• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur dan Komposisi Jenis Tanaman Dalam Sistem Agroforestri Kebun Kemenyan di Kawasan HutanBatangtoru Blok Barat Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Struktur dan Komposisi Jenis Tanaman Dalam Sistem Agroforestri Kebun Kemenyan di Kawasan HutanBatangtoru Blok Barat Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik Responden Pemanfaat Kemenyan di Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara

No. Nama

Umur Jenis

kelamin Jumlah Tingkat

(2)

40 David Sinaga 47 P Petani 4 SMP

Kuisioner Responden untuk Mengetahui Potensi Kemenyan dan Pendapatan Petani Kemenyan di Hutan Batang Toru Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara

No. Nama

Potensi Persepsi Luas Pendapata n 1 JotmerSitompul Sedikit tidakakanhabis 2,3 1,5 0.8

2 HotbenSiregar Sedikit tidakakanhabis 1,7 3,6 1.2

10 RotandaHutapea Sedikit tidakakanhabis 1,5 1,5 0.5 11 YusronSamosir Sedikit tidakakanhabis 1,5 2,2 1.1

12 M. LumbanTobing Sedikit tidakakanhabis 1,5 1 0.3 13 Mauliunci Br. Tobing Sedikit tidakakanhabis 1,5 1,5 0.3

14 JamartopHutabarat Sedikit tidakakanhabis 4,5 1,5 0.6 15 TalupanSipahutar Banyak akanhabis 5 1 0.3

16 LismenLbn. Tobing Banyak akanhabis 3,5 2 0.6 17 MarhusaSimatupang Sedikit tidakakanhabis 3,5 2,2 1.1

18 BismenHutapea Sedikit tidakakanhabis 5 1 0.3 19 BomenSinaga Sedikit tidakakanhabis 4,5 1 0.5

20 MardonganSinaga Sedikit tidakakanhabis 3,7 1,5 0.8 21 Jolly Sinaga Sedikit tidakakanhabis 3,4 2,5 0.6

22 RobetHasudungan H Sedikit tidakakanhabis 4 2 0.3 23 ErdikaSitompul Sedikit tidakakanhabis 3 3,5 0.6

24 HartonSitompul Sedikit tidakakanhabis 3,9 1,5 0.8 25 MediHutauruk Sedikit akanhabis 1,5 2,5 0.5

(3)

27 JontonLbn. Tobing Sedikit tidakakanhabis 2 3 0.5 28 ManimbulSiaphutar Banyak tidakakanhabis 5,4 2,4 0.5

29 Rusdiana Sedikit tidakakanhabis 5 1,5 0.5

30 RumataPanggabean Sedikit tidakakanhabis 0,5 1,5 0.5 31 ParulianHutabarat Sedikit tidakakanhabis 3,6 2 0.8

32 ManginarManalu Sedikit akanhabis 5,5 1 0.3 33 RuenHutabarat Sedikit akanhabis 2.5 1,5 0.3

34 JistonSinaga Sedikit tidakakanhabis 3,6 2 0.5 35 ManganpinSitompul Sedikit tidakakanhabis 0,6 1 0.5

36 PartomuanSihombing Sedikit tidakakanhabis 4,5 1,5 0.5 37 Jon Tarigan Sedikit tidakakanhabis 2.5 1,5 0.6

38 MarisiHutapea Sedikit tidakakanhabis 4 1,5 0.3 39 PangibulanSitompul Sedikit akanhabis 0,5 2.2 0.7

40 David Sinaga Sedikit akanhabis 3.6 1.5 0.5 41 HottoSilalahi Sedikit tidakakanhabis 4,5 2,5 0.6 42 HotmanolopiSinaga Sedikit tidakakanhabis 3,5 1 0.5

43 Ester Tampubolon Sedikit tidakakanhabis 2,6 1,5 0.6

44 TambokLumbantobin

g Sedikit tidakakanhabis 4 3 0.8

45 Op. Silalahi Sedikit tidakakanhabis 5.5 3,5 0.6 46 MangasaHutapea Sedikit akanhabis 4,7 2,3 0.4

47 HibasoriPanjaitan Sedikit akanhabis 4 1,5 0.3 48 SwantoHutabarat Banyak tidakakanhabis 1,2 1 0.3

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. Ginting, A.N dan M. Van Noordwijk. 2002. Pilihan Teknologi Agroforestry Atau Konservasi Tanah Untuk Areal Pertanian Berbasis Kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. World Agroforestry Centre. Bogor. Indonesia.

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Awang. 2005. Petani, Ekonomi, Konservasi Aspek dan Gagasan. Debut Press. Yogyakarta.

Balai Penelitian danPengembangan Industri, 1983. Pengembangan Kemenyan. Survei Lapangan dan Percobaan Pembuatan Vernis dari Kemenyan. Departemen Perindustrian. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Medan. Hal 15.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Utara. 2012. Adiankoting Dalam Angka 2012. Tapanuli Utara.

Firdaus, N.A. Sudomo, E. Suhaendah, T.S. Widyaningsih, Sanudin, dan D.P. Kuswantoro. 2013. Status Riset Agroforestri di Indonesia. Balai Penelitian Teknologi Agroforestry. Ciamis.

Hairiah, K., Mustafa Agung, Sambas Sabarnurdin. 2003. Pengantar Agroforestry. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia. Bogor.

Hairiah, K. 2004. Peranan Agroforestry dalam Mempertahankan Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS). World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.

Harahap, F. R. 2007. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Batang Gadia (TNBG). Skripsi. Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.

Jayusman. 2014. Mengenal Pohon Kemenyan (Styrax spp.) Jenis dengan Spektrum Pemanfaatan Luas yang Belum Dioptimalkan. IPB Press. Bogor. Lahjie, A. 2001. Teknik Agroforestry. Grafika. UPNV. Jakarta.

Mayrowani, H dan Ashari, 2011. Pengembangan Agroforestry Untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

(5)

Nurrochmat DR. 2001. Dampak Krisis Ekonomi dan Moneter terhadap Usaha Kehutanan Masyarakat: Kemenyan di Tapanuli Utara. Di dalam Darusman D, Editor. Resiliensi Kehutanan Masyarakat Indonesia. Debut Press. Yogyakarta.

Purwanto dkk. 2004. Karakteristik Hutan Rakyat Pola Kebun Campuran. Ghalila Indonesia. Bogor.

Reksohadiprodjo, A. 1994. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sardjono, A.S., T.Djogo, H.S. Arifin dan N. Wijayanto. 2003. Klasifikasi dan Pola Kombinasi Komponen Agroforestry. ICRAF. Bogor.

Sasmuko. 2003. Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu Spesifik Andalan Propinsi Sumatera Utara. Makalah Seminar Nasional Himpunan Alumni-IPB dan HAPKA Fakultas Kehutanan IPB. Wilayah Regional Sumatera. Medan.

Senoaji, G.2012. Pengelolaan Lahan Dengan Sistem Agroforestry Oleh Masyarakat Baduy di Banten Selatan. Bumi Lestari, 12(2): 283-293.

Silvia, I. 2012. Pengelolaan Hutan Rakyat. Skripsi. Perpustakaan Universitas Indonesia. UI. Jakarta.

Simanullang, Y. 2013. Potensi Pengolahan Hutan Kemenyan (Styrax sp.) Di Kabupaten Humbang Hasundutan. Universitas Sumatera Utara. Medan. Tjakrawiralaksana, A dan C. Soeriaatmadja. 1983. Usahatani. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Widianto, K. Hairiah, D.Suharjito dan M.A.Sardjono. 2003. Fungsi dan Peran Agroforestry. ICRAF. Bogor.

(6)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Hutan Batangtoru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli Utara, Kecamatan Adiankoting meliputi Desa Banuaji I, Banuaji II dan Banuaji IV .Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Desember 2015.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peta lokasi kawasan hutan, kamera digital, pita ukur, patok kayu, parang, tali plastik dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kuisioner, responden dan kawasan hutan Batangtoru Blok Barat.

(7)

1. Wawancara

Wawancara dilakukan sebagai upaya untuk melengkapi informasi yang berkaitan dengan penelitian. Keterbukaan dan kejujuran responden memberikan informasi sangat penting karena wawancara dilakukan seperti pembicaraan informal dan bersifat dialogis, terutama dengan membangun kepercayaan antara responden dan peneliti. Menurut Arikunto (1998) dalam Harahap (2007) apabila jumlah kepala keluarga >100 KK, maka yang diwawancarai adalah 10-15% dari jumlah KK tersebut. Apabila jumlah kepala keluarga <100 KK, maka yang diwawancarai adalah seluruh kepala keluarga yang ada.

a. Aspek Sosial Pengelolaan Hutan Kemenyan

Data yang dikumpulkan dalam aspek sosial ini meliputi umur petani responden, pekerjaan responden, tingkat pendidikan responden, jumlah anggota keluarga, luas lahan pertanian responden, status kepemilikan lahan, persepsi responden terhadap hutan kemenyan.

b. Aspek Ekonomi Pengelolaan Hutan Kemenyan

Dalam aspek ekonomi hal yang diperlukan adalah besarnya pendapatan petani responden dari kebun kemenyan yaitu pendapatan dari kemenyan dan dari tanaman penyusun agroforestri lainnya.

2. Observasi

a. Pembuatan Petak Contoh

(8)

Diusahakan tempat yang dijadikan sebagai plot penelitian, vegetasinya tidak terlalu rapat maupun terlalu jarang dengan ukuran plot 20 x 20 meter.

b. Pengumpulan Data Lapangan

Kegiatan yang dilakukan pada pengumpulan data lapangan adalah melakukan pengamatan terhadap pengelolaan agroforestri , pola agroforestri, struktur dan komposisi jenis pada plot yang telah ditentukan.

3. Keseluruhan Data

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Aspek Sosial Pengelolaan Hutan Kemenyan

Karakteristik petani responden diperlukan sebagai gambaran umum keadaan petani kemenyan yang menjadi sampel dan merupakan objek dalam penelitian. Karakteristik petani responden yang dibahas dalam penelitian ini terdiri dari umur petani, pekerjaan petani, tingkat pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, pengalaman bertani dan luas kebun kemenyan yang diusahakan.

Umur Petani Responden

Umur merupakan salah satu variabel yang diasumsikan mempunyai pengaruh besar terhadap pendapatan responden. Hal ini dikarenakan semakin lama seseorang mengelola lahan agroforestri, semakin besar pula pendapatan yang diperoleh. Dengan demikian umur seseorang akan lebih banyak memberi pengalaman dalam mengelola lahan agroforestri, namun tidak selamanya umur dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan agroforestri. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui variabel ini dalam kaitannya dengan ketersediaan tenaga kerja yang masih produktif. Sebaran umur masyarakat pemilik agroforestri dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Identitas Responden Jumlah (orang) Proporsi (%)

1) Umur (Tahun)

(10)

responden berada pada usia yang produktif. Situasi seperti ini sangat mendukung dalam menjaga eksistensi dan pengembangan pengelolaan hutan kemenyan kedepannya. Tjakrawiralaksana (1983) menjelaskan bahwa tenaga kerja yang dipergunakan dalam usaha tani dapat berupa tenaga kerja pria dewasa, tenaga kerja wanita dewasa dan tenaga kerja anak-anak. Sebagai batasan tenaga kerja dewasa sering dipakai batasan umur 15 tahun keatas sedangkan tenaga kerja anak-anak termasuk batasan 15 tahun kebawah. Sedangkan umur responden yang paling sedikit ikut mengelola agroforestri adalah umur 21-30 tahun, hal ini dikarenakan para pemuda desa setempat masih banyak mencari pekerjaan lain daripada bertani di desa mereka.

Pekerjaan Responden

Mata pencaharian adalah salah satu yang paling berpengaruh menentukan pendapatan masyarakat. Karena hasil dari pekerjaan tersebut yang akan menghidupi keluarga mereka. Berikut ini menunjukkan komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan.

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Identitas Responden Jumlah (orang) Proporsi (%)

2 Pekerjaan

Pekerjaan utama responden pada umumnya adalah petani sebanyak 43 orang (86%). Hal ini menunjukkan bahwa di desa ini masyarakatnya memang mayoritas bekerja sebagai petani. Para petani pada umumnya menanam tanaman Kemenyan sebagai tanaman utama, tanaman Kopi sebagai tanaman sela dan tanaman pinang sebagai pembatas kebun dengan kebun yang lainnya.

(11)

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan cara berpikir, berperilaku dan bertindak. Tingkat pendidikan akan sejalan dengan kelestarian sumberdaya alam apabila disertai dengan rasa kepedulian dari masyarakat terhadap sumberdaya alam yang dimaksud.. Tingkat pendidikan dinilai dapat mempengaruhi besar pendapatan responden karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang.

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Identitas Responden Jumlah (orang) Proporsi (%)

4 Pendidikan Terakhir

SD 23 46

SMP 18 36

SMA/SMK 8 16

S1 1 2

Total 50 100

Tabel 3 diatas menyajikan data keseluruhan responden yang sudah pernah mengikuti pendidikan formal namun pada umumnya hanya sampai pada pendidikan dasar yaitu 23 orang (46%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden cukup rendah. Untuk pendidikan sekolah dasar sudah dimiliki oleh desa ini namun untuk meneruskan ke jenjang berikutnya baik tingkat SLTP maupun SLTA harus ke kecamatan bahkan harus ke ibukota kabupaten. Selain itu apabila seseorang sudah berhasil menempuh pendidikan yang lebih tinggi maka sangat jarang sekali tetap tinggal di daerah tersebut dan mereka akan lebih memilih mencari pekerjaan diluar daerah. Situasi ini menjadikan orang-orang yang tinggal didaerah hanya para orang-orangtua dan orang-orang-orang-orang yang berpendidikan rendah.

Jumlah Anggota Keluarga

(12)

untuk konsumsi rumahtangga Pada tabel berikut ini dicantumkan jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam kegiatan agroforestri.

Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

No Identitas Responden Jumlah (orang) Proporsi (%)

3 Jumlah Anggota

Keluarga

1-3 9 18

4-6 32 64

7-9 9 18

Total 50 100

Berdasarkan Tabel diatas jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam kegiatan agroforestri berkisar 4-6 orang (64%). Banyaknya jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam kegiatan agroforestri mempengaruhi tingkat pemasukan dan pengeluaran petani. Menurut Muljadi (1987) makin banyak luas garapan, makin banyak tenaga kerja yang tercurah. Perbedaan curahan tenaga kerja antara berbagai macam kegiatan disebabkan oleh luas garapan yang berbeda, dimana curahan tenaga kerja cenderung berbanding lurus dengan luas garapan. Apabila dihubungkan dengan umur petani maka diperoleh fenomena bahwa semakin tua petani maka memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih sedikit. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada saat usia tua, umumnya keturunan mereka sudah membentuk keluarga yang baru.

Pengalaman Bertani

(13)

kemenyan. Semakin lama seorang petani terlibat langsung maka semakin banyak pula pengalaman dan keterampilan petani dalam memproduksi getah kemenyan dan hasil panen dari tanaman pertanian lainnya. Dari hasil penelitian di lapangan lama pengalaman bertani para petani kemenyan yang menjadi responden bervariasi mulai dari 10-50 tahun berbanding lurus dengan usia petani itu sendiri. Pada umumnya petani sudah mulai dilibatkan dalam usaha tani kemenyan pada saat usia 10 tahun terutama anak laki-laki untuk membantu orangtuanya pada kegiatan pembersihan lahan dan mereka sudah mulai menyadap getah kemenyan secara langsung ketika menginjak usia remaja .

Luas Lahan Pertanian Responden

Luas lahan pertanian yang dimiliki masyarakat berpengaruh besar terhadap pendapatan masyarakat. Hal ini dikarenakan semakin luas lahan yang dikelola maka semakin besar pula pendapatan yang diterima.

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan

No Identitas Responden Jumlah (orang) Proporsi (%)

5 Luas Lahan (Ha)

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa luas lahan yang dimiliki oleh masyarakat adalah berkisar antara 3,6-4,5 hektar. Hal ini membuat masyarakat lebih aktif mengolah lahan mereka untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka.

(14)

memiliki beberapa dusun yang tidak terlalu jauh. Pemukiman penduduk berjejer berhadap-hadapan mengikuti arah jalan desa. Keberadaan sawah tidak terlalu banyak dalam lokasi penelitian hanya sebagian kecil masyarakat yang mengusahakannya. Namun untuk kebun, setiap masyarakat hampir memilikinya yang ditanami dengan kopi dan tanaman semusim lainnya.

Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan kebun atau hutan kemenyan beserta pohon yang tumbuh didalamnya , masyarakat memiliki aturannya tersendiri. Setiap desa didominasi oleh kumpulan marga tertentu. Menurut Nurrochmat (2001) aturan ini dimulai sejak masuknya kelompok marga tertentu kedalam suatu daerah berhutan yang belum ditempati oleh marga lain. Tujuannya adalah untuk membangun tempat tinggal baru yang lahannya masih subur. Karena masyarakat meyakini bahwa kawasan yang masih berhutan mampu menyediakan kebutuhan hidup.

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang menempati dimana posisi mereka sudah kuat maka mereka akan mengklaim bahwa lahan yang mereka buka dengan batas-batas tertentu menjadi milik mereka termasuk tanaman kemenyan yang tumbuh didalamnya dan hal itu diakui oleh kelompok marga lain yang bertetangga dengan mereka.

(15)

lahan mereka akan diambil alih oleh Negara dan mereka akan dipindahkan dari wilayah tersebut. Kekhawatiran ini diperkuat dengan kehadiran pihak swasta yng diberi izin oleh pemerintah untuk mengelola hutan. Kejadian ini sudah terjadi di beberapa desa dimana pihak swasta sudah membeli lahan dan menebangi tanaman kemenyan untuk penggalian gas alam.

Persepsi Responden terhadap Hutan Kemenyan

Bagi petani, hutankemenyan merupakan wujud kasih karunia Tuhan yang harus dikelola, dijaga dan dilestarikan karena dari hasil hutan kemenyan mereka dapat menghidupi mereka dari generasi ke generasi berikutnya. Mereka meyakini kemenyan mampu memberikan nafkah untuk melangsungkan hidup. Secara keseluruhan petani mengungkapkan bahwa hutan kemenyan adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagai melanjutkan tradisi. Petani juga menyadari fungsi dan manfaat hutan kemenyan bukan hanya sumber mata pencaharian tetapi lebih dari itu, keberadaan hutan kemenyan juga memberikan manfaat untuk menjaga daya dukung dan kualitas lingkungan seperti tanah, air dan udara dan juga untuk habitat satwa liar yang tinggal di dalam hutan kemenyan.

(16)

Gambar 1. Persepsi petani terhadap hutan kemenyan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai potensi keberadaan kemenyan terdapat 80% responden yang menyatakan bahwa kemenyan tidak akan habis dengan tanggapan kemenyan akan mampu bertahan lama dan tetap memproduksi getah dan 20% menyatakan kemenyan akan habis karena munculnya hama penggerek batang kemenyan yang menyebabkan turunnya produktivitas getah kemenyan.

2. Aspek Ekonomi Pengelolaan Hutan Kemenyan

Dilihat dari aspek ekonomi, kemenyan juga memberikan manfaat bagi petani yang mengelolanya. Secara garis besar pendapatan masyarakat yang tinggal disekitar hutan kemenyan berasal dari penyadapan kemenyan. Pendapatan yang dimaksud adalah penghasilan kotor yang diperoleh petani selama satu bulan. Pada umumnya, pendapatan petani berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan oleh luas lahan dan tanaman pendukung yang ditanam oleh petani dalam lahannya berbeda. Pada Tabel berikut merupakan penghasilan petani per bulan.

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Getah Kemenyan Per Bulan

No Identitas Responden Jumlah (orang) Proporsi (%)

6 Pendapatan (juta)

1-2 34 68

2-3 13 26

3-4 3 6

Total 50 100

(17)

pada umumnya petani akan tetap melakukan pemanenan pada pohon yang dianggap sudah banyak mengeluarkan getah. Perlu diketahui bahwa tidak semua pohon dapat disadap serentak seperti pada kebun karet, tetapi harus menyesuaikan kondisi tanaman. Sebagai indikator yang digunakan adalah daun. Jika dalam satu pohon masih terdapat daun muda maka penyadapan belum dapat dilakukan karena getah yang dikeluarkan oleh pohon masih sedikit dan sangat banyak mengandung air sehingga akan merugikan apabila tetap dipanen. Pohon ini baru dapat disadap apabila daunnya sudah dewasa atau tua.

Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Lainnya Per Bulan

No Identitas

Responden Jumlah (orang) Proporsi (%)

7 Pendapatan (juta)

0.1-0.5 26 52

0.6-1.0 20 40

1.1-1.5 4 8

Total 50 100

Tabel diatas menunjukkan penghasilan petani tertinggi berkisar antara 0.1- 0.5 juta per bulan. Penghasilan ini merupakan pendapatan kotor dari hasil panen agroforestri diluar dari pendapatan produktivitas getah kemenyan. Tingkat perekonomian rumahtangga meningkat dengan adanya tambahan penghasilan dari tanaman pertanian lainnya seperti kopi, kacang tanah, nenas, dan aren.

3. Pengelolaan Agroforestri

(18)

oleh petani sekarang ini. Menurut Widianto (2003) pengelolaan modern dimulai dari teknik koleksi dan seleksi benih, pengelolaan bibit pada kebun bibit petani, pemeliharaan berupa pengairan, penjarangan, pemotongan akar, pemangkasan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Aspek pengelolaan dibidang pemasaran yang merupakan pengelolaan agroforestry modern adalah pengaturan panen dan pemasaran sehingga memenuhi kriteria pemasaran yang baik dan efisien, yakni memenuhi kualitas dan kuantitas dan juga pengiriman yang sesuai dengan permintaan pasar, pengaturan alat angkutan yang murah dan lancar, dan pemilhan ukuran dan kualitas.

Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari semak belukar dengan menggunakan parang serta mempersiapkan lubang tanam. Pembukaan lahan baru tidak dilakukan didaerah ini karena lahan yang ada merupakan tanah warisan yang telah tersedia dari nenek moyang para petani responden.

Penanaman

(19)

kopi, penanamannya tidak begitu terjadwal dilakukan oleh petani, mereka menanam kopi di sela-sela kemenyan. Sedangkan tanaman lainnya ditanam para petani ketika tanaman kemenyan sudah besar, sehingga petani hanya memanfaatkan lahan kosong dibawah tegakan kemenyan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan oleh petani pada tanaman agroforestri tergolong masih sangat sederhana. Hal ini dibuktikan dengan minimnya perawatan yang dilakukan baik berupa pemupukan, pemangkasan dan penjarangan tanaman. Pemeliharaan tanaman yang sering dilakukan adalah pemupukan tanaman selain kemenyan dengan tujuan agar menghasilkan panen yang menguntungkan.

Pemanenan

Secara umum, panen tanaman kemenyan terjadi pada panen besar pada bulan Agustus sampai November atau bahkan sampai Januari, sedangkan selanjutnya merupakan panen kecil. Untuk pemanenan tanaman lainnya seperti kopi tidak menentu karena tergantung umur tanaman. Proses pemanenan juga tidak begitu sulit karena tinggal memetik biji kopi dan memperhatikan bunga kopi yang masih utuh supaya bertahan dan dapat dipanen kembali.

Pemasaran

(20)

Sumatera Utara. Untuk proses penentuan harga dilakukan berdasarkan kesepakatan antara petani dengan pengumpul dan dihitung berdasarkan perkilonya. Pola pemasaran yang bersifat masih belum teratur dan rantai pemasaran yang masih banyak melibatkan pengumpul mengakibatkan kerugian para petani. Menurut Sasmuko (2003) rantai pemasaran yang dimulai dari petani dan pengumpul menghasilkan keuntungan maupun kerugian. Keuntungannya adalah hasil agroforestry mudah tersalurkan karena adanya pengumpul, sedangkan kerugiannya adalah harga ditentukan oleh pengumpul walaupun tergantung kesepakatan dengan petani.

4. Pola Agroforestry

Di desa Banuaji I, II dan IV terdapat komponen tanaman kehutanan dengan komponen tanaman pertanian. Pola agroforesrtry di desa ini dapat diklasifikasikan dalam pola agrisilvikultur dan beberapa plot lainnya adalah apikultur, silvofishery dan agrosilvofishery. Sardjono, dkk (2003) mengatakan bahwa agrisilvikultur adalah sistem agroforestry yang mengkombinasikan komponen kehutanan dengan komponen pertanian atau tanaman non-kayu.

Tabel 8. Pola Agroforestri Di Desa Banuaji

No Nama Desa Pola Agroforestri Komponen Penyusun

1 Desa Banuaji 1

Plot 1 Agrisilvikultur

Kemenyan Toba, Kopi, Jagung, Ubi Kayu, Suren, Durian, Alpukat, Nangka, Langsat

Plot 2 Agrisilvikultur

Kopi, Ubi Kayu, Kakao, Kemenyan Toba, Bambu, Durian, Aren

Plot 3 Agrisilvikultur

Kopi, Nangka, Ubi Kayu, Kemenyan Toba, Langsat, Durian, Jambu Biji, Kakao, Suren, Aren, Rimbang, Ubi Talas

Plot 4 Agrisilvikultur

Kopi, Langsat, Aren, Ubi Kayu, Kacang Tanah, Pisang, Jagung, Kemenyan Toba, Ubi Talas, Asam

(21)

Kemenyan Durame, Pisang, Nangka, Bambu, Kacang Tanah

2 Desa Banuaji II

Plot 1 Apikultur

Peternakan Lebah, Kemenyan Toba, Karet, Ubi Kayu, Kopi, Nangka, Alpukat, Durian, Bawang Merah, Terong Belanda,Pinus

Plot 2 Agrisilvikultur

Jeruk, Durian, Alpukat,Pinus, Kemenyan Toba, Suren, Asam, Bambu, Nangka, Nenas

Plot 3 Agrisilvikultur

Jeruk, Durian, Nangka, Kemenyan Durame, Pinang

Plot 4 Silvofishery

Ikan Mujair, Pinang, Durian, Suren,Sukun, Pulai, Mindi

Plot 5 Agrisilvikultur Nangka, Kemenyan Toba, Nenas, Pulai

3 Desa Banuaji Iv

Plot 1 Agrisilvikultur

Aren, Kemenyan Toba,Kopi, Terong Belanda,Kakao, Nangka, Tebu, Jambu Air, Durian, Pisang, Ubi Kayu, Petai, Suren, Rimbang, Kayu Manis

Plot 2 Agrisilvikultur

Makaranga, Kemenyan Toba, Pisang, Aren, Kopi

Plot 3 Agrosilvofishery

Ikan Mas, Padi, Suren, Jambu Bji, Kemenyan Toba, Kopi

Pada umumnya ditemukan pola agrisilvikultur dengan komponen penyusunnya adalah tanaman kemenyan dengan kopi dan pola ini ditemukan hampir pada keseluruhan desa. Dalam pemilihan jenis tanaman yang akan diusahakan oleh petani tidak melalui perencanaan yang matang, melainkan tergantung pada ketersediaan bibit yang ada di wilayahnya. Pada kebun campuran, jarak tanam umumnya tidak teratur, jumlah pohon setiap jenis bervariasi, demikian juga dalam dalam satu jenis dijumpai variasi umur yang berbeda.

Gambar 2. Pola Agrisilvikultur Tanaman Kemenyan dan Kopi di Banuaji IV Plot 1

(22)

agroforestry. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widiarti dan Sukaesih (2008) yaitu pola tanam kebun campuran memberikan penghasilan yang bervariasi yakni bersifat rutin, harian, mingguan, bulanan, musiman dan tahunan sehingga kebun campuran memberikan hasil secara berkelanjutan bagi para petani.

Gambar 3. Peternakan lebah Banuaji II Plot 1

(23)

(a) Kopi dan kacang sebagai tanaman sela (b) Durian sebagai tanaman batas Gambar 4. Jenis-jenis tanaman agroforestri

Pemanfaatan tanaman kopi dapat dikombinasikan dengan tanaman kemenyan karena kopi tidak membutuhkan banyak perawatan namun tetap menghasilkan produktivitas yang sangat membantu petani. Lapisan tajuk pada sistem agroforestri yang menyerupai hutan dapat memberikan fungsi pelindung pada tanaman kopi dan memberikan fungsi konservasi yang baik dalam mengurangi tingkat erosi tanah. Selain itu, sinar matahari tidak berpengaruh langsung terhadap kopi sehingga kelembabann udara pada kebun dapat terjaga. Tanaman kemenyan yang berperan sebagi pelindung juga membantu meningkatkan kesuburan tanah. Agus et al (2002) menyatakan bahwa selain memberikan perlindungan terhadap lingkungan, tanaman pelindung ini dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga serta sebagai alternatif dalam mengatasi anjloknya harga kopi. Oleh karena itu, pilihan tanaman untuk system agroforestry harus disesuaikan dengan kondisi biofisik setempat, komoditas yang harus dihasilkan harus punya pasar dan petani harus memiliki akses terhadap bibit tanaman yang bermutu tinggi. 5. Komposisi Jenis Penyusun Pola Agroforestry

(24)

Tabel 9. Komponen penyusun pola agroforestry di desa Banuaji II

No Nama Tanaman Jumlah

1 Karet (Hevea Brasilinensis) 58

2 Ubi Kayu (Manihot utilissima) 22

3 Kopi (Coffea robusta) 250

4 Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) 54

5 Nangka (Artocarpus heterophyllus) 34

6 Alpukat (Persea americana) 60

7 Durian (Durio zibethinus) 47

8 Bawang Merah (Allium cepa) 210

9 Terong Belanda (Cyphomandra betacea) 50

10 Pinus (Pinus merkusii) 26

11 Jeruk (Citrus sinensis) 55

12 Suren (Toona sureni) 21

13 Asam (Citrus aurantifolia) 4

14 Bambu (Bamboosa multiplex) 19

15 Nenas (Ananas sativum) 97

16 Kemenyan Durame (Styrax benzoin) 6

17 Pinang (Areca catechu) 22

18 Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) 300

19 Sukun (Artocarpus communis) 9

20 Pulai (Alstonia scholaris) 23

21 Mindi (Melia azedarach) 5

Ada beberapa jenis pohon yang dipilih oleh masyarakat untuk ditanami di

lahan agroforestri nya seperti kemenyan toba (Styrax sumatrana), pinus (Pinus merkusii), suren (Toona sureni), kemenyan durame (Styrax benzoin), pulai

(Alstonia scholaris), dan mindi (Melia azedarach). Sedangkan tanaman buah-buahan yang banyak dikembangkan adalah nangka (Artocarpus heterophyllus), alpukat (Persea americana), dan durian (Durio zibethinus). Tanaman komoditas seperti Kopi (Coffea robusta) adalah tanaman yang paling banyak dikembangkan di kebun campuran tetapi umumnya pada tempat terbuka dan diusahakan oleh masyarakat pada semua tempat. Jenis lain yang umum didapati adalah bambu. Tabel 10. Komponen penyusun pola agroforestri di desa Banuaji IV

No Nama Tanaman Jumlah

1 Aren (Arenga pinnata ) 5

2 Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) 290

(25)

4 Terong Belanda (Cyphomandra betacea) 12

5 Kakao (Theobroma cacao) 13

6 Nangka (Artocarpus heterophyllus) 5

7 Tebu (Saccharum officinrum) 6

8 Jambu Air (Eugenia aquea) 3

9 Durian (Durio zibethinus) 2

10 Pisang (Musa paradisiaca) 23

11 Ubi Kayu (Manihot utilissima) 23

12 Petai (Parkia speciosa) 1

13 Suren (Toona sureni) 36

14 Rimbang (Solanum torvum) 3

15 Kayu Manis (Cinnamomum burmann) 6

16 Makaranga (Macaranga gigantea) 17

17 Ikan Mas (Cyprinus carpio) 250

18 Padi (Oryza sativa)

19 Jambu Biji (Psidium guajava) 5

Komponen penyusun pola agroforestry di desa ini tidak jauh berbeda dengan desa banuaji II dimana komoditas utama sebagai tanaman sela yang digunakan oleh petani adalah kopi. Pohon suren yang ditanam disela sela kemenyan berguna untuk bahan bangunan, suren dapat tumbuh dengan baik meskipun berada di celah kemenyan dan tertutup oleh tajuk. Sebagian tanaman merupakan tanaman yang tumbuh dengan sendirinya kemudian dibiarkan tumbuh dan dipelihara oleh petani seperti aren (Arenga pinnata), petai (Parkia speciosa),rimbang (Solanum torvum) dan makaranga (Macaranga gigantea). Tanaman makaranga ini digunakan oleh masyarakat sebagai obat ternak yang sakit.

Tabel 11. Komponen penyusun pola agroforestry di desa Banuaji I

No Nama Tanaman Jumlah

1 Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) 251

2 Kopi (Coffea robusta) 604

3 Jagung (Zea mays) 230

4 Ubi Kayu (Manihot utilissima) 345

5 Suren (Toona sureni) 12

6 Durian (Durio zibethinus) 39

7 Alpukat (Persea americana) 23

(26)

9 Langsat (Lansium domesticum) 48

10 Kakao (Theobroma cacao) 57

11 Bambu (Bamboosa multiplex) 13

12 Aren (Arenga pinnata) 23

13 Jambu Biji (Psidium guajava) 5

14 Rimbang (Solanum torvum) 20

15 Ubi Talas (Ipomea batatas) 52

16 Kacang Tanah () 600

17 Pisang (Musa paradisiaca) 26

18 Asam (Citrus aurantifolia) 4

19 Karet (Hevea brassilinensis) 15

20 Dedap (Erythrina sp) 6

21 Kemenyan Durame (Styrax benzoin) 17

Desa Banuaji I merupakan desa yang paling dekat dengan jalan lintas sumatera. Di desa ini banyak ditemukan jenis kemenyan Toba (Styrax sumatrana) dimana dalam pemasarannya kemenyan jenis ini merupakan jenis yang terbaik dan masyarakat desa ini memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibanding dengan desa banuaji II dan IV. Selain itu tanaman komoditas yang ditanam dalam pola agroforestry beragam seperti Kopi (Coffea robusta), Jagung (Zea mays), Ubi Kayu (Manihot utilissima), dan Kacang Tanah. Masyarakat desa ini memanfaatkan lahannya dengan menanam jenis kemenyan dan semua tanaman komoditas. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menunjang perekonomian masyarakat karena akan memberikan penghasilan yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widiarti dan Sukaesih (2008) yang menyatakan bahwa pola tanam kebun campuran memberikan penghasilan yang bervariasi yakni bersifat rutin, harian, mingguan, bulanan, musiman dan tahunan sehingga kebun campuran memberikan hasil secara berkelanjutan bagi para petani.

6. Struktur Vertikal Agroforestry

(27)

ketinggian tumbuh yaitu Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) dan pinus (Pinus merkusii). Pada stratum B dengan tinggi rata-rata 5-15 meter ditemukan jenis nangka (Artocarpus heterophyllus), alpukat (Persea americana), durian (Durio zibethinus), jambu air (Eugenia aquea), kemenyan durame (Styrax benzoin), sukun (Artocarpus comunis), mindi (Melia azedarach), tebu (Saccharum officinarum), pisang (Musa paradisiaca), petai (Parkia speciosa), kayu manis (Cinnamomum burmann), jambu biji (Psidium guajava), langsat (Lansium domesticum) dan dedap (Erythrium sp).

Pada stratum C yaitu tinggi tanaman antara 1-5 meter adalah karet (Hevea brasilinensis), kopi (Coffea robusta), Ubi kayu (Manihot utilissima), terong belanda (Chypomandra betacea), jeruk (Citrus sinensi), suren (Toona sureni) asam (Citrus aurantifolia), nenas (Ananas sativum), pinang (Arecha catechu), pulai (Alstonia scholaris), aren (Arenga pinnata), kakao (Theobroma cacao), rimbang (Solanum torvum), makaranga (Macaranga gigantea), padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), ubi talas (Ipomea batatas) dan kacang tanah. Keseluruhan tanaman ini ditemukan pada semua ketinggian. Hal ini dikarenakan oleh adanya kesamaan tujuan yaitu memproduksi tanaman komoditas untuk meningkatkan pendapataan masyarakat.

(28)
(29)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sistem agroforestri yang terdapat di Desa Banuaji I, II dan IV adalah sistem apikultur, agrisilvikultur dan silvofishery. Jenis-jenis tanaman yang ditemukan dan jumlah individunya dominan pada stratum A dengan tinggi rata-rata >15 meter dan pada semua ketinggian tumbuh yaitu Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) dan pinus (Pinus merkusii). Pada stratum B dengan tinggi rata-rata 5-15 meter ditemukan jenis tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species). Pada stratum C yaitu tinggi tanaman antara 1-5 meter berupa tanaman perdu kopi (Coffea robusta). Komposisi jenis penyusun berupa tanaman kehutanan, tanaman pertanian dan perikanan.

Saran

(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Kawasan Hutan Batang Toru

Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari Blok Barat dan Blok Timur, secara geografis terletak antara 98° 53’ - 99° 26’ Bujur Timur dan 02° 03’ - 01° 27’ Lintang Utara. Hutan alami (primer) di Batang Toru yang tersisa saat ini diperhitungkan seluas 136.284 hadan berada di Blok Barat seluas 81.344 ha dan di Blok Timur seluas 54.940 ha. Secara administratif berada di 3 Kabupaten yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.

Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara

Tapanuli Utara dalam Angka (2012), secara geografis Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada koordinat 1º20'00" - 2º41'00" Lintang Utara (LU) dan 98 05"-99 16" Bujur Timur (BT).Secara administratif Kabupaten Tapanuli Utara berbatasan dengan lima kabupaten tetangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengahdan Kabupaten

Humbang Hasundutan,

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu,

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten TapanuliSelatan.

Kondisi Umum Kecamatan Adiankoting

(31)

502, 90 Km2. Secara administratif kecamatan Adiankoting berbatasan dengan empat kecamatan tentangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut :

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarutung. • Sebelah Utara berbatasan dengan Kacamatan Parmonangan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pahae Julu

Kecamatan Adiankoting terdiri atas 16 desa/kelurahan yaitu Pagaran Lambung I, II, III, IV, Sibalanga, Pagaran Pisang, Adiankoting, Dolok Nauli, Banuaji I, II, IV, Pansur Batu, Pardomuan Nauli, Siantar Naipospos, Pansur Batu I dan II. Luas lahan untuk hutan kemenyan adalah 2.088 ha dengan produksi kemenyan 524,07 ton/tahun.

Pengertian dan Fungsi Agroforestri

Agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis jenis palm, bambu, dan sebagainya) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan ( Hairiah dkk, 2003).

(32)

produksi hingga peran berbagai jenis pohon atau tanaman lainnya di lingkungan masyarakat lokal dalam rangka keberhasilan pemilihan desain dan kombinasi jenis pada bentuk-bentuk agroforestri modern yang akan diperkenalkan atau dikembangkan di suatu tempat; (c) Kaitannya dengan kelembagaan lokal, dengan praktik agroforestri lokal tidak hanya melestarikan fungsi dari kepala adat, tetapi juga norma, sanksi, nilai, dan kepercayaan (unsur-unsur dari kelembagaan) tradisional yang berlaku di lingkungan suatu komunitas; (d) Kaitannya dalam pelestarian pengetahuan tradisional, salah satu ciri dari agroforestri tradisional adalah diversitas komponen terutama hayati yang tinggi (polyculture). Sebagian dari tanaman tersebut sengaja ditanam atau dipelihara dari permudaan alam guna memperoleh manfaat dari beberapa bagian tanaman sebagai bahan baku pengobatan. Meskipun hampir di seluruh kecamatan di Indonesia sudah tersedia Puskesmas atau Puskesmas Pembantu (Pusban), tetapi masyarakat masih banyak yang memanfaatkan lingkungannya sebagai ‘tabib’ bilamana mereka sakit (Widianto dkk. 2003).

(33)

Klasifikasi Sistem Agroforestri

Berbagai tipe agroforestri telah banyak diinventarisir dan dikembangkan dengan bentuk yang beragam tergantung kondisi wilayah, lokasi dan tujuan agroforestri itu sendiri. Namun demikian, keragaman agroforestri tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat dasar utama (Sardjono dkk., 2003), yaitu:

(1) Berdasarkan strukturnya (Structural Basis) yang berarti penggolongan dilihat dari komposisi komponen-komponen penyusunnya (tanaman pertanian, hutan, pakan, dan/atau ternak). Agroforestri dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Agrisilvikultur (Agrisilvicultural Systems)

Sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian (atau tanaman non kayu).Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman non kayu dari jenis tanaman semusim (annual crops).

b. Silvopastura (Silvopastural Systems)

Sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen peternakan (atau binatang ternak/pasture). Kedua komponen dalam silvopastura seringkali tidak dijumpai pada ruang dan waktu yang sama (misal: penanaman rumput hijauan ternak di bawah tegakan pinus) c. Agrosilvopastura (Agrosilvopastural Systems)

(34)

sistem Parak di Maninjau (Sumatera Barat) atau Lembo dan Tembawang di Kalimantan.

(2) Berdasarkan sistem produksi, agroforestri dibedakan menjadi :

a. Agroforestri berbasis hutan adalah bentuk agroforestri yang diawali dengan pembukaan sebagian areal hutan dan/atau belukar untuk aktivitas pertanian. b. Agroforestri berbasis pada pertanian yaitu produk utama tanaman pertanian dan atau peternakan tergantung sistem produksi pertanian dominan di daerah tersebut. Komponen kehutanan merupakan elemen pendukung bagi peningkatan produktivitas dan/atau sustainabilitas.

c. Agroforestri berbasis pada keluarga adalah agroforestri yang dikembangkan di areal pekarangan rumah (homestead agroforestry).

(3) Berdasarkan masa perkembangannya, agroforestri dapat dibedakan menjadi : a. Agroforestri tradisional/klasik yaitu tiap sistem pertanian, dimana pohon-pohonan baik yang berasal dari penanaman atau pemeliharaan tegakan/tanaman yang telah ada menjadi bagian terpadu, sosial ekonomi dan ekologis dari keseluruhan sistem (agroecosystem).

b. Agroforestri modern umumnya hanya melihat pengkombinasian antara tanaman keras atau pohon komersial dengan tanaman sela terpilih.

Struktur dan Komposisi Agroforestri

(35)

masing-masing jenis. Keseluruhan dari penyebaran horizontal juga dapat dikombinasikan dengan penyebaran merata dengan beberapa strata dimana komponen kehutanan dan pertanian tersebar pada sebidang lahan dengan strata yang sistematis. Kondisi ini umumnya dijumpai pada bentuk-bentuk agroforestri yang modern dan berskala komersial. Sedangkan strata tidak merata dimana komponen kehutanan dan pertanian tersusun dalam strata yang tidak beraturann pada sebidang lahan. Struktur tidak merata lebih banyak dijumpai pada agroforestri tradisional yang lebih polikultur . Struktur ini sangat berkaitan dengan diversitas atau aspek kelimpahan jenis dan kemerataannya (Sardjono, 2003).

Secara umum, kelompok utama yang menyusun model agroforestri yaitu tanaman, tanah, cara pengelolaan dan produksi. Pendugaan produksi secara agronomis umumnya hanya mempertimbangkan proses-proses yang terjadi dibagian atas tanah saja sementara proses lainnya yang terjadi didalam tanah sering diabaikan.Oleh karena proses yang terlibat didalam tanah sistem agroforestri sangat kompleks maka setiap komponen penyusun disederhanakan dengan cara membuat asumsi sebagai hipotesis. Pada prinsipnya semua tanaman itu sama dapat tumbuh dan memiliki batang, daun, akar dan sebagainya tetapi memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk pertumbuhan tanaman memerlukan air, unsur hara, dan cahaya yang berbeda ditinjau dari segi jumlah, jenis dann waktu memerlukannya (Widianto, 2003).

Agroforestri Berbasis Kemenyan

(36)

berasaskan kelestarian lingkungan dengan mengusahakan atau mengkombinasikan tanaman kehutanan dan pertanian (perkebunan, ternak) sehingga dapat meningkatkan perekonomian petani di pedesaan (Gautama, 2007).

Salah satu jenis tanaman yang terdapat pada hutan rakyat adalah kemenyan dengan daerah pengembangannya adalah di Tapanuli Utara khususnya di Adiankoting. Pengembangan hutan rakyat kemenyan di Adiankoting merupakan upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tersebut, karena keberadaan hutan rakyat mempunyai arti penting bagi peningkatan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Selain itu hutan rakyat mempunyai arti penting dalam upaya menjaga tata air, pemanfaatan lahan kering dan terlantar. Tanaman kemenyan merupakan jenis tanaman yang sudah lama dikenal oleh masyarakat dan menjadi ciri khas masyarakat Adiankoting.

(37)

Pengembangan hutan rakyat dengan komoditi tertentu dapat memperbaiki mutu lingkungan disamping meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan iklim mikro yang baik, memperbaiki struktur tanah, dan mengendalikan erosi.Hal tersebut menjadikan hutan rakyat merupakan salah satu teknik konservasi tanah dan air secara vegetatif (Purwanto, dkk. 2004).

Deskripsi Tanaman Kemenyan Kingdom : Plantae

Superdivision : Spermatophyta Division : Angiospermae Class : Dikotil

Ordo : Styracales Family : Styracaceae Genus : Styrax

Species : Styrax sumatrana dan Styrax benzoin

Di Indonesia terdapat tujuh jenis atau varietas kemenyan (Styrax sp.) yang menghasilkan getah akan tetapi hanya dua jenis yang lebih umum dikenal dan diusahakan di Sumatera Utara, yaitu Styrax sumatrana J.J.SM yang disebut dengan kemenyan toba dan Styrax benzoin DRYAND yang disebut dengan kemenyan (haminjon) durame. Dari kedua jenis ini tersebut, jenis yang pertama lebih dominan karena memiliki kualitas getah yang lebih baik dan bernilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis yang terakhir (Sasmuko, 2003).

(38)

berwarna putih dan tidak lengket.Sedangkan ciri khas jenis kemenyan durame (Styrax benzoin) bahwa jenis ini dapat menghasilkan getah kemenyan seperti tahir yang memiliki kualitas getah lebih rendah dengan ciri-ciri berwarna hitam kecoklatan dan agak lengket (Jayusman, 2014).

Kegunaan Kemenyan

Penggunaan kemenyan untuk industri dalam negeri sampai saat ini masih terbatas, relatif kecil dan belum banyak diketahui serta diteliti kegunaannya, kecuali dibakar sebagai bahan dupa dalam penyelenggaraan upacara-upacara keagamaan dan dipakai pada upacara adat atau sesajian serta ramuan rokok.

Penggunaan kemenyan dari segi pemakaiannya sebagai bahan kimia yaitu antara lain:

1. Pada bidang farmasi (obat-obatan)

Penggunaan kemenyan sebagai obat-obatan telah lama dipergunakan. Hal inidibuktikan dari berbagai literatur kimia, yaitu:

- Antiseptik

- Obat mata bagi penyakit kataraks - Expectorant (melegakan pernafasan) 2. Pada obat-obatan pertanian

3. Pada parfum 4. Pada Kosmetik

5. Pabrik rokok dan pabrik porselin 6. Kegiatan religius/upacara agama (dupa) 7. Varnis

(39)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat besar peranannya dalam berbagai aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial, dan ekonomi dengan keanekaragaman flora dan fauna yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.Hutan sebagai pengatur tata air telah banyak dipahami orang sehingga kelestarian hutan menjadi kepentingan setiap manusia yang hidup dibumi ini. Menurut Reksohadiprodjo (1994), pentingnya hutan bagi kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat kini dirasakan makin meningkat. Hal ini dikarenakan kesadaran untuk mengelola sumberdaya hutan yang tidak hanya dari segi finansial saja namun diperluas dengan pengelolaan sumberdaya hutan secara utuh.

(40)

hutan rakyat tradisional yang diusahakan masyarakat sendiri tanpa campur tangan pemerintah (swadaya murni), baik berupa tanaman satu jenis (hutan rakyat mini) maupun dengan pola tanaman campuran (agroforestri) (Awang, 2005).

Agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang merupakan kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon buah-buahan dan peternakan dengan tanaman kehutanan. Sistem agroforestri merupakan sistem pengelolaaan sumber daya alam yang dinamis dan berbasis ekologi dengan memadukan berbagai jenis pohon pada tingkat lahan pertanian maupun pada suatu bentang lahan. Pengelolaan lahan dengan sistem agroforestri bertujuan untuk mempertahankan lahan dan keanekaragaman produksi lahan, sehingga berpotensi memberikan manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan bagi pengguna lahan.

Pola pemanfaatan lahan dengan sistem agroforestri merupakan suatu model usaha tani yang penting bagi para petani atau masyarakat yang tinggal di sekitar hutan yang memiliki kekayaan yang berlimpah seperti kemenyan meskipun pegusahaannya dengan cara tradisional dan pada umumnya para petani memiliki lahan pertanian yang terbatas. Dengan pola seperti ini, akan meningkatkan intensitas panen yang akhirnya mampu memberikan tambahan hasil baik berupa fisik maupun nilai finansial. Pola usaha tani agroforestri ini dianggap dapat mengatasi permasalahan kehidupan petani terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup (Senoaji, 2012).

(41)

Batang Toru. Kecamatan Adiankoting memproduksi kemenyan dalam 1 tahun sekitar 524.07 ton degan rata-rata produksi 250.99 kg/ha.

Sistem agroforestri sebenarnya telah lama dikenal dan dipraktikkan oleh masyarakat dikawasan hutan Batangtoru Blok Barat. Pola penyusunan struktur dan komposisi jenis tanaman sistem agroforestri yang dikembangkan oleh masyarakat banyak dipengaruhi oleh kebiasaan atau budaya dan luas kepemilikan lahan. Semakin banyak variasi jenis tanaman yang digunakan maka semakin bervariasi struktur dan komposisi jenis tanaman agroforestri yang dikembangkan. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang struktur dan komposisi jenis tanaman dalam sistem agroforestri yang terdapat dikawasan hutan Batangtoru Blok Barat.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

Mendeskripsikan sistem agroforestri yang terdapat di kawasan hutan Batangtoru Blok Barat dan mempelajari struktur dan komposisi jenis tanaman yang terdapat dalam sistem agroforestri di kawasan Hutan Batangtoru Blok Barat Kecamatan Adiankoting.

Manfaat Penelitian

(42)

ABSTRAK

CYNTHYA LESTARI RUMAHORBO : Struktur dan Komposisi Jenis Tanaman Dalam Sistem Agroforestri Berbasis Kemenyan Di Kawasan Hutan Batangtoru Blok Barat Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Dibimbing Oleh: IRAWATI AZHAR dan RISWAN.

Agroforestri merupakan salah bentuk dari hutan kemasyarakatan yang telah lama dikenal dan dipraktikkan oleh masyarakat dikawasan hutan Batangtoru Blok Barat. Sistem agroforestri yang diterapkan pada masing-masing daerah berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem agroforestri yang terdapat dikawasan hutan Batangtoru Blok Barat Kecamatan Adiankoting. Penelitian ini dimulai dari April 2015 sampai dengan Desember 2015. Metode penelitian ini adalah metode wawancara dilakukan berdasarkan kuisioner data terhadap petani yang memiliki lahan agroforestri serta menggunakan sistem

(43)

ABSTRACT

CYNTHYA LESTARI RUMAHORBO :Structure and Composition Variety In Agroforestry Systems Based On Kemenyan In Forest Area Batangtoru West Block

Adiankoting District of North Tapanuli. Supervised By : IRAWATI AZHAR and

RISWAN.

Agroforestry is one form of social forestry has long been known and practiced by the community forest area of West Block Batangtoru. Agroforestry systems are applied to each of the different regions. This research aimed to describe agroforestry systems contained Batangtoru forest area of the West Block District of Adiankoting. This research started from April 2015 until December 2015. This research method is interview conducted by questionnaire data against farmers who have agroforestry and using purposive sampling system in determining the research plots with a size of 20 x 20 meters. The results showed that agroforestry systems found in the village Banuaji I, II and IV are apiculture systems ,agrisilvicultur and Silvofishery.

(44)

STRUKTUR DAN KOMPOSISI JENIS TANAMAN DALAM

SISTEM AGROFORESTRIKEBUN KEMENYAN

DIKAWASAN HUTAN BATANGTORU BLOK BARAT

KECAMATAN ADIANKOTING KABUPATEN

TAPANULI UTARA

SKRIPSI

Oleh:

Cynthya Lestari Rumahorbo 121201034

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(45)

STRUKTUR DAN KOMPOSISI JENIS TANAMAN DALAM

SISTEM AGROFORESTRI KEBUN KEMENYAN

DIKAWASAN HUTAN BATANGTORU BLOK BARAT

KECAMATAN ADIANKOTING KABUPATEN

TAPANULI UTARA

SKRIPSI

Oleh:

Cynthya Lestari Rumahorbo 121201034/Teknologi Hasil Hutan

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)

Judul : Struktur Dan Komposisi Jenis Tanaman Dalam Sistem Agroforestri Kebun Kemenyan di Kawasan

HutanBatangtoru Blok Barat Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara

Nama :Cynthya Lestari Rumahorbo

NIM : 121201034

Program Studi : Kehutanan

Minat Studi : Teknologi Hasil Hutan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Irawati Azhar, S.Hut., M.Si

Ketua Anggota

Riswan, S.Hut., M.Si

Mengetahui:

(47)

ABSTRAK

CYNTHYA LESTARI RUMAHORBO : Struktur dan Komposisi Jenis Tanaman Dalam Sistem Agroforestri Berbasis Kemenyan Di Kawasan Hutan Batangtoru Blok Barat Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Dibimbing Oleh: IRAWATI AZHAR dan RISWAN.

Agroforestri merupakan salah bentuk dari hutan kemasyarakatan yang telah lama dikenal dan dipraktikkan oleh masyarakat dikawasan hutan Batangtoru Blok Barat. Sistem agroforestri yang diterapkan pada masing-masing daerah berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem agroforestri yang terdapat dikawasan hutan Batangtoru Blok Barat Kecamatan Adiankoting. Penelitian ini dimulai dari April 2015 sampai dengan Desember 2015. Metode penelitian ini adalah metode wawancara dilakukan berdasarkan kuisioner data terhadap petani yang memiliki lahan agroforestri serta menggunakan sistem

(48)

ABSTRACT

CYNTHYA LESTARI RUMAHORBO :Structure and Composition Variety In Agroforestry Systems Based On Kemenyan In Forest Area Batangtoru West Block

Adiankoting District of North Tapanuli. Supervised By : IRAWATI AZHAR and

RISWAN.

Agroforestry is one form of social forestry has long been known and practiced by the community forest area of West Block Batangtoru. Agroforestry systems are applied to each of the different regions. This research aimed to describe agroforestry systems contained Batangtoru forest area of the West Block District of Adiankoting. This research started from April 2015 until December 2015. This research method is interview conducted by questionnaire data against farmers who have agroforestry and using purposive sampling system in determining the research plots with a size of 20 x 20 meters. The results showed that agroforestry systems found in the village Banuaji I, II and IV are apiculture systems ,agrisilvicultur and Silvofishery.

(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Garoga, Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Lahir pada tanggal 13 Maret 1994 dari Ayah Sorimonang Rumahorbo dan Ibu Asda Hasmian Sinaga. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 173807 Garoga, Kecamatan Simanindo, Samosir, Sumatera Utara pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Ambarita pada tahun 2009, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Ambarita pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan, penulismengikuti organisasai intra kampus sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Silva (HIMAS) USU, sebagai anggota UKM KMK USU dan organisasi ekstra kampus sebagai anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Komisariat Pertanian. Pada tahun 2015 penulis juga menjadi Asisten praktikum Hasil Hutan Non Kayu dan Asisten Praktikum Biologi.

(50)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Struktur dan Komposisi Jenis Tanaman Sistem Agroforestri Kebun Kemenyan Di Kawasan Hutan Batangtoru Blok Barat” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.

Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada ibu Irawati Azhar S.Hut., M.Si dan bapak Riswan S.Hut., M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis bapak Sorimonang Rumahorbo dan ibu Asda Hasmian Sinaga yang telah memberi dukungan, semangat, materi, serta doa selama ini. Penulis juga berterimakasih kepada saudara penulis Andos Rumahorbo, Roni Nikolas Rumahorbo, Ridwan Rumahorbo dan Firma Rumahorbo yang telah meluangkan waktu untuk tetap memberi dukungan, semangat serta doa.

(51)

DAFTAR ISI

Kondisi Umum Kawasan Hutan Batangtoru ... 4

Kondisi Umum Kabupaten Tapanuli Utara ... 4

Kondisi Umum Kecamatan Adiankoting ... 4

Pengertian dan Fungsi Agroforestri ... 5

Klasifikasi Sistem Agroforestri. ... 7

Struktur dan Komposisi Agroforestri ... 8

Agroforestri Berbasis Kemenyan ... 9

Deskripsi Tanaman Kemenyan ... 11

Kegunaan Tanaman Kemenyan ... 12

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

Alat dan Bahan Penelitian ... 13

Prosedur Penelitian ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Sosial dan Pengelolaan Hutan Kemenyan ... 16

Umur Petani Responden ... 16

Pekerjaan Responden ... 17

Tingkat Pendidikan Responden ... 18

Jumlah Anggota Keluarga ... 19

Pengalaman Bertani ... 20

Luas Lahan Pertanian Responden ... 20

Status Kepemilikan Lahan ... 21

Persepsi Responden Terhadap Hutan Kemenyan ... 22

Aspek Ekonomi Pengelolaan Hutan Kemenyan ... 23

(52)

Persiapan Lahan ... 26

Penanaman ... 26

Pemeliharaan ... 26

Pemanenan ... 27

Pemasaran ... 27

Pola Agroforestri ... 28

Komposisi Jenis Penyusun Pola Agroforestri ... 31

Struktur Vertikal Agroforestri ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran ... 36 DAFTAR PUSTAKA

(53)

DAFTAR TABEL

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 16

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 17

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 18

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ... 19

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan ... 24

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapan Getah Kemenyan Per Bulan ... 24

7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Lainnya Per Bulan ... 24

8. Pola Agroforestri di Desa Banuaji ... 28

9. Komponen Penyusun Pola Agroforestri di Desa Banuaji II ... 31

10.Komponen Penyusun Pola Agroforestri di Desa Banuaji IV ... 32

(54)

DAFTAR GAMBAR

1. Persepsi Petani Terhadap Hutan Kemenyan ... 23 2. Pola Agrisilvikultur Tanaman Kemenyan dan Kopi di Banuaji IV

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Getah Kemenyan Per Bulan
+5

Referensi

Dokumen terkait

DONNA CHRISTY PANDIANGAN: Potensi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli

DONNA CHRISTY PANDIANGAN: Potensi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli

Etnobotani Tumbuhan Kemenyan (Studi Deskriptif pada Masyarakat Pakpak Klasen di Desa Sionom Hudon Sibulbulon, Kecamatan Parlilitan).. Jurnal Ilmu Sosial;