STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE)
DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL
TESIS
Oleh
DWI RATNA ANJANING KUSUMA MARPAUNG
117030037/ BIO
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE)
DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Biologi pada Program Pascasarjana
Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara
Oleh
DWI RATNA ANJANING KUSUMA MARPAUNG
117030037/ BIO
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN ORISINALITAS
STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE) DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL
TESIS
Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.
Medan, 28 Agustus 2013
Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung NIM. 117030037
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung NIM : 117030037 Program Studi : Magister Biologi Jenis Karya Ilmiah : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul:
Studi Taksonomi Pandanus (Pandanaceae) Di Kawasan Rawa Aceh Singkil
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta iz in d ar i sa ya s e la ma t et ap me nca nt u mka n na ma sa ya se ba ga i p e nu lis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Medan, 28 Agustus 2013
Telah diuji pada
Tanggal : 28 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc. Anggota : 1. Dr. T. Alief Aththorick, M.Si.
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama lengkap berikut gelar : Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung, S.Si, M.Si Tempat dan Tanggal lahir : Semarang, 29 Oktober 1987
Alamat Rumah : Jl. Camar III No. 210 Medan – 20371 Telepon/Faks/HP : +6261-7324354/ +6285296143540
e-mail :
Instansi Tempat Bekerja
dwira_akm@yahoo.com
: -
DATA PENDIDIKAN
SD : Negeri 066053 Medan Tamat : 1999
SMP : Swasta Islam Azizi Medan Tamat : 2002
SMA : Negeri 18 Medan Tamat : 2005
Strata-1 : FMIPA USU Tamat : 2009
Strata-2 : FMIPA USU Tamat : 2013
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Studi Taksonomi Pandanus (Pandanaceae) Di Kawasan Rawa Aceh Singkil”. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam penelitian ini, yaitu :
1 Ayahanda Mohammad Risyad Marpaung, Ibunda tercinta Rr. Purwani Rahayu Ningsih, BA., Kakanda Basania PKM, Adinda Hapsari TKM dan Keponakan Ayunda Sofia Ningsih serta Dwi Sartika atas segala do’a, dukungan, perhatian serta kasih sayang yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis. 2 Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc dan Bapak Dr. T. Alief Aththorick, M.Si
selaku Dosen Pembimbing I dan II yang banyak memberikan bimbingan, motivasi arahan dan waktunya kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 3 Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS dan Dr. Suci Rahayu, M.Si selaku Dosen
Penguji yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.
4 Bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed dan Dr. Suci Rahayu, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Program Magister Biologi yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan.
5 Bapak Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara 6 Seluruh Staf Dosen dan Staf Pegawai Program Magister Biologi FMIPA USU
yang telah mendidik dan membantu penulis selama masa studi.
7 Sekretaris Jenderal Pendidikan Tinggi (Sekjen DIKTI) tahun 2011 yang telah memberikan beasiswa unggulan sehingga penulis dapat melanjutkan studi pascasarjana pada Program Magister Biologi 2011.
8 Bapak Sutikno dan Bapak Jafar selaku Kepala dan staf KSDA Singkil; Bapak Dzulkifli, Bapak Herni dan Ibu Masdiana di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Singkil; Bapak Nizar di Yayasan Leuser Internasional (YLI); Bapak Mistar di Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) serta Bapak Yasin dan staf BKSDA Banda Aceh yang telah membantu penulis dalam pemberian informasi serta kemudahan memasuki kawasan Aceh SIngkil.
9 Bapak Rusli, Yuliana, Bapak Jafar serta Bapak Wardi sebagai tim peneliti yang telah sangat banyak membantu selama masa proses penelitian. 10 Rekan-rekan mahasiswa di Program Pascasarjana Biologi USU 2011 (kak
Ana, kak Tetty, kak Ummi, kak Netti, Rivo, Aini) dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung selama masa studi. Para Sahabat (Patimah, Santi, Yanti, Verta, Seneng dan Wahyu. A) dan para asisten di laboratorium Sistematika Tumbuhan terima kasih atas semangat dan bantuannya kepada penulis.
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Medan, 28 Agustus 2013
STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE) DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL
ABSTRAK
Studi taksonomi Pandanus (Pandanaceae) di kawasan rawa Aceh Singkil telah dilaksanakan pada bulan Nopember 2012 hingga Juni 2013. Lokasi ditentukan dengan Metode Purposive Sampling dan pengamatan penelitian menggunakan Metode survei serta dilakukan pengkoleksian spesimen. Berdasarkan ciri-ciri morfologi diperoleh 5 jenis Pandanus di kawasan tersebut yaitu Pandanus atrocarpus, Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus dan Pandanus tectorius. Berdasarkan morfologi dan habit, Pandanus dapat digolongkan kedalam habit berperawakan sedang (Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris) dan habit berperawakan besar (Pandanus atrocarpus, Pandanus odoratissimus dan Pandanus tectorius). Karakter anatomi meliputi stomata, papilla dan sel epidermis memperkuat karakter morfologi. Jenis-jenis Pandanus di Aceh Singkil dibagi ke dalam dua kelompok utama dengan nilai kemiripan berkisar antara 55 % sampai 84 %.
Kata kunci: Aceh Singkil, Pandanus, Pandanaceae
TAXONOMIC STUDY OF PANDANUS (PANDANACEAE) AT SWAMP AREA ACEH SINGKIL
ABSTRACT
Taxonomic study on Pandanus (Pandanaceae) at swamp area of Singkil was conducted from November 2012 until June 2013. The location determined by purposive sampling method and observational studies conducted using the survey method and collecting specimens. Based on morphological characters, 5 species of Pandanus identified in the area that are Pandanus atrocarpus, Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus and Pandanus tectorius. The morphology and life form of species are categorized into two types that are medium arborescent pandan (Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris) and large arborescent pandan (Pandanus atrocarpus, Pandanus odoratissimus and Pandanus tectorius). Anatomical characters of Pandanus such as stomata, papilla and epidermal cells supported the morphological characters. Pandanus species in Aceh Singkil are divided into two main groups with similarity varies from 55 % to 84%.
DAFTAR ISI
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 14
3.3 Alat dan Bahan 14
3.4 Pelaksanaan Penelitian 15
3.5 Analisis Data 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20
4.1 Keanekaragaman Jenis dari Marga Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil
20
4.2 Persebaran Jenis-Jenis dari Marga Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil
21
4.3 Karakterisasi Morfologi 22
4.4 Karakterisasi Anatomi 28
4.5 Frekuensi, Indeks dan Ukuran Stomata 29
4.6 Ciri-Ciri Morfologi dan Anatomi 31
4.7 Analisis Kemiripan Morfologi dan Anatomi Menggunakan NTSYS
31
4.8 Kunci Identifikasi 33
4.9 Deskripsi Jenis dari Marga Pandanus 33 4.10 Struktur Sel Epidermis dan Stomata 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 40
5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 40
DAFTAR GAMBAR Nomor
Gambar
Judul Halaman
1 Bentuk hidup Pandanus 6
2 Peta Persebaran Jenis-Jenis Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil
21
3 Habitat pada Jenis Pandanus 23
4 Perawakan dan Proproots pada Jenis Pandanus 24
5 Permukaan Batang Pandanus 25
6 Bentuk dan Duri pada Daun Pandanus 26
7 Perbungaan Jantan pada Jenis Pandanus 27
8 Perbuahan Jenis Pandanus 28
9 Tipe Stomata Anomositik pada Pandanus tectorius 29
10 Phenogram Jenis Pandanus Berdasarkan Karakter Morfologi dan Anatomi
DAFTAR TABEL Nomor
Tabel
Judul Halaman
1 Keanekaragaman Jenis Pandanus Sebagai Bahan Pangan 11
2 Frekuensi, Indeks dan Ukuran Stomata pada Daun Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil
29
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Lampiran
Judul Halaman
A Peta Kawasan Rawa Aceh Singkil L-1
B Faktor Fisik Lingkungan dan Peralatan Faktor Fisik L-2
C Gambar Morfologi Jenis-Jenis dari Marga Pandanus L-3
D Gambar Anatomi Jenis-Jenis dari Marga Pandanus L-4
E Matriks Data Karakter Morfologi dan Anatomi Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil
L-5
F Titik Ordinat dari Keberadaan Marga Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil
L-6
STUDI TAKSONOMI PANDANUS (PANDANACEAE) DI KAWASAN RAWA ACEH SINGKIL
ABSTRAK
Studi taksonomi Pandanus (Pandanaceae) di kawasan rawa Aceh Singkil telah dilaksanakan pada bulan Nopember 2012 hingga Juni 2013. Lokasi ditentukan dengan Metode Purposive Sampling dan pengamatan penelitian menggunakan Metode survei serta dilakukan pengkoleksian spesimen. Berdasarkan ciri-ciri morfologi diperoleh 5 jenis Pandanus di kawasan tersebut yaitu Pandanus atrocarpus, Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus dan Pandanus tectorius. Berdasarkan morfologi dan habit, Pandanus dapat digolongkan kedalam habit berperawakan sedang (Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris) dan habit berperawakan besar (Pandanus atrocarpus, Pandanus odoratissimus dan Pandanus tectorius). Karakter anatomi meliputi stomata, papilla dan sel epidermis memperkuat karakter morfologi. Jenis-jenis Pandanus di Aceh Singkil dibagi ke dalam dua kelompok utama dengan nilai kemiripan berkisar antara 55 % sampai 84 %.
Kata kunci: Aceh Singkil, Pandanus, Pandanaceae
TAXONOMIC STUDY OF PANDANUS (PANDANACEAE) AT SWAMP AREA ACEH SINGKIL
ABSTRACT
Taxonomic study on Pandanus (Pandanaceae) at swamp area of Singkil was conducted from November 2012 until June 2013. The location determined by purposive sampling method and observational studies conducted using the survey method and collecting specimens. Based on morphological characters, 5 species of Pandanus identified in the area that are Pandanus atrocarpus, Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus and Pandanus tectorius. The morphology and life form of species are categorized into two types that are medium arborescent pandan (Pandanus labyrinthicus, Pandanus militaris) and large arborescent pandan (Pandanus atrocarpus, Pandanus odoratissimus and Pandanus tectorius). Anatomical characters of Pandanus such as stomata, papilla and epidermal cells supported the morphological characters. Pandanus species in Aceh Singkil are divided into two main groups with similarity varies from 55 % to 84%.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pandanaceae adalah kelompok tumbuhan yang persebaran geografisnya mulai
dari tepi laut hingga ke pegunungan tinggi. Pandanaceae terdiri dari 3 genus
diantaranya Sararanga Hemsl. (2 spp.), Freycinetia Gaudich. (175 spp.) dan Pandanus L. Stickman. (600 spp.) (Stone 1976). Daerah persebaran genus Freycinetia spp. meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku dan Papua;
Pandanus spp. di Sumatera, Jawa, Bali, pulau Sunda, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku dan Papua; sedangkan Sararanga spp. saat ini telah ditemukan di
Indonesia bagian timur (Sulawesi). Kekayaan akan Pandanaceae menambah
daftar penggunaan tumbuhan yang berpotensi untuk dimanfaatkan masyarakat
Indonesia (Wardah & Setyowati 2009).
Pandanus merupakan salah satu marga Pandanaceae yang daerah
persebarannya paling luas. Menurut Stone (1982), marga Pandanus tercatat
memiliki anggota sekitar 700 jenis. Pada kawasan Sumatera diperkirakan terdapat
sekitar 15-20 jenis dan hasil eksplorasi terbaru di kabupaten Pakpak Barat,
Sumatera Utara tercatat 4 jenis Pandanus (Sahwalita 2007).
Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu provinsi di pulau
Sumatera dengan tiga lokasi rawa yaitu rawa Singkil di Aceh Singkil, rawa Kluet
di Aceh Selatan dan rawa Tripa di Nagan raya dan Aceh barat daya. Rawa Singkil
merupakan istilah umum yang digunakan dan lebih familiar oleh masyarakat
setempat bila dibandingkan dengan istilah suaka margasatwa rawa Singkil.
Berdasarkan studi dari berbagai sumber tentang kawasan rawa di pantai
barat Aceh dan pengamatan langsung di sekitar kawasan, diketahui bahwa nilai
keanekaragaman hayati di kawasan rawa Aceh Singkil cukup tinggi khususnya
Pandanus yang mendominasi pada suatu wilayah. Diperkirakan keberadaan
tingginya gangguan oleh manusia serta karena kurangnya pengetahuan tentang
manfaat dari Pandanus yang dikhawatirkan akan dapat menjadi penyebab erosi
sumber daya genetik Pandanus. Rawa ini perlu segera mendapat perhatian yang
serius dalam eksplorasi tumbuhan terutama Pandanus. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian eksplorasi guna mengetahui jenis-jenis, kemiripan
berdasarkan ciri morfologi dan anatomi, persebaran dan perkiraan habitat
Pandanus di kawasan tersebut.
1.2Permasalahan
Rawa Singkil adalah salah satu kawasan hutan rawa yang masih tersisa
di pantai barat Sumatera dan merupakan salah satu warisan kekayaan alam
kabupaten Aceh Singkil yang sangat unik dan bernilai tinggi. Rawa ini merupakan
salah satu habitat yang banyak didiami oleh jenis-jenis Pandanus diantaranya
P. tectorius dan P. atrocarpus. Hingga saat ini belum banyak studi mengenai
keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan rawa Aceh Singkil.
Dikhawatirkan seiring dengan terjadinya degradasi habitat seperti kegiatan
pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran maka
terjadi pula degradasi sumber daya hayati khususnya Pandanus. Untuk itu perlu
dilakukan penggalian informasi plasma nutfah Pandanus di kawasan rawa Aceh
Singkil.
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah, sebagai berikut:
a) Mengetahui keanekaragaman jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil
b) Menganalisis kemiripan jenis-jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil
berdasarkan ciri morfologi dan anatomi
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan di kawasan rawa Singkil, kabupaten Aceh Singkil
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman jenis
Pandanus, persebaran dan perkiraan habitatnya, memberikan data dasar yang
dapat digunakan oleh peneliti, pemerintah dan instansi/ lembaga terkait dalam
upaya penyelamatan keanekaragaman hayati dan pengembangan berkelanjutan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
George Eberhard Rumpf atau yang lebih dikenal Rumphius (1743) adalah
yang pertama kali menyebutkan dengan jelas nama “pandan” dan “tingkatan
taksonomi/ taxonomic rank yang sepadan dengan marga” untuk jenis-jenis
pandan. Sepanjang hidup Rumphius di Ambon (mulai dari tibanya di Ambon pada
tahun 1652 hingga wafatnya di tahun 1702), ia menulis banyak manuskrip
tentang flora dan fauna di Maluku. Setelah 39 tahun Rumphius wafat, kumpulan
manuskrip tersebut diterbitkan secara berseri mulai tahun 1741 hingga 1745
dengan judul Herbarium Amboinense sebanyak 6 jilid dan dalam bahasa Latin
dan Belanda (Keim 2007). Kata “pandan” itu sendiri berasal dari bahasa Melayu
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai “Pandanus”. Pandan
merupakan tumbuhan yang membutuhkan curah hujan yang tinggi dengan kondisi
tanah yang baik. Pandan tidak dapat tumbuh di daerah tanah liat yang kering
dengan curah hujan yang sedikit (Lemmens & Buyan 2003).
2.1 Keanekaragaman dan Persebaran Pandanus
Pandanus merupakan salah satu marga dari suku Pandanaceae selain Freycinetia
dan Sararanga. Marga ini mempunyai jumlah jenis yang terbesar (sekitar 600
jenis) dengan daerah persebaran paling luas meliputi bagian barat dan timur
Afrika, Madagaskar, India, Asia termasuk China dan Malesia (Malaysia,
Indonesia, Filipina, New Guinea), Australia hingga Pasifik (Stone 1975).
Pandanus dapat ditemukan hampir pada semua habitat mulai tepi laut sampai
puncak pegunungan tertinggi, di daerah berpasir atau wilayah pantai berbatu,
rawa-sungai dan rawa-mangrove. Di rawa, lebih banyak ditemukan pada daerah
gambut hingga tanah berpasir yang relatif kering dan miskin zat-zat hara (Stone
1966, Stone 1982).
Beberapa habitat dan jenis Pandanus yang digambarkan oleh Stone
(1966) adalah sebagai berikut:
A. Daerah perairan seperti rawa, perairan air tawar atau perairan air laut
a. Mangrove, pinggiran mangrove, pasang surut rawa dan air payau
Contoh : P. odoratissimus; P. corneri.
b. Hutan rawa air tawar dan muara rawa, kadang-kadang juga sedikit payau
Contoh: P. aurantiacus; P. atrocarpus; P. helicopus; P. brevicornutus;
P. inundatus dan P. immersus.
c. Daerah berbukit, dataran rendah dan di sepanjang sungai.
Contoh: P. yvanii; P. militaris.
B. Daerah daratan, tidak pada sungai ataupun rawa yang permanen.
a. Hutan kering dataran rendah sampai hutan pegunungan cukup basah.
Contoh: P. recurvatus; P. houlletii; P. penangensis dan P. klossii.
b. Hutan pegunungan basah dengan ketinggian di bawah 1500 kaki.
Contoh: P. longicaudatus; P. ovatus dan P. stelliger.
c. Daerah bukit berkapur. Contoh: P. irregularis; P. calcicola; P. piniformis.
d. Daerah perbukitan hingga pegunungan dari ketinggian sedang hingga
dengan ketinggian tertinggi (3000-7000 kaki). Contoh: P. bidens.
e. Daerah berpasir dan daerah pantai berbatu. Contoh: P. odoratissimus dan
P. polycephalus.
.
2.2 Ciri Morfologi Pandanus
2.2.1 Perawakan
Pandanus umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi 3-7 m,
bercabang, kadang-kadang batang berduri, dengan akar penopang sekitar pangkal
batang (Keim 2007). Pandanus ada yang berupa tumbuhan epifit dan ada juga
lain yang bersifat epifit ditemukan di Borneo yaitu P. pumilus St. John. dan P. epiphyticusMartelli..
Gambar 1 Bentuk Hidup Pandanus. 1. Epifit (P. alticola); Teresterial berperawakan besar 2. (P. atrocarpus) dan 4 (P. odoratissimus); 3. Pandan berperawakan sedang (P. yvanii); 5. Pandan bersifat monopodial (P. stelliger); 6. Pandan dengan karangan kecil (P. bidens); 7. Pandan dengan rhizome (P. dumetorum) (Figure model dengan tinggi 5-6 kaki) (Sumber: Stone 1966).
Stone (1966) membagi Pandanus atas:
1. Batang berada di bawah tanah, mempunyai rhizome, mempunyai rumpun
daun, memiliki akar penopang dan arah tumbuh batang ke atas.
Contoh: P. dumetorum; P. saint-johnii.
2. Batang berada di atas permukaan tanah yang dibagi atas berperawakan kecil,
sedang dan besar.
a. Pandanus berperawakan kecil; batang pendek jarang tingginya mencapai
1 m, arah tumbuh ke atas, tidak bercabang atau sedikit yang memiliki
percabangan, memiliki akar penopang. Contoh: P. bidens; P. scortechinii;
P.ovatus dan P. herbaceous.
b. Pandanus berperawakan sedang; biasanya mempunyai percabangan pada
tumbuhan yang sudah tua dengan diameter 2-9 cm dan akar penopang
yang mencolok. Contoh: P. yvanii; P. aurantiacus; P. recurvatus dan
c. Pandanus berperawakan besar; diameter batang 10-20 cm, arah tumbuh
ke atas, seringkali tinggi mencapai 5-6 m, ada atau tidak akar penopang.
Contoh: P. atrocarpus; P. penangensis; P. odoratissimus dan P. klossii.
2.2.2 Daun
Daun pandan selalu berupa daun tunggal, keras dan dapat berduri halus pada tepi
yang umumnya besar dengan panjang 2-3 m, lebar 8-12 cm, tekstur daun berlilin
dan berwarna hijau muda sampai hijau tua. Daun-daun pandan mengelompok
sangat rapat dan melekat pada batang dalam tiga atau empat putaran (tristichous
atau tetratichous). Pada sebagian besar pandan, dedaunan mengelompok sangat
rapat di ujung batang membentuk karangan (rosette) (Keim 2007).
Menurut Stone (1966), ada beberapa catatan penting yang harus
diperhatikan dalam pengkoleksian daun pandan, yaitu:
1. Panjang dan lebar daun. Pada daun, terdapat duri mencolok yang berada jauh
atau dekat dari pertulangan daun, dan apakah sejajar dengan pertulangan
daun.
2. Warna daun. Pada tumbuhan muda, warna dekat pangkal daun yaitu
berwarna merah kecokelatan, merah muda, oranye, krem dan lavender.
Keseluruhan warna daun terutama pada bagian permukaan bawah daun
(berlilin, biru keabu-abuan) atau hijau, warna lebih terang atau lebih gelap
daripada bagian atas permukaan daun, kusut atau mengkilap, dll.
3. Warna duri yaitu hijau, coklat, keunguan, kemerahan atau kemerahan.
4. Koleksi daun secara lengkap dengan ujung daun yang utuh itu sangat penting
karena sifatnya tidak keras dan mudah patah. Banyak jenis dengan ujung
daun yang memanjang.
5. Organ tambahan pada daun apakah duri pada pertulangan daun melengkung
2.2.3 Perbungaan
Perbungaan berbentuk malai (panicles) atau tongkol (spadices). Perbungaan pada
pandan hanya terdiri dari satu kelamin saja (unisexual). Berumah dua, perbungaan
jantan dan perbungaan betina terdapat pada individu yang berbeda. Perbungaan
baik jantan maupun betina adalah terminal (di ujung batang). Tidak ada perbedaan
antara mahkota (corolla) dan kelopak (calyx) bunga atau bunga pandan hanya
tersusun atas perhiasan bunga (perianth). Jumlah benang sari sangat banyak.
Bakal biji (ovule) satu hingga banyak. Perbungaan jantan pada pandan amat
jarang ditemui. Hal ini disebabkan masa mekarnya (anthesis) bunga jantan yang
sangat singkat yaitu 1-3 hari. Sebaliknya, masa perkembangan dari perbungaan
ke perbuahan pada individu betina sangat panjang dan dapat mencapai waktu
berbulan-bulan. Oleh karena itu klasifikasi pandan lebih didasarkan atas alat
kelamin betinanya (Keim 2007).
2.2.4 Perbuahan
Buah dapat berupa buah majemuk yang menyatu (syncarp). Buah majemuknya
dapat berupa buah majemuk satu tingkat artinya buah majemuk selalu tersusun
atas buah tunggal (drupe) yang kemudian bersama-sama membentuk buah
majemuk. Sebagian yang lain berupa buah majemuk dua tingkat artinya beberapa
buah tunggal ada yang menyatu membentuk kelompok-kelompok majemuk yang
disebut phalange, beberapa phalange ini kemudian bersama-sama membentuk
buah majemuk tingkat berikutnya. Oleh karena itu, secara umum buah majemuk
pada pandan mempunyai istilahnya sendiri, “kepala” atau cephalium (Keim 2007).
2.3 Ciri Anatomi (Stomata)
Stomata berasal dari kata Yunani, stoma yang mempunyai arti lubang atau porus.
Esau mengartikannya sebagai sel-sel penutup dan porus yang ada diantaranya.
masing-masing dibatasi oleh dua buah “guard cell” atau sel-sel penutup
(Sutrian 1992).
Stomata adalah celah diantara epidermis yang diapit oleh 2 sel epidermis
khusus yang disebut sel penutup. Di dekat sel penutup terdapat sel-sel yang
mengelilinginya disebut sel tetangga. Sel penutup dapat membuka dan menutup
sesuai dengan kebutuhan tanaman akan transpirasinya, sedangkan sel-sel tetangga
turut serta dalam perubahan osmotik yang berhubungan dengan pergerakan sel-sel
penutup (Pandey 1982).
Stomata biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan
dengan udara terutama di daun, batang dan rhizome (Fahn 1991). Stomata
umumnya terdapat pada permukaan bawah daun, tetapi ada beberapa spesies
tumbuhan dengan stomata pada permukaan atas dan bawah daun. Ada pula
tumbuhan yang hanya mempunyai stomata pada permukaan atas daun, misalnya
pada bunga lili air. Bentuk atau tipe stomata dibedakan atas 4 yaitu anomositik,
anisositik, parasitik dan diasitik (Lakitan 1993).
Menurut fungsi, bentuk, ukuran dan susunan sel-sel epidermis tidaklah
sama atau berbeda pada berbagai jenis tumbuhan, demikian juga dengan bentuk
atau tipe stomata (Fahn 1991). Walaupun berbeda epidermisnya, semua epidermis
tersusun rapat satu sama lain dan membentuk bangunan padat tanpa ruang antar
sel (Woelaningsih 2001). Setiap jenis tumbuhan mempunyai struktur sel
epidermis yang berbeda. Perbedaan struktur sel epidermis yang dimaksud dapat
berupa bentuk dan susunan sel epidermis, letak atau kedudukan stomata terhadap
sel tetangga, arah membukanya stomata, bentuk stomata, jumlah sel epidermis dan
stomata, jarak antara stomata dan panjang sel epidermis dan stomata
(Rompas et al. 2011).
Dalam hal penelitian taksonomi, pendekatan dengan penanda morfologi
sangat umum dilakukan. Namun, sering juga penanda morfologi ini menghasilkan
sejumlah problem karena plastisitasnya cukup tinggi sehingga diperlukan analisis
tambahan yaitu pendekatan secara anatomi (stomata). Pendekatan anatomi
mempunyai peran penting yang digunakan untuk menguatkan batasan-batasan
masih meragukan. Selain itu juga mempunyai kegunaan yang besar pada takson
infragenetik. Karakter anatomi baik digunakan untuk mengidentifikasi maupun
untuk menentukan hubungan filogenetik. Pendekatan taksonomi dengan penanda
morfologi dan anatomi hingga saat ini masih merupakan pendekatan yang paling
banyak digunakan karena secara umum pendekatan ini membutuhkan biaya yang
tidak terlalu besar dan lebih efisien dalam waktu jika dibandingkan dengan
pendekatan secara molekuler (Pasaribu 2010).
2.4 Kegunaan Pandanus
Pandanus adalah kelompok tumbuhan yang anggotanya memiliki manfaat yang
besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pandan hutan termasuk tumbuhan
yang multiguna dimana semua bagian pohonnya dapat dimanfaatkan (Tabel 1).
Akar digunakan sebagai tali; batang sebagai bahan pembuatan kapak kecil atau
nani; tongkol bunga sebagai obat, makanan dan pengharum; tongkol buah sebagai
obat, sumber minyak, penyedap nasi; tunas muda sebagai lalap, obat; serta daun
sebagai bahan anyaman, bahan pulp, obat dan bahan minyak wangi
(Sahwalita 2007).
Pemanfaatan tumbuhan khususnya Pandanus yang berdaya guna
memerlukan pencegahan terhadap dampak negatif yang mengancam kelestarian
jenis tumbuhan itu sendiri. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya pengenalan,
pengembangan dan peningkatan sumber daya tumbuhan tersebut yang di dukung
dengan pemahaman yang mendalam tentang arti dan peranannya bagi kehidupan
dan kesejahteraan umat manusia sehingga pembangunan yang dijalankan lebih
bijaksana, terutama dalam mengelola kekayaan sumber daya alam hayati tersebut
Tabel 1 Keanekaragaman Jenis Pandanus sebagai bahan pangan (Sumber: Purwanto & Munawaroh. 2010)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Potensi dan wilayah persebarannya
1 Buah merah P. conoideus Telah dibudidayakan secara tradisional, memiliki potensi sebagai bahan ramuan obat, bahan pangan tambahan dan bahan adat
2 Kelapa hutan P. julianettii dan P. iwen
Telah dibudidayakan oleh masyarakat Papua di kawasan pegunungan Tengah (Lembah Baliem dan sekitarnya) sebagai bahan pangan
3 Kelapa hutan P. brosimos Telah dibudidayakan oleh masyarakat Papua di
kawasan pegunungan Tengah (Lembah Baliem dan sekitarnya) sebagai bahan pangan
4 Pandan
raintui
P. krauelianus Secara terbatas dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan daunnya sebagai bahan kerajinan
5 - P. dubius dan
P. tectorius
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Deskripsi Area 3.1.1 Letak dan Luas
Kabupaten Aceh Singkil merupakan salah satu kabupaten yang berada di ujung
selatan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dimekarkan dari kabupaten
Aceh Selatan dan berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Utara. Letak
geografis kabupaten Aceh Singkil berada pada posisi 2°02’-2°027’30’’ LU dan
97°04’-97°45’00’’ BT dengan luas daerah 2.187 km2
Rawa Singkil merupakan kawasan hutan rawa pantai yang terletak di
daerah pantai barat Aceh dengan luas 102.500 Ha. Kawasan ini memiliki bentuk
seperti botol di mana lehernya berujung pada bagian utara. Bagian baratnya
dibatasi oleh pantai pasir putih yang berbatasan dengan laut Hindia yang
merupakan tempat perlindungan penyu. Sebelah timur dan selatan berbatasan
dengan sungai Alas, sementara di sebelah utara dibatasi oleh sungai Trumon
(Leuser Development Programme 1995).
atau 218.700 Ha
(BPS Aceh Singkil 2012).
Kawasan rawa Singkil merupakan perwakilan ekosistem lahan basah di
hutan hujan tropis dataran rendah dan bagian dari kawasan ekosistem Leuser
berdasarkan Keppres No. 33 tahun 1998. Kawasan ini memiliki fungsi konservasi
yang sangat penting karena kawasan ini menjadi habitat utama bagi satwa liar
yang dilindungi dan terancam punah secara global. Tingginya nilai konservasi di
kawasan tersebut, menjadikan kawasan ini telah disepakati oleh para pakar
sebagai salah satu kawasan kunci keanekaragaman hayati (key biodiversity area)
3.1.2 Topografi
Berdasarkan peta topografi, sebagian besar wilayah kabupaten Aceh Singkil
adalah dataran. Bentuk wilayah yang datar ini umumnya terletak di bagian selatan.
Pada bagian selatan, fisiografi terdiri atas dataran alluvial sungai dan endapan
pasir laut yang sebagian besar merupakan ekosistem rawa yang unik. Disamping
itu, terdapat juga bahan induk tanah berupa bahan organik yang sebagiannya telah
terdekomposisi membentuk gambut. Sedangkan daerah berbukit berada di bagian
utara. Diantara bukit terdapat sungai dan anak sungai yang bermuara ke Samudera
Hindia. Elevasi permukaan lahan dari permukaan laut di kabupaten Aceh Singkil
bervariasi mulai 0-1000 meter di atas permukaan laut (dpl) (BLH Aceh Singkil
2005).
3.1.3 Iklim
Menurut Schmidt dan Ferguson, wilayah kabupaten Aceh Singkil tergolong ke
dalam tipe iklim B (basah). Curah hujan rata-rata tahunan di wilayah kabupaten
Aceh Singkil sebagai berikut:
a. Bagian Utara berkisar 2.900-3700 mm/tahun;
b. Bagian Barat berkisar 2.300-3.000 mm/tahun;
c. Bagian Selatan termasuk Kepulauan Banyak berkisar 2.850-3.600 mm/tahun;
d. Bagian Timur berkisar 2.700-3.700 mm/tahun; dan
e. Bagian Tengah berkisar 2.850-3.350 mm/tahun.
Selain itu, wilayah-wilayah yang termasuk dalam kabupaten ini juga memiliki tingkat kelembaban udara yang juga cukup tinggi. Implikasi dari letak
geografis yang berdekatan dengan pantai, maka kota Singkil mempunyai rata-rata
3.1.4 Keanekaragaman Hayati Rawa Singkil memiliki kekayaan flora yang bernilai biologis dan ekonomis tinggi.
Data Dirjen PHKA (2004) menunjukkan bahwa jenis kayu meranti, damar laut,
kapur, kerwing, lesi-lesi/ medang adalah jenis-jenis kayu yang bernilai ekonomis
tinggi dan sebagian besar kayu ini berasal dari hutan di sekitar rawa Singkil. Hal
ini diperkuat juga oleh hasil diskusi Focus Group Discussion (FGD) dengan staff
Pemda yang menyatakan bahwa Singkil dahulu dikenal sebagai penyuplai kayu
bernilai ekonomis tinggi dan kini saat luasan hutan di daerah ini semakin
berkurang, suplai kayu yang bisa diharapkan adalah dari rawa Singkil. Jenis-jenis
fauna yang terdapat di kawasan rawa Singkil cukup beragam. Setidaknya tiga
spesies satwa Sumatra endemik dan terancam punah dapat ditemukan di
kawasan ini yaitu, Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Harimau Sumatera
(Panthera tigris sumatrae) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)
(Ariantiningsih 2007).
3.2Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2012 sampai dengan Juni 2013
di kawasan rawa Singkil, kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Eksplorasi dan Karakterisasi Morfologi
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera (dokumentasi),
parang, cutter, gunting tanaman, tali rafia, label spesimen, lakban, spidol,
meteran, plastik ukuran 60x40 cm, alat tulis dan buku lapangan, buku identifikasi,
peta rawa Singkil, higrometer, termometer, soil termometer, soil pH, lux meter,
3.3.2 Karakterisasi Anatomi
Alat-alat yang digunakan adalah cawan petri, gelas objek dan cover glass, gunting
kecil, backer glass, pinset, hot plate, mikroskop, kamera digital, tissue gulung
Sedangkan bahan yang digunakan adalah potongan daun koleksi spesimen
herbarium, alkohol 70%, HNO3 50%, safranin 1% dan gliserin.
3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Di Lapangan
3.4.1.1 Pemilihan lokasi
Dalam pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan Metode Purposive Sampling
sesuai dengan keberadaan Pandanus dengan bantuan masyarakat lokal.
Berdasarkan informasi yang diperoleh maka dilakukan survei lokasi yang telah
dilakukan pada bulan Nopember 2012 untuk menentukan wilayah studi. Dari
survei yang telah dilakukan diperoleh hasil sementara yaitu ditemukan dua jenis
Pandanus seperti P. labyrinthicus dan P. tectorius.
3.4.1.2Inventarisasi dan Koleksi Spesimen
Potensi keberadaan Pandanus diidentifikasi dengan melakukan pengamatan
dengan Metode survei. Keadaan rawa Singkil yang sebagian besar dibatasi oleh
sungai maka eksplorasi dilakukan dengan menggunakan Robin (istilah perahu
tradisional oleh masyarakat setempat) dan sebagian daerah berupa dataran
sehingga eksplorasi dilakukan dengan metode jelajah di sepanjang jalur yang ada.
Metode identifikasi spesies dengan mengambil contoh material setiap
tumbuhan pandan hutan yang terbaik dengan ciri-ciri yang masih lengkap
kemudian dilakukan pengkoleksian spesimen. Koleksi dapat dilakukan baik dalam
bentuk basah maupun koleksi kering. Bagian vegetatif tumbuhan yang
berperawakan kecil dapat dikoleksi seluruhnya. Untuk tumbuhan yang
ujung dan masing-masing bagian diberi penomoran pada label spesimen kemudian
disusun di antara lipatan koran serta diikat dengan tali plastik, dimasukkan ke
dalam kantung plastik yang berukuran 60x40 cm, kemudian disiram dengan
alkohol 70% sampai basah agar spesimen tidak berjamur, diusahakan sebelum
kantung plastik ditutup rapat dikosongkan terlebih dahulu udara yang terdapat di
dalam kantung plastik tersebut seminimal mungkin, kemudian kantung plastik
ditutup rapat dengan lakban.
3.4.1.2 Parameter Pengamatan
Adapun parameter pengamatan yang dilakukan dalam penelitian
Pandanus adalah sebagai berikut:
1) Parameter Morfologi
Parameter morfologi yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis Pandanus
meliputi habit, habitat, proproots (akar penopang), batang, daun, perbungaan,
dan perbuahan.
2) Parameter Ekologi
Aspek lainnya adalah Parameter Ekologis meliput i daerah persebaran,
kelembaban udara dengan higrometer, suhu udara dengan termometer, suhu
tanah dengan soil termometer, pH tanah dengan soil pH, intensitas cahaya
dengan lux meter, ketinggian dan titik ordinat dengan GPS (Global
Positioning System) dari setiap jenis Pandanus yang ditemukan.
3.4.2 Di Laboratorium 3.4.2.1 Identifikasi karakter morfologi
Spesimen dari lapangan dibuka, koran diganti dengan yang baru, kemudian
spesimen dikeringkan dalam oven pengering dengan suhu ± 60°C sampai
spesimen kering. Spesimen yang telah kering dilakukan pengamatan morfologinya
a. Flora Malesiana (Steenis, 1976)
b. Malayan Wild Flowers (Monocotyledons) (Henderson, 1954)
c. Revision of the Genus Pandanus Stickman Part 1: Key to the Sections (St. John, 1960)
d. Kumpulan jurnal-jurnal Pandanus
Jenis-jenis yang tidak dapat diidentifikasi di Herbarium Medanense
(MEDA), Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA,
Universitas Sumatera Utara dikirim ke Herbarium Bogoriense untuk diidentifikasi
lebih lanjut.
3.4.2.2 Identifikasi karakter anatomi (Stomata dan Sel epidermis)
Pengamatan stomata dilakukan dengan membuat sayatan paradermal
semi-permanent dengan metode gabungan Simple Scraping Technique dari
Metcalfe (1960) yang dimodifikasi. Bahan yang digunakan diambil dari daun
koleksi spesimen herbarium yang direbus dengan air selama 5-10 menit
(perebusan tergantung pada tebal tipisnya daun) dan setelah itu direndam
menggunakan alkohol 70 % selama ± 1 minggu hingga daun lunak. Kemudian
dilakukan perebusan dengan menggunakan HNO3 50 % selama lebih kurang
5-10 menit sampai lapisan epidermis dapat dengan mudah dilepaskan dari
jaringan mesofil. Lapisan epidermis tersebut direndam dalam 1% safranin selama
5 menit; setelah diwarnai diletakkan pada gelas objek dengan gliserin, kemudian
ditutup dengan gelas penutup. Dioleskan cutex transparan pada pinggiran gelas
penutup. Preparat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 kali.
Karakter anatomi yang diamati adalah bentuk dan susunan dari stomata dan sel
epidermis pada bagian adaxial (atas) dan abaxial (bawah) daun Pandanus
kemudian dilakukan pengukuran stomata, penghitungan jumlah sel epidermis dan
stomata yang dihitung dalam satu bidang pandang mikroskop dan dilakukan
33.5 Analisis Data 3.5.1 Ukuran stomata
Ukuran stomata merupakan gabungan dari area sel penutup (guard cells) dengan
celah yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Franco (1939) yaitu: a x b x 0,7854
dimana, a = panjang stomata,
b = lebar stomata
3.5.2 Indeks Stomata (IS)
Indeks stomata merupakan rasio sel-sel epidermis dan stomata yang dapat di
determinasi dengan rumus Salisbury (1927) yaitu:
�= �
�+� ����
dimana,
Data indeks stomata yang diperoleh merupakan nilai rata-rata dari pengukuran 10
bidang pandang yang dipilih secara acak.
3.5.3 Kemiripan Jenis-jenis Pandanus
Berdasarkan karakter-karakter hasil pengamatan morfologi dan anatomi,
dilakukan analisis kemiripan untuk melihat kecenderungan pengelompokkan
jenis-jenis Pandanus dengan menggunakan program NTSYSpc (Numerical
Taxonomy and Multivariate System) version 2.11a oleh Rohlf (2002). I = Indeks stomata;
S = Jumlah stomata dalam unit area;
3.5.4 Persebaran Jenis-jenis Pandanus
Untuk mengetahui persebaran jenis-jenis Pandanus yang terdapat di kawasan
rawa Aceh Singkil dapat digambarkan dengan peta persebaran dengan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keanekaragaman Jenis dari Marga Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil
Dari eksplorasi dan karakterisasi morfologi yang dilakukan di kawasan rawa
Aceh Singkil diperoleh 5 jenis Pandanus yaitu Pandanus atrocarpus, Pandanus
labyrinthicus, Pandanus militaris, Pandanus odoratissimus dan Pandanus
tectorius. Pandanus yang ditemukan ini tergolong banyak bila dibandingkan
dengan kawasan hutan lain di Sumatera. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh
Sahwalita (2007) memperoleh 4 jenis Pandanus di desa Pardukapan kecamatan
Kerajaan, kabupaten Pakpak barat, provinsi Sumatera Utara dan Stone (1970)
menyatakan bahwa jumlah jenis Pandanus di Sumatera berkisar 15-20 jenis.
Perkiraan jenis Pandanus yang ditemukan ini suatu saat bisa saja berubah
mengingat belum banyak penelitian yang dilakukan di kawasan hutan lain di
Sumatera. Jumlah jenis Pandanus yang ditemukan tersebut diduga karena daerah ini memiliki kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan Pandanus Aceh
Singkil merupakan wilayah yang dikategorikan beriklim tropis dan cenderung
memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu mencapai 2847 mm per tahun (BLH
Aceh Singkil 2011). Selain itu, memiliki tingkat kelembaban udara yang cukup
tinggi dan mempunyai suhu rata-rata agak panas yaitu 27-33°C. Menurut
Norwegia (1994), Pandanus merupakan tumbuhan yang membutuhkan curah
hujan yang tinggi dengan kondisi tanah yang baik. Pandanus tidak dapat tumbuh
4.2 Persebaran Jenis-Jenis dari Marga Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil
Jenis-jenis Pandanus yang ditemukan di kawasan rawa Aceh Singkil terdiri atas
beberapa habitat. P. odoratissimus dan P. tectorius ditemuka n pada daerah pantai
berupa daratan yang relatif kering dengan tekstur tanah berpasir namun masih
terpengaruh pasang-surut air laut. Sementara P. atrocarpus ditemukan pada rawa
pesisir berupa daratan yang relatif basah yang juga dipengaruhi pasang-surut air
laut, sedangkan P. labyrinthicus dan P. militaris selain terdapat pada rawa pesisir
juga ditemukan pada daerah perairan yaitu rawa pedalaman yang tidak
dipengaruhi pasang-surut air laut (Gambar 2).
Gambar 2 Peta Persebaran Jenis-Jenis Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil Gambar diatas memperlihatkan jenis-jenis Pandanus yang ditemukan
mendiami beberapa habitat yaitu daratan relatif kering (pantai), daratan relatif
basah (rawa pesisir) serta daerah perairan (rawa pedalaman). Hal ini
menunjukkan bahwa Pandanus mampu hidup pada habitat yang berbeda. Sesuai
dengan pendapat Stone (1966) yang menyatakan bahwa Pandanus dapat
ditemuka n hampir pada semua habitat mulai tepi laut sampai puncak pegunungan
rawa-mangrove.
Kehadiran suatu jenis tumbuhan di tempat tertentu, berkaitan erat dengan
faktor-faktor lingkungan yaitu iklim, edafik (tanah), topografi dan biotik antara
satu dengan yang lain, namun cukup sulit untuk mencari penyebab terjadinya
kaitan yang erat tersebut (Syafei 1994). Beragamnya jumlah jenis yang diperoleh
mungkin disebabkan oleh kondisi lingkungan yang sangat khas pada
masing-masing habitat. Hasil di lapangan menunjukkan jenis Pandanus lebih
banyak ditemukan pada daratan yang relatif basah dengan suhu berkisar 26-27°C
dengan kelembaban antara 80-90% dan intensitas cahaya 1070-1319 Lux meter
(Lampiran B) dengan jenis tanah berupa tanah alluvial yang berasal dari hasil
pengendapan lumpur sungai yang tanahnya lebih subur karena adanya masukan
air sungai yang membawa unsur-unsur hara bila dibandingkan dengan daratan
yang relatif kering dengan suhu udara 29-31°C, suhu tanah 32-33 °C, kelembaban
udara berkisar 50-80 %, intensitas cahaya 1666-1816 Lux meter, pH tanah
6,1-6,2 serta dengan jenis tanah berpasir yang berasal dari pelapukan batuan yang
tidak dapat mengikat air serta daerah perairan berupa rawa pedalaman yang tidak
dipengaruhi pasang-surut air laut dimana sumber hara hanya berasal dari masukan
air hujan.
4.3 Karakterisasi Morfologi 4.3.1 Habitat
Jenis-jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil terdapat pada daratan dan
daerah perairan (Gambar 3). P. odoratissimus dan P. tectorius ditemukan di
daratan yang relatif kering berupa daerah pantai berpasir yang relatif landai
dengan vegetasi pes-caprae (Ipomea pes-caprae) dan cemara pantai (Casuarina
equisetifolia), sedangkan P. atrocarpus, P. militaris dan P. labyrinthicus
ditemukan pada daratan relatif basah dengan rawa pesisir yang dipengaruhi
pasang-surut air laut. P. labyrinthicus dan P. militaris selain terdapat pada daratan
Stone (1966) yang menggambarkan beberapa habitat beserta jenis Pandanus yaitu
daratan relatif kering (daerah berpasir dan pantai berbatu) dengan jenis
P. odoratissimus; daratan relatif basah (hutan rawa air tawar) dengan jenis
P. atrocarpus; daerah berbukit, dataran rendah dan di sepanjang sungai dengan
jenisP. militaris.
Gambar 3 Habitat Pandanus. (A) Daerah pantai; (B) Rawa pesisir; (C) Rawa pedalaman.
4.3.2 Perawakan
Jenis Pandanus yang ditemukan tergolong tumbuhan dengan perawakan sedang
yaitu P. labyrinthicus dan P. militaris dan tumbuhan dengan perawakan besar
yaitu P. tectorius, P. odoratissimus dan P. atrocarpus. Hal ini sesuai dengan
pendapat Stone (1966) yang membagi Pandanus atas perawakan
kecil,sedang dan besar. Pandanus berperawakan sedang biasanya mempunyai
percabangan pada tumbuhan yang sudah tua dengan diameter 2-9 cm dan akar
penopang yang mencolok, sedangkan Pandanus berperawakan besar batang
10-20 cm, arah tumbuh ke atas, tinggi mencapai 5-6 m, ada atau tidak akar
Gambar 4 Perawakan dan Proproots Pandanus. (A) Perawakan sedang P. labyrinthicus, (B) Perawakan besar P. atrocarpus, (C) Proproots P. labyrinthicus, (D) Proproots P. atrocarpus.
4.3.3 Batang
Jenis Pandanus yang ditemukan memiliki karakter morfologi permukaan batang
yang berbeda-beda (Gambar 5). Permukaan batang dengan tonjolan seperti duri
(lentisel) meliputi P. atrocarpus, P. labyrinthicus, P. odoratissimus, P. tectorius
dan permukaan seperti beruas dan tidak memiliki duri (lentisel) pada jenis
Gambar 5 Permukaan Batang Pandanus. (A) Permukaan dengan lentisel P. tectorius, (B) Permukaan seperti beruas tanpa lentisel P. militaris.
4.3.4 Daun
Jenis Pandanus yang ditemukan memiliki karakter morfologi daun yang berbeda.
Bentuk daun berupa bangun pita pada jenis P. labyrinthicus, P. militaris dan
bangun lidah pada jenis P. atrocarpus, P. odoratissimus dan P. tectorius. Pada
Pandanus terdapat duri pada tepi daun (margin) berwarna gelap yaitu jenis
P. labyrinthicus, P. militaris dan P. atrocarpus sedangkan berwarna terang yaitu
jenis P. odoratissimus dan P. tectorius. Selain itu, terdapat juga duri membalik
(recurved spines) di bagian permukaan bawah daun kecuali jenis P. militaris dengan permukaan bawah daun licin. Recurved spines pada jenis P. labyrinthicus
berwarna gelap sedangkan P. atrocarpus, P. odoratissimus dan P. tectorius
berwarna terang. Stone (1966) berpendapat ada beberapa catatan penting yang
harus diperhatikan dalam pengkoleksian daun pandan, yaitu warna duri bagian
tepi yaitu hijau, coklat, keunguan, kemerahan atau kehitaman dan organ tambahan
pada daun apakah duri pada pertulangan daun (recurved spines) melengkung ke
Gambar 6 Bentuk dan Duri Pandanus. (A) Bangun pita P. labyrinthicus; (B) Bangun lidah P. tectorius; (C) Permukaan bawah daun licin tanpa recurved spines P. militaris;(D) Permukaan bawah dengan recurved spines berwarna gelap P. labyrinthicus; (E) Duri tepi daun berwarna gelap P. labyrinthicus; (F) Permukaan bawah dengan recurved spines dan duri tepi daun berwarna terang P. tectorius.
4.3.5 Perbungaan
Jenis P. labyrinthicus merupakan satu-satunya jenis Pandanus yang ditemukan di
kawasan rawa Aceh Singkil dengan perbungaan jantan. Perbungaan berbentuk
malai (panicles) dan terletak terminal (di ujung batang). Tidak ada perbedaan
antara mahkota (corolla) dan kelopak (calyx) bunga atau bunga pandan hanya
tersusun atas perhiasan bunga (perianth). Jumlah benang sari sangat banyak.
singkat yaitu 1 hingga 3 hari. Sebaliknya, masa perkembangan dari perbungaan ke
perbuahan pada individu betina sangat panjang dan dapat mencapai waktu
berbulan-bulan.
Gambar 7 Perbungaan Jantan P. labyrinthicus
4.3.6 Perbuahan
Beberapa jenis Pandanus di kawasan rawa Aceh Singkil ditemukan lengkap
dengan buah kecuali pada P. atrocarpus, ada yang berupa seperti tandan
(cephalia) pada P. labyrinthicus dan jenis lainnya berupa cephalium pada
P. odoratissimus, P. tectorius dan P. militaris. Keim (2007) berpendapat bahwa
sebagian anggota Pandanaceae, buah majemuknya dapat berupa buah majemuk
satu tingkat artinya buah majemuk selalu tersusun atas buah tunggal (drupe) yang
kemudian bergabung membentuk buah majemuk. Sebagian yang lain berupa buah
majemuk dua tingkat artinya beberapa buah tunggal ada yang menyatu
membentuk kelompok-kelompok majemuk yang disebut phalange, beberapa
phalange ini kemudian bersama-sama membentuk buah majemuk tingkat
Gambar 8 Perbuahan Pandanus. (A) Cephalia P. labyrinthicus; Cephalium (B) P. tectorius, (C) P. odoratissimus, (D) P. militaris dan (E) P. labyrinthicus; (F) Phalange P. tectorius; (G) Drupa P. labyrinthicus
4.4 Karakterisasi Anatomi
Pengamatan stomata pada sayatan paradermal semi-permanent dengan perbesaran
40 kali menunjukkan bahwa tipe stomata pada Pandanus adalah anomositik yaitu
memiliki sel epidermis dan sel penjaga yang tidak mudah dibedakan. Selain itu,
stomata pada daun Pandanus terdapat di permukaan atas (adaxial) dan bawah
(abaxial) daun. Sutrian (1992) berpendapat bahwa umumnya stomata terdapat
Gambar 9 Tipe Stomata Anomositik P. tectorius (A) Adaxial, (B) Abaxial, (1) Porus, (2) Sel penutup, (3) Sel tetangga, (4) Sel epidermis dan (5) Papilla (Perbesaran 40x).
4.5Frekuensi, Indeks dan Ukuran Stomata
Hasil analisis dari frekuensi, indeks dan ukuran stomata pada Pandanus sangat
bervariasi dimana pada bagian abaxial daun lebih tinggi bila dibandingkan dengan
bagian adaxial (Tabel 2).
Tabel 2 Frekuensi, Indeks dan Ukuran Stomata Daun Pandanus di Kawasan Rawa Aceh Singkil
Pada adaxial, frekuensi dan indeks stomata tertinggi terdapat pada
dan P. labyrinthicus sebesar 14,73 dan 0,90 serta frekuensi dan indeks stomata
terendah pada P. militaris masing-masing sebesar 11,46 dan 0,70, sedangkan
ukuran stomata tertinggi pada P. militaris sebesar 71,10 dan terendah pada
P. tectorius sebesar 17,46.
Pada abaxial, frekuensi dan indeks stomata tertinggi terdapat pada
P. tectorius masing-masing sebesar 160,43 dan 9,87 diikut i oleh P. odoratissimus
sebesar 152,24 dan 9,34 serta frekuensi dan indeks stomata terendah pada
P. militaris masing-masing sebesar 47,47 dan 2,91, sedangkan ukuran stomata
tertinggi pada P. militaris sebesar 92,75 dan terendah pada P. odoratissimus
sebesar 26,78.
P. tectorius dan P. odoratissimus merupakan jenis Pandanus yang
ditemukan pada habitat teresterial berupa daratan yang relatif kering dengan
intensitas cahaya yang tinggi yaitu sebesar 1666-1816 Lux meter bila
dibandingkan dengan habitat akuatik dengan intensitas cahaya sebesar 1070-1319
Lux meter. Kedua jenis Pandanus ini memiliki nilai frekuensi dan indeks yang
tinggi serta ukuran yang terendah dibandingkan dengan jenis Pandanus lainnya
yang ditemukan di kawasan rawa Aceh Singkil. Frekuensi stomata tiap-tiap
tumbuhan beragam. Sama halnya dengan indeks stomata yaitu perbandingan
antara jumlah stomata dengan jumlah total epidermis ditambah stomata yang
menunjukkan tingkat kerapatan stomata (Wallis 1965).
Menurut Kimball (2006) intensitas cahaya merupakan salah satu faktor
lingkungan yang mempengaruhi kerapatan stomata. Willmer (1983) juga
berpendapat bahwa semakin tinggi intensitas cahaya, frekuensi stomata di kedua
permukaan daun juga semakin meningkat, meskipun peningkatan frekuensi
tersebut tidak signifikan. Selain itu, Wahyuningsih et al (2006) menyatakan
bahwa daun pada tumbuhan yang terpapar cahaya dengan intensitas tinggi
mempunyai stomata lebih kecil dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan
4.6Ciri-Ciri Morfologi dan Anatomi
Berdasarkan pengamatan, diperoleh ciri-ciri morfologi dan anatomi yang dapat
digunakan dalam pengelompokkan jenis-jenis Pandanus di kawasan rawa Singkil.
Karakter pembeda yang digunakan sebanyak 19 karakter yang mencakup karakter
morfologi dan anatomi (Tabel 3).
Tabel 3 Karakter Morfologi dan Anatomi Pandanus
NO KARAKTER KATEGORI
4.7 Analisa Kemiripan Morfologi dan Anatomi Menggunakan NTSYS
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi dan anatomi dilakukan analisis
kemiripan dengan 19 karakter pembeda (Tabel 4) untuk melihat kecenderungan
pengelompokkan jenis-jenis Pandanus dengan menggunakan program NTSYSpc
(Numerical Taxonomy and Multivariate System) version 2.11a (Rohlf 2002) dan
diperoleh pengelompokkan jenis Pandanus dalam bentuk Phenogram seperti
Gambar 10 Phenogram Jenis Pandanus Berdasarkan Karakter Morfologi dan Anatomi
Dari phenogram tersebut maka jenis Pandanus yang ditemukan
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok I dan kelompok II
dengan kisaran tingkat kemiripan 55%-84%. Kelompok I terdiri atas dua
subkelompok yaitu C (jenis P. atrocarpus dengan kisaran kemiripan 55-84 %) dan
D terdiri dari jenis P. odoratissimus dan P. tectorius dengan kisaran kemiripan
84 % sedangkan Kelompok II terdiri atas 2 subkelompok yaitu E
(P. labyrinthicus) dan F (P. militaris) dengan kisaran kemiripan 73%-84 %.
Pemisahan dua kelompok ini didasarkan pada perbedaan ciri morfologi
yang mencolok yaitu habit dan habitat dari masing-masing jenis Pandanus.
Kelompok I merupakan Pandanus habit/ berperawakan besar. Selain habit,
perbedaan habitat dari masing-masing jenis Pandanus juga mendasari pemisahan
Pandanus menjadi subkelompok dimana subkelompok C (P. atrocarpus)
ditemukan pada habitat rawa pesisir sedangkan subkelompok D (P. odoratissimus,
P. tectorius) ditemukan pada habitat pantai dan memiliki kemiripan yang tinggi.
Hal ini dikarenakan pada kedua jenis (P. odoratissimus, P. tectorius) memiliki
meruncing dan adanya papilla pada sel penutup.
Kelompok II merupakan Pandanus dengan habit sedang dan ditemukan
pada habitat rawa pesisir-rawa pedalaman yang dibedakan atas subkelompok E
(P. labyrinthicus)dan F (P. militaris). Pemisahan Pandanus ini diasumsikan
karena perbedaan morfologi diantaranya P. labyrinthicus memiliki proproots,
permukaan bawah daun memiliki recurved spines, serta buah berupa cephalia
(bentuk tandan), sedangkan pada P. militaris tidak memiliki proproots,
permukaan batang memiliki seperti beruas, permukaan bawah daun licin atau
tidak memiliki recurved spines, serta buah berupa cephalium.
4.8Kunci Identifikasi
Sebuah kunci identifikasi sederhana berdasarkan karakter morfologi dari
jenis Pandanus yang ditemukan dapat disusun sebagai berikut:
1. a. Habit sedang………... 2 b. Habit besar………... 3 2. a. Memiiliki proproots sebagai penopang batang…... P. labyrinthicus
b. Hanya batang sebagai penopang tubuh…………..... P. militaris 3. a. Warna permukaan atas daun hijau dengan bercak
hitam……….... P. atrocarpus b. Warna permukaan atas daun hijau mengkilat…... 4 4. a. Permukaan phalange menonjol ………...... P. odoratissimus b. Permukaan phalange rata ………... P. tectorius
4.9 Deskripsi Jenis dari Marga Pandanus
4.9.1 Pandanus atrocarpus
Habitat; rawa pesisir. Habit; berperawakan besar, tumbuh tegak, tinggi total
1000-1100 cm. Proproots; besar, panjang 122-150 cm, berbintil, berwarna abu-abu kecoklatan. Batang;tinggi 800-900 cm, diameter 17-43,5 cm, permukaan
berdaging, bentuk bangun pita, ujung runcing, tepi berduri kecil, rapat, sangat
tajam, berwarna coklat muda (gelap), ukuran duri 0,2 cm, jarak antar duri 0,4 cm,
permukaan atas berwarna hijau bercak hitam, permukaan bawah putih
keabu-abuan, recurved spines ukuran 0,35 cm, jarak antar duri 2,8 cm, rerata
panjang 150-300 cm, lebar 6,5-7,2 cm.
Spesimen : DR 014; 18 Maret 2013 (MEDA-USU)
Distribusi : Terdapat di kawasan Malaya Peninsula, Sumatera
Habitat : Ditemukan pada rawa pesisir dengan ketinggian 29 mdpl.
4.9.2Pandanus labyrinthicus Habitat; rawa pesisir-rawa pedalaman. Habit; berperawakan sedang, tumbuh membentuk rumpun, tinggi total 150-500 cm. Proproots; panjang 100-150 cm, berduri tumpul, berwarna coklat. Batang; ramping, tinggi 100-380 cm, diameter batang 13-18,5 cm, berwarna coklat, permukaan berduri tumpul, jarang, tersebar
secara acak. Daun; tipis, bentuk bangun pita, ujung runcing, tepi berduri, ukuran duri 0,4 cm, jarak antar duri ± 1,3 cm, permukaan atas licin, berwarna hijau
kekuningan, permukaan bawah berwarna hijau kekuningan, recurved spines
mengarah ke dalam, berwarna coklat kehitaman (gelap), ukuran duri 0,4 cm, jarak
antar duri 1,5-2,4 cm, rerata panjang daun 112-160 cm, rerata lebar daun 3-4,5
cm. Inflorescence; terminal, panjang tangkai 20 cm, berwarna putih susu, daun braktea berwarna kuning muda, panjang 43 cm, lebar 5,5 cm, berbentuk oblong
atau memanjang, terdiri dari 7-8 spikelet, kepala sari (anther) berwarna coklat tua,
tangka i sari (filament) berwarna putih susu. Infrutescence; terminal, panjang tangkai 8 cm, memiliki daun braktea berwarna hijau. Buah; berupa tandan (cephalia). Cephalia; panjang 32 cm, terdiri dari 5-7 cephalium. Cephalium; panjang 12,5 cm, lebar 11,5 cm, warna hijau tua (muda), hijau kekuning-kuningan
(buah tua), bentuk bulat lonjong. Drupa; berjumlah 70-150, panjang 2,5 cm (termasuk stigma), lebar 0,7 cm, berbentuk seperti setengah lingkaran, cembung,
Spesimen : DR 015, 16-18 Maret 2013 (MEDA-USU) Distribusi : Terdapat di kawasan Malaya Peninsula
Habitat : Ditemuka n di kawasan rawa pesisir dan rawa pedalaman dengan ketinggian 4-11 mdpl.
4.9.3 Pandanus militaris
Habitat; rawa pesisir-rawa pedalaman. Habit; berperawakan sedang, tinggi total 130-200 cm. Proproots; tidak Ada. Batang; tinggi 92-100 cm, diameter sampai 9 cm, tegak, ramping, permukaan/ kulit seperti beruas, bewarna merah kehitaman.
Daun; tipis, bentuk bangun pita, ujungruncing, bagian basal tidak mengeras, tepi berduri halus, kecil, rapat, ukuran duri 0,2 cm, jarak antar duri 0,1 cm, berwarna
merah kecoklatan (gelap), permukaan atas licin berwarna hijau muda, permukaan
bawah daun licin, tidak memiliki recurved spines, berwarna hijau kekuningan,
rerata panjang 55-116 cm, rerata lebar 2-3 cm. Infrutescence; terminal, panjang tangkai 28-35 cm, berwarna hijau, permukaan memperlihatkan bekas-bekas daun.
Cephalium; bentuk lonjong-memanjang, panjang 10-15 cm, lebar 6,5-8 cm,
berwarna hijau muda (buah muda), kuning (buah tua). Drupa; terdiri dari 300-500, stigma berbentuk kerucut, runcing, berwarna merah kecoklatan.
Spesimen : DR 016; 17, 20, 21 Maret 2013 (MEDA-USU) Distribusi : -
Habitat : Ditemukan di kawasan rawa pesisir dan rawa pedalaman dengan ketinggian 6, 15 mdpl.
4.9.4 Pandanus odoratissimus Habitat; pantai. Habit; berperawakan besar, tumbuh tegak, memiliki percabangan seperti tempat lilin, tinggi total 400-800 cm. Proproots; tampak jelas, berasal dari
pangkal batang, tebal, panjang 89 cm dari permukaan tanah, permukaan memiliki
dalam karangan rapat di ujung percabangan, ujung meruncing, panjang seperti
flagella, dasar membulat, tepi berduri kaku dan sangat tajam, ukuran duri 0,7 cm,
jarak antar duri 0,3 cm, berwarna putih kekuningan (terang), permukaan atas licin
berwarna hijau mengkilat, permukaan bawah hijau muda, recurved spines terlihat
jelas mengarah ke dalam, berwarna putih kekuningan (terang), rerata panjang
180-200 cm, rerata lebar 3-4 cm. Infrutescence; terminal, tunggal, bentuk gada seperti buah nenas, panjang tangkai 11 cm, berwarna hijau. Buah;terbentuk dari gabungan beberapa karpel berupa buah majemuk dua tingkat (cephalium).
Cephalium; bentuk bulat telur, keras, berat mencapai 3 kg, panjang 18-22 cm, diameter 10-12 cm, berwarna hijau (buah muda), oranye kemerahan (buah tua),
tersusun atas 38-200 buah majemuk tingkat satu (phalange) dimana satu tingkatan
dengan tingkatan lainnya dipisahkan oleh relung. Phalange; bulat lonjong hingga
bulat telur, menyempit pada bagian bawah, bagian atas berwarna hijau hingga
oranye, bagian bawah berwarna kuning hingga oranye kemerahan, panjang 4,5-11
cm, lebar 1,5-6,5 cm, terdiri dari 4-15 buah tunggal (drupa) yang tersusun
kompak, rapat. Drupa; bentuk, warna sama dengan phalange, kepala putik pendek, berwarna coklat hingga coklat kehitaman, menghadap ke dalam, pericarp
berwarna hijau muda dan keras, mesocarp berwarna putih kecoklatan, berserat,
endocarp berwarna merah kecoklatan. Biji berwarna putih kecoklatan.
Spesimen : DR 017, 16, 19 Maret 2013 (MEDA-USU) Distribusi : -
Habitat : Teresterial ditemuka n di pantai dengan ketinggian 3 mdpl.
4.9.5 Pandanus tectorius
Habitat; pantai. Habit; berperawakan besar, tinggi total 500-600 cm, seringkali memiliki batang yang banyak, bercabang dengan bentuk kanopi menyebar.