Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent) Salam sejahtera,
Saya, Shiva Shanker A/L Mathaven, NIM 120100519, mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Menonton Televisi Dengan Kegiatan Mengemil Pada Anak Obesitas di Sekolah Dasar Harapan Medan”.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan menonton televisi dengan kegiatan ngemil pada anak obesitas
di Sekolah Dasar Harapan Medan.
Pada penelitian ini, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada para
bapak/ibu/saudara, dan saya mengharapkan keikutsertaan dan kerjasama dari para
bapak/ibu/saudara untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya untuk
kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud-maksud lain.
Identitas pribadi akan tetap dirahsiakan dan tidak akan dipublikasikan. Keikutsertaan
para bapak/ibu/saudara dalam penelitian ini sangat saya harapkan. Partisipasi
bapak/ibu/saudara adalah bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Bapak/ibu/ saudara
berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.
Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas perhatian dan kesediaan para
bapak/ibu/saudara menjadi responden dalam penelitian ini, saya ucapkan terima
kasih.
Medan, 2015
Peneliti, Responden
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : SHIVA SHANKER A/L MATHAVEN
Tempat / tanggal lahir : Kedah / 12 Julai 1993
Pekerjaan : Mahasiswa Kedokteran
Agama : Hindu
Alamat : Jalan Dr Mansyur Gg Sehat No.29
No.Telefon : 087867337425
Orang Tua : Mathaven A/L Narayanasamy (Bapa)
Yesotha A/P Damodharan (Ibu) Riwayat Pendidikan :-Tadika Kemas
-Sekolah Kebangsaan Yaacob Latiff -Sekolah Kebangsaan Seri Tasik (UPSR) -Sekolah Menengah Kebangsaan Seri Tasik (PMR, SPM)
-Berlin Malaysia College (Foundation in Science)
Kegiatan :-Mahasiswa Kedokteran
- Ahli Kelab Persatuan Kebangsaan Pelajar
Lampiran 2
Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent) Salam sejahtera,
Saya, Shiva Shanker A/L Mathaven, NIM 120100519, mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Menonton Televisi Dengan Kegiatan Mengemil Pada Anak Obesitas di Sekolah Dasar Harapan Medan”.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan menonton televisi dengan kegiatan ngemil pada anak obesitas
di Sekolah Dasar Harapan Medan.
Pada penelitian ini, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada para
bapak/ibu/saudara, dan saya mengharapkan keikutsertaan dan kerjasama dari para
bapak/ibu/saudara untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya untuk
kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud-maksud lain.
Identitas pribadi akan tetap dirahsiakan dan tidak akan dipublikasikan. Keikutsertaan
para bapak/ibu/saudara dalam penelitian ini sangat saya harapkan. Partisipasi
bapak/ibu/saudara adalah bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Bapak/ibu/ saudara
berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.
Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas perhatian dan kesediaan para
bapak/ibu/saudara menjadi responden dalam penelitian ini, saya ucapkan terima
kasih.
Medan, 2015
Peneliti, Responden
Lampiran 3
HEALTH RESEARCH ETHICAL COMMITTEE
Of North Sumatera
c/o MEDICAL SCHOOL, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jl. Dr. Mansyur No. 5 Medan, 20155 – INDONESIATel: +62-61-8211045; 8210555 Fax: +62-61-8216264, E-mail: komet_fkusu@yahoo.com
FORMULIR ISIAN OLEH PENELITI
Nama lengkap Anda:
Alamat (harap ditulis dengan lengkap):
Telp/Fax/HP/E-mail/lain-lain:
Alamat lain yang dapat dihubungi :
Telp/Fax/HP/E-mail/lain-lain:
Nama Institusi Anda (tulis beserta alamatnya) :
Judul Penelitian :
DAFTAR PERTANYAAN :
1. Subjek yang digunakan pada penelitian Anda:
Penderita Non Penderita Hewan
2. Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian Anda: 100 pasien yang menderita
Penyakit Obesitas.
HUBUNGAN MENONTON TELEVISI DENGAN KEGIATAN MENGEMIL PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR HARAPAN MEDAN
0850 087867337425 / lordshiva.7869@yahoo.com 3 JL DR MANSYUR,GG SEHAT NO 29, MEDAN 2
3. Keterangan : Subjek dikumpulkan berdasarkan data sekolah yang ada masalah kegemukan.
4. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini (perkiraan) untuk setiap
subjek : 20 (detik/menit/jam/hari/bulan/tahun)*
5. Rangkaian usulan penelitian mencakup objektif penelitian, manfaat/relevansi dari
hasil penelitian disertai alasan/motivasi dilakukannya penelitian dan resiko yang mungkin timbul disertai cara penyelesaian masalahnya (ditulis dengan bahasa yang dapat dimengerti secara umum).
Berhubungan dengan Penyakit Obesitas atau masalah kegemukan yang merupakan masalah kesehatan global di Indonesia, maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian ini supaya dapat mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku penderita kegemukan tentang penyakit yang mereka hidapi.
6. Apakah masalah etik menurut Anda dapat terjadi pada penelitian Anda ini.
a. Masalah etik yang dapat terjadi adalah terbukanya data-data responden yang
seharusnya merupakan rahasia pihak peneliti dan responden
7. Jika subjeknya manusia, apakah percobaan terhadap hewan sudah pernah
dilakukan?.Jika tidak, sebutkan alasan mengapa langsung dilakukan terhadap manusia (berikan argumentasi Anda secara jelas dan mudah dimengerti).
a. Penelitian ini hanya perlu dilakukan pada penderita yang menghidap
penyakit kegemukan untuk menilai tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku,maka tidak cocok jika dilakukan pada hewan coba.
8. Prosedur pelaksanaan penelitian atau percobaan (frekwensi, interval, dan jumlah total
segala tindakan invasif yang dilakukan, dosis dan cara penggunaan obat, isotop, radiasi atau tindakan lainnya) sebutkan!.
a. Prosedur penelitian adalah dengan cara memberikan kuesioner pada
responden
9. Bahaya potensial yang langsung atau tidak langsung, segera atau kemudian dan cara
yang digunakan untuk pencegahannya (disebutkan jenis bahayanya).
a. Bahaya potensial yang mungkin terjadi adalah terbukanya data-data
10. Pengalaman terdahulu sebelum atau sesudah penelitian dari tindakan yang akan dilakukan (baik sendiri ataupun perorangan).
a. Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya
11. Jika penelitian dilaksanakan pada orang sakit, sebutkan apa kegunaan bagi si sakit, dan bagaimana pula kompensasi yang diberikan jika terjadi kerugian pada jiwanya.
a. Kegunaannya adalah dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
Penyakit Obesitas atau masalah kegemukan dan pendeteksian faktor risikonya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.
12. Bagaimana cara memilih penderita dan sukarelawan yang sehat?.
a. Dengan pengisian kuesioner
13. Apa hak dan kewajiban yang bisa Anda berikan sebagai jaminan dan imbalan bagi
subjek/objek tersebut?.Jika terdapat ganti rugi, sebutkan pula berapa jumlah yang diberikan?
a. Hak peneliti : mendapatkan informasi yang sebenarnya dari subjek penelitian
berupa data primer yang dijawab oleh subjek melalui kuesioner.
b. Kewajiban peneliti : menjaga kerahasiaan identitas subjek
14. Sejauh mana hubungan antara subjek manusia yang diteliti dengan peneliti? (ceklis
yang benar):
15. Jelaskan cara pencatatan selama penelitian, termasuk efek samping dan
komplikasinya bila ada?
a. Data yang diperoleh merupakan data primer dari responder sendiri melalui
kuesioner, kemudian dicatat dan dianalisis dengan menggunakan program komputer yang sesuai
16. Jelaskan cara memberitahu dan mengajak subjek (lampirkan contoh surat persetujuan
a. Dengan data dari kusioner
17. Apakah subjek diasuransikan? (pilih salah satu)
a. Ya
b. Tidak
Medan, 07 JULI 2015
Mengetahui, Menyatakan :
Dosen Pembimbing KTI Peneliti Utama
(dr. Rusdiana, M.Kes) (Shiva Shanker A/L Mathaven)
Lampiran 4
DAFTAR PERTANYAAN
I. Identitas Responden
1. Nomor kode responden :
2. Nama responden :
3. Tanggal Lahir
4. Hari/tanggal wawancara
5. Berat badan responden
II. Gambaran Umum Responden
1. Apakah adik pernah menderita suatu penyakit?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah adik punya kegiatan selain pergi ke sekolah?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika ya, kegiatan apa saja?
a. Olah raga
b. Kursus
Intensitas Menonton televisi
Hari Sekolah Hari Libur
Waktu Jam Jumlah jam Jam Jumlah Jam
Total
III. Kegiatan Ngemil Saat Menonton Televisi
1. Apakah waktu menonton televise adik selalu mengkonsumsi makanan
kecil
a. Ya
b. Tidak
2. Jika Ya, makanan apa yang sering adik konsumsi
a. Jenis coklat
b. Jenis biskuit
c. Kacang-kacangan
d. ...(sebutkan)
IV. Hal-hal yang Mempengaruhi Kegiatan Ngemil
1. Apakah adik pernah melihat iklan makanan di televise?
a. Pernah
b. Tidak pernah
2. Jika pernah, iklan makanan apa saja yang adik lihat?
3. Apakah yang membuat adik tertarik pada iklan makanan?
a. Jenis Makananya
b. Model pada iklan makanan tersebut
c. ...(sebutkan)
4. Berapa uang yang adik belanjakan untuk membeli makanan kecil
(snack)
Rp. ...
5. Jika tidak jajan diluar, apakah dirumah adik selalu tersedia makanan
kecil (snack).
a. Ya
b. Tidak
6. Jika Ya, sebutkan makanan kecil (snack) apa yang tersedia.
...(sebutkan)
7. Berapa frekuensi adik membeli makanan tersebut dalam seminggu
a. 1-2 kali
b. 3 kali
c. >3 kali
8. Jika tidak dijajan diluar, apakah dirumah adik selalu tersedia makanan
kecil (snack)?
a. Ya
b. Tidak
9. Jika Ya, sebutkan makanan kecil(snack) apa yang sering tersedia?
Lampian 9
Rincian Biaya Penelitian
Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini sebesar Rp. 410.000.- dengan rincian berikut:
1. Cenderahati pada anak anak sekolah Rp. 150.000.-
2. Biaya Literatur
- Internet Rp. 50.000.-
- Fotokopi Rp. 60.000.-
- Printing Rp. 100.000.-
3. Penjilidan Rp. 50.000.-
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Jawa Timur, Bidang PPKM, Seksi Gizi. Laporan Hasil Pemantauan
Status Gizi Anak Kelas 1 Baru SMA/SMK/MA di Provinsi Jawa Timur. 2010
Elma Sayuti, 2000. Hubungan Aktivitas Menonton Televisi Dengan Kecenderungan
Terjadinya Obesitas Pada Anak Di SD NO. 1 Baiturrahmah Kotamadya Padang
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2000.
Hartadi, C, dan Taarea, R. H, Penanggulan Obesitas Menuju Gaya Hidup Sehat,
FKUI, Jakarta, 1988
Jamil, R, Simposium Obesitas dan Penyakit Penyerta, “Penatalaksanaan Obesitas dan Olah Raga”, FK-UNAND, Padang, 1995.
Kementerian Kesehatan. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun
2010. Jakarta, 2011
Kementerian Kesehatan. Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah
Lanjutan.Jakarta, 2010.
Kementerian Kesehatan RI.2011 “Pedoman Pencegahan dan Penanggulan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah
Kementerian Kesehatan. Pedoman untuk Tenaga Kesehatan. Usaha kesehatan
Sekolah di Tingkat Sekolah dasar, Sekolah Menengah dan Pondok Pesantren.
M. Julia a M.M. van Weissenbruch b E.P. Prawirohartono a ,et al. Tracking for
Underweight, Overweight and Obesity from Childhood to Adolescence: A 5-
Year Follow-Up Study in Urban Indonesian Children.a Department of Child
Health, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University. Hormon Research.
Februari 6, 2008
Pudjiadi, S, Obesitas, Obesitas Pada Anak, Komisi Pengembangan Riset dan
Perpustakaan FK-UI, 1981.
Rasyid, R, Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Upaya Mencegah dan Menanggulangi
Masalah Gizi Ganda, Seminar Sehari Tuntunan Islam Tentang Masalah Gizi
Ganda dan Keterkaitan dengan Kualitas Umat, Padang, 1997.
WHO. 2006. Protein and Amino Acid Requirements in Human Nutrition: Report of a
Joint FAO/WHO/UNU expert Consulation. Geneva: WHO Library Cataloguing-
in-Publication Data WHO.2006. Obesity and overweight.Fact Sheet WHO/311.
Geneva: World Health Organization.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep
Merupakan kerangka konsep pada penelitian ini adalah :
Aa
Gambar 3.1: Kerangka konsep
3.2. Definisi operasional
No. Variable Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Skala
1. Obesitas Peningkatan lemak
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cross
sectional, dimana penelitian ini mengetahui hubungan menoton televisi dengan
kegiatan mengemil pada anak obesitas di Sekolah Dasar Harapan Medan.
4.2 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di sekitar sekolah Sekolah Dasar Harapan Medan. Waktu
penelitian direncanakan pada bulan Oktober-November 2015.
4.3 Populasi dan sampel penelitian 4.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah anak sekolah dasar di Sekolah Dasar Harapan
Medan.
4.3.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak. Sampel dari
penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus data proposi (populasi infinit)
n = besar sampel minimum
Z1-/2 = standar deviasi normal untuk 1,96 dengan Convidence Level 95%
P = Proporsi (0,33)
d = derajat kesalahan yang diterima (0,1)
Dengan menggunakan rumus besar sampel tersebut diperoleh jumlah sampel
minimal 100 orang. Sampel minimal yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
sebagai berikut :
Kriteria Inklusi, meliputi:
a.Berumur 7 hingga 12 tahun
b.Rajin menonton televisi
c.Aktivitas normal
Kriteria Eksklusi
a.Pelajar yang tidak bersedia untuk menjadi responden
b.Pelajar yang sakit waktu penelitian
1,9621-/2 0,5 (1- 0,33)
n = 0.12
4.4 Teknik pengumpulan data
Data dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung pada responden
dengan menggunakan alat bantu kuesioner penelitian. Kuesioner yang digunakan
berdasarkan atas obesitas dan kuesioner tambahan yang terdiri dari beberapa
pertanyaan yang dibuat untuk melengkapi hasil penelitian. Kuesioner untuk
mengetahui identitas responden, usia, lama menonton televisi, jam menonton televisi
dan intensitas mengemil pada anak di sekolah Sekolah Dasar Harapan Medan
4.5 Teknik pengolahan dan analisa data 4.5.1 Pengolahan data
Data tentang intensitas menonton televisi yang dikumpulkan, selanjutnya
dikelompokkan. Pedoman penggelompokkan diambil dari hasil Survei Riset
Indonesia tahun 1992. Pada survei itu dinyatakan bahwa intensitas menonton TV
yang ideal adalah 2 jam perhari. Kalau intensitas itu dijadikan untuk kelompok yang “sedang”. Maka intensitas menonton TV pada penelitian ini diklasifikasikan atas 3 kategori yaitu berat, sedang dan ringan dengan ketentuan seperti berikut:
Berat : > 17 jam/minggu Sedang : 14 – 17 jam/minggu Ringan : < 14 jam/minggu
Langkah-langkah dalam menganalisa data dalam penelitian ini adalah:
1. Editing
Peneliti memeriksa data awal yang telah ada. Bertujuan untuk mengurangi kesalahan
atau kekurangan yang ada.
2. Koding
Memberikan kode pada masing-masing variabel penelitian untuk memudahkan dalam
3. Entri
Memasukan data dalam program komputer untuk dilakukan pengolahandata sesuai
dengan variabel yang sudah ada.
4. Tabulasi
Pengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian menyusunnya ke
dalam tabel unutuk mempermudah dalam pembacaan hasilpenelitian.
Daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik dimana responden(anak sekolah)
dan interview tinggal memberikan jawaban dengan wawancara langsung pada
responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
4.5.2 Analisa data
1. Analisis Univariat
Adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa ini
digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang disajikan dalam distribusi
frekuensi dalam bentuk presentase dari tiap variabel.
2. Analisis Bivariat
Bab V Hasil Penelitian
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Sekolah
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Harapan yang terletak di jalan Imam
Bonjol No. 35 Medan yang merupakan sekolah swasta. Sistem pendidikan yang
diterapkan di sekolah ini adalah model Sekolah Kategori Mandiri – Pendidikan
Berbasis Keunggulan Lokal – Pusat Sumber Belajar (SKM-PBKL-PSB) dimana
sumber pembelajaran bukan hanya berasal dari guru tapi juga dari murid dan sumber
lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Siswa-siswi yang belajar di sekolah ini
tergolong mudah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan di berbagai bidang
karena selain terletak di ibukota provinsi dan bahkan tidak jauh dari pusat kota,
sekolah ini juga telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas.
5.1.2 Gambaran Umum Responden 5.1.2.1 Jenis Kelamin
Table 5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Harapan Medan
Tahun 2015
No Jenis Kelamin Jumlah %
1 Laki-laki 45 45
2 Perempuan 55 55
Jumlah 100 100
Jumlah murid yang dijadikan responden pada penelitian ini adalah sebanyak 100
orang, yang terdiri dari 45 orang (45%) murid laki-laki dan 55 orang (55%) murid
5.1.2.2 Umur
Tabel 5.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di SD Harapan
Medan Tahun 2015
NO Umur(tahun) Jumlah %
1 7-9 28 28
2 10-12 72 72
Jumlah 100 100
Umur responden dalam penelitian ini antara 7 hingga 12 tahun, dengan persentase
umur terendah adalah kelompok umur 7- 9 sebanyak 28%, seperti yang terlihat pada
tabel berikut ini.
5.1.2.3 Tingkat Obesitas
Tabel 5.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Obesitas di SD Harapan
Medan Tahun 2015
NO Tingkat Obesitas Jumlah %
1 I 62 62
2 II 32 32
3 III 6 6
Jumlah 100 100
Tingkat obesitas responden dalam penelitian ini dari tingkat I hingga tingkat III.
Persentase tertinggi adalah 62% pada tingkat I dan yang terendah adalah 6% pada
tingkat III.
5.1.3 Aktivitas Menonton Televisi 5.1.3.1 Intensitas Menonton Televisi
Table 5.1.4 Distribusi Intensitas Menonton Televisi pada Anak di SD Harapan Medan
Tahun 2015
NO Intensitas Menonton
Televisi (Minggu)
Jumlah %
1 Ringan 24 24
2 Sedang 16 16
3 Berat 60 60
Jumlah 100 100
Intensitas menonton televisi responden berkisar antara 0,5 jam sampai dengan 3 jam
untuk hari sekolah dan 1 jam sampai 5 jam untuk hari libur. Presentase yang terendah
adalah responden yang intensitas menonton televisi pada tingkat yang sedang yaitu
16%. Manakala pada tingkat berat, jumlahnya besar yaitu 60 orang (60%).
Perinciannya dapat dilihat pada tabel di atas ini.
Jika dibedakan intensitas menonton televisi responden berdasarkan kelompok umur,
5.1.3.2 Kegiatan Ngemil
Kegiatan ngemil pada penelitian ini menjelaskan tentang kegiatan mengkonsumsi
makanan ringan (snack) saat menonton televisi. Kegiatan ngemil pada responden
dibagi atas dua kategori yaitu ya (selalu ngemil) dan tidak (tidak selalu ngemil).
Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.1.5 Distribusi Kegiatan Ngemil pada Anak di SD Harapan Medan Tahun
2015
No Kegiatan Ngemil Jumlah %
1 Ya 66 66
2 Tidak 34 34
Jumlah 100 100
Pada tabel 5.1.5 terlihat bahwa kegiatan ngemil pada anak sebagian besar berada pada
kategori ya sebanyak 66 orang (66%). Dari kategori tidak yaitu 34 orang (34%).
Selain kegiatan ngemil saat menonton televisi, diteliti juga frekuensi membeli
makanan diluar rumah dalam seminggu. Pada penelitian ini frekuensi tersebut dibagi atas tiga kategori yaitu “rendah” bila frekuensinya < 2 kali, “sedang” bila frekuensinya 3 kali dan “tinggi” bila frekuensinya > 3 kali. Untuk jelasnya dapat dilihat di tabel dibawah ini.
Tabel 5.1.6 Distribusi Frekuensi Membeli Makanan Diluar Rumah Pada Anak di SD
Dari tabel 5.1.6 dapat dilihat bahwa anak yang membeli makanan diluar rumah
frekuensi < 2 kali dalam seminggu menunjukkan jumlah yang paling tinggi yaitu 73
orang (73%). Sementara itu anak dengan frekuensi > 3 kali, jumlahnya tidak begitu
besar yaitu 2 orang (2%).
Selanjutnya frekuensi membeli makanan diluar rumah dibedakan berdasarkan
kelompok umur, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.1.7 Distribusi Frekuensi Membeli Makanan di Luar Rumah Berdasarkan
Kelompok Umur Anak di SD Harapan Medan Tahun 2015
Membeli Makanan Di Luar Rumah
NO Kelompok Umur
(Tahun) <2 kali 3 kali > 3 kali
Jumlah
n % n % n % n %
1 7-9 23 82.1 4 14.3 1 3.6 28 100
2 10 - 12 50 69.4 21 29.2 1 1.4 72 100
Jumlah 73 75.8 25 21.8 2 2.5 100 100
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sebahagian besar anak pada kelompok umur
7 – 9 tahun, frekuensi membeli makanan diluar rumah 1 kali dalam seminggu yaitu
23 orang (82,1%). Namun dijumpai juga 1 orang (3,6%) dengan frekuensi > 3 kali
dalam seminggu. Selain itu pada kelompok umur 10 – 12 tahun, jumlahnya jauh
berbeda, frekuensi yang < 2 kali dalam seminggu sebanyak 50 orang (69,4%) dan
5.1.4 Hubungan Antara Dua Variabel
5.1.4.1 Hubungan Intensitas Menonton Televisi dengan Kegiatan Ngemil Tabel 5.1.8 Distribusi Intensitas Menonton Televisi dengan Kegiatan Ngemil pada
Anak SD Harapan Medan 2015
Kegiatan Ngemil
NO Intensitas
Menonton Televisi
(minggu)
Ya Tidak
Jumlah
N % n % n %
1 Ringan 14 58.3 10 41.7 24 100
2 Sedang 7 43,8 9 56,2 16 100
3 Berat 45 75 15 25 60 100
Jumlah 66 59 34 41 100 100
Dari tabel diatas dapat dilihat, bahwa anak dengan intensitas menonton televisi
dalam tingkat berat, sebahagian besar melakukan kegiatan ngemil yaitu 45 orang
(75%). Namun masih dijumpai yang tidak selalu melakukan kegiatan sebanyak 15
orang (25%). Pada tingkat sedang, antara anak yang tidak selalu dan selalu
melakukan kegiatan ngemil, jumlahnya hampir berimbang yaitu 9 orang (56,2%) dan
7 orang (43,8%). Sedangkan untuk intensitas menonton televisi pada tingkat ringan,
jumlah yang tertinggi pada anak yang selalu melakukan kegiatan ngemil yaitu 14
Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan Chi Square menunjukkan
ada hubungan yang bermakna antara intensitas menonton televisi dan kegiatan ngemil
pada anak dengan p = 0.042 (p < 0.05).
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap aktivitas menonton televisi
(intensitas menonton televisi dan kegiatan ngemil) dan hubungan antara dua variabel
tersebut pada anak di SD Harapan Medan, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
5.2.1 Aktivitas Menonton Televisi 5.2.1.1 Intensitas menonton Televisi
Intensitas menonton televisi pada anak di SD Harapan Medan dibagi atas tiga
kategori yaitu rendah (< 14 jam/minggu), sedang (14 – 17 jam/minggu) dan berat (>
17 jam/minggu). Pada penelitian didapatkan bahwa jumlah yang terbesar adalah anak
dengan intensitas menonton televisi dalam kategori berat yaitu 60 orang (60%).
Dijumpai juga dalam kategori sedang sebanyak 24 orang (24%).
Hal ini menunjukkan bahwa anak yang intensitas menonton televisi dalam kategori
ringan dan berat jauh berbeda. Faktor penyebab anak cukup banyak peluang untuk
menonton televisi, karena aktivitas yang terlalu sedikit, seperti hanya mengerjakan
pekerjaan rumah. Selain itu juga disebabkan kemajuan pertelevisian yang menyajikan
acara yang menarik dan memukau, seperti film dan iklan-iklan (termasuk iklan
makanan), membuat anak lebih senang memilih menonton televisi daripada
melakukan kegiatan lain yang bersifat positif.
Jika dilihat intensitas menonton televisi anak berdasarkan kelompok umur, maka
dari 28 orang anak pada kelompok 7 – 9 tahun, sebagian besar berada pada kategori
berat yaitu 19 orang (67,9%). Untuk kategori ringan dan sedang, masing-masing
adalah 7 orang (25%) dan 2 orang (7,1%). Sedangkan pada kelompok umur 10 – 12
tahun, intensitasnya jauh berbeda antara yang ringan yaitu 17 orang (23,6%) dan
berat sebanyak 41 orang (56,9%).
Data-data diatas menunjukkan bahwa anak pada kelompok umur 7 – 9 tahun
disebabkan kemungkinan walaupun anak-anak tersebut tidak terlalu memahami
informasi yang diberikan televisi, namun mereka begitu tertarik dengan acara yang
ditayangkan televisi dan melakukan kegiatan lain yang biasa dilakukan untuk anak
umur tersebut. Malah sama juga dengan anak kelompok umur 10 – 12 tahun yang
sudah lebih mudah memahami informasi yang diberikan televisi dan acara menarik,
sehingga anak lebih memilih untuk berlama-lama didepan televisi. Selain itu anak
pada kelompok umur 10 – 12 tahun, terdapat juga jumlah yang cukup besar anak
dengan intensitas menonton televisi dalam kategori ringan. Penyebab tidak lain
karena aktivitas yang cukup banyak dan sedikit peluang untuk menonton televisi.
5.2.1.2 Kegiatan Ngemil
Kegiatan ngemil didapat dari pertanyaan melalui kuesionar tentang konsumsi
makanan ringan (snack) saat menonton televisi. Kegiatan ngemil dikategorikan
menjadi 2 jenis yaitu yang tidak selalu (tidak), dan selalu mengkonsumsi snack (Ya).
Dari hasil penelitian didapatkan sebahagian besar anak selalu mengkonsumsi snack
yaitu 66 orang (66%), dan yang tidak selalu mengkonsumsi snack yaitu 34 orang
(34%). Hal ini menunjukkan cukup tingginya keinginan anak untuk mengkonsumsi
snack saat menonton televisi. Pada umumnya faktor penyebabnya adalah ketersediaan
snack dirumah. Dari 100 orang anak, yang selalu tersedia snack dirumah adalah 70
orang (70%) dan yang tidak tersedia sebanyak 30 orang (30%).
Kemungkinan lain penyebabnya adalah karena intensitas menonton televisinya
yang cukup banyak, sehingga menimbulkan keinginan anak untuk mengkonsumsi
snack sambil menikmati acara televisi yang memukau dan menarik.
Jika dilihat keinginan ngemil berdasarkan kelompok umur, maka antara kelompok
umur 7 – 9 tahun dan 10 – 12 tahun anak selalu mengkonsumsi snack dengan
jumlah yang paling banyak dan tidak jauh berbeda yaitu 16 orang (57,1%) dan 50
orang (69,4%). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ngemil saat menonton televisi
tidak dapat dibedakan berdasarkan kelompok umur.
Selain kegiatan ngemil saat menonton televisi, diteliliti juga frekuensi anak
anak dengan frekuensinya rendah (< 2 kali) yaitu 73 orang (73%) yang membeli
makanan di luar rumah dalam seminggu, yang (3 kali) sebanyak 25 orang yang
membeli makanan di luar rumah dalam seminggu dan ditemukan dengan frekuensi
tinggi (> 3 kali) sebanyak 2 orang (2%) yang membeli makanan di luar rumah dalam
seminggu.
5.2.2 Hubungan Antara Dua Variabel
5.2.2.1 Hubungan Intensitas Menonton Televisi dengan kegiatan Ngemil
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap hubungan intensitas menonton
televisi dengan kegiatan ngemil anak didapatkan bahwa anak yang intensitas
menontonnya pada tingkat berat (> 17 jam/minggu), sebahagian besar selalu
melakukan kegiatan ngemil yaitu 44 orang (73,3%). Sedangkan yang intensitas
menontonnya pada tingkat ringan (< 14 jam/minggu), jumlahnya yang terbanyak
adalah yang tidak selalu melakukan kegiatan ngemil yaitu 14 orang (58,3%). Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak anak menonton televisi akan semakin besar
keinginannya untuk melakukan kegiatan ngemil.
Kalau dilihat dari hasil statistik dengan menggunakan Chi Square, ternyata ada
hubungan yang bermakna antara intensitas menonton televisi dengan kegiatan ngemil
pada anak dengan p=0,042 (p < 0,05).
Lamanya waktu yang digunakan untuk menonton televisi membuat anak lebih
banyak melihat acara-acara yang menarik, seperti film anak-anak dan iklan makanan.
Dengan seiringnya melihat iklan makanan tersebut akan dapat menjadi pemicu anak
untuk mengkonsumsi makanan seperti yang ditanyangkan di televisi.
Menurut Dr, Willian Dietz Jr dan Dr. Gortmaker pada penelitiannya (Yahya, L.R.S,
1999), didapatkan bahwa setiap jam yang dilewati oleh seorang anak akan menambah
resiko untuk menjadi obesitas. Lebih lanjut dijelaskan bahwa semakin lama anak
menonton televisi, semakin meningkatkan keinginan untuk mengkonsumsi makanan
kecil (snack) yang diiringi berkurangnya aktivitas fisik. Hal inilah akhirnya
Bab VI
Kesimpulan Dan Saran
6.1 Kesimpulan
1. Intensitas menonton televisi pada anak di SD Harapan Medan terlalu jauh
perbedaannya antara kategori ringan (< 14 jam/minggu) yaitu 24% dan
kategori berat (> 17 jam/minggu) sebanyak 60%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dari 100 orang anak Sekolah Dasar tersebut, sebahagian
anak intensitas menontonnya cenderung ke arah ideal ( rata-rata 2 jam/hari)
dan ada yang melebihi ideal.
2. Kegiatan ngemil anak saat menonton televisi, sebahagian besar berada pada
kategori selalu mengkonsumsi snack yaitu 75%. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa cukup tinggi keinginan anak untuk mengkonsumsi snack saat
menonton televisi. Terdapat juga jumlah yang cukup yang tidak begitu besar
anak membeli makanan di luar rumah dalam frekuensi yang tinggi (> 3 kali)
yaitu 2%. Dapat disimpulkan, bahwa keinginan anak untuk membeli makanan
di luar rumah cukup tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh iklan
makanan yang ada di televisi.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara intensitas menonton televisi dengan
kegiatan ngemil pada anak di SD Harapan Medan dengan p = 0,042 (p <
6.2 Saran
1. Kepada pihak sekolah, harus melakukan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) agar meningkatkan penyuluhan kepada siswa terutama mengenai gizi
seimbang, sehingga pengetahuannya tentang makanan yang dianjurkan lebih
baik dan dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kepada orang tua, diharapkan agar lebih meningkatkan perhatian kepada
anak-anak, salah satunya tentang pengaturan jadwal menonton televisi. Hal ini
disebabkan media televisi saat ini menyajikan acara-acara menarik, seperti
fim kartun dan iklan makanan, sehingga dapat meningkatkan intensitas
menonton dari anak-anak.
3. Kepada siswa, diharapkan agar lebih dapat mengatur waktu antara menonton
televisi dengan kegiatan lainnya, seperti olahraga, kursus dan mengerjakan
pekerjaan rumah. Di samping itu dianjurkan agar mengganti kebiasaan
mengkonsumsi snack yang berenergi dan berlemak tinggi dengan makanan
yang mengandung energi rendah seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
4. Bagi pengelola televisi, jasa periklanan dan produsen makanan diharapkan
dalam mengelola periklanannya agar lebih selektif dan sebaiknya jangan
hanya mempertimbangkan rasa makanan saja, tetapi kalau dapat nilai gizi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Penyebab Obesitas
Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang berlebihan.Obesitas disebabkan
adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidakseimbangan antara
asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang
disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Obesitas merupakan penyakit multifaktorial
yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara
faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik,gaya hidup, sosial
ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu
dini pada bayi (Nugraha, 2009).
Menurut Solihin Pujiadi “obesitas merupakan keadaan patologik dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh.”
Definisi obesitas dikaitkan dengan adanya ketidakseimbangan antar porsi badan,
dimana berat badan melebihi ukuran persentase tertentu (Hartadi, C, dkk, 1988).
Dari sudut ilmu gizi, definisi obesitas yang baik adalah bila tercakup pengertian
terjadinya penimbunan trigliserida yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh
(Rahmat, 1981).
Menurut Ruslan Djamil, “obesitas adalah kelebihan lemak badan”. Selain itu
obesitas dapat disebabkan karena ketidakseimbangan energi, yaitu pemasukan energi
Dari beberapa pengertian obesitas di atas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa
obesitas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh adanya penimbunan lemak
yang berlebihan dalam jaringan lemak di bawah kulit dan dalam organ tubuh.
2.1.1 Faktor genetik
Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar.Bila kedua orang
tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas.Bila salah satu orang tua obesitas,
kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi
menjadi 14% (Mustofa, 2010).
2.1.2 Faktor lingkungan a. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan
energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas
akan meningkat. Misalnya pada anak seperti berkurangnya lapangan tempat bermain
serta tersedianya hiburan dalam bentuk game elektonik atau playstation dan tontonan
televise (Nugraha, 2009). Kurangnya aktivitas fisik inilah yang menjadi penyebab
obesitas karena kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya energi yang
dipergunakan (Mustofa, 2010).
b. Gaya hidup
Kecenderungan anak-anak sekarang suka makan “fast food” yang berkalori tinggi
seperti hamburger, pizza, ayam goring dengan kentang goring, es krim, aneka macam
c. Sosial ekonomi
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta
peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi (Syarif, 2003).
d. Nutrisi
Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh
dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu.Kenaikan berat badan dan lemak
anak dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi
kalori dari karbohidrat dan lemak (Syarif, 2003).
Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan energy
(energy intake) dibandingkan dengan yang diperlukan (energyexpenditure) oleh
tubuh sehingga kelebihan asupan energi disimpan dalam bentuk lemak (Nugraha,
2009).
Makanan merupakan sumber dari asupan energi. Di dalam makanan yang akan
diubah menjadi energii adalah karbohidrat, protein dan lemak. Apabila asupan
karbohidrat, protein dan lemak berlebih, maka karbohidrat akan disimpan sebagai
glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan dibentuk sebagai
protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak.
Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak tidak terbatas (Nugraha, 2009).
Faktor-faktor yang berpengaruh dari asupan makanan yang menyebabkan obesitas
adalah kuantitas, porsi sekali makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan,
kebiasaan makan (Nugraha, 2009).
Regulasi dan metabolism di dalam tubuh terdiri dari dua faktor yaitu controller (otak)
dan controlled system/nutrient partitioning yaitu organ lain di luar otak yang berperan
dalam menggunakan dan menyimpan energi seperti saluran cerna, liver, otot, ginjal
dan jaringan adiposa (Nugraha, 2009)
Otak akan menerima sinyal (input) dari lingkungan ataupun dari dalam tubuh sendiri
dalam bentuk menghambat atau mengaktivasi motor sistem dan memodulasi system
yang diterima oleh otak akan mempengaruhi pemilihan jenis makanan, porsi makan,
lama makan, absorpsi serta metabolism zat gizi di dalam tubuh. Zat gizi tertentu yang
secara khusus berpengaruh terhadap otak untuk meningkatkan asupan makanan
adalah zat lemak (Nugraha, 2009)
Sinyal neural dan humoral yang mempengaruhi otak diantaranya berasal dari saluran
cerna. Saluran cerna diketahui mengeluarkan beberapa peptide yang mempengaruhi
asupan makanan diantaranya adalah kolesistokinin, gastrin-releasing peptide,
oksintomodulin, neuromedin B dan neuropeptida YY3-36 yang akan mengurangi
asupan makanan. Terdapat pula hormom-hormon yang mempengaruhi asupan
makanan melalui rangsangan ke otak baik meningkatkan ataupun menurunkan yaitu
norepinefrin, serotonin, dopaminin dan histamine. Diantaranya histamin, apabila
sekresi histamine berkurang, maka asupan makanan akan meningkat (Nugraha,
2009).
Peptida lain adalah leptin. Leptin terutama disekresi oleh sel adiposa meskipun juga
dapat dihasilkan oleh plasenta dan gaster. Leptin akan bekerja pada reseptor leptin di
otak yang akan menghambat produksi peptide neuropeptida Y (NPY) dan peptide
agouti-related (AGRP) yang merupakan peptin yang poten untuk merangsang
makanan. Gangguan pada produksi leptin atau reseptornya akan mengakibatkan
keinginan makan yang berlebihan (Nugraha, 2009).
Orang gemuk dapat menjadi resisten terhadap insulin, menyebabkan penambahan
insulin dalam sirkulasi.Insulin mengurangi lipolisis dan menambah sintesis dan
ambilan lemak (Barness dan Curran, 1999).
2.2 Prevalensi Obesitas
Obesitas telah menjadi pandemi global di seluruh dunia dan dinyatakan oleh World
HealthOrganization (WHO) sebagai masalah kesehatan kronis terbesar pada orang
dewasa (Soegih, 2009).Pada tahun 1998 WHO menyatakan bahwa obesitas
2010). Obesitas kini bukan lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang lazim
ditemukan di negara-negara maju tapi telah merambah ke negara-negara berkembang
(Arisman, 2010).
Di Amerika Serikat lebih dari 50% orang dewasa menderita berat badan lebih dan
obesitas (Soegih, 2009). Sedangkan, prevalensi obesitas pada anak di New York
sebesar 17,8-19,9% (Melnik et al, 1998 dalam Arisman 2010). Prevalensi obesitas
pada anak dan remaja usia 6-18 tahun di Bangkok sebesar 14,3% (Suttapreyasri et al,
1990 dalam Arisman 2010).
Prevalensi nasional anak usia sekolah (6-14 tahun) gemuk laki-laki adalah 9,5%
sedangkan prevalensi nasional anak usia sekolah (6-14 tahun) gemuk perempuan
adalah 6,4%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah gemuk
laki-laki di atas prevalensi normal yaitu Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau,
Jambi, Papua, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta,
Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Riau, dan
Maluku Utara. Sedangkan prevalensi anak usia sekolah perempuan di atas prevalensi
normal sebanyak 17 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Bengngkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jaa
Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku dan
Papua (Riskesdas, 2007)
Di Indonesia khususnya di Jakarta, prevalensi obesitas pada anak usia 2-5 tahun
sebesar 16,1% (Droomers et al, 1995). Penelitian yang dilakukan Soegih dkk (2004)
pada 6318 orang pengunjung suatu laboratorium dari berbagai daerah, pekerjaan dan
kelompok umur (20 sampai dengan 55 tahun) diperoleh hasil 48,97% pria dan
40,65% wanita mengalami obesitas (Nugraha, 2009).
Penelitian epidemiologi yang dilakukan di daerah sub urban di daerah Koja, Jakarta
Utara pada tahun 1982, didapatkan prevalensi obesitas sebesar 4,2%, di daerah Kayu
Putih, Jakarta Pusat, yaitu pada tahun 1992, prevalensi obesitas mencapai 17,1%
dimana pada laki-laki sebesar 10,9% dan pada perempuan sebesar 24,1%. Pada
48,6%, pada tahun 2002 didapat 45% dan tahun 2003 didapat 44% orang dengan
berat badan lebih dan obes (Sugondo, 2007)
Bappenas (2004), mengemukakan bahwa dari 4.747 orang siswa/siswi SLTP
Yogyakarta dan 2% di Kabupaten Bantul mengalami obesitas.
Hasil penelitian Ariani dan Sembiring (2007) di beberapa sekolah dasar di kota
Medan, menunjukkan 17,75% siswa-siswi sekolah dasar mengalami obesitas.
2.3 Diagnosis obesitas pada anak
Untuk menentukan obesitas pada anak diperlukan kriteria berdasarkan pengukuran
antropometri, pada umumnya digunakan:
a. Pengukuran berat badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan standar. Disebut
obesitas bila BB > 120% BB standar, sedangkan disebut overweight bila BB
antara 110-120% (Taitz, 1991 dalam Hidayati et al, 2006)
b. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk dasar untuk memantaustatus gizi,
baik yang kekurangan berat badan maupun yang kelebihan berat badan.
Pengukuran IMT yaitu berat badan dibagi tinggi badan kwadrat (dalam kilogram
per meter persegi). Dikatakan obesitas bila BB/TB2> persentile ke 95 atau >
120% atau Z-score = + 2 SD. Dikatakan overweight jika IMT ≥ persentile 85
Kategori IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin menurut United State
Department of Health and Human Service Tahun 2000, adalah :
Tabel 2.1. Kategori IMT menurut
Kategori status gizi
Sumber :United State Department of Health and Human Service Tahun 2000
c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan
kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85
(Suandi, 2010)
2.4 Komplikasi
2.4.1 Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila
obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas dan mortalitasnya akan
meningkat (Soetjiningsih, 1995)
2.4.2 Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular
Faktor risiko ini meliputi peningkatan kadar insulin, trigliserida, LDL (lowdensity
lipoprotein) kolesterol, dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL (high
density lipoprotein) kolesterol (Soetjiningsih, 2010). IMT mempunyai hubungan yang
kuat dengan kadar insulin. Anak dengan IMT > persentile ke 99, 40% diantaranya
mempunyai kadar insulin tinggi, 15% mempunyai kadar HDL-kolesterol yang rendah
mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita
hipertensi (Syarif, 2003).
2.4.3 Saluran Pernafasan
Pada bayi, obesitas merupakan risiko terjadinya saluran pernafasan bagian bawah,
karena terbatasnya kapasitas paru-paru.Adanya hipertrofi dan adenoid mengakibatkan
obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mengakibatkan anoksia dan saturasi
oksigen rendah, disebut sindrom Chubby Puffer. Obstruksi ini dapat mengakibatkan
gangguan tidur, gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah yang abnormal
serta nafas yang pendek (Soetjiningsih, 1995).
2.4.4 Diabetes Mellitus tipe-2
Diabetes Mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas (Syarif,
2003).Prevalensi penurunan uji toleransi glukosa pada anak obesitas adalah 25%
sedangkan Diabetes Mellitus tipe-2 hanya 4%.Hampir semua anak obesitas dengan
Diabetes Mellitus tipe-2 mempunyai IMT > + 3SD atau > persentile ke 99 (Bluher et
al, 2004).
2.4.5 Obstruktif Sleep Apnea
Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala mengorok
(Syarif, 2003).Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak didaerah dinding dada
dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi
penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja
otot pernafasan. Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang
disertai penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan
tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh ke arah
dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan
menyebabkan tidur gelisah, sehingga keesokan harinya anak cenderung mengantuk
dan hipoventilasi. Gejala ini berkurang seiring dengan penurunan berat badan
2.5 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan obesitas pada anak adalah menghambat laju kenaikan berat badan
yang pesat dan tidak boleh diet terlalu ketat.Sehingga pengaturan dietnya harus
dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan sesuai tingkat usianya
(Soetjiningsih, 1995).
Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitas
seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga
dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi
asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet dan
peningkatan aktivitas fisik(Syarif, 2003).
a. Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan
Recommended Dietary Allowance(RDA), hal ini karena anak masih mengalami
pertumbuhan dan perkembangan (Syarif, 2003). Intervensi diet harus disesuaikan
dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas
sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan
pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97
persentile) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat
rendah (very lowcalorie diet) (Kiess et al, 2004).
Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang
• Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal
• Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak
jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari
(Syarif, 2003)
b. Pengaturan aktivitas fisik
Peningkatan aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme.Latihan
fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan
menggunakan keterampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam.
Dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik selama 20-30 menit per hari (Syarif,
2003).
c. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru
Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli
gizi.Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet,
mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet (Kiess et al.,
2004 dalam Hidayati et al, 2006)
2.6 Pencegahan
Pencegahan obesitas pada saat remaja penting diantisipasi sejak bayi.Untuk
mencegah obesitas pada masa bayi tersebut, perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini:
a. Setiap bayi dianjurkan untuk diberi ASI saja paling sedikit sampai 4-6 bulan
b. Pemberian makanan padat mulai diberikan sekitar 4-6 bulan
c. Penyuluhan tentang kebutuhan diet bayi, percepatan pertumbuhan bayi
d. Biasakan mengukur BB dan TB secara rutin sekali dalam sebulan (menggunakan
KMS)
e. Evaluasi kualitas pengasuhan anak, menganjurkan/membiarkan anak bergerak
2.7 Media Televisi
Media adalah semua alat, bahan atau apapun yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dengan maksud lebih memperjelas pesan-pesan tersebut.
Klasifikasi media terdiri atas visual aids, audia aids dan audia visual aids. Media
visual aids seperti papan tulis, poster, leafletdan model. Media audio aids seperti
radio dan yang termasuk media audio visual seperti televisi dan sound slides (
Sulaiman, A.H, 1988).
Kemajuan dalam menggunakan media atau alat peraga meningkat seiring dengan
perkembangan teknologi dan era globalisasi. Begitu juga dengan penggunaan
media Audio Visual Ava(AVA) seperti televisi sebagai salah satu alat bantu yang
memberikan informasi dan pesan dalam bentuk gambar dan suara. Informasi yang
diberikan lebih nyata daripada yang dapat disampaikan dengan kata-kata yang
diucapkan, dicetak atau ditulis.
Oleh karena itu media AVA membuat suatu pengertian menjadi lebih berati.
Media AVA juga dapat mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak
terhadap sesuatu yang diperlukan (Suleiman, A,H.,1988).
Televisi pada dasarnya merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi
anak-anak, baik sebagai sumber informasi untuk hal-hal yang baik dan cocok
maupun hal-hal yang kurang cocok bagi anak-anak sesuai mereka (Sobur, A,
1991).
Sekarang ini televisi bukan lagi merupakan benda asing bagi anak. Hampir tiap
rumah memiliki televisi dan hampir tiap hari pula anak-anak menontonnya.
Sehingga menonton televisi adalah kegiatan nomor satu bagi anak-anak selama
2.8 Beberapa Penelitian yang Berkaitan dengan Pengaruh Televisi 2.8.1 Intensitas menonton televisi
Newsweek pada tahun 1992 mengungkapkan bahwa 49 % dari orang-orang yang
disurvei menganggap televisi sebagai pemberi pengaruh terbesar pada anak- anak
karena mereka lebih banyak meluangkan waktu untuk menonton televisi daripada
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas fisik. (Chen, M, 1996).
Antara tahun 1986- 1990 peneliti Harvard School of Public Health di Boston,
Massachussetts meneliti hubungan antara menonotn televisi dengan obesitas pada
746 anak-anak. Rata-rata anak yang berumur 11 tahun menghabiskan waktu 48
jam sehari untuk menonton televisi.
Hasil survei atas 1.200 anak oleh Yankelovich Youth tahun 1993 menunjukkan
bahwa anak menhabiskan waktu untuk menonton televisi dalam mengisi kegiatan
mereka (Laksono. N, 1997).
Ahli Pediatrik Universitas Tufts, Dr. William Diets Jr dan Dr.Steven Gortmaker
dari Harvard School of Public Health mempelajari kesehatan dan kebiasaan
menonton televisi pada 1.500 anak Amerika. Penemuan mereka menegaskan
terlalu banyak menonton televisi menyisakan hanya sedikit waktu untuk kegiatan
fisik. Setiap jam yang dilewatkan seorang anak untuk menonton televisi
bertambah pula resiko untuk menjadi obesitas (Yahya, L.R.S, 1999).
Pada saat ini intensitas anak sekolah menonton televisi menunjukkan peningkatan
dari batas ideal, seharusnya anak menonton televisi 2 jam/hari (Pujilestari, P, dkk,
1996).
2.8.2 Pengaruh Iklan Makanan terhadap Pengetahuan Anak
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pemilihan makanan antara
lain karena menyukai rasa, tektur, bau dan penampilan makanan. Pemilihan
makanan tersebut disebabkan juga karena tertarik terhadap iklan makanan dalama
Iklan televisi akan menambah pengetahuan anak sehingga berpengaruh terhadap
kebiasaan makan anak. Anak cenderung memilin makanan yang pernah dilihatnya
di televisi yang pada umumnya banyak mengandung energi dan lemak tinggi. Hal
ini akan berakibat buruk pada anak karena energi yang masuk akan disimpan
dalm bentuk lemak. Penumpukan lemak dalam tubuh nantinya akan menyebabkan
kelebihan berat badan pada anak (Pujilestari, P,dkk, 1996).
2.8.3 Kegiatan Anak Saat Menonton Televisi
Kegiatan yang dilakukan anak saat menonton televisi adalah cenderung memkan
makanan kecil(Snack) seperti permen, kue-kue yang gurih dan manis serta es
krim. Biasanya makanan yang dimakan untuk snack mengandung energi dan
lemak tinggi berupa makanan basah (seperti roti, bolu) dan makanan ringan
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Obesitas atau kegemukan secara umum didefinisikan sebagai peningkatan berat
badan yang disebabkan oleh peningkatan lemak tubuh secara berlebihan.Obesitas
pada anak merupakan suatu penyakit yang mudah didiagnosis tetapi sulit untuk
ditangani.Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energy
dan lemak tinggi,sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena
kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style.
Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan global di dunia.Masalah
kesehatan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara
berkembang. Sebanyak 10% dari anak usia sekolah di dunia diperkirakan memiliki
kelebihan lemak tubuh, dengan peningkatan risiko mengalami penyakit kronis
(Lobstein et al., 2004).
Hasil RISKESDAS tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak
sekolah(6-12 tahun) sebesar 9,2%.Sebelas provinsi seperti D.I. Aceh (11,6%), Sumatera
Utara (10,5%) ,Sumatera Selatan (11,4),Ria (10,9%), Lampung(11,6%), Kepulauan
Riau(9,7%), DKI Jakarta(12,8%),Jawa Tengah(10,9%) Jawa Timur (12,4%), Sulawesi
Tenggara (14,7%), Papua Barat (14,4%) berada di atas prevalansi nasional.
Hasil penelitian di beberapa kota menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan
prevalensi kegemukan dan obesitas. Hasil penelitian di Yogyakarta (M. Julia,et al,
2008) menunjukkan adanya peningkatan prevalensi hampir dua kali lipat dalam
waktu lima tahun. Prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak sekolah di
Yogyakarta pada tahun 1999 sebesar 8,0%, meningkat menjadi 12,3% pada tahun
2004.
Pola makan yang merupakan pencetus terjadinya kegemukan dan obesitas adalah
mengkonsumsi makanan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makanan tinggi
perilaku makan yang salah adalah tindakan memilih makanan berupa junk food,
makanan dalam kemasan dan minuman ringan (soft drink).
Selain itu, menonton TV juga dikaitkan dengan meningkatnya konsumsi makanan
dan asupan lemak.AmericanAcademy of Pediatrics (2001) merekomendasikan untuk
tidak lebih dari 1 hingga 2 jam per hari menonton televisi sebagai upaya
meminimalkan dampak negative dari paparan televisi terhadap kesehatan.Pola
menonton TV seperti lamanya seorang anak menonton TV dalam sehari dapat
dipengaruhi oleh ada tidaknya TV yang diperuntukkan bagi anak. Adanya TV set di
dalam kamar tidur anak berhubungan dengan waktu menonton TV yang lebih lama
dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki TV dalam kamar tidurnya (Dennison
et al., 2002). Selain itu, pengaruh orang tua seperti peraturan yang diberikan dalam
menonton TV juga dapat mempengaruhi lamanya seorang anak menonton TV
(Salmon et al., 2005)
Panjangnya durasi menonton TV akan meningkatkan risiko obesitas pada anak.
Disamping semakin berkurangnya waktu untuk beraktivitas fisik, durasi menonton
TV yang semakin panjang akan meningkatkan keterpaparan anak pada iklan makanan
di televisi yang dapat mempengaruhi pola makannya. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Gantz et al. (2007) dan Batada et al. (2008) di Amerika Serikat yang
menemukan bahwa sekitar 50% dari waktu untuk iklan yang ditampilkan pada
program anak merupakan iklan makanan.
Berdasarkan uraian di atas serta mengingat bahwa intensitas menonton televise pada
anak semakin meningkat, iklan makanan pada televisi yang sangat menarik, sehingga
meningkatkan kegiatan anak untuk mengkomsumsi makanan kecil (snack) serta
prevalensi obesitas pada anak dari tahun ke tahun semakin meningkat maka penuis
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah bahwa anak lebih senang
menonton televisi dari pada melakukan aktivitas fisik dan juga iklan makanan yang
ditampilkan di TV yang sangat menarik, sehingga akan mempengaruhi kebiasaan
makan anak yang cenderung pada makanan yang tinggi energi, maka perumusan
masalah pada peneliti ini adalah “ Bagaimana hubungan aktivitas menonton televisi
dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di sekolah dasar”
1.3. TUJUAN Umum
Untuk mengetahui apakah adanya hubungan menonton televisi dengan
kegiatan mengemil pada anak obesitas di Sekolah Dasar Harapan Medan.
Khusus
Untuk mengetahui intensitas menonton televisi pada anak Sekolah Dasar Harapan Medan
Untuk mengetahui lamanya durasi anak Sekolah Dasar Harapan Medan
menonton televisi.
Untuk mengetahui pola makan anak Sekolah Dasar Harapan Medan
Untuk mengetahui kegiatan apa selain menonton televisi yang meningkatkan
pola makan si anak.
Untuk mengetahui distribusi proporsi anak obesitas berdasarkan usia, lama
1.4 Manfaat penelitian
Menambah referensi dan bahan kajian fakultas dalam bidang ilmu penyakit
dalam dan gizi, mengenai obesitas pada anak.
Diharapkan hasil penelitian dapat meningkatkan informasi tentang obesitas
sehingga dapat diminimalkan dengan metode yang efektif dan efisien.
Dapat memberikan pengalaman, pengetahuan dan informasi yang sangat berharga bagi peneliti untuk dapat berguna dalam melaksanakan tugas
nantinya.
Diharapkan dapat memberi masukan pada institusi pendidikan tentang
obesitas pada anak sehingga informasi ini dapat digunakan untuk menyusun
langkah-langkah strategi dalam mencegah terjadinya obesitas yang
diakibatkan oleh kelamaan menonton televise sambil mengemil yang
ABSTRAK
Kemajuan dalam pertelevisian terutama dengan berkembangnya beberapa stasiun televisi akan berpengaruh kepada intensitas menonton dan berkurangnya aktivitas fisik anak serta energi yang dikeluarkan sedikit. Hal ini cenderung akan menyebabkan terjadinya kenaikan berat badan dan berlanjut menjadi obesitas. Untuk itu diadakan penelitian tentang hubungan menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di SD Harapan Medan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara aktivitas menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di SD Harapan Medan. Aktivitas menonton televisi diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan obesitas diukur dengan BMI. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 100 orang dan analisa data dilakukan dengan menggunakan uji independensi Chi-Square.
Dari hasil penelitian diperoleh, intensitas menonton televisi anak dengan kategori ringan yaitu 16% jauh berbeda dengan kategori berat yaitu 60%. Kegiatan ngemil, sebahagian besar berada pada kategori selalu mengkonsumsi snack yaitu 66%. Kegiatan membeli makanan di luar rumah, persentase yang tinggi pada frekuensi < 2 kali yaitu 73%. Setelah dianalisa dengan statistik, maka didapatkan hubungan yang bermakna antara aktivitas menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di SD Harapan Medan.
Abstract
Advances in television, especially with the development of several television stations will affect the intensity of watching and reduced physical activity of children and little energy expended. This is likely to lead to weight gain and continue to be obesity. For that, a research had been conducted in the relationship of watching television and snacking activity of obesity children in SD Harapan Medan.
HUBUNGAN MENONTON TELEVISI DENGAN KEGIATAN MENGEMIL PADA ANAK OBESITAS DI SEKOLAH DASAR HARAPAN MEDAN
OLEH:
SHIVA SHANKER A/L MATHAVEN 120100519
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN MENONTON TELEVISI DENGAN KEGIATAN MENGEMIL PADA ANAK OBESITAS DI SEKOLAH DASAR HARAPAN MEDAN
Karya Tulsan Ilmiah ni sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
OLEH:
SHIVA SHANKER A/L MATHAVEN 120100519
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Kemajuan dalam pertelevisian terutama dengan berkembangnya beberapa stasiun televisi akan berpengaruh kepada intensitas menonton dan berkurangnya aktivitas fisik anak serta energi yang dikeluarkan sedikit. Hal ini cenderung akan menyebabkan terjadinya kenaikan berat badan dan berlanjut menjadi obesitas. Untuk itu diadakan penelitian tentang hubungan menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di SD Harapan Medan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara aktivitas menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di SD Harapan Medan. Aktivitas menonton televisi diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan obesitas diukur dengan BMI. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 100 orang dan analisa data dilakukan dengan menggunakan uji independensi Chi-Square.
Dari hasil penelitian diperoleh, intensitas menonton televisi anak dengan kategori ringan yaitu 16% jauh berbeda dengan kategori berat yaitu 60%. Kegiatan ngemil, sebahagian besar berada pada kategori selalu mengkonsumsi snack yaitu 66%. Kegiatan membeli makanan di luar rumah, persentase yang tinggi pada frekuensi < 2 kali yaitu 73%. Setelah dianalisa dengan statistik, maka didapatkan hubungan yang bermakna antara aktivitas menonton televisi dengan kegiatan mengemil pada anak obesitas di SD Harapan Medan.
Abstract
Advances in television, especially with the development of several television stations will affect the intensity of watching and reduced physical activity of children and little energy expended. This is likely to lead to weight gain and continue to be obesity. For that, a research had been conducted in the relationship of watching television and snacking activity of obesity children in SD Harapan Medan.
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN... i
ABSTRAK... ii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR TABEL...vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah... 3
1.3. Tujuan Penelitian... 3
1.4. Manfaat Penelitian... 4
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi dan Penyebab Obesitas... 5
2.1.1 Faktor genetik... 6
2.1.2 Faktor lingkungan... 6
2.2 Prevalensi Obesitas... 8
2.3 Diagnosis obesitas pada anak... 10
2.4 Komplikasi... 11
2.4.1 Terhadap kesehatan... 11
2.4.2 Faktor Resiko Penyakit Kardiovaskular... 11
2.4.3 Saluran Pernafasan... 12
2.4.4 Diabetes Mellitus tipe-2... 12
2.5 Penatalaksanaan... 13
2.6 Pencegahan... 14
2.7 Media Televisi... 15
2.8 Beberapa Penelitian yang Berkaitan dengan Pengaruh Televisi... 16
2.8.1Intensitas menonton televisi... 16
2.8.2 Pengaruh Iklan Makanan terhadap Pengetahuan Anak... 17
Bab 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka konsep... 18
3.2 Definisi operasional... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian... 20
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 20
4.3 Populasi dan Sampel... 20
4.3.1 Populasi... 20
4.3.2 Sampel... 20
4.4 Tekhnik Pengumpulan Data... 22
4.5 Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data... 22
4.5.1 Pengolahan data... 22
4.5.2 Analisa data... 23
5.1.1 Gambaran Umum Sekolah... 24
5.1.2 Gambaran Umum Responden... 24
5.1.2.1 Jenis Kelamin... 24
5.1.2.2 Umur... 25
5.1.2.3 Tingkat Obesitas... 25
5.1.3 Aktivitas Menonton Televisi... 26
5.1.3.1 Intensitas Menonton Televisi... 26
5.1.3.2 Kegiatan Ngemil... 27
5.1.6 Hubungan Antara Dua Variabel... 29
5.1.6.1 Hubungan Intensitas Menonton Televisi dengan Kegiatan Ngemil... 29
5.2 Pembahasan... 30
5.2.1 Aktivitas Menonton Televisi... 30
5.2.1.1 Intensitas menonton Televisi... 30
5.2.1.2 Kegiatan Ngemil... 31
5.2.4 Hubungan Antara Dua Variabel... 32
5.2.4.1 Hubungan Intensitas Menonton Televisi dengan kegiatan Ngemil.... 32
Bab 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 33
6.2 Saran... 34
Daftar Pustaka... 35
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Tabel 2.1 ... 13
Tabel 3.2... 20
Tabel 5.1.1... 24
Tabel 5.1.2... 25
Tabel 5.1.3... 25
Tabel 5.1.4... 26
Tabel 5.1.5... 27
Tabel 5.1.6... 27
Tabel 5.1.7... 28