• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Taksonomi Rotan di Kawasan Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Taksonomi Rotan di Kawasan Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TAKSONOMI ROTAN DI KAWASAN SIKUNDUR

TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KABUPATEN

LANGKAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

NIA IASHA

070805011

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

STUDI TAKSONOMI ROTAN DI KAWASAN SIKUNDUR

TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KABUPATEN

LANGKAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

NIA IASHA

070805011

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : STUDI TAKSONOMI ROTAN DI KAWASAN

SIKUNDUR TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

Kategori : SKRIPSI

Nama : NIA IASHA

Nomor Induk Mahasiswa : 070805011

Program Studi : SARJANA BIOLOGI (S1) BIOLOGI

Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2012

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS Dr. Nursahara Pasaribu M.Sc

NIP. 1962 1214 1991 03 2001 NIP. 1963 0123 1990 03 2001

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU

Ketua,

(4)

PERNYATAAN

STUDI TAKSONOMI ROTAN DI KAWASAN SIKUNDUR TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2012

(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil’alamin, penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Taksonomi Rotan Di Kawasan Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara”

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada Ayahanda (M. Yusuf Hanafiah), Ibunda (Alm. Asmawati), Ibu (Saidah), Saudara-saudaraku (Kak Mulyana dan Bang Hanafiah, Bang Tomy dan Kak Lia, Bang Boby dan Kak Liza, Bang Maimun, Aan, Fira) dan keponakan-keponakanku tersayang (Sarah, Dila, Reva, Shezia, dan Kiran) yang telah memberikan kasih sayang dan dukungannya selama ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Nursahara Pasaribu M.Sc., Prof. Dr. Retno Whidhiastuti MS., selaku pembimbing dan kepada bapak T. Alief Aththorick, S.Si., M.Si, ibu Etti Sartina Siregar S.Si., M.Si, yang telah banyak memberikan arahan, waktu dan perhatiannya yang besar terutama saat penulis memulai penulisan hingga penyusunan skripsi penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. M. Zaidun Sofyan M.Si, selaku dosen penguji 1, dan Bapak Drs. Arlen Hanel John, M.Si, selaku dosen penguji II. Pada kesempatan ini ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Kiki Nurtjahya M.Sc. selaku sekretaris departemen Biologi FMIPA USU, kepada Bang Endra Raswin, Kak Roslina Ginting, terima kasih atas kesabarannya dalam membantu penulis selama masa pendidikan di Departemen Biologi.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Arlen Hanel John, M.Si, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan banyak masukan dan nasehat kepada penulis. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Pak Ben, Pak Burhan, Pak Afrizal yang telah membantu penulis, tim pelaksanaan penelitian (Sari, Tika, dan Hotman), teman-teman bidang Taksonomi dan Ekologi tumbuhan (Bang Kasbi, Farid, Nisa, Ria Windi, Eka, Ayu, Anti, Dwi, Irma, Jhon, Rita, Putri, Essy, Nisa), serta adik-adik asuhku yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk terus maju.

(6)

Akhirnya dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kita semua dengan balasan yang setimpal. Amin Ya rabbal Alamin.

Medan, Juli 2012

(7)

STUDI TAKSONOMI ROTAN DI KAWASAN SIKUNDUR TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KABUPATEN LANGKAT SUMATERA

UTARA

ABSTRAK

Studi Taksonomi Rotan di Kawasan Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser

Kabupaten Langkat Sumatera Utara” dengan metode survey telah dilaksanakan dari bulan Mei sampai Agustus 2011. Ditemukan 27 jenis rotan yang termasuk ke dalam lima genera, dengan ciri pembeda utama antara lain: lutut, okrea dan organ panjat. Analisis fenetik variasi ciri-ciri morfologi memperlihatkan rotan terbagi ke dalam dua kelompok utama yaitu A dan B dengan kisaran kemiripan morfologi 57% sampai 93%. Kelompok A terdiri dari 14 jenis (Calamus erectus, C. scipionum, C. exilis, C. tumidus, Calamus sp2., Calamus sp1., C. simplicifolius, C. ovoideus, Calamus sp3., Daemonorops draco, D. hystrix, Plectocomia sp., P. griffithii, dan Plectocomiopsis

sp.) dengan kemiripan morfologi 65% sampai 93% dan kelompok B terdiri dari 13 jenis (Calamus caesius, C. discolor, C. javensis, Calamus sp4., C. ornatus, C. penicillalus, C. tetradactylus, C. zollingeri, Korthalsia echiometra, K. rostrata, K. rigida, K. scortechinii, K. scaphigera) dengan kisaran kemiripan morfologi 61% sampai 93%. Sebagian besar rotan yang ditemukan hidup pada ketinggian 35 sampai 78 meter dari permukaan laut di daerah rawa dan tebing.

(8)

TAXONOMIC STUDY OF RATTAN IN SIKUNDUR AREA LEUSER NATIONAL PARK LANGKAT REGENCY OF NORTH SUMATERA

ABSTRACT

The Taxonomic Study of Rattan In Sikundur Area Leuser National Park of North Sumatera using Survey Methods has been studied from May to Agustust 2011. There are 27 species of rattan found in the study area belonging into five genera. Those species identified primarily based on their knee, ocrea and rachis. Based on phenetic analisys of morphological characters, species are classified to two groups that are group A and B with the morphological similarity ranges from 57% to 93%. Group A consist of14 species (Calamus erectus, C. scipionum, C. exilis, C. tumidus, Calamus

sp2., Calamus sp1., C. simlicifolius, C. ovoideus, Calamus sp3., Daemonorops draco, D. hystrix, Plectocomia sp., P. Griffithii, and Plectocomiopsis sp.) with morphological similarity ranges from 65% to 93%. Group B consist of 13 species (Calamus caesius, C. discolor, C. javensis, Calamus sp4., C. ornatus, C. penicillalus, C. tetradactylus, C. zollingeri, Korthalsia echiometra, K. rostrata, K. rigida, K. scortechinii, K. scaphigera) with morphological similarity ranges from 61% to 93%. Most species found on the habitat from 35 to 78 meters above sea level, nearby mountain side and swamp.

(9)

DAFTAR ISI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12

4.1 Jenis-jenis Rotan 12

4.2 Karakter-karakter jenis Rotan 16

4.3 Phenogram Rotan 17

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 51

5.1 Kesimpulan 51

5.2 Saran 51

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul halaman

4.1 Jenis-jenis Rotan di kawasan Sikundur Taman Nasional

Gunung Leuser

12

(11)

DAFTAR GAMBAR

12 Calamus penicillalus 30

13 Calamus scipionum 31

14 Calamus simplicifolius 32

15 Calamus tetradactylus 33

16 Calamus tumidus 34

17 Calamus zollingeri 35

18 Calamus sp1. 36

19 Calamus sp2. 37

20 Calamus sp3. 38

21 Calamus sp4. 39

22 Daemonorops draco 40

23 Daemonorops hystrix 41

24 Korthalsia echiometra 42

25 Korthalsia rigida 43

26 Korthalsia rostrata 44

27 Korthalsia scaphigera 45

28 Korthalsia scortechinii 46

29 Plectocomia griffithii 47

30 Plectocomia sp. 48

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul halaman

1 Peta kawasan Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser 54

2 Daftar Hasil Identifikasi 55

3 Kode Ciri Morfologi Rotan 56

(13)

STUDI TAKSONOMI ROTAN DI KAWASAN SIKUNDUR TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KABUPATEN LANGKAT SUMATERA

UTARA

ABSTRAK

Studi Taksonomi Rotan di Kawasan Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser

Kabupaten Langkat Sumatera Utara” dengan metode survey telah dilaksanakan dari bulan Mei sampai Agustus 2011. Ditemukan 27 jenis rotan yang termasuk ke dalam lima genera, dengan ciri pembeda utama antara lain: lutut, okrea dan organ panjat. Analisis fenetik variasi ciri-ciri morfologi memperlihatkan rotan terbagi ke dalam dua kelompok utama yaitu A dan B dengan kisaran kemiripan morfologi 57% sampai 93%. Kelompok A terdiri dari 14 jenis (Calamus erectus, C. scipionum, C. exilis, C. tumidus, Calamus sp2., Calamus sp1., C. simplicifolius, C. ovoideus, Calamus sp3., Daemonorops draco, D. hystrix, Plectocomia sp., P. griffithii, dan Plectocomiopsis

sp.) dengan kemiripan morfologi 65% sampai 93% dan kelompok B terdiri dari 13 jenis (Calamus caesius, C. discolor, C. javensis, Calamus sp4., C. ornatus, C. penicillalus, C. tetradactylus, C. zollingeri, Korthalsia echiometra, K. rostrata, K. rigida, K. scortechinii, K. scaphigera) dengan kisaran kemiripan morfologi 61% sampai 93%. Sebagian besar rotan yang ditemukan hidup pada ketinggian 35 sampai 78 meter dari permukaan laut di daerah rawa dan tebing.

(14)

TAXONOMIC STUDY OF RATTAN IN SIKUNDUR AREA LEUSER NATIONAL PARK LANGKAT REGENCY OF NORTH SUMATERA

ABSTRACT

The Taxonomic Study of Rattan In Sikundur Area Leuser National Park of North Sumatera using Survey Methods has been studied from May to Agustust 2011. There are 27 species of rattan found in the study area belonging into five genera. Those species identified primarily based on their knee, ocrea and rachis. Based on phenetic analisys of morphological characters, species are classified to two groups that are group A and B with the morphological similarity ranges from 57% to 93%. Group A consist of14 species (Calamus erectus, C. scipionum, C. exilis, C. tumidus, Calamus

sp2., Calamus sp1., C. simlicifolius, C. ovoideus, Calamus sp3., Daemonorops draco, D. hystrix, Plectocomia sp., P. Griffithii, and Plectocomiopsis sp.) with morphological similarity ranges from 65% to 93%. Group B consist of 13 species (Calamus caesius, C. discolor, C. javensis, Calamus sp4., C. ornatus, C. penicillalus, C. tetradactylus, C. zollingeri, Korthalsia echiometra, K. rostrata, K. rigida, K. scortechinii, K. scaphigera) with morphological similarity ranges from 61% to 93%. Most species found on the habitat from 35 to 78 meters above sea level, nearby mountain side and swamp.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rotan termasuk suku Palmae, digolongkan anak suku Lepidocaryoideae. Rotan

tumbuh subur di daerah tropis. Rotan merupakan salah satu hasil hutan yang potensial

untuk dikembangkan sebagai komoditi, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun

sebagai bahan ekspor (Alrasyid, 1986 dalam Tellu, 2002).

Rotan mempunyai wilayah persebaran mulai Afrika, Semenanjung India,

Srilangka, Cina Selatan, Semenanjung Malaya, Kepulauan Indonesia, Papua Nugini,

sampai Australia dan Fiji (Dransfield 1989 dalam Kalima 1999). Di Indonesia Rotan

tumbuh hampir di semua pulau, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,

Irian, dan Nusa Tenggara. Pusat penyebaran Rotan sekaligus sebagai sumber produksi

Rotan berada di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera (Januminro, 2000; Alrasyid,

1986 dalam Tellu, 2002).

Menurut Dransfield (1974) dalam Jokosisworo (2009), di Indonesia terdapat

delapan marga Rotan yang terdiri atas kurang lebih 306 jenis, dari jumlah tersebut 51

jenis diantaranya sudah dimanfaatkan. Diperkirakan lebih dari 516 jenis Rotan

terdapat di Asia Tenggara yang berasal dari delapan genera, yaitu untuk genus

Calamus 333 jenis, Daemonorops 122 jenis, Khorthalsia 30 jenis, Plectocomia 10

jenis, Plectocomiopsis 10 jenis, Calopspatha dua jenis, Bejaudia satu jenis, dan

Ceratolobus enam jenis. Dari delapan genera tersebut dua genera rotan yang bernilai

(16)

48 jenis, Maluku 11 jenis, Sumbawa 1 jenis dan Sumatera 91 Jenis. Menurut Sartina

(2007), Palem di Sumatera Utara terdapat delapan jenis, diantaranya Arenga sp.,

Caryota sp., Iguanura geonomaeformis, Calamus tumidus, Calamus palustris,

Calamus scipionum, Daemonorops sp1., dan Daemonorops sp2.

Kawasan penelitian Sikundur yang berada pada Taman Nasional Gunung Leuser

merupakan hutan dataran rendah yang terletak di selatan perbatasan Nanggroe Aceh

Darussalam dan propinsi Sumatera Utara. Kawasan Ekosistem Leuser merupakan

zona penyangga Taman Nasional Gunung Leuser, yang memiliki koleksi Rotan yang

bagus dan keanekaragaman jenis Rotan yang beragam. Penelitian mengenai

Arecaceae di Kawasan Sikundur sudah pernah dilakukan oleh Batara (2005), namun

penelitian khususnya tentang Rotan belum pernah dilakukan di kawasan tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang taksonomi rotan di

kawasan tersebut.

1.1Permasalahan

Rotan memiliki persebaran yang luas dan telah banyak dimanfaatkan oleh manusia,

namun demikian belum diketahui rotan apa sajakah yang terdapat di Kawasan

Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Oleh

karena itu perlu dilakukan penelitian tentang “ Studi Taksonomi Jenis-Jenis Rotan di

Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara”.

1.2Tujuan

Penelitian ini bertujuan tujuan untuk mengetahui jenis-jenis Rotan di Kawasan

(17)

1.3Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya dan bagi

instansi terkait dan juga masyarakat mengenai jenis-jenis rotan di Kawasan Sikundur

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Rotan adalah salah satu jenis tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) yang memiliki

peranan ekonomi yang sangat penting (FAO 1997). Sampai saat ini rotan telah

dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan mebel, kerajinan, peralatan rumah

tangga dan lain-lain. Kekuatan dan kelenturan dan keseragaman rotan serta

kemudahan dalam pengolahannya menjadikan rotan sebagai salah satu bahan

non-kayu yang sangat penting dalam industri mebel. Indonesia merupakan salah satu

penghasil rotan terbesar di dunia (BPS 2002). Selama ini Indonesia telah memasok

kurang lebih 80% kebutuhan rotan dunia baik dalam bentuk produk jadi misalnya

mebel rotan maupun setengah jadi (Krisdianto & Jasni, 2005).

Rotan merupakan salah satu tumbuhan khas di daerah tropis yang secara alami

tumbuh pada hutan primer maupun hutan sekunder termasuk pada daerah bekas

perladangan liar dan belukar. Secara umum rotan dapat tumbuh pada berbagai

keadaan seperti di rawa, tanah kering dataran rendah dan pegunungan, tanah kering

berpasir, tanah liat berpasir yang secara periodik digenangi air atau sama sekali bebas

dari genangan air. Adapun jenis tanah yang dapat ditumbuhi rotan adalah alluvial

(biasanya sepanjang tepi sungai), latosol dan regosol tetapi pertumbuhan terbaik pada

daerah-daerah lereng bukit yang cukup lembab daengan ketinggian antara 0-2900

meter dengan iklim basah (tipe A dan B) atau basah sampai kering (tipe A, B, C dan

D) (Anonimous, 2003).

Rotan sebagian besar merupakan tumbuhan merambat yang merumpun

meskipun memang ada juga jenis-jenis yang batangnya pendek saja, atau yang

batangnya menyusuri tanah, sehingga tidak merambat pada pohon lain. Dari kejauhan,

(19)

daun palem pada umumnya, tersusun majemuk dengan anak-anak daun yang

menyerupai daun pohon kelapa (Sastrapradja, 2000).

2.1 Penyebaran Rotan

Di dunia, Rotan tersebar dari Afrika, India, Sri Lanka, lereng Himalaya, Cina Selatan

lewat kepulauan Indonesia ke Australia dan Pasifik Barat hingga Fiji.

Keanekaragaman terbesar marga dan spesies berada di bagian Barat Malesia. Di

Malaysia, budidaya Rotan dilakukan di sepanjang Sungai Pahang di Semenanjung

Malaya, Sabah, di dataran rendah Sungai Labuk, Serawak, dan Selangor (Dransfield

& Manokaran, 1996).

Di Indonesia, rotan tumbuh secara alami dan tersebar luas di Jawa, Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi. Rotan merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang

memiliki jumlah spesies yang cukup besar dengan tingkat variasi yang tinggi.

Dransfield (1974) dan Menon (1979) menyatakan bahwa di Asia Tenggara

diperkirakan terdapat lebih dari 516 jenis rotan yang berasal dari sembilan marga,

yaitu: Bejaudia, Calamus, Calosphata, Ceratolobus, Daemonorops, Korthalsia,

Myrialepis,Plectocomia, dan Plectocomiopsis. Krisdianto & Jasni (2005)

menambahkan di Indonesia tumbuh kurang lebih 300-350 jenis rotan dan baru sekitar

53 jenis diantaranya yang sudah dikenal dan dimanfaatkan.

Rotan termasuk jenis tanaman penyusun tumbuhan hutan tropika sehingga

tidak memiliki persyaratan tempat tumbuh yang khusus. Penyebaran tanaman rotan di

Indonesia hampir meliputi semua pulau, terutama pulau-pulau yang memiliki hutan

alam primer ataupun sekunder. Karena rotan merupakan salah satu penyusun formasi

hutan tropika, maka pembudidayaannya dianjurkan untuk dilakukan di dalam area

(20)

2.2 Deskripsi Rotan

Dransfield (1974) dalam Tellu (2004) menyatakan bahwa pengelompokkan jenis-jenis

rotan lazimnya didasarkan atas persamaan ciri-ciri karakteristik morfologi organ

tanaman yaitu batang, daun, bunga, buah, dan alat-alat tambahan (pemanjat). Selain

itu penentuan jenis rotan dapat dilakukan dengan mengamati bentuk batang dan jenis

alat panjat, serta bentuk dan perkembangan daun, bunga dan buah.

a. Batang

Batang rotan merupakan bagian yang terpenting karena nilai ekonomi rotan terletak

pada batangnya, dimana batang rotan berbentuk memanjang dan bulat seperti silinder

atau segitiga, batang tanaman rotan terbagi menjadi ruas-ruas yang setiap ruas dibatasi

oleh buku-buku. Pelepah dan tangkai daun rotan melekat pada buku-buku tersebut,

batang rotan selalu tumbuh ke atas menuju sinar matahari, ujung batang rotan akan

selalu bertambah panjang (Januminro, 2000).

Menurut Dransfield (1984) dalam Kalima (1999), batang rotan di tutupi oleh

pelepah, kebanyakan sering digunakan untuk identifikasi. Morfologi pelepah

merupakan ciri taksonomi yang penting untuk membedakan jenis-jenis rotan. Salah

satu ciri morfologi pelepah adalah ada atau tidak duri, bentuk, ukuran, dan susunan

duri. Pelepah dari jenis-jenis rotan umumnya mempunyai lutut, yaitu tonjolan di

bawah tangkai.

b. Daun

Tanaman rotan berdaun majemuk dan mempunyai pelepah daun yang duduk pada

buku dan menutupi permukaan ruas batang. Anak daun tumbuh di atas pelepah. Letak

daun sejajar atau menyirip genap atau menyirip ganjil atau berseling di sepanjang

pelepah daun. Daun rotan ditumbuhi duri dengan berbagai bentuk dan warna.

(21)

Menurut Dransfield (1984) dalam Kalima (1999), anak daun tersusun dalam

berbagai pola, biasanya tiap jenis mempunyai pola yang tetap. Pola yang umum

adalah pola menyirip teratur. Bentuk anak daun umumnya pita atau lanset, dan belah

ketupat.

c. Bunga

Rotan termasuk tumbuhan berbunga majemuk yang dibedakan dalam dua kelompok

yaitu jenis rotan yang berbunga pada tepi batang yang keluarnya bunga lebih dari satu

kali, dan jenis rotan yang berbunga pada ujung (terminal) yang hanya muncul satu kali

selama hidupnya dan setelah proses generatif terakhir tanaman mati. Bunga rotan

terbungkus oleh seludang (spatha), biasanya bunga jantan dan bunga betina berumah

satu (monoceous), tetapi ada pula yang berumah dua (diaceous). Ukuran bunga relatif

kecil, warna bunga rotan bervariasi, misalnya berwarna kecoklat-coklatan,

kehijau-hijauan, atau krem (Januminro, 2000).

Menurut Dransfield (1984) dalam Kalima (1999), pada rotan ada dua macam

pertumbuhan perbungaan, yaitu hapasantik dan pleonantik. Pada pertumbuhan

hapasantik, perbungaan merupakan pembatas pertumbuhan batang. Perbungaan

tumbuh di ujung batang, sedangkan perbungaan pleonantik, batang yang telah dewasa

akan menghasilkan satu atau beberapa perbungaan pada saat-saat tertentu dan batang

tersebut mempunyai kemampuan tumbuh memanjang dengan tidak terbatas.

d. Buah

Buah rotan terdiri atas kulit luar berupa sisik yang berbentuk trapesium dan tersusun

secara vertikal dari toksis buah. Ukuran sisik bervariasi, tergantung pada ukuran buah,

makin besar ukuran buah, makin besar pula ukuran sisiknya. Bentuk permukaan buah

rotan halus atau kasar berbulu. Bentuk buah rotan pada umumnya bulat, lonjong, bulat

telur. Kulit buah rotan yang sudah matang berwarna coklat, coklat kemerah-merahan,

hijau berlapis lilin krem, dan kuning emas. Biji buah rotan memiliki permukaan rata

(22)

e. Alat pemanjat

Alat pemanjat pada rotan ada dua macam, yaitu sirus dan flagela. Sirus merupakan

perpanjangan ujung daun yang dilengkapi dengan duri sedangkan, flagela sering di

anggap sebagai perbungaan yang steril. Umumnya setiap jenis rotan memanjat hanya

memiliki satu macam alat pemanjat (Dransfield 1984 dalam Kalima 1999).

f. Manfaat

Rotan merupakan hasil hutan terpenting setelah kayu pada sebagian besar kawasan di

Asia Tenggara. Tumbuhan rotan mempunyai nilai sosial yang besar sebagai sumber

penghasilan bagi beberapa komunitas termiskin dalam kawasan tertentu, namun secara

tradisional diabaikan dalam program-program kehutanan yang disibukkan oleh niaga

kayu. Dewasa ini sumberdaya itu terancam serius karena hilangnya habitat hutan yang

diubah menjadi lahan pertanian atau penggunaan tanah lainnya, dan oleh ekspoitasi

berlebihan. Pola niaga Internasional juga telah diubah dengan drastis oleh

dikenakannya pengawasan ekspor yang menambahkan penekanan pada persediaan di

hutan dalam daerah-daerah yang tidak dikenai pengamanan dan dengan serius

mempengaruhi mata pencaharian pangumpul rotan (Dransfield & Manokaran, 1993).

Menurut Silitonga (1985) dalam Kalima (1996), jenis-jenis utama rotan yang

banyak di ekspor saat ini yaitu manau (Calamus manan), Irit (Calamus trachycoleus),

sega (Calamus caesius), tohiti (Calamus irops), dan semambu (Calamus scipionum).

Adapun jenis-jenis potensial lainnya diperdagangkan di dalam negeri dan tidak

tertutup kemungkinan jenis-jenis ini mempunyai masa depan cerah untuk diekspor

mengingat banyaknya permintaan sedangkan jenis-jenis utama mulai terbatas di hutan

alam.

Menurut Hermansyah (1982) dalam Lekitoo (2005), pada umumnya

pemanfaatan jenis rotan yaitu dalam keadaan rotan yang utuh, kulit rotan, dan hati

rotan. Ketiga macam bahan ini digunakan untuk pembuatan barang-barang kerajinan,

(23)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Oktober 2011 di Kawasan Sikundur Taman

Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara dan dilanjutkan di

Herbarium Universitas Sumatera Utara (MEDANENSE). Peta lokasi penelitian dapat

dilihat pada Lampiran 1.

3.2 Deskripsi Area

Kawasan hutan Sikundur memiliki luas area ± 500 ha. Secara geografis terletak pada

koordinat 03º57΄27˝ Lintang Utara, dan 98º04΄22˝ Bujur Timur. Kawasan Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat memiliki keadaan topografi

yang curam dan berbukit-bukit dengan ketinggian 47-58 meter di atas permukaan laut

(mdpl). Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) terdekat

di kawasan Sikundur memiliki curah hujan berkisar antara 3500-4000 mm pertahun.

3.3 Pelaksanaan Penelitian Di Lapangan

Penelitian Rotan dilakukan menggunakan metode survey purposive yaitu dengan

melakukan penjelajahan sepanjang jalur yang di lalui pada jarak ± 10 meter di sebelah

(24)

Jenis-jenis Rotan yang ditemukan dicatat ciri-ciri morfologinya seperti,

habitat, batang, permukaan batang, diameter batang, daun, pelepah daun, panjang

tangkai daun, tangkai daun, buah, alat perambat atau misai (Sulur panjat), tempat

tumbuh sulur panjat. Pengkoleksian tumbuhan dilakukan dengan cara menggunting

tanaman, spesimen hasil koleksi diberi label gantung bernomor, difoto dan dicatat

ciri-cirinya, dimasukkan dalam lipatan koran, diberi alkohol 70% dan dimasukkan ke

dalam plastik dan di tutup dengan lakban dan di bawa ke Laboratorium Taksonomi

Tumbuhan Tinggi FMIPA USU untuk diidentifikasi. Cara pengkoleksian dari

jenis-jenis rotan yang ditemukan, mengacu pada tehnik koleksi Palem oleh Dransfield

(1986).

Rotan yang mempunyai perawakan kecil dikoleksi semua termasuk bagian

akarnya, sedangkan untuk rotan yang perawakannya besar pengkoleksiannya dapat

dibagi menjadi beberapa lembar dan setiap lembar diberi nomor koleksi yang sama.

Untuk jenis yang mempunyai anak daun, daun dikoleksi dari bagian ujung, tengah,

basal, dan dimasukkan ke dalam lipatan koran. Bagian batang yang berduri atau bekas

daun luruh dikoleksi dan dimasukkan ke dalam lipatan koran, dan diberi alkohol 70%

dan dimasukkan ke dalam plastik dan di tutup dengan lakban. Bunga dan bagian buah

dikoleksi dalam amplop terpisah dan dibuat koleksi basahnya.

Pada setiap lokasi pengamatan dilakukan pengukuran faktor fisik kimia yang

meliputi ketinggian dan koordinat dengan menggunakan GPS (Global Positioning

System) dan ketinggian dari setiap jenis Rotan yang ditemukan, pengukuran suhu

udara dengan termometer, intensitas cahaya dengan lux meter, kelembaban udara

dengan higrometer, dan pH tanah dengan soil tester.

Di Laboratorium

Spesimen dari lapangan dibuka, koran diganti dengan yang baru, koleksi disusun

sedemikian rupa dalam lipatan kertas koran untuk dikeringkan dalam oven pengering

(25)

Spesimen yang telah kering diidentifikasi dengan buku-buku acuan sebagai berikut:

1. Collection of Illustrated Tropical Plant No IV& VII (Watanabe & Corner,

1969).

2. A guide to Collecting Palms (Dransfield, 1986).

3. Genera Palmarum (Natalie, et.al., 1987).

4. Rotan: Pendayagunaan Lahan Marginal dan Pelestarian Jenisnya (Yuwono,

et.al., 1993).

5. Sumber daya Nabati Asia Tenggara (Dransfield & Manokaran, 1996).

6. Rotan Indonesia (Januminro, 2000).

7. Di antara Bisikan Bambu dan alunan Rotan (Sastrapradja, et. al., 2000).

3.4 Analisis Data

Berdasarkan karakter-karakter hasil pengamatan morfologi, dilakukan analisis untuk

melihat kecenderungan pengelompokkan jenis-jenis rotan dengan menggunakan

program NTSYS (Numerical Taxonomy and Multivariate System) versus 2.0 oleh

Rohlf (2003). Jenis-jenis Rotan yang dijumpai disajikan dalam bentuk kunci

determinasi dan deskripsi morfologi jenis yang dilengkapi dengan ketinggian, letak

(26)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis-Jenis Rotan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kawasan Sikundur Taman Nasional

Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara diperoleh 27 jenis rotan yang

tergolong ke dalam lima genus, yaitu Calamus, Daemonorops, Korthalsia,

Plectocomia dan Plectocomiopsis (Tabel 4.1). Hasil identifikasi jenis rotan dapat

dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 4.1 Jenis-Jenis Rotan di Kawasan Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat Sumatera Utara

No. Famili Genus Spesies

1. Arecaceae Calamus Calamus caesius

2. C. discolor

18. Daemonorops Daemonorops draco

19. D. hystrix

20. Korthalsia Korthalsia echiometra

21. K. rigida

(27)

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa genus yang umum didapatkan di Kawasan ini

adalah Calamus yaitu sebanyak 17 jenis, Korthalsia lima jenis, Daemonorops dan

Plectocomia masing-masing dua jenis, dan Plectocomiopsis satu jenis. Kawasan ini

memiliki keanekaragaman Calamus yang tinggi jika dibandingkan dengan hasil

penelitian Kalima (1998) yang hanya menemukan tujuh jenis Calamus di Taman

Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. Menurut Sastrapradja (2000), di Indonesia

diperkirakan tidak kurang dari 250 jenis rotan tumbuh dan tersebar di kawasannya.

Dari jumlah itu, sebagian besar jenis masuk ke dalam Genus Calamus. Mogea (1990)

menambahkan Calamus merupakan salah satu dari sembilan marga rotan yang

memiliki jumlah jenis yang paling banyak.

Tingginya keanekaragaman Calamus di Kawasan Sikundur karena hutan

Sikundur memiliki naungan yang terbuka. Menurut Yuwono (1993) jenis Calamus

memerlukan intensitas cahaya yang tinggi dalam proses pertumbuhannya. Tingginya

kekayaan jenis Calamus disebabkan karena berbagai faktor lingkungan yang

mendukung seperti faktor fisik dan kemiringan tanah. Pratiwi (1987) menyatakan

tanah, unsur hara dan bahan organik pada lereng yang curam mempunyai peluang

yang lebih besar untuk tumbuh.

Jenis Korthalsia yang ditemukan yaitu Korthalsia echiometra, K. rigida, K.

rostrata, K. scaphigera, dan K. scortechinii. Adapun jenis Korthalsia ehiometra

didapat di daerah rawa, K. rigida di tebing, K. rostrata, K. scaphigera di bukit, dan K.

scortechinii terdapat di daerah rawa. Menurut Januminro (2000), Korthalsia dan

Daemonorops tumbuh terutama pada kawasan yang berawa-rawa, bukit dan dataran

rendah. Yuwono (1993) menambahkan Daemonorops biasanya tumbuh dekat aliran

sungai, tanah berlumpur, rawa, dan dataran rendah.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 27 jenis Rotan, dua diantaranya

memiliki nilai ekspor yang tinggi, yaitu Calamus caesius dan Calamus scipionum.

(28)

Jenis-jenis rotan memiliki perbedaan karakter morfologi yang dapat digunakan

untuk menentukan suatu jenis. Beberapa karakter penting tersebut yaitu, pelepah

(lutut), organ panjat (flagela dan sirus), okrea, bunga dan buah.

Pelepah (Lutut)

Dari jenis-jenis rotan yang ditemukan di kawasan Sikundur, tidak semua memiliki

pelepah ataupun lutut. (Gambar 1). Rotan yang memiliki lutut yaitu Calamus caesius,

C. discolor, C. exilis, C. javensis, C. ovoideus, C. scipionum, C. simplicifolius, C.

tumidus, Calamus sp1, Calamus sp2, Calamus sp3, Calamus sp4,. C. erectus, C.

ornatus, C. penicillalus, C. tetradactylus, C. zollingeri, Sedangkan rotan yang tidak

memiliki lutut yaitu Daemonorops draco, D. hystrix Korthalsia echiometra, K.

rigida, K. rostrata, K. scaphigera, K. scortechinii, Plectocomia griffithii, Plectocomia

sp., dan Plectocomiopsis sp. Menurut Dransfield (1984), pelepah dari rotan umumnya

mempunyai lutut, yaitu tonjolan di bawah tangkai daun dan tidak mempunyai lutut.

Hal ini merupakan ciri taksonomi yang khas yang dapat membedakan marga rotan.

Gambar 1. Lutut pada Rotan. Lutut pada Calamus ovoideus (A), dan Calamus erectus

(C). tidak memiliki lutut pada Plectocomiopsis sp. (C) dan Plectocomia griffithii (D).

Okrea

Tumbuhan rotan tidak semua memiliki okrea. Okrea hanya ditemukan pada Genus

Korthalsia, diantaranya Korthalsia echiometra, K. rigida, K. rostrata, K. scaphigera

dan K. scortechinii, sedangkan dari genus Calamus, Daemonorops, Plectocomia dan

Plectocomiopsis tidak ditemukan. Menurut Dransfield (1984) dalam Kalima (1999),

bagian mulut pelepah yang melewati kedudukan tangkai daun disebut okrea. Biasanya

(29)

jenis tumbuhan rotan yang memiliki okrea adalah jenis-jenis Korthalsia. Okrea pada

rotan dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Okrea pada rotan dari jenis Korthalsia

Organ panjat

Tumbuhan Rotan memiliki organ panjat berupa sulur untuk membantu

pembungaannya. Menurut Dransfield dan Manokaran (1993), ada dua organ pemanjat

pada tumbuhan rotan, yaitu kucir (sirus) dan Flagella. Sirus merupakan suatu

perpanjangan dari rakis daun dengan melampaui pinak daun ujung, sedangkan flagella

merupakan perbungaan mandul yang tumbuh pada pelepah daun. Jenis-jenis rotan

yang memiliki sirus adalah Daemonorops draco, D. hystrix, Korthalsia echiometra,

K. rigida, K. rostrata, K. scaphigera, K. scortechinii, Plectocomia griffithii,

Plectocomia sp., dan Plectocomiopsis sp. Sedangkan jenis rotan yang memiliki

flagella adalah C. caesius, C. discolor, C. erectus, C. exilis, C. javensis, C. ovoideus,

C. simplicifolius, C. tumidus, C. ornatus, C. penicillalus, C. scipionum, C.

tetradactylus, C. zollingeri, Calamus sp1, Calamus sp2, Calamus sp3, Calamus

sp4, Organ panjat pada rotan dapat dlihat pada gambar 3.

A B

(30)

4.2 Karakter-karakter Jenis Rotan

Dari pengamatan yang dilakukan, terdapat 68 ciri morfologi yang digunakan dalam

deskripsi jenis-jenis Rotan. Karakter mencakup habit, morfologi organ vegetatif

seperti batang, daun, organ panjat, pelepah yang berjumlah 56 karakter, karena ciri

morfologi tersebut yang dapat di masukkan dalam kode NTSys. Hasil kode ciri

morfologi rotan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 4.2 Sifat dan kode ciri jenis-jenis Rotan di Kawasan Sikundur

No. Karakter Kode

12. Posisi duri di batang Merunduk (0), menghadap ke atas (1)

13. Warna duri batang Gelap (0), Cerah (1)

14. Keberadaan lutut Absent (0), Present (1)

15. Jarak lutut ke tangkai ≤ 5 cm (0), > 5 cm (1)

16. Panjang tangkai daun ≤ 50 cm (0), > 50 cm (1)

17. Tangkai bersegi Absent (0), present (1)

18. Tangkai pipih Absent (0), present (1)

19. Duri di tangkai bersegi Absent (0), present (1)

20. Duri di tangkai pipih Absent (0), present (1)

21. Posisi duri ditangkai Merunduk (0), menghadap ke atas (1)

22. Duri sejati di tangkai Absent (0), present (1)

23. Duri tempel di tangkai Absent (0), present (1)

24. Jumlah duri ≤ 5 (0), > 5 (1)

31. Daun belah ketupat Absent (0), present (1)

32. Panjang daun ≤ 50 cm (0), > 50 cm (1)

33. Lebar daun ≤ 5 cm (0), > 5 cm (1)

34. Pangkal daun tumpul Absent (0), present (1)

(31)

37. Ujung daun runcing Absent (0), present (1)

38. Ujung daun berduri Absent (0), present (1)

39. Daging daun Kertas (0), perkamen (1)

40 Permukaan atas daun berduri Absent (0), present (1)

41. Permukaan atas daun licin Absent (0), present (1)

42. Permukaan bawah daun berduri Absent (0), present (1)

43. Permukaan bawah daun licin. Absent (0), present (1)

44. Jumlah anak daun ≤ 25 (0), > 25 (1)

45. Letak daun menyirip teratur Absent (0), present (1)

46. Letak daun berkelompok Absent (0), present (1)

47. Sirus Absent (0), present (1)

Dari Gambar 4 diketahui bahwa 27 jenis Rotan yang ditemukan di Kawasan Sikundur

Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara mempunyai

nilai kemiripan morfologi berkisar antara 57% - 93%, yang terbagi ke dalam dua

kelompok besar, yaitu kelompok A dan B. Kelompok A terdiri dari 14 jenis dengan

kemiripan morfologi sekitar 65%-93%, dan kelompok B terdiri dari 13 jenis dengan

kemiripan morfologi 61%-93%. Kelompok A terbagi ke dalam dua sub kelompok,

yaitu C dan D yang memiliki kemiripan morfologi sekitar 65-93%. Kelompok C

terbagi kedalam dua sub kelompok kecil, yaitu E dan F yang memiliki kemiripan

morfologi sekitar 80%-93% yang terdiri dari Plectocomia griffithii, Plectocomia sp.,

dan Plectocomiopsis sp., dimana Plectocomia sp., terpisah jauh dari Plectocomia

griffithii, dan Plectocomiopsis sp. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan

karakter morfologi seperti panjang internodus > 5 cm, posisi duri di batang

(32)

Gambar 4. Phenogram Rotan di Kawasan Sikundur

Kelompok D terdiri dari dua sub kelompok yaitu G dan H yang memiliki kemiripan

morfologi sekitar 71%-93%, kelompok G terdiri dari Calamus erectus dan Calamus

scipionum yang memiliki kemiripan morfologi sebesar 75%. Kelompok H terdiri dari

Calamus exilis, Calamus tumidus, Calamus sp2., Calamus sp1., Calamus

simplicifolius, Calamus ovoideus, dan Calamus sp3. Kelompok I terdiri dari 2 jenis

yaitu Daemonorops draco, dan Daemonorops hystrix. Kelompok G terpisah sangat

jauh dari kelompok H, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan karakter morfologi

seperti panjang internodus > 5 cm, tinggi > 1 m, Kelompok H terdiri dari 2 sub

kelompok, yaitu I dan J dengan kemiripan morfologi sekitar 72%. Kelompok I

(33)

daging daun kertas, memiliki sirus, dan tidak memiliki flagella. Kelompok J terdiri

dari dua kelompok yaitu K dan L dengan kemiripan morfologi sekitar 78%, kelompok

K terdiri dari dua sub kelompok kecil yaitu M dan N yang memiliki kemiripan

morfologi sekitar 80%. Kelompok N hanya terdiri dari Calamus simplicifolius

memisah dari Calamus exilis, Calamus tumidus, Calamus sp2., Calamus sp1., karena

memiliki karakter berbeda dengan kelompok M, seperti Calamus simplicifolius

memiliki lebar pelepah > 2,5cm, pangkal daun runcing, ujung daun runcing, dan

warna duri di rakis cerah.

Kelompok M terdiri dari Calamus exilis, Calamus tumidus, Calamus sp2.,

Calamus sp1., dimana Calamus exilis memisah sendiri dari Calamus tumidus,

Calamus sp2., Calamus sp1., hal ini disebabkan karena perbedaan karakter morfologi

yang dimiliki Calamus exilis seperti memiliki duri tempel di tangkai, tepi daun

berduri, dan permukaan atas daun licin. Dari phenogram dapat dilihat bahwa Calamus

tumidus dan Calamus sp2. Memiliki kemiripan morfologi yang sangat tinggi yaitu

sekitar 93% karena karakter-karakter dianntara keduanya hanya dibedakan seperti

jumlah duri > 5, dan panjang rakis > 1 m.

Kelompok B terbagi menjadi dua kelompok yaitu O dan P yang memiliki

kemiripan morfologi sekitar 61-84%. Kelompok O terdiri dari dua sub kelompok yaitu

Q dan R yang memiliki kemiripan morfologi sekitar 69%, dimana kelompok Q yang

terdiri dari Korthalsia echiometra dan Korthalsia rostrata sedangkan kelompok R

terdiri dari Korthalsia rigida, Korthalsia scortechinii, Korthalsia scaphigera.

Kelompok Q terpisah jauh dari kelompok R dilihat dari perbedaan karakter morfologi

seperti duri di batang pipih, warna duri di tangkai cerah, dan bentuk daun pita.

Kelompok R terdiri dari Korthalsia rigida, Korthalsia scortechiii, dan Korthalsia

scaphigera. Korthalsia scaphigera terpisah dari Korthalsia rigida, Korthalsia

scortechiii dilihat dari perbedaan karakter morfologi seperti tinggi total ≤ 25 m, panjang internodus > 5 cm, tinggi ≤ 1 m, tangkai pipih, dan lebar pelepah > 50 cm.

(34)

tetradactylus dan Calamus zollingeri karena adanya perbedaan karakter morfologi

seperti duri di tangkai bersegi, bentuk daun lanset, lebar daun > 5 cm, tepi daun rata,

dan memiliki sirus.

Kelompok S terdiri dari dua sub kelompok yaitu U dan V yang memiliki

kemiripan morfologi sekitar 63-84%. Kelompok U hanya terdiri dari Calamus

caesius yang terpisah jauh dari kelompok V yang terdiri dari Calamus discolor,

Calamus javensis, Calamus sp4., Calamus ornatus karena disebabkan karena adanya

perbedaan karakter morfologi seperti jumlah duri > 5, warna duri di tangkai gelap,

panjang pelepah > 5 cm, pangkal daun tumpul, dan letak daun berkelompok, dan duri

sejati di tangkai. Pada kelompok V, Calamus ornatus terpisah jauh dari Calamus

discolor, Calamus javensis, Calamus sp4., hal ini disebabkan karena adanya

perbedaan karakter morfologi seperti posisi duri di batang menghadap ke atas, warna

duri di batang cerah, panjang tangkai daun > 50 cm, duri tempel di tangkai, dan letak

rakis terminal.

4.4 Kunci Identifikasi

4.4.1 Kunci Identifikasi Genera

Adapun kunci identifikasi Genera Rotan dapat dilihat sebagai berikut:

1 a. Memiliki okrea ... Korthalsia

b. Okrea absent ... 2

2 a. Daging daun kertas ... Daemonorops

b. Daging daun perkamen ... 3

3 a. Organ panjat flagella ... Calamus

b. Organ panjat sirus ... 4

4 a. Duri sejati di rakis ... Plectocomia

(35)

4.4.2 Kunci Identifikasi Spesies

Adapun kunci Identifikasi spesies Rotan dapat dilihat sebagai berikut:

1 a. Ukuran duri > 2,5 cm, jumlah anak daun > 25 ... 2

b. Bentuk batang pipih ... Plectocomia griffithii

(36)

15 a. Posisi duri di tangkai merunduk ... 16

b. Posisi duri di tangkai menghadap ke atas ... C. zollingeri

16 a. Duri di batang bersegi ... 17

b. Duri di batang pipih ... C. tetradactylus

17 a. Letak duri jarang ... 18

b. Letak duri rapat ... C. penicillalus

18 a. Daun pita ... 19

b. Daun lanset ... C. discolor

19 a. Panjang pelepah ≤ 5 cm ... 20 b. Panjang pelepah > 5 cm ... C. caesius

20 a. Duri di rakis berwarna gelap ... 21

b. Duri di rakis berwarna cerah ... K. rostrata

21 a. Permukaan atas daun licin dan tangkai bersegi ... 22

b. Permukaan atas daun licin dan tangkai daun pipih ... K. scaphigera

22 a. Panjang tangkai daun ≤ 50 cm ... 23 b. Panjang tangkai daun > 50 cm ... C. ornatus

23 a. Posisi duri di batang merunduk ... 24

b. Posisi duri di batang menghadap ke atas ... K. scortechinii

24 a. Jumlah duri < 5 ... 25

b. Jumlah duri ≤ 5 ... K. echiometra

25 a. Lebar pelepah > 2,5 cm ... 26

b. Lebar pelepah ≤ 2,5 cm ... K. rigida

26 a. Jarak lutut ke tangkai ≤ 5 cm ... C. javensis

(37)

4.5 Deskripsi Rotan

1) Calamus caesius Blume.

Habit memanjat, tinggi total 30-36 m, Batang: diameter 2-3,2 cm, diameter tanpa pelepah 1-3-1,5 cm, panjang internodus 1-2 cm, tinggi 1-1,5 m, bentuk bulat,

permukaan berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 1,1-1,5 cm,

jumlah duri 1-2 (3-5), jarang, merunduk ke bawah, kuning kemerahan. Lutut: jarak lutut ke tangkai 3-4 cm, tidak memiliki okrea. Tangkai daun: panjang 8-10 cm, bentuk tangkai pipih, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, tempel,

jumlah duri 1-2 (3-4), coklat. Pelepah daun: panjang 8-10 cm, lebar 4-5 cm, hijau.

Daun: bentuk pita, panjang 20-21,5 cm, lebar 3-3,2 cm, pangkal tumpul, tepi rata, ujung berduri, pertulangan menyirip, daging daun seperti perkamen, permukaan atas

dan bawah tidak berduri, permukaan atas hijau tua, permukaan bawah putih kasap,

jumlah anak daun 10-12 pasang, letak daun berkelompok. Rakis: panjang 1-1,2 m, terletak di aksilar, tidak memiliki sirus, memiliki flagella, merunduk, jumlah duri 1-2,

tempel, hijau tua. Bunga: tidak ditemukan. Buah: tidak ditemukan (Gambar 5).

Spesimen : Iasha 14

Distribusi : Tersebar luas di Sumatera dan kalimantan.

Nama Daerah : Rotan sega

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah bukit, dengan ketinggian 54

mdpl, dengan titik koordinat 03058’00,1” LU/ 098004’56, 4”

BT

(38)

2) Calamus discolor Matt.

Habit memanjat, tinggi total 2-2,5 m, Batang: diameter 0,1-1 cm, diameter tanpa pelepah 0,01-0,5 cm, panjang internodus 0,1-0,2 cm, tinggi 30-45 cm, bentuk bulat,

permukaan berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 0,2-0,4 cm,

jumlah duri 1-2, jarang, merunduk ke bawah, hijau. Lutut: jarak lutut ke tangkai 1-3 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 8-10 cm, bentuk tangkai pipih, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, sejati, jumlah duri 1-2, kuning

kecoklatan. Pelepah daun: panjang 3-4 cm, lebar 1-2 cm, merah. Daun: bentuk lanset, panjang 20,5-20,9 cm, lebar 2,7-3 cm, pangkal runcing, tepi berduri halus,

ujung berduri, pertulangan menyirip, daging daun seperti perkamen, permukaan atas

dan bawah tidak berduri, permukaan atas hijau tua, permukaan bawah hijau muda,

jumlah anak daun 4-6 pasang, letak daun menyirip teratur. Rakis: panjang 70-71 cm, terletak di aksilar, tidak memiliki sirus, memiliki flagella, merunduk, jumlah duri 1-2,

tempel, kekuningan. Bunga: tidak ditemukan. Buah: tidak ditemukan (Gambar 6).

Spesimen : Iasha 17

Distribusi : Tersebar luas di semenanjung Malaya dan Sumatera

Nama Daerah : -

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah bukit, dengan ketinggian 78

mdpl, dengan titik koordinat 03057’57,8” LU/ 098004’53,6” BT.

Kegunaan : Untuk tali pengikat dan anyaman

(39)

3) Calamus erectus Grifft.

Habit memanjat, tinggi total 35-36 m, Batang: diameter 11-12 cm, diameter tanpa pelepah 5-6 cm, panjang internodus 4-5 cm, tinggi 1-1,1 m, bentuk bulat, permukaan

berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 2-2,8 cm, jumlah duri 2-3

(4-7), rapat, merunduk ke bawah, hitam. Lutut: jarak lutut ke tangkai 5-7 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 90-95 cm, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, sejati, jumlah duri 1-2, kuning,

Pelepah daun: panjang 12-12,5 cm, lebar 3-6 cm, orange. Daun: bentuk pita, panjang 64,5-65 cm, lebar 6,5-6,8 cm, pangkal tumpul, tepi rata, ujung berduri, pertulangan

menyirip, daging daun seperti perkamen, permukaan atas dan bawah berduri halus,

permukaan atas dan bawah hijau, jumlah anak daun 25-27 pasang, letak daun

menyirip teratur. Rakis: panjang 1-1,9 m, terletak di aksilar, tidak memiliki sirus, memiliki flagella, merunduk, jumlah duri 2-3 (5-6), tempel, kuning. Bunga: tidak ditemukan. Buah: tidak ditemukan (Gambar 7).

Spesimen : Iasha 25

Distribusi : Tersebar luas di semenanjung Malaya dan Sumatera

Nama Daerah : Rotan Melno

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah rawa, dengan ketinggian 61

mdpl, dengan titik koordinat 03057’35,9” LU/ 098004’43,6” BT.

Kegunaan : Untuk tali pengikat dan anyaman.

(40)

4) Calamus exilis Griffith.

Habit memanjat, tinggi total 5-10 m, Batang: diameter 3-3,4 cm, diameter tanpa pelepah 1,5-2 cm, panjang internodus 3-4 cm, tinggi 90-93 cm, bentuk bulat,

permukaan berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 3,2-4,5 cm,

jumlah duri 1-3 (5-6), rapat, merunduk ke bawah, hijau muda. Lutut: jarak lutut ke tangkai 6-7 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 46-49 cm, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, tempel, jumlah

duri 1-2, hijau. Pelepah daun: panjang 5-6 cm, lebar 2-2,3 cm, kecoklatan. Daun:

bentuk pita, panjang 39-42 cm, lebar 2,7-3,5 cm, pangkal tumpul, tepi berduri halus,

ujung berduri, pertulangan menyirip, daging daun seperti perkamen, permukaan atas

daun tidak berduri, permukaan bawah daun berduri, permukaan atas hijau tua,

permukaan hijau muda, jumlah anak daun 45-46 pasang, letak daun menyirip teratur.

Rakis: panjang 2,5-2,7 m, terletak di aksilar, tidak memiliki sirus, memiliki flagella, merunduk, jumlah duri 2-3 (5-6), tempel, kecoklatan. Bunga: tidak ditemukan. Buah: tidak ditemukan (Gambar 8).

Spesimen : Iasha 01

Distribusi : Tersebar luas di semenanjung Malaya dan Sumatera

Nama Daerah : Rotan Sri Gunung

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah rawa, dengan ketinggian 40

mdpl, dengan titik koordinat 03057’49,6” LU / 098004’52 ,8” BT.

Kegunaan :Untuk tali pengikat dan anyaman.

(41)

5) Calamus javensis Blume.

Habit memanjat, tinggi total 25-30 m, Batang: diameter 1-1,5 cm, diameter tanpa pelepah 0,5-0,6 cm, panjang internodus 2-3 cm, tinggi 90-95 cm, bentuk bulat,

permukaan berduri, bentuk duri bersegi, mengelilingi batang, ukuran duri 0,1-0,2 cm,

jumlah duri 1-2, jarang, merunduk ke bawah, hijau. Lutut: jarak lutut ke tangkai 2,2-2,5 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 25-30 cm, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, sejati, jumlah duri 1-2,

hijau kecoklatan, Pelepah daun: panjang 4-4,5 cm, lebar 2-2,5 cm, kecoklatan.

Daun: bentuk pita, panjang 13-13,5 cm, lebar 3,5-3,7 cm, pangkal runcing, tepi rata, ujung runcing, pertulangan menyirip, daging daun seperti perkamen, permukaan atas

dan bawah tidak berduri, permukaan atas hijau mengkilat, permukaan bawah hijau tua,

jumlah anak daun 6-9 pasang, letak daun menyirip teratur. Rakis: panjang 2-2,5 m, terletak di aksilar, tidak memiliki sirus, memiliki flagella, merunduk, jumlah duri 2-3

(5-6), tempel, kecoklatan. Bunga: tidak ditemukan. Buah: tidak ditemukan. (Gambar 9).

Spesimen : Iasha 18

Distribusi :Tersebar luas di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Malaysia, dan

Thailand.

Nama Daerah : -

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah bukit, dengan ketinggian 77

mdpl, dengan titik koordinat 03057’53,0” LU/ 098004’39,2” BT.

(42)

6) Calamus ornatus Blume.

Habit memanjat, tinggi total 23-26 m, Batang: diameter 1-2 cm, diameter tanpa pelepah 0,1-1 cm, panjang internodus 2-2,8 cm, tinggi 1-1,6 m, bentuk bulat,

permukaan berduri, bentuk duri bersegi, mengelilingi batang, ukuran duri 0,1-0,3 cm,

jumlah duri 2-3, jarang, merunduk ke bawah, coklat kemerahan. Lutut: jarak lutut ke tangkai 2-2,5 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 48-50 cm, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, tempel, jumlah

duri 1-2, coklat kekuningan, Pelepah daun: panjang 2-3 cm, lebar 1,5-2 cm, pelepah daun coklat. Daun: bentuk pita, panjang 24,5-25 cm, lebar 1,7-2 cm, pangkal runcing, tepi rata, ujung runcing, pertulangan menyirip, daging daun seperti perkamen,

permukaan atas daun berduri, permukaan bawah daun berduri, permukaan atas hijau

tua, permukaan bawah hijau muda, jumlah anak daun 6-8 pasang, letak daun menyirip

teratur. Rakis: panjang 85-90 cm, terletak di terminal, tidak memiliki sirus, memiliki flagella, merunduk, jumlah duri 2-3 (5-6), tempel, coklat. Bunga: tidak ditemukan.

Buah: tidak ditemukan (Gambar 10).

Spesimen : Iasha 22

Distribusi : Tersebar luas di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Nama Daerah : Rotan cabang

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah tebing, dengan ketinggian 54

mdpl, dengan titik koordinat 03057’38,9” LU/ 098004’45,4” BT.

Kegunaan :Untuk bahan pembuatan mebel.

(43)

7) Calamus ovoideus Thwaites ex Trimen.

Habit memanjat, tinggi total 10-12 m, Batang: diameter 2-2,3 cm, diameter tanpa pelepah 1-1,5 cm, panjang internodus 2,5-3 cm, tinggi 90-95 cm, bentuk bulat,

permukaan berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 3,3-3,5 cm,

jumlah duri 2-3 (5-6), jarang, merunduk ke bawah, hijau muda. Lutut: jarak lutut ke tangkai 4,5-6 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 30-45 cm, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, sejati, jumlah duri

1-2, kuning kehitaman, Pelepah daun: panjang 4-4,5 cm, lebar 2-2,4 cm, kuning kehitaman. Daun: bentuk pita, panjang 39,5-40 cm, lebar 2,2-2,5 cm, pangkal runcing, tepi rata, ujung runcing, pertulangan menyirip, daging daun seperti

perkamen, permukaan atas dan bawah tidak berduri, permukaan atas hijau tua, warna

permukaan bawah hijau muda, jumlah anak daun 23-25 pasang, letak daun menyirip

teratur. Rakis: panjang 1,75 m, terletak di aksilar, tidak memiliki sirus, memiliki flagella, merunduk, jumlah duri 2-3 (5-6), tempel, kuning kehitaman. Bunga: tidak ditemukan. Buah: tidak ditemukan (Gambar 11).

Spesimen : Iasha 06

Distribusi : Tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Srilanka

Nama Daerah : Tunggal Sekapal

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah rawa dengan ketinggian 59

mdpl, dengan titik koordinat 03057’49,6” LU / 098004’50 ,4” BT.

(44)

8) Calamus penicillalus Roxb.

Habit memanjat, tinggi total 8-10 m, Batang: diameter 1-1,5 cm, diameter tanpa pelepah 0,1-1 cm, panjang internodus 2-3 cm, tinggi 85-90 cm, bentuk bulat,

permukaan berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 1,4-1,6 cm,

jumlah duri 2-3 (5-6), rapat, merunduk ke bawah, abu-abu. Lutut: jarak lutut ke tangkai 2-3 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 45-50 cm, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, tempel, jumlah

duri 1-2, kuning kecoklatan, Pelepah daun: panjang 3-3,5 cm, lebar 2-2,6 cm, abu-abu. Daun: bentuk lanset, panjang 20-24 cm, lebar 10,9-11,2 cm, pangkal tumpul, tepi rata, ujung runcing, pertulangan menyirip, daging daun seperti perkamen, permukaan

atas dan bawah tidak berduri, permukaan atas hijau kekuningan, permukaan bawah

hijau, jumlah anak daun 6-8 pasang, letak daun menyirip teratur. Rakis: panjang 75-80 cm, terletak di terminal, tidak memiliki sirus, memiliki flagella, merunduk, jumlah

duri 2-3 (5-6), tempel, coklat. Bunga: tidak ditemukan. Buah: tidak ditemukan. (Gambar 12).

Spesimen : Iasha 21

Distribusi : Tersebar luas di semenanjung Malaya dan Sumatera

Nama Daerah : -

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah tebing, dengan ketinggian 54

mdpl, dengan titik koordinat 03057’42,5” LU/ 098004’46,6” BT.

Kegunaan :Untuk tali pengikat dan anyaman.

(45)

9) Calamus scipionum Loureiro.

Habit memanjat, tinggi total 10-15 m, Batang: diameter 5-6 cm, diameter tanpa pelepah 2-2,5 cm, panjang internodus 5-7 cm, tinggi 1-2 m, bentuk bulat, permukaan

berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 3-5 cm, jumlah duri 2-3

(5-6), rapat, merunduk, kuning kehijauan. Lutut: jarak lutut ke tangkai 7-9 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 45-49 cm, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, tempel, jumlah duri 1-2, kuning

kecoklatan, Pelepah daun: panjang 5-6 cm, lebar 2-2,3 cm, hijau kekuningan. Daun:

bentuk pita, panjang 45,6-45,8 cm, lebar 3,5-3,7 cm, pangkal tumpul, tepi rata, ujung

berduri, pertulangan menyirip, daging daun seperti perkamen, permukaan atas dan

bawah berduri halus, permukaan atas hijau tua, permukaan bawah hijau kekuningan,

jumlah anak daun 32-35 pasang, letak daun menyirip teratur. Rakis: panjang 3-4 m, terletak di terminal, tidak memiliki sirus, memiliki flagella, merunduk, jumlah duri

2-3 (5-6), tempel, hijau. Bunga: tidak ditemukan. Buah: tidak ditemukan (Gambar 13).

Spesimen : Iasha 03

Distribusi : Tersebar di Semenanjung Malaya, Sumatera, Thailand,

Vietnam, dan Borneo.

Nama Daerah : -

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah rawa, dengan ketinggian 64

mdpl, dengan titik koordinat 03 057’49,5” LU / 098004’51 ,2” BT.

(46)

10) Calamus simplicifolius wei.

Habit memanjat, tinggi total 12-14 m, Batang: diameter 3-3,5 cm, diameter tanpa pelepah 1-1,5 cm, panjang internodus 3-4 cm, tinggi 70-80 cm, bentuk bulat,

permukaan berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 2-7 cm,

jumlah duri 2-3 (5-8), rapat, merunduk ke bawah, hijau kecoklatan. Lutut: jarak lutut ke tangkai 5-6 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 30-35 cm, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, sejati, jumlah duri

1-3, hijau, Pelepah daun: panjang 3-3,6 cm, lebar 2-2,3 cm, hijau kehitaman. Daun:

bentuk pita, panjang 30-32 cm, lebar 0,8-1,8 cm, pangkal runcing, tepi berduri, ujung

berduri, pertulangan menyirip, daging daun seperti perkamen, permukaan atas dan

bawah berduri halus, permukaan atas dan bawah hijau tua, jumlah anak daun 32-35

pasang, letak daun menyirip teratur. Rakis: panjang 1,7-1,8 m, terletak di aksilar, tidak memiliki sirus, memiliki flagella, merunduk, jumlah duri 2-3 (5-6), stempel,

merah kekuningan. Bunga: tidak ditemukan. Buah:bersegi seperti buah salak, panjang 5-6 cm, lebar 4-5 cm, warna hijau kecoklatan. Biji: bentuk lonjong, panjang 3-4 cm, diameter 0,1-1 cm, warna coklat keputihan (Gambar 14).

Spesimen : Iasha 11

Distribusi : Tersebar luas di semenanjung Malaya dan Sumatera

Nama Daerah : -

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah rawa, dengan ketinggian 37

mdpl, dengan titik koordinat 03057’49,9” LU/ 098004’48,9” BT.

Kegunaan :Untuk membuat perabotan rumah tangga.

(47)

11) Calamus tetradactylus Hance.

Habit memanjat, tinggi total 7-8 m, Batang: diameter 1-1,5 cm, diameter tanpa pelepah 0,1-0,5 cm, panjang internodus 4-5 cm, tinggi 30-35 cm, bentuk bulat,

permukaan berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 2-2,4 cm,

jumlah duri 2-3 (5-6), jarang, merunduk ke bawah, coklat. Lutut: jarak lutut ke tangkai 3-3,5 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 85-90 cm, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri pipih, merunduk, sejati, jumlah duri

1-2, merah kecoklatan, Pelepah daun: panjang 3-4 cm, lebar 2-2,7 cm, merah. Daun:

bentuk pita, panjang 26,5-27 cm, lebar 3,4-3,6 cm, pangkal tumpul, tepi berduri, ujung

runcing, pertulangan menyirip, daging daun seperti perkamen, permukaan atas daun

tidak berduri, permukaan bawah daun berduri, permukaan atas hijau tua, permukaan

bawah hijau muda, jumlah anak daun 17-18 pasang, letak daun berkelompok. Rakis:

panjang 60-68 cm, terletak di terminal, tidak memiliki sirus, memiliki flagella,

merunduk, jumlah duri 2-3 (5-6), tempel, kecoklatan. Bunga: tidak ditemukan. Buah: tidak ditemukan (Gambar 15).

Spesimen : Iasha 23

Distribusi : Tersebar luas di Sumatera dan Kalimantan

Nama Daerah : -

Habitat dan Ekologi : Teresterial, ditemukan di daerah tebing, dengan ketinggian 63

mdpl, dengan titik koordinat 03057’08,1” LU/ 098004’44,8” BT.

(48)

12) Calamus tumidus Furtado.

Habit memanjat, tinggi total 8-10 m, Batang: diameter 2-2,5 cm, diameter tanpa pelepah 1-1,3 cm, panjang internodus 3,2-3,8 cm, tinggi 90-94 cm, bentuk bulat,

permukaan berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 5-5,6 cm,

jumlah duri 2-3 (5-6), rapat, merunduk ke bawah, hijau kekuningan. Lutut: jarak lutut ke tangkai 5,5-6 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 30-32 cm, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, sejati,

jumlah duri 1-(3-4), kuning kecoklatan, Pelepah daun: panjang 3-5,1 cm, lebar 2-2,3 cm, hijau kekuningan. Daun: bentuk pita, panjang 29,5 cm, lebar 2,5-2,9 cm, pangkal tumpul, tepi rata, ujung berduri, pertulangan menyirip, daging daun seperti perkamen,

permukaan atas dan bawah daun berduri, permukaan atas hijau tua, permukaan bawah

hijau kekuningan, jumlah anak daun 28-30 pasang, letak daun menyirip teratur.

Rakis: panjang 1,5-2 m, terletak di aksilar, tidak memiliki sirus, memiliki flagella, merunduk, jumlah duri 2-3 (5-6), tempel, hijau kekuningan. Bunga: ditemukan, panjang 10-12 cm, letak di terminal, jumlah 20-22, hijau kecoklatan, bentuk tangkai

bunga bulat, panjang tangkai bunga 10-14 cm, tangkai bunga coklat muda. Buah: tidak ditemukan (Gambar 16).

Spesimen : Iasha 07

Distribusi : Tersebar di Semenanjung Malaya dan Sumatera

Nama Daerah : -

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah rawa dengan ketinggian 47

mdpl, dengan titik koordinat 03057’49,9” LU / 098 04’49 ,4” BT.

Kegunaan :Untuk bahan pembuatan mebel.

(49)

13) Calamus zollingeri Beccari.

Habit memanjat, tinggi total 9-10 m, Batang: diameter 3-3,5 cm, diameter tanpa pelepah 1-1,7 cm, panjang internodus 3,5-4,2 cm, tinggi 40-45 cm, bentuk bulat,

permukaan berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 2-2,3 cm,

jumlah duri 2-3 (6-8), rapat, merunduk ke bawah, hitam. Lutut: jarak lutut ke tangkai 3-3,8 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 1-1,2 m, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri pipih, menghadap ke atas, tempel, jumlah

duri 1-2 (3-5), kuning kecoklatan, Pelepah daun: panjang 3-4,3 cm, lebar 2-2,3 cm, hijau kekuningan. Daun: bentuk pita, panjang 37,6-37,9 cm, lebar 2,3-2,5 cm, pangkal tumpul, tepi berduri, ujung runcing, pertulangan menyirip, daging daun

seperti perkamen, permukaan atas dan bawah tidak berduri, permukaan atas dan

bawah hijau tua, jumlah anak daun 21-23 pasang, letak daun menyirip teratur. Rakis:

panjang 89-90 cm, terletak di terminal, tidak memiliki sirus, memiliki flagella,

merunduk, jumlah duri 2-3 (4-6), tempel, kecoklatan. Bunga: tidak ditemukan. Buah: tidak ditemukan (Gambar 17).

Spesimen : Iasha 24

Distribusi : Tersebar luas di Sumatera, Sulawesi dan Maluku

Nama Daerah : Rotan Gila

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah tebing, dengan ketinggian 48

mdpl, dengan titik koordinat 03057’38,6” LU/ 098004’45,1” BT.

Kegunaan :Untuk tali pengikat dan anyaman.

(50)

14) Calamus sp 1.

Habit memanjat, tinggi total 8-9,5 m, Batang: diameter 3,2-3,5 cm, diameter tanpa pelepah 6-8 cm, panjang internodus 3-4 cm, tinggi 1-1,3 m, bentuk bulat, permukaan

berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 2,5-2,8 cm, jumlah duri

2-3 (5-8), rapat, merunduk, kecoklatan. Lutut: jarak lutut ke tangkai 5-6 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 45-49 cm, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, sejati, jumlah duri 1-2 (3-5),

kuning kehitaman, Pelepah daun: panjang 4-4,2 cm, lebar 2-2,2 cm, kuning kehijauan. Daun: bentuk pita, panjang 40-42 cm, lebar 2,5-2,6 cm, pangkal tumpul, tepi rata, ujung berduri, pertulangan menyirip, daging daun seperti perkamen,

permukaan atas dan bawah berduri halus, permukaan atas hijau tua, permukaan bawah

hijau kekuningan, jumlah anak daun 29-30 pasang, letak daun menyirip teratur.

Rakis: panjang 2-3 m, terletak di aksilar, tidak memiliki sirus, memiliki flagella, merunduk, jumlah duri 2-3 (5-6), tempel, hijau kekuningan. Bunga: tidak ditemukan.

Buah: tidak ditemukan (Gambar 18).

Spesimen : Iasha 04

Distribusi : Tersebar di Sumatera dan Kalimantan

Nama Daerah : -

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah rawa, dengan ketinggian 64

mdpl, dengan titik koordinat 03057’49,5” LU / 098004’51 ,2” BT.

Kegunaan :Untuk tali pengikat dan keranjang

(51)

15) Calamus sp 2.

Habit memanjat, tinggi total 9-10 m, Batang: diameter 3-3,6 cm, diameter tanpa pelepah 1-1,6 cm, panjang internodus 3-4 cm, tinggi 42-46 cm, bentuk bulat,

permukaan berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 2,5-3,5 cm,

jumlah duri 2-3 (5-6), rapat, merunduk ke bawah, hijau muda. Lutut: jarak lutut ke tangkai 7-8 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 45-48 cm, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, sejati, jumlah duri

1-2, hijau tua, Pelepah daun: panjang 4-5,3 cm, lebar 2-2,3, hijau kekuningan. Daun:

bentuk pita, panjang 37-38 cm, lebar 2,5-2.7 cm, pangkal tumpul, tepi rata, ujung

berduri, pertulangan menyirip, daging daun seperti perkamen, permukaan atas dan

permukaan bawah daun berduri, permukaan atas hijau tua, permukaan bawah hijau

muda, jumlah anak daun 24-26 pasang, letak daun menyirip teratur. Rakis: panjang 60-68 cm, terletak di aksilar, tidak memiliki sirus, memiliki flagella, merunduk,

jumlah duri 2-3 (5-6), tempel, kecoklatan. Bunga: tidak ditemukan. Buah: tidak ditemukan (Gambar 19).

Spesimen : Iasha 05

Distribusi : Tersebar di Sumatera dan Kalimantan

Nama Daerah : -

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah rawa dengan ketinggian 59

mdpl, dengan titik koordinat 03057’49,6” LU / 098004’50 ,4” BT.

(52)

16) Calamus sp 3.

Habit memanjat, tinggi total 6-7 m, Batang: diameter 1,7-2 cm, diameter tanpa pelepah 0,5-1 cm, panjang internodus 3-4 cm, tinggi 25-30 cm, bentuk bulat,

permukaan berduri, bentuk duri pipih, mengelilingi batang, ukuran duri 1,3-2 cm,

jumlah duri 2-3 (5-6), jarang, merunduk ke bawah, kuning kecoklatan. Lutut: jarak lutut ke tangkai 6-7 cm, tidak ditemukan okrea. Tangkai daun: panjang 40-44 cm, bentuk tangkai bersegi, permukaan berduri, bentuk duri bersegi, merunduk, sejati,

jumlah duri 1-2, kuning kehitaman, Pelepah daun: panjang 4-4,4 cm, lebar 2-2,5 cm, hijau kekuningan. Daun: bentuk pita, panjang 39-39,5 cm, lebar 1,6-2 cm, pangkal runcing, tepi rata, ujung berduri, pertulangan menyirip, daging daun seperti perkamen,

permukaan atas tidak berduri, permukaan bawah berduri halus, permukaan atas dan

bawah hijau muda, jumlah anak daun 24-26 pasang, letak daun menyirip teratur.

Rakis: panjang 1,5-1,9 m, terletak di aksilar, tidak memiliki sirus, memiliki flagela, merunduk, jumlah duri 1-2, tempel, kuning kecoklatan. Bunga: tidak ditemukan.

Buah: tidak ditemukan (Gambar 20).

Spesimen : Iasha 15

Distribusi : Tersebar luas di semenanjung Malaya dan Sumatera

Nama Daerah : -

Habitat dan Ekologi :Teresterial, ditemukan di daerah rawa, dengan ketinggian 58

mdpl, dengan titik koordinat 03057’58,3” LU/ 098004’54,3” BT.

Kegunaan :Untuk tali pengikat dan anyaman.

Gambar

Gambar 2. Okrea pada rotan dari jenis Korthalsia
Tabel 4.2  Sifat dan kode  ciri jenis-jenis Rotan di Kawasan Sikundur
Gambar 4. Phenogram Rotan di Kawasan Sikundur
Gambar 5. Calamus caesius
+7

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan bahwa Daun Sang dan Calamus tetradactylus memiliki tipe asosiasi positif, dimana kedua tumbuhan tersebut memiliki frekuensi yang tinggi untuk.

penggofongan sistem agoforestry ditinjau cfari fungsinya seperti fungsi produksi dm fungsi prateksi atau perlindungan; ( 3 ) an sosialekonominya (socioeconomic

Deskripsi: Tudung berdiameter 2–4 cm, berwarna putih hingga kuning, cembung hingga bagian tepi, bagian tengah putih kilat, kadang-kadang sedikit cembung (umbonate), permukaan

[r]

Secara keseluruhan, jumlah jenis kupu-kupu yang berhasil ditemukan pada dua lokasi (hutan dan tepi sungai) di PPOS Bukit Lawang sebanyak 76 spesies yang terdiri dari

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang atas Rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Nilai tersebut menunjukkan bahwa Daun Sang dan Calamus tetradactylus memiliki tipe asosiasi positif, dimana kedua tumbuhan tersebut memiliki frekuensi yang

Penelitian tentang Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai