• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Populasi Mikroorganisme Udara Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terjun Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Populasi Mikroorganisme Udara Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terjun Medan"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA POPULASI MIKROORGANISME

UDARA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN

PERNAFASAN AKUT DI SEKITAR TEMPAT

PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERJUN

MEDAN

T E S I S

OLEH

NIN SUHARTI

117004004/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN ANTARA POPULASI MIKROORGANISME

UDARA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN

PERNAFASAN AKUT DI SEKITAR TEMPAT

PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERJUN

MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH

NIN SUHARTI 117004004/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN ANTARA POPULASI MIKROORGANISME UDARA DENGAN

KEJADIAN INFEKSI SALURAN

PERNAFASAN AKUT DI SEKITAR

TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

SAMPAH TERJUN MEDAN Nama Mahasiswa : Nin Suharti

Nomor Induk Mahasiswa : 117004004

Program Studi : Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc. Ketua

)

(Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc. Anggota

)

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS (

)

Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil. Anggota

)

Direktur

(Prof. Dr. Erman Munir, M, Sc)

(4)

Telah Diuji pada

Tanggal : 12 Desember 2013

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Erman Munir, MSc. Anggota : 1. Prof. Dr. Dwi Suryanto, MSc.

(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

HUBUNGAN ANTARA POPULASI MIKROORGANISME UDARA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERJUN MEDAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Desember 2013 Penulis

(6)

HUBUNGAN ANTARA POPULASI MIKROORGANISME UDARA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERJUN MEDAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme udara pada lokasi tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Terjun Medan dan untuk mengetahui hubungan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada masyarakat di sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada titik pusat TPAS (0 meter) jumlah mikroorganisme udara sebanyak 2322 cfu/m3. Semakin jauh dari titik pusat jumlah mikroorganisme udara semakin menurun dengan angka korelasi 94,4% dan jarak yang aman bagi masyarakat adalah 750 meter, karena populasi mikroorganisme udara sudah dibawah standar baku mutu yang ditetapkan (< 700 cfu/m3). Analisis kejadian ISPA pada masyarakat disekitar TPAS Terjun Medan menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi mikroorganisme udara semakin tinggi kejadian ISPA dengan nilai korelasi 85,7%. Identifikasi mikroorganisme udara menunjukkan bahwa udara disekitar TPAS Terjun Medan mengandung mikroba penyebab ISPA terdiri dari Streptococcus, Staphylococcus, Klebsiella, Corynebacterium, Aspergillus dan Candida.

(7)

THE RELATIONSHIP BETWEEN AIR MICROORGANISMS POPULATION WITH ACUTE RESPIRATORY TRACT INFECTION INCIDENCE AROUND

THE LANDFILL TERJUN MEDAN

ABSTRACT

This study aims to determine the number of microorganisms in the landfill

Terjun Medan and to determine the relationship of acute respiratory infections in the surrounding community. The results showed that at the center of TPAS (0 meters) of air as much as the number of microorganisms cfu/m3 2322. The farther from the center point the amount of air microorganisms declined with

94.4 % correlation rate and for the people a safe distance is ≥ 750 meters, because the microorganism population below the air quality standards established (< 700 cfu/m3). Analysis of the incidence of acute respiratory infections in the community around landfill Terjun Medan indicated that the higher the population of air microorganisms acute respiratory infections event correlation value of 85.7 %. Identification of air microorganisms showed that the air around the landfill Terjun Medan containid microbes that cause acute respiratory infections consisting of Streptococcus, Staphylococcus, Klebsiella, Corynebacterium, Aspergillus and Candida.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wataala yang telah melimpahkan rahmad dan kasih sayang NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Hubungan Antara Populasi Mikroorganisme Udara Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terjun Medan”.

Selama pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc., selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan perhatian, nasehat, arahan dan waktu secara sabar untuk berdiskusi dengan memberikan semangat secara terus-menerus.

2. Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc. dan Prof. Dr. Harry Agusnar, M. Sc., M.Phil., selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan perhatian, nasehat, arahan dan waktu secara sabar untuk berdiskusi dengan memberikan semangat secara terus-menerus.

3. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS., selaku

4. Drs. Chairuddin, M.Sc., selaku penguji dan sekretaris Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Utara yang telah memberikan semangat untuk tetap bertahan dalam menyelesaikan studi ini.

Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dorongan untuk tetap bertahan dalam menyelesaikan studi ini.

5. Prof. Dr. Irnawati Marsaulina, MS., selaku penguji yang telah memberikan koreksi dan masukan, saran dan semangat dalam menyelesaikan studi. 6. Teman-teman yang telah banyak membantu dan bertdiskusi selama studi.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak dan Ibu. Sebagaimana kata pepatah Tak Ada Gading Yang Tak Retak maka penulis sangat menyadari bahwa di dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran terutama yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga Allah memberikan kebaikan bagi kita semua. Amin

Desember 2013 Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nin Suharti lahir di Medan, pada tanggal 1 September 1968, dari pasangan

Ayahanda H. Muhammad Nuh Hasibuan dan Ibunda Hj. Masnilam Lubis. Penulis merupakan anak tiga dari tujuh bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar di

(10)

DAFTAR ISI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Mikroorganisme Udara ... 23

4.2 Kejadian ISPA di Sekitar TPAS Terjun Medan ... 28

(11)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(12)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1. Data Mengenai Kondisi TPA ... 17

4.1. Jumlah Mikroorganisme Udara Berdasarkan Jarak dari TPAS ... 24

4.2. Kejadian ISPA di Sekitar TPAS Terjun Medan ... 27

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Peta TPAS Terjun ... 38

2. Peta Titik Pengambilan Sampel ... 39

3. Foto-Foto Penelitian ... 40

4. Penyebaran Jumlah Kuisioner dan Kejadian ISPA ... 41

5. Hasil Pengukuran Mikroorganisme Udara dan Penyebarannya Terhadap ISPA 42 6. Kuisioner Penelitian ... 43

7. Hasil Korelasi dan Regresi ... 44

8. Data Hasil Gejala yang Dialami (Kuisioner) ... 45

(15)

HUBUNGAN ANTARA POPULASI MIKROORGANISME UDARA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERJUN MEDAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme udara pada lokasi tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Terjun Medan dan untuk mengetahui hubungan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada masyarakat di sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada titik pusat TPAS (0 meter) jumlah mikroorganisme udara sebanyak 2322 cfu/m3. Semakin jauh dari titik pusat jumlah mikroorganisme udara semakin menurun dengan angka korelasi 94,4% dan jarak yang aman bagi masyarakat adalah 750 meter, karena populasi mikroorganisme udara sudah dibawah standar baku mutu yang ditetapkan (< 700 cfu/m3). Analisis kejadian ISPA pada masyarakat disekitar TPAS Terjun Medan menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi mikroorganisme udara semakin tinggi kejadian ISPA dengan nilai korelasi 85,7%. Identifikasi mikroorganisme udara menunjukkan bahwa udara disekitar TPAS Terjun Medan mengandung mikroba penyebab ISPA terdiri dari Streptococcus, Staphylococcus, Klebsiella, Corynebacterium, Aspergillus dan Candida.

(16)

THE RELATIONSHIP BETWEEN AIR MICROORGANISMS POPULATION WITH ACUTE RESPIRATORY TRACT INFECTION INCIDENCE AROUND

THE LANDFILL TERJUN MEDAN

ABSTRACT

This study aims to determine the number of microorganisms in the landfill

Terjun Medan and to determine the relationship of acute respiratory infections in the surrounding community. The results showed that at the center of TPAS (0 meters) of air as much as the number of microorganisms cfu/m3 2322. The farther from the center point the amount of air microorganisms declined with

94.4 % correlation rate and for the people a safe distance is ≥ 750 meters, because the microorganism population below the air quality standards established (< 700 cfu/m3). Analysis of the incidence of acute respiratory infections in the community around landfill Terjun Medan indicated that the higher the population of air microorganisms acute respiratory infections event correlation value of 85.7 %. Identification of air microorganisms showed that the air around the landfill Terjun Medan containid microbes that cause acute respiratory infections consisting of Streptococcus, Staphylococcus, Klebsiella, Corynebacterium, Aspergillus and Candida.

(17)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keterbatasan tempat tinggal di daerah perkotaan semakin bertambah dari

waktu ke waktu, karena pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan ketersediaan lahan. Kondisi ini mengakibatkan munculnya permasalahan

perumahan yang semakin rumit di perkotaan terutama masalah sanitasi lingkungan yang kurang baik. Penduduk dengan status sosial ekonomi yang rendah bertambah banyak jumlahnya. Untuk mengatasi kebutuhan perumahan mereka cenderung tinggal di daerah pinggiran, termasuk masyarakat umum dan pemulung yang bermukim di sekitar lokasi tempat pembuangan akhir sampah (TPAS). Pemulung yang menjadikan TPAS sebagai sumber mata pencahariannya bahkan mendirikan rumahnya di atas timbunan sampah di lokasi TPAS. Kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi dengan kesulitan mencari pekerjaan yang layak membuat para pemulung tetap bertahan tinggal di lokasi TPAS (Soedojo, 1993).

Di sekitar lokasi TPAS Terjun banyak berdiri rumah penduduk dan

pemulung. Hal ini bertentangan dengan Keputusan Menkes RI No. 829 tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan

(18)

pencemaran udara di luar maupun di dalam rumah. Timbunan sampah yang ada di TPAS Terjun menimbulkan bau yang tidak sedap. Tercemarnya udara di

sekitar TPAS menyebabkan kesehatan lingkungan terganggu (Sukamawa, et. al, 2006).

Hasil kajian dari Departemen Kesehatan pada tahun 2008/2010 melihatkan

bahwa penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) berada di urutan pertama dari sepuluh besar penyakit di 80% kabupaten/kota pada 22 propinsi di Indonesia.

Pneumonia dan penyakit gangguan saluran pernafasan lainnya disebabkan oleh buruknya kualitas udara di dalam rumah/gedung dan di luar rumah baik secara fisik, kimia maupun biologi (Budiyono, 2001).

Undang-undang No.23 tahun 1992 mengenai kesehatan menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas

(19)

bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2011 dengan jumlah kasus

sebanyak 1.640 berada di urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2011).

Hampir semua kota mempunyai TPAS, tidak terkecuali Kota Medan. Metode pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan

adalah Open Dumping yaitu sampah yang masuk ke TPAS dibuang atau dipaparkan langsung ke lokasi TPAS tanpa melalui proses tertentu. Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan

yang dapat ditimbulkan seperti perkembangan vector penyakit seperti lalat, tikus dan lain-lain. Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul. Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor

(Syafalni dan Satrio, 2007).

Pemerintah Kota Medan memiliki dua TPAS, diantaranya adalah TPAS Terjun. TPAS Terjun berjarak ± 14 km dari pusat kota, dengan luas 137.563 m²

dan beroperasi sejak 7 Januari 1993. Berlokasi di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Pengoperasian TPAS ini masih dilakukan dengan sistem open dumping (pembuangan terbuka) sehingga dapat menimbulkan dampak

negatif terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya (Dinas Kebersihan Kota Medan, 2010).

1.2 Perumusan Masalah

(20)

mikroorganisme udara di sekitar tempat pembuangan akhir sampah Terjun dan sejauh mana hubungannya dengan jarak rumah penduduk yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit ISPA.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jumlah mikroorganisme udara pada lokasi TPAS Terjun Medan.

2. Untuk mengetahui hubungan kejadian ISPA pada masyarakat di sekitar TPAS Terjun Medan dengan populasi mikroorganisme udara.

1.4. Hipotesis

1. Populasi mikroorganisme udara di sekitar TPAS Terjun Medan melebihi standart baku mutu yang telah ditetapkan.

(21)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi petugas kebersihan dan pemulung dalam melaksanakan tugasnya agar menggunakan alat pengaman dan pelindung bagi dirinya.

2. Memberi informasi bagi pemerintah kota untuk mengambil kebijakan jarak tempat tinggal yang aman bagi masyarakat di sekitar TPAS Terjun.

(22)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sampah dan Pengaruhnya

Sampah merupakan berakhirnya suatu derajat keterpakaiannya. Dalam sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep Berdasarkan sumbernya jenis- jenis sampah dapat dibagi beberapa jenis diantaranya sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, dapat juga dibedakan berdasarkan sifat–sifatnya, sampah organik yaitu sampah yang dapat diurai dan sampah anorganik yaitu sampah yang tidak terurai (Dasmasetiawan, 2004).

(23)

mengandung amonia hydrogen, solfide dan metylmercaptan. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan banyaknya lalat yang hidup

berkembangbiak di sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah (Prasasti, et. al, 2005).

Insidensi penyakit kulit meningkat karena adanya bibit penyakit yang hidup dan berkembangbiak di tempat pembuangan dan pengumpulan

sampah yang kurang baik. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung ataupun melalui udara. Penyakit kecacingan terjadi dikarenakan membuang sampah secara sembarangan dan masyarakat kurang menjaga kebersihan dirinya,

misalnya makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu dan lain-lain. Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara ini dengan

sendirinya dapat mempengaruhi daya kerja dan kreatifitas seseorang, yang berakibat menurunnya nilai produktifitas serta bias mengakibatkan kerugian ekonomi di jangka pendek maupun jangka panjang, serta timbulnya permasalahan sosial ekonomi keluarga maupun masyarakat (Nurmaini, 2005).

(24)

jembatan, saluran air, fasilitas jaringan dan lain-lain. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran lebih luas. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal (Sulistyorini, 2005).

Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial-budaya masyarakat setempat. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, menurunkan minat dan hasrat orang lain untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa. Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga produktifitas masyarakat menurun. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang (Tamod, 2008).

(25)

2.2 Pengertian Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS)

(26)

pengelolaan sampah dan perencanaan dan tata ruang kota serta peraturan-peraturan pelaksanaannya (SNI nomor 03-3241-1994 ).

2.3 Penyakit Yang Ditularkan Lewat Udara

Udara bukanlah habitat alamiah mikroorganisme, oleh karenanya kuman tidak dapat bertahan lama di dalam udara. Keberadaannya di udara tak bebas dimungkinkan karena aliran udara tidak terlalu besar, sehingga kuman dapat berada di udara dalam waktu yang relatif lama. Dengan demikian kemungkinan untuk mamasuki tubuhpun menjadi semangkin besar. Hal ini dibantu pula oleh taraf kepadatan penghuni ruangan, sehingga penularan penyakit infeksi lewat udara sebahagian besar terlaksana lewat udara tak bebas (Santoso, 1989).

Penyakit dapat dipindahkan melalui udara dengan melewati jalan pernapasan yaitu hidung, faring, laring, trakhea, bronkhi dan paru-paru. Salah satu ciri khas penyakit yang dapat ditularkan lewat udara adalah kecenderungannya untuk berjangkit secara epidemik dan menyerang banyak orang dalam waktu yang relatif singkat. Contoh khas infeksi bakterial yang ditularkan lewat udara adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan streptokokal. Sedangkan penyakit yang khas disebabkan oleh virus dan disebarkan melalui jalan pernapasan antara lain influenza dan salesma. Penyakit yang disebabkan oleh jamur dan cendawan juga merupakan infeksi yang ditularkan lewat udara (Nurmaini, 2005).

(27)

Bakteri yang ditemukan pada umumnya dari jenis gram positif, baik spora maupun nonspora. Selain itu juga ditemukan kokus gram positif dan basil gram negatif (Fitria, et. al, 2008).

Kelembaban turut mempengaruhi jumlah bakteri udara. Udara pada musim panas/kering membawa bakteri lebih banyak dari pada musim dingin atau hujan. Beberapa mikroorganisme udara termasuk dalam golongan mikroorganisme yang patogen dan dapat menyebabkan penyakit pada manusia, terutama bila berada di suasana udara tidak bebas seperti di dalam perumahan penduduk, rumah sakit, gedung- gedung umum dan perkantoran, pabrik serta gedung- gedung lainnya. Golongan ini terdiri atas berbagai jenis mikroorganisme patogen, baik jamur, protozoa, bakteri maupun virus. Penyakit yang disebabkannya sering diklasifikasikan sebagai penyakit yang menyebar lewat udara (air borne diseases) (Budiarti, et. al, 2007).

2.4 Sumber ISPA dan Penularannya

(28)

Istilah ISPA meliputi tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Dengan demikian ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, yang secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan saluran pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan berlansungya proses akut, dengan gejala batuk, pilek, serak, demam, sakit kepala, meriang, sesak nafas, radang tenggorokan dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung sampai dengan 14 hari (Nindya dan Sulistyorini, 2005).

(29)

berinteraksi melalui saluran pernapasan, jalan pencernaan dan kulit. Agen penyakit yang melalui satu atau dua jalan tersebut kemudian diabsosbsi (diserap oleh tubuh) dan masuk ke dalam sistem sirkulasi tubuh. Dalam sirkulasinya, benda asing yang masuk ke dalam tubuh tersebut akan mengalami biotransformasi atau penangkalan. Bila tubuh gagal melakukannya maka benda-benda asing tersebut baik kimia maupun biologi akan merusak organ dan menimbulkan gangguan kesehatan (Yusup dan Sulistyorini, 2005).

(30)

penularan melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan, penyakit ISPA termasuk golongan air borne diseases (Anies, 2005).

2.5 Proses Terjadinya ISPA

Udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior/belakang ke rongga hidung dan ke arah superior/atas menuju faring. Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan (Nindya dan Sulistyorini, 2005).

2.6 Kondisi TPAS Terjun

(31)

30,6ºC-33,1ºC. Kelembaban udara untuk Kota Medan rata-rata berkisar antara 78-82%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Kondisi areal sekitarnya berupa rawa yang banyak ditumbuhi pohon palem, kolam dan areal persawahan irigasi (Dinas Kebersihan Kota Medan, 2012).

Penimbunan sampah masih berlangsung secara terbuka (open dumping), dimana truk sampah membuang sampah pada zona yang telah ditentukan kemudian sampah tersebut diatur penempatannya oleh alat berat. Ketinggian timbunan sampah berpariasi ± 7-12 m dari lantai jembatan timbang dengan tinggi timbunan sampah maksimun di utara TPAS. Hampir seluruh areal TPAS sudah tertimbun sampah kecuali areal TPAS dibahagian barat yang masih berupa rawa. Prasarana jalan operasional sudah mudah dijangkau seluruh areal TPAS. Prasarana ini dibangun di atas timbunan sampah dengan kontruksi timbunan batu dan tanah. Kelandaian jalan operasional maximum sebesar 12% berada pada awal jalan operasional yakni pada saat truk naik pada areal timbunan sampah.

(32)

api. TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan berada dekat dengan perumahan penduduk. Dari studi AMDAL terhadap TPAS Terjun menyatakan bahwa timbulnya pencemaran udara akibat meningkatnya konsentrasi gas serta timbulnya bau, baik yang ditimbulkan pada tahap operasi penimbunan dan pemadatan sampah maupun setelah selesainya tahap operasi. (Dinas Kebersihan Kota Medan, 2012).

2.7 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

(33)

Tabel 2.1. Data Mengenai Kondisi TPA (Sumber: Dinas Kebersihan Kota Medan, 2012).

No Uraian Keterangan

1 Lokasi

Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan

2 Kepemilikan lahan Pemko Medan

3 Jarak lokasi TPA dari

Sungai 5 km (Sei Deli)

Lapangan terbang 23 km (Polonia)

Pantai 6 km (Belawan)

Pusat kota 14 km

4 Kondisi tanah

Areal Tanah lempung

Lapisan dasar Tanah liat

5 Topografi Relatif datar

6 Mulai dioperasikan 7 januari 1993

7 Fasilitas lain

Incenerator Tidak ada

Instalasi pengolahan limbah tinja (IPTL) Tidak ada

Komposting Tidak ada

8 Sampah yang masuk perhari 50% dari sampah terangkut Sampah yang dibiarkan terbuka bukan hanya menyebabkan pencemaran udara akibat bau tetapi dapat juga terjadi pencemaran udara yang mengandung mikroorganisme. Sampah yang menggunung akan mempengaruhi kwalitas udara yang berada disekirar TPAS. Mikroorganisme yang ada di udara berasal dari tumpukan sampah. Pada ketinggian 300-1000 kaki atau lebih dari permukaan bumi mikroorganisme tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin. Mikroorganisme yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500 kaki yaitu spora Bacillus dan

(34)

diantaranya suhu, atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Suhu dan kelembaban adalah dua faktor penting yang menentukan mikroorganisme dalam kelangsungan hidup di udara terkait erat dengan suhu. Peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan (Dinas Kebersihan kota Medan, 2012).

Aerosol pernafasan dipengaruhi oleh gaya dan tekanan yang ada ketika partikel-partikel tersebut dihasilkan. Ukuran akhir aerosol tergantung pada sifat cairan yang mengandung mikroorganisme, gaya dan tekanan emisi, ukuran awal aerosol, lama terbawa udara, dan ukuran mikroorganisme di dalam droplet. Jarak dan lamanya partikel tetap melayang di udara ditentukan jenis mikroorganisme, ukuran partikel, kecepatan pengendapan, kelembaban dan aliran udara. Partikel besar biasanya tetap melayang di udara selama jangka waktu yang terbatas dan mengendap pada jarak 1 meter (3 kaki) dari sumbernya. Partikel kecil menguap dengan cepat, dan residu yang dihasilkan mengendap dari udara secara perlahan-lahan dan bisa melayang di udara selama jangka waktu yang bervariasi. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung ke paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar

(35)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di TPAS dan daerah sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Desa Terjun Marelan kota Medan. Pengukuran kualitas udara dilakukan pada bulan Maret 2013. Sampel Pengukuran kualitas udara diambil pada daerah pemukiman masyarakat di daerah TPAS dan dititik lokasi TPAS (Lampiran 2). Masing–masing sampel dianalisis di Balai Laboratorim Kesehatan Propinsi Sumatera Utara dengan cara kultur/pembiakan.

3.2 Bahan dan Alat

(36)

3.3. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan dua tahapan. Tahap pertama dengan melakukan pengambilan sampel untuk pengukuran kualitas udara di lokasi TPAS

Terjun dan di sekitar perumahan penduduk (Lampiran 2), kemudian dianalisis di Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. Tahap ke dua dengan

melakukan survei terhadap masyarakat yang berada di sekitar TPAS Terjun dengan melakukan wawancara/kuisioner (Lampiran 6).

3.3.1 Pengukuran Jumlah Mikroorganisme

Sampel udara diambil di TPAS Terjun dengan empat arah mata agin (timur, barat, utara, selatan) dan daerah pemukiman masyarakat di sekitar TPAS Terjun pada sisi kanan dan kiri arah selatan dari TPAS dengan titik sampel yang tersebar pada jarak 0 m di lokasi TPAS dan keluar ke arah perumahan penduduk 100 m, 250 m, 500 m, 750 m dan 1000 m seperti tampak pada Lampiran 1.

(37)

3.3.2 Identifikasi Mikroorganisme Udara

Setelah dilakukan penghitungan jumlah mikroorganisme dari media PCA (lampiran 4) dilakukan identifikasi secara makroskopis terhadap bentuk, sifat, morfologi koloni mikroorganisme yang tumbuh (Lampiran 3). Koloni dengan ciri-ciri dan bentuk yang berbeda-beda diambil dan dilakukan pewarnaan Gram, diambil kembali koloni dari PCA dan ditanam ke media enrichment (BHI broth) inkubasi 37ºC selama 24 jam, kemudian ditanam pada media Mac Conkey Agar, Nutrien Agar, Agar Darah, Endo Agar, SS Agar, dan TCBS Inkubasi dilakukan pada 37ºC selama 24 jam. Kemudian koloni-koloni yang tumbuh pada media-media tersebut ditanam ke media-media TSIA, Simon Citrat dan SIM diinkubasi pada 37ºC selama 24 jam dan diidentifikasi (Lampiran 5). Untuk jamur ditanam ke media Sabaroud dekstrosa Agar dan diinkubasi pada 25ºC selama 3 x 24 jam (Soemarno, 2000).

3.3.3 Survei Kejadian ISPA Masyarakat di Sekitar TPAS Terjun Medan Survei dilakukan dengan memberikan kuisioner dan diisi oleh kepala keluarga yang berada di sekitar TPAS Terjun. Lokasi penyebaran kuisioner dapat di lihat pada Lampiran 6.

(38)

menggunakan tingkat kesalahan 5% (0,05). Berdasarkan rumus N = n/N(d)2 + 1. n = sampel, N = populasi, d = nilai presisi 95% atau sig = 0,05 (Suharsimi, 2005).

Maka jumlah kuisioner sebanyak = 186.9 digenapkan menjadi

187. Untuk mewakili populasi kuisioner pendistribusian disebar sebanyak 221 dikarenakan jumlah masyarakat di sekitar TPAS Terjun tidak merata. Kuisioner didistribusikan secara proporsional kepada kepala keluarga yang bertempat

tinggal di sekitar TPAS dengan jarak 100 m (21), 250 m (50), 500 m (50), 750 m (50), 1000 m (50).

3.4 Analisis Data

Data yang ada diolah, dirapikan, diseragamkan sehingga terlihat jelas sifat-sifat yang dimiliki data tersebut. Data dari hasil kuisioner yang diberikan dan diisi

oleh kepada keluarga ditabulasi sehingga terlihat jelas hasil data tersebut. Data dikelompokkan sesuai dengan sifat yang dimiliki dan dipindahkan ke dalam

tabel dan disesuaikan dengan tujuan lalu dianalisis. Data dikelompokkan sesuai dengan hasil yang dimiliki untuk mengetahui hubungan dan pengaruh jarak dari TPAS. Hasil analisis laboratorium dibandingkan/dihubungkan dengan data hasil kuisioner. Metode yang digunakan adalah uji statistik regresi/korelasi linier untuk mengetahui hubungan jarak dan kejadian ISPA dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terjun.

(39)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jumlah Mikroorganisme Udara

Penelitian dilakukan di TPAS dan di sekitar rumah penduduk di sekitar TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan untuk mengetahui hubungan jarak

TPAS terhadap jumlah mikroorganisme udara (bakteri dan jamur). Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap pengukuran jumlah mikroorganisme

udara dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jumlah Mikroorganisme Udara Berdasarkan Jarak dari TPAS

Jarak dari TPAS (meter) Jumlah mikroorganisme (cfu/m³)

0 2322

100 2096

250 1062

500 871

750 629

1000 99

(40)

itu jumlah mikroorganisme < 700 cfu/m³ Gambar 5 menunjukkan penurunan jumlah populasi mikroorganisme udara dengan penambahan jarak dari titik TPAS.

Gambar 4.1. Grafik Hubungan Jarak dari TPAS Terhadap Jumlah Mikroorganisme.

Gambar di atas dapat diketahui adanya hubungan yang linier (Y = -2,09X+ 2086) antara jarak dari TPAS dengan jumlah mikroorganisme.

Korelasi antara jarak dari TPAS dengan jumlah mikroorganisme (cfu/m³) sebesar 0,944. Hal ini menunjukkan hubungan yang erat antara jumlah mikroorganisme dengan jarak dari TPAS adalah sebesar 94,4%. Sedangkan variasi yang terjadi terhadap banyaknya jumlah mikroorganisme sebesar 89,1% disebabkan oleh jarak dari TPAS dan sisanya 10,9% disebabkan oleh faktor lain (Lampiran 7).

(41)

lingkungannya. Bakteri yang mendapatkan zat organik dari sampah, kotoran, bangkai dan juga sisa makanan yang dibuang ke TPAS. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi dan

mineral. Disamping itu mikroorganisme juga mengurai bahan-bahan organik dan limbah organik yang memberi manfaat kepada manusia. Penguraian dalam kondisi tanpa oksigen (anaerobik), material organik akan menjadi gas amoniak, hidrogen sulfida (H2S), methana (CH4

Topografi permukaan tanah asli TPAS Terjun relatif datar dengan ketinggian elevasi ±2,5-3,0 m dari permukaan laut (Lampiran 4), hal ini sangat

mendukung untuk hidup dan berkembangbiaknya mikroorganisme. Kelembaban udara untuk kota medan rata-rata berkisar antara 78-82%.

Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu < 20% dapat menyebabkan kekeringan selaput lendir membran, sedangkan kelembaban tinggi akan meningkatkan pertumbuhan mikrorganisme. Udara terdiri dari berbagai lapisan hingga ketinggian sekitar 1000 km. Lapisan yang terdekat dengan bumi disebut troposfer. Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara akan bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah orang yang ada. Hal yang senada juga diteliti oleh Prasasti et al (2005) mengenai pengaruh kualitas udara dalam ruangan ber AC terhadap gangguan kesehatan dengan hasil adanya gangguan kesehatan terhadap karyawan yang bekerja pada ruangan AC yang udara disekitarnya tercemar.

(42)

Banyaknya truk-truk sampah yang masuk ke lokasi TPAS menyebabkan banyaknya debu di sekitar perumahan penduduk. Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Kecepatan angin Kota Medan rata-rata sebesar 0,42 m/detik. Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi, tapi sedikit aliran udara dapat menjaga mikroorganisme dalam suspensi untuk waktu yang relatif lama. Angin penting dalam penyebaran mikroorganisme karena membawa mereka lebih jauh. Kecepatan angin juga memproduksi turbulensi udara yang menyebabkan distribusi vertikal mikroorganisme udara. Pola cuaca global juga mempengaruhi penyebaran vertikal. Ketinggian membatasi distribusi mikroorganisme di udara. Semakin tinggi dari permukaan bumi, udara semakin kering, radiasi ultraviolet semakin tinggi, dan suhu semakin rendah sampai bagian puncak troposfer. Hanya spora yang dapat bertahan dalam kondisi ini, dengan demikian, mikroorganisme yang masih mampu bertahan pada ketinggian adalah mikroorganisme dalam fase spora dan bentuk-bentuk resisten lainnya (Budiarti, et. al., 2007).

Wikansari, et. al. (2012) mengatakan bahwa pencemaran udara yang

(43)

resiko penularan infeksi. Mikroorganisme dengan jumlah yang banyak lebih memungkinkan untuk terjadinya infeksi (Budiarti et al, 2007).

4.2 Kejadian ISPA di Sekitar TPAS Terjun Medan

Dari hasil studi kejadian ISPA pada masyarakat di sekitar TPAS dengan menggunakan kuisioner terdapat hasil seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4.2. Kejadian ISPA di Sekitar TPAS Terjun Medan

Jarak dari

TPAS (meter) Jumlah Kuisioner

ISPA

Data di atas dapat dilihat bahwa kejadian ISPA ditemukan di seluruh area studi dan banyak dialami oleh masyarakat di sekitar TPAS pada jarak 100 m. Pada jarak 100 m dari sisi kanan dan 100 m dari sisi kiri keseluruhan masyarakat di sekitar itu mengalami ISPA. Semakin jauh dari titik pusat TPAS persentase kejadian ISPA semakin menurun, dan mencapai angka 8% pada jarak 1000 m. Jarak yang sangat dekat dengan TPAS tidak baik untuk kesehatan karena udara yang berada di sekitar TPAS banyak mengandung mikroorganisme melebihi yang direkomendasikan oleh Menteri Kesehatan No.1077/MENKES/PER/V/2011 mengenai udara yang sehat.

(44)

dan lain-lain. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan padat misalnya debu atau terdapat dalam tetesan air (droplet). Jika dalam suatu ruangan banyak terdapat debu, mikroorganisme yang ditemukan di dalamnya juga bermacam-macam (Budiyono, 2001). Safitri dan Keman (2007) menyebutkan kejadian ISPA juga sangat erat hubungannya dengan komponen rumah, sarana sanitasi rumah dan perilaku penghuni. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sulistyoningsih dan Rustandi (2011) bahwa faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA bisa terjadi karena faktor pengetahuan ibu, pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi, status gizi balita dan imunisasi.

4.3 Hubungan Mikroorganisme Udara Dengan Kejadian ISPA

Lokasi jarak yang dekat dengan TPAS sangat memungkinkan untuk terjadinya ISPA. Dari Gambar 4.2. dapat dilihat bahwa, semakin dekat ke TPAS kejadian ISPA semakin tinggi, hal ini kemungkinan karna tingginya populasi mikroorganisme udara di sekitar TPAS Terjun seperti yang dijelaskan sebelumnya. Mikrooganisme udara yang menyebar di daerah sekitarnya dan mengkontaminasi masyarakat. Hasil perhitungan menunjukkan koefisien korelasi 85,7% artinya hubungan antara jarak TPAS dengan kejadian ISPA erat dan

(45)

Gambar 4.2. Persentasi kejadian ISPA berdasarkan Jarak dari TPAS

Variasi yang terjadi terhadap kejadian ISPA sebesar 73,4% disebabkan oleh jarak dari TPAS dan sisanya 26,6% disebabkan oleh faktor lain. Faktor lain tersebut dapat berupa kondisi keadaan lingkungan fisik rumah seperti yang diteliti oleh Sukamawa et al (2006)bahwa keadaan lingkungan fisik rumah yang meliputi ventilasi rumah dan kebersihan rumah, dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ventilasi merupakan proses penyediaan udara segar dan pengeluaran udara kotor secara alamiah. Ventilasi di samping berfungsi sebagai pertukaran udara juga berfungsi sebagai masuknya cahaya atau sinar matahari ke dalam ruangan. Sedangkan kebersihan rumah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan penghuninya. Dengan demikian kebersihan rumah merupakan faktor resiko utama terjadinya ISPA.

(46)

(yang tercemar) masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas, yaitu tenggorokan dan hidung. Dari kejadian tersebut terjadi peradangan yang disertai demam, pembengkakan pada jaringan tertentu hingga berwarna kemerahan, rasa nyeri dan gangguan fungsi karena mikroorganisme di daerah tersebut maka kemungkinan peradangan menjadi parah semakin besar dan cepat. Infeksi dapat menjalar ke paru-paru, dan menyebabkan sesak atau pernapasan terhambat, bila oksigen yang dihirup berkurang, bisa menyebabakan kejang bahkan bila tidak segera ditolong bisa menyebabkan kematian. Penyakit ISPA ditandai dengan tanda-tanda dan gejala seperti demam, batuk, pilek, berhingus, sakit kepala, meriang, sesak nafas, radang tengorokan. Seseorang dikatakan menderita ISPA bila ditemukan tiga (demam, batuk, pilek) dari delapan tanda-tanda dan gejala ISPA (Oktaviani et al,2010). Data menunjukkan bahwa seluruh masyarakat yang menderita ISPA juga mengalami keseluruhan gejala-gejala yang ada (lampiran 8).

4.4 Hasil Identifikasi Mikroorganisme Udara

(47)

Tabel 4.3. Mikroorganisme Udara yang Teridentifikasi Jarak Dari TPAS

(Meter)

Genus yang berpotensi menyebabkan ISPA

Genus yang tidak berpotensi menyebabkan ISPA

(48)

sedangkan mikroorganisme yang tidak berpotensi menyebabkan ISPA terdiri dari Salmonella, Shigella, Escherichia, Vibrio dan Enterobacter. Pada jarak 750 meter dan 1000 meter jumlah genus mikorooganisme udara yang menyebabkan ISPA mengalami penurunan, pada jarak 1000 m dari titik pusat TPAS hanya ditemukan 2 genus bakteri yaitu Streptococcus dan Staphylococcus 2 genus jamur yaitu Aspergilus dan Candida. Berdasarkan dari hasil ini bahwa mikroorganisme udara yang berada di sekitar TPAS Terjun berasal dari TPAS Terjun. Banyaknya jenis

dan jumlah mikroorganisme sangat berpengaruh terhadap kejadiaan ISPA. Pada jarak 750 meter jenis dan jumlah mikroorganisme menurun, hal ini

menyebabkan daya untuk menyebabkan ISPA menjadi berkurang.

(49)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Kualitas udara di sekitar lokasi TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan tidak memenuhi syarat kesehatan disebabkan oleh adanya mikroorganisme sudah di atas batas baku mutu (>700 cfu/m³).

2. Semakin banyak jumlah mikroorganisme di udara kejadian ISPA disekitar TPAS semakin besar.

3. Jarak yang aman bagi masyarakat adalah 750 m dari TPAS.

4. Hasil identifikasi ditemukan bakteri udara yang berpotensi menyebabkan ISPA diantaranya Streptococcus, Staphylococcus, Klebsiella dan Corynebacterium, sedangkan jenis jamur Aspergillus dan Candida. Sedangkan bakteri lain yang tidak berpotensi menyebabkan ISPA diantaranya Salmonella, Shigella, Escherichia, Vibrio dan Enterobacter

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan di atas, maka didapat saran- saran:

(50)

2. Bagi petugas kebersihan agar menjalankan prosedur keselamatan kerja dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku serta menjalankannya dalam melaksanakan tugas.

3. Sebagai masukan bagi pemerintah kota untuk memperbaiki sistim pengelolaan sampah yang ada dengan metode dan teknik pengolahan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2005. Mewaspadai Penyakit Lingkungan, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Arini, D. 2012. Hubungan Pola Pemberian ASI dengan Frekuensi Kejadian Diare dan ISPA Pada Anak. Jurnal Ilmiah keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya. 3(2): 58-66.

Bahrin, D., Anggraini, D dan Pertiwi, M. B. 2011. Pengaruh Jenis Sampah Komposisi Masukan dan Waktu Tinggal Terhadap Komposisi Biogas dari Sampah Organik Pasar di Kota Palembang. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 ISBN:979-587-395-4: 283-293.

Budiarti, Y.L., Noormuthmainah dan Rahmiati. 2007. Jenis Bakteri dan Jamur Kontaminan Udara di Ruang Perawatan Sub Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru. Jurnal Kedokteran. 15(1): 41-48.

Budiyono, A. 2001. Pencemaran Udara Dampak Pencemaran Udara Pada Lingkungan. Berita Dirgantara. 2(1): 21-27.

Ching, P., Harriman, K., Yuguoli., Silva, C.L.P., Seto, W.H dan Wang, T.K.F. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, WHO Jenewa.

Darmasetiawan, M. 2004. Perencanaan Tempat Pembuangan Ahir (TPA) Ekamitra Enginering, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1992. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).Direktorat Jenderal PPM & PLP Jakarta. Dinas Kebersihan Kota Medan. 2010. Laporan Final Studi Kelayakan Lokasi

Tempat Pembuangan Ahir Sampah (TPA), Pemerintah Kota Medan.

______________ 2012. Penyusunan DED Revitalisasi TPA Terjun dan Namo Bintang. Pemerintah Kota Medan.

Dinas Kesehatan Kota Medan. 2011. Laporan Tahunan Pasien Berobat Jalan Puskesmas Terjun. Pemerintah Kota Medan.

(52)

Fitria, L., Wulandari,. R. A., Hermawati, E dan Susanna, D. 2008. Kualitas Udara Dalam Ruang Perpustakaan Universitas “X” Ditinjau dari Kualitas Biologi, Fisika dan Kimia. Makara Kesehatan. 12(2): 76-82.

Hartono, R dan Rahmawati, D.H. 2012. ISPA Gangguan Pernafasan Pada Anak Panduan Bagi Tenaga Kesehatan dan Umum. Nuha Medika, Yokyakarta. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829 Tahun 1999. Tentang Persyaratan

Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman.

______________No: 1077/MENKES/PER/V/2011. Mengenai Udara Yang Sehat. Nandi. 2005. Kajian Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah

Dalam Konteks Tata-Ruang. Jurnal GEA Jurusan Pendidikan Geografi. 5(9):1-7

Nindya, T.S dan Sulistyorini, L. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Anak Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2(1): 43-52.

Nurmaini, S.C.I. 2005. Faktor-Faktor Kesehatan Lingkungan Perumahan Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Pada Balita di Perumahan Nasional (Perumnas) Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Majalah Kedokteran Nusantara. 38(3): 230-234.

Oktaviani, D,. Fajar, N. A dan Purba, I, G,. 2010. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Perilaku Keluarga Terhadap Kejadian ISPA Pada Balita di Kelurahan Cambai Kota Prabunulih Tahun 2010. Jurnal Pembangunan Manusia. 4(12): 1-15

Pemerintah Kota Medan. 2011. Laporan Kependudukan Desa Terjun, Pemerintah Kota Medan.

Prasasti, C.I., Mukono, J dan Sudarmaji. 2005. Pengaruh Kualitas Udara Dalam Ruangan Ber-AC Terhadap Gangguan Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 1(2): 160-169.

Safitri, A.D dan Keman, S. 2007. Hubungan Tingkat Kesehatan Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita di Desa Labuhan kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 3(2): 139-150 Santoso, I.N. 1989. Bakteriologi Klinik, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

(53)

Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Soemirat, J. 1994. Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Standart Nasional Indonesia Nomor 03-3241-1994, Mengenai Tempat Pembuangan Akhir Sampah.

Suharsimi, A. 2005. Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Sukamawa, A. A. A., Keman, S dan Sulistyorini, L. 2006, Determinan Sanitasi Rumah dan Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kejadian ISPA Pada Anak Balita Serta Managemen Penanggulangannya di Puskesmas, Jurnal Kesehatan Lingkungan. 3(1): 49-58.

Sulistyorini, L. 2005. Pengelolaan Sampah Dengan Cara Menjadikan Kompos, Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2(1): 77-84.

Sulistyoningsih, H dan Rustandi, R. 2011, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas DTP Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010, Jurnal FKM-UNSIL ISBN 978-602-96943-1-4: 154-159.

Syafalni dan Satrio. 2007. Studi Air Tanah di Sekitar Tempat Pembuangan Ahir Sampah Bantar Gebang Bekasi Jawa Barat, Jurnal Purifikasi. 8(2): 109-114. Tamod, E.Z. 2008. Karakteristik Mutu Udara di Pusat dan Sekitar TPA

Sumompo, Jurnal Formas. 2(1): 94-97.

Wikansari, N., Hestiningsih, R., dan Raharjo, B. 2012. Pemeriksaan Total Kuman Udara dan Stapylococcus aureus di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X Kota Semarang, Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1(2): 384-392.

Yusup, A.N dan Sulistyorini, L. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah Secara Fisik Dengan Kejadian ISPA Pada Balita, Jurnal Kesehatan Lingkungan UNAIR. 1(2): 110-119.

(54)
(55)

Lampiran 2. Peta titik Pengambilan Sampel

Batas TPAS Kantor TPAS Pemukiman

(56)

Lampiran 3. Foto-Foto Penelitian

Alat Saat Pengambilan Sampel

Mikroorganisme Pada Media PCA

(57)

Lampiran 4. Penyebaran Jumlah Kuisioner dan Kejadian ISPA Jarak dari TPAS Jumlah Kuisioner ISPA

Jumlah %

0 m/titik utama 0 0 0

100 m/sisi kanan 9 9 100

100m/sisi kiri 12 12 100

250 m/sisi kanan 25 16 64

250 m/sisi kiri 25 17 68

500 m/sisi kanan 25 9 36

500 m /sisi kiri 25 7 28

750 m/sisi kanan 25 4 16

750 m/sisi kiri 25 5 20

1000 m/sisi kanan 25 2 8

(58)
(59)

Lampiran 6. Kuisioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA POPULASI MIKROORGANISME UDARA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERJUN Karakteristik Responden

6. Jumlah Anggota Keluarga : 7. Jarak Rumah ke TPAS :

Isilah daftar kuisioner dengan memberi tanda () pada jawaban yang sesuai

1. Apakah anda / keluarga anda sering mengalami demam. ฀ Ya

฀ Tidak

2. Apakah anda / keluarga anda sering mengalami batuk. ฀ Ya

฀ Tidak

3. Apakah anda / keluarga anda sering mengalami pilek ฀ Ya

฀ Tidak

4. Apakah anda / keluarga anda sering mengalami hidung berhingus ฀ Ya

฀ Tidak

5. Apakah anda / keluarga anda sering mengalami sakit kepala ฀ Ya

฀ Tidak

6. Apakah anda / keluarga anda sering mengalami badan meriang ฀ Ya

฀ Tidak

7. Apakah anda / keluarga anda sering mengalami sesak nafas ฀ Ya

฀ Tidak

8. Apakah anda / keluarga anda sering mengalami radang tenggorokan ฀ Ya

(60)
(61)

Lampiran 7. Hasil Korelasi dan Regresi

Koefisien Korelasi (R) % Koefisien Determinasi (r Square) %

94,4 89,1

Hasil Korelasi dan Regresi Antara Jarak TPAS Dengan Kejadian ISPA

Koefisien Korelasi (R) % Koefisien Determinasi (r Square) %

85,7 73,4

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Regression

Model Summary

.944a .891 .863 143.906

Model

675497.3 1 675497.264 32.619 .005a

82836.070 4 20709.017

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), JMLHMIKR

-.426 .075 -.944 -5.711 .005

(Constant)

.857a .734 .646 217.334

(62)
(63)

Lampiran 8. Data Hasil Gejala ISPA yang Dialami (Kuisioner)

Jarak dari TPAS (meter) / Jumlah kuisioner

Gejala ISPA yang Dialami (orang) / %

Demam Batuk Pilek Berhingus Sakit Kepala Meriang Sesak Nafas Radang Tenggorokan

100/21 21/100 21/100 21/100 21/100 21/100 21/100 21/100 21/100

250/50 33/66 33/66 33/66 33/66 33/66 33/66 33/66 33/66

500/50 16/32 16/32 16/32 16/32 16/32 16/32 16/32 16/32

750/50 9/18 9/18 9/18 9/18 9/18 9/18 9/18 9/18

(64)

Lampiran 9. Hasil Identifikasi Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Kuman Tumbuh pada Media

MCA NA Agar Darah Endo Agar SS Agar TCBS Agar TSIA Simon

Citrat

SIM

Streptococcus Bulat, putih

kekreman,

Klebsiella Merah muda/ merah

bata

Corynebacterium Putih

dengan

(65)

smooth

Keterangan: MCA (Mac Conkay Agar) NA (Nutrient Agar)

Gambar

Tabel 2.1.  Data Mengenai Kondisi TPA  (Sumber: Dinas Kebersihan Kota      Medan, 2012)
Tabel 4.1. Jumlah Mikroorganisme Udara Berdasarkan Jarak dari TPAS
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Jarak dari TPAS Terhadap Jumlah
Tabel 4.2. Kejadian ISPA di Sekitar TPAS Terjun Medan
+3

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan dengan menggunakan software design expert yang mana data tersebut menunjukan pembatasan untuk optimasi parameter kondisi pemotongan dengan. nilai v, f, a,

Pada Gambar 4 terlihat bahwa pengaruh inokulan alami terhadap rata-rata pertambahan cabang baru semakin meningkat dengan bertambahnya dosis inokulan dari P0 sampai

Jurusan Teknik Informatika Universitas Kristen Petra melakukan proses pemeriksaan persyaratan kelulusan yudisium dengan memeriksa transkrip nilai mahasiswa sesuai

Akan tetapi apabila jumlah stasiun hujan yang telah ada ternyata lebih besar dibandingkan dengan jumlah stasiun yang dituntut berdasarkan cara Kagan, maka stasiun-

Secara statistik faktor lama waktu inkubasi dan jumlah sobekan tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar badan buah jamur tiram dan jamur kuping (Tabel 2).. Hal ini berarti

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Enita di RSUD Sragen dengan jumlah 60 responden didapatkan hasil bahwa sistem penghargaan

Menurut saya kinerja salesman Toko Besi Cahaya Baru saat ini belum cukup efektif dan efisien apabila dilihat dari aspek jarak tempuh ke setiap pelanggan bila dibandingkan

Pilih rekening sumber yang akan di debet untuk transfer pada kolom Rekening dari.. Pilih tipe transfer pada kolom Alias penerima/