• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Suku Bunga deposito dan Nilai Kurs Terhadap Permintaan SUN oleh Investor Asing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor Suku Bunga deposito dan Nilai Kurs Terhadap Permintaan SUN oleh Investor Asing"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

(2)

November 20.306 6.56 9170

Desember 17.408 6.35 9068

Lampiran 2

Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga Deposito dan Nilai Kurs Terhadap Permintaan SUN oleh Investor Asing

Dependent Variable: LSUN

Method: Least Squares

Date: 03/29/12 Time: 18:46

Sample: 2009M01 2011M12

Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -36.98385 8.911756 -4.150007 0.0002

LDEPOSITO -1.785064 0.733110 -2.434920 0.0205

LKURS 4.726280 1.116596 4.232757 0.0002

R-squared 0.474053 Mean dependent var 2.709420

Adjusted R-squared 0.442177 S.D. dependent var 0.315464

S.E. of regression 0.235612 Akaike info criterion 0.026394

Sum squared resid 1.831929 Schwarz criterion 0.158354

Log likelihood 2.524906 F-statistic 14.87198

Durbin-Watson stat 0.724865 Prob(F-statistic) 0.000025

(3)

Lampiran 3

Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga Deposito Terhadap Nilai Kurs

Dependent Variable: LDEPOSITO Method: Least Squares

Date: 04/12/12 Time: 10:26 Sample: 2009M01 2011M12 Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -10.70929 0.986406 -10.85688 0.0000 LKURS 1.387180 0.107860 12.86087 0.0000

R-squared 0.829490 Mean dependent var 1.976197 Adjusted R-squared 0.824475 S.D. dependent var 0.131559 S.E. of regression 0.055117 Akaike info criterion -2.904749 Sum squared resid 0.103290 Schwarz criterion -2.816776 Log likelihood 54.28548 F-statistic 165.4021 Durbin-Watson stat 0.514216 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 4

Hasil Estimasi Nilai Kurs Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Dependent Variable: LKURS

Method: Least Squares Date: 04/12/12 Time: 10:25 Sample: 2009M01 2011M12 Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.963101 0.092081 86.47896 0.0000 LDEPOSITO 0.597969 0.046495 12.86087 0.0000

(4)

Durbin-Watson stat 0.539401 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 5

(5)
(6)

Lampiran 6

Hasil Estimasi Nilai Kurs dan Inflasi Terhadap Permintaan SUN oleh Investor Asing

Dependent Variable: LSUN Method: Least Squares Date: 04/10/12 Time: 20:44 Sample: 2009M01 2011M12 Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -19.62552 3.926332 -4.998437 0.0000 LKURS 2.504468 0.431885 5.798929 0.0000 LINFLASI -0.361069 0.101628 -3.552854 0.0012

R-squared 0.551222 Mean dependent var 2.709420 Adjusted R-squared 0.524023 S.D. dependent var 0.315464 S.E. of regression 0.217642 Akaike info criterion -0.132278 Sum squared resid 1.563142 Schwarz criterion -0.000318 Log likelihood 5.380997 F-statistic 20.26649 Durbin-Watson stat 0.883578 Prob(F-statistic) 0.000002

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Aris, Ahmad. 2012. SURAT UTANG: Sukuk Indonesia Laris Manis. 2012)

Berlianta, Heli Charisma, 2004. Mengenal Valuta Asing, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin, 2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.

GATRA, Majalah Berita Mingguan, 1998. Upaya Memperkuat Rupiah. PT Gramedia, Jakarta.

Kartini, Dupla dan Djumyati Partawidjaja. Lari Rupiah Kembali Tersandung Krisis.

(27 Mar.

2012)

Kasmir, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi 2008, Rajawali Pers, Jakarta.

Kretarto, Agus, 2001. INVESTOR RELATIONS: Pemasaran dan Komunikasi Keuangan Perusahaan Berbasis Kepatuhan. Grafiti Pers, Jakarta.

Lubis, Prof. Dr. Ade Fatma, 2008. Pasar Modal: Sebuah Pendekatan Pasar Modal Terintegrasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Manurung, Jonni dan Adler Haymans Manurung, 2009. Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter, Salemba Empat, Jakarta.

Ming, The Fei, 2001. Day Trading Valuta Asing: Analisis Fundamental dan Teknikal Teori dan Aplikasi, PT Gramedia, Jakarta.

Mishkin, Frederic S. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.

(8)

Nopirin, 2007. Ekonomi Moneter, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta.

Pratomo, Wahyo Ario dan Paidi Hidayat, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews Dalam Ekonometrika, USU Press, Medan.

Salim dan Budi Sutrisni, 2008. Hukum Investasi di Indonesia, Edisi Pertama, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sembiring, Dr. Sentosa, 2010. Hukum Investasi: Pembahasan Dilengkapi dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Edisi Revisi, Nuansa Aulia, Bandung.

Sidabariba, Chandra Dion. 2008.

Sihombing, DR. Jonker, 2008. Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara Di Pasar Modal, PT. Alumni, Bandung.

Silitonga, Linda T. 2011. Hatta: SUN Kita Bagus!

Widoatmodjo, Sawidji, 2009. Pasar Modal Indonesia: Pengantar & Studi Kasus, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan.

Yasinta. 2008. Investasi Asi(07 Mar. 2012)

________________/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian+Indo

nesia/lpi_2010.htm Bauran Kebijakan Bank Indonesia Di tengah Derasnya Aliran Masuk Modal Asing (04 Des. 2011)

(9)

(27

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah-langkah sistematik atau prosedur yang

dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan

permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian ilmiah yang

sistematis terhadap bagian-bagian da

penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data dari Bank Indonesia cabang

Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan November 2011 – April 2012.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan asing terhadap SUN dengan menggunakan variabel tingkat

suku bunga deposito, dan nilai kurs yaitu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika

Serikat.

(11)

3.4 Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dari variabel yang digunakan

pada penelitian ini, maka berikut ini dijelaskan batasan operasional sebagai berikut:

a. Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga dalam bentuk surat

pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

b. Tingkat suku bunga deposito adalah tingkat keuntungan yang diperoleh

pemodal investasi dalam bentuk simpanan deposito dari pihak bank umum di

Indonesia dalam jangka waktu tertentu.

c. Nilai kurs adalah harga mata uang Indonesia terhadap harga mata uang asing.

Dalam penelitian ini menggunakan perbandingan nilai rupiah dengan dollar

Amerika Serikat.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

a. Surat Utang Negara (SUN) diukur dalam satuan Miliar Rupiah.

b. Suku bunga deposito diukur dalam satuan persen (%).

c. Nilai kurs diukur dalam satuan Rupiah.

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk

data berkala atau time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk

angka-angka selama kurun waktu 3 tahun (2009-2011). Sumber data diperoleh dari data Bank

Indonesia cabang Medan, serta bahan-bahan kepustakaan berupa bacaan yang

berhubungan dengan penelitian, website, artikel, dan jurnal-jurnal.

(12)

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

metode studi kepustakaan (Library Research). Library Research adalah penelitian yang

dilakukan menggunakan bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah seperti

artikel atau jurnal-jurnal ilmiah serta laporan-laporan penelitian ilmiah yang berkaitan

dengan topik yang sedang diteliti. Sumber data diperoleh dari data Bank Indonesia

cabang Medan, serta bahan-bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan

dengan penelitian, website, artikel, dan jurnal-jurnal.

3.8 Teknik Analisis Data

Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model ekonometrika. Model

analisis data yang digunakan adalah kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square).

Model persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = f(X1, X2)...(1)

Dengan spesifikasi model sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + µ...(2)

Kemudian ditransformasikan ke dalam model persamaan logaritma berganda

sebagai berikut:

Y = α + β1LogX1 + β2LogX2 + µ...(3)

Dimana:

(13)

Secara sistematis bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:

∂Y

∂X1 < 0, artinya jika kenaikan pada X1 (suku bunga deposito), maka Y (Permintaan

asing terhadap SUN) menurun, ceteris paribus.

∂Y

∂X2 > 0, artinya jika kenaikan pada X2 (nilai kurs), maka Y (Permintaan asing

terhadap SUN) meningkat, ceteris paribus.

3.8.1 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 3.8.1.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel

independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel

independen. Dimana nilai R2 antara 0 sampai 1 (0 < R2 ≤ 1).

3.8.1.2 Uji F-Statistik

Pengujian ini bertujuan untuk mnegetahui apakah variabel independen mampu

secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen.

Dalam pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 = 0, artinya variabel independen secara simultan tidak

berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan

(14)

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F-hitung = R2/ (�−1)

(1−R2)/ (n−�)

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi

k = jumlah variabel independen

n = jumlah sampel

Gambar 3.1 Uji F-statistik

3.8.1.3 Uji t-Statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel

dependen, dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini

digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : bi = 0, artinya suatu variabel independen yang diuji tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen.

0

Penerimaan H0

Ha diterima

(15)

0

H0 diterima Ha diterima

Ha diterima

Ha: bi ≠ 0, artinya suatu variabel independen yang diuji berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

t∗ = (��−�) ���

Dimana:

b1 = koefisien variabel ke-i b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

Gambar 3.2 Uji t- statistik

3.8.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.8.2.1 Uji Normalitas

Asumsi dalam Ordinary Least Square adalah nilai rata-rata dari faktor

pengganggu (µ) adalah nol. Untuk menguji apakah normal atau tidaknya faktor

pengganggu, maka perlu dilakukan uji Normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera

Test (J-B test).

(16)

Multikolinearitas adalah uji untuk mengetahui apakah ada hubungan diantara

variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai R2 yang sangat tinggi, nilai

F-statistik yang signifikan tetapi uji t-F-statistik tidak signifikan, dan standar error yang

tidak terhingga. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara

variabel independen dari suatu model estimasi.

3.8.2.3 Autokorelasi (Serial Correlation)

Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan variabel-variabel dari serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series

Untuk menguji apakah hasil estimasi tidak mengandung autokorelasi, maka

digunakan Uji Durbin-Watson (DW), dimana ditentukan terlebih dahulu besarnya nilai

kritis dari du dan dl berdasarkan jumlah pengamatan dari variabel independennya. ).

Autokorelasi dapat terjadi bila nilai variabel masa lalu memiliki pengaruh terhadap nilai

variabel masa kini atau masa datang.

d = Σ(e�−e�−1)2 Σei

Dimana:

d = nilai Durbin Watson

Σei = jumlah kuadrat sisa

Hipotesis:

Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi

Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan kriteria sebagai berikut:

(17)

1.Jika DW < dl, berarti terdapat autokorelasi positif

2.Jika DW > (4 – dl), berarti terdapat autokorelasi negatif

3.Jika du < DW < (4 – dl), berarti tidak terdapat autokorelasi

4.Jika dl < DW < du atau (4 – du), berarti tidak dapat disimpulkan

(18)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Ekonomi Indonesia Secara Umum

Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III 2008 mulai melambat menjadi 6,1%

seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. Cadangan Devisa Indonesia sempat

mencapai posisi tertinggi sepanjang sejarah pada Februari 2008 yaitu 67,1 miliar US$.

Cadangan devisa per 28 November 2008 sebesar 50,18 miliar US$, turun sebagai akibat

intervensi Bank Indonesia terhadap rupiah di pasar. Investasi sebagai salah satu pemacu

pertumbuhan ekonomi masih didominasi investor-investor asing. Hal ini terlihat sangat

bergantungnya Indonesia pada aliran dana panas (hot money) dari investor asing, baik di

pasar saham, SBI maupun SUN. Angka penanaman modal asing hingga November

2008 menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar 40,38% bila dibandingkan

tahun 2007, sedangkan penanaman modal dalam negeri merosot tajam (51 persen).

Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2009 dinilai lambat sehingga memicu

pemerintah melakukan perubahan asumsi makro ekonomi pada tahun tersebut.

Pemerintah merombak berbagai asumsi makro ekonomi 2009 menyusul semakin

memburuknya perkembangan ekonomi global. Usulan perubahan asumsi pertumbuhan

ekonomi sebesar 5,5 – 6,1 persen dari kesepakatan semula sebesar 6,3 persen, untuk

nilai tukar diusulkan Rp 9.500 per Dolar AS dari Rp 9.150, inflasi 7,0 persen dari 6,2

persen, suku bunga SBI 3 bulan jadi 8,5 persen dari 8,0 persen, dan harga minyak

Indonesia 85 dolar dari 95 Dolar AS per barel. Pertumbuhan ekonomi 2009 yang

ditetapkan pemerintah antara 5,5-6,1 persen turun dari patokan sebelumnya 6,3 persen

(19)

cukup realistis dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat. Pada

tahun 2009 pertumbuhan industri hanya mencapai 1,4 persen dan investasi hanya 3,4

persen. Angka itu menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dari angka

pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 4,0 hingga 4,5 persen pada 2009.

Berdasarkan data yang ada, total dana asing di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sampai

akhir November 2009 mencapai 5,29 miliar Dolar AS dan di Surat Utang Negara (SUN)

sebesar 10,95 miliar Dolar AS. Kenaikan dana asing baik di SBI maupun SUN tidak

terlepas karena BI Rate tetap bertahan di level 6,5 persen. Pada saat suku bunga acuan

bank sentral Amerika Serikat (AS) rendah, arus masuk dana asing berjangka pendek ke

Indonesia meningkat.

Memasuki tahun 2010 pemerintah menilai perekonomian makro Indonesia

cenderung membaik dibandingkan dengan negara-negara kawasan Asia lainnya.

Perkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I sebesar 5,7 persen dan proyeksi kuartal II

5,9 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong dari realisasi investasi dan kinerja

ekspor. Ekspor di bulan April mencapai 12,1 miliar dolar AS atau naik 42,6% dibanding

tahun 2009. Kinerja IHSG serta nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat.

Sampai 10 Juni, Rupiah mengalami apresiasi sebesar 1,71 persen terhadap Dolar AS,

dimana mata uang Singapura mengalami depresiasi 0,03 persen, Thailand apresiasi 2,72

persen, Malaysia apresiasi 3,62 persen. Sampai 15 Juni, IHSG menguat hingga 11,7

persen, lebih besar dibanding pertumbuhan bursa Jepang yang minus 7,2 persen,

Hongkong minus 8,3 persen, dan Korea minus 0,4 persen. Pada bulan Mei terdapat

(20)

bulan Juni terdapat capital inflow (arus modal masuk) Rp 2,36 triliun. Untuk SUN

(Surat Utang Negara), pada bulan Mei terjadi outflow sebesar Rp 4,04 triliun, sampai 15

Juni capital inflow sebesar Rp 5,23 triliun. Inflasi juga terhitung relatif rendah yakni

1,44 persen sampai bulan Mei 2010, dan secara tahunan sebesar 4,16 persen serta secara

month to month

Menapaki kuartal terakhir 2010 terdapat hawa optimis yang berhembus dalam

ruang perekonomian Indonesia. Financial Times (12/08/2010) mengatakan,

perekonomian Indonesia merupakan macan yang tengah terbangun. Pertumbuhan

ekonomi pada tahun 2011 ditargetkan mencapai 6 persen. Mempertimbangkan kondisi

makro ekonomi selama tahun 2010, baik di Indonesia maupun global membuat kondisi

makro ekonomi Indonesia selama 2011 secara umum akan relatif kuat dengan

kecenderungan menguat. 0,29 persen.

4.2 Perkembangan Permintaan SUN di Indonesia

Aliran masuk portofolio masih merupakan kekuatan pendorong yang dominan

dari surplus neraca keuangan dan permodalan Indonesia. Dari data kepemilikan pihak

asing atas SUN oleh Bank Indonesia menunjukkan adanya tendensi peningkatan dari

tahun ke tahun. Pada akhir tahun 2003, kepemilikan asing pada SUN tercatat Rp 6,06

triliun atau 1,6% dari total surat utang negara yang beredar. Pada akhir tahun 2006

porsi kepemilikan investor asing menignkat menjadi Rp 54,92 triliun atau 13,11% dari

surat utang negara yang beredar, dan pada akhir bulan Oktober 2007 meningkat menjadi

Rp 80,89 triliun atau 17,12% dari jumlah surat utang negara yang beredar. Hal ini

memiliki makna bahwa investasi asing pada SUN di pasar modal dapat menjadi salah

(21)

satu alternatif untuk membiayai pembangunan ekonomi nasional. Bersama-sama

dengan dana yang didapatkan pemerintah dari sumber-sumber lainnya, dana dari

investor asing dengan cara membeli surat utang negara di pasar modal tersebut

digunakan untuk membiayai defisit APBN. Sebagian besar APBN dialokasikan untuk

membiayai pembangunan ekonomi, sehingga secara langsung maupun tidak langsung

investasi asing pada SUN berfungsi untuk pembiayaan pembangunan ekonomi.

Tabel 4.1

Surat Utang Negara yang Dimiliki oleh Asing Januari 2009 – Desember 2011 (Miliar Rp)

Tahun Bulan SUN yang

Februari 19.434 Februari 10.110

Maret 22.217 Maret 10.273

April 23.718 April 8.452

Mei 22.396 Mei 9.306

Juni 19.219 Juni 9.38

Juli 18.606 Juli 7.775

Agustus 19.620 Agustus 13.967

September 18.634 September 24.877

Oktober 16.994 Oktober 19.888

November 17.219 November 20.306

Desember 17.045 Desember 17.408

2010

(22)

Gambar 4.1

Perkembangan permintaan SUN oleh investor asing

Sepanjang 2009, kepemilikan asing di SUN jauh lebih rendah dibandingkan

tahun sebelumnya. Permintaan SUN oleh investor asing mengalami fluktuasi tiap

bulannya selama tiga tahun (2009-2011). Kepemilikan SUN oleh investor asing pada

bulan Januari 2009 sebesar Rp 16,385 miliar dan pada Desember 2011 menjadi Rp

16,557 miliar. Kepemilikan tertinggi selama tiga tahun terakhir terjadi pada bulan

September 2011, dan terendah terjadi pada bulan Juli 2011. Surat Utang Negara

diyakini didominasi kalangan asing pada tahun 2011 karena kian terbukanya sikap

pemerintah terhadap investor asing. Meningkatnya porsi kepemilikan asing tersebut

tidak terlepas dari fundamental ekonomi indonesia yang terus membaik. Tingginya

minat asing pada obligasi Indonesia juga tidak terlepas dari menariknya yield yang

(23)

Namun memasuki Nopember 2010, dana asing yang ada di Surat Utang Negara

mulai berkurang. Dana-dana asing juga mulai keluar dari instrumen Sertifikat Bank

Indonesia (SBI). Pada periode pertengahan Nopember hot money yang keluar dari SBI

mencapai Rp 8,1 triliun. Keluarnya dana asing dari SUN itu dinilai bukan merupakan

gejala penarikan uang asing yang tiba-tiba (sudden reversal

4.3 Perkembangan Suku Bunga Deposito

), melainkan dinamika biasa

yang terjadi di pasar obligasi karena harga SUN meningkat tajam.

Tingkat suku bunga adalah refleksi situasi sistem moneter, kebijaksanaan, dan

berkaitan dengan sistem ekonomi secara menyeluruh, baik domestik maupun

internasional. Tinggi tingkat suku bunga pinjaman, termasuk tingkat suku bunga

deposito, adalah refleksi langsung dari keadaan lapangan. Ada beberapa hal yang

menyebabkan tingkat suku bunga tinggi di Indonesia, antara lain kondisi historis,

dinamika, dan kreasi kebijaksanaan di sektor moneter yang akhirnya membawa situasi

moneter seperti sekarang. Tingkat suku bunga deposito, sebagai refleksi persaingan

perburuan dana di mayarakat, menetukan secara langsung tiap-tiap bank untuk

menentukan tingkat suku bunga pinjaman.

Bank Indonesia (BI) selama tahun 2009 menetapkan kebijakan moneter yang

longgar sejalan dengan penurunan inflasi dan direspons positif oleh perbankan dengan

menurunkan suku bunga deposito ataupun pasar uang antar bank.

Sejak Januari hingga

November 2009, penurunan BI Rate sebesar 275 basis poin telah direspons oleh

penurunan suku bunga deposito 1 bulan yang mencapai 359 basis poin. Penurunan suku

(24)

sebelumnya yaitu tahun 2006-2007 hanya 226 basis poin dalam kurun waktu yang

sama. Saat pemberhentian penurunan BI Rate pada September hingga Desember 2009,

penurunan suku bunga deposito juga masih berlangsung, meskipun dengan besaran

yang lebih rendah. Sementara itu, suku bunga deposito di tenor lain khususnya di atas 6

bulan tercatat menurun sangat lambat.Hingga pertengahan tahun 2010, lebar koridor

suku bunga merupakan lanjutan kebijakan pada tahun 2009 sebagai respons terhadap

krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008.

Seperti yang telah diketahui bahwa sejak pertengahan Oktober 2010 aliran

modal asing semakin deras yang mengakibatkan pergerakan suku bunga pasar uang

cenderung mendekati level deposit facility. Penerapan kebijakan koridor suku bunga

dilengkapi dengan penggunaan instrumen moneter yang meliputi term deposit dan repo

serta reverse repo SUN. Di tengah kondisi ekses likuiditas perbankan serta tekanan

suku bunga pasar uang yang cenderung bergerak ke bawah, Bank Indonesia

mengaktifkan penggunaan term deposit khususnya dengan tenor kurang dari 3 bulan

untuk menjaga level suku bunga pasar uang tetap berada di sekitar BI Rate. Instrumen

term deposit merupakan penempatan dana rupiah milik perbankan secara berjangka di

Bank Indonesia.

(25)

Perkembangan suku bunga deposito setiap bulan selama tiga tahun (2009-2011)

dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.2

Perkembangan Suku Bunga Deposito di Indonesia Januari 2009 - Desember 2011

Tahun Bulan Suku Bunga

September 7.43 September 6.83

Oktober 7.38 Oktober 6.75

Sumber: Bank Indonesia Cabang Medan. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Beberapa Tahun Penerbitan

Dilihat dari data di atas, fluktuasi suku bunga deposito setiap bulannya cukup

stabil, tidak terlalu bergejolak. Pada tahun 2009 suku bunga deposito masih cenderung

tinggi, namun memasuki tahun 2010 sampai tahun 2011 pergerakan suku bunga

(26)
(27)

4.4 Perkembangan Nilai Kurs di Indonesia

Dalam perkembangannya selama Orde Baru, perekonomian Indonesia terbukti

memiliki daya tahan yang kuat. Berbagai analisis ekonomi menunjukkan ketangguhan

ekonomi tercapai berkat kebijaksanaan yang tepat selama Orde Baru, terutama sejak

proses deregulasi dan reformasi ekonomi dilancarkan pada awal tahun 1980-an.

Berbagai kebijaksanaan ekonomi itu telah memperkuat fundamental ekonomi, sehingga

kinerja ekonomi Indonesia cukup lumayan. Banyak analis internasional memuji kinerja

ekonomi Indonesia tersebut. Di antaranya laporan Bank Dunia, yang memasukkan

Indonesia sebagai salah satu East Asian Miracles.

Pada akhir tahun 2009 banyak utang yang jatuh tempo sehingga membuat rupiah

cenderung melemah. Namun pada saat itu situasi dalam keadaan abnormal karena data

ekonomi Amerika Serikat yang membaik tetapi mata uang Dolar melemah terhadap

mata uang asing lain.

Prediksi nilai tukar rupiah tahun 2011 lebih bagus dibandingkan dengan asumsi

nilai tukar dalam APBN 2011 yang sebesar 9.300 per Dolar AS. Namun demikian,

terdapat beberapa potensi yang membuat nilai tukar ini melemah jauh dari 9.000 per

Dolar. Pertama, pemulihan ekonomi global, terutama di Amerika Serikat dan

negara-negara Uni Eropa akan menyebabkan dana yang ada di negera berkembang, termasuk di

Indonesia akan kembali masuk ke negara-negara maju tersebut. Kedua, hedging yang

dilakukan oleh beberapa pemain hedge fund besar berpotensi menyebabkan terjadinya

(28)

Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS sepanjang tahun 2009 sampai

2011 dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 4.3

Nilai Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Januari 2009 – Desember 2011 (Rupiah)

Tahun Bulan Nilai Kurs

Februari 11980 Februari 8823

Maret 11575 Maret 8709

September 9681 September 8823

Oktober 9545 Oktober 8835

November 9480 November 9170

Desember 9400 Desember 9068

2010

Sumber: Bank Indonesia Cabang Medan. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia Beberapa Tahun Penerbitan

(29)

Gambar 4.2

Perkembangan Nilai Kurs di Indonesia

Memasuki tahun 2010 nilai tukar Rupiah menguat terhadap Dolar dari Rp 9.400

pada akhir tahun 2009 menjadi Rp 9.365 di awal tahun tersebut. Pada semester pertama

2011 nilai Rupiah hanya sempat melemah ke Rp 9.073, lalu terus bergerak menguat ke

level Rp 8.500-Rp 8.600. Memasuki kuartal ketiga tahun 2011 nilai rupiah terhadap

Dolar semakin kuat. Bulan September, rupiah kembali melemah, bahkan pada bulan

Nopember mencapai level Rp 9.170. Pergerakan Rupiah dapat terjadi seperti ini karena

fundamental ekonomi, dan sejatinya fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat untuk

(30)

4.5 Analisis Data

Analisis regresi merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan

antar variabel. Untuk menganalisis permintaan SUN oleh investor asing, suku bunga

deposito, dan nilai kurs digunakan analisis logaritma berganda, dimana jumlah

permintaan SUN oleh investor asing pada periode tahun 2009-2011 merupakan variabel

terikat (dependent variabel). Sedangkan variabel bebas (independent variabel) adalah

suku bunga deposito dan nilai kurs pada periode tahun 2009-2011.

Model estimasi persamaannya adalah sebagai berikut:

Log Y = α + β���� + β���� + µ

Dimana:

Y = Permintaan Asing terhadap SUN (Miliar Rupiah) α = Intercept / Konstanta

β1 β2 = Koefisien arah regresi

X1 = Tingkat suku bunga deposito (%)

X2 = Nilai kurs (Rupiah)

µ = Term of Error

Seberapa besar tingkat pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran

akan dijelaskan dalam perhitungan dan pengujian terhadap masing-masing koefisien

regresi, yaitu uji t-statistik, uji F-statistik, dan uji DW yang diperoleh dengan

menggunakan alat bantu komputer.

(31)

Berdasarkan data yang telah diperoleh dan diolah dengan menggunakan program

Eviews 5.1 dapat dilihat hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.4

Hasil Estimasi Tingkat Suku Bunga Deposito (), dan Nilai Kurs () Terhadap Permintaan SUN oleh Investor Asing

LogSUN= -36.98385 – 1.785064LogDeposito + 4.726280LogKurs

Std. Error (8.912) (0.733) (1.117)

t- statistik (-4.15) (-2.435)** (4.233)***

R2 = 0.474

Adjusted R2 = 0.442

DW- statistik = 0.725

F- statistik = 14.872

Prob. Statistik = 0.000

Keterangan:

(**) : signifikan pada α = 5% (***) : signifikan pada α = 1%

4.5.1 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 4.5.1.1 Koefisien Determinasi (��)

Dari tabel regresi di atas diperoleh koefisien determinas (R2) sebesar 0.474 atau

47,4%. Artinya variabel suku bunga deposito dan kurs secara bersama menjelaskan

permintaan SUN oleh investor asing sebesar 47,4% sedangkan sisanya 52,6% dijelaskan

(32)

4.5.1.2 Uji F- statistik

Uji F- statistik ini ditujukan untuk mengetahui apakah variabel suku bunga

deposito dan nilai kurs dapat secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan

permintaan SUN oleh investor asing.

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai F- hitung > F- tabel (14.872 > 5.390),

dengan demikian H0 ditolak. Artinya, suku bunga deposito dan kurs secara

bersama-sama berpengaruh nyata pada peningkatan permintaan SUN oleh investor asing dengan

tingkat kepercayaan 99%.

Gambar 4.3 Uji F- statistik 4.5.1.3 Uji t- statistik

Berdasarkan hasil estimasi yang telah diperoleh, dapat diinterpretasikan hasil

model metode penelitian sebagai berikut:

a. Tingkat suku bunga deposito (X1)

Tingkat suku bunga deposito (X1) berpengaruh negatif terhadap permintaan

SUN oleh investor asing dengan koefisien -1.79. Artinya, setiap kenaikan suku bunga

0 Ftabel=5,390

Penerimaan H0

Ha diterima

Fhitung= 14,872

(33)

deposito sebasar 1 persen akan menurunkan permintaan asing terhadap SUN sebesar

1,79 miliar Rupiah.

Dari analisis regresi diperoleh t- hitung = -2.435

α = 5%, df = n – k – 1 = 36 – 2 – 1

df = 33

maka t- tabel = -2.042

Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa suku bunga deposito signifikan

pada α = 5% dengan t- hitung < t- tabel ( -2.435 < -2.042 ). Dengan demikian Ho

ditolak, Ha diterima, yang artinya variabel suku bunga deposito (X1) berpengaruh

signifikan terhadap perkembangan variabel (Y) permintaan asing terhadap SUN di

Indonesia dengan tingkat kepercayaan 95%.

-2,435

Gambar 4.4

Uji t- statistik pada suku bunga deposito

Hal ini juga sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa apabila terjadi

kenaikan pada suku bunga deposito, maka permintaan SUN oleh investor asing akan

menurun, ceteris paribus.

b. Nilai Kurs

0

H0 diterima Ha diterima

Ha diterima

(34)

0

H0 diterima Ha diterima

Ha diterima

2,750 -2,750

Nilai kurs (X2) berpengaruh positif terhadap perkembangan permintaan SUN

oleh investor asing dengan koefisien sebesar 4.726. artinya, setiap kenaikan nilai kurs

sebesar 1 rupiah akan meningkatkan permintaan asing terhadap SUN di Indonesia

sebesar 4,726 miliar Rupiah.

Dari analisis regresi diperoleh t- hitung = 4.233

α = 1%, df = n – k – 1 = 36 – 2 – 1

df = 33

maka t- tabel = 2.750

Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa nilai kurs signifikan pada α = 1%

dengan t- hitung > t- tabel ( 4.233 > 2.750 ). Dengan demikian Ho ditolak, Ha diterima,

yang artinya variabel nilai kurs (X2) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan

variabel (Y) permintaan asing terhadap SUN di Indonesia dengan tingkat kepercayaan

99%.

4,233

Gambar 4.5 Uji t- statistik pada kurs

Hal ini juga sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa apabila terjadi

kenaikan pada nilai kurs atau nilai rupiah mengalami apresiasi, maka permintaan SUN

oleh investor asing akan meningkat, ceteris paribus.

(35)
(36)

4.5.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 4.5.2.1 Uji Normalitas

Untuk melihat apakah data terdistribusi normal maka perlu dilakukan uji

Normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera Test (J-B test) dengan melihat

probability. Apabila angka probability > 0,05 maka data berdistribusi normal,

sebaliknya apabila angka probability < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

Gambar 4.6 Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas diperoleh nilai probability yang lebih besar dari 0,05

(0,183 > 0,05). Dengan demikian data-data pada penelitian ini berdistribusi normal. 0 Skewness 0.626600 Kurtosis 3.833344

Jarque-Bera 3.397457 Probability 0.182916

(37)

4.5.2.2 Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu kondisi dimana terdapat korelasi variabel

independen di antara satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini terdapat

multikolinearitas di antara variabel-variabel independennya. Hal ini dapat dilihat dari

setiap koefisien masing-masing variabel.

Y = α + β���� + β���� + µ...(1)

Permintaan SUN oleh investor asing = f (Suku bunga deposito, Kurs)

Kemudian dilakukan pengujian di antara masing-masing variabel independen, hal

ini ditujukan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel independen. Sehingga

diperoleh hasil analisis regresi variabel independen sebagai berikut:

a) Suku bunga deposito = f (Kurs)

Suku bunga deposito = α + β����(Kurs) + µ...(2)

Dari hasil analisis regresi diperoleh R2 sebesar 0,83. Artinya, variabel kurs (X2)

mampu menjelaskan variabel nilai suku bunga deposito sebesar 83%. R2 Y, X1, X2 <

R2 X1, X2 (47,4% < 83%). Dengan demikian terdapat gejala multikolinearitas dalam

penelitian ini.

b) Kurs = f (suku bunga deposito)

Kurs = α + β����(Suku bunga deposito) + µ...(3)

Dari hasil analisis regresi diperoleh R2 sebesar 0,829. Artinya, variabel suku

bunga deposito (X1) mampu menjelaskan variabel nilai kurs sebesar 82,9%. R2 Y, X1,

X2 < R2 X1, X2 (47,4% < 82,9%). Dengan demikian terdapat gejala multikolinearitas

(38)

Tabel 4.5

Korelasi Parsial Antar Variabel Independen

LDEPOSITO LKURS

LDEPOSITO 1.000000 0.910764 LKURS 0.910764 1.000000

Dari tabel hasil estimasi di atas dapat dilihat bahwa antara variabel suku bunga

deposito dan nilai kurs memiliki hubungan linier yang kuat karena angka korelasinya

lebih besar dari 0,85 (0,91 > 0,85). Karena terdapat multikoliniearitas, maka harus

dilakukan penyembuhan multikolinearitas. Penyembuhan multikoliniearitas dapat

dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan cara menghilangkan salah satu

variabel independen yang mempunyai hubungan linier kuat. Namun dalam penelitian

ini hanya digunakan dua variabel independen yaitu suku bunga deposito (X1) dan nilai

kurs (X2) dalam menjelaskan variabel dependen yakni permintaan SUN oleh investor

asing (Y), sehingga untuk mengatasi multikolinearitas penulis akan mengganti salah

satu variabel independen tersebut dengan variabel lain.

Variabel independen yang digunakan untuk mengatasi multikolinearitas pada

penelitian ini adalah inflasi. Penulis akan menguji variabel baru tersebut dengan

variabel nilai kurs.

Dengan demikian diperoleh hasil:

Tabel 4.6

Korelasi Parsial Nilai Kurs dan Inflasi LKURS LINFLASI

LKURS 1.000000 0.165790 LINFLASI 0.165790 1.000000

(39)

Dari hasil estimasi di atas tidak ada multikolinearitas antara variabel bebas (nilai

kurs dan inflasi). Hasil estimasi korelasi antara variabel-variabel tersebut ttidak lebih

besar dari 0,85. Sehingga dalam penelitian ini sebaiknya menggunakan variabel inflasi

untuk mengganti salah satu variabel bebas yaitu suku bunga deposito.

Dengan demikian dilakukan pengujian kembali pengaruh nilai kurs dan inflasi

terhadap permintaan SUN oleh investor asing. Sehingga diperoleh hasil estimasi

sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Estimasi

LogSUN= -19.62552 + 2.504468LogKurs – 0.361069LogInflasi

Std. Error (3.926) (0.432) (0.102)

t- statistik (-4.998) (5.799)*** (-3.553)***

R2 = 0.551

Adjusted R2 = 0.524

DW- statistik = 0.884

F- statistik = 20.266

Prob. Statistik = 0.000

Keterangan:

(40)

*Interpretasi Model

1. Dari tabel regresi di atas diperoleh koefisien determinas (R2) sebesar 0.551

atau 55,1%. Artinya variabel kurs dan inflasi secara bersama menjelaskan

permintaan SUN oleh investor asing sebesar 55,1% sedangkan sisanya 44,9%

dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diikutsertakan dalam

model estimasi.

2. Nilai kurs berpengaruh positif terhadap perkembangan permintaan SUN oleh

investor asing dengan koefisien sebesar 2.504. Artinya, setiap kenaikan nilai

kurs sebesar 1 rupiah akan meningkatkan permintaan asing terhadap SUN di

Indonesia sebesar 2,504 miliar Rupiah.

3. Inflasi berpengaruh negatif terhadap perkembangan permintaan SUN oleh

investor asing dengan koefisien sebesar -0.361. Artinya, setiap kenaikan

inflasi sebesar 1 persen akan menurunkan permintaan asing terhadap SUN di

Indonesia sebesar 0,361 miliar Rupiah.

Uji Normalitas

Untuk melihat apakah data nilai kurs dan inflasi terdistribusi normal maka perlu

dilakukan uji Normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera Test (J-B test) dengan

melihat probability.

(41)

Gambar 4.7 Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas diperoleh nilai probability yang lebih besar dari 0,05 (0,1

> 0,05). Dengan demikian data-data pada penelitian ini berdistribusi normal.

Uji F- statistik

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai F- hitung > F- tabel (20.266 > 5.390),

dengan demikian H0 ditolak. Artinya, suku bunga deposito dan kurs secara

bersama-sama berpengaruh nyata pada peningkatan permintaan SUN oleh investor asing dengan

tingkat kepercayaan 99%.

Uji t- statistik 1. Nilai Kurs

Dari analisis regresi diperoleh t- hitung = 5.799

α = 1%, df = n – k – 1 = 36 – 2 – 1 Skewness 0.726822 Kurtosis 3.973893

(42)

Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa nilai kurs signifikan pada α = 1%

dengan t- hitung > t- tabel ( 5.799 > 2.750 ). Yang artinya nilai kurs

berpengaruh signifikan terhadap perkembangan permintaan asing terhadap

SUN di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 99%.

2. Inflasi

Dari analisis regresi diperoleh t- hitung = -3.553 α = 1%, df = n – k – 1 = 36 – 2 – 1

df = 33

maka t- tabel = 2.750

Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa nilai kurs signifikan pada α = 1%

dengan t- hitung < t- tabel ( -3.553 < -2.750 ). Yang artinya inflasi

berpengaruh signifikan terhadap perkembangan permintaan asing terhadap

SUN di Indonesia dengan tingkat kepercayaan 99%. Hal ini juga sesuai

dengan hipotesis yang menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan pada

inflasi, maka permintaan SUN oleh investor asing akan menurun, ceteris

paribus.

4.5.2.3 Autokorelasi

Uji DW digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model terdapat

autokorelasi di antara variabel-variabel yang diamati.

Hipotesis:

Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi

Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

(43)

Dari hasil analisis regresi diketahui DW- hitung = 0.884. Sementara nilai-nilai

tabel yang diperoleh adalah:

k = 2 ; n = 36

α = 1%

du = 1.587

dl = 1.353

4 – du = 2.413

4 – dl = 2.647

Kesimpulan:

DW < dl = 0.884 < 1.353, artinya Ho ditolak (terdapat autokorelasi).

Berdasarkan hasil estimasi pengaruh inflasi dan nilai kurs terhadap permintaan

SUN oleh investor asing diperoleh DW- statistik sebesar 0.884. Sedangkan pada tingkat

signifikan α = 5%, k = 2, dan n = 36 diperoleh nilai dl = 1.354, dan du = 1.587.

Berdasarkan hasil perbandingan nilai DW hitung dan DW tabel, terdapat

autokorelasi positif dalam model regresi di atas.

Cara Mengatasi Autokorelasi

Untuk mengatasi autokorelasi, dimulai dari model persamaan berikut:

Y = α - β1 X1 - β2 X2+ μ

Dan μ = ρμ + v

Selanjutnya model persamaan menjadi:

(44)

µ merupakan error term yang mengandung autokorelasi murni, ρ adalah

koefisien autokorelasi, dan v adalah term of error yang memenuhi asumsi klasik. Jika

kita dapat menghilangkan ρµ dari persamaan di atas, maka masalah autokorelasi akan

hilang karena term of error yang tinggal hanya v yang tidak mengandung autokorelasi.

Untuk menghilangkan ρµ, maka persamaan di atas akan dikalikan dengan ρ dan dibuat

log-nya. Jika diasumsikan ρ = 1, maka persamaan di atas menjadi:

Y – Yt= αt (X1 – X1t) - (X2 – X2t) +μ

Pada persamaan di atas, nilai intercept / konstanta sudah tidak ada lagi, sehingga

hanya regresi antar variabel Y, X1, dan X2.

Diperoleh hasil estimasi sebagai berikut:

Tabel 4.8

Hasil Estimasi Uji Autokorelasi

Dependent Variable: D(LSUN) Method: Least Squares Date: 04/10/12 Time: 21:30

Sample (adjusted): 2009M02 2011M12 Included observations: 35 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(LKURS) 2.939088 1.478406 1.988012 0.0552 D(LINFLASI) -0.092613 0.240556 -0.384995 0.7027

R-squared 0.107001 Mean dependent var 0.001730 Adjusted R-squared 0.079940 S.D. dependent var 0.208411 S.E. of regression 0.199908 Akaike info criterion -0.326478 Sum squared resid 1.318781 Schwarz criterion -0.237601 Log likelihood 7.713362 Durbin-Watson stat 1.964253

(45)

Hasil estimasi di atas menunjukkan nilai DW- stat sebesar 1.964. Hal ini

mengindikasikan bahwa upaya mengatasi autokorelasi telah dilakukan. Dapat dilihat du

< DW < (4 – dl) = 1.587 < 1.964 < 2.647, yang artinya sudah tidak terdapat lagi

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

3. a) Kenaikan suku bunga deposito akan mengakibatkan investor berpindah ke

deposito sehingga akan menurunkan permintaan SUN oleh investor asing,

demikian sebaliknya. Jika suku bunga deposito turun akan meningkatkan

permintaan SUN oleh investor asing.

b) Depresiasi rupiah akan menurunkan daya tarik investor karena

menurunkan total imbalan bagi investor asing, demikian sebaliknya.

Penguatan nilai rupiah akan meningkatkan daya tarik investasi bagi

investor karena menambah total imbalan bagi investor asing.

2. Variabel-variabel independen yaitu suku bunga deposito dan nilai kurs secara

bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependen yaitu permintaan SUN

oleh investor asing.

a) Suku bunga deposito memiliki pengaruh negatif terhadap permintaan Surat

Utang Negara oleh investor asing.

b) Nilai kurs memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan

Surat Utang Negara oleh investor asing.

5.2 Saran

1. Pemerintah hendaknya terus berusaha dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi Indonesia dan menjaga kestabilan ekonomi untuk tetap menjaga

kepercayaan investor asing yang menanamkan investasinya baik secara

(47)

langsung maupun tidak langsung di pasar modal Indonesia dalam mendukung

pembangunan di Indonesia.

2. Bank Indonesia dalam hal ini sebagai pembuat kebijakan moneter hendaknya

menjaga kestabilan tingkat suku bunga karena tingkat suku bunga yang

terlalu tinggi akan berdampak pada kurangnya minat investor untuk

berinvestasi dan biasanya investor akan berpindah ke deposito.

3. Pemerintah dan Bank Indonesia harus tetap menjaga kestabilan nilai rupiah

terhadap dollar AS. Karena berdasarkan hasil penelitian ini, nilai kurs

berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan SUN oleh investor

asing karena akan berpengaruh pada imbalan yang diperoleh oleh investor.

4. Pemerintah harus tetap memberi perhatian pada penanaman modal asing di

Indonesia, khususnya pada pasar surat utang. Pemerintah juga harus menjaga

agar kepemilikan asing terhadap Surat Utang Negara tidak terlalu

mendominasi karena akan mengurangi kemandirian pemerintah dalam

melakukan kegiatan pembangunan di Indonesia.

5. Kestabilan politik, stabilitas keamanan, dan fakto internal lainnya seperti

kestabilan bisnis, keuangan, dan likuiditas juga hendaknya diperhatikan oleh

pemerintah untuk tetap menjaga ketertarikan investor asing membeli surat

(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pasar Modal

2.1.1.1 Definisi Pasar Modal

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas

(saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan

sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan

sarana bagi kegiatan berinvestasi.

Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 memberikan pengertian yang

lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu “kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek

yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”

A. Bursa Utama

Sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, proses

perdagangan surat berharga di pasar modal mengarah pada sistem scripless trading

(perdagangan tanpa warkat) dan remote trading (perdagangan jarak jauh). Bursa seperti

ini dikategorikan sebagai bursa utama (main board).

(49)

B. Over the Counter Market (OTC)

OTC memiliki peran yang sangat penting dalam transaksi surat-surat berharga

sebab sebagian besar transaksi terjadi di sini, baik transaksi besar, dalam arti nilai

transaksi, maupun mengenai frekuensi transaksinya. Transaksi yang terjadi tidak

menempati tempat tertentu. Pike (dalam Widoatmodjo, 2009 : 15) mengungkapkan

“apabila suatu saham tidak tercatat di bursa manapun (yang dimaksud bursa utama), ini

berarti tidak ada counter tertentu, di mana penjual dan pembeli secara bersama-sama

dapat melakukan jual-beli. Untuk dapat melakukan transaksi, dapat menggunaka OTC,

yaitu dengan cara melakukan hubungan telepon guna menginformasikan posisinya, jual

atau beli.”

2.1.1.2 Manfaat Pasar Modal

Pasar modal memberikan banyak manfaat, diantaranya:

• Bagi dunia usaha sebagai sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang)

sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

• Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya

diversifikasi.

• Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara.

• Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan

masyarakat menengah.

• Menciptakan lapangan kerja / profesi yang menarik.

(50)

• Alternativ investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang

bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.

• Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol

sosial.

• Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan

manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.

2.1.1.3 Struktur Pasar Modal Indonesia dan Pelaku Pasar Modal A. Struktur Pasar Modal Indonesia

Struktur pasar modal Indonesia diatur dalam undang-undang No. 8 Tahun 1995.

Kebijakan di Pasar Modal ditetapkan oleh Menteri keuangan. Pembinaan, pengaturan,

dan pengawasan sehari-hari Pasar Modal dilakukan oleh Badan Pelaksanaan Pasar

Modal (Bapepam) sebagai salah satu di lingkungan Departemen Keuangan. Bapepam

mempunyai kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan dan pendaftaran kepada

para pelaku Pasar Modal, memproses pendaftaran dalam rangka penawaran umum,

menerbitkan peraturan pelaksanaan dari undang-undang di bidang Pasar Modal, dan

melakukan penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap peraturan

perundang-undangan di bidang Pasar Modal.

(51)

Badan Usaha

Struktur Pasar Modal Indonesia dapat terlihat pada gambar di bawah ini :

Menteri Keuangan

Bapepam

Pasar Perdana Pasar Sekunder

Gambar 2.1

Struktur Pasar Modal Indonesia

B. Pelaku Pasar Modal

Pelaku pasar modal adalah seluruh unsur, individu atau organisasi, yang

melakukan kegiatan di bidang pasar modal sehingga pasar modal dapat melakukan

(52)

a. Pengawas

Tugas pengawasan dilakukan secara resmi oleh Bapepam-LK (Badan Pengawas

Pasar Modal Lembaga Keuangan). Bapepam-LK adalah lembaga pemerintah di bawah

Departemen Keuangan yang bertugas membuat peraturan-peraturan sebagai pedoman

bagi seluruh pelaku pasar modal.

b. Penyelenggara Bursa

Yang mempunyai tugas menyelenggarakan bursa (perdagangan surat berharga)

adalah bursa efek. Di Indonesia, sekarang ini hanya ada satu bursa, yaitu Bursa Efek

Indonesia. Tugas utama bursa adalah menyediakan fasilitas perdagangan agar proses

transaksi dapat berjalan dengan efisien.

c. Pelaku Utama

Di pasar modal, pelaku inti tidak dapat melakukan transaksi secara langsung,

mereka harus dibantu oleh tenaga profesional yang dinyatakan telah lulus ujian profesi

dan dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat.

Secara lengkap, para pelaku utama terdiri atas:

1. Emiten

Emiten adalah perusahaan swasta atau BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

yang mencari modal dari bursa efek dengan cara menerbitkan efek (saham, obligasi,

right issue, dan waran).

2. Investor

Investor adalah individu atau organisasi yang membelanjakan uangnya di

pasar modal.

(53)

3. Penjamin Emisi (Underwriter)

Penjamin emisi adalah perusahaan swasta atau BUMN yang menjadi

penaggung jawab atas terjualnya efek emiten kepada investor.

4. Pialang

Pialang atau broker adalah perusahaan swasta atau BUMN yang aktivitas

utamanya adalah melakukan penjualan atau pembelian efek di pasar sekunder (setelah

efek dicatatkan di bursa). Peranannya juga diperlukan pada pasar perdana, yaitu

membantu penjamin emisi dalam memasarkan efek; sebagai agen penjual.

5. Manajer Investasi

Manajer investasi (MI) adalah perusahaan yang kegiatannya

menyelenggarakan pengelolaan portofolio efek. Perusahaan inilah yang menerbitkan

sertifikat reksa dana.

6. Penasihat Investasi

Penasihat investasi (PI) adalah perusahaan atau perorangan yang kegiatan

usahanya memberi nasihat, membuat analisis, dan membuat laporan mengenai efek

kepada pihak lain.

d. Lembaga dan Profesional Penunjang Pasar Modal

Tugas utama penunjang penerbitan adalah membantu terselenggaranya penerbitan

efek. Penunjang atau pendukung ini terdiri atas dua kelompok, yaitu lembaga

(54)

1. Biro Administrasi Efek (BAE)

Biro Administrasi Efek (BAE) adalah perusahaan yang berdasarkan kontrak

tertentu dengan emiten, menyediakan jasa-jasa berupa melaksanakan pembukuan,

transfer dan pencatatan, pembayaran dividen, pembagian hak opsi, dan emisi sertifikat

atau laporan tahunan untuk emiten.

2. Tempat Penitipan Harta

Tempat Penitipan Harta (TPH) atau custodian adalah perusahaan yang

memberikan jasa menyelenggarakan penyimpangan harta yang dititipkan oleh pihak

lain.

3. Wali Amanat

Wali amanat (trust agent) adalah perusahaan yang dipercaya untuk mewakili

kepentingan seluruh investor obligasi atau sekuritas kredit.

4. Penanggung

Penanggung adalah perusahaan yang menanggung pembayaran kembali

jumlah pokok dan bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera

janji.

5. Lembaga Kliring dan Penjaminan

Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) adalah perusahaan yang tugas

utamanya mencatat transaksi yang dilakukan perusahaan pialang. Sekarang ini, di

Indonesia hanya ada satu LKP, yaitu PT Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia

(KPEI).

(55)
(56)

6. Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan

Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan (LPP) adalah perusahaan yang

mempunyai tanggung jawab menyelesaikan semua transaksi yang sudah dicatat oleh

LKP.

7. Akuntan Publik

Akuntan publik adalah pihak yang memiliki kewenangan melakukan

pemerikasaan atas keuangan emiten guna memberikan pendapat atas laporan keuangan

yang dipublikasikan oleh emiten.

8. Konsultan Hukum

Konsultan hukum adalah pihak yang memberikan dan menandatangani

pendapat hukum mengenai emisi efek yang dilakukan emiten.

9. Notaris

Notaris adalah pihak yang berwenang membuat akta otentik mengenai

perjanjian dan pernyataan yang dibuat oleh pelaku pasar modal, terutama emiten dalam

rangka go public.

10. Penilai

Penilai adalah pihak yang menerbitkan dan menandatngai laporan penilaian

atas nilai aktiva, yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian dari penilai.

2.1.2 Surat Utang Negara (SUN)

2.1.2.1 Pengertian Surat Utang Negara (SUN)

Menurut Nurwadono (dalam Lubis, 2008 : 205) Surat Utang Negara adalah surat

berharga yang berupa pengakuan hutang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing

(57)

yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai

dengan masa berlakunya. Surat Utang Negara merupakan surat berharga yang

diterbitkan oleh pemerintah Indonesia yang dimaksudkan untuk membiayai kebutuhan

pembangunan nasional.

Surat utang negara yang dikenal saat ini pada awalnya merupakan obligasi

rekapitalisasi perbankan yang diterbitkan pemerintah pada tahun 1998/1999. SUN pada

awalnya diterbitkan untuk menyelamatkan sistem perbankan sehubungan krisis ekonomi

yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997. Pemerintah melakukan

rekapitalisasi perbankan pada tahun 1998/1999 dengan memindahkan kredit bermasalah

perbankan nasional ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya,

pemerintah menerbitkan obligasi rekapitalisasi yang kemudian diserahkan ke bank yang

direkapitalisasi sebagai pembayaran dari kredit yang dipindahkan tersebut. Obligasi

rekapitalisasi dimaksud diterbitkan dengan berbagai tingkatan suku bunga, terdiri dari

suku bunga tetap (fixed rate), suku bunga mengambang (variable rate), serta obligasi

lindung nilai (hedge bond). Pemerintah juga menerbitkan skema penjaminan (blanket

guarantee) untuk semua jenis simpanan masyarakat yang ada perbankan nasional

dengan maksud untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan

nasional, terutama untuk membangun kembali kepercayaan dari lembaga keuangan dan

(58)

Setiap penerbitan SUN ysng dilakukan pemerintah pada dasarnya telah memenuhi

unsur-unsur:

a. Authorized, karena penerbitannya telah mendapatkan persertujuan dari

parlemen lebih dahulu, sebagaimana yang berlaku umum di sebagian besar

negara-negara maju.

b. Responsible, karena penatausahaannya dilaksanakan oleh Bank Indonesia

yang mempunyai pengalaman yang luas, fasilitas jaringan dan infrastruktur, dan

personalia yang baik serta terampil untuk melaksanakan kegiatan penatausahaan dan

lelang surat utang negara.

c. Accountable, karena penggunaan hasil penerbitan surat utang negara setiap

tahunnya dipertanggungjawabkan oleh pemerintah ke DPR.

d. Fairness, karena metode penerbitannya dilakukan secara lelang, dan

penyimpanannya dilakukan secara ganda (dual ownership), dan penitipan utama

(central registry) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia mengikuti ketentuan yang

berlaku umum di kebanyakan negara. (Sihombing, 2008 : 243).

Central Registry, 2003 (dalam Lubis, 2008 : 68) menyatakan SUN yang telah

diterbitkan dapat dikelompokkan menjadi:

1. SUN yang diterbitkan untuk Bank Indonesia yang terdiri dari:

a. untuk menutupi dana talangan yang disebut dengan Bantuan Likuiditas

Bank Indonesia (BLBI), diterbitkan dari September 1998 sampai

September 1999.

b. untuk membiayai program penjaminan, diterbitkan Mei 1999.

(59)

c. dalam rangka membiayai kredit program, diterbitkan 29 Desember 1999.

2. SUN yang diterbitkan untuk kepentingan Bank.

SUN yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder antara lain:

1. Fixed Rate Bond (FR), diterbitkan untuk meningkatkan Capital Adequacy

Ratio (CAR) bank dari 0% menjadi 4% yang terdiri :

a. FR0001 - FR0005 dengan jangka waktu 5-10 tahun. Pada Desember

2000 ditukar seri FR0001 – FR0003 dengan tingkat bunga 12%.

b. FR0006 – FR0009 dengan tingkat bunga 10%-16,5% dikenal dengan

bonds exchange offer atau staple bond.

c. FR0010 – FR0020 dengan jangka waktu 8-11 tahun untuk mengganti

seri-seri dengan sisa jangka waktu 2-7 tahun.

d. FR0021 – FR0024 disebut juga dengan T Bonds, diterbitkan melalui

lelang.

2. Variable Rate Bonds (VR), diterbitkan untuk mengembalikan CAR

perbankan yang negatif menjadi 0% terdiri dari 16 seri, yaitu VR0001-VR0016 dengan

jangka waktu 3-10 tahun. Seri VR0017 dan VR0018 diterbitkan dalam rangka konversi

atas pelunasan hedge bonds. VR0019-VR0031 diterbitkan pemerintah dalam rangka

revolving dengan jangka waktu 12-18 tahun untuk mengganti seri-seri dengan sisa

(60)

3. Hedge Bond (HB), diterbitkan untuk menjaga Net Open Position (NOP) bank.

Nilai nominal obligasi dikaitkan dengan nilai tukar rupiah. Seri HB tidak dapat

diperdagangkan di pasar sekunder.

2.1.2.2 Dasar Hukum Penerbitan Surat Utang Negara

Surat Utang Negara (SUN) dan pengelolaannya diatur dalam Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara. Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2002 memberi kepastian bahwa:

• Penerbitan SUN hanya untuk tujuan-tujuan tertentu

• Pemerintah wajib membayar bunga dan pokok SUN yang jatuh tempo

• Jumlah SUN yang akan diterbitkan setiap tahun anggaran harus memperoleh

persetujuan DPR dan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Bank Indonesia

• Perdagangan SUN diatur dan diawasi oleh instansi berwenang

• Memberikan sanksi hukum yang berat dan jelas terhadap penerbitan oleh

pihak yang tidak berwenang dan atau pemalsuan SUN.

Selain Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002, berbagai peraturan pelaksanaan

telah diterbitkan untuk mendukung pengelolaan SUN, antara lain:

• Keputusan Menteri Keuangan Nomor 66/KMK.01/2003 tentang Penunjukan

Bank Indonesia sebagai Agen untuk melaksanakan Lelang Surat Utang

Negara di Pasar Perdana.

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 209/PMK.08/2009 tentang Lelang

Pembelian Kembali Surat Utang Negara.

(61)

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.08/2008 tentang Lelang Surat

Utang Negara di Pasar Perdana.

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.08/2008 tentang Penjualan

SUN dalam Valuta Asing di Pasar Perdana Internasional, sebagaimana

terakhir kali diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

170/PMK.08/2009

.• Peraturan-peraturan lain yang diterbitkan oleh Bank Indonesia yang meliputi

Peraturan Bank Indonesia atau PBI dan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI),

terkait dengan peran Bank Indonesia sebagai agen lelang, registrasi, kliring,

setelmen SUN dan central register.

2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Penerbitan Surat Utang Negara

Pasal 4 UU No. 24 Tahun 2002 menyebutkan tujuan dari penerbitan SUN ialah

untuk:

1. Membiayai defisit APBN

2. Menutup kekurangan kas jangka pendek akibat pengeluaran dari rekening

Kas Negara dalam satu tahun anggaran

3. Mengelola portofolio utang negara.

Pemerintah pusat berwenang menerbitkan SUN setelah mendapat persetujuan

DPR yang disahkan dalam kerangka pengesahan APBN dan setelah berkonsultai dengan

Bank Indonesia. Atas penerbitan tersebut, Pemerintah berkewajiban membayar bunga

dan pokok pada saat jatuh tempo. Dana untuk pembayaran bunga dan pokok SUN

(62)
(63)

Manfaat penerbitan SUN adalah:

• Sebagai Instrumen Fiskal

Penerbitan SUN diharapkan dapat menggali potensi sumber pembiayaan

APBN yang lebih besar dari investor pasar modal.

• Sebagai Instrumen Investasi

Menyediakan alternatif investasi yang relatif bebas risiko gagal bayar dan

memberikan peluang bagi investor dan pelaku pasar untuk melakukan

diverifikasi portofolio guna memperkecil risiko investasi. Selain itu, investor

SUN memiliki potential capital gain dalam transaksi perdagangan di pasar

sekunder SUN tersebut. Potential capital gain ialah potensi keuntungan

akibat lebih besarnya harga jual obligasi dibandingkan harga belinya.

• Sebagai Instrumen Pasar Keuangan

Surat Utang Negara dapat memperkuat stabilitas sistem keuangan dan dapat

dijadikan acuan (benchmark) bagi penentuan nilai instrumen keuangan

lainnya.

2.1.2.4 Jenis dan Bentuk Surat Utang Negara

Secara umum jenis SUN dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Surat Perbendaharaan Negara (SPN); jangka waktu sampai dengan 12 bulan,

pembayaran bunga secara diskonto (discounted paper). Di beberapa negara

SPN lebih dikenal dengan sebutan T-Bills atau Treasury Bills.

2. Obligasi negara (Treasury Bonds); jangka waktu diatas 12 bulan dengan

(64)

Obligasi Negara dengan kupon memiliki jadwal pembayaran kupon yang

periodik (tiga bulan sekali atau enam bulan sekali). Sementara ON tanpa

kupon tidak memiliki jadwal pembayaran kupon, dijual pada harga diskon

dan pokoknya akan dilunasi pada saat jatuh tempo. Berdasarkan tingkat

kuponnya ON dapat dibedakan menjadi (1) Obligasi Berbunga Tetap, yaitu

obligasi dengan tingkat bunga tetap setiap periodenya (atau Fixed Rate

Bonds) dan (2) Obligasi Berbunga Mengambang, yaitu obligasi dengan

tingkat bunga mengambang (atau Variable Rate Bonds) yang ditentukan

berdasarkan suatu acuan tertentu seperti tingkat bunga SBI (Sertifikat Bank

Indonesia).

Bentuk dari SUN antara lain:

1. Warkat diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di Pasar Sekunder.

2. Tanpa warkat (scripless), diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di

Pasar Sekunder.

2.1.2.5 Pengelolaan Surat Utang Negara

Berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2002, pengelolaan SUN diselenggarakan oleh

Menteri Keuangan. Pengelolaan SUN sendiri telah dilakukan sejak tahun 2000 dengan

dibentuknya tim Debt Management Unit (DMU) berdasarkan Keputusan Menteri

Keuangan (KMK) nomor 101/KMK.017/2000.

Selanjutnya pada tahun 2001, melalui KMK nomor 2/KMK.01/2001, tim DMU

berubah menjadi Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON). Dan berubah lagi

menjadi Direktorat Pengelolaan Surat Utang Negara (DPSUN) berdasarkan Keputusan

(65)

Menteri Keuangan nomor 302/KMK.01/2004. Seiring dengan proses reorganisasi

ditubuh Kementerian Keuangan, pada tahun 2006 organisasi ini berkembang menjadi

setingkat eselon I berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2006

dengan nama Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) dan terakhir telah diubah

dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 143.1/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Keuangan.

Tugas DJPU yang terkait dengan pengelolaan SUN ialah menyiapkan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan SUN yang meliputi: perencanaan struktur

portofolio yang optimal; pelaksanaan penerbitan, penjualan, pembelian kembali dan

penukaran; pengelolaan risiko portofolio SUN; pengembangan infrastruktur dan

institusi pasar SUN; dan publikasi informasi tentang pengelolaan SUN berdasarkan

kebijakan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal.

Strategi jangka pendek dan menengah pengelolaan SUN saat ini ialah:

menurunkan refinancing risk terutama pada jangka pendek, memperpanjang rata-rata

jangka waktu jatuh tempo (average maturity) SUN, menyeimbangkan struktur jatuh

tempo portofolio SUN sehingga selaras dengan perkembangan anggaran negara dan

daya serap pasar, serta mengembangkan dan meningkatkan likuiditas pasar sekunder

SUN, sehingga dalam jangka panjang dapat menurunkan biaya pinjaman (cost of

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan  Pemerintah  Nomor  38  Tahun  2007  tentang  Pembagian  Urusan Pemerintahan  antara  Pemerintah,  Pemerintahan  Daerah  Provinsi  dan Pemerintahan 

[r]

(2) Menteri atau gubernur yang diberikan delegasi oleh Menteri untuk memberikan izin pembuangan air limbah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual akan menyelenggarakan Pelatihan Pemanfaatan Hasil Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat yang berpotensi Paten dengan

bahwa dengan adanya pengalihan dana Bantuan Operasional Sekolah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

 Tutored her in accruals, General Ledger, accounts receivable, bank reconciliation, payables, help in college class Ajilon Seattle , WA 9/98-5/99, Bellevue, WA 9/98-5/99. 

Apabila terdapat keraguan pada pilihan jalur ke pendidikan Sekolah Menengah, tidak sesuai dengan minat siswa atau orang tua siswa merasa bahwa anaknya memiliki kemampuan

setiap tetes keringat dan air mata, kasih sayang yang tak pernah berkurang, untuk harapan yang tak pernah pudar, do’a yang tak henti, yang selalu membanggakan tak peduli berapa