• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDUKSI TUNAS DAN AKAR Anthurium longilinguum (CORONG) SECARA IN VITRO PADA MEDIA MS DENGAN NAA DAN BAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INDUKSI TUNAS DAN AKAR Anthurium longilinguum (CORONG) SECARA IN VITRO PADA MEDIA MS DENGAN NAA DAN BAP"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

INDUKSI TUNAS DAN AKAR Anthurium longilinguum (CORONG)

SECARA IN VITRO PADA MEDIA MS DENGAN NAA DAN BAP

Oleh: DIMAS CANDRA IRAWAN ( 03710009 ) Agronomy

Dibuat: 2008-09-25 , dengan 3 file(s).

Keywords: induksi tunas dan akar, in vitro, Anthurium longilinguum

Anthurium merupakan salah satu jenis tanaman hias yang banyak diminati karena keindahan bentuk dan corak daunnya. Pada umumnya perbanyakan Anthurium dengan biji, namun membutuhkan waktu yang relatif lama, dan hasilnya kurang seragam. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperbanyak anthurium secara seragam dalam jumlah banyak adalah dengan kultur in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perimbangan NAA dan BAP pada media MS dan mendapatakn perimbanagn yang baik terhadap induksi tunas dan akar eksplan Anthurium longilinguum secara in vitro.

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Mitra Anggrek Indonesia, Batu, pada bulan April sampai Desember 2007. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap sederhana. Pengamatan dimulai saat 2 minggu setelah tanam dengan interval 1 minggu sekali, dengan parameter berupa: persentase kalus, saat inisiasi tunas, jumlah tunas, jumlah daun, inisiasi akar, jumlah akar dan warna eksplan.

Berdasakan hasil pengamatan, inisiasi tunas tercepat dengan rerata minggu ke 3,6 pada eksplan dengan perimbangan NAA 0,5 ppm+BAP 1,5 ppm, jumlah tunas terbanyak dengan rerata 4,6 pada eksplan dengan perimbangan NAA 0 ppm+BAP 2 ppm, jumlah daun terbanyak denga rerata 3,4 pada eksplan dengan perimbangan NAA 0 ppm+BAP 2 ppm, inisiasi akar tercepat dengan rerata minggu 2,5 pada eksplan dengan perimbangan NAA 1 ppm + BAP 1 ppm, jumlah akar terbanyak dengan rerata 1,4 pada eksplan dengan perimbangan NAA 0,5 ppm+ BAp 1,5 ppm. Sedangkan persentase muncul kalus 100% pada eksplan dengan perimbangan NAA 0 ppm+ BAP 2 ppm dan eksplan browning 80% pada perimbangan NAA 2 ppm + BAP 0 ppm Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian perimbangan NAA dan BAP pada tiap media, menunjukkan adanya kecenderungan pengaruh terhadap terbentuknya tunas, akar dan kalus dari eksplan Anthurium longilinguum

Anthurium was one of interesting leaf decorative crop type because of its beautiful leaf pattern and form. Conventional propagation of Anthurium, is a time consume process, and less of uniformly result. One of the methods may be used to propagate anthurium uniformly in a lot of number is by culture in vitro. This research was aimed to study the influence of NAA and BAP balanced at media of Murashige and Skoog and to formulate a better balance of NAA and BAP toward shoot and root induction of Anthurium longilinguum explan by in vitro

This research was conducted at Mitra Anggrek Indonesia laboratory, Batu – Malang, from April until December 2007. This research was arranged in Simply Complete Randomized Design. The observations started at 2 weeks after planting on once a week interval, with parameters :

(2)

The result shows, quickest shoot initiation revealed by the combination of NAA 0,5 ppm + BAP 1,5 ppm (3,6), NAA 0 ppm + BAP 2 ppm showed highest number of shoot (4,6), highest number of leaves (3,4) showed at eksplan with NAA 0 ppm + BAP 2 ppm, quickest root initiation (2,5) at eksplan with combination of NAA 1ppm + BAP 1 ppm, highest number of root (1,4) at eksplan with NAA 0,5 ppm+ BAP 1,5 ppm. While percentage of emerge callus 100% at eksplan with NAA 0 ppm+ BAP 2 ppm and eksplan browning 80% at NAA 2 ppm + BAP 0 ppm

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Wibowo (2010), semakin cepat umur berbunga dari suatu genotipe maka menyebabkan umur panen akan lebih genjah. Jagung calon hibrida mempunyai umur berbunga jantan

Kadar kolesterol total serum darah tikus putih jantan setelah diinduksi pakan tinggi lemak dapat dilihat bahwa semua tikus pada semua kelompok mengalami

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan pengujian perbandingan kadar fenolik total pada tanaman daun afrika (Vernonia amygdalina Del.) dari dua tempat tumbuh yang

Yang dimaksud dengan Reorder Point System adalah titik/tingkat persediaan, dimana pemesanan kembali harus dilakukan, model persediaan sederhana mengasumsikan bahwa

Table 1: Number of cattle with suspected lesions and tested for foot and mouth disease (FMD) using a pen-side test (Svanodip FMD ag test) per village, out of three randomly

d) difasilitasi untuk mendapatkan penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana kegiatan sektor informal. Kebijakan pemerintah yang menertibkan tempat aktivitas atau

Bus Unri memiliki potensi dan pengaruh begitu besar, tetapi bus unri juga mempunyai suatu permasalahan dari keterangan di atas yaitu tidak adanya waktu

1. Pembuatan bak/kolam penampungan limbah yang memadai sehingga limbah tidak di buang ke sungai secara terus menerus atau meresap ke tanah. Memberikan penyuluhan tata