullah Saw, dengan diarahkan supaya beliau membaca dengan menyebut nama Allah Swt.18

Selain itu, Allah Swt. juga menjelaskan hukum membaca al- Qur’an pada Q.S. Al-‘Ankabut ayat 45 sebagai berikut:

َةَٰوَلَّصلٱ ِمِقَأَو ِبََٰتِك

ۡلٱ

َنِم َك

ۡيَلِإ َيِحوُأ ٓاَم ُلۡتٱ

...

٤٥

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat.” (Q.S. Al-Ankabut : 45)19

Dua ayat di atas merupakan perintah Allah Swt. yang menyuruh Rasulullah Saw. dan kaum muslimin agar membaca al-Qur’an dan menyampaikannya kepada manusia dan perintah mendirikan shalat dengan sempurna dalam hal kekhusyukan, rukun-rukun dan perenungan dari al- Qur’an yang dibacanya.20

Gaya bahasa al-Qur’an dalam menerangkan hukum, dapat berupa perintah (

رملأ

ا

) atau larangan (

يهنل

ا

), atau dapat juga berupa pilihan untuk mengerjakan suatu perbuatan/meninggalkannya (

رييختلا

). 12

17 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemahan, loc.cit,

h. 598

18 As-Syahid Sayid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil Quran, terj. As‟ad Yasin dan Abdul „Aziz Salim Basyarahil, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Jilid 12, h. 305.

19 Kementerian Agama Republik Indonesia Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemahan, loc.cit, h. 402

20 Muhammad Nasib ar-Rifa‟i, Kemudahan dari Allah, h. 45

(25)

Kata

ءرق

إ pada Q.S. Al-‘Alaq ayat 1 dan

لتا

pada Q.S. Al-‘Ankabut ayat 45 merupakan

رم

لأا

yang berarti perintah dari Allah.

رملأا

ialah tuntutan kewajiban mengerjakan daripada tidak mengerjakan. Oleh karena itu, apabila Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk mengerjakan suatu perbuatan artinya menunjukkan kepada kewajiban mematuhi perintah-Nya.22 Jika seseorang sudah mukallaf, lalu perintah Allah dikerjakan, maka ia akan mendapatkan pahala. Namun jika ia tinggalkan, maka ia akan berdosa. Ayat al-Qur’an di atas menjelaskan bahwa hukum membaca al-Qur’an yaitu wajib bagi umat Islam.

Hukum membaca al-Qur’an tidak hanya terdapat dalam al- Qur’an, melainkan juga terdapat pada Hadis. Hadis menjelaskan hukum membaca al-Qur’an sebagai berikut:

هَمَّلَعَو َنآررُقرلا َمَّلَعَ ت رنَم رمُكُريَْخ

“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al-Quran dan

mengamalkanya.” (H.R. Bukhari )23

Hadits di atas merupakan penjelasan kewajiban dari membaca al- Qur’an. Tidak hanya dalam bentuk

رملأ

ا

untuk memerintahkan perbuatan, tetapi Allah memerintahkan sesuatu juga dalam gaya bahasa berupa perbuatan tersebut adalah hal yang baik, atau dihubungkan dengan kebaikan.

Hadits di atas menjelaskan bahwa orang yang belajar al-Qur’an dan mengamalkannya merupakan sebaik-baik manusia. Hal ini memberikan makna bahwa al-Qur’an memiliki hukum wajib.

22

Ibid, h. 303

23

Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Mughirah bin Bard Dzabah al-Bukhari al-Ja‟fiy, Shahih Bukhari, Jus V, (Semarang: al-Maktabah Thoha Putra, t.t), h.108

(26)

ِواَعُم اَنَ ثَّدَح عِفَنَ ُنرب ُعيِبَّرلا َوُهَو َةَبروَ ت وُبَأ اَنَ ثَّدَح ُّ ِنِاَورلُرلْا يِلَع ُنرب ُنَسَرلْا ِنَِثَّدَح

َنربا ِنِرعَ ي ُةَي

َِس ُهَّنَأ دريَز رنَع م َّلََّس

َّلَل ََِّّا َ وُسَر ُ رعَِس َ اَق ُّيِلِهاَبرلا َةَماَمُأ وُبَأ ِنَِثَّدَح ُ وُقَ ي م َّلََّس َا َأ َع

ُهَّنِإَف َنآررُقرلا اوُءَرر قا ُ وُقَ ي َمَّلَسَو ِهريَلَع ََُّّا

...ِهِباَحرلَِلۡ اًعيِفَش ِةَماَيِقرلا َمروَ ي ِتِرَيَ

Telah menceritakan kepadaku Al Hasan bin Ali Al Hulwani telah menceritakan kepada kami Abu Taubah ia adalah Ar Rabi' bin Nafi', telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah yakni Ibnu Sallam, dari Zaid bahwa ia mendengar Abu Sallam berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Umamah Al Bahili ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah al-Qur’an, karena ia akan datang memberi syafa‟at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti (HR. Muslim)24

Hadis ini mengandung perintah dari Rasulullah Saw. untuk membaca al-Qur’an. Perintah tersebut dilihat dari kata

اوُءَرْقا

yang merupakan

رملأا

(perintah).

Berdasarkan teori di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah Swt. menurunkan wahyu berupa al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril di Gua Hira secara berangsur-angsur. Allah Swt. memerintahkan kepada umat muslim agar membaca al-Qur’an. Selain mendapatkan pahala, al-Qur’an juga memiliki pesan berupa pegangan hidup manusia sepanjang zaman.

2. Keutamaan dan Manfaat Membaca Al-Qur’an

Menurut Az Zuhaili dalam Ensiklopedia Akhlak Muslim, bahwasanya al-Qur’an adalah sumber kebaikan dan kebahagiaan. Al-Qur‟an adalah petunjuk mencapai keselamatan dan penyelamatan. Tidak seorang pun dari

24 Kutubut Tis‟ah Shahih Muslim, Shalatnya musafir dan penjelasan tentang qashar, bab: Keutamaan membaca Al-Qur‟an dan surat al Baqarah. (Pustaka Islam, nomor 1337)

(27)

kalangan muslim, pria ataupun wanita yang tidak memerlukan al-Qur’an. Dengan al-Qur’an, seseorang memiliki jawaban atas pertanyaan halal dan haram. Di dalam al-Qur’an dijelaskan masalah peribadatan, muamalat, adab dan akhlak, dorongan meningkatkan amal saleh, peneguhan pilar-pilar iman, peringatan menjauhi dosa maksiat dan kemalasan, berita dari masa depan yang akan dihadapi umat manusia di akhirat.25

Dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya dijelaskan bahwa di dalam al-Qur’an terdapat pembelajaran mengenai ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu tasawuf, dan lain-lain. Al-Qur’an terjamin kesuciannya, hanya malaikat al-Muqarrabiin yang pernah menyentuhnya dari Lauh Mahfuz, yaitu malaikat Jibril.26

Berikut merupakan keutamaan dan manfaat membaca al-Qur’an: a. Sebagai Petunjuk/Pedoman Hidup bagi Manusia

Berdasarkan pernyataan Az Zuhaili di atas, al-Qur’an memiliki keutamaan dan manfaat sebagai petunjuk bagi umat manusia. Dalam menjalani kehidupan, manusia sering dihadapkan pada suatu permasalahan antara yang baik dan yang buruk, halal dan haram, dan permasalahannya pun berbeda-beda, ada permasalahan tentang ibadah, hubungan sosial, adab dan akhlak, amal shaleh, keimanan, dan sebagainya, semua terdapat penjelasannya di dalam al-Qur’an.

Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al-Isra ayat 9-10 sebagai berikut:

ِ ََٰحِلََّٰصلٱ َنوُلَمۡعَ ي َنيِذَّلٱ َينِنِمۡؤُم

ۡلٱ

ُر ِ شَبُ يَو ُمَو

ۡ قَأ

َي

ِه ِتَِّلِل يِد ۡهَ ي َناَءۡرُق

ۡلٱ اَذََٰه َّنِإ

اًرۡجَأ ۡمَُلَ َّنَأ

اًيِْبَك

٩

ۡعَأ ِةَرِخٓ

ۡلۡٱِب َنوُنِمۡؤُ ي َلَ َنيِذَّلٱ َّنَأَو

اًميِلَأ ًا اَذَع ۡمَُلَ َنَ

ۡدَت

٧١

“Sungguh, al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada yang paling lurus, menyampaikan berita gembira untuk orang-orang mukmin yang

25 Wahbah Az Zuhaili, Ensiklopedia Akhlak Muslim. (Jakarta: Mizan Media Utama, cet.1, 2013), h.226

26 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi Yang

(28)

mengerjakan amal shaleh bahwa sungguh (telah disiapkan) untuk mereka pahala yang besar. Dan sungguh orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat telah kami siapkan untuk mereka siksaan yang pedih.” (Q.S. Al-

Isra’ 9-10)

Menurut Yani dalam 160 Materi Dakwah Pilihan bahwasanya al- Qur’an memiliki fungsi sebagai petunjuk. Jika manusia hidup di bawah naungan al-Qur’an, maka ia akan terbimbing dan terhindar dari kesesatan.27 Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 185 sebagai berikut:

ُناَءۡرُق

ۡلٱ ِهيِف َ ِزنُأ ٓيِذَّلٱ َناَضَمَر ُرۡهَش

ََٰنِ يَ بَو ِساَّنلِ ل ىًدُه

ِناَقۡرُف

ۡلٱ

َو َٰىَدُ

ۡلَٱ

َنِ م

...

٧١٥

“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Qur‟an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan- penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang bathil…).28

Al-Qur’an dijadikan sebagai pedoman bagi setiap umat muslim, setiap muslim dianjurkan untuk membacanya serta memahami isi dari kandungan ayat tersebut. Maka dari itu, perlu bagi kita untuk mempelajari al-Qur’an, baik belajar membaca, menulis maupun mempelajari isi dari kandungan al-Quran tersebut.

b. Sebagai Pembawa Kebahagiaan

Dalam Al-Qur‟an dan Tafsirnya, dijelaskan bahwa Allah swt. telah berfirman dalam QS. Al Waqi‟ah ayat 77, bahwa al-Qur’an merupakan wahyu Ilahi yang mengandung faedah dan manfaat yang begitu besar. Al-

Qur’an berisi petunjuk hidup bagi manusia yang membawa kebahagiaan,

27 Ahmad Yani, 160 Materi Dakwah Pilihan, (Jakarta: Al Qalam, 2006, cet.6), h.69 28 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid, (Bandung: PT. Cordoba Internasional Indonesia), cet.1, 2012), h.28

(29)

baik di dunia maupun di akhirat. Setiap manusia yang membaca al-Qur’an akan dinilai pahala oleh Allah Swt.29

ۥُهَّنِإ

ٌيِرَك ٌناَءۡرُقَل

١١

“Sesungguhnya al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia.” (Q.S.

Al-Waqiah: 77) 30

Al-Qur’an mengandung berbagai macam unsur hidayah yang menjamin kebahagiaan manusia baik lahir maupun batin, baik di dunia maupun di akhirat jika manusia mampu mengamalkannya secara ikhlas, konsisten dan menyeluruh (kaffah).31

Al-Qur’an bukan kitab ilmiah, karena ia adalah kitab petunjuk bagi kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun, kandungan al-Qur’an berisi berbagai petunjuk yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan isyarat- isyarat ilmiah yang dikemukakan al-Qur’an secara singkat tetapi sarat makna.32

Kedatangan al-Qur’an membawa kebahagiaan bagi kaum Arab. Sebelum turunnya al-Qur’an, bangsa Arab merupakan bangsa yang jauh dari peradaban. Kehidupannya keras, watak masyarakatnya pun kasar- kasar. Tetapi dengan adanya Rasulullah dan tuntunan al-Qur’an, bangsa Arab menjadi pemimpin berbagai bangsa.

Az Zuhaili menjelaskan dalam Ensiklopedia Akhlak Muslim:

Berakhlak terhadap Sang Pencipta, bahwasanya orang-orang Arab begitu

bangga karena al-Qur’an turun menggunakan bahasa mereka. Sehingga al-Qur’an menjadi faktor kejayaan dan ketinggian mereka. Mereka pernah

29

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang

Disempurnakan), loc.cit, h.654

30

Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemahan, loc.cit, h.538

31 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang

Disempurnakan), loc.cit, h.9

32

(30)

menjadi pemimpin berbagai bangsa dan Allah mengangkat derajat mereka dengan turunnya al-Qur’an.

c. Sebagai Penawar atau Obat

Al-Qur’an memiliki keutamaan sebagai penawar atau obat bagi manusia. Dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya, dijelaskan bahwa Allah Swt. menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai obat dari penyakit hati, yaitu kesyirikan, kekafiran, dan kemunafikan.33

Berkaitan dengan keutamaan al-Qur’an sebagai penawar/obat, terdapat firman Allah Swt. dalam surat Al-Isra’ ayat 82 sebagai berikut:

ِناَءۡرُق

ۡلٱ

َنِم ُ ِ زَ نُ نَو

ٌةَ

ۡحَۡرَو ٌءٓاَفِش َوُه اَم

َينِمِلََّٰظلٱ ُديِزَي َلََو َينِنِمۡؤُم

ۡلِ ل

اًراَسَخ َّلَِإ

١٢

“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S. Al-Isra’ : 82)34

Pada masa kekhalifahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah, umat Islam menjadi pemimpin, penguasa dunia, dan menjadi umat yang disegani. Pada masa tersebut, umat Islam memiliki perhatian besar pada al-Qur’an. Negeri mereka menjadi pusat ilmu pengetahuan, peradaban, dan perdagangan dunia. Umat Islam juga pernah hidup makmur dan bahagia.35

Namun kemudian banyak dari mereka yang mengabaikan al- Qur’an. Ajaran-ajaran al-Qur’an tidak lagi diperhatikan. Sehingga umat Islam menjadi terbelakang hingga sekarang ini. Umat Islam awalnya

33

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang

Disempurnakan), op.cit, h.532

34

Kementerian Agama Republik Indonesia Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemahan, loc.cit, h.291

35

(31)

menaruh perhatian besar pada al-Qur’an sehingga dapat terbebas dari kebodohon.

Hal ini memperingatkan kepada kamu muslimin bahwa jika seseorang berpegang teguh pada ajaran al-Qur’an, maka ia akan terbebas dari berbagai penyakit. Seperti sifat zalim (ingkar, syirik, munafik), cinta dunia, tunduk pada hawa nafsu.

Al-Qur’an menyucikan jiwa seorang muslim dengan akidah tauhid yang menyelamatkan mereka dari perbudakan hawa nafsu dan syahwat, agar mereka menjadi hamba Allah yang ikhlas dan hanya tunduk kepada- Nya.36

d. Sebagai Penambah Pahala

Rasulullah Saw. menyatakan keutamaan dan kelebihan membaca al-Qur’an dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim sebagai berikut:

دريَ بُع ُنربا َ اَق َةَناَوَع ِبَِأ رنَع اًعيَِجَ ُّيَِبَُغرلا دريَ بُع ُنرب ُدَّمَُمَُو ديِعَس ُنرب ُةَبر يَ تُ ق اَنَ ثَّدَح

وُبَأ اَنَ ثَّدَح

َشِه ِنرب ِدرعَس رنَع َفَروَأ ِنرب َةَراَرُز رنَع َةَداَتَ ق رنَع َةَناَوَع

َّلَل ََِّّا ُ وُسَر َ اَق ر َلاَق َةَشِئاَع رنَع ما

َ يَو َنآررُقرلا ُأَررقَ ي يِذَّلاَو ِةَرََبَرلا ِماَرِكرلا ِةَرَفَّسلا َعَم ِنآررُقرلِا ُرِهاَمرلا َمَّلَسَو ِهريَلَع ََُّّا

َوُهَو ِهيِف ُعَترعَ تَ ت

َّمَُمُ اَنَ ثَّدَح و ِناَررجَأ ُهَل ٌّقاَش ِهريَلَع

اَنَ ثَّدَح و ح ديِعَس رنَع يِدَع ِبَِأ ُنربا اَنَ ثَّدَح َّنََّثُمرلا ُنرب ُد

َنرسِرلۡا اَذَِبِ َةَداَتَ ق رنَع اَُهُ َلَِّك ِيِئاَوَ ترسَّدلا ماَشِه رنَع ٌعيِكَو اَنَ ثَّدَح َةَبر يَش ِبَِأ ُنرب ِرركَب وُبَأ

َ اَق و ِدا

ُأَررقَ ي يِذَّلاَو عيِكَو ِثيِدَح ِفِ

ِناَررجَأ ُهَل ِهريَلَع ُّدَترشَي َوُهَو

.

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Muhammad bin Ubaid Al Ghubari semuanya dari Abu 'Awanah – Ibnu

36

Manna Khalil Al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an oleh Mudzakir AS. (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013), h.393.

(32)

Ubaid - berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari Sa'd bin Hisyam dari 'Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang mahir membaca Al-Qur‟an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca al- Qur’an dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala." Dalam jalur lain; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adi dari Sa'id dan diganti dengan jalur periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dari Hisyam Ad Dastawa'i keduanya dari Qatadah dengan isnad ini. Dan ia berkata dalam haditsnya Waki'; "Dan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia kesulitan dalam membacanya, maka baginya dua pahala.” (HR.

Muslim)37

رعَ تَ تَ يَو َنآررُقرلا ُأَررقَ ي يِذَّلاَو ِةَرََبَلا ِماَرِكلا ِةَرَفَّسلا َعَم ِهِب ٌرِهاَم َوُهَو َنآررُقلا ُأَررقَ ي يِذَّلا

ِهريَلَع َوُهَو ِهيِف ُعَت

ِناَررجأ ُهَل ٌّقاَش

“Orang yang membaca al-Qur’an dan ia mahir maka nanti akan bersama-sama dengan para malaikat yang mulia lagi taat. Sedang orang yang membaca al-Qur’an dan ia merasa susah di dalam membacanya

tetapi ia selalu berusaha maka ia mendapat dua pahala”38

37

Kutubut Tis‟ah Shahih Muslim, Shalatnya musafir dan penjelasan tentang qashar, bab

Keutamaan orang yang mahir dalam membaca Al-Qur‟an dan orang yang terbata-bata (Pustaka

Islam, nomor 1329)

38

Muslich Shabir, Terjemah Riyadhus Shalihin II. (Semarang: PT.Karya Toha Putra, 2004), h. 54.

(33)

َُمَُو ديِعَس ُنرب ُةَبر يَ تُ ق اَنَ ثَّدَح

وُبَأ اَنَ ثَّدَح دريَ بُع ُنربا َ اَق َةَناَوَع ِبَِأ رنَع اًعيَِجَ ُّيَِبَُغرلا دريَ بُع ُنرب ُدَّم

َل ََِّّا ُ وُسَر َ اَق ر َلاَق َةَشِئاَع رنَع ماَشِه ِنرب ِدرعَس رنَع َفَروَأ ِنرب َةَراَرُز رنَع َةَداَتَ ق رنَع َةَناَوَع

َّل

َّلَسَو ِهريَلَع ََُّّا

َوُهَو ِهيِف ُعَترعَ تَ تَ يَو َنآررُقرلا ُأَررقَ ي يِذَّلاَو ِةَرََبَرلا ِماَرِكرلا ِةَرَفَّسلا َعَم ِنآررُقرلِا ُرِهاَمرلا َم

َ ثَّدَح و ح ديِعَس رنَع يِدَع ِبَِأ ُنربا اَنَ ثَّدَح َّنََّثُمرلا ُنرب ُدَّمَُمُ اَنَ ثَّدَح و ِناَررجَأ ُهَل ٌّقاَش ِهريَلَع

اَن

َنرسِرلۡا اَذَِبِ َةَداَتَ ق رنَع اَُهُ َلَِّك ِيِئاَوَ ترسَّدلا ماَشِه رنَع ٌعيِكَو اَنَ ثَّدَح َةَبر يَش ِبَِأ ُنرب ِرركَب وُبَأ

َ اَق و ِدا

ناَررجَأ ُهَل ِهريَلَع ُّدَترشَي َوُهَو ُأَررقَ ي يِذَّلاَو عيِكَو ِثيِدَح ِفِ

) .

هاور

راخبلا

ي

(

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Muhammad bin Ubaid Al Ghubari semuanya dari Abu 'Awanah - Ibnu Ubaid - berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari Sa'd bin Hisyam dari 'Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang mahir membaca al-Qur’an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca al-Qur’an dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala." Dalam jalur lain; telah

menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah

menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adi dari Sa'id dan diganti dengan jalur periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dari Hisyam Ad Dastawa'i keduanya dari Qatadah dengan isnad ini. Dan ia berkata dalam haditsnya Waki'; "Dan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia kesulitan dalam

membacanya, maka baginya dua pahala.” (HR. Bukhari)39

Hadits pertama menjelaskan bahwa orang membaca al-Qur’an dengan pandai, maka akan bersama-sama dengan malaikat yang mulia dan taat. Sedangkan orang yang membaca al-Qur’an namun kurang pandai, maka akan tetap mendapatkan dua pahala. Dijelaskan dalam Tanbihul

Ghafilin: Nasehat Bagi yang Lalai, bahwa setiap huruf bacaan al-Qur’an

39

Kutubut Tis‟ah Shahih Bukhari, Keutamaan Al-Qur‟an, bab: Iri dengan Ahli Al-Qur‟an. (Pustaka Islam, nomor 4637)

(34)

bernilai sepuluh kebaikan. Contohnya huruf alif bernilai sepuluh, lam bernilai sepuluh dan mim bernilai sepuluh.40

Dari hadits di atas, seseorang diperbolehkan merasa iri di hatinya kepada dua hal, yaitu kepada orang yang mampu membaca dan memahami al-Qur’an, dan orang yang membaca serta mengamalkannya di setiap waktu.

Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an merupakan sumber pokok ajaran Islam yang menjadi kebutuhan bagi setiap umat muslim. Banyak ilmu dan pelajaran penting yang dapat diambil dari al- Qur’an. Sehingga seluruh umat muslim yang ada di muka bumi dianjurkan untuk membaca, mempelajari, dan mengamalkannya.

3. Adab Membaca Al-Qur’an

Di dalam membaca al-Qur’an terdapat adab-adab yang harus

diperhatikan agar bacaannya diterima dan mendapatkan pahala, diantaranya:41 a. Ikhlas kepada Allah dalam membacanya, dengan meniatkan untuk

mendapatkan ridha Allah dan pahala dari-Nya. b. Suci dari hadats, baik besar maupun kecil.

c. Ketika membaca al-Qur’an, tangannya dijaga dari hal yang sia-sia dan matanya dijaga dari memalingkannya tanpa ada kebutuhan.

d. Bersiwak (gosok gigi) dan membersihkan mulutnya, karena hal itu merupakan jalan dalam membaca al-Qur’an.

e. Ketika membaca al-Qur’an, hal yang utama adalah menghadap kiblat, karena itu adalah arah yang paling mulia.42 Hal ini dijelaskan dalam buku Hikmatut

Tasyri‟; Menyingkap Hikmah di Balik Perintah Ibadah, dijelaskan bahwa

sesungguhnya menghadap kiblat itu mengingatkan umat Islam tentang cinta Allah Swt. kepada Rasulullah Saw. karna ketika Rasulullah Saw. melihat bahwa menghadap kiblat dan menghadap ke ka’bah lebih baik dari pada

40

Al Faqih Az Zahid Abul Laits Nashr bin Ibrahim As Samarqandi, Nasehat bagi yang

Lalai, terj.dari Tanbihul Ghafilin oleh Abu Juhaidah. (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), h.170

41

Abdud Daim Al-Kahil, Easy Metode Mudah Menghafal Al-Quran, (Etoz Publishing, 2010) h. 122-126.

42

(35)

menghadap ke baitul maqdis. Beliau menghadapkan wajahnya ke langit sembari menunggu izin dari Allah Swt. kemudian Allah mengabulkan harapannya sebagai bentuk kecintaan Allah kepada Rasulullah Saw. 43

f. Berlindung diri kepada Allah dari setan terkutuk (membaca ta’awwudz). g. Membaca “bismillahirrahmanirrahim” jika memulai dari awal surat.

h. Membaca dengan tartil, membacanya dengan biasa dan pelan, karena maksud dalam membaca adalah tadabbur (memahami) dan tadabbur tidak akan tercapai jika dengan tergesa-gesa.

Allah berfirman dalam QS. Al-Muzammil ayat 4 sebagai berikut:

ًلَّيِتۡرَ ت َناَءۡرُق

ۡلٱ ِلِ تَرَو ِهۡيَلَع ۡدِز ۡوَأ

٤

“Atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah al-Qur’an itu dengan

perlahan-lahan.” (Al-Muzammil ayat 4)44

Membaca al-Qur’an dengan tartil artinya dengan perlahan-lahan, tidak terburu-buru. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al Isra’ ayat 106,

ًنَاَءۡرُ قَو

َ تِل ُهََٰن

ۡ قَرَ ف

ِساَّنلٱ َلَع ۥُهَأَر

ۡق

ًلَّيِزنَت ُهََٰن

ۡلَّزَ نَو ثۡكُم َٰ َلَع

٧١١

“Dan Al-Qur‟an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur, agar kamu membacanya perlahan-lahan kepada manusia.”

Abdullah bin Shalih menceritakan kepada kami, dari Musa bin Ali, dari ayahnya, dari Uqbah, dari Rasulullah Saw. seperti redaksi hadits di atas, namun dia berkata,

ِهِب ارونَغَ تَو ُهروُ نِترقاَو

“Banyaklah bicara dengannya, dan lantunkanlah al-Qur’an dengan suara yang baik.” (HR. An-Nasa’i) 45

43

Arifin Toyib, Hikmatut Tasyri‟; Menyingkap Hikmah di Balik Perintah Ibadah (Yogyakarta: Qudsi Media, 2015), h.12

44

(36)

i. Menggunakan pikiran dan pemahamannya hingga mengetahui maksud dari bacaan al-Qur’an yang sedang dibacanya.

j. Memohon kepada Allah ketika membaca ayat-ayat rahmah (kasih sayang), berlindung kepada Allah ketika membaca ayat-ayat adzab, bertasbih ketika membaca ayat-ayat pujian dan bersujud ketika diperintahkan untuk sujud. k. Melaksanakan hak setiap hurufnya hingga ucapannya menjadi jelas

dengan lafal yang sempurna, karena setiap hurufnya mengandung sebanyak sepuluh kebaikan.

l. Tetap kontinyu dalam kekhusyukan dan sakinah serta tentram ketika tilawah.

m. Membaca sesuai kaidah tajwid. Salah seorang penyair berkata dengan syairnya: Menggunakan tajwid adalah kewajiban yang lazim, Barangsiapa yang tidak menggunakan tajwid dalam membaca al-Qur’an, maka dia berdosa.

n. Tidak mengomentari bacaan al-Qur’an dengan perkataan sendiri, seperti ucapan sebagian mereka yang mengatakan, “Allah, Allah atau ulangi- ulangi atau yang semisal dengan itu”. Kemudian yang dituntut dari pendengar al-Qur’an adalah mentadabburinya, diam (tenang), dan khusyuk dalam menyimak.

o. Mendengar dan diam ketika ada yang membaca al-Qur’an serta tidak memutuskan bacaan dengan perkataan yang tidak ada faedahnya.

p. Menjaga al-Qur’an dengan selalu membacanya dan berusaha agar jangan sampai melupakannya. Maka, hendaknya tidak melewatkan seharipun tanpa membaca sebagian al-Qur’an hingga tidak melupakannya dan jangan sampai menjauhkan diri dari mushaf. Kemudian lebih bagus lagi jika setiap hari membaca tidak kurang dari satu juz al-Qur'an dan mengkhatamkannya dalam sebulan minimal sekali khataman.

45

Ibnu Katsir, Fadhail Al-Qur‟an; Keajaiban dan Keistimewaan Al-Qur‟an, Jakarta: Pustaka Azzam, 2012), h.287.

(37)

q. Menghormati mushaf, sehingga jangan diletakkan di atas tanah atau jangan meletakkan sesuatu di atasnya dan jangan melemparkannya kepada teman yang ingin mengambilnya (meminjam).

r. Hendaknya berkumpul dan berdo’a ketika telah khatam al-Qur’an, karena hal itu disunnahkan.

4. Kebiasaan Membaca Al-Qur’an

Bagi orang yang beriman, kecintaan kepada al-Qur’an akan bertambah. Sebagai bukti cintanya, ia akan semakin bersemangat membaca al-Qur’an setiap waktu, mempelajari isi kandungan dan memahaminya. Selanjutnya, akan mengamalkan al-Qur'an dalam kehidupannya sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan Allah Swt. maupun dengan lingkungan sekitarnya.46

Kebiasaan membaca al-Qur’an wajib ditumbuhkembangkan sejak dini. Menurut Az Zuhaili dalam Ensiklopedia Akhlak Muslim: Berakhlak terhadap

Sang Pencipta, bahwa belajar dan mengajarkan al-Qur’an merupakan cara

pembacaan yang tepat. Terdapat banyak hadits yang mendorong untuk terus membaca al-Qur’an, demi kebaikan manusia di dunia dan di akhirat.47 Rasulullah Saw. bersabda:

ِواَعُم اَنَ ثَّدَح عِفَنَ ُنرب ُعيِبَّرلا َوُهَو َةَبروَ ت وُبَأ اَنَ ثَّدَح ُّ ِنِاَورلُرلْا يِلَع ُنرب ُنَسَرلْا ِنَِثَّدَح

م َّلََّس َنربا ِنِرعَ ي ُةَي

رعَِس َ اَق ُّيِلِهاَبرلا َةَماَمُأ وُبَأ ِنَِثَّدَح ُ وُقَ ي م َّلََّس َا َأ َعَِس ُهَّنَأ دريَز رنَع

ِهريَلَع ََُّّا َّلَل ََِّّا َ وُسَر ُ

...ِهِباَحرلَِلۡ اًعيِفَش ِةَماَيِقرلا َمروَ ي ِتِرَيَ ُهَّنِإَف َنآررُقرلا اوُءَرر قا ُ وُقَ ي َمَّلَسَو

“Telah menceritakan kepadaku Al Hasan bin Ali Al Hulwani telah menceritakan kepada kami Abu Taubah ia adalah Ar Rabi' bin Nafi', telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah yakni Ibnu Sallam, dari Zaid bahwa ia mendengar Abu Sallam berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Umamah Al Bahili ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi

46

Fahmi Amrullah, Ilmu Al-Quran untuk Pemula, (Jakarta: CV Artha Rivera, 2008), h. 66

47

(38)

wasallam bersabda: "Bacalah al-Qur’an, karena ia akan datang memberi

syafa’at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti..”48

Al-Qur’an akan menjadi syafa’at bagi para pembacanya di hari kiamat. Syafa’at tersebut akan datang kepada pembaca yang memahami adab membaca, bagaimana mengamalkan isi kandungannya, dan pandai mengamalkan adab-adabnya. Pengamalan dan faedah dari al-Qur’an akan diperhitungkan.

Orang yang membaca al-Qur’an akan mendapatkan ridha, rahmat dan anegerah terbaik dari Allah Swt. Rahmat itu akan semakin bertambah seiring bacaan yang ia baca dan pengamalannya. Orang yang memiliki perhatian besar terhadap al-Qur’an akan menjadi orang-orang terbaik di sisi Allah Swt. dan mendapatkan tempat terhormat di sisi-Nya. Perhatian tersebut dapat melalui kegiatan belajar al-Qur’an, penelitian, dan pengamalan kandungannya.

Orang yang meninggalkan kebiasaan membaca al-Qur’an akan berada dalam kegelapan, kesesatan dan kebodohan. Allah Swt. berfirman mengenai perbuatan orang yang meninggalkan al-Qur’an dalam QS. Al-Furqan ayat 30.

َناَءۡرُق

ۡلٱ اَذََٰه راوُذََّتَّٱ يِمۡوَ ق َّنِإ ِ بَرََٰي ُ وُسَّرلٱ َ اَقَو

اًروُجۡهَم

٣١

“Dan Rasul berkata, „Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur’an ini diabaikan.” (Q.S. Al Furqan ayat 30)49

Selain firman Allah Swt. Rasulullah Saw. juga menjelaskan mengenai perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an dengan yang tidak membaca al-Qur’an sebagai berikut:

“Sungguh, orang yang hatinya tidak sedikit pun berisi al-Qur’an, tidak hafal ayat-ayat al-Qur’an walau sedikit, maka ia seperti rumah ambruk.”

Orang yang tidak membaca al-Qur’an sedikit pun, dan tidak memiliki hafalan al-Qur’an sedikit pun, maka keadaan pribadinya menjadi kosong dari tuntunan al-Qur’an dan diibaratkan seperti rumah yang ambruk.

48

Kutubut Tis‟ah Shahih Muslim, Shalatnya musafir dan penjelasan tentang qashar, bab: Keutamaan membaca Al-Qur‟an dan surat al Baqarah. (Pustaka Islam, nomor 1337)

(39)

Sedangkan orang yang membaca al-Qur’an, maka akan terus menapaki jalan meningkat, ia akan terus mendapat kenaikan derajat di sisi Allah sebagai penghargaan.50

Rasulullah Saw. bersabda,

َّدَح َ اَق عريَرُز ُنرب ُديِزَي اَنَ ثَّدَح َ اَق يِلَع ُنرب وُررمَع َنَََبَرخَأ

َّنَأ كِلاَم ِنرب ِسَنَأ رنَع َةَداَتَ ق رنَع ٌديِعَس اَنَ ث

ُأَررقَ ي يِذَّلا ِنِمرؤُمرلا ُلَثَم َمَّلَسَو ِهريَلَع ََُّّا َّلَل ََِّّا ُ وُسَر َ اَق َ اَق َّيِرَعرشَرلۡا َسوُم َا َأ

ُلَثَم َنآررُقرلا

ٌب ِيَط اَهُيحِرَو ٌب ِيَط اَهُمرعَط ِةَّجُرر تُرلۡا

ٌب ِيَط اَهُمرعَط ِةَررمَّتلا ِلَثَمَك َنآررُقرلا ُأَررقَ ي َلَ يِذَّلا ِنِمرؤُمرلا ُلَثَمَو

ٌّرُم اَهُمرعَطَو ٌب ِيَط اَهُيحِر ِةَناَريحَّرلا ِلَثَمَك َنآررُقرلا ُأَررقَ ي يِذَّلا ِقِفاَنُمرلا ُلَثَمَو اََلَ َحيِر َلََو

ِقِفاَنُمرلا ُلَثَمَو

رقَ ي َلَ يِذَّلا

اََلَ َحيِر َلََو ٌّرُم اَهُمرعَط ِةَلَظرنَرلْا ِلَثَمَك َنآررُقرلا ُأَر

“Telah mengkabarkan kepada kami 'Amr bin Ali, dia berkata; telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai', dia berkata; telah menceritakan kepada kami Sa'id dari Qatadah dari Anas bin Malik bahwa Abu Musa Al Asy'ari berkata; "Rasulullah saw. bersabda: "Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur‟an adalah seperti buah Utrujah, rasanya enak dan baunya wangi. Sedang permisalan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur‟an adalah seperti buah kurma, rasanya enak dan tidak berbau. Permisalan orang munafik yang membaca Al-Qur‟an adalah seperti tumbuhan Raihanah, baunya harum dan rasanya pahit. Dan permisalan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur‟an adalah seperti Hanzhalah (sejenis labu), rasanya pahit dan tidak berbau.” (HR. An Nasa‟i)51

50

Wahbah Az Zuhaili, Ensiklopedia Akhlak Muslim. loc.cit, h.230

51

Kutubut Tis‟ah An Nasa‟I, Iman dan syareatnya, bab: Perumpamaan pembaca alquran,

(40)

B. Ketenangan Jiwa

1. Pengertian ketenangan jiwa

Kata jiwa terdiri dari kata "ketenangan" dan "jiwa". Ketenangan berasal dari kata "tenang" yang mendapat awalan "ke" dan akhiran "an" tenang berarti diam tidak berubah-ubah (diam tidak bergerak-gerak), tidak gelisah, tidak rusuh, tidak kacau, tidak ribut, aman dan tentram (tentang perasaan hati, keadaan dan sebagainya). Tenang, ketentraman hati, batin, pikiran.52 Sedangkan kata jiwa secara bahasa berasal dari kata "psyche" yang berarti jiwa/nyawa atau alat untuk berfikir.53 Dalam bahasa Arab sering disebut dengan "an-nafs".54 Jiwa adalah seluruh kehidupan batin manusia yang menjadi unsur kehidupan, daya rohaniah yang abstrak yang berfungsi sebagai penggerak manusia dan menjadi simbol kesempurnaan manusia (yang terjadi dari hati, perasaan, pikiran dan angan-angan). Kata jiwa juga dapat diartikan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan sendiri, dengan orang lain dan masyarakat, serta lingkungan dimana ia hidup. Sehingga, orang dapat menguasai segala faktor dalam kehidupannya dan menghindarkan tekanan-tekanan perasaan yang membawa kepada frustasi.55

Pada umumnya, orang yang sedang menderita sakit diliputi oleh rasa cemas dan jiwa yang tidak tenang. Selain berobat pada ahlinya, maka membaca al-Qur’an merupakan langkah yang dapat menenangkan jiwa yang bersangkutan.

ُبوُلُق

ۡلٱ ُّنِئَمۡطَت ََِّّٱ ِرۡكِذِب َلََأ ََِِّّۗٱ ِرۡكِذِب مُُبِوُلُ ق ُّنِئَمۡطَتَو راوُنَماَء َنيِذَّلٱ

٢١

52

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Cet. Iv, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 927.

53

Irwanto,Dkk,Psikologi Umum,(Jakarta:Gramedia,1989), h. 3

54

Mahmud Yunus, Kamus Arab–Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah/Penafsiran Al-Quran, T.Th), h. 426

55

Gambar

Gambar  2.1  :  ( J.B.  Suharjo  dan  B.Cahyono  2011;  Ayu  Efita  Sari  2015;
Tabel 3.3  Interpretasi Data  Besarnya  “r” Product  Moment (r xy )  Interpretasi

Referensi

Dokumen terkait

Penggolongan tipe aliran yang terjadi dalam saluran terbuka dapat didasarkan pada bermacam – macam kriteria, dimana salah satu dari kriteria yang utama adalah perubahan

Berdasar klasifikasi m-Learning [Georgiev dkk, 2005], aplikasi ini dibatasi pada penggunaan perangkat berupa telepon genggam yang telah mendukung aplikasi Java

CI adalah sebuah php framework yang berupa kumpulan folder dan file php, java script,css,txt dan file berbasis web lainnya dengan setting tertentu untuk menggunakannya dan menyediakan

Adapun unsur-unsur yang melekat dalam konsep kondominium hotel adalah sama dengan konsep rumah susun menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun,

KTD nilai batas adalah nilai batas yang di atasnya paparan hendaknya tidak terjadi mist sebagai kabut.. PSD rata-rata ditimbang waktu (batas paparan jangka panjang): diukur

Dalam Pelaksanaan Taḥfīẓ Al-Qur’ān di Pondok Pesantren Nur Huda Senting, metode yang dipakai adalah metode tilawah/ talaqqi, yaitu menyimakkan hafalan santri

(b) Pengaruh parameter peregangan terhadap profil kecepatan dibagi dua yaitu ketika kecepatan pada permukaan plat lebih besar daripada keceptan dari luar maka

Biasanya dibandingkan dengan perangkat lunak sistem yang mengintegrasikan berbagai kemampuankomputer, tapi tidak secara langsung menerapkan kemampuan tersebut untuk