LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TUGAS AKHIR
PROSES PENGHITUNGAN DAN PENGARUH PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKOTAAN DAN PERDESAAN
(PBB P-2) PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN O
L E H
NAMA : DEDE SYAHPUTRA NIM : 102600051
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) ini.
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
Adapun judul Laporan PKLM ini adalah “Proses Penghitungan Dan Pengaruh
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.”
Penulisan Laporan PKLM ini tidak terlepas dari bantuan dan perhatian
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
3. Ibu Fauziah, S.E, M.Si selaku pembimbing penulis yang telah banyak
memberikan perhatian, petunjuk, dan pengarahan dalam menyelesaikan
Laporan PKLM ini.
4. Bapak M. Amri Harahap, S.Sos selaku Kepala Seksi Penatausahaan Bagi
Hasil Pajak Dinas Pendapatan Kota Medan yang telah memberikan data
dan informasi kepada penulis.
6. Seluruh staf pegawai dan pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Medan
(BALITBANG Kota Medan), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Sumatra Utara I, dan Dinas Pendapatan Kota Medan.
7. Keluarga ku tercinta Ayah dan Mamak, Abang-abang dan Kakak ku, dan
untuk ketiga keponakan ku tersayang Azzam, Alit, dan Faran semoga
menjadi anak yang saleh dan berbakti kepada kedua orang tua. Amin ya
rabb...
8. Seluruh teman-teman TAX B ’10. Semoga kita menjadi orang yang
sukses kedepannya. Amin ya rabb...
9. Teman-teman di Kepengurusan IMPROSAJA 2012/2013 yang telah
memberikan pengalaman kepengurusan organisasi semoga menjadi bekal
10. Seluruh teman-teman mahasiswa semua angkatan dan
abangnda-abangnda dan kakanda-kakanda alumni Program Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
11. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu yang telah
banyak memberikan motivasi kepada Penulis untuk segera
menyelesaikan Laporan PKLM ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan PKLM ini masih jauh dari
kesempurnaan disebabkan keterbatasan pengalaman dan masih kurangnya ilmu
pengetahuan.
Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Laporan PKLM ini. Semoga Laporan PKLM ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin....
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 6
C. Uraian Teoritis... 9
D. Ruang Lingkup PKLM ... 14
E. Metode PKLM ... 15
F. Metode Pengumpulan Data ... 17
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 18
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN ... 22
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan ... 25
C. Uraian Tugas dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan
Kota Medan ... 27
D. Gambaran Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendapatan Kota
Medan ... 42
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKOTAAN DAN PERDESAAN ... 43
A. Gambaran Pajak Secara Umum ... 43
B. Gambaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan (PBB P-2) ... 45
C. Klasifikasi Bumi dan Bangunan ... 50
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dasar Pengenaan PBB
P-2 ... 51
A. Proses Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perkotaan dan Perdesaan (PBB P-2) Pada Dinas Pendapatan
Kota Medan ... 54
B. Pengaruh Penerimaan PBB P-2 Pada Dinas Pendapatan Kota Medan ... 57
C. Realisasi Penerimaan PBB P-2 Pada Dinas Pendapatan Kota Medan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu proses
yang harus dilewati dan harus dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
Universitas Sumatera Utara, oleh sebab itu mahasiswa/i diwajibkan melakukan
analisis dan pengumpulan data serta untuk memenuhi tuntutan dunia kerja
dibutuhkan produk-produk perguruan tinggi yang berkualitas, mahasiswa tidak
hanya dituntut untuk lulus dari program pendidikannya tetapi juga harus mampu
mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuan dari ilmu yang diperolehnya,
untuk itu maka mahasiswa diwajibkan mengikuti PKLM.
Dalam melaksanakan PKLM ini, maka mahasiswa memerlukan sebuah
wadah atau tempat untuk mengaplikasikan teori perkuliahannya tersebut. Batasan
yang diambil tentu saja berhubungan dengan bidang perpajakan. Dalam hal ini,
saya memilih wadah atau tempat tersebut untuk melaksanakan PKLM di Dinas
Sektor pajak merupakan sumber penerimaan terbesar negara Indonesia.
Tiap tahun jumlah penerimaan pajak ke kas Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) semakin meningkat mencapai angka 80%. Sehingga pemerintah
berupaya keras untuk mengoptimalkan penerimaan tersebut, tanggung jawab
perpajakan bukan hanya berada di pundak Pemerintah Pusat tetapi juga ada pada
Pemerintah Daerah.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) maka Pemerintah Daerah memiliki
tanggung jawab untuk mengurus dan mengelola penerimaan pajak daerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah
adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh Orang Pribadi atau
Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan (kontraprestasi) secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Daerah dibagi
atas Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota, sebagai berikut :
1. Pajak Provinsi terdiri atas :
a. Pajak Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
2. Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas :
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan
Salah satu dari jenis Pajak Kabupaten/Kota, yaitu Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan (PBB P-2). Karena kewenangan atas
pengelolaan dan penghitungan pajak ini telah diserahkan ke Pemerintah Daerah
maka penulis berminat untuk melakukan analisis tentang Pajak Daerah ini. Pajak
Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan (PBB P-2) adalah salah satu
jenis pajak yang objektif, yang lebih memperhatikan pada objek pajak Bumi dan
Bangunan dalam meningkatkan sumber-sumber pendapatan negara. Pada
awalnya, PBB P-2 merupakan salah satu jenis Pajak Pusat. Dasar hukum
pemungutannya yaitu UU No. 12 Tahun 1994. Karena potensi yang besar tiap
daerah untuk memaksimalkan pendapatan sektor pajak ini maka Pemerintah Pusat
melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengalihkan kewenangan pemungutan
dan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bersama dengan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB) ke Pemerintah Daerah dalam hal ini
di urus oleh Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA). Khusus untuk PBB yang
dialihkan ke Pemerintah Daerah saat ini hanya sektor perkotaan dan perdesaan,
sedangkan sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan masih dalam
kewenangan DJP.
Dalam hal pengenaan pajak terhadap Objek PBB P-2 salah satu caranya
adalah memberikan kepercayaan (kredibilitas) kepada Wajib Pajak untuk
dibidang pelaporan) ke DIPENDA Kota Medan atau tempat-tempat lain yang
telah ditunjuk.
Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak yang beragam serta tingkat
kesadaran dan kurangnya informasi serta kurangnya pemahaman tentang PBB P-2
ini dari Wajib Pajak, maka belum seluruhnya Wajib Pajak dapat melaksanakan
kewajiban untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dimilikinya serta melaksanakan
prosedur-prosedur yang terdapat dalam hal perpajakan ini. PBB P-2 merupakan
jenis pajak yang memperhatikan objeknya, maka penghitungan nilai Objek
Pajaknya dilakukan oleh pihak fiskus bukan Wajib Pajak sendiri yang
menghitungnya. Dalam penghitungan PBB P-2 tentu ada prosedur-prosedur
berlaku yang harus dilaksanakan oleh fiskus agar tidak terjadi kesalahpahaman
dalam menghitung jumlah PBB P-2 yang terutang dari Wajib Pajak. Salah satu
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai hal
penghitungan dan pengaruh penerimaan PBB P-2 di Kota Medan.
Berdasarkan uraian di atas, maka saya melakukan survey dan penelitian
dengan judul : “ Proses Penghitungan Dan Pengaruh Penerimaan Pajak Bumi
B. Tujuan dan Manfaat PKLM
1. Tujuan
1.1. Untuk mengetahui mengenai Proses Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan kota Medan.
1.2. Untuk mengetahui Pengaruh Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan kota Medan.
1.3. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan di kota Medan.
1.4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi
kendala-kendala dalam pelaksanaan pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan di kota Medan.
2. Manfaat
2.1. Bagi Mahasiswa/i
a. Mahasiswa/i dapat mengetahui proses pelaksanaan penerimaan negara di Kota Medan yang diperoleh dari Pajak Bumi dan
b. Meningkatkan profesionalitas, memperluas wawasan dan
memantapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan mahasiswa/i
serta memberikan kesempatan secara langsung kepada
mahasiswa/i penerapan ilmu dibidang Perpajakan khususnya
dibidang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan.
c. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah diperoleh kedalam
permasalahan perpajakan.
d. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggungjawab
dan kedisiplinan dalam bekerja.
e. Meningkatkan kerjasama Dinas Pendapatan Kota Medan
dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan.
2.2 Bagi Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan
a. Memperoleh ide-ide dan upaya untuk mengoptimalisasi penerimaan pajak khususnya dari Pajak Bumi dan Bangunan
b. Membantu pihak Dinas Pendapatan Kota Medan dalam hal
sosialisasi perpajakan daerah kepada masyarakat Wajib Pajak
melalui mahasiswa peserta PKLM yang setelah menyelesaikan
studi akan mengaplikasikan ilmu perpajakan yang
dipelajarinya kepada masyarakat.
c. Adanya PKLM, mahasiswa dapat memberikan sumbangsihnya
terhadap instansi berupa masukan-masukan yang bersifat
membangun.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara
a. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan instansi-instansi Pemerintah, khususnya dengan Dinas Pendapatan Kota Medan.
b. Memberi uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan
selama perkuliahan.
c. Membuka interaksi antara Program Studi dan Instansi
d. Meningkatkan ide dan masukan untuk penyempurnaan
kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu
pendidikan yang baik.
e. Promosi Sumber Daya Manusia (SDM) Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.
2.4 Bagi Masyarakat
a. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat agar menjadi masyarakat yang sadar dan taat pajak.
b. Memberitahukan kepada masyarakat tentang pentingnya pajak
untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, khususnya dari
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan.
C. Uraian Teoritis
1. Definisi dan Fungsi Pajak
1.1. Definisi Pajak
Iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2011 : 1)
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari berbagai definisi tentang pajak di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pajak memiliki beberapa aspek dasar :
1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang;
2. Sifatnya dapat dipaksakan;
3. Tidak ada kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar
pajak;
4. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara baik pemerintah pusat
5. Pajak digunakan untuk mebiayai pengeluaran-pengeluran pemerintah
(rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.
1.2. Fungsi Pajak
1. Fungsi Budgetair, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran.
2. Fungsi Regulerend, pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi.
2. Jenis Pajak
1. Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak (WP) dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain. Contoh : Pajak Pengahsilan (PPh).
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjek pajaknya. Contoh : PPh.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
objeknya tanpa memperhatikan keadaan WP. Contoh : PPN dan
PPnBM.
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: PPh,
PPN, PPnBM, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak
Daerah terbagi atas dua yaitu Pajak Provinsi (contoh: Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak Rokok (Prok), dan lain-lain)
dan Pajak Kabupaten / Kota (contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan (PBB P2), dan
lain-lain).
Definisi Pajak Daerah berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 adalah
kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan (PBB P-2)
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009, Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perkotaan dan Perdesaan (PBB P-2) adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan,
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan.
5. Subjek dan Objek PBB P-2
Orang Pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas
bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki, menguasai,
dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Bangunan: Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan atau perairan.
6. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan
Tarif pajak untuk PBB P-2 paling tinggi sebesar 0,3%. Penetapan tarif ini
berbeda di setiap daeah sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda).
7. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
Adalah pengurang dari NJKP dalam menghitung PBB P-2. Pengenaan
NJOPTKP paling sedikit ialah Rp. 10.000.000. Penetapan NJOPTKP sesuai
dengan Perda daerah masing-masing.
8. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi
secara wajar. Apabila tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, nilai perolehan baru, atau
NJOP Pengganti.
Karena terbatasnya kemampuan penulis, dan agar tidak menyimpang dari tujuan semula, maka penulis membatasi ruang lingkup yang akan dibahas dalam
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :
1. Proses Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan di Dinas Pendapatan Kota Medan.
2. Pengaruh Atas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan
dan Perdesaan bagi pembangunan di Kota Medan.
3. Perkembangan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan
dan Perdesaan di Kota Medan setelah pengalihan menjadi Pajak Daerah.
4. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala dalam
pelaksanaan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan di Kota Medan pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
E. Metode PKLM
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai, maka metode yang dipakai penulis adalah sebagai berikut :
Dalam tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari
pengajuan judul, penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mencari dan
mengumpulkan bahan untuk melengkapi pembuatan proposal hingga
berkonsultasi dengan pihak dosen.
2. Studi Literatur
Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut masalah
yang dibahas yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, artikel
ilmiah, dan literatur lain yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Dinas
Pendapatan Kota Medan mengenai proses penghitungan dan pengaruh penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan yang diperoleh
kemudian penulis memberikan informasi atas hasil observasi tersebut.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data mengenai Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan melalui data primer yaitu data yang
pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan) dan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari referensi ilmiah dan dokumentasi di Dinas Pendapatan Kota
Medan.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan, penulis
akan menganalisa dan mengevaluasi data-data tersebut secara objektif, jelas, dan
sistematis.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data yang digunakan ialah sebagai berikut :
1. Daftar Wawancara (Interview Guide)
Kegiatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada
pihak Dinas Pendapatan Kota Medan untuk mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
2. Data Observasi (Observation Guide)
Yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lokasi Praktik
3. Daftar Dokumentasi (Optional)
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen atau informasi yang berhubungan
dengan objek yang dianggap sebagai bukti otentik yang dianggap sah dalam
melengkapi laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM
Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini maka penulis membaginya ke dalam lima bab.
Adapun rincian dari tiap-tiap bab yang terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan
gambaran umum tentang penulisan Laporan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang
meliputi latar belakang masalah, tujuan dan
manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup dan
metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
serta metode pengumpulan data, dan
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
Dalam bab ini dibahas mengenai sejarah
singkat Dinas Pendapatan Kota Medan,
Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan
Fungsi, serta gambaran data pegawai.
BAB III GAMBARAN DATA TENTANG
PROSES PENGHITUNGAN DAN PENGARUH ATAS PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKOTAAN DAN PERDESAAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang
Ketentuan Umum, pengertian Pajak Bumi
dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan, Objek dan Subjek Pajak Bumi
dan Bangunan Sektor Perkotaan dan
Perdesaan, Objek Pajak yang tidak
Sektor Perkotaan dan Perdesaan, tarif dan
dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Perkotaan dan Perdesaan, Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP), Nilai Jual Objek
Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), cara
penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Perkotaan dan Perdesaan, hak-hak
wajib pajak, saat dan cara pembayaran
pajak terutang, hambatan-hambatan yang
terjadi dalam pelaksanaan pembayaran
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perkotaan dan Perdesaan, upaya-upaya
yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Kota Medan untuk meningkatkan
penerimaan PBB P-2, dan pengaruh atas
penerimaan PBB P2 di kota Medan.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Dalam bab ini penulis akan
membandingkan penerapan teori yang ada
melalui riset di Dinas Pendapatan Kota
Medan, yaitu mengenai Proses
Penghitungan dan Pengaruh Atas
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Perkotaan dan Perdesaan Kota
Medan Pada Dinas Pendapatan Kota
Medan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis menguraikan
kesimpulan-kesimpulan dari uraian dalam
bab-bab sebelumnya, serta saran-saran dari
penulis yang merupakan pemikiran yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
BAB II
GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan
Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu Sub Bagian
pada Bagian Keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan
Daerah. Pada Sub ini tidak terdapat lagi Sub Seksi, karena pada saat ini Wajib
Pajak yang berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.
Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan
penduduk di Kota Medan melalui Peraturan Daerah Sub Bagian Keuangan
tersebut diubah menjadi bagian IX/Pendapatan. Pada Bagian IX/Pendapatan
dibentuklah beberapa Seksi yang mengelola Penerimaan Pajak dan Retribusi
Daerah yang merupakan para Wajib Pajak Daerah Kota Medan, yang terdiri dari
21 Kecamatan diantaranya Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan
Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Timur, Medan Kota, Medan
Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Perjuangan, Medan
Sehubungan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri KUPD Nomor
7/12/41-10 tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah
di seluruh Indonesia, maka Pemerintahan Kota Medan berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 1978 menyesuaikan dan membentuk struktur organisasi
Dinas Pendapatan yang baru ini dibentuklah seksi-seksi Administrasi Dinas
Pendapatan Daerah.
Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan
penerimaan pendapatan daerah melalui Sub Sektor Perpajakan, Retribusi Daerah,
dan Pendapatan Daerah lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup penting
bagi Pemerintah Daerah.
Meningkatnya Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh
dengan cara menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki
atau menyempurnakan administrasi, sistem, dan prosedur serta organisasi dari
Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan
tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual
Pendapatan Daerah (MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak
pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama
ini dilakukan secara sektorat perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan
penyempurnaan telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga berhasil
disusun Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA).
Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan didalam :
1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal
26 Mei 1988, tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah,
dan Pendapatan Daerah lainnya.
2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tanggal 26 Mei 1988, tentang
Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun
1988.
3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang Pelaksanaan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.
Penyempurnaan sistem dan prosedur perpajakan dan Organisasi
Pendapatan Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang
dilasanakan bertahap dan penyempurnaan ini merupakan berdasarkan Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 061/1867/PUOD tanggal 2 Mei 1988,
Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor
188.342.20/1991 tanggal 11 Maret 1991, yang terakhir diubah dengan Surat
Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1991 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
Untuk memperlancar dan mengatur kegiatan-kegiatan dalam
melaksanakan aktifitasnya, Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan telah membuat
struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu sarana untuk
mencapai tujuan yang efektif yakni terciptanya garis koordinasi yang baik serta
adanya hubungan yang baik antara pimpinan dengan bawahan.
Untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada pada Dinas Pendapatan
Kota Medan dan untuk pencapaian tujuan maka diadakan pembagian tugas dan
fungsi masing-masing sehingga memudahkan mengawasi pekerjaan. Dengan
adanya pembagian tugas yang dituangkan dalam struktur organisasi akan
memberikan penjelasan tentang batas-batas wewenang dan tanggung jawab.
Struktur organisasi yang digunakan untuk Dinas Pendapatan Kota Medan
adalah bentuk organisasi garis dimana bentuk tersebut menggunakan sistem
koordinasi mengalir dari pimpinan ke bawahan secara langsung dimana pihak
Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri dari:
1. Dinas
2. Sekretariat, membawahkan :
1.1 Sub Bagian Umum
1.2 Sub Bagian Keuangan
1.3 Sub Bagian Penyusunan Program
3. Bidang Pendapatan dan Penetapan, membawahkan :
3.1 Seksi Pendataan dan Pendaftaran
3.2 Seksi Pemeriksaan
3.3 Seksi Penetapan
3.4 Seksi Pengolahan dan Informasi
4. Bidang Penagihan, membawahkan :
4.1 Seksi Pembukuan dan Verifikasi
4.2 Seksi Penagihan dan Perhitungan
4.3 Seksi Pertimbangan dan Restitusi
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan :
5.1 Seksi Bagi Hasil Pajak
5.2 Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
5.3 Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, mambawahkan :
6.1 Seksi Pengembangan Pajak
6.2 Seksi Pengembangan Retribusi
6.3 Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain
7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
8. Kelompok Jabatan Fungsional
C. Uraian Tugas dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan berdasarkan
Keputusan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2002 Pasal 2 tentang Rincian Tugas
dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.
Dalam Peraturan Walikota, yang dimaksud yaitu :
1. Daerah adalah Kota Medan.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan.
3. Walikota adalah Walikota Medan.
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan.
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unsur pelaksana teknis pada Dinas
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
8. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang
tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu sesuai
kebutuhan daerah.
Adapun tugas dari Kepala Dinas-Dinas dan masing-masing seksi pada
Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :
1. Dinas
Dinas merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah, yang dipimpin
oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Dalam melaksanakan tugas pokok, Dinas menyelenggarakan fungsi :
1.1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan.
1.3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan.
1.4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Sekretariatan
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan
administrasi umum, keuangan, dan penyusunan program.
Adapun fungsi Sekretariatan adalah sebagai berikut :
2.1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan.
2.2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas.
2.3. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi
kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum,
kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggan Dinas.
2.4. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,
pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan.
2.6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
2.7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan.
2.8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bagian sekretariatan terdiri dari beberapa sub dan tugas-tugas, yaitu:
a. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas sekretariat lingkup administrasi Umum.
b. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas sekretariat lingkup pengelolaan administrasi
keuangan.
c. Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup penyusunan
program dan pelaporan.
Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :
3.1. Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan
penetapan, dan pengelolaan data informasi.
3.2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pendataan dan
Penetapan menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan
dan Penetapan.
b. penyusunan petunjuk teknis ruang lingkup pendataan,
pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengelolaan data dan
informasi.
c. melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh Wajib Pajak,
Wajib Pajak Retribusi dan pendataan daerah lainnya.
d. pelaksanaan pengelolaan dan informasi baik dari Surat
Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dari instansi
yang terkait.
e. pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah,
dan pendapatan daerah lainnya.
f. perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap
Wajib Pajak dan Wajib Pajak retribusi.
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup
bidang pendataan dan penetapan.
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Adapun Bidang Pendataan dan Pendaftaran terdiri dari beberapa seksi
dan tugas-tugas pokok, yaitu:
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
bidang pendataan dan penetapan lingkup pendataan dan
pendaftaran.
Seksi ini mempunyai tugas sebagian bidang pendataan dan
penetapan lingkup pemeriksaan.
c. Seksi Penetapan
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
bidang pendataan dan penetapan pokok pajak daerah/pokok
retribusi daerah.
d. Seksi Pengolahan Data
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
bidang pendataan dan penetapan lingkup data dan informasi.
4. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bagian Penagihan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu:
4.1. Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan,
4.2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai
tugas dan fungsi, yaitu:
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang
Penagihan.
b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi,
penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.
c. pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah,
retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya.
d. pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi
daerah, dan pendapatan daerah lainnya.
e. pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan
atas pajak daerah, retribusi daerah, dan pendapatan daerah
lainnya.
f. pelaksanaan telaan dan saran pertimbangan terhadap keberatan
wajib pajak atas permohonan wajib pajak.
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelporan lingkup bidang
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepada Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas
pokok, yaitu:
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup
pertimbangan dan restitusi.
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok
melaksanakan tugas Bidang Penagihan dan Perhitungan.
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan
Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu:
5.1. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas melaksnakan
sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak,
penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian
pendapatan.
5.2. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan
menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil
Pendapatan.
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan
bukan pajak, penata usahaan bagi hasil dan
perundang-undangan dan pengkajian pendapatan.
c. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan
d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil
pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan
yang sah.
e. pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil
pajak/bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan
pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
f. pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan
perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang
dana pertimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.
g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup
bidang bagi hasil pendapatan.
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas,
yaitu:
Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi
hasil pajak.
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Bidang Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil
bukan pajak.
c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan
lingkup penatausahaan bagi hasil.
d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian
Pendapatan
Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian
Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas dan fungsi,
yaitu:
6.1. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan
pajak, retribusi, dan pendapatan lain-lain.
6.2. Dalam melaksanakan tugas Bidang Pengembangan Pendapatan
Daerah menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang
Pengembangan Pendapatan Daerah.
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan
pajak, retribusi, dan pendapatan lain-lain.
c. pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah,
dan pendapatan lainnya.
e. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup
bidang pengembangan pendapatan daerah.
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi beserta
tugas-tugas pokok, yaitu :
a. Seksi Pengembangan Pajak
Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
lingkup pengembangan pajak.
b. Seksi Pengembangan Retribusi
Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas melakanakan
sebagian tugas Bidang Penegmbangan Pendapatan Daerah
lingkup pengembangan retribusi.
c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain
Seksi Pengembangan Pendapatan lain-lain memiliki tugas
7. Unit Pelaksana Teknis
Pembentukan, nomenklatur, tugas, dan fungsi Unit Pelaksana Teknis
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :
8.1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional
yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
8.2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga
Fungsional Senior yang ditunjuk.
8.3. Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan
dan beban kerja.
8.4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan
D. Gambaran Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendapatan Kota Medan
Data Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pendapatan Kota Medan
[image:49.595.142.484.280.575.2]adalah sebagai berikut :
Tabel I
Jumlah PNS di Lingkungan Dinas Pendapatan Kota Medan
NO Bagian/Subdis/Bendahara/Swakelola Jumlah PNS
1 Sekretariat 76 Orang
Kepala Dinas dan Sekretaris 2 Orang
Bagian Umum, Keuangan, dan Penyusunan Program
35 Orang
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
20 Orang
Penyimpan Barang dan Pengurus Barang
19 Orang
2 Bidang Pendataan dan Penetapan (DATAP)
76 Orang
3 Bidang Penagihan 45 Orang
4 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 87 Orang
5 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
25 Orang
6 Unit Pelaksana Teknis (UPT) 33 Orang
Jumlah 342 Orang
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKOTAAN DAN PERDESAAN
A. Gambaran Pajak Secara Umum
Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatakan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
1. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas Domisili (asas Tempat Tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib
Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang
berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk
Wajib Pajak Dalam Negeri.
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
c. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara,
misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang
yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di
Indonesia. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri.
2. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
b. Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang.
c. With holding system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan
wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak
B. Gambaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan (PBB P-2)
1. Dasar Hukum
Ketika masih menjadi salah satu pajak pusat, dasar hukum PBB P-2 ialah
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
Mulai tahun 2012, kewenangan kepengurusan PBB P-2 diserahkan ke
Pemerintah Daerah. Dengan pemindahan tersebut, dasar hukum PBB P-2 ialah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD).
Dasar hukum PBB P-2 untuk Kota Medan ialah Peraturan Daerah Nomor
3 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
2. Pengertian PBB P-2
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pasal 1 Ayat (37),
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Orang
Pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
3. Objek dan Subjek PBB P-2
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011, Pasal 2 Ayat (2),
Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan (PBB P-2)
adalah bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan
oleh Orang Pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi
dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan
perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Sedangkan Bangunan adalah
konstruksi teknis yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada tanah
dan/atau perairan.
Dalam Pasal 2 Ayat (3), yang termasuk dalam pengertian Bangunan
adalah :
a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti
hotel, pabrik dan emplasemennya, yang merupakan satu kestuan dengan
kompleks bangunan tersebut.
b. Jalan tol.
c. Kolam renang.
f. Galangan kapal, dermaga.
g. Taman mewah.
h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak.
i. Menara.
Dalam Pasal 2 Ayat (4), Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB P-2
adalah :
a. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan
pemerintahan.
b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional yang
tidak dimaksud untuk memperoleh keuntungan.
c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu.
d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
e. Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas
f. Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Dalam Pasal 3 Ayat (1), Subjek PBB P-2 adalah Orang Pribadi atau
Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh
manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat
atas Bangunan.
4. Cara Perhitungan PBB P-2
4.1. Tarif Pajak
Tarif pajak PBB P-2 setelah dialihkan ke Pemerintah Daerah sesuai dengan Pasal 80 Ayat (1) ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%. Penerapan tarif
ini berbeda untuk setiap daerah, khusus untuk Kota Medan tarif PBB P-2
ditetapkan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011
yang telah direvisi ialah :
a. NJOP sampai dengan Rp. 499.999.999 sebesar 0,115%
b. NJOP Rp. 500.000.000 s/d Rp. 999.999.999 sebesar 0,125%
c. NJOP Rp. 1.000.000.000 s/d Rp. 1.999.999.999 sebesar 0,215%
4.2. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari
transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar, dan bila mana tidak terdapat
transasksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek
lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP Pengganti.
Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis adalah suatu
pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara
membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis yang letaknya
berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.
Nilai perolehan baru adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai
jual suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang diketahui
untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi
dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut.
Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual
suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut.
4.3. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
khusus Kota Medan penetapan NJOPTKP sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor
3 Tahun 2011, Pasal 2 Ayat (5) ialah sebesar Rp. 15.000.000 untuk setiap Wajib
Pajak.
4.4. Formula Perhitungan PBB P-2
Formula perhitungan PBB P-2 ialah :
PBB P-2 = Tarif x (NJOP – NJOPTKP)
Di dalam perhitungan PBB P-2 Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dikurangi
terlebih dahulu dengan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).
C. Klasifikasi Bumi dan Bangunan
Dalam hal memudahkan penghitungan PBB P-2 yang terutang atas suatu objek berupa tanah (bumi) dan atau bangunan harus diketahui pengelompokan
objek pajak menurut nilai jualnya, tarif, NJOPTKP, dan NJOP-nya.
Pengelompokan Objek Pajak menurut nilai jual tersebut sering disebut dengan
kalsifikasi tanah (bumi) dan bangunan.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dasar Pengenaan PBB P-2
Salah satu unsur dasar di dalam pengenaan PBB P-2 yang selalu dikeluhkan oleh masayrakat wajib pajak dan muaranya berupa pengajuan
keberatan dari masyarakat adalah besarnya NJOP. Sebagaimana di ketahui NJOP
meruapakan dasar pengenaan PBB P-2. Semakin besar NJOP maka akan semakin
besar ketetapan PBB P-2 yang harus dibayar oleh para wajib pajak. Besar kecilnya
NJOP diperoleh dari hasil penilaian di lapangan yang dilakukan oleh petugas
lapangan, khususnya petugas pendata dan penilai. NJOP ditentukan melalui
perbandingan harga perolehan. Apabila tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP
ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek yang sejenis, atau nilai
perolehan baru, atau NJOP pengganti.
Penetapan NJOP dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan Data Pasar (Perbandingan Harga)
Pendekatan Data Pasar (Perbandingan Harga) dalam istilah asingnya
disebut dengan Market Data/Sales Comparison Approach adalah
suatu pendekatan dimana untuk menentukan nilai suatu properti
(dalam hal ini berupa tanah dan/atau bangunan) dengan jalan
membandingkan properti yang akan dinilai dengan properti lain yang
b. Pendekatan Biaya
Penentuan nilai suatu properti dengan pendekatan biaya ini adalah
dengan menghitung seluruh biaya yang digunakan untuk membangun
properti yang bersangkutan dikurangi dengan penyusutan kemudian
ditambahkan dengan nilai tanahnya. Pendekatan ini biasanya
digunakan untuk menghitung nilai bangunan. Setelah diperoleh nilai
bangunan kemudian dijumlahkan dengan nilai tanah sehingga
diperoleh nilai properti secara keseluruhan. Pendekatan biaya ini
berdasarkan suatu asumsi bahwa nilai suatu properti sama dengan
biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu properti sejenis yang
di inginkan.
c. Pendekatan Pendapatan
Pendekatan Pendapatan (income approach) adalah menentukan nilai
suatu properti berdasarkan kepada kemampuan suatu properti untuk
mendatangkan penghasilan. Pendekatan ini digunakan terhadap
properti-properti yang menghasilkan pendapatan seperti hotel,
restoran, gedung perkantoran yang disewakan dan lain-lain. Untuk
menentukan nilai properti-properti tersebut adalah dengan cara
BAB IV
PROSES PENGHITUNGAN DAN PENGARUH PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKOTAAN DAN PERDESAAN
(PBB P-2) PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
A. Proses Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan (PBB P-2) Pada Dinas Pendapatan Kota Medan
1. Proses Penghitungan PBB P-2
Penentuan sektor perkotaan dan perdesaan dalam pengenaan PBB ditetapkan sebagai berikut :
1.1. Bahwa suatu wilayah administrasi pemerintahan desa/kelurahan
hanya terdapat satu sektor pengenaan PBB, yaitu Sektor Perkotaan
atau Sektor Perdesaan saja.
1.2. Daerah yang termasuk dalam Sektor Perkotaan adalah :
a. Seluruh desa/kelurahan dalam wilayah ibukota propinsi,
kotamadya/kotamadya administratif, kota administratif.
c. Desa/kelurahan ibukota kecamatan.
d. Desa/kelurahan lain yang tidak termasuk dalam huruf a s/d c,
tetapi yang telah mempunyai sarana dan prasarana kota. Yang
dimaksud dengan sarana dan prasarana kota adalah sarana dan
prasarana yang menunjang kegiatan administrasi pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan perdagangan seperti : jalan yang baik,
penerangan listrik, air minum, kesehatan, pasar, dan rekreasi.
1.3. Daerah yang termasuk dalam sektor perdesaan adalah desa-desa
yang tidak termasuk dalam angka 2 diatas.
Sektor perkotaan dan perdesaan adalah objek pajak bumi dan bangunan
yang meliputi kawasan pertanian, perumahan, perkantoran, pertokoan, industri
serta objek khusus perkotaan. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak atas Objek Pajak
Sektor Perkotaan dan Perdesaan ditentukan sebagai berikut :
a. Objek Pajak berupa tanah adalah sebesar Nilai Jual Objek Pajak
berupa tanah.
b. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar Nilai Jual Objek Pajak
Sebuah rumah milik Bapak Putra yang beralamat di Jalan Sei Bahorok 18
Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru Kota Medan dengan data dan
informasi sebagai berikut.
Luas Tanah 544 m2, NJOP per m2 Rp. 160.000,00
(Konversi Kelas 077)
Luas Bangunan 100 m2, NJOP per m2 Rp. 968.000,00
(Konversi Kelas 022)
NJOPTKP untuk kota Medan Rp. 15.000.000,00
Berapa besarnya PBB P-2 rumah tersebut ?
Penyelesaian :
Luas Tanah 544 m2 x Rp. 160.000,00 = Rp. 87.040.000,00
Luas Bangunan 100 m2 x Rp. 968.000,00 = Rp. 96.800.000,00 +
NJOP = Rp. 183.840.000,00
PBB P-2 Terutang = Tarif x (NJOP – NJOPTKP)
= Rp. 194.166,00
B. Pengaruh Penerimaan PBB P-2 Pada Dinas Pendapatan Kota Medan
1. Pengaruh Pendaerahan PBB P-2
Pengalihan PBB P-2 dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah (pendaerahan) jelas menimbulkan pengaruh atau dampak yang bersifat positif
maupun negatif bagi Pemerintah Kota Medan.
1. Pengaruh/Dampak Positif
a. Akurasi data objek dan subjek PBB P-2, dapat lebih ditingkatkan
karena aparat Pemerintah Kota Medan lebih menguasai wilayahnya
apabila dibandingkan dengan aparat pemerintah pusat sehingga
dapat meminimalisir pengajuan keberatan dari para wajib pajak
PBB P-2.
b. Daerah memiliki kemampuan meningkatkan potensi PBB P-2
sepanjang penentuan NJOP selama ini oleh pemerintah pusat
c. Pemberdayaan local taxing power, yaitu kewenangan penuh daerah
dalam penentuan tarif dan pengelolaan administrasi pemungutan
untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas.
2. Pengaruh/Dampak Negatif
a. Peningkatan NJOP yang sama dengan nilai pasar dapat
mengakibatkan naiknya ketetapan PBB yang dapat menimbulkan
gejolak masyarakat.
b. Penggunaan tarif maksimum guna meningkatkan potensi PBB P-2
apabila tidak hati-hati dan dikaji secara mendalam dapat
menimbulkan gejolak masyarakat karena penggunaan tarif
maksimum dapat menaikkan PBB P2 sebesar tiga kali lipat.
c. Dalam rangka pengelolaan PBB P2, Pemerintah Kota Medan harus
mengeluarkan biaya yang cukup mahal, baik untuk kemungkinan
penambahan kantor dan pegawai baru maupun untuk melengkapi
peralatan administrasi, komputerisasi, dan pelatihan SDM.
d. Kesenjangan penerimaan PBB P-2 antar daerah makin menonjol
karena disparitas potensi penerimaan pajak daerah lainnya. Daerah
mengabaikan pemungutan PBB P-2 (karena sulit dan kompleks
bahkan tidak dipungut) dan sebaliknya daerah yang semata-mata
mengandalkan penerimaan PBB P-2 kemungkinan akan
menerapkan tarif yang maksimal guna menggenjot penerimaannya.
e. Pendaerahan PBB P-2 dapat mengakibatkan beragamnya kebijakan
antara satu daerah dengan daerah lainnya, misalnya perbedaan tarif,
NJOPTKP, dan NJOP. Perbedaan tersebut dapat mengakibatkan
ketidakadilan baik bagi masyarakat wajib pajak, pelaku bisnis,
maupun masyarakat pada umumnya.
Untuk lebih memberikan gambaran perbedaan yang signifikan antara
perlakuan PBB P-2 yang tercantum dalam UU PBB dengan UU PDRD maka
[image:65.595.121.513.555.693.2]penulis membuat matrik berikut ini.
Tabel II
Perbandingan Antara UU PBB Dengan UU PDRD
UU PBB UU PDRD
Objek Bumi dan/atau bangunan Bumi dan/atau bangunan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan
NJOPTKP Setinggi-tingginya Rp12 juta Paling rendah Rp10 juta PBB
terutang
Tarif x NJKP x (NJOP – NJOPTKP) Tarif x (NJOP – NJOPTKP)
0,5% x 20% x (NJOP - NJOPTKP), atau
Maksimal 0,3% x (NJOP – NJOPTKP)
0,5% x 40% x (NJOP - NJOPTKP)
Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan
C. Realisasi Penerimaan PBB P-2 Pada Dinas Pendapatan Kota Medan
Realisasi penerimaan PBB P-2 untuk Kota Medan pada Dinas Pendapatan Kota Medan (DIPENDA Kota Medan) terlihat pada tabel dibawah
[image:66.595.120.511.113.253.2]ini:
Tabel III
Realisasi Penerimaan PBB P-2 di Kota Medan
TAHUN ANGGARAN
TARGET PENERIMAAN
REALISASI PERSENTASE PENERIMAAN
Berdasarkan tabel di atas, tahun anggaran 2010, DJP menargetkan
penerimaan PBB P-2 sebesar Rp. 206.088.887.000 dan realisasi penerimaan yang
diperoleh yaitu sebesar Rp. 216.716.217.257 sehinnga persentase penerimaannya
mencapai 105,16%. Pada tahun anggaran 2011, DJP menargetkan penerimaan
PBB P-2 sebesar Rp. 174.254.249.048 dan realisasi penerimaan yang diperoleh
yaitu sebesar Rp. 241.362.753.879 sehingga persentase penerimaannya mencapai
138,51%.
Dengan hasil penerimaan yang diperoleh oleh DJP tersebut, DJP
mengalami over target (realisasi penerimaan yang di dapat melebihi dari target
yang ditetapkan).
Pada tahun 2012, dimana PBB P-2 sudah dikelola oleh DIPENDA Kota
Medan, DIPENDA Kota Medan menargetkan penerimaan PBB P-2 sebesar Rp.
353.346.171.770 dan realisasi penerimaan yang diperoleh yaitu sebesar Rp.
275.138.356.001 sehingga persentase penerimaannya yaitu 77,87%. Dengan hasil
yang diperoleh DIPENDA Kota Medan tersebut, realisasi penerimaan tahun 2012
belum mencapai 100% dari target penerimaan yang telah ditetapkan.
Kendala-kendala yang mungkin dihadapi oleh DIPENDA Kota Medan
1. DIPENDA Kota Medan masih mengalami masa transisi karena
pemindahan otoritas pengelolaan PBB P-2 dari DJP ke DIPENDA Kota
Medan.
2. Pihak DIPENDA Kota Medan belum memiliki jumlah SDM yang
maksimal untuk mengelola PBB P-2.
3. Belum maksimalnya sosialisasi tentang pemindahan otoritas pengelolaan
PBB P-2 ke seluruh Wajib pajak PBB P-2 Kota Medan.
DIPENDA Kota Medan harus bisa mengatasi semua kendala-kendala
tersebut agar penerimaan PBB P-2 di tahun anggaran selanjutnya dapat mencapai
100% karena seyogianya DIPENDA Kota Medan lebih memahami dan
mengetahui seluruh potensi yang ada didaerahnya.
Dengan pendaerahan ini, penerimaan PBB P-2 akan sepenuhnya (100%)
masuk ke Pemerintah Kota Medan sehingga diharapkan mampu meningkatkan
jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan yang pada akhirnya akan
membantu mempercepat proses pembangunan infrastruktur umum untuk
kesejahteraan seluruh warga Kota Medan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dasar hukum PBB P-2, yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Sesuai dengan
amanat di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, maka berlaku
Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
2. Objek PBB P-2 adalah bumi dan/atau bangunan yang melekat secara
tetap baik di permukaan bumi atau tanah maupun di perairan diluar
sektor P-3 (perkebunan, perhutanan, dan pertambangan).
3. Subjek PBB P-2 adalah Orang Pribadi atau Badan yang secara nyata :
a. Mempunyai suatu hak dan/atau memperoleh manfaat atas bumi
b. Memiliki dan menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan.
PBB P-2 = Tarif x (NJOP-NJOPTKP)
5. Pendaerahan PBB P-2 memberikan pengaruh atau dampak baik yang
bersifat positif maupun yang bersifat negatif bagi pemerintah daerah.
6. Realisasi penerimaan PBB P-2 tahun 2012 yang diperoleh DIPENDA
Kota Medan belum 100% dari target penerimaan yang telah ditetapkan.
B. Saran
Dalam melaksanakan pengamatan dan pengambilan data tentang proses penghitungan dan pengaruh penerimaan PBB P-2 pada Dinas Pendapatan Kota
Medan (DIPENDA Kota Medan) yang terlaksana dengan baik, maka yang perlu
diperhatikan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan adalah :
1. Diperlukannya penambahan SDM agar lebih memahami pengelolaan
PBB P-2 agar dapat memaksimalkan penerimaan PBB P-2 yang telah
ditetapkan. Dan membuat sebuah seksi atau bagian khusus untuk
pengelolaan PBB P-2 agar lebih efisien dan kinerja DIPENDA Kota
Medan lebih efektif lagi.
2. Untuk para staf pegawai yang sudah bekerja di DIPENDA Kota Medan
terarah melalui pendidikan formal maupun pendidikan lainnya tentang
PBB P-2.
3. Melakukan upaya – upaya untuk memaksimalkan penerimaan PBB P-2
seperti berikut :
a. Penagihan aktif baik operasi sisir door to door maupun berupa
himbauan membayar sebelum jatuh tempo.
b. Membuat stand atau pojok pajak pada acara-acara atau momen
tertentu yang dianggap dapat memotivasi masyarakat membayar PBB
P-2.
c. Melakukan penilaian individual untuk bangunan baru yang menurut
peruntukannya memerlukan penilaian individual.
d. Melakukan pendataan dan penilaian ulang atas komplek atau
perumahan.
e. Melakukan pendekatan kepada Wajib Pajak dan menghimbau untuk
membayar PBB P-2.
g. Menghimbau Unit Pelaksana Teknis (UPT) DIPENDA Kota Medan
DAFTAR PUSTAKA
Darwin Drs., MBP.2010. Pajak Daerah & Retribusi Daerah. Jakarta : Mitra
Wacana Media.
Mardiasmo Prof. Dr., MBA, Ak. 2013. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan Teori dan Kasus. Yogyakarta : Salemba Empat.
Rahman, Abdul, Skm, M.Si. 2010. Panduan Pelaksanaan Administrasi
Perpajakan. Bandung : Nuansa.
Waluyo, 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
___________, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan.
___________, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan.
___________, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
___________, Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
___________, Peraturan Walikota Medan Nomor 70 Tahun 2011 tentang
Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan