HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN
PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DI AKBID SEHAT MEDAN
TAHUN 2014
SUCI ANJELITA
135102145
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN KEDERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DI AKBID SEHAT MEDAN
TAHUN 2014
ABSTRAK
Suci Anjelita
Latar belakang : Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan terhadap frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban tekanan tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa. Dalam proses belajar, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi saling melengkapi satu sama lain. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan dapat menggunakan kemampuan kognitif secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan Sehat Medan.
Metodologi : Peneilitian ini bersifat korelasional dengan pendekatan cross secsional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 56 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan acidental sampling. Penelitian ini dilakukan di Akademi Kebidanan Sehat Medan. Analisis data ini menggunakan chi square.
Hasil penelitian : Berdasarkan tingkat kecerdasan emosional mahasiswa di AKBID Sehat bahwa dari 56 responden yang telah diteliti, mayoritas intrapersonal yang baik yaitu sebanyak 35 responden (62,5%). Dan berdasarkan interpersonal yang baik yaitu sebanyak 34 responden (60,7%). Dan penyesuaian diri yang baik yaitu sebanyak 29 responden (51,8%).
Kesimpulan : Penelitian ini membuktikan adanya hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Dengan demikan diharapkan kepada pendidikan untuk meningkatkan proses mengajar dan belajar mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat mempertahankan dan lebih meningkatkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosionalnya agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa AKBID
Sehat Medan Tahun 2014.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan
moril maupun materil dari berbagai pihak untuk itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang , S.Kep, Ns, MKep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta nasihat selama menjalani penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum begitu sempurna
masih membutuhkan masukan dan saran. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik, saran, dan tanggapan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini, sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat diterima dan dilanjutkan serta memberi manfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan semua pihak yang membaca.
Medan, Juli 2014
DAFTAR ISI
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ... 6
3. Aspek Kecerdasan Emosional ... 7
4. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Prestasi Belajar……….. ... 10
5. Manfaat Memiliki Kecerdasan Emosi………... 12
6. Mengukur Kecerdasan Emosional Seseorang………... 13
B. Prestasi Belajar ……... 14
1. Definisi... ... 14
2. Faktor Yang Mempengaruhi Presatasi Belajar... 14
3. Cara Mengukur Prestasi Belajar ... 15
BAB III KERANGKA KONSEP………... 18
A. Kerangka Konsep………... 18
B. Hipotesis ... 18
C. Defenisi Operasional………. ... 19
BAB IV METODE PENELITIAN ... 21
C. Keterbatasan dan implikasi penelitian……….. ... 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………. 45
A. Kesimpulan ………... 45
B. Saran ………... 46
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1.1 Distribusi fekuensi dan persentase karakteristik Responden ... 28
Tabel 5.1.2 Distribusi jawaban responden kecerdasan emosional
berdasarkan intrapersonal ... 28
Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi dan persentase kecerdasan emosional
berdasarkan intrapersonal ... 28
Tabel 5.1.3 Distribusi jawaban responden kecerdasan emosional
berdasarkan interpersonal ... 30
Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase kecerdasan emosional
berdasarkan interpersonal ... 31 Tabel 5.1.4 Distribusi jawaban responden kecerdasan emosional
berdasarkan penyesuaian diri ... 31
Tabel 5.1.4 Distribusi frekuensi dan persentase kecerdasan emosional
berdasarkan penyesuaian diri ... 32 Tabel 5.1.5 Distribusi indeks prestasi mahasiswa di akademi kebidanan
Sehat Medan ... 33
Tabel 5.1.5 Distribusi frekuensi dan persentase prestasi belajar mahasiswa
di kebidanan Sehat Medan ... 34 Tabel 5.2.6 Tabulasi silang hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi
belajar berdasarkan intrapersonal ... 35
Tabel 5.2.6 uji chi square intrapersonal ... 36
Tabel 5.2.7 Tabulasi silang hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar berdasarkan interpersonal ……… 37
Tabel 5.2.7 uji chi square interpersonal ………. 37
Tabel 5.2.8 Tabulasi silang hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar berdasarkan penyesuaian diri ……… 38
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua/Wali Calon Responden
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Psp) (Informed Concent)
Lampiran 4 : Lembar Kuesioner
Lampiran 5 : Surat izin penelitian
HUBUNGAN KEDERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DI AKBID SEHAT MEDAN
TAHUN 2014
ABSTRAK
Suci Anjelita
Latar belakang : Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan terhadap frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban tekanan tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa. Dalam proses belajar, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi saling melengkapi satu sama lain. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan dapat menggunakan kemampuan kognitif secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan Sehat Medan.
Metodologi : Peneilitian ini bersifat korelasional dengan pendekatan cross secsional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 56 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan acidental sampling. Penelitian ini dilakukan di Akademi Kebidanan Sehat Medan. Analisis data ini menggunakan chi square.
Hasil penelitian : Berdasarkan tingkat kecerdasan emosional mahasiswa di AKBID Sehat bahwa dari 56 responden yang telah diteliti, mayoritas intrapersonal yang baik yaitu sebanyak 35 responden (62,5%). Dan berdasarkan interpersonal yang baik yaitu sebanyak 34 responden (60,7%). Dan penyesuaian diri yang baik yaitu sebanyak 29 responden (51,8%).
Kesimpulan : Penelitian ini membuktikan adanya hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Dengan demikan diharapkan kepada pendidikan untuk meningkatkan proses mengajar dan belajar mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat mempertahankan dan lebih meningkatkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosionalnya agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia saat ini berada dalam pengaruh era globalisasi yang dituntut
untuk bersaing ketat disemua segi kehidupan. Untuk mengatasi persaingan tersebut
maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia berkualitas, pendidikan merupakan sektor yang
sangat penting.
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Hasil belajar mahasiswa setelah mengikuti proses pembelajaran disebut dengan
prestasi belajar. Prestasi belajar digunakan sebagai indikator penguasaan kompetensi
mahasiswa terhadap bahan ajar. Prestasi tinggi dapat dicapai dengan ketekunan
belajar yang terbentuk dari adanya motivasi belajar yang akan mengarahkan perilaku
mahasiswa pada pencapaian prestasi belajar yang maksimal.
Berdasarkan dari data mahasiswa D-IV pendidik di USU IPK rata-rata dari
seluruh mahasiswa tahun 2010 IPK rata-rata adalah 3,09 dari 93 mahasiswa, tahun
2011 IPK rata-rata adalah 2,97 dari 138 siswa, dan tahun 2012 IPK rata-rata adalah
Persoalan pendidikan diatas perlu dibenahi dan diatasi karena hal itu tidak
hanya merupakan masalah pendidikan pada jenjang menengah saja tetapi juga
jenjang perguruan tinggi. Kewajiban pendidikan adalah mempersiapkan individu
melanjutkan kejenjang pendidikan sampai akhirnya ke perguruan tinggi hingga
menjadi sarjana yang siap berkompetensi dibidangnya masing-masing (Hadi, 2003).
Dalam peningkatan pendidikan dibidang kesehatan misalnya, salah satunya
dapat melalui peningkatan kualitas mahasiswa yang sedang disiapkan dibidang
kesehatan tersebut. Bidan sebagai tenaga dibidang kesehatan memiliki suatu
kualifikasi pendidikan program D III akademi kebidanan Sehat Medan adalah salah
satu program studi yang disiapkan untuk menghasilkan mahasiswa sebagai bidan
pelaksana, dan pengelola.
Keberhasilan pendidikan dapat dievaluasi dan dilihat dari prestasi belajar yang
telah dicapai. Peserta didik yang memiliki prestasi belajar yang tinggi akan dapat
menyelesaikan pendidikan secara tepat waktu dan dengan hasil yang memuaskan.
Sebaliknya, prestasi belajar yang rendah dapat mengakibatkan peserta didik tidak
lulus sehingga waktu untuk menyelesaikan pendidikan semakin bertambah lama.
Dengan demikian prestasi belajar menjadi hal penting yang memerlukan perhatian
lebih (Widyaningrum & Rahmawati, 2007).
Prestasi belajar merupakan salah satu indikator untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar. Prestasi belajar
yang dimiliki peserta didik dapat diperoleh melalui proses belajar yang mencakup
bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Karakteristik masing masing individu
juga berhubungan dengan cara dan hasil belajar individu tersebut. Tiap peserta didik
Untuk itu prestasi belajar peserta didik yang satu dengan yang lain tentu
berbeda. Perbedaan prestasi belajar tersebut disebabkan karena banyak faktor, salah
satunya adalah kecerdasan emosi (Mulyati, 2004).
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan
bertahan terhadap frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban tekanan tidak
melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa (Goleman, 2009).
Dalam proses belajar, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi saling
melengkapi satu sama lain. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan dapat
menggunakan kemampuan kognitif secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Dalam proses belajar, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi
saling melengkapi satu sama lain. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan dapat
menggunakan kemampuan kognitif secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimilikinya (Goleman, 2009).
Mahasiswa D III kebidanan Sehat Medan tidak terlepas dari masalah ataupun
persoalan yang mengganggu dalam mencapai prestasi belajar yang baik, salah satu
hambatan dapat bersumber dalam dirinya sendiri.
Penelitian sebelumnya oleh Frenty (2010) membuktikan adanya hubungan
antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada mahasiswa D-IV
Kebidanan FK UNS jalur reguler. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa D IV Kebidanan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kecerdasan emosi dengan prestasi belajar.
Beberapa uraian diatas sangat menarik perhatian, sehingga penulis ingin meneliti
hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa D-III
Kebidanan Sehat Medan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah ini adalah apakah
terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa
D III Kebidanan Sehat Medan tahun 2014.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar
mahasiswa D III Kebidanan Sehat Medan.
2. Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik responden.
2. Untuk mengetahui kecerdasan emosional mahasiswa.
3. Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa.
4. Untuk menguji hubungan kecerdasan emosioanl dan prestasi belajar
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Memberi tambahan informasi kepada mahasiswa AKBID Sehat agar dapat
meningkatkan potensi dan kecerdasan emosi yang ada pada dirinya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Bagi Peneliti
Sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh oleh peneliti selama
perkuliahan dan menambah wawasan peneliti pada pembelajaran metode penelitian
tentang hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai data dan informasi untuk pelaksanaan penelitian yang lebih lanjut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecerdasan Emosional
1. Definisi kecerdasan emosional
Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan
bertahan terhadap frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak
melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa (Goleman, 2009).
2. Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi
Menurut Goleman (2009) faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi adalah :
Lingkungan keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dalam mempelajari
emosi dan orang tualah yang sangat berperan. Anak akan mengidentifikasi perilaku
dari orang tua kemudian diterapkan dan akhirnya menjadi bagian dalam kepribadian
anak. Kehidupan emosi yang dibangun dalam keluarga sangat berguna bagi anak
kelak bagaimana nantinya anak dapat cerdas secara emosi. Lingkungan non keluarga
adalah lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan yang dianggap
bertanggung jawab terhadap perkembangan emosi. Pergaulan dengan teman sebaya,
pendidik dan masyarakat luas juga memberi pengaruh besar dalam kecerdasan emosi
seseorang.
Penelitian LeDoux dalam Goleman (2009) dijelaskan secara rinci jalannya otak
emosi. Pertama sinyal visual dikirim dari retina ke thalamus yang bertugas
menerjemahkan sinyal itu kedalam bahasa otak. Sebagian besar pesan itu kemudian
dikirim ke korteks visual yang menganalisis dan menentukan makna dan respon
mengaktifkan pusat emosi. Tetapi, sebagian kecil sinyal asli langsung menuju
amigdala dari thalamus dengan transmisi yang lebih cepat sehingga memungkinkan
adanya respon yang lebih cepat (meski kurang akurat). Jadi amigdala dapat memicu
suatu respon emosi sebelum pusat-pusat korteks memahami betul apa yang terjadi.
Tingkat kecerdasan emosi cenderung meningkat seiring usia. Sebagian besar
orang mengalami peningkatan dalam keterampilan kesadaran diri di sepanjang hidup
meraka dan memiliki kemudahan tersendiri dalam mengelola emosi dan perilaku di
saat mereka beranjak tua. Orang pada usia lima puluhan, secara rata-rata memiliki
nilai tes yang lebih tinggi 25 persen dibandingkan mereka yang masih berada pada
usia dua puluhan (Bradbarry & Greaves, 2007).
Jenis kelamin juga mempengaruhi kecerdasan emosi. Dijelaskan bahwa
meskipun kaum pria dan kaum wanita itu mempunyai pengalaman emosi batiniah
yang serupa, kaum pria cenderung menyembunyikan emosi mereka dari dunia luar.
Wanita lebih leluasa dalam mengungkapkan perasaan mereka dalam kata-kata,
ungkapan wajah dan bahasa tubuh, sedangkan pria lebih cenderung menahan diri,
menutup-nutupi dan meremehkan perasaan mereka (Gottman & De Claire, 2003).
Berdasarkan uraian di atas faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi
sesorang adalah lingkungan keluarga, non-keluarga, strukur otak, usia dan jenis
kelamin.
3. Aspek Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman (2009), aspek kecerdasan emosi dibagi menjadi lima, yaitu:
Mengenali emosi diri, mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan itu terjadi
dan merupakan dasar dari kecerdasan emosi.Kemampuan untuk memantau perasaan
pemahaman diri. Mengelola emosi, menangani perasaan agar perasaan dapat
terungkap dengan tepat atau sesuai dan merupakan bentuk kecakapan yang
bergantung pada kesadaran diri. Kemampuan untuk menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan sebagai akibat yang
ditimbulkan karena gagalnya keterampilan emosi dasar. Memotivasi diri
sendiri,menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat
penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan
menguasai diri sendiri.
Kendali diri emosi dalam menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan
dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam kemampuan ini. Mengenali emosi
orang lain, empati merupakan kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri
emosi. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang
tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
Membina hubungan sebagian besar seni membina hubungan merupakan
keterampilan mengelola emosi orang lain. Membina hubungan dengan orang lain
berarti meninjau keterampilan dan ketidak terampilan sosial dari seseorang. Hal ini
merupakan keterampilan yang menunjang kerjasama, komunikasi, kepemimpinan
dan keberhasilan antar pribadi.
Menurut Iskandar (2009) lima dimensi kecerdasan emosi adalah sebagai berikut:
Intrapersonal merupakan harga diri, yaitu: merupakan kemampuan untuk dapat
menghargai dan menerima sifat dasar pribadi yang pada dasarnya baik. Dan
kesadaran diri, merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri.
Ketegasan , merupakan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, keyakinan
dan pemikiran serta mempertahankan hak pribadi secara konstruktif. Kebebasan,
berfikir dan bertindak serta menjadi lebih bebas secara emosi. Aktualisasi diri,
merupakan kemampuan menyadari kapasitas diri.
Interpersonal mencakup empati, yaitu: merupakan kemampuan memahami,
mengerti, serta menghargai perasaan orang lain. Tanggung jawab sosial, merupakan
kemampuan untuk menampilkan diri secara kooperatif, kontributif dan konstruktif
sebagai anggota kelompok masyarakat. Hubungan antarpribadi merupakan
kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang saling
menguntungkan yang tercermin dari kedekatan afektif serta keinginan untuk saling
memberi dan menerima.
Penyesuaian mencakup pengujian realitas, yaitu: merupakan kemampuan untuk
menghubungkan antara pengalaman dan kondisi secara objektif. Keluwesan,
merupakan kemampuan untuk menyesuaikan emosi, pemikiran dan sikap terhadap
perubahan suatu situasi dan kondisi. Pemecahan masalah, merupakan kemampuan
untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah sehingga mendapatkan dan
menerapkan solusi secara efektif.
Pengelolaan stres, toleransi stres, merupakan kemampuan untuk menghadapi
kejadian dan situasi yang penuh tekanan dan menanganinya secara aktif dan positif
tanpa harus terjatuh. Kata hati, merupakan kemampuan menunda keinginan, dan
dorongan untuk bertindak. Suasana umum optimis, yaitu merupakan kemampuan
untuk melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif, meski disaat yang
tidak menyenangkan. Kebahagiaan, merupakan kemampuan untuk merasa puas akan
kehidupan, menikmati kehidupan pribadi dan orang lain, bersenang-senang dan
Berdasarkan uraian diatas aspek-aspek kecerdasan emosi adalah kemampuan
intrapersonal (mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi dan memotivasi diri
sendiri), kemampuan interpersonal (mengenali emosi orang lain dan membina
hubungan), penyesuaian diri (realistis, fleksibel, pengendalian diri dan pemecahan
masalah).
4. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar
Kegiatan belajar-mengajar sangat dipengaruhi oleh faktor psikologi. Salah
satunya yaitu emosi. Setiap kegiatan selalu disertai dengan emosi yang positif
maupun yang negatif, perasaan senang maupun tidak senang. Adanya berbagai
macam emosi menyebabkan mahasiswa sering merasa khawatir akan mengalami
kegagalan atau keberhasilan dalam meraih prestasi belajar dalam persaingan dunia
pendidikan yang saat ini semakin ketat. Banyak usaha yang dilakukan oleh
mahasiswa untuk mencapai prestasi belajar yang memuaskan salah satunya dengan
lebih giat belajar. Hal tersebut dapat mendukung keberhasilan prestasi belajar yang
diharapkan melalui peningkatan kecerdasan intelektual (Ahmadi & supriyono2004).
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai
faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar diri individu.
Faktor yang tergolong dari dalam adalah faktor jasmaniah, psikologis, kematangan
fisik maupun psikis. Faktor dari luar meliputi faktor sosial, budaya, lingkungan fisik,
lingkungan spiritual atau keamanan. Faktor psikologis yang berasal dari dalam
meliputi intelektif dan non intelektif. Faktor intelektif yang merupakan faktor
potensial yaitu kecerdasan yang meliputi kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual
(Ahmadi & Supriyono, 2004).
Pendidikan di Indonesia masih menekankan pada nilai akademik yang mengacu
lebih menjawab persoalan pendidikan dibanding kemampuan lainnya. Paradigma
pembelajaran seperti ini diharapkan dapat diubah, karena kecerdasan otak saja tidak
cukup bagi mahasiswa tetapi juga harus mempertimbangkan kecerdasan emosinya
(Widodo, 2008).
Dalam kenyataan hidup, untuk mencapai prestasi belajar yang baik tidak
semudah yang dibayangkan tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan
yang harus dihadapi. Prestasi belajar tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang
tidak melakukan suatu kegiatan apapun. Dalam hal ini, seseorang akan
membutuhkan ketangguhan diri, optimisme, kreativitas, sikap percaya diri,
kemandirian dan lain-lain. Selain itu dalam pencapain prestasi juga akan ada suatu
persaingan dalam kelompok yang dapat terjadi secara konsisten dan persisten
(Widodo, 2008).
Konsekuensinya seseorang harus bertahan terhadap persaingan tersebut, salah
satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan kemampuan membina hubungan yang
baik dan mengenali emosi orang lain. Dengan kemampuan tersebut, seseorang akan
mampu membaca situasi dan kondisi apabila bekerjasama ataupun berkomunikasi
dengan orang lain sehingga apabila terjadi persaingan akan dapat berjalan dengan
cara yang sehat. Ternyata kecerdasan emosi perlu lebih dihargai dan perlu
dikembangkan pada peserta didik dari tingkat pendidikan usia dini sampai ke
perguruan tinggi. Karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang saat
menjalani proses belajar mengajar untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan
ataupun di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh potensinya
berkembang secara optimal (Widodo, 2008).
Dari uraian diatas menunjukkan betapa pentingnya kecerdasan emosi harus
tinggi, namun apabila tidak dapat mengelola emosinya, seperti mudah marah, mudah
putus asa atau angkuh dan sombong, maka potensi yang dimilikinya tidak akan
dapat dikembangkan secara optimal.
5. Manfaat Memiliki Kecerdasan Emosi
Manfaat emosi adalah untuk bertahan hidup dan mempersatukan semua manusia
(Uno, 2008). Bahwa orang-orang yang secara emosi cerdas dan cakap dengan efektif
memilki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan, mampu mendorong
produktivitasnya sendiri (Hartini, 2004).
Kecerdasan emosi memberi informasi penting yang menguntungkan.
Kemampuan ini dapat memuncul kankreativitas, bersifat jujur mengenai diri sendiri,
menjalin hubungan yang saling mempercayai, memberikan panduan nurani bagi
hidup dan karir, membantu menghadapi kemungkinan yang tidak terduga, dan dapat
mengatur diri sendiri yang lebih baik. Kecerdasan emosi juga menuntut manusia
untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri, orang lain, dan dapat
memberi tanggapan yang tepat menerapkan dengan efektif informasi dan energi
dalam kehidupan sehari-hari (Yen dkk, 2003).
Berdasarkan uraian diatas, maka kecerdasan emosi bermanfaat untuk menjadi
alat pengendalian diri, membesarkan ide atau konsep modal mengembangkan bakat,
untuk bertahan hidup dan mempersatukan semua manusia.Selain itu dapat
memunculkan kreativitas, bersifat jujur mengenai diri sendiri, menjalin hubungan
yang saling mempercayai memberikan panduan nurani bagi kehidupan dan karir,
membantu menghadapi kemungkinan yang tidak terduga menghargai perasaan diri
dan orang lain serta dapat memberi tanggapan yang tepat, menerapkan dengan
efektif informasi dan energi dalam kehidupan sehari-hari serta mendorong
6. Mengukur Kecerdasan Emosional Seseorang
Setelah hampir seratus tahun sejak Alfred Binet mengawalinya pada tahun 1906
alat ukur kecerdasan dikembangkan, masih ditemukan berbagai kendala dalam
menetapkan konstruk baru kecerdasan emosional individu masih membutuhkan
waktu yang cukup lama (Goleman, 2009).
Meski demikian, telah disusun alat pengukuran kecerdasan emosional yang
berbentuk kuesioner kita dapat mengukur kecerdasan emosi secara subjektif yaitu
mengukur kecerdasan emosi diri sendiri menggunakan angket atau memperkirakan
kecerdasan emosi seseorang dari kehidupan sehari-harinya. Salah satu cara terbaik
untuk mengukur kecerdasan emosi seseorang adalah menggunakan parameter
kerangka kerja kecerdasan emosional yang dirancang (Goleman, 2009).
Kerangka kerja skala kecerdasan emosi yang digunakan disusun berdasarkan
modifikasi aspek kecerdasan emosi yaitu: kemampuan intrapersonal (mengenali
emosi diri sendiri, mengelola emosi dan memotivasi diri sendiri), kemampuan
interpersonal, (mengenali emosi orang lain dan membina hubungan), penyesuaian
diri (realistis, fleksibel dan pemecahan masalah), pengendalian stres (toleransi
tekanan dan pengendalian diri) dan suasana hati umum (optimisme dan
pengungkapan kepuasan positif) (Goleman, 2009).
Seberapa tinggi kecerdasan emosi akan ditunjukkan oleh skor yang diperoleh
responden melalui model alat ukur skala likert. Pilihan jawaban disediakan dalam
bentuk pernyataan ada empat yaitu sangat setuju (SS) dengan nilai 4, setuju (S)
dengan nilai 3, tidak setuju (TS) dengan nilai 2 dan sangat tidak setuju (STS) dengan
B. Pretasi Belajar
1. Definisi prestasi belajar
Prestasi Belajar adalah merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang dalam
kegiatan belajarnya (Tu’u dalam frenty, hlm.16).
Prestasi belajar adalah suatu penilaian berupa kemampuan nyata tentang
kemajuan peserta didik dalam segala hal yang merupakan hasil dari yang telah
dicapai individu melalui hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi
baik dari dalam diri(faktor internal), maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu
(Salam, 2003).
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor
yang mempengaruhi baik dari dalam diri (factor internal) maupun dari luar diri
(faktor eksternal) individu (Ahmadi &Supriyono, 2004).
2. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Syah (2008) secara global faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
dapat dibedakan menjadi tiga macam : (1) Faktor internal adalah faktor yang berasal
dari dalam diri sendiri, yang meliputi: Fisiologis faktor yang berasal dari dalam diri
sendiri yang bersifat jasmaniah. Psikologis faktor yang berasal dari dalam diri
sendiri yang bersifat rohaniah, yaitu: Tingkat kecerdasan atau inteligensi yang dapat
diartikan sebagai kemampuan psiko fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
(2) Faktor eksternal termasuk lingkungan social seperti guru, para staf
administrasi teman sekelas, orang tua dan lingkungan masyarakat dapat
mempengaruhi semangat belajar seseorang. Lingkungan nonsosial yaitu, gedung
sekolah dan letaknya, keadaan tempat tinggal peserta didik, alat-alat belajar, keadaan
segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan
efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti langkah
operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau
mencapai tujuan belajar tertentu.
Sedangkan menurut Crow dalam Hartanti, dkk (2004) proses meraih prestasi
dipengaruhi oleh tiga faktor adalah : (1) Faktor aktivitas yaitu faktor yang
memberikan dorongan kepada individu untuk belajar dan faktor ini merupakan
faktor psikologis. (2) Faktor organisme yaitu faktor yang berhubungan dengan
fungsi alat-alat indra individu yang kepekaannya ikut menentukan respon individu
dalam belajar. (3) Faktor lingkungan yaitu faktor yang secara psikologis
mempengaruhi proses secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian diatas faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam diri, meliputi kamatangan, kecerdasan, sikap, bakat,
minat, motivasi, kebiasaan, kebutuhan, emosi, sifat pribadi, kestabilan emosi,
perhatian, ketekunan, harapan, dan kompetensi. Adapun faktor eksternal adalah
faktor yang berasal dari luar, meliputi lingkungan sosial (keluarga, sekolah,
masyarakat dan kelompok), lingkungan budaya dan lingkungan fisik (fasilitas
rumah, fasilitas belajar dan iklim).
3. Cara mengukur prestasi belajar
Prestasi belajar seorang peserta didik diperguruan tinggi dapat digambarkan
dengan Indeks Prestasi (IP) yaitu angka yang menunjukkan tingkat keberhasilan
mahasiswa dalam satu kurun waktu tertentu sebelum menyelesaikan seluruh
program pembelajaran yang merupakan rata-rata. Untuk mengetahui perkembangan
indeks prestasi kumulatif (IPK). IPK adalah tingkat keberhasilan mahasiswa pada
akhir keseluruhan program pembelajaran yang merupakan rata-rata terimbang dari
seluruh mata kuliah yang ditempuh (Suharno, 2009).
Indeks prestasi (IP) maupun indeks prestasi kumulatif (IPK) merupakan hasil
dari pengolahan hasil test. Dalam pengolahan hasil tes terdapat dua pendekatan yang
berlaku dalam penilaian hasil pembelajaran, yaitu Penilaian Acuan Normatif (PAN)
dan penilaian acuan patokan (PAP). PAN merupakan sistem penilaian yang
didasarkan pada nilai sekelompok mahasiswa dalam satu proses pembelajaran
didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Artinya, pemberian nilai
mengacu pada perolehan skor dari kelompok itu. Sedangkan penilaian PAP
merupakan suatu cara menentukan kelulusan seseorang dengan menggunakan
sejumlah patokan. Seseorang dinyatakan berhasil bilamana seseorang tersebut telah
memenuhi patokan yang telah ditentukan (Suharno, 2009).
C. Dasar Penelitian
Pada penelitian yang dilakukan oleh Frenty (2010), tujuan penelitian untuk
mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada
mahasiswa D IV Kebidanan FK UNS. desain penelitian korelasional dengan
pendekatan cross sectional, jumlah sampel 123 mahasiswa, variable tergantung
adalah prestasi belajar, dan anailisis menggunakan metode korelasi analisis regresi
Dan pada penelitian yang dilakukan oleh rohmah (2010), tujuan penelitian untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
pada mata kuliah ASKEB 3, desain penelitian korelasional, jumlah sampel 35
mahsiswa, variable motivasi belajar, dan analisis data menggunakan uji statistic
pearson product moment.
Perbedaan penelitian yang saya lakukan adalah jumlah sampel 56 dan sampel
yang saya teliti adalah D III Kebidanan, dan anailisis menggunakan uji pearson
BAB III
KERANGKA KONSEP,HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo, 2010).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional,
intrapersonal, interpersonal dan penyesuaian diri dan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah prestasi belajar. Secara skematis, kerangka konsep penelitian
digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 1. Skema yang menggambarkan hubungan antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar.
B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif yaitu ada hubungan
antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Kecerdasan Emosi
1. Intrarpersonal
2. Interpersonal
3. Penyesuaian diri
C. Defenisi Operasional
Kuesioner Wawancara 1.Baik bila
menjawab
Kuesioner Wawancara 1.Baik,bila
menjawab
Kuesioner Wawancara 1.Baik, bila
suatu situasi
2 Prestasi belajar Hasil belajar
mahasiswa
Observasi 1.Dengan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan pendekatan
cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mengetahui hubungan, dengan
pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu waktu.
B. Popolasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi
dalam penelitian ini adalah mahasiswa D-III AKBID Sehat Medan semester IV
dengan total 220 mahasiswa.
2. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan
Sehat Medan berjumlah 220 mahasiswa. Namun pada saat penelitian pihak dari
direktris/staf dosen AKBID sehat hanya mengijinkan 1 kelas saja yang dapat
dijadikan sampel karena mahasiswa kelas lainnya sedang melaksanakan dinas di
klinik dan di rumah sakit. Sehingga pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
secara simple random sampling, pemilihan sampel dilakukan dengan mengundi
kelas yang akan dijadikan sampel. Setelah diadakan undian didapat kelas C sebagai
C. Tempat Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk menjadi tempat penelitian karena lokasi penelitian
mudah dijangkau, jumlah responden yang mencukupi untuk target penelitian.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni tahun
2014.
E. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengajukan
permohonan kepada ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara, dan permintaan ijin kepada Direktur Akbid Sehat
Medan. Kemudian peneliti menemui responden dan menjelaskan maksud dan tujuan
dari penelitian ini. Jika responden setuju, peneliti memberikan lembar kuesioner
kepada responden. Dan apabila responden tidak setuju tidak ada unsur pemaksaan,
respon bebas menggundurkan diri.
Untuk menjaga kerahasiaan responden tersebut, maka peneliti tidak
mencantum namanya pada lembar pengumpulan data, melainkan cukup dengan
memberikan nomor kode responden pada masing-masing lembar pengumpulan data
tersebut. Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti.
Data-data yang diperoleh dari responden semata-mata digunakan demi
perkembangan ilmu pengetahuan. Setelah mahasiwa calon responden memahami
serta menerima maksud dan tujuan peneliti maka mahasiswa calon responden
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam kuesioner
yaitu: (1) Kuesioner tentang intrapersonal berisi 10 soal yaitu terdapat pada nomor
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 dengan memberikan tanda cheklist (√) sesuai dengan diri
mahasiswa terhadap pernyataan. Aspek pengukuran dilakukan berdasarkan jawaban
responden dari semua pernyataan yang diberikan terdiri dari empat kategori yaitu
Sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
(2) Kuesioner tentang interpersonal berisi 10 soal yaitu terdapat pada nomor
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 dengan memberikan tanda cheklist (√) sesuai dengan diri
mahasiswa terhadap pernyataan. Aspek pengukuran dilakukan berdasarkan jawaban
responden dari semua pernyataan yang diberikan terdiri dari empat kategori yaitu
Sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
(3) Kuesioner tentang penyesuaian diri berisi 8 soal yang terdapat pada nomor
1,2,3,4,5,6,7,8, dengan memberikan tanda cheklist (√) sesuai dengan diri mahasiswa
terhadap pernyataan. Aspek pengukuran dilakukan berdasarkan jawaban responden
dari semua pernyataan yang diberikan terdiri dari empat kategori yaitu Sangat setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Kuesioner ini terdiri
atas sangat setuju (SS) bernilai 4, setuju (S) 3, tidak setuju (TS) 2, sangat tidak
setuju (STS) 1.
1. aspek pengukuran
Aspek pengukuran dilakukan terhadap kecerdasan emosional berdasarkan pada
jawaban responden dari semua pernyataan kecerdasan emosional yang diberikan
dengan jenis pernyataan tertutup. Jumlah soal pernyataan kecerdasan emosional
Presentase untuk menghitung total skor dari setiap kecerdasan responden dalam
presentase digunakan rumus:
S = �
� � 100%
Keterangan:
S = jumlah skor
x = jumlah jawaban yang benar
r = jumlah soal
Sehingga dapat dikategorikan pengetahuan responden sebagai berikut:
1. Baik, apabila responden mendapat skor 76% - 100% dengan jawaban yang
benar 31 – 40 pernyataan.
2. Cukup, apabila responden mendapat skor 51% - 75% dengan jawaban yang
benar 21 – 30 pernyataan.
3. Kurang, apabila responden mendapat skor < 50% dengan jawaban yang benar
10 – 20 pernyataan.
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrument ini diambil dari buku psikologi pembelajaran.
1. Uji Validitas dan Reliabelitas
Uji validitas dan relialibitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan komputerisasi, setelah dilakukan uji valid ternyata pada tahap pertama
ada satu kuesioner yang tidak valid yaitu pada kuesioner intrapersonal, lalu tahap
kedua instrument yang tidak valid dikeluarkan, kemudian instrument yang valid di
ujikan kembali, dan tahap ketiga kuesioner dikatakan valid dimana nilai reliabel
H. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat izin, kemudian peneliti
menentukan data responden yang sesuai dengan kriteria penelitian. Setelah
mendapatkan calon responden, peneliti didampingi oleh salah satu staf dosen untuk
menemui responden didalam kelas dan menjelaskan kepada responden tentang
tujuan, manfaat, dan dampak, dan prosedur penelitian serta cara pengisian lembar
kuesioner.
Setelah calon responden berdedia untuk menjadi responden maka diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent). Lalu
peneliti kemudian membagikan kuesioner kepada responden, kemudian responden
dipersilahkan untuk menjawab semua pernyataan yang telah diajukan oleh penelti
dalam bentuk kuesioner dan diberi waktu selama 15 menit untuk mengisi kuesioner
dengan menjawab seluruh pernyataan dengan jujur dan sesuai dengan priadi
responden. Peneliti mengawasi dan mendampingi responden saat mengisi kuesioner.
Setelah semua prosedur telah selesai dilaksanakan, peneliti mengumpulkan
kuesioner kembali dengan terlebih dahulu memeriksa jawaban responden apakah
sudah terisi seluruhnya. Jika ada yang belum diisi peneliti meminta responden untuk
melengkapinya pada saat itu juga. Setelah data terkumpul semua dengan lengkap
maka dilakukan analisis data.
I. Analisis Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan
analisa dan melalui beberapa tahap, pertama editing untuk melakukan pengecekan
kelengkapan data. Kemudian data yang akan diukur diberi coding untuk
mempermudah analisa data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. Setelah itu
mengentry data kedalam komputer dan dilakukan dalam pengolahan data dengan
menggunakan tehnik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry
yaitu pemeriksaan semua data kedalam program komputer guna menghindari
terjadinya kesalahan.
Langkah analisis yang dilakukan adalah secara univariat masing-masing
variabel, penelitian ini untuk menilai distribusi frekuensi dan presentasenya, hasil
penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel.
Hipotesa akan menggunakan uji Chi-Square, dengan taraf signifikan 95%. Taraf
signifikan (α =0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila nilai probabilitas
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan
kecerdasan emosional dengan prestasi belajar di AKBID Sehat Medan 2014.
Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan Sehat
Medan berjumlah 56 mahasiswa.
Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar di
akademi kebidanan Sehat Tahun 2014 menggunakan kuesioner yang berisikan 10
pernyataan intrapersonal dan 10 pernyataan interpersonal, 8 pernyataan penyesuaian
diri. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu
karakteristik responden, intrapersonal, interpersonal, penyesuain diri dan indeks
prestasi mahasiswa akademi kebidanan Sehat Medan Tahun 2014.
1. Analisis Univariat
1.1 Distribusi Karakteristik Responden
Pada penelitian ini didapatkan karakteristik responden yaitu berdasarkan umur
responden, mayoritas umur responden adalah 19 tahun sebanyak 34 orang (60,7%).
Tabel 5.1.1
Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Umur Responden di AKBIS Sehat Medan Tahun 2014 n= 56
Karakteristik Frekuensi (F) Persentase (%)
Umur 18 1 1,8
19 34 60,7
20 16 28,6
1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Intrapersonal
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat pilihan jawaban kecerdasan
emosional mahasiswa didapat bahwa mahasiswa mayoritas menjawab pernyataan
intrapersonal tidak setuju yaitu pada sebanyak 35 responden (62,5%), dan minoritas
menjawab sangat tidak setuju 1 responden (1,8%).
Tabel 51.2
Distribusi Jawaban Responden Kecerdasan Emosional Berdasarkan Intrapersonal di AKBID Sehat Medan Tahun 2014 n= 56
No Pernyataan Pilhan jawaban
3 Belajar dipengaruhi perasaan akan
sukses daripada takut gagal.
21 37,4 31 55,4 3 5,4 1 1,8
4 Percaya diri dalam menggeluarkan
pendapat pada saat diskusi.
9 16,0 44 78,6 2 3,6 1 1,8
5 Usaha memperoleh nilai yang baik
dalam setiap pelajaran.
27 48,2 28 50 0 0 1 1,8
6 Gagal bukanlah akhir dari segalanya. 31 55,4 25 44,6 0 0 0 0
7 Terpengaruh oleh suasana hati dan
perasaan diri.
15 26,7 33 59 6 10,7 2 3,6
8 Saya menyadari kekurangan dan
kelebihan yang ada pada diri saya.
19 33,9 37 66,1 0 0 0 0
9 Pengambilan keputusan, dalam kondisi
dasar.
11 19,6 40 71,4 5 9 0 0
10 Saya terus belajar dan
menggembangkan diri untuk sukses
33 58,9 23 41,1 0 0 0 0
Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, intrapersonal
responden dalam kecerdasan emosional menunjukkan bahwa, mayoritas
intrapersonal mahasiswa baik yaitu sebanyak 35 responden (62,5 %). Hal ini dapat
Tabel 5.1.2
Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase Kecerdasan Berdasarkan Intrapersonal di AKBID Sehat Tahun 2014 n= 56
Kriteria Frekuensi Persentase (%)
Baik 35 62,5
Cukup 20 35,7
Kurang 1 1,8
1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Interpersonal
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat pilihan jawaban kecerdasan
emosional mahasiswa menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa menjawab
pernyataan interpersonal setuju, yaitu sebanyak 41 responden (73,2%), dan
minoritas mahasiswa yang menjawab pernyataan interpersonal tidak setuju 1
Tabel 5.1.3
Distribusi Jawaban Responden Kecerdasan Emosional Berdasarkan Interpersonal di AKBID Sehat Medan Tahun 2014 n= 56
No Pernyataan interpersonal Pilhan jawaban
1 Menjadi pendengar yang baik dan
memperhatikannya.
23 41,0 33 59,0 0 0 0 0
2 Menghargai kemajuan dan keberhasilan
yang diraih orang lain.
16 28,6 37 66,0 3 5,4 0 0
3 Memenuhi janji yang telah saya buat
dengan siapa pun.
16 28,6 38 67,8 2 3,6 0 0
4 Menjalankan amanah dengan penuh
rasa tanggung jawab.
26 46,4 28 50,0 2 3,6 0 0
5 Saya membantu dan menolong orang
lain berdasarkan kerelaan.
27 48,2 29 51,8 0 0 0 0
6 Saya menawarkan bantuan yang sesuai
kepada orang lain dengan senang hati.
14 25,0 41 73,2 1 1,8 0 0
7 Saya senang bergaul dengan
orang-orang dari berbagai macam kalangan.
22 39,2 33 59,0 1 1,8 0 0
8 Saya tidak pernah merasa cemas saat
berbiacara dengan orang yang baru.
17 30,2 30 53,6 9 16,1 0 0
9 Menghargai pendapat meskipun bertent
angan dengan pendapat say.
19 33,9 33 59,0 4 7,1 0 0
10 Saya merasa mampu untuk menjadi
seorang pemimpin.
22 39,2 30 53,6 3 5,3 1 1,8
Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, interpersonal
responden dalam kecerdasan emosional menunjukkan bahwa, mayoritas
interpersonal mahasiswa adalah baik yaitu sebanyak 34 responden (60,7 %). Hal ini
Tabel 5.1.3
Distribusi Frekuensi dan Persentase Kecerdasan Emosional Berdasarkan Interpersonal di AKBID Sehat
Tahun 2014 n= 56
Kriteria Frekuensi Persentase (%)
Baik 34 60,7
Cukup 21 37,5
Kurang 1 1,8
1.4 Distribusi Responden Berdasarkan penyesuaian diri
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat pilihan jawaban kecerdasan
emosional berdasarkan penyesuaian diri mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa
yang menjawab pernyataan penyesuaian diri, mayoritas sangat setuju sebanyak 36
responden (64,5%), dan minoritas sangat tidak setuju 1 responden (1,8%).
Tabel 5.1.4
Distribusi Jawaban Responden Kecerdasan Emosional Berdasarkan Penyesuaian Diri di AKBID Sehat Medan Tahun 2014 n= 56
No Pernyataan interpersonal Pilhan jawaban
2 Menghargai kemajuan dan keberhasilan
yang diraih orang lain.
20 35,7 31 53,3 4 7,2 1 1,8
3 Memenuhi janji yang telah dibuat. 28 50 27 48,2 1 1,8 0 0
4 Amanah dipertanggung jawabkan. 17 30,3 36 64,5 3 5,4 0 0
5 Membantu dan menolong orang lain. 10 17,9 34 60,8 12 21,3 0 0
6 Saya menawarkan bantuan yang sesuai
kepada orang lain dengan senang hati.
30 53,6 23 41,0 3 5,4 0 0
7 Saya senang bergaul dengan
orang-orang dari berbagai macam kalangan.
22 39,2 34 60,8 0 0 0 0
8 Cemas saat berbiacara dengan orang
yang baru.
Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, penyesuaian diri
responden dalam kecerdasan emosional menunjukkan bahwa, mayoritas
penyesuaian diri adalah baik yaitu sebanyak 29 responden (51,8 %). Hal ini dapat
dilihat dari tabel 5.1.4 berikut:
Tabel 5.1.4
Distribusi Frekuensi dan Persentase Kecerdasan Emosional Berdasarkan Penyesuaian Diri di AKBID Sehat
Tahun 2014 n= 56
Kriteria Frekuensi Persentase (%)
Baik 29 51,8
Cukup 27 48,2
1.5 Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah suatu penilaian berupa kemampuan nyata tentang
kemajuan peserta didik dalam segala hal yang merupakan hasil dari yang telah
dicapai individu melalui hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi
baik dari dalam diri(faktor internal), maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu
Tabel 5.1.5
Tabel Distribusi Indeks Prestasi Mahasiswa di Akademik Kebidanan Sehat Medan Tahun 2014 n= 56
No Responden Indeks Prestasi Kategori
Responden 1 2,98 Memuaskan
Responden 2 3,04 Sangat Memuaskan
Responden 3 2,95 Memuaskan
Responden 4 2,92 Memuaskan
Responden 5 3,48 Sangat Memuaskan
Responden 6 3,58 Dengan Pujian
Responden 7 3,18 Sangat Memuaskan
Responden 8 3,04 Sangat Memuaskan
Responden 9 2,97 Memuaskan
Responden 10 2,96 Memuaskan
Responden 16 3,03 Sangat Memuaskan
Responden 17 3,15 Sangat Memuaskan
Responden 18 3,06 Sangat Memuaskan
Responden 19 2,98 Memuaskan
Responden 20 3,18 Sangat Memuaskan
Responden 21 3,18 Sangat Memuaskan
Responden 22 2,98 Memuaskan
Responden 23 3,28 Sangat Memuaskan
Responden 24 3,19 Sangat Memuaskan
Responden 25 3,11 Sangat Memuaskan
Responden 26 2,99 Memuaskan
Responden 27 3,10 Sangat Memuaskan
Responden 28 3,28 Sangat Memuaskan
Responden 29 3,15 Sangat Memuaskan
Responden 30 2,95 Memuaskan
Responden 31 3,11 Sangat Memuaskan
Responden 32 2,97 Memuaskan
Responden 33 3,05 Sangat Memuaskan
Responden 34 3,02 Sangat Memuaskan
Responden 35 3,10 Sangat Memuaskan
Responden 36 2,98 Memuaskan
Responden 37 2,94 Memuaskan
Berdasarkan hasil indeks prestasi mahasiswa menunjukkan bahwa dari 56
responden yang telah diteliti, mayoritas prestasi belajar mahasiswa sangat
memuaskan yaitu sebanyak 32 responden (57,1 %). Hal ini dapat dilihat dari table
5.1.5 berikut:
Tabel 5.1.5
Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase Prestasi Belajar di AKBID Sehat Tahun 2014 n= 56
Kriteria Frekuensi Persentase (%)
Dengan pujian 1 1,8
Sangat memuaskan 32 57,1
Memuaskan 23 41,1
Responden 39 3,07 Sangat Memuaskan
Responden 40 2,92 Memuaskan
Responden 41 2,97 Memuaskan
Responden 42 3,13 Sangat Memuaskan
Responden 43 3,00 Sangat Memuaskan
Responden 44 3,16 Sangat Memuaskan
Responden 45 2,98 Memuaskan
Responden 46 3,18 Sangat Memuaskan
Responden 47 2,90 Memuaskan
Responden 48 2,90 Memuaskan
Responden 49 2,78 Memuaskan
Responden 50 2,92 Memuaskan
Responden 51 3,04 Sangat Memuaskan
Responden 52 2,92 Memuaskan
Responden 53 3,01 Sangat Memuaskan
Responden 54 2,99 Memuaskan
Responden 55 3,19 Sangat Memuaskan
2. Analisi Bivariat
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar dapat dilihat pada tabel berikut:
2.6 Distribusi Tabulasi Silang Berdasarkan Intrapersonal Dengan Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil tabulasi silang, menunjukkan bahwa dari 35 responden yang
menyatakan hubungan kecerdasan emosional intrapersonal baik mayoritas prestasi
belajar sangat memuaskan yaitu sebesar 22 orang (62,9%). Dari 20 responden yang
menyatakan hubungan kecerdasan emosional intrapersonal cukup mayoritas prestasi
belajar memuaskan yaitu sebesar 11 orang (55,0%). Hal ini dapat dilihat pada tabel
5.2.6 berikut:
Table 5.2.6
Tabel Silang Hubungan Berdasarkan Intrapersonal Dengan Prestasi Belajar di AKBID Sehat
Tahun 2014 n= 56 Hubungan
Intrapersonal Dengan pujian
Prestasi Beajar
Sangat memuaskan Memuaskan
jumlah
Berdasarkan hasil pengujian hubungan antar kedua variable ini melalui uji chi
square, diperoleh nilai X2hitung (3,385) > X2tabel (0,273), serta nilai signifikan (0,496)
> α (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kecerdasan
emosional intrapersonal dengan prestasi belajar di akademi kebidanan Sehat Medan.
Tabel. 5.2.6
2.7 Distribusi Tabulasi Silang Berdasarkan Interpersonal Dengan Prestasi Belajar
Berdasarkan penelitian, menunjukkan bahwa dari 34 responden yang
menyatakan hubungan kecerdasan emosional interpersonal baik mayoritas prestasi
belajar sangat memuaskan yaitu sebesar 22 orang (64,7%). Dari 21 responden yang
menyatakan hubungan kecerdasan emosional interpersonal cukup mayoritas prestasi
belajar memuaskan yaitu sebesar 12 orang (57,1%). Hal ini dapat dilihat pada tabel
5.2.7 berikut:
Table 5.2.7
Tabel Silang Hubungan Kecerdasan Emosional Berdasarkan Interpersonal Dengan Prestasi Belajar di AKBID Sehat
Tahun 2014 Hubungan
Kecerdasan Emosional Dengan pujian
Prestasi Beajar
Sangat memuaskan Memuaskan
jumlah
Berdasarkan hasil pengujian hubungan antar kedua variable ini melalui uji chi
square, diperoleh nilai X2hitung (4,419) > X2tabel (0,273), serta nilai signifikan (0,352)
emosional interpersonal dengan prestasi belajar di akademi kebidanan Sehat Medan.
Dapat dilihat pada tabel chi-square tests berikut:
Tabel. 5.2.7
2.8 Distribusi Tabulasi Silang Berdasarkan Penyesuaian diri Dengan Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil tabulasi silang, menunjukkan bahwa dari 29 responden yang
menyatakan hubungan kecerdasan emosional penyesuaian diri baik mayoritas
prestasi belajar sangat memuaskan yaitu sebesar 18 orang (62,1%). Dari 27
responden yang menyatakan hubungan kecerdasan emosional penyesuaian diri
cukup mayoritas prestasi belajar sangat memuaskan yaitu sebesar 14 orang (51,9%).
Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.8 berikut:
Table 5.2.8
Tabel Silang Hubungan Kecerdasan Emosional Berdasarkan Penyesuaian Diri Dengan Prestasi Belajar di AKBID Sehat
Tahun 2014
Hubungan
Kecerdasan Emosional Dengan pujian
Prestasi Beajar
Sangat memuaskan Memuaskan
jumlah
f % F % f % F %
Baik 1 3,4 18 62,1 10 34,5 29 100
Cukup 0 0 14 51,9 13 48,1 27 100
Berdasarkan hasil pengujian hubungan antar kedua variable ini melalui uji chi
square, diperoleh nilai X2hitung (1,822) > X2tabel (0,273), serta nilai signifikan (0,402) > α (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kecerdasan
emosional penyesuaian diri dengan prestasi belajar di akademi kebidanan Sehat
Medan. Dapat dilihat pada tabel chi-square tests 5.2.8 berikut:
Tabel. 5.2.8 Tabel chi-square tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.822a 2 0,402
Likelihood Ratio 2.209 2 0,331
Linear-by-Linear
Association 1.467 1 0,226
N of Valid Cases 56
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian diatas telah diperoleh data yang merupakan keadaan nyata
di AKBID Sehat Medan, yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada
mahasiswa sebanyak 56 oarng. Data tersebut dapat dijadikan tolak ukur dalam
melakukan pembahasan sebagai berikut:
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil
a) Karakteristik Responden Tentang Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi
Belajar Mahasiswa di AKBID Sehat Medan Tahun 2014
Berdasarkan karakteristik umur, didapatkan bahwa rata-rata umur responden
adalah 19 tahun sebanyak 34 orang (60,7%). Menurut Bradbarry & Greaves (2007),
hidup mahasiswa dan memiliki kemudahan tersendiri dalam mengelola emosi dan
perilaku di saat mereka beranjak tua. Orang pada usia 50 tahun , secara rata-rata
memiliki nilai tes yang lebih tinggi 25 persen dibandingkan yang masih berada pada
usia 20 tahun.
b). Intrapersonal Mahasiswa di Akademi Kebidanan Sehat Medan
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas intrapersonal baik yaitu sebanyak 35
orang (62,5%).
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Frenty (2010),
menunjukkan bahwa intrapersonal mahasiswa baik. Dalam penelitiannya
mengatakan bahwa mahasiswa memiliki intrapersonal yang baik dalam memahami
dan mengendalikan dalam aktualisasi diri.
c). Interpersonal Mahasiswa di Akademi Kebidanan sehat Medan
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas interpersonal baik yaitu sebanyak 34
orang (60,7%).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rohmah (2010) menunjukkan bahwa
interpersonal mahasiswa baik. Dalam penelitiannya mengatakan bahwa mahasiswa
dalam mengenali emosi orang lain, empati merupakan kemampuan yang juga
bergantung pada kesadaran diri emosi, dan membina hubungan dengan orang lain
merupakan keterampilan yang menunjang kerjasama, komunikasi, kepemimpinan
dan keberhasilan antar pribadi.
d). Penyesuaian Diri Mahasiswa di Akademi Kebidanan Sehat Medan
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas interpersonal baik yaitu sebanyak 29
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Frenty (2010),
menujukkan bahwa penyesuain diri mahasiwa baik. Dalam penelitiannya
mengatakan bahwa mahasiswa mampu untuk menghubungkan antara pengalaman
dan kondisi secara objektif. Keluwesan, merupakan kemampuan untuk
menyesuaikan emosi, pemikiran dan sikap terhadap perubahan suatu situasi dan
kondisi.
e). Prestasi belajar
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui sebesar 57,1% responden
diperoleh prestasi belajar yang sangat memuaskan (table 5.1.5 ). Prestasi belajar
adalah suatu penilaian berupa kemampuan nyata tentang kemajuan peserta didik
dalam segala hal yang merupakan hasil dari yang telah dicapai individu melalui hasil
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri(faktor
internal), maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu (Salam, 2003).
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai
faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (factor internal) maupun dari luar
diri (faktor eksternal) individu (Ahmadi &Supriyono, 2004).
Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa mayoritas
prestasi belajar mahasiswa AKBID Sehat sangat memuaskan.
b.1) Hubungan Intrapesnal Dengan Prestasi Belajar Di AKBID Sehat
Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui bahwa berdasarkan intrapersonal
mayoritas intrapersonal yang baik yaitu sebanyak 35 responden (62,5 %). Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 35 responden yang menyatakan hubungan
kecerdasan emosional intrapersonal baik mayoritas prestasi belajar sangat
hubungan kecerdasan emosional intrapersonal cukup mayoritas prestasi belajar
memuaskan yaitu sebesar 11 orang (55,0%).
Hasil analisis statistik uji pearson chi square P= (3,385), menunjukkan
terdapat adanya hubungan yang signifikan antara intrapersonal dengan prestasi
belajar mahasiswa (p= > 0,05).
b.2) Interpersonal Dengan Prestasi Belajar Di AKBID Sehat
Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 34 responden yang
menyatakan hubungan kecerdasan emosional interpersonal baik mayoritas prestasi
belajar sangat memuaskan yaitu sebesar 22 orang (64,7%). Dari 21 responden yang
menyatakan hubungan kecerdasan emosional interpersonal cukup mayoritas prestasi
belajar memuaskan yaitu sebesar 12 orang (57,1%).
Hasil analisis statistik uji pearson chi square P= (4,419), menunjukkan terdapat
adanya hubungan yang signifikan antara interpersonal dengan prestasi belajar
mahasiswa (p= > 0,05).
Interpersonal mencakup empati, yaitu: merupakan kemampuan memahami,
mengerti, serta menghargai perasaan orang lain. Tanggung jawab sosial, merupakan
kemampuan untuk menampilkan diri secara kooperatif, kontributif dan konstruktif
sebagai anggota kelompok masyarakat. Hubungan antarpribadi, merupakan
kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang saling
menguntungkan yang tercermin dari kedekatan afektif serta keinginan untuk saling
b.3) Penyesuaian Diri Dengan Prestasi Belajar Di AKBID Sehat
Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 29 responden
yang menyatakan hubungan kecerdasan emosional penyesuaian diri baik mayoritas
prestasi belajar sangat memuaskan yaitu sebesar 18 orang (62,1%). Dari 27
responden yang menyatakan hubungan kecerdasan emosional penyesuaian diri
cukup mayoritas prestasi belajar sangat memuaskan yaitu sebesar 14 orang (51,9%).
Hasil analisis statistik uji pearson chi square P= (1,822) menunjukkan terdapat
adanya hubungan yang signifikan antara interpersonal dengan prestasi belajar
mahasiswa (p= > 0,05).
Penyesuaian mencakup pengujian raelitas, yaitu: merupakan kemampuan
untuk menghubungkan antara pengalaman dan kondisi secara objektif. Keluwesan,
merupakan kemampuan untuk menyesuaikan emosi, pemikiran dan sikap terhadap
perubahan suatu situasi dan kondisi. Pemecahan masalah, merupakan kemampuan
untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah sehingga mendapatkan dan
menerapkan solusi secara efektif.
2. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini penulis merasa masih banyak keterbatasan yang dihadapi saat
pelaksanaan penelitian hingga penyajian hasil. Beberapa kesulitan saat pengumpulan
data yaitu keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti serta sulitnya menentukan
kelas yang bersedia untuk diteliti.
3. Implikasi Penelitian
Dari hasil penelitian ini telah dibuktikan bahwa intrapersonal, interpersonal, dan
penyesuaian diri responden sudah baik, terlihat dari banyaknya responden yang
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang berjudul hubungan kecerdasan emosional dengan
prestasi belajar di AKBID Sehat Medan tahun 2014 yang telah disajikan dalam bab
IV dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan karakteristik responden AKBID Sehat rata-rata responden berumur
19 tahun.
2. Berdasarkan tingkat kecerdasan emosional mahasiswa di AKBID Sehat bahwa
dari 56 responden yang telah diteliti, berdasarkan intrapersonal mayoritas
intrapersonal yang baik yaitu sebanyak 35 responden (62,5 %). Dan berdasarkan
interpersonal mayoritas interpersonal yang baik yaitu sebanyak 34 responden
(60,7 %). Dan berdasarkan penyesuaian diri mayoritas penyesuaian diri yang
baik yaitu sebanyak 29 responden (51,8 %).
3. Berdasarkan prestasi belajar mahasiswa di AKBID Sehat bahwa dari 56
responden yang telah diteliti, berdasarkan prestasi belajar mayoritas prestasi
belajar sangat memuaskan yaitu sebanyak 32 responden (57,1 %).
Berdasarkan uji analsisis pearson chi square menunjukkan bahwa Hasil analisis
bivariat menunjukkan bahwa dari 35 responden yang menyatakan hubungan
kecerdasan emosional intrapersonal baik mayoritas prestasi belajar sangat
memuaskan yaitu sebesar 22 orang (62,9%). Dari 20 responden yang menyatakan
hubungan kecerdasan emosional intrapersonal cukup mayoritas prestasi belajar
4. prestasi belajar sangat memuaskan yaitu sebesar 22 orang (64,7%). Dari 21
responden yang menyatakan hubungan kecerdasan emosional interpersonal
cukup mayoritas prestasi belajar memuaskan yaitu sebesar 12 orang (57,1%).
Dan 29 responden yang menyatakan hubungan kecerdasan emosional
penyesuaian diri baik mayoritas prestasi belajar sangat memuaskan yaitu sebesar
18 orang (62,1%). Dari 27 responden yang menyatakan hubungan kecerdasan
emosional penyesuaian diri cukup mayoritas prestasi belajar sangat memuaskan
yaitu sebesar 14 orang (51,9%).
B.Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti dapat menyusun
beberapa saran yang digunakan untuk meningkatkan intrapersonal, interpersonal,
dan penyesuaian diri mahasiswa. Saran yang peneliti ajukan adalah sebagai
berikut :
1. Untuk Responden
Agar mahasiswa di AKBID Sehat Medan agar meningkatkan serta
mengaplikasikan intrapersonal, interpersonal, serta penyesuaian diri
masing-masinng mahasiswa agar mampu mempertahankan dan meningkatkan emosional diri
mahsiswa jauh lebih baik lagi pada hal yang psitif.
2. Untuk Pendidikan
Diharapkan untuk dapat melakukan kegiatan belajar mengajar
diri mahasiswa sehingga dapat membentuk sikap dan prilaku serta emosional
mahasiswa jauh lebih baik lagi dilingkungannya.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan melakukan penelitian lanjutan tentang hubungan kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar dengan metode serta uji analisis yang berbeda