• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Penerapan Ergonomi Bagi Petugas Puskesmas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Penerapan Ergonomi Bagi Petugas Puskesmas"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

N

10  セ@

'8 

PI

10  H 

-

セ@

-

... 

­

=

z  -

:III:: 

z

=

C'­t

c.a 

z

C

=:E 

セ@

...  C'­t 

t ­

コセ@

­= 

;§ 

...

...

CC'-t

,... 

セ@

C'­'

­­i! 

...

... 

:III:: 

::.II 

=t 

­

!

=t

] セ@

...  C 

:= 

...

z

C'I­..I

Zc.ll 

=

... =

a. ... 

t

-C 

....

セ@

Cc.&I

=

t ­

c

=

:IE:;

-=

a..

...

... 

=

1.1.1

.. 

(2)

61 3. 62 

Ind 

KATALOG  DALAM  T ERBITAN,  DEPARTEMEN  KESEHATAN RI 

6 13.62 

Ind 

p  Indonesia.  Departemen  Kesehatan. 

Direktorat  Jenderal  Bina  Kesehatan  Masyarakat.  Pedoman  penerapan  ergonomi  bagi  petugas  puskesmas. 

Jakarta:  Departemen  Kesehatan,  2007. 

I.  Judul 

1.  OCCUPATIONAL  HEALTH  2.  INDUSTRIAL  HEALTH 

EDOMAN PENERAPANERGONOMI  

BAGI PEIUGAS PUSKES,MAS

ZsQッェセQN

..

I?-b-.

セjNN@

If.. ...

DIREKTDRAT DINA KESEHATAN-KE

セ@

.

I ; ,...

DEPARTEMEN KESEHATAN 81

(3)

61 3. 62 

Ind 

KATALOG  DALAM  T ERBITAN,  DEPARTEMEN  KESEHATAN RI 

6 13.62 

Ind 

p  Indonesia.  Departemen  Kesehatan. 

Direktorat  Jenderal  Bina  Kesehatan  Masyarakat.  Pedoman  penerapan  ergonomi  bagi  petugas  puskesmas. 

Jakarta:  Departemen  Kesehatan,  2007. 

I.  Judul 

1.  OCCUPATIONAL  HEALTH  2.  INDUSTRIAL  HEALTH 

EDOMAN PENERAPANERGONOMI  

BAGI PEIUGAS PUSKES,MAS

ZsQッェセQN

..

I?-b-.

セjNN@

If.. ...

DIREKTDRAT DINA KESEHATAN-KE

セ@

.

I ; ,...

DEPARTEMEN KESEHATAN 81

(4)

613.62 Katalog Dalam Terbitan, Departemen Kesellatan RI. Ind

p Indonesia. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarak:l!.

Pedoman Penerapan Ergonomi Bagi Petugas Puskesmas. -- Jakarta : Departemen Kesehatan, 2007.

I. Judul 1. OCCUPATIONAL HEALTH 2. INDUSTRIAL HEALTH

KAlA PENGANlAR 

Upaya kesehatan kerja mempunyai peran penting dalam membangun sumber daya manusia yang sehat, handal dall mampu bersaing untuk meningkatkan produktivitas. Sesuai dengan UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, bahwa setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja. Keberadaan Puskesmas yang tersebar di setiap kecamatan dan sebagian kelurahan di seluruh Indonesia mempunyai posisi strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja di wilayah kerjanya.

Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi petugas Puskesmas untuk dapat mengelola dengan baik program kesehatan kerja, khususnya penerapan ergonomi di wilayah kerja Puskesmas, sesuai dengan prinsip-prinsip penerapan ergonomi praktis.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kami sampaikan kepada para penyusun pedoman ini yang berasal dari Pakar Kesehatan Kerja, Staf Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten, BKKM dan Lintas Program yang terkait di Departemen Kesehatan.

Sebagai langkah awal, pedoman ini tentu saja masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kepada berbagai kalangan baik pengguna maupun peminat, kami harapkan berbagai saran perbaikan untuk penyempurnaan pedoman inL

Jakarta, 2007

Direktur Bina Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI,

- ,j

Dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes NIP. 140 159 092

(5)

613.62 Katalog Dalam Terbitan, Departemen Kesellatan RI. Ind

p Indonesia. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarak:l!.

Pedoman Penerapan Ergonomi Bagi Petugas Puskesmas. -- Jakarta : Departemen Kesehatan, 2007.

I. Judul 1. OCCUPATIONAL HEALTH 2. INDUSTRIAL HEALTH

KAlA PENGANlAR 

Upaya kesehatan kerja mempunyai peran penting dalam membangun sumber daya manusia yang sehat, handal dall mampu bersaing untuk meningkatkan produktivitas. Sesuai dengan UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, bahwa setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja. Keberadaan Puskesmas yang tersebar di setiap kecamatan dan sebagian kelurahan di seluruh Indonesia mempunyai posisi strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja di wilayah kerjanya.

Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi petugas Puskesmas untuk dapat mengelola dengan baik program kesehatan kerja, khususnya penerapan ergonomi di wilayah kerja Puskesmas, sesuai dengan prinsip-prinsip penerapan ergonomi praktis.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kami sampaikan kepada para penyusun pedoman ini yang berasal dari Pakar Kesehatan Kerja, Staf Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten, BKKM dan Lintas Program yang terkait di Departemen Kesehatan.

Sebagai langkah awal, pedoman ini tentu saja masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kepada berbagai kalangan baik pengguna maupun peminat, kami harapkan berbagai saran perbaikan untuk penyempurnaan pedoman inL

Jakarta, 2007

Direktur Bina Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI,

- ,j

Dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes NIP. 140 159 092

(6)

DAFTAR 151

Kata Pengantar ...

... ii Daftarlsi ...-... セ ... iii TIm Penyusun ... iv

BAB 'I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1 B. Dasar I-iukum ... 3 C. Tujuan dan Manfaat ... 3

BAB II ERGONOI\1I DAN FAKTOR RISIKO

A. Dasar-c::Iasar Ergonomi ... 5 B. Faktor Risiko dalam Ergonomi ... 7

BAB III PENERAPAN ERGONOMI

A. p・ョ、・セ。エ。ョ@ Penerapan Ergonomi ... 9 B. Identifikasi Masalah ... 9 C. Penanggulangan Faktor Risiko Ergonomi ... 11

BAB IV PEMBINAAN ERGONOMI

A. Pembinaan ... 15 B. Evaluasi ... 16 BAB V PENUTUP

Daftar Kepustakaan

(7)

DAFTAR 151

Kata Pengantar ...

... ii Daftarlsi ...-... セ ... iii TIm Penyusun ... iv

BAB 'I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1 B. Dasar I-iukum ... 3 C. Tujuan dan Manfaat ... 3

BAB II ERGONOI\1I DAN FAKTOR RISIKO

A. Dasar-c::Iasar Ergonomi ... 5 B. Faktor Risiko dalam Ergonomi ... 7

BAB III PENERAPAN ERGONOMI

A. p・ョ、・セ。エ。ョ@ Penerapan Ergonomi ... 9 B. Identifikasi Masalah ... 9 C. Penanggulangan Faktor Risiko Ergonomi ... 11

BAB IV PEMBINAAN ERGONOMI

A. Pembinaan ... 15 B. Evaluasi ... 16 BAB V PENUTUP

Daftar Kepustakaan

(8)

TIM PENYUSUN

Azhar Jaya, dr, SKM, MARS BambangTarupolo, dr, MKM Budiman, SKM, MKes Dina Dariana, dr, MS Elizabeth L. Tobing, dr Harumiti, dr

Nini JUliani Kartini, dr Pumomo, dr

Rahmiati, dr

Rosidi Roslan, SKM, MPH Sabhartini Nadzir, dr, MPH Selamat Riyadi, SKM, MKKK Siswarti Adnan, dr, MS Suprapto, SKM, MKes Titiek Herowati, drg, DDPH Untung Suseno Sutarjo, dr, MKes Wahyudi Hartono, dr, MS

Wiwiek Pudjiastuti, SKM, MKes

(9)

TIM PENYUSUN

Azhar Jaya, dr, SKM, MARS BambangTarupolo, dr, MKM Budiman, SKM, MKes Dina Dariana, dr, MS Elizabeth L. Tobing, dr Harumiti, dr

Nini JUliani Kartini, dr Pumomo, dr

Rahmiati, dr

Rosidi Roslan, SKM, MPH Sabhartini Nadzir, dr, MPH Selamat Riyadi, SKM, MKKK Siswarti Adnan, dr, MS Suprapto, SKM, MKes Titiek Herowati, drg, DDPH Untung Suseno Sutarjo, dr, MKes Wahyudi Hartono, dr, MS

Wiwiek Pudjiastuti, SKM, MKes

(10)

BAB I

PENDAHULUAN  

A. latar Belakang

Pembangunan di bidang kesehatan sangat penting artinya dalam peningkatan status kesehatan masyarakat yang lebih baik. Pembangunan kesehatan dalam prakteknya bisa dilakukan dengan berbagai upaya, salah satunya peningkatan status kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya-upaya ini terus dilakukan dan dikembangkan agar tujuan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya bisa tercapai.

Masyarakat pekerja adalah bagian dari komunitas yang ada di tengah-tengah masyarakat. Dengan meningkatnya status kesehatan pekerja tentu akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas kerja mereka dalam bekerja, sehingga secara tidak langsung akan berkontribusi atas pencapaian pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya.

Saat ini, pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah mencoba untuk merencanakan serta mengimplementasikan program kesehatan kerja, yang intinya membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Program kesehatan kerja yang telah dikembangkan ditujukan terhadap sarana kesehatan, industri kecil dan menel'lgah maupun terhadap pekerja beserta lingkungan kerjanya pada waktu bekerja.

Selain sasaran seperti yang disebutkan di atas, maka telah dikembangkan juga program-program kesehatan kerja yang sifatnya

(11)

BAB I

PENDAHULUAN  

A. latar Belakang

Pembangunan di bidang kesehatan sangat penting artinya dalam peningkatan status kesehatan masyarakat yang lebih baik. Pembangunan kesehatan dalam prakteknya bisa dilakukan dengan berbagai upaya, salah satunya peningkatan status kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya-upaya ini terus dilakukan dan dikembangkan agar tujuan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya bisa tercapai.

Masyarakat pekerja adalah bagian dari komunitas yang ada di tengah-tengah masyarakat. Dengan meningkatnya status kesehatan pekerja tentu akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas kerja mereka dalam bekerja, sehingga secara tidak langsung akan berkontribusi atas pencapaian pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya.

Saat ini, pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah mencoba untuk merencanakan serta mengimplementasikan program kesehatan kerja, yang intinya membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Program kesehatan kerja yang telah dikembangkan ditujukan terhadap sarana kesehatan, industri kecil dan menel'lgah maupun terhadap pekerja beserta lingkungan kerjanya pada waktu bekerja.

Selain sasaran seperti yang disebutkan di atas, maka telah dikembangkan juga program-program kesehatan kerja yang sifatnya

(12)

セ ⦅@GBBBBGicZM _ _

... 

terapan seperti penerapan ergonomik di tempat kerja khususnya penerapan ergonomik di unit-unit pelayanan kesehatan yang strategis dalam hal upaya kesehatan kerja misalnya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Data kajian ergonomik ILO menunjukkan bahwa, di industri keeil didapatkan 60-80% gangguan akibat faktor ergonomi, seperti sakit pinggang, kaku leher, serta keluhan pada anggota gerak atas dan bawah. Penelitian Depkes pada berbagai penyakit memperlihatkan adanya kelainan atau gangguan kesehatan para pekerja antara lain; berupa perubahan bentuk tulang punggung para perajin gerabah, myalgia dan nyeri pinggul pada pekerja perempuan di tempat pemilihan tembakau dan lain-Iainnya. Penelitian yang lain oleh . Tresnaningsih (2000) didapatkan bahwa dari 600 pekerja pabrik tekstil di Jawa Barat yang diperiksa kesehatannya, maka sebanyak 205 pekerja (34%) mengeluh sakit pada anggota gerak bagian atas dan ditemukan sebanyak 132 pekerja (22%) menderita berbagai penyakit otot rangka lainnya.

Hasil kajian yang dilakukan Depkes ' di 8 propinsi tahun 2004 menunjukkan 75,8% perajin batu bata mengalami gangguan otot rangka (sendi tulang belakang); 41% perajin kulit dan petani kelapa sawit, 22% nelayan mengalami gangguan visus akibat tidak terlindung pajanan セゥョ。イ@ UV; 23,2% perajin batu onix mengalami dermatitis kontakjalergi; 80% nelayan, 79% penambang emas dan perajin onix, 56% perajin alas kaki mengalami anemia.

Pada kajian profil pekerja yang dilakukan oleh Depkes di 10 propinsi tahun 2005 menunjukkan bahwa 40,5% pekerja mengeluh sakit, dan keluhan yang terbanyak adalah gangguan otot rangka sebesar 16% dari pekerja yang disurvey.

Selain itu, hasil lokakarya tentang ergonomik pertengahan tahun 2006 di Bali teridentifikasi masalah-masalah ergonomik, khususnya

... Pedoman penerapan efl1onoml baKIpetucaspuskesmas

berkaitan dengan penerapan ergonomik di Puskesmas, diantaranya adalah banyaknya kasus dengan keluhan muskuloskeletal, masih kurangnya buku pedoman program, tenaga penyuluh dan informasi tentang ergonomik.

Salah satu hal untuk mengatasi beberapa persoalan yang disebutkan di atas adalah dibutuhkannya pedoman ergonomi bagi petugas kesehatan di Puskesmas.

B. Dasar Hukum

1.   Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 3. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 4. Kepmenkes No. 1457 jmenkesjSKjXj2003 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di KabupatenjKota 5. Kepmenkes No. 1758jMenkesjSKjXl1j2003 tentang Standar

Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar

6. Kepmenkes No. 128jMenkesjSKjl1j2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

7. Kepmenkes No. 130jMenkesjSKjllj2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

a. Umum:

Terselenggaranya program kesehatan kerja oleh petugas kesehatan Puskesmas khususnya dalam bidang ergonomi.

(13)

セ ⦅@GBBBBGicZM _ _

... 

terapan seperti penerapan ergonomik di tempat kerja khususnya penerapan ergonomik di unit-unit pelayanan kesehatan yang strategis dalam hal upaya kesehatan kerja misalnya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Data kajian ergonomik ILO menunjukkan bahwa, di industri keeil didapatkan 60-80% gangguan akibat faktor ergonomi, seperti sakit pinggang, kaku leher, serta keluhan pada anggota gerak atas dan bawah. Penelitian Depkes pada berbagai penyakit memperlihatkan adanya kelainan atau gangguan kesehatan para pekerja antara lain; berupa perubahan bentuk tulang punggung para perajin gerabah, myalgia dan nyeri pinggul pada pekerja perempuan di tempat pemilihan tembakau dan lain-Iainnya. Penelitian yang lain oleh . Tresnaningsih (2000) didapatkan bahwa dari 600 pekerja pabrik tekstil di Jawa Barat yang diperiksa kesehatannya, maka sebanyak 205 pekerja (34%) mengeluh sakit pada anggota gerak bagian atas dan ditemukan sebanyak 132 pekerja (22%) menderita berbagai penyakit otot rangka lainnya.

Hasil kajian yang dilakukan Depkes ' di 8 propinsi tahun 2004 menunjukkan 75,8% perajin batu bata mengalami gangguan otot rangka (sendi tulang belakang); 41% perajin kulit dan petani kelapa sawit, 22% nelayan mengalami gangguan visus akibat tidak terlindung pajanan セゥョ。イ@ UV; 23,2% perajin batu onix mengalami dermatitis kontakjalergi; 80% nelayan, 79% penambang emas dan perajin onix, 56% perajin alas kaki mengalami anemia.

Pada kajian profil pekerja yang dilakukan oleh Depkes di 10 propinsi tahun 2005 menunjukkan bahwa 40,5% pekerja mengeluh sakit, dan keluhan yang terbanyak adalah gangguan otot rangka sebesar 16% dari pekerja yang disurvey.

Selain itu, hasil lokakarya tentang ergonomik pertengahan tahun 2006 di Bali teridentifikasi masalah-masalah ergonomik, khususnya

... Pedoman penerapan efl1onoml baKIpetucaspuskesmas

berkaitan dengan penerapan ergonomik di Puskesmas, diantaranya adalah banyaknya kasus dengan keluhan muskuloskeletal, masih kurangnya buku pedoman program, tenaga penyuluh dan informasi tentang ergonomik.

Salah satu hal untuk mengatasi beberapa persoalan yang disebutkan di atas adalah dibutuhkannya pedoman ergonomi bagi petugas kesehatan di Puskesmas.

B. Dasar Hukum

1.   Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 3. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 4. Kepmenkes No. 1457 jmenkesjSKjXj2003 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di KabupatenjKota 5. Kepmenkes No. 1758jMenkesjSKjXl1j2003 tentang Standar

Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar

6. Kepmenkes No. 128jMenkesjSKjl1j2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

7. Kepmenkes No. 130jMenkesjSKjllj2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

a. Umum:

Terselenggaranya program kesehatan kerja oleh petugas kesehatan Puskesmas khususnya dalam bidang ergonomi.

(14)

b. Khusus:

Meningkatnya kemampuan petugas Puskesmas dalam

mengidentifikasi faktor riSiko ergonomi di wi/ayah kerjanya.

Meningkatnya kemampuan petugas Puskesmas dalam

menyelesaikan masalah ergonomi dan mampu memberi saran atau rekomendasi kepada ーセォ・イェ。@ dan pengusaha.

Meningkatnya kemampuan petugas Puskesmas dalam pembinaan kader kesehatan kerja, agar berpartisipasi aktif untuk melaksanakan ergonomik di wi/ayah kerjanya.

2. Manfaat

a. Bagi Petugas Puskesmas :

• Sebagai acuan/pedoman untuk melaksanakan penerapan ergonomi di wi/ayah kerjanya.

b. Bagi Pekerja ;

• Status kesehatan meningkat

• Kinerja dan prodluktivitas kerja meningkat.

c. Bagi tempat kerja:

• Meningkatnya citra/ imagetempat kerja.

• Terciptanya Iingkungan tempat kerja yang sehat, aman, nyaman, efektif dan efisien.

セ@ Pedoman penerapan ef'/fonomlbagfpetugaspuskesmas

BAB II

ERGONOMI -DAN FAKTOR RISIKO

A. Oasar-Dasar Ergonomi

Ergonomi adalah i/mu yang mempelajari tentang kemampuan, keterbatasan dan sifat manusia dalam sistem kerjanya serta memanfaatkan pengetahuan ini untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang efektif, aman, sehat, nyaman dan efisien.

Bidang-bidang kajian ergonomi meliputi elemen-elemen sistem kerja, sebagai berikut :

1. Elemen "manusia" : a. Antropometri:

IImu tentang dimensi tubuh manusia (ukuran-ukuran tubuh). Contohnya: tinggi badan, berat badan, panjang lengan, panjang tungkai dan lain-lain.

b. FisiologijFaal kerja :

IImu tentang tubuh, Iingkungan mikro dan.metabolismenya untuk menghasilkan energi kerja.

c. Biomekanika :

IImu tentang mekanika tubuh atau bagian tubuh dalam beraktivitas kerja

d. Psikososial ォ・セ。@ :

Mempelajari segi-segi kejiwaan manusia dalam bekerja, diantaranya kejenuhan, beban kerja berlebihan, kerja bergilir, stress kerja, pemahaman cara kerja/proses kerja,

(15)

b. Khusus:

Meningkatnya kemampuan petugas Puskesmas dalam

mengidentifikasi faktor riSiko ergonomi di wi/ayah kerjanya.

Meningkatnya kemampuan petugas Puskesmas dalam

menyelesaikan masalah ergonomi dan mampu memberi saran atau rekomendasi kepada ーセォ・イェ。@ dan pengusaha.

Meningkatnya kemampuan petugas Puskesmas dalam pembinaan kader kesehatan kerja, agar berpartisipasi aktif untuk melaksanakan ergonomik di wi/ayah kerjanya.

2. Manfaat

a. Bagi Petugas Puskesmas :

• Sebagai acuan/pedoman untuk melaksanakan penerapan ergonomi di wi/ayah kerjanya.

b. Bagi Pekerja ;

• Status kesehatan meningkat

• Kinerja dan prodluktivitas kerja meningkat.

c. Bagi tempat kerja:

• Meningkatnya citra/ imagetempat kerja.

• Terciptanya Iingkungan tempat kerja yang sehat, aman, nyaman, efektif dan efisien.

セ@ Pedoman penerapan ef'/fonomlbagfpetugaspuskesmas

BAB II

ERGONOMI -DAN FAKTOR RISIKO

A. Oasar-Dasar Ergonomi

Ergonomi adalah i/mu yang mempelajari tentang kemampuan, keterbatasan dan sifat manusia dalam sistem kerjanya serta memanfaatkan pengetahuan ini untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang efektif, aman, sehat, nyaman dan efisien.

Bidang-bidang kajian ergonomi meliputi elemen-elemen sistem kerja, sebagai berikut :

1. Elemen "manusia" : a. Antropometri:

IImu tentang dimensi tubuh manusia (ukuran-ukuran tubuh). Contohnya: tinggi badan, berat badan, panjang lengan, panjang tungkai dan lain-lain.

b. FisiologijFaal kerja :

IImu tentang tubuh, Iingkungan mikro dan.metabolismenya untuk menghasilkan energi kerja.

c. Biomekanika :

IImu tentang mekanika tubuh atau bagian tubuh dalam beraktivitas kerja

d. Psikososial ォ・セ。@ :

Mempelajari segi-segi kejiwaan manusia dalam bekerja, diantaranya kejenuhan, beban kerja berlebihan, kerja bergilir, stress kerja, pemahaman cara kerja/proses kerja,

(16)

tuntutan pekerjaan yang terlalu tinggi, hubungan atasan dengan bawahan dan antar rekan sekerja.

2. Elemen "mesin/peralatan" :

Mesin atau peralatan yang dipergunakan dalam proses kerja dan penunjang kerja, diantaranya tangga, pintu, jendela, lantai, lemari, rak, meja, kursi, poster petunjuk, kipas angin, lampu, speaker, toilet dan tempat sampah.

3. Elemen "bahan" :

Bahan baku dalam proses produksi, misalnya tanah liat, rotan, kulit dan kayu.

4. Elemen "lingkungan kerja" :

Diantaranya mengenai perancangan tempat kerja, pengaruh lingkungan kerja terhadap pekerjaan, misalnya suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan, getaran, tekanan udara, bau-bauan dan warna.

Contoh beberapa pertanyaan berkaitan dengan elemen-elemen ergonomi di atas :

• Apakah aspek fasilitas/mesin/peralatan yang sudah ada sudah sesuai dengan para penggunanya?

• Apakah tata letak ruangan sudah memperhitungan fungsi antar ruang?

• Apakah penerangan, ventilasi dan suhu ruang sudah mencukupi?

• Apakah ruang kerja perlu wewangian? • Apakah papan petunjuk mudah dimengerti? • Apakah lantai licin?

• [)an lain-lain.

.r. Pedoman penerapan ergonomlbagipefllgaspuskesmas

--., . セ@   LsZ ⦅ MMZ@ Gヲ セ@

B. Faktor Risiko dalam Ergonomi

8eberapa faktor risiko dalam ergonomi sebagai berikut :

1.   Gerakan berulang

(repetitive

ュッカ・ュ・ョセL@ yaitu menjalankan gerakan berulang pada waktu melakukan pekerjaan.

2. Beban berat, yaitu beban fisik berlebihan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan, seperti menarik, memikul, mendorong dan sebagainya). Semakin banyak daya yang harus dikeluarkan, semakin berat beban bagi tubuh.

3. Postur yang kaku, yaitu sikap tubuh yang janggal dalam melakukan pekerjaan

4. Beban statis, yaitu diam lama dalam satu posisi sehingga menyebabkan kontraksi otot.

5. Kondisi-kondisi yang dapat menciderai tubuh manusia misalnya tekanan langsung (tubuh tertekan pada suatu permukaan atau tepian)

6. Peralatan kerja yangtidaksesuai dengan kondisi tubuh

7. Suhu yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin).

8. Organisasi kerja yang tidak sesuai termasuk istirahat dan pengaturan waktu kerja yang tidak cukup, kerja yang monoton, beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan dalam satu waktu sehingga melebihi beban kerja, prosedur kerja yang tidak standar dan Cara kerja yang tidak aman.

9. Rancangan tempat kerja yang tidak memadai, misalnya tata letak lingkungan kerja yang tidak aman dan nyaman, anatomi tubuh yangtidak serasi dengan desain pekerjaan

(17)

tuntutan pekerjaan yang terlalu tinggi, hubungan atasan dengan bawahan dan antar rekan sekerja.

2. Elemen "mesin/peralatan" :

Mesin atau peralatan yang dipergunakan dalam proses kerja dan penunjang kerja, diantaranya tangga, pintu, jendela, lantai, lemari, rak, meja, kursi, poster petunjuk, kipas angin, lampu, speaker, toilet dan tempat sampah.

3. Elemen "bahan" :

Bahan baku dalam proses produksi, misalnya tanah liat, rotan, kulit dan kayu.

4. Elemen "lingkungan kerja" :

Diantaranya mengenai perancangan tempat kerja, pengaruh lingkungan kerja terhadap pekerjaan, misalnya suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan, getaran, tekanan udara, bau-bauan dan warna.

Contoh beberapa pertanyaan berkaitan dengan elemen-elemen ergonomi di atas :

• Apakah aspek fasilitas/mesin/peralatan yang sudah ada sudah sesuai dengan para penggunanya?

• Apakah tata letak ruangan sudah memperhitungan fungsi antar ruang?

• Apakah penerangan, ventilasi dan suhu ruang sudah mencukupi?

• Apakah ruang kerja perlu wewangian? • Apakah papan petunjuk mudah dimengerti? • Apakah lantai licin?

• [)an lain-lain.

.r. Pedoman penerapan ergonomlbagipefllgaspuskesmas

--., . セ@   LsZ ⦅ MMZ@ Gヲ セ@

B. Faktor Risiko dalam Ergonomi

8eberapa faktor risiko dalam ergonomi sebagai berikut :

1.   Gerakan berulang

(repetitive

ュッカ・ュ・ョセL@ yaitu menjalankan gerakan berulang pada waktu melakukan pekerjaan.

2. Beban berat, yaitu beban fisik berlebihan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan, seperti menarik, memikul, mendorong dan sebagainya). Semakin banyak daya yang harus dikeluarkan, semakin berat beban bagi tubuh.

3. Postur yang kaku, yaitu sikap tubuh yang janggal dalam melakukan pekerjaan

4. Beban statis, yaitu diam lama dalam satu posisi sehingga menyebabkan kontraksi otot.

5. Kondisi-kondisi yang dapat menciderai tubuh manusia misalnya tekanan langsung (tubuh tertekan pada suatu permukaan atau tepian)

6. Peralatan kerja yangtidaksesuai dengan kondisi tubuh

7. Suhu yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin).

8. Organisasi kerja yang tidak sesuai termasuk istirahat dan pengaturan waktu kerja yang tidak cukup, kerja yang monoton, beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan dalam satu waktu sehingga melebihi beban kerja, prosedur kerja yang tidak standar dan Cara kerja yang tidak aman.

9. Rancangan tempat kerja yang tidak memadai, misalnya tata letak lingkungan kerja yang tidak aman dan nyaman, anatomi tubuh yangtidak serasi dengan desain pekerjaan

(18)

セ@ ::;;w ...e __ .. ­

-=======.._" 

Contoh-contoh disertai gambar mengenai faktor risiko di atas dapat

BAB III

dilihat dalam lampiran (1)

PENERAPAN  ERGONOMI  

Adapun Gejala akibat masalah ergonomi, antara lain: A. Pendekatan Penerapan Ergonomi

1. Gangguan otot rangka akibat kerja (Work-related Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan,

Musculoskeletal DisorderS) atau penyakit sehubungan dengan yaitu:

alat gerak seperti gangguan gerak/kaku otot, gangguan pada

persendian, jaringan otot, syaraf atau pembuluh darah dan nyeri 1. Pendekatan konseptual :

punggung bawah (low back pain). Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan hal ini

akan sangat efektif dan efisien bila dilakukan pad a saat 2. Keluhan mata lelah akibat penerangan yang kurang, silau dan perencanaan. Bila berkaitan dengan teknologi, maka sejak

terlalu lama di depan VDU (Video Display Unit). proses pemilihan dan alih tehnologi, prinsip ergonomi sudah

seyogyanya dimanfaatkan bersama sarna dengan kajianlain yang juga diperlukan, seperti kajian teknis, ekonomi, sosial budaya, hemat akan energi dan pelestarian lingkungan.

2. Pendekatan korektif:

Pendekatan dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi/perbaikan /modifikasi dari proses yang sedang,lsudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah kondisi kerja dan Iingkungan kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang terkait dengan proses kerja yang sedang berlangsung.

B. Identifikasi Masalah

Langkah awal dalam penerapan ergonomik adalah identifikasi masalah. Identifikasi masalah dimulai dari Poliklinik/Puskesmas. Petugas Puskesmas menganalisis angka kesakitan, misalnya membedakan mana gangguan otot rangka (MSDs) atau penyakit karena akibat kerja. Gangguan otot rangka bisa disebabkan oleh

セ N@ Pedoman penerapan etgonomlbaglpetugaspuskesmas

(19)

セ@ ::;;w ...e __ .. ­

-=======.._" 

Contoh-contoh disertai gambar mengenai faktor risiko di atas dapat

BAB III

dilihat dalam lampiran (1)

PENERAPAN  ERGONOMI  

Adapun Gejala akibat masalah ergonomi, antara lain: A. Pendekatan Penerapan Ergonomi

1. Gangguan otot rangka akibat kerja (Work-related Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan,

Musculoskeletal DisorderS) atau penyakit sehubungan dengan yaitu:

alat gerak seperti gangguan gerak/kaku otot, gangguan pada

persendian, jaringan otot, syaraf atau pembuluh darah dan nyeri 1. Pendekatan konseptual :

punggung bawah (low back pain). Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan hal ini

akan sangat efektif dan efisien bila dilakukan pad a saat 2. Keluhan mata lelah akibat penerangan yang kurang, silau dan perencanaan. Bila berkaitan dengan teknologi, maka sejak

terlalu lama di depan VDU (Video Display Unit). proses pemilihan dan alih tehnologi, prinsip ergonomi sudah

seyogyanya dimanfaatkan bersama sarna dengan kajianlain yang juga diperlukan, seperti kajian teknis, ekonomi, sosial budaya, hemat akan energi dan pelestarian lingkungan.

2. Pendekatan korektif:

Pendekatan dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi/perbaikan /modifikasi dari proses yang sedang,lsudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah kondisi kerja dan Iingkungan kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang terkait dengan proses kerja yang sedang berlangsung.

B. Identifikasi Masalah

Langkah awal dalam penerapan ergonomik adalah identifikasi masalah. Identifikasi masalah dimulai dari Poliklinik/Puskesmas. Petugas Puskesmas menganalisis angka kesakitan, misalnya membedakan mana gangguan otot rangka (MSDs) atau penyakit karena akibat kerja. Gangguan otot rangka bisa disebabkan oleh

セ N@ Pedoman penerapan etgonomlbaglpetugaspuskesmas

(20)

DBP:  K,ESEHATAN  

masalah ergonomi. Dengan demikian, dari data kesakitan yang ada dapat diketahui pemetaan masalah.

Langkah berikutnya yang dapat dilakukan dalam mengenali masalah ergonomi adalah dengan melihat lingkungan psikososial dan lingkungan kerja.

Pada prinsipnya untuk mengetahui masalah ergonomi perlu diketahui Uga hal:

1.   Data umum tenaga kerja : a. Kesehatan fisik b. Keadaan mental

c. Kemampuan jasmani, yaitu tentang dimensi antropometri dan pemanfaatan tenaga otot.

2. Data lingkungan :

Yaitu semua hal yang ada di tempat kerja, di luar tenaga kerja dan peralatan kerja. Lingkungan kerja harus memberi ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota anggota badan sehingga dapat bergerak leluasa dan efisien. Penempatan tempat duduk dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa hingga memungkinkan proses ォ・セ。@ berjalan dengan efisien dan efektif. Iklim tempat kerja diatur supaya nyaman, sesuai dengan sifat pekerjaan, ventilasi alamiah. Penerangan harus mendapatkan perhatian juga, supaya nyaman. Untukalasan teknis harus diciptakan satu kondisi dan situasi dimana pekerja dapat melakukan tugasnya dengan nyaman dan leluasa.

3. Data proses kerja :

a. Jam ォ・セ。@ dan waktu istirahat, kerja bergilir (shift work) dan

pengaturannya.

b. Penggunaan poster tentang Alat Pelindung Diri (APD) dan pengawasan.

-- Pedoman penerapan etgonoml balfipefIJlfaspuskesmas 10 

Untuk mengidentifikasi masalah dalam ergonomi perlu dilakukan hal sebagai berikut :

1. Mengamati tentang kemampuan dan keterbatasan manusia secara fisik maupun psikologik.

2. Mengamati cara kerja manusia dalam berinteraksi dengan peralatan kerja.

3. Mengamati lingkungan kerja.

Untuk me/akukan identifikasi masa/ah da/am bidang ergonoml; maka dapat di/akukan dengan menggunakan instrumen identifikasi bahayayang terlampir da/am pedoman ini (/ampiran 2).

C. Penanggulangan Faktor Risiko Ergonomi

1. Gerakan berulang (repetitive ュッカ・ュ・ョセ@ :

Merancang kembali cara kerja untuk mengurangi jumlah pengulangan gerakan atau meningkatkan waktu jeda antara ulangan atau menggilirnya dengan pekerjaan lain.

2. Beban berat:

ZZセZZZ]ZZM

,,....   .­.,.­­

.::::::-;...-

Nセ]MMZNNN@ Bermacam-macam cara dalam

mengangkat beban yakni, dengan

セ@

セ]セMM

kepala, bahu, tangan, punggung

dsbnya. Beban yang terlalu berat III

セ ゥ

セ| ii@ ᄋB@

dapat menimbulkan cedera tulang

I Ii punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

J' \ ;,

|@

\

セ@

.-\\

セ セ

セ@ セ@ セ@

, , J   .,•...セ I@

Penanggulangandilakukan dengan cara mengurangi gaya yang diper1ukan untuk melakukan kerja, merancang kembali cara

ォ・セ。L@ menambah jumlah pekerja pada pekerjaan tersebut,

menggunakan peralatan mekanik.

(21)

DBP:  K,ESEHATAN  

masalah ergonomi. Dengan demikian, dari data kesakitan yang ada dapat diketahui pemetaan masalah.

Langkah berikutnya yang dapat dilakukan dalam mengenali masalah ergonomi adalah dengan melihat lingkungan psikososial dan lingkungan kerja.

Pada prinsipnya untuk mengetahui masalah ergonomi perlu diketahui Uga hal:

1.   Data umum tenaga kerja : a. Kesehatan fisik b. Keadaan mental

c. Kemampuan jasmani, yaitu tentang dimensi antropometri dan pemanfaatan tenaga otot.

2. Data lingkungan :

Yaitu semua hal yang ada di tempat kerja, di luar tenaga kerja dan peralatan kerja. Lingkungan kerja harus memberi ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota anggota badan sehingga dapat bergerak leluasa dan efisien. Penempatan tempat duduk dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa hingga memungkinkan proses ォ・セ。@ berjalan dengan efisien dan efektif. Iklim tempat kerja diatur supaya nyaman, sesuai dengan sifat pekerjaan, ventilasi alamiah. Penerangan harus mendapatkan perhatian juga, supaya nyaman. Untukalasan teknis harus diciptakan satu kondisi dan situasi dimana pekerja dapat melakukan tugasnya dengan nyaman dan leluasa.

3. Data proses kerja :

a. Jam ォ・セ。@ dan waktu istirahat, kerja bergilir (shift work) dan

pengaturannya.

b. Penggunaan poster tentang Alat Pelindung Diri (APD) dan pengawasan.

-- Pedoman penerapan etgonoml balfipefIJlfaspuskesmas 10 

Untuk mengidentifikasi masalah dalam ergonomi perlu dilakukan hal sebagai berikut :

1. Mengamati tentang kemampuan dan keterbatasan manusia secara fisik maupun psikologik.

2. Mengamati cara kerja manusia dalam berinteraksi dengan peralatan kerja.

3. Mengamati lingkungan kerja.

Untuk me/akukan identifikasi masa/ah da/am bidang ergonoml; maka dapat di/akukan dengan menggunakan instrumen identifikasi bahayayang terlampir da/am pedoman ini (/ampiran 2).

C. Penanggulangan Faktor Risiko Ergonomi

1. Gerakan berulang (repetitive ュッカ・ュ・ョセ@ :

Merancang kembali cara kerja untuk mengurangi jumlah pengulangan gerakan atau meningkatkan waktu jeda antara ulangan atau menggilirnya dengan pekerjaan lain.

2. Beban berat:

ZZセZZZ]ZZM

,,....   .­.,.­­

.::::::-;...-

Nセ]MMZNNN@ Bermacam-macam cara dalam

mengangkat beban yakni, dengan

セ@

セ]セMM

kepala, bahu, tangan, punggung

dsbnya. Beban yang terlalu berat III

セ ゥ

セ| ii@ ᄋB@

dapat menimbulkan cedera tulang

I Ii punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

J' \ ;,

|@

\

セ@

.-\\

セ セ

セ@ セ@ セ@

, , J   .,•...セ I@

Penanggulangandilakukan dengan cara mengurangi gaya yang diper1ukan untuk melakukan kerja, merancang kembali cara

ォ・セ。L@ menambah jumlah pekerja pada pekerjaan tersebut,

menggunakan peralatan mekanik.

(22)

Dalam hal menJInJlng beban, beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:

• Laki-Iaki dewasa : 40 kg • Wanita dewasa : 15-20 kg • Laki-Iaki (16-18 th) : 15-20 kg • Wanita (16-18 th) : 12-15 kg

Untuk mengangkat beban perlu diperhatikan cara mengangkat yang benar dengan didasarkan pada prinsip : • Otot lengan lebih banyak digunakan daripada otot

punggung

• Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum dengan memanfaatkan berat badan.

• Posisi kaki yang benar • Punggung kuat dan kekar • Posisi lengan dekat dengan tubuh • Mengangkat dengan benar • Menggunakan berat badan

3. Postur yang kaku:

Merancang cara kerja dan peralatan yang dipakai hingga postur tubuh selama kerja lebih alami atau netral.

Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu seeara seimbang pada dua kaki (lihat gambar di samping).

セ@ Pedomanpenempan e,gonoml baKlpetugas puskesmas  

12

•.Lセ@

4. Seban statis:

Meraneang eara kerja untuk menghindari terlalu lama bertahan pada satu postur, memberi kesempatan untuk mengubah posisi.

5. Kondisi-kondisi yang dapat meneiderai tubuh manusia:

Memperbaiki peralatan yang ada untuk menghilangkan tekanan atau memberikan bantalan.

6. Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh:

Menyerasikan postur tubuh waktu bekerja dengan peralatan

ォ・セ。N@

7. Suhu yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin): Lindungi badan dan kontrol temperatur.

8. Organisasi kerja yang tidak sesuai:

Beban kerja yang layak, istirahat yang eukup, pekerjaan yang bervariasi, otonomi individu, selain itu pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara:

• Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun • Frekuensi pergerakan diminimalisasi • Jarak mengangkat beban dikurangi

• Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak liein dan mengangkat tidak terlalu tinggi.

• Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

9. Rancangan tempat kerja yang tidak memadai:

• lata letak alat kerja yang aman dan nyaman, display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

• Salah satu contoh risiko potensial ergonomi di tempat kerja dan penanggulangannya adalah dalam pereneanaan tangga. Menaiki anak tangga merupakan aktivitas fisik yang

(23)

Dalam hal menJInJlng beban, beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:

• Laki-Iaki dewasa : 40 kg • Wanita dewasa : 15-20 kg • Laki-Iaki (16-18 th) : 15-20 kg • Wanita (16-18 th) : 12-15 kg

Untuk mengangkat beban perlu diperhatikan cara mengangkat yang benar dengan didasarkan pada prinsip : • Otot lengan lebih banyak digunakan daripada otot

punggung

• Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum dengan memanfaatkan berat badan.

• Posisi kaki yang benar • Punggung kuat dan kekar • Posisi lengan dekat dengan tubuh • Mengangkat dengan benar • Menggunakan berat badan

3. Postur yang kaku:

Merancang cara kerja dan peralatan yang dipakai hingga postur tubuh selama kerja lebih alami atau netral.

Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu seeara seimbang pada dua kaki (lihat gambar di samping).

セ@ Pedomanpenempan e,gonoml baKlpetugas puskesmas  

12

•.Lセ@

4. Seban statis:

Meraneang eara kerja untuk menghindari terlalu lama bertahan pada satu postur, memberi kesempatan untuk mengubah posisi.

5. Kondisi-kondisi yang dapat meneiderai tubuh manusia:

Memperbaiki peralatan yang ada untuk menghilangkan tekanan atau memberikan bantalan.

6. Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh:

Menyerasikan postur tubuh waktu bekerja dengan peralatan

ォ・セ。N@

7. Suhu yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin): Lindungi badan dan kontrol temperatur.

8. Organisasi kerja yang tidak sesuai:

Beban kerja yang layak, istirahat yang eukup, pekerjaan yang bervariasi, otonomi individu, selain itu pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara:

• Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun • Frekuensi pergerakan diminimalisasi • Jarak mengangkat beban dikurangi

• Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak liein dan mengangkat tidak terlalu tinggi.

• Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

9. Rancangan tempat kerja yang tidak memadai:

• lata letak alat kerja yang aman dan nyaman, display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

• Salah satu contoh risiko potensial ergonomi di tempat kerja dan penanggulangannya adalah dalam pereneanaan tangga. Menaiki anak tangga merupakan aktivitas fisik yang

(24)

"- セ M セ@

berisiko. Untuk menaiki tangga diperlukan sejumlah energi.

BAB IV

Risiko potensialnya diantaranya kelelahan, keeelakaann

PEMBINAAN DAN EVALUASI

kerja seperti terpeleset dan terjatuh. Kebutuhan energi akan paling efisien bila sudut kemiringaan anak tangga antara 25 - 30 derajat dengan ukuran tinggi anak tangga 17 em dan kedalaman anak tangga 29 em. Seeara umum

A. Pembinaan formula tadi dapat disederhanakan dengan 2 x tinggi +

kedalaman

=

63 em

Pembinaan dapat dilakukan secara langsung kepada pekerja dan tidak langsung kepada pengusaha, dilaksanakan secara terintegrasi 10. Proses Kerja :

dengan lintas program, !intas sektor terkait lain. Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai

dengan posisl waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran

Cara-cara pembinaan dapat dilakukan dengan: antropometrinya. Harus dibedakan ukuran antropometri barat

dan timur. Contoh dalam proses kerja adalah 1.   Kunjungan langsung ke tempat kerja

mengangkatjmenggotong pasien. Risiko potensial Contohnya dengan mengamati secara langsung, apakah

diantaranya akut (eidera punggung dan leher, HNP) dan ergonomi telah diterapkan dengan benar, ada kendala atau khronis (gangguan otot rangka seperti pengapuran dan hambatan dan kendala itu sudah dapat diatasi atau belum. peradangan).

2. Secara tidak langsung melalui pendekatan terhadap Berkaitan dengan proses kerja di atas terdapat prinsip-prinsip, pengusaha/manajemen tempat kerja dengan memberi

sebagai berikut: rekomendasi yang diperlukan bagi pekerja dalam memperbaiki

• Beban jangan terlalu berat. kondisi dan cara kerja yang ergonomis.

• Suatu rumus yang mudah diingat "Bila anda merasa tidak

3. Penyuluhan misalnya dengan menggunakan poster, leaflet, film, mampu untuk .mengangkatnya sendiri, jangan diteruskan

video, alat peraga, poster, ceramah dan sarasehan. pekerjaan itu, cari bantuan ".

• Jangan berdiri terialu jauh dari pasien. 4. Pelatihan, bisa dilakukan terhadap kader kesehatan kerja, • Jangan mengangkat pasien dengan posisi membungkuk tapi kelompok sebaya (peer leader).

pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok.

• Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga 5. Bimbingan teknis, misalnya melalui kalakarya (on the job

pergerakan paha terhambat baik oleh celana atau gerakan training), kunjungan ke tempat ォ・セ。@ lain. yangtidak bebas.

6. Pemberian penghargaan kepada tempat kerja yang menerapkan ergonomik secara berkesinambungan. Contohnya lomba Pos UKK, lomba bengkel sehat.

(25)

"- セ M セ@

berisiko. Untuk menaiki tangga diperlukan sejumlah energi.

BAB IV

Risiko potensialnya diantaranya kelelahan, keeelakaann

PEMBINAAN DAN EVALUASI

kerja seperti terpeleset dan terjatuh. Kebutuhan energi akan paling efisien bila sudut kemiringaan anak tangga antara 25 - 30 derajat dengan ukuran tinggi anak tangga 17 em dan kedalaman anak tangga 29 em. Seeara umum

A. Pembinaan formula tadi dapat disederhanakan dengan 2 x tinggi +

kedalaman

=

63 em

Pembinaan dapat dilakukan secara langsung kepada pekerja dan tidak langsung kepada pengusaha, dilaksanakan secara terintegrasi 10. Proses Kerja :

dengan lintas program, !intas sektor terkait lain. Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai

dengan posisl waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran

Cara-cara pembinaan dapat dilakukan dengan: antropometrinya. Harus dibedakan ukuran antropometri barat

dan timur. Contoh dalam proses kerja adalah 1.   Kunjungan langsung ke tempat kerja

mengangkatjmenggotong pasien. Risiko potensial Contohnya dengan mengamati secara langsung, apakah

diantaranya akut (eidera punggung dan leher, HNP) dan ergonomi telah diterapkan dengan benar, ada kendala atau khronis (gangguan otot rangka seperti pengapuran dan hambatan dan kendala itu sudah dapat diatasi atau belum. peradangan).

2. Secara tidak langsung melalui pendekatan terhadap Berkaitan dengan proses kerja di atas terdapat prinsip-prinsip, pengusaha/manajemen tempat kerja dengan memberi

sebagai berikut: rekomendasi yang diperlukan bagi pekerja dalam memperbaiki

• Beban jangan terlalu berat. kondisi dan cara kerja yang ergonomis.

• Suatu rumus yang mudah diingat "Bila anda merasa tidak

3. Penyuluhan misalnya dengan menggunakan poster, leaflet, film, mampu untuk .mengangkatnya sendiri, jangan diteruskan

video, alat peraga, poster, ceramah dan sarasehan. pekerjaan itu, cari bantuan ".

• Jangan berdiri terialu jauh dari pasien. 4. Pelatihan, bisa dilakukan terhadap kader kesehatan kerja, • Jangan mengangkat pasien dengan posisi membungkuk tapi kelompok sebaya (peer leader).

pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok.

• Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga 5. Bimbingan teknis, misalnya melalui kalakarya (on the job

pergerakan paha terhambat baik oleh celana atau gerakan training), kunjungan ke tempat ォ・セ。@ lain. yangtidak bebas.

6. Pemberian penghargaan kepada tempat kerja yang menerapkan ergonomik secara berkesinambungan. Contohnya lomba Pos UKK, lomba bengkel sehat.

(26)

B. Evaluasi

Evaluasi program ergonomi dapat dilakukan pada komponen input, proses dan output atau terhadap kegiatan ergonomi (telaah dokumen dan survey langsung), pada pekerja dan lingkungan kerja.

Evaluasi dapat untuk menilai efektifitas suatu intervensi yang diberikan guna memperbaiki program ergonomi. Beberapa indikator untuk mengevaluasi pengaruh intervensi program ergonomi adalah: • Berkurangnya keluhan-keluhan otot rangka (muskuloskeletal)

pada para pekerja.

• Meningkatnya kemampuan produksi yang dihasilkan per satuan waktu.

• Meningkatnya perbaikan sikap kerja dan lingkungan kerja sehingga pekerja lebih aman dan nyaman.

• Penurunan angka absensi.

Penilaian terhadap faktor risiko ergonomi untuk evaluasi program dapatdilakukan dengan:

• Menggunakan survey ergonomi (dapat dilihat pada lampiran 2). • Menggunakan survey pekerja dan catatan medis (dapat dilihat

pada lampiran 3 dan 4).

Pedoms" pe(1efBf)IIn eq{Onomlbag!peiIllaspuskesmss 16

­­

BAB V

PENUTUP

Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dengan proses ォ・セ。L@ alat kerja dan lingkungan kerja.

Pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja dapat diantisipasi dengan penerapan ergonomi di tempat kerja melalui pentahapan identifikasi bahaya potensial ergonomi di tempat kerja, penanggulangan, pembinaan dan evaluasi.

Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja dengan proses kerja, alat kerja dan lingkungan kerja, yang dapat dilakukan melalui pengembangan kapasitas pekerja terhadap persayaratan-persyaratan sehubungan dengan pekerjaan baik melalui pelatihan maupun penyesuaian pekerjaan.

(27)

B. Evaluasi

Evaluasi program ergonomi dapat dilakukan pada komponen input, proses dan output atau terhadap kegiatan ergonomi (telaah dokumen dan survey langsung), pada pekerja dan lingkungan kerja.

Evaluasi dapat untuk menilai efektifitas suatu intervensi yang diberikan guna memperbaiki program ergonomi. Beberapa indikator untuk mengevaluasi pengaruh intervensi program ergonomi adalah: • Berkurangnya keluhan-keluhan otot rangka (muskuloskeletal)

pada para pekerja.

• Meningkatnya kemampuan produksi yang dihasilkan per satuan waktu.

• Meningkatnya perbaikan sikap kerja dan lingkungan kerja sehingga pekerja lebih aman dan nyaman.

• Penurunan angka absensi.

Penilaian terhadap faktor risiko ergonomi untuk evaluasi program dapatdilakukan dengan:

• Menggunakan survey ergonomi (dapat dilihat pada lampiran 2). • Menggunakan survey pekerja dan catatan medis (dapat dilihat

pada lampiran 3 dan 4).

Pedoms" pe(1efBf)IIn eq{Onomlbag!peiIllaspuskesmss 16

­­

BAB V

PENUTUP

Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dengan proses ォ・セ。L@ alat kerja dan lingkungan kerja.

Pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja dapat diantisipasi dengan penerapan ergonomi di tempat kerja melalui pentahapan identifikasi bahaya potensial ergonomi di tempat kerja, penanggulangan, pembinaan dan evaluasi.

Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja dengan proses kerja, alat kerja dan lingkungan kerja, yang dapat dilakukan melalui pengembangan kapasitas pekerja terhadap persayaratan-persyaratan sehubungan dengan pekerjaan baik melalui pelatihan maupun penyesuaian pekerjaan.

(28)

... ...­­  M L G M N[ZN セ@  

Lampiran 1.a

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Kemungkinan hasil

Faklor Risiko

atau konsekuensi

Depkes RI, 2001

Pedoman Teknologi Tepat Guna Ergonomi Bagi Pekerja Sektor Infonnal

Depkes, RI, 2001

Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Saki!,

Jakarta.

Pedoman Pelaksanaan Lokalatih K3 dan Pekerja Anak di Sektor Beban 0101 lelap Beban berlebih pada

0101

Berbahaya pada SektorInformalAlas kaki, Bandung, 2002

Suhamyoto, 2000

Otol  aklif Kehilangan

Identifikasi Faktor-faktor Risiko Cummulative Trauma Disorders kemampuan 0101, ural

dan lulang secara fungsional dan Segi Ergonoml, FKM UI

Tresnaningsih, Ema, 2005

Dasar-dasarErgonomi di Rumah s。ォゥセ@ Jakarta.

Wiriatmadja, Hennan R.S., 2006

Panduan Penyusunan Pedoman Penerapan Ergonomi di

Puskesmas, Bandung

aklor-fa klor Peningkalan

psikososial kelegangan fisik,

peningkalan absensi kerja

Contoh Kegaiatan

yang bertumpu pada lulang belakang. langan dan lengan di alas bahu

p・ォ・セ。。ョ@ di alas

kepala, ー・ォ・セ。。ョ@ di

ruang sempil

Duduk dalam jangka waklu lama dengan kegialan 0101 yang rendah

Menggunakan alai-alai yang bergelar, duduk pada kendaraan yang bergerak

Tekanan waklu penyelesaian

ー・ォ・セ。。ョL、オォオョァ。ョ@

sosial rendah

Contoh praktek yang benar atau

solusi

(29)

... ...­­  M L G M N[ZN セ@  

Lampiran 1.a

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Kemungkinan hasil

Faklor Risiko

atau konsekuensi

Depkes RI, 2001

Pedoman Teknologi Tepat Guna Ergonomi Bagi Pekerja Sektor Infonnal

Depkes, RI, 2001

Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Saki!,

Jakarta.

Pedoman Pelaksanaan Lokalatih K3 dan Pekerja Anak di Sektor Beban 0101 lelap Beban berlebih pada

0101

Berbahaya pada SektorInformalAlas kaki, Bandung, 2002

Suhamyoto, 2000

Otol  aklif Kehilangan

Identifikasi Faktor-faktor Risiko Cummulative Trauma Disorders kemampuan 0101, ural

dan lulang secara fungsional dan Segi Ergonoml, FKM UI

Tresnaningsih, Ema, 2005

Dasar-dasarErgonomi di Rumah s。ォゥセ@ Jakarta.

Wiriatmadja, Hennan R.S., 2006

Panduan Penyusunan Pedoman Penerapan Ergonomi di

Puskesmas, Bandung

aklor-fa klor Peningkalan

psikososial kelegangan fisik,

peningkalan absensi kerja

Contoh Kegaiatan

yang bertumpu pada lulang belakang. langan dan lengan di alas bahu

p・ォ・セ。。ョ@ di alas

kepala, ー・ォ・セ。。ョ@ di

ruang sempil

Duduk dalam jangka waklu lama dengan kegialan 0101 yang rendah

Menggunakan alai-alai yang bergelar, duduk pada kendaraan yang bergerak

Tekanan waklu penyelesaian

ー・ォ・セ。。ョL、オォオョァ。ョ@

sosial rendah

Contoh praktek yang benar atau

solusi

(30)

,  WlllilU l) 1, /)

Contoh Postur/Kegiatan yang Tidak Menerapkan Ergohomi (Dihindarkan) dan yang Menerapkan Ergonomi (Dianjurkan)

­A: セI@

f

j'- ,I .\W

r:. 

--_i!..iIoJ

N M

, ,

• セ@ •  . ,   ,0

" )

セ@ bG セ@ Bセ@

'"',.,

....'

セi@ セ@ if  L[ᄋイセNM

<'\ _.

-::,

セGiᄋGM

I ,' <'to"'!) 

ョ セ

G@

!:

セ@

'.4  ... ,

U

.

___ ,ll:

t.: セイM G@

. "

:'-

J,

セWセゥセ|L

' , 

JJ••  "­ I Mセ@

...

-

&

-y. NMッjGセ@'1>::. 1"".'. セLMセ@ セN@ ZZZセセ

イセ ャsャゥ

V} em セセ@

 

,li;J.

I

セ@

,

L セ

Kegiatan yang seperti istirahat dan olahraga

r/" .. ./ '\ (

,- I ャセサセ@

-

-(I

\y\/(

( I

"

_ '

L_G|@

_ _ • L - - !- - - ' - - - l

セG セ 。 |@

" ,-" , ---- . ... '---

1:YG :

ェ セ

c@

rt

セセ

l l J '

G M

M MM qセB M

セ N⦅@

i . ,.

ョFNセ@

'J:15 -

:A

r,

' i' :;::' |セ ェM XsG@#'. HセTBセ\ ."

tゥN@

セM GM Mセ

ᄃNIセ@ セ@

I

eij

G@

 

I

_:

| セL@

, 1,';:1-,'"

LMMG@ NMセ@

"

,G

'15

'J. /,

r-,c'l "

-I

(" «

ᄋ ᄋ@

.

(31)

-,  WlllilU l) 1, /)

Contoh Postur/Kegiatan yang Tidak Menerapkan Ergohomi (Dihindarkan) dan yang Menerapkan Ergonomi (Dianjurkan)

­A: セI@

f

j'- ,I .\W

r:. 

--_i!..iIoJ

N M

, ,

• セ@ •  . ,   ,0

" )

セ@ bG セ@ Bセ@

'"',.,

....'

セi@ セ@ if  L[ᄋイセNM

<'\ _.

-::,

セGiᄋGM

I ,' <'to"'!) 

ョ セ

G@

!:

セ@

'.4  ... ,

U

.

___ ,ll:

t.: セイM G@

. "

:'-

J,

セWセゥセ|L

' , 

JJ••  "­ I Mセ@

...

-

&

-y. NMッjGセ@'1>::. 1"".'. セLMセ@ セN@ ZZZセセ

イセ ャsャゥ

V} em セセ@

 

,li;J.

I

セ@

,

L セ

Kegiatan yang seperti istirahat dan olahraga

r/" .. ./ '\ (

,- I ャセサセ@

-

-(I

\y\/(

( I

"

_ '

L_G|@

_ _ • L - - !- - - ' - - - l

セG セ 。 |@

" ,-" , ---- . ... '---

1:YG :

ェ セ

c@

rt

セセ

l l J '

G M

M MM qセB M

セ N⦅@

i . ,.

ョFNセ@

'J:15 -

:A

r,

' i' :;::' |セ ェM XsG@#'. HセTBセ\ ."

tゥN@

セM GM Mセ

ᄃNIセ@ セ@

I

eij

G@

 

I

_:

| セL@

, 1,';:1-,'"

LMMG@ NMセ@

"

,G

'15

'J. /,

r-,c'l "

-I

(" «

ᄋ ᄋ@

.

(32)

-Jampiran 2.b

. TAHAPAN SURVEY PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI Tonggal

lokasi

Jenis pekerjaaan Surveyor

POSTUR

I NO

I

=

2

'.

<r';

'\;/'

|Nセゥ@

, : 

; セ@

U

" '''...:J•••.

Mer

\ II

""'AY

(g

"':.g

セQGエヲ@ [L@セ@

Lセ@

セ@(

n

(ll")

,/ ;-i('

}

|@セ|セセᆱ「BGB

li;:3f"'­"'l 

H セM. ,., ᄋL ヲaLセ@ セBGM .;:.",

iff

'.:  . <;J; . 

Gセ |

ヲ@ ャ@ セセ@

­ ., ..J 

KRITERIA Y

Bekerja dengan tangan di atas Totallebih

kepala, atau siku di atas bahu dari atau

sarna dengan I

4 jam per hari

Melakukan pekerjaan berulang· Totallebih

ulang dengan tangan di atas dari atau

kepala, atau siku di atas bahu lebih sarna dengan

dari satu kali per menit 4 jam per hari

Bekerja dengan leher menunduk Totallebih

lebih dan 45° (tanpa penyangga dari atau

leher atau tidak memungkinkan sama dengan

adanya variasi postur) 4 jam per hari

Bekerja dengan punggung Totallebih

membungkuk lebih dari 300 (tanpa dari atau

penyangga punggung atau tidak sarna dengan

memungkinkan adanya variasi 4 jam per hari

postur)

Bekerja dengan punggung Totallebih

membungkuk lebih dari 450 (tanpa dari atau

penyangga punggung atau tidak sama dengan

memungkinkan adanya variasi 2jam per hari

postur)

Totallebih dari atau

Jongkok sama dengan

4 jam per hari

T KETERANGAN

I

(33)

Jampiran 2.b

. TAHAPAN SURVEY PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI Tonggal

lokasi

Jenis pekerjaaan Surveyor

POSTUR

I NO

I

=

2

'.

<r';

'\;/'

|Nセゥ@

, : 

; セ@

U

" '''...:J•••.

Mer

\ II

""'AY

(g

"':.g

セQGエヲ@ [L@セ@

Lセ@

セ@(

n

(ll")

,/ ;-i('

}

|@セ|セセᆱ「BGB

li;:3f"'­"'l 

H セM. ,., ᄋL ヲaLセ@ セBGM .;:.",

iff

'.:  . <;J; . 

Gセ |

ヲ@ ャ@ セセ@

­ ., ..J 

KRITERIA Y

Bekerja dengan tangan di atas Totallebih

kepala, atau siku di atas bahu dari atau

sarna dengan I

4 jam per hari

Melakukan pekerjaan berulang· Totallebih

ulang dengan tangan di atas dari atau

kepala, atau siku di atas bahu lebih sarna dengan

dari satu kali per menit 4 jam per hari

Bekerja dengan leher menunduk Totallebih

lebih dan 45° (tanpa penyangga dari atau

leher atau tidak memungkinkan sama dengan

adanya variasi postur) 4 jam per hari

Bekerja dengan punggung Totallebih

membungkuk lebih dari 300 (tanpa dari atau

penyangga punggung atau tidak sarna dengan

memungkinkan adanya variasi 4 jam per hari

postur)

Bekerja dengan punggung Totallebih

membungkuk lebih dari 450 (tanpa dari atau

penyangga punggung atau tidak sama dengan

memungkinkan adanya variasi 2jam per hari

postur)

Totallebih dari atau

Jongkok sama dengan

4 jam per hari

T KETERANGAN

I

(34)

­ ­­­

r­7 

('1

Berlutut Totallebih

dari atau sama dengan , 4 jam per hari

I

1m

Menjumput (pinching) benda Totallebih

secara berulang-ulang

dari atau sama dengan 3 jam per hali

(;r/

セ@ セ セ...  ..  .... G@

セ@

FI(;.)1Q I'l

.Xt

r

·, r' 

­'­

セNイ@

eiHェ BLLB ッセ@

,

セセ セ Lセ@

 

Menjumput dengan pergelangan Totallebih

tangan menekuk dari atau

sama dengan 3 jam per hari

10 Menjumput (pinching) benda Totallebih

dengan ibu jari dan jari telunjuk dan atau

sama dengan 4jam per han

#fF

1­11  I

secara berulang-ulang

Menggenggam (gripping) benda Totallebih

dari atau

\\ 

sama dengan

3 jam per hari

セ@

­

12 ' .

セセセ M Q@

,.­...:.,\, ,

BG セH」イ L@ ...­ ,  

, ..M [ ・ セ セ@

, :V' t)

セᄋ Nウ ZR G@

ヲF セ

..__

セ@

 

Menggenggam (gripping) dengan Totallebih

pergelangan tangan menekuk dari atau

sama dengan 3jam perhari

Totallebih

13  Menggenggam dari atau

sama dengan 4 jam

. .

per hari

I

I

I

(35)

­ ­­­

r­7 

('1

Berlutut Totallebih

dari atau sama dengan , 4 jam per hari

I

1m

Menjumput (pinching) benda Totallebih

secara berulang-ulang

dari atau sama dengan 3 jam per hali

(;r/

セ@ セ セ...  ..  .... G@

セ@

FI(;.)1Q I'l

.Xt

r

·, r' 

­'­

セNイ@

eiHェ BLLB ッセ@

,

セセ セ Lセ@

 

Menjumput dengan pergelangan Totallebih

tangan menekuk dari atau

sama dengan 3 jam per hari

10 Menjumput (pinching) benda Totallebih

dengan ibu jari dan jari telunjuk dan atau

sama dengan 4jam per han

#fF

1­11  I

secara berulang-ulang

Menggenggam (gripping) benda Totallebih

dari atau

\\ 

sama dengan

3 jam per hari

セ@

­

12 ' .

セセセ M Q@

,.­...:.,\, ,

BG セH」イ L@ ...­ ,  

, ..M [ ・ セ セ@

, :V' t)

セᄋ Nウ ZR G@

ヲF セ

..__

セ@

 

Menggenggam (gripping) dengan Totallebih

pergelangan tangan menekuk dari atau

sama dengan 3jam perhari

Totallebih

13  Menggenggam dari atau

sama dengan 4 jam

. .

per hari

I

I

I

(36)

1·1  Totallebih dari atau sam a dengan 6 jam per hari Berdiri

II. PERALATAN KERJA

NO KRITERIA Y T KETERANGAN

1 Apakah peralatan yang digunakan terlalu kecil atau terialu

besar?

4

Apakah pegangan alat tersebut menyebabkan tangan tertekuk?

Apakah alat yanQ diQunakan beratnya lebih dari 4 kQ? Apakah alatyang digunakan menimbulkan Qetaran? Apakah alaI yang digunakan dapat menjadi panas atau dingin?

III. LlNGKUNGAN KERJA

NO KRITERIA

1  Apakah suhu di lingkungan kerja terlalu panas atau terlalu dingin?

2  Ap.akah ada tempat'benda yang menyilaukan mata?

3  Apakah pekerja terpajan bising?

4 Apakah pekerja terpajan vibrasi pada sebagian atau

seluruh tubuh?

5  Apakah sirkulasi udara kurang atau beriebihan?

6  Apakah ada permukaan lantai yang licin?

IV. ORGANISASI KERJA

Y T

­ ­ KETERANGAN NO 1  2  KRITERIA Apakah ada yang mengawasi ー・ォ・セ。。ョ_@

Apakah j:lekerjaan tersebut repetitif atau monoton?

Y T

I

KETERANGAN

Apakah ー・ォ・セ。。ョ@ tersebut memerlukan ketelitian yang

tinggi?

Apakah waktu istirahat diatur dengan baik?

V. KELUHAN SUBJEKTIF

NO KRITERIA Y T KETERANGAN

Apakah saudara pernah merasakan pegal-pegal. nyeri, alau bengkak setelah selesai 「・ォ・セ。_@

Apakah keluhan tersebut timbul setelah bekerja? I

3  Apakahkeluhan tersebut mengganggu aktivitas ォ・セ。_@

4 Jenis ー・ォ・セ。。ョ@ mana yang kira-kira menyebabkan sakit?

5  Apakah ada saran unluk memeperbaiki ォ・セ。_@

VI. RINGKASAN

NO MASALAH Y  T KETERANGAN

1  Postur

Peralatan ォ・セ。@

Lingkungan ォ・セ。@

­

4  Orqanisasi kerja

(37)

1·1  Totallebih dari atau sam a dengan 6 jam per hari Berdiri

II. PERALATAN KERJA

NO KRITERIA Y T KETERANGAN

1 Apakah peralatan yang digunakan terlalu kecil atau terialu

besar?

4

Apakah pegangan alat tersebut menyebabkan tangan tertekuk?

Apakah alat yanQ diQunakan beratnya lebih dari 4 kQ? Apakah alatyang digunakan menimbulkan Qetaran? Apakah alaI yang digunakan dapat menjadi panas atau dingin?

III. LlNGKUNGAN KERJA

NO KRITERIA

1  Apakah suhu di lingkungan kerja terlalu panas atau terlalu dingin?

2  Ap.akah ada tempat'benda yang menyilaukan mata?

3  Apakah pekerja terpajan bising?

4 Apakah pekerja terpajan vibrasi pada sebagian atau

seluruh tubuh?

5  Apakah sirkulasi udara kurang atau beriebihan?

Referensi

Dokumen terkait

gangguan dari bunyi hp, membaca terlalu cepat, suhu udara ruangan yang terlalu panas/dingin, dan pendistribusian waktu untuk pembahasan. Sementara dari pihak

Tanda neonatus normal yaitu suhu tubuh bayi tidak terlalu panas ( lebih dari 38 derajat ) atau telalu dingin ( kurang dari 36 derajat), warna kuning pada kulit ( tidak ada

‘Abd al-Salām, masyaqqah yang terkait dengan ibadah tidak ada pengaruhnya bagi peringanan hukum. Misalnya masyaqqah dalam berwuduk saat kondisi dingin, puasa saat hari

Sedangkan lingkungan kerja yang tidak nyaman, seperti panas yang cukup tinggi, pencahayaan yang kurang memenuhi syarat dan tingkat kebisingan yang sering mengganggu

Dalam proses pengeringan gabah penurunan kadar air yang terlalu cepat, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, pengeringan yang dimulai dengan panas mendadak, panas yang tidak

Saran yang dapat diberikan yaitu: (1) desain organisasi kerja stasiun blanket basah berbasis ergonomi dengan pemberian istirahat resmi, pengaturan pola sistem dan

ACWH yang ada saat ini mempunyai efektivitas yang rendah dimana suhu air panas tidak bisa terlalu tinggi dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu tersebut cukup lama.

Serta, Lingkungan kerja yang tidak ergonomis, baik ditinjau dari suhu udara yang terlalu panas di atas 700ºC yang merupa- kan panas dari proses peleburan logam dan sirkulasi udara yang