• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh ARMAN HADI

Masalah yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis narasi berdasarkan teks wawancara siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis narasi berdasarkan teks wawancara siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

Sampel yang dalam penelitian ini sebanyak 32 siswa dari jumlah populasi sebanyak 258 siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012. Teknik pengumpulan data diambil memalaui tes tertulis, yakni menulis narasi berdasarkan teks wawancara.

(2)
(3)

KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh Arman Hadi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh ARMAN HADI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. ………

Sekretaris : Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Imam Rejana, M.Si. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003

(6)

RIWAYAT HIDUP DAN PENDIDIKAN

Penulis dilahirkan di Desa Sukamenanti, Kecamatan Bukitkemuning, Kabupaten Lampung Utara, pada 11 Juli 1987, anak pertama dari tiga bersaudara, putra hasil buah kasih pasangan Sri Utami dan Sahiludin. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 1 Sukamenanti pada tahun 2000, SLTP Negeri 3 Bukitkemuning pada tahun 2003, dan SMA Negeri 1 Bukitkemuning Lampung Utara pada tahun 2006.

(7)

MOTO

Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar (Al-Baqarah, 153).

Harga kebaikan manusia, diukur dari apa yang telah diperbuatnya (Ali Bin Abi Thalib).

Hiduplah layaknya pohon jagung, jangan telalu lurus, dan jangan pula telalu bengkok (Sahiludin).

(8)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwataalla, karena atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Kemampuan Menulis Narasi Berdasarkan Teks Wawancara Siswa

Kelas VII SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kebijaksanaan dan kesabaran.

2. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah membantu membenahi skripsi ini dengan penuh kepedulian dan kesabaran hingga skripsi ini selesai ditulis.

(9)

4. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang tidak pernah lelah memberikan saran, nesihat dan motivasi yang berharga bagi penulis.

5. Dr. Edi Suyanto dan penerusnya Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

6. Drs. Imam Rejana, M.Si., dan penerusnya Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Lampung.

7. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 8. Bapak dan Ibu dosen, serta staf karyawan pada Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni FKIP Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan.

10. Hj. Siti Kordiah, S.Pd., atas nama Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Bandar Lampung selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Negeri 3 Bandar Lampung yang telah membantu penulis dengan memberikan izin penelitian sehingga penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar. 11. Ibu A. Melastuti, S.Pd., dan Ibu Winarti, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia

SMP Negeri 3 Bandar Lampung yang telah membantu proses pengumpulan data dan penilaian selama penulis melalukan pengambilan data di sekolah. 12. Kedua orang tuaku, ayahanda Sahiludin dan ibunda Sri Utami, yang telah

(10)

13. Kedua adikku Erwanto dan Anita Sari yang telah memberikan motivasi, semangat serta doa kepada penulis.

14. Rezi Sabata, S.Si., selaku koordinator LSI Sumbagsel yang telah memberikan bantuan moril maupun materil serta ilmu dan pengalaman berharga.

15. Aan Ariani, S.Sos., yang telah banyak meluangkan waktu, memberi motivasi, dan inspirasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Keluarga besar di HMI KOM KIP Unila dan Jastra Community (Lembaga Survei Indonesia) yang senantiasa berbagi ilmu dan kesempatan untuk belajar.

17. Keluarga besar yang senantiasa menanti kelulusanku dan selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis.

18. Keluarga besar Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan, bantuan, dan kerjasamanya.

19. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan pihak-pihak yang telah membantu dengan pahala berlimpah. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama untuk kemajuan pendidikan khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTO ... vi

SANWACANA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xiii

I. PANDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Menulis... 7

2.1.1 Fungsi Menulis ... 8

2.1.2 Tujuan Menulis ... 8

2.1.3 Manfaat Menulis ... 9

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menulis ... 10

2.1.5 Perencanaan Menulis ... 10

2.2 Pengertian Karangan ... 11

2.3 Unsur-Unsur Karangan ... 12

2.3.1 Isi Karangan ... 12

2.3.2 Aspek Kebahasaan ... 13

2.3.3 Teknik Penulisan ... 13

2.4 Bagian-Bagian dan Fungsi Karangan ... 13

2.5 Jenis-Jenis Karangan ... 14

2.6 Narasi ... 15

2.6.1 Pengertian Narasi ... 15

(12)

2.6.3 Jenis Narasi ... 17

2.6.4 Struktur Narasi ... 21

2.6.5 Pola Pengembangan Narasi ... 23

2.7. Kalimat Langsung dan Kalimat Tidak Langsung ... 25

2.7.1 Kalimat Langsung ... 25

2.7.2 Kalimat Tidak Langsung ... 25

2.7.3 Perbedaan Kalimat Langsung dan Kalimat Tak Langsung ... 26

2.7.4 Penggunaan Kata Ganti (Pronomina) ... 26

2.8 Hakikat Teks Wawancara ... 27

2.9 Teks Wawancara dan Komunikasi ... 28

2.10 Variasi Bahasa ... 29

2.11 Kemampuan Menulis Narasi Berdasarkan Teks Waawancara ... 31

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 34

3.2 Populasi dan Sampel ... 34

3.2.1 Populasi Penelitian ... 34

3.2.2 Sampel Penelitian ... 35

3.3 Teknik Penelitian ... 36

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.3.2 Teknik Analisis Data ... 38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 40

4.1.1 Data Skor Kemampuan Menulis Narasi Berdasarkan Teks Wawancara ... 44

4.1.1.1 Skor Kemampuan Menulis Narasi Aspek Kesesuaian Narasi Terhadap Teks Wawancara ... 44

4.1.1.2 Skor Kemampuan Menulis Narasi Aspek Cakupan dan Kelengkapan Isi ... 46

4.1.1.3 Skor Kemampuan Menulis Narasi Aspek Diksi (Pilihan Kata) ... 49

4.1.1.4 Skor Kemampuan Menulis Narasi Aspek Struktur Kalimat ... 51

4.1.1.5 Skor Kemampuan Menulis Narasi Aspek Ketepatan Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca ... 53

4.1.1.6 Skor Kemampuan Menulis Narasi Aspek Penggunaan Judul ... 55

4.1.1.7 Skor Kemampuan Menulis Narasi Aspek Kepaduan Karangan ... 58

4.2 Bahasan Penelitian ... 60

4.2.1 Ketepatan dan Ketidaktepatan Menulis Narasi dalam aspek Kesesuaian Isi Narasi dengan Teks Wawancara ... 60

4.2.2 Ketepatan dan Ketidaktepatan Menulis Narasi untuk aspek Kelengkapan dan Cakupan Isi Narasi ... 63

(13)

4.2.4 Ketepatan dan Ketidaktepatan Menulis Narasi

untuk aspek Struktur Kalimat ... 60 4.2.5 Ketepatan dan Ketidaktepatan Menulis Narasi

untuk aspek Penggunaan Ejaan ... 66 4.2.6 Ketepatan dan Ketidaktepatan Menulis Narasi

untuk aspek Penggunaan Judul ... 70 4.2.7 Ketepatan dan Ketidaktepatan Menulis Narasi

untuk aspek Kepaduan Karangan ... 71 4.2.8 Kemampuan Menulis Narasi Berdasarkan Teks Wawancara

Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 73 V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 74 5.2 Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Distribusi Populasi Siswa Kelas VII SMP N 3

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 34 3.2 Indikator Penilaian Isi Karangan, Kebahasaan

dan Teknik Penulisan ... 36 3.3 Tolok Ukur Penilaian ... 39 4.1 Pengamatan Hasil Kerja Siswa Berdasarka Jenis Tulisan ... 41 4.2 Hasil Tes Kemampuan Menulis Narasi

Berdasarkan Teks Wawancara Siswa Kelas VII SMP Negeri 3

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 40 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Narasi

Berdasarkan Teks Wawancara ... 43 4.4 Kemampuan Menulis Narasi untuk aspek

Kesesuaian Isi Narasi dengan Teks Wawancara ... 44 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Narasi

untuk aspek Kesesuaian Isi Narasi dengan Teks Wawancara ... 45 4.6 Kemampuan Menulis Narasi untuk aspek

Kelengkapan dan Cakupan Isi Narasi ... 47 4.7 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis

Narasi untuk aspek Kelengkapan dan Cakupan Isi Narasi ... 47 4.8 Kemampuan Menulis Narasi untuk aspek Diksi (Pilihan Kata) ... 49 4.9 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis

(15)

4.11 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis

Narasi untuk aspek Struktur Kalimat ... 52

4.12 Kemampuan Menulis Narasi untuk aspek

Ketepatan Penggunaan Ejaan ... 53 4.13 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis

Narasi untuk aspek Ketepatan Penggunaan Ejaan ... 54 4.14 Kemampuan Menulis Narasi untuk Teknik Penulisan

dengan aspek Penggunaan Judul ... 56 4.15 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis

Narasi untuk aspek Penggunaan Judul ... 56 4.16 Kemampuan Menulis Narasi untuk aspek Kepaduan Karangan ... 58 4.17 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis

(16)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman 4.1 Persentase Kemampuan Menulis Narasi pada Siswa

Kelas VII SMP Negeri 3 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 41 4.2 Kemampuan Menulis Narasi untuk aspek Kesesuaian

Isi Narasi dengan Teks Wawancara ... 44 4.3 Kemampuan Menulis Narasi untuk aspek Kelengkapan

dan Cakupan Isi Narasi ... 46 4.4 Kemampuan Menulis Narasi untuk aspek Diksi (Pilihan Kata) ... 48 4.5 Kemampuan Narasi untuk aspek Struktur Kalimat ... 51 4.6 Kemampuan Menulis Narasi untuk aspek Ketepatan

(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

(18)

2

Suatu bangsa dikatakan telah memiliki kebudayaan yang maju jika masyarakatnya telah membiasakan diri dalam kegiatan literasi (baca-tulis). Menulis dapat dipersepsi sebagai bagian literasi yang dapat dijadikan media pengembangan diri, namun, kondisi objektif yang terjadi hingga saat ini adalah masih membudayanya aliterasi yaitu siswa yang dapat menulis tetapi tidak suka menulis. Oleh karena itu, keterampilan menulis tampaknya masih sangat sedikit mendapat perhatian. Keterampilan menulis sangat dibutuhkan, sebab keterampilan ini merupakan ciri orang yang terpelajar. Melalui kegiatan tulis-menulis siswa mencurahkan segala gagasan, pikiran, atau perasaannya melalui bahasa tulis. Keterampilan menulis sangat diperlukan sebab keterampilan ini merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis ini dapat dituangkan melalui suatu bentuk kegiatan menulis karangan karena siswa dapat terampil dalam menulis dengan melatih siswa membuat karangan. Ada beberapa jenis karangan dan salah satunya adalah narasi. Narasi adalah bentuk tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman yang dialami manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Menyadari pentingnya kemampuan menulis maka penulis memilih jenis tulisan narasi sebagai salah satu indikator untuk mendeskripsikan kemampuan menulis siswa.

(19)

3

siswa dalam menulis; (3) media atau bahan yang ada untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan sangat sedikit; dan (4) rendahnya kemampuan siswa menembangkam gagasan kedalam bentuk susunan kalimat yang padu dan logis serta berada dalam suatu struktur bahasa.

Kemampuan menulis berdasarkan KTSP tahun 2006 dengan standar kompetensi mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat dan kompetensi dasar mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung, siswa diharapkan mampu mengubah teks wawancara menjadi sebuah tulisan narasi dengan memperhatikan penggunaan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung.

Sebuah tulisan pada dasarnya merupakan perwujudan hasil penalaran siswa. Penalaran ini terkait dengan proses penafsiran fakta sebagai ide dasar untuk dikembangkan menjadi tulisan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memunculkan ide adalah dengan menuntun siswa mencermati bentuk teks dan menyajikannya kembali dalam bentuk teks yang berbeda yaitu dengan menggunakan media berupa teks wawancara.

(20)

4

Penelitian terkait yang telah dilakukan diantaranya yaitu, Yinda Dwi Gustira. 2012. Kemampuan Menulis Narasi Berdasarkan Teks Drama Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Gedong Tataan Tahun Pelajaran 2011/2012. Fachri Yunanda. 2011. Kemampuan Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Teks Wacana Dialog Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Bandar Lampung. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang penulis lakukan berkaitan dengan kemampuan menulis narasi, namun dengan media teks wawancara sebagai penunjang kreatifitas siswa dalam menulis narasi. Jenis narasi yang ditekankan di sini adalah menulis narasi ekspositoris.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas penulis bermotivasi untuk melakukan penelitian untuk mendeskripsikan kemampuan menulis narasi berdasarkan teks wawancara siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan menulis narasi berdasarkan teks wawancara oleh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012?

1.3 Tujuan Penelitian

(21)

5

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori yang berkaitan dengan keterampilan menulis khususnya menulis narasi berdasarkan teks wawancara.

1.4.2 Manfaat Praktis

a) sebagai informasi bagi guru SMP yang mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang kemampuan menulis narasi berdasarkan teks wawancara;

b) sebagai bahan masukan bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia bahwa mendia teks wawancara dapat menjadi salah satu alternatif meningkatkan kemampuan menulis narasi; dan

c) sebagai gambaran umum mengenai tingkat kemampuan menulis narasi berdasarkan teks wawancara pada siswa kelas VII SMP N 3 Bandar Lampung TahunPelajaran 2011/2012.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan judul penelitian, ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012;

2. objek penelitian adalah kemampuan siswa menulis narasi berdasarkan teks wawancara;

(22)

6

4. lokasi penelitian adalah SMP Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2011/2012;

5. waktu pengambilan data pada tanggal 11 Mei 2012; 6. aspek-aspek yang dinilai meliputi:

(23)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Menulis

Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Suparno, 2002:1). Ada juga yang berpendapat, menulis adalah melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan (Suriamiharja, 1996:2). Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan grafik itu (Tarigan, 2008:22).

(24)

8

2.1.1 Fungsi Menulis

Kegiatan menulis pada prinsipnya adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Selain itu, menulis juga mampu mendorong penulis untuk berpikir secara kritis, memudahkan penulis memahami hubungan gagasan dalam tulisan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan mampu menambah pengalaman penulis (Tarigan, 2008: 22).

2.1.2 Tujuan Menulis

Setiap aktivitas atau kegiatan mempunyai suatu tujuan tertentu yang ingin diperoleh atau disampaikan kepada orang lain, begitu pula dengan menulis. Apa yang dituangkan dalam tulisan pasti mempunyai maksud atau tujuan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tujuan menulis secara umum adalah memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan kejadian, dan meringkaskan. Tujuan lain menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami orang lain yang memunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan (Suriamiharja, 1996:2). Berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya, ada pendapat yang mengemukakan bahwa tujuan menulis antara lain:

a) untuk memberitahukan atau mengajar; b) untuk menyakinkan atau mendesak;

c) untuk menghibur atau menyenangkan, mengandung tujuan estetis, dan; d) untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api.

(25)

9

2.1.3 Manfaat Menulis

Banyak manfaat yang dapat siswa peroleh dari kegiatan menulis, antara lain sebagai berikut.

a) Siswa dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi dirinya dan dapat mengetahui sampai dimana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk dapat mengembangkan topik siswa diharapkan mampu berfikir, menggali pengetahuan, dan pengalaman yang kadang tersimpan di alam bawah sadar, melalui kegiatan menulis siswa dapat mengembangkan gagasan. b) Kegiatan menulis memaksa siswa lebih banyak menyerap, mencari, serta

menguasai informasi yang berhubungan dengan topik yang ditulis. Dengan demikian, kegiatan menulis dapat memperluas wawasan baik secara teoritis maupun fakta-fakta yang berhubungan;

c) Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat.

d) Melalui tulisan siswa akan dapat meninjau gagasannya sendiri secara objektif.

e) Tugas menulis suatu topik mendorong siswa belajar secara aktif.

f) Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan siswa berfikir serta berbahasa secara tertib (Suriamiharja, 1996:4).

Manfaat menulis secara ringkas disebutkan oleh Suparno antara lain: a) peningkatan kecerdasan;

(26)

10

d) pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi (Suparno, 2002:4).

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menulis

Kemampuan menulis siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan kebahasaannya. Siswa dapat menulis karangan dengan baik apabila mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cara penulisan seseorang. Menurut D. Angelo yang dikutip oleh H. G. Tarigan (dalam Suriamiharja: 1996: 3), yaitu (1) maksud dan tujuan penulisan, (2) pembaca atau pemirsa, dan (3) waktu atau kesempatan.

Untuk menjadi seorang penulis yang baik, terlebih dahulu harus menentukan maksud dan tujuan penulisan, agar pembaca memahami ke mana arah tujuan penulisan tersebut. Kemudian harus dilihat juga kondisi pembaca (dalam hal usia, pengetahuan, dan minat), faktor terakhir adalah waktu dan kesempatan, artinya apakah tulisan yang dibuat sesuai dengan berlangsungnya suatu kejadian sehingga menarik untuk dibaca.

2.1.5 Perencanaan Menulis

Menulis memerlukan perencanaan yang matang mengenai topik yang akan ditulis, tujuan yang hendak disampaikan, dan pembahasan yang harus diuraikan. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain adalah pemilihan topik dan penentuan judul.

a. Pemilihan Topik

(27)

11

dijadikan karangan. Dalam pemilihan topik ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu sebagai berikut.

1. Topik itu ada manfaatnya dan layak untuk dibahas. 2. Topik itu cukup menarik terutama bagi penulis. 3. Topik itu dikenal baik oleh penulis.

4. Bahan yang diperlukan diperkirakan dapat dapat diperoleh dan cukup mamadai.

5. Topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.

b. Penentuan Judul

Judul merupakan nama atau semacam label untuk suatu karangan, berikut beberapa persyaratan untuk menentukan judul.

1. Judul karangan harus sesuai dengan topik atau isi karangan beserta jangkauannya.

2. Judul karangan sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frase bukan dalam bentuk kalimat.

3. Judul karangan diusahakan sesingkat mungkin. 4. Judul karangan harus dinyatakan secara jelas.

2.2 Pengertian Karangan

(28)

12

mengatakan bahwa mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan gagasan dengan bahasa tulis (Suparno, 2002:3.1).

Berdasarkan dua pengertian yang dikemukakan di atas penulis mengacu pada pendapat Tarigan yang mengatakan bahwa karangan merupakan komulasi dari beberapa paragraf yang tersusun dengan sistematis, koheren, unity, ada bagian utama pengantar, isi, dan penutup, ada progesi, semuanya memperbincangkan sesuatu serta tertulis dalam bahasa yang sempurna. Penulis beranggapan bahwa mengarang merupakan kegiatan tulis-menulis yang dapat mewakili dan menyampaikan ide, gagasan atau cerita kepada orang lain dengan sistematis dan berkesinambungan.

2.3 Unsur-Unsur Karangan

Sebuah karangan dapat dinilai baik atau tidaknya dari unsur-unsur karangan. Unsur-unsur dalam menulis karangan meliputi, (1) isi karangan, (2) aspek kebahasaan, dan (3) teknik penulisan (Akhadiah, dkk, 1996:118).

2.3.1 Isi Karangan

Isi karangan merupakan gagasan yang mendasar dari seluruh karangan. Gagasan yang baik antar lain didukung oleh beberapa hal, antara lain:

a. Pengoprasian gagasan yaitu perpaduan hubungan antar paragraf; b. Kesesuaian isi dengan tujuan penulisan;

(29)

13

2.3.2 Kebahasaan

Unsur-unsur kebahasaan yang dapat dijadikan petunjuk penyajian bahasa yang baik dalam kegiatan menulis karangan adalah sebagai berikut.

a. Kalimat

Kalimat dalam sebuah karangan harus efektif agar informasi yang disampaikan dapat lebih jelas dan tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca. b. Ejaan

Ejaan dalam penulisan yang dipakai berpedoman pada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.

c. Penulisan kata

Penulisan kata yang tepat terutama kebakuan kata yang dipilih. d. Paragraf

Paragraf yang ditulis sangat memperlihatkan rangkaian peristiwa dan mampu menggiring pembaca untuk membaca paragraf berikutnya.

2.3.3 Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang baik dapat dilihat dari kerapihan karangan, keterkaitan isi dengan judul karangan, kesan umum yang menarik bagi pembaca, serta karangan yang kohesif.

2.4 Bagian-Bagian dan Fungsi Karangan

(30)

14

2.4.1 Pendahuluan

Fungsi bagian pendahuluan adalah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk menarik minat pembaca, mengarahkan perhatian pembaca, menjelaskan secara singkat ide pokok atau tema karangan, dan menjelaskan dibagian mana suatu hal akan diperbincangkan.

2.4.2 Isi

Fungsi bagian isi adalah sebagai jembatan yang menghubungkan bagian pendahuluan dan penutup. Bagian isi merupakan penjelasan terhadap apa yang diutarakan pada pendahuluan.

2.4.3 Penutup

Fungsi bagian penutup adalah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk memberikan simpulan, penekanan bagian tertentu, klimaks, melengkapi, dan merangsang pembaca untuk mengerjakan sesuatu tentang apa yang sudah dijelaskan atau diceritakan.

Ketiga bagian tersebut terjalin erat satu sama laink karena merupakan satu kesatuan yang utuh dan padu. Bila bagian pendahuluan menggambarkan ide pokok secara umum, bagian isi menjelaskan secara terperinci dan bagian penutup mengumpulkan jawaban atas pertanyaan tersebut (Tarigan, 2008:1).

2.5 Jenis-Jenis Karangan

(31)

15

empat jenis yaitu, (1) narasi, (2) deskripsi, (3) eksposisi, dan (4) argumentasi (Widaghdo, 1993:106). Pendapat lain mengatakan bahwa karangan dapat dibedakan atas lima jenis yaitu, (1) narasi), (2) deskripsi, (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5) persuasi (Nursito, 1999:37).

Berdasarkan dua pendapat diatas penulis mengacu pada pendapat Djoko Widaghdo yang mengatakan bahwa terdapat empat jenis karangan yaitu, (1) narasi), (2) deskripsi, (3) eksposisi, dan (4) argumentasi. Penulis beranggapan bahwa persuasi sejenis dengan argumentasi, mengemukakan alasan, bukti, atau contoh yang dapat meyakinkan sehingga pembaca terpengaruh dan kemudian melakukan atau bertindak seperti apa yang diinginkan.

2.6 Narasi

Narasi sering disebut sebagai cerita, berikut akan dijelaskan pengertian dan ciri-ciri narasi.

2.6.1 Pengertian Narasi

(32)

16

Berdasarkan pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Widaghdho yang mengatakan bahwa narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa tersebut. Rangkaian kejadian atau peristiwa ini biasanya disusun menurut urutan waktu (secara kronologis) karena menurut penulis pendapat ini yang lebih logis dan terarah dengan batasan waktunya.

Dalam menulis, penulis dituntut mampu membedakan antara narasi dan deskripsi karena narasi mempunyai kesamaan dengan deskripsi, yang membedakannya adalah narasi mengandung imajinasi dan peristiwa atau pengalaman lebih ditekankan pada urutan kronologis, sedangkan deskripsi unsur imajinasinya terbatas pada penekanan organisasi penyampaian pada susunan ruang sebagai mana yang diamati, dirasakan, dan didengar. Dengan kata lain, pengertian narasi mencakup dua unsur, yaitu perbuatan dan tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.

2.6.2 Ciri-Ciri Narasi

Setiap karangan mempunyai ciri tertentu. Adapun ciri-ciri narasi, yaitu; 1) berupa cerita tentang pengalaman manusia,

2) kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat pula berupa semata-semata imajinasi, atau gabungan keduanya,

(33)

17

4) menekankan susunan kronologis (catatan: deskripsi menekankan susunan ruang), dan biasanya memiliki dialog.

Narasi bisa berisi fakta bisa pula berisi fiksi atau rekaan yang direka atau dikhayalkan oleh pengarangnya. Narasi yang berisi fakta seperti biografi, otobiografi, kisah sejati, dan lain-lain. Sedangkan narasi yang berisi fiksi seperti novel, cerpen, dan cerita bergambar.

Keraf membagi narasi menjadi dua jenis, narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada para pembaca agar pengetahuannya bertambah luas, yaitu narasi ekspositoris. Narasi yang disusun dan disajikan sedemikian rupa sehingga mampu menimbulkan daya khayal para pembaca dan berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya adalah jenis narasi sugestif (Keraf, 2010:136).

2.6.3 Jenis-Jenis Narasi a. Narasi Ekspositoris

(34)

18

Narasi ekspositoris yang bersifat khas atau khusus dapat pula bersifat generalisasi. Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali dan tidak dapat diulang kembali karena merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja, sedangkan narasi yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan berulang-ulang (Keraf, 2010:137).

b. Narasi Sugestif

Narasi sugestif juga menjelaskan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tujuan atau sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman karena sasarannya adalah makna peristiwa atau kejadia, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi).

(35)

19

Dengan demikan narasi tidak bercerita atau memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk menghadapi peristiwa yang berada didepan matanya. Narasi menyediakan suatu kematangan menta, kesiapan mental inilah yang melibatkan para pembaca bersama perasaannya bahkan melibatkan simpati atau antipati mereka kepada kejadian itu sendiri, makna inilah yang tersirat dalam seluruh rangkaian kejadian itu (Keraf, 2010:138). Agar perbedaan narasi ekpositoris dan narasi sugestif lebih jelas, berikut akan dikemukakan lagi secara singkat perbedaan antara kedua macam narasi tersebut.

a. Narasi Ekspositoris

1. memperluas pengetahuan;

2. menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian;

3. didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan nasional; dan 4. bahasanya lebih cenderung kebahasa informatif dengan menitikberatkan

pada penggunaan kata-kata denotatif. b. Narasi Sugestif

1. menyampaikan suatu makna atau amanat yang tersirat; 2. menimbulkan daya khayal;

3. penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar; dan

(36)

20

Secara sederhana narasi dapat dibagi menjadi narasi ekspositoris (berisi fakta) dan narasi sugestif (berisi fiksi). Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Adapun contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam. Berikut ini adalah contoh narasi ekspositoris dan narasi sugestif.

Narasi ekpositoris Contoh :

Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.

Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949. Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus.

Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konfrensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang.

Narasi sugestif Contoh :

Dibandingkan dengan hidup manusia yang susah, nasibku jauh lebih baik. Bukankah menjadi binatang piaraan Tuan Konglo yang kaya raya merupakan keberuntungan tak ternilai? Aku tak tahu persis alasan Tuan Konglo memeliharaku. Bukankah dia bisa membeli anjing yang lebih bermartabat dibanding aku? Rupanya ada kisah khusus tentang diriku. Menurut obrolan Bibi Tintin, pembantu Tuan Konglo, dulu aku terserempet mobil Tuan Konglo. Untuk menebus rasa bersalahnya, Tuanku memelihara aku.

“Gembong! Jaga rumah ya. Kalau ada orang mencurigakan, langsung serang. Gigimu masih tajam, kan?” Tuan Konglo menyodorkan daging

(37)

21

Contoh 1 menginformasikan hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan nyata. Contoh 2 bersifat fiktif dan secara esensial merupakan hasil imajinasi pengarang. Narasi ini mengisahkan suatu kehidupan yang hanya hidup dalam benak pengarang yang tidak terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak menutup kemungkinan bahan-bahan ciptaan pengarang itu ada dalam kehidupan faktual (Suparno, 2002:4.34).

2.6.4 Struktur Narasi

Menurut pendapat Keraf (2010: 145) struktur sebuah narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya, yaitu sebagai berikut.

1) Alur

Alur adalah interelasi fungsional antara unsur-unsur narasi yang timbul dari tindak tanduk, karakter, suasana hati, dan sudut pandang, serta ditandai oleh klimaks-klimaks dalam rangkaian tindak-tanduk, sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan narasi (Keraf, 2010: 147). Alur menandai kapan sebuah narasi dimulai dan kapan narasi itu berakhir.

2) Tindak-Tanduk atau Perbuatan

(38)

22

3) Latar

Tindak-tanduk dalam sebuah narasi biasanya berlangsung dengan mengambil suatu tempat tertentu yang dipergunakan sebagai pentas. Tempat atau pentas itu disebut sebagai setting atau latar. Latar dapat digambarkan secara hidup dan terperinci, dapat pula digambarkan secara sketsa sesuai dengan fungsi dan peranannya pada tindak-tanduk yang berlansung. Lata dapat menjadi unsur yang penting dalam kaitannya dengan tindak-tanduk yang terjadi atau hanya berperan sebagai unsur tambahan saja (Keraf, 2010: 156).

4) Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan posisi pencerita (pengarang) terhadap kisah yang diceritakannyan bisa sebagai pelaku, penonton, maupun serba tahu. Sudut pandang dalam sebuah narasi mempersoalkan bagaimana pertalian antara seseorang yang mengisahkan narasi itu dengan tindak-tanduk yang berlangsung dalam kisah. Orang yang membawakan pengisahan itu dapat bertindak sebagai pengamat (observer) saja atau sebagai partisipan terhadap seluruh tindak-tanduk yang dikisahkan. Tujuan dari teknik sudut pandang yang terakhir ini adalah sebagai suatu pedoman atau panduan bagi pembaca mengenai perbuatan atau tindak-tanduk karakter dalam suatu pengisahan.

(39)

23

dalam seluruh rangkaian kejadian (yaitu sebagai partisipan) atau sebagai pengamat (observer) dari seluruh aksi atau tindak-tanduk dalam narasi (Keraf, 2010: 192). Sudut pandang dalam hubungan narasi ini yaitu cara seorang pengarang melihat seluruh tindak-tanduk dalam suatu narasi. Sudut pandang dapat dibagi atas dua pola, yaitu (1) sudut pandang orang pertama, dan (2) sudut pandang orang ketiga (Keraf, 2010: 193).

5) Karakter dan Karekteristik

Karakter adalah tokoh dalam sebuah narasi sedangkan karakteristik adalah cara seorang penulis menggambarkan para tokohnya. Perwatakan atau karakterisasi dalam pengisahan dapat diperoleh dengan usaha memberi gambaran mengenai tindak-tanduk dan ucapan para tokohnya, sejalan tidaknya kata dan perbuatan. Penggambaran tokoh dalam cerita dilakukan melalui watak para tokoh, baik secara langsung maupun tidak langsung (Keraf, 2010: 164).

Gambaran mengenai karakter dan karakterisasi dapat juga disimpulkan bahwa karakter dan karakterisasi juga dicapai melalui tokoh atau karakter lain yang berinteraksi dalam pengisahan. Penulis harus menetapkan apakah perlu menggunakan deskripsi untuk menyajikan karakter atau menyerahkannya kepada karakter-karakter lain dalam narasi untuk membicarakan karakter tokoh lainnya.

2.6.5 Pola Pengembangan Narasi

(40)

24

pembaca karena bagian ini mempunyai fungsi khusus untuk memancing pembaca dan mengiring pembaca pada kondisi ingin tahu kejadian selanjutnya.

Bagian tengah merupakan batang tubuh yang utama. Bagian ini merupakan rangkaian dari tahap-tahap yang membentuk seluruh proses narasi. Bagian penutup adalah meredanya setiap permasalahan yang dikupas pada bagian awal dan bagian tengah. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam, ada bagian diceritakan dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan tulisan dengan teknik narasi dilakukan dengan mengemukakan rangkaian peristiwa yang terjadi secara kronologis. Dalam karangan ini bagian-bagian karangan disajikan sesuai dengan kejadian dalam waktu tertentu. Bagian pertama menyajikan kejadian satu, kemudian disusul dengan kejadian kedua, menyajikan bagian kedua dan seterusnya.

(41)

25

2.7. Kalimat Langsung dan Kalimat Tidak Langsung

Sebuah karangan narasi lazimnya menggunakan kutipan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung, agar narasi yang dibuat lebih hidup dan enak dibaca.

2.7.1 Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan atau ujaran orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bentuk dari kalimat langsung dapat berupa kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, ataupun kalimat seru.

Contoh :

a) Bapak Gubernur berkata, ”Masyarakat harus ikut serta dalam menjaga suasana kondusif menjelang dan pada saat Pilkada!”

b) Paman bertanya, ”Kapan kamu melanjutkan sekolah di Jakarta?”

Pada contoh diatas terdapat dua bentuk kalimat, yaitu kalimat yang berada di dalam tanda kutip dan kalimat yang berada di luar tanda kutip. Bagian yang berada di luar tanda kutip adalah orang yang sedang berbicara, sedangkan yang berada di dalam tanda kutip merupakan ucapan asli dari orang lain yang ditirukan.

2.7.2 Kalimat Tidak Langsung

Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang melaporkan atau memberitahukan ucapan atau ujaran orang lain yang berbentuk kalimat berita.

Contoh :

a) Bapak Gubernur berkata bahwa masyarakat harus ikut serta dalam menjaga suasana kondusif menjelang dan pada saat Pilkada.

(42)

26

Pada contoh diatas, orang yang berbicara mengubah ucapan orang lain, terutama pada kata ganti.

2.7.3 Perbedaan Kalimat Langsung dan Kalimat Tidak Langsung

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dijelaskan perbedaan antara kalimat langsung dan kalimat tidak langsung.

a) Kalimat langsung bertanda kutip (“…”), adapun kalimat tidak langsung tidak bertanda kutip.

b) Pada kalimat langsung intonasi bagian yang dikutip lebih tinggi dibandingkan yang tidak, sedangkan pada kalimat tidak langsung intonasi mendatar dan menurun.

c) Pada kalimat langsung kata ganti pada kalimat yang dikutip tidak mengalami perubahan, sedangkan pada kalimat tidak langsung kata ganti pada kalimat yang dikutip mengalami perubahan.

d) Susunan kalimat langsung tetap dan tidak berkata tugas, sedangkan pada kalimat tak langsung berkata tugas, seperti bahwa, sebab, untuk, supaya, dan lain-lain.

e) Kalimat langsung berbentuk kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, dan kalimat seru. Sedangkan pada kalimat tidak langsung hanya berupa kalimat berita.

2.7.4 Penggunaan Kata Ganti (Pronomina)

(43)

27

Kalimat Langsung Kalimat Tidak Langsung kamu

engkau aku, saya -ku kita

saya, aku saya, aku dia, ia -nya Mereka 2.8 Hakikat Teks Wawancara

Teks adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi dan proses pemilihan makna yang terus menerus (M.A.K Halliday, 1992: 13). Dalam KBBI (1990: 916) kata teks berarti 1) naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, 2) bahan tertulis untuk dasar pelajaran. Wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang (pejabat) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapat mengenai suatu hal untuk dimuat di surat kabar (KBBI, 1990: 916).

Dari pengertian di atas, teks wawancara adalah bentuk penyajian informasi yang berisi tanya jawab (berupa tulisan) antara narasumber dan pewawancara tentang sesuatu hal yang berhubungan dengan profesi narasumber. Untuk menceritakan atau menyampaikan kembali hasil wawancara kepada orang lain, teks wawancara perlu diubah dalam bentuk narasi.

(44)

28

Untuk keperluan penelitian ini, penulis memilih media cetak tulis berupa teks wawancara yang dibuat oleh penulis sendiri, karena media teks wawancara dapat membantu pengajaran menulis terutama menulis narasi, sebab teks wawancara mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan peralatan khusus yang harus dibawa ke ruang kelas. Melalui media ini siswa diharapkan lebih mudah untuk menuangkan gagasannya secara logis dan sistematis.

2.9 Teks Wawancara dan Proses Komunikasi

Teks wawancara mempunyai fungsi sebagai gambaran proses komunikasi yaitu proses pertukaran informasi antar-individual melalui simbol, tanda, atau tingkah laku. Dalam setiap proses komunikasi, harus ada tiga komponen, yaitu (1) pihak yang berkomunikasi, yakni pengirim dan penerima informasi yang dikomunikasikan; (2) informasi yang dikomunikasikan; dan (3) alat yang digunakan dalam komunikasi. Pihak yang terlibat dalam suatu proses komunikasi terdiri dari dua orang atau dua kelompok orang. Orang atau kelompok pertama yang mengirim (sender) informasi sedangkan orang atau kelompok kedua yang menerima (receiver) informasi. Informasi dapat berupa ide, gagasan, keterangan, atau pesan, sedangkan alat yang digunakan dapat berupa simbol atau lambang seperti bahasa (Chaer, 2004: 17).

(45)

29

menggunakan media teks wawancara yang menggambarkan proses komunikasi antara wartawan dengan seorang narasumber, maka jenis komunikasi yang digunakan adalah jenis komunikasi verbal (bahasa). Ragam bahasa yang digunakan pada teks wawancara sebagai gambaran proses komunikasi juga menggunakan ragam bahasa resmi karena proses komunikasi ini bersifat formal, melibatkan dua orang yang berbeda profesi dan berada pada situasi tidak kenal sebelumnya.

2.10 Variasi Bahasa

Secara keseluruhan, teks wawancara dapat menggambarkan bagaimana peristiwa tutur dan variasi bahasa yang terjadi. Peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan, di dalam satu waktu, tempat, dan situasi tertentu. Peristiwa tutur pada dasarnya merupakan rangkaian gejala sosial dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan tindak tutur sendiri merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan sebuah kemampuan berbahasa yang menentukan keberlangsungan tindak tutur tersebut. Peristiwa tutur dan tindak tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi (Chaer, 2004: 47-50).

(46)

30

keformalannya, variasi bahasa dibagi menjadi lima macam, yaitu variasi ragam beku, ragam resmi, ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab.

a. Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, digunakan dalam situasi-situasi khidmat, upacara resmi, khotbah, dan tata cara pengambilan sumpah. Susunan kalimat ragam beku biasanya panjang, bersifat kaku, dan kata-katanya lengkap. Dengan demikian penutur dan mitra tutur ragam beku dituntut keseriusan dan perhatian penuh.

b. Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa dengan pola atau kaidah yang sudah ditetapkan sebagai suatu standar dan digunakan dala situasi resmi. Misalnya, pada proses wawancara dengan seseorang di kantornya, dan komunikasi pada rapat atau diskusi.

c. Ragam usaha adalah variasi bahasa yang biasanya digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. Jadi, dapat dikatakan ragam usaha ini adalah ragam bahasa yang paling operasional.

d. Ragam santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman.

(47)

31

2.11 Kemampuan Menulis Narasi Berdasarkan Teks Wawancara

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa kemampuan menulis narasi adalah mampu menulis sebuah karangan yang dapat menceritakan suatu runtutan peristiwa dalam satu kesatuan waktu. Narasi mampu menggambarkan suatu keadaan dengan sangat jelas sehingga pembaca seakan-akan mengalami apa yang dirasakan oleh penulis karena dengan menulis narasi dapat memperluas imajinasi (daya khayal) yang terdapat dalam pikiran baik penulis maupun pembacanya. Untuk memahami teks wawancara seseorang harus membacanya berulang-ulang, kemudian mengubah teks wawancara menjadai bentuk narasi atau cerita. Di bawah ini adalah contoh teks wawancara yang kemudian diubah menjadi narasi.

Teks wawancara Penanya : Tio

Narasumber : Pak Dahlan

Tio : Selamat siang Pak, apakah benar ini Bapak Dahlan, Kepala Desa Arum Sari?

Pak Dahlan : Selamat siang, iya saya Dahlan, siapa ya?

Tio : Saya Tio Pak, dari LSI, saya mendapat tugas untuk

mewawancarai bapak, selaku Kepala Desa di sini. Apakah bapak ada waktu dan berkenan untuk saya wawancara Pak?

Pak Dahlan : Iya, bisa. Kalau boleh tahu, mengenai apa ya?

Tio : Mengenai masalah sosial kemasyarakatan yang ada di lingkungan desa yang bapak pimpin, untuk keperluan penelitian mengenai tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah saat ini.

Pak Dahlan : Baiklah, kalau begitu.

Tio : Sudah berapa lama bapak menjadi Kepala desa di sini, Pak?

(48)

32

Tio : Menurut penilaian Bapak pribadi, bagaimana animo masyarakat desa bapak dalam menanggapi isu-isu nasional sekarang ini Pak? Misalnya mengenai kasus korupsi, kerusuhan-kerusuhan atau mengenai rencana pemerintah menaikan harga BBM dalam waktu dekat ini.

Pak Dahlan : Masyarakat desa saya ini mayoritas petani dan

berpendidikan rendah, mereka kurang tanggap dengan permasalahan-permasalahan yang ruang lingkupnya nasional. Karena mungkin menurut mereka, hal-hal seperti itu tidak akan berpengaruh dengan kehidupan mereka. Tapi untuk masalah kenaikan harga BBM, ini berbeda. Masyarakat sangat peka dan tanggap. Dan saya rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat, tidak hanya di desa saya.

Tio : Bagaimana menurut Bapak, tentang tanggapan masyarakat terhadap rencana kenaikan harga BBM tersebut Pak? Pak Dahlan : Ya... masyarakat tidak setuju, karena ini akan langsung

mereka rasakan dampaknya. Naiknya harga BBM akan berakibat kepada naiknya harga kebutuhan pokok dan transportasi, tentu ini akan menyulitkan masyarakat, terutama yang taraf kehidupannya menengah kebawah. Tio : Lalu bagaimana menurut bapak pribadi, mengenai

Program BLT yang disebut pemerintah sebagai kompensasi naiknya harga BBM?

Pak Dahlan : Kalau menurut saya, saya tidak setuju Program BLT atau apa pun namanya, karena itu mendidik masyarakat untuk terbiasa menerima. Tidak mendidik dan hanya jangka pendek.

Tio : Menurut Bapak, apa yang pantas untuk dijadikan kompensasi jika kelak harga BBM ternyata tetap naik? Pak Dahlan : Program Pemberdayaan. Ini akan lebih bermanfaat bagi

masyarakat. Melalui kegiatan-kegiatan pelatihan yang merangsang daya kreatif masyarakat, harapannya adalah masyarakat akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan tentunya bisa menjadi tambahan penghasilan masyarakat.

Tio : Baik Pak, semoga apapun kebijakan pemerintah kelak akan berpihak kepada masyarakat kita. Cukup sekian dulu wawancara ini, terimakasih atas kesediaan bapak saya wawancarai,

(49)

33

Narasi berdasarkan teks wawancara di atas.

Kepuasan Masayarakat Terhadap Kinerja Pemerintah

Tio adalah seorang petugas lapangan dari LSI. Ia ditugasi kantornya untuk mewawancarai Kepala Desa Arum Sari. Wawancara ini dilakukan untuk mengukur tingkat kepuasan masayarakat terhadap kinerja pemerintah yang ada saat ini.

Ketika bertemu dengan Kepala Desa, Tio langsung menyapanya, “Selamat

siang Pak, apakah benar ini Bapak Dahlan, Kepala Desa Arum Sari?”. Kepala

Desa sempat kebingungan lalu menjawab, “Selamat siang, iya saya Dahlan. Siapa ya?”. Setelah memperkenalkan diri, dan menjelaskan maksud kedatangannya, Tio mulai wawancara. Dalam wawancara itu, Kepala Desa mengatakan bahwa masyarakat di desanya tidak terlalu tanggap terhadap masalah-masalah yang ruang lingkupnya nasional, karena masalah-masalah seperti iti tidak berpengaruh langsung terhadap kehidupan mereka. Tetapi ada masalah yang berbeda dan menarik perhatian masyarakat, yaitu rencana

pemerintah menaikan harga BBM dalam waktu dekat ini. “Ya... masyarakat

tidak setuju, karena ini akan langsung mereka rasakan dampaknya”, papar kepala desa ketika ditanya bagaimana tanggapan masyarakat terhadap rencana kenaikan BBM.

Lebih lanjut kepala desa menjelaskan bahwa program BLT tidak baik bagi

masyarakat, karena menurutnya tidak mendidik. “Program pemberdayaan. ini akan lebih bermanfaat bagi masyarakat. Melalui kegiatan-kegiatan pelatihan yang merangsang daya kreatif masyarakat, harapannya adalah masayarakat akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan tentunya bisa menjadi

(50)

34

III. METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain analisis deskriptif yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu bermaksud mendeskripsikan kemampuan menulis narasi berdasarkan teks wawancara oleh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bandar Lampung, tahun pelajaran 2011/2012 secara objektif.

3.2Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian

[image:50.595.114.513.581.738.2]

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bandar Lampung dengan jumlah populasi sampai dengan bulan Mei 2012 adalah 258 siswa yang tersebar dalam 8 kelas. Distribusi populasi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Distribusi Populasi Siswa Kelas VII SMP N 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012

NO. KELAS JUMLAH SISWA

1 VII A 33

2 VII B 33

3 VII C 33

4 VII D 33

5 VII E 31

6 VII F 33

7 VII G 31

8 VII H 31

(51)

35

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi sebagai contoh (monster) yang diambil menggunakan cara-cara tertentu (Margono, 2007: 121). Sampel adalah kelompok yang jauh lebih kecil jumlahnya dari individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian (Hajar, 1995: 133).

Pemilihan sampel berarti pemilihan sebagian individu dari populasi sebagai wakil yang representatif dari populasi. Sampel dikatakan representatif dari populasi bila subjek yang dipilih memiliki karakter yang mencerminkan karakter yang dimiliki populasi. Adapun teknik sampling yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik acak sederhana (simple random sampling). Sampling acak sederhana (simple random sampling) adalah salah satu teknik pemilihan sampel di mana semua individu anggota populasi mempunyai kemungkinan kesempatan yang sama dan independen untuk dipilih sebagai anggota sampel (Hajar, 1995: 137).

Berikut langkah-langkah dari teknik acak sederhana: 1. menentukan jumlah sampel yang ingin diteliti;

2. membuat daftar nama dan nomor urut semua siswa dari seluruh populasi; 3. membuat guntingan kertas yang bertuliskan nomor urut siswa sebanyak

jumlah populasi, kemudian digulung sehingga masing-masing tidak dikenali nomornya; dan

(52)

36

Berdasarkan pendapat di atas sampel penelitian ini ditentukan oleh penulis sebanyak 32 siswa dari jumlah populasi sebanyak 258 siswa. Sampel tersebut diambil secara acak masing-masing 4 siswa setiap kelas pada kelas paralel.

3.3Teknik Penelitian

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

[image:52.595.116.511.471.681.2]

Objek penelitian ini adalah hasil karangan siswa menarasikan teks wawancara dengan waktu yang telah ditentukan yaitu 3 jam pelajaran (3x45 menit) dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran pertama pengulangan materi, dan 2 jam pelajaran kedua pengumpulan data. Instrumen tes yang digunakan adalah teks wawancara yang kemudian diubah menjadi narasi dengan menggunakan ragam bahasa resmi, kemudian diberi penilaian berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan sebagai berikut.

Tabel 3.2 Indikator Penilaian Isi Karangan, Kebahasaan dan Teknik Penulisan

No. INDIKATOR ASPEK YANG

DINILAI SKOR DISKRIPTOR

1. Isi

Karangan

a.Kesesuaian dengan isi teks wawancara

4

3

2

1

Narasi ditulis sesuai dengan isi teks wawancara.

Terdapat beberapa bagian yang kurang sesuai dengan isi teks wawancara.

(53)

37 b. Kelengkapan dan Cakupan Isi 3 2 1

Narasi yang ditulis mencakup bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir.

Hanya mencakup bagian awal dan tengah.

Hanya mencakup bagian awal saja, bagian tengah saja atau bagian akhir saja.

2. Kebahasaan a.Diksi atau Pilihan kata

3

2

1

Semua kata yang digunakan sesuai dengan konteks ragam resmi.

Terdapat beberapa kata yang tidak sesuai.

Banyak kata yang tidak sesuai. b.Struktur kalimat 4 3 2 1

Semua kalimat efektif, penggunaan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung sudah benar.

Sedikit kesalahan (kurang dari setengah kalimat yang digunakan tidak tepat/efektif), penggunaan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung sudah benar.

Banyak kesalahan (lebih dari separuh kalimatnya tidak tepat/efektif). Masih ditemukan beberapa kesalahan pada penggunaan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung. Kalimat yang digunakan tidak tepat/efektif, dan ditemukan banyak kesalahan pada penggunaan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung. c. Ketepatan

penggunaan Ejaan

3

2

Sempurna (semua ejaan dan tanda baca tepat).

(54)

38

1 Banyak kesalahan

(kesalahannya lebih dari separuh).

3. Teknik penulisan a.Penggunaan Judul 4 3 2 1

Judul provokatif, relevan dengan isi karangan.

Judul kurang provokatif, dan kurang relevan dengan isi karangan.

Judul tidak provokatif, dan tidak relevan dengan isi karangan.

Tidak ada judul. b.Kepaduan Karangan 4 3 2 1

Karangan ditulis rapi dan kohesif

Karangan tidak ditulis rapi namun kohesif

Karangan ditulis rapi namun tidak kohesif

Karangan tidak ditulis rapi dan tidak kohesif

Skor Maksimal Penilaian 25

(Tabel diadaptasi dari Wahono 2006:64) 3.3.2 Teknik Analisis Data

(55)

39

1) mengumpulkan setiap lembar hasil tes siswa;

2) menganalisis setiap lembar hasil tes siswa dan memastikan semua tulisan merupakan narasi;

3) membaca hasil tes siswa;

4) memberikan skor pada seluruh aspek sesuai dengan ketentuan penskoran yang telah ditetapkan, dengan rumus:

Persentase kemampuan = jumlah skor yang diperoleh x 100% jumlah skor maksimal per aspek

5) menghitung skor rata-rata menulis narasi dengan rumus : X= jumlah skor

jumlah sampel

Keterangan: X = mean (skor rata-rata)

Misalnya pada aspek kesesuaian narasi dengan isi teks wawancara, jumlah skor yang diperoleh sampel 108 (rata-rata dari jumlah skor yang diperoleh oleh penskor I dan penskor II). Jumlah skor maksimal pada aspek kesesuaian narasi dengan isi teks wawancara adalah 4 dan jumlah sampel 32 sampel, maka 4 x 32 = 128. Maka skor rata-rata untuk aspek kesesuaian narasi dengan isi teks wawancara adalah:

persentase kemampuan : x 100% = 84,37%  mean (skor rata-rata) : = 3,37

[image:55.595.112.518.619.736.2]

6) setelah diperoleh nilai rata-rata, langkah selanjutnya adalah menentukan klasifikasi persentase penilaian dengan menggunakan skala tolok ukur penilaian sebagai berikut.

Tabel 3.3 Tolok Ukur Penilaian Kelas Interval Persentase Tingkat

Kemampuan Keterangan

81─100% Sangat Baik

61─80% Baik

41─60% Cukup

21─40% Kurang

≤ 20% Sangat Kurang

(Diadaptasi dari Nurgiantoro, 2001: 307) 32

108

(56)

72

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persentase kemampuan menulis narasi berdasarkan teks wawancara siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 adalah 64,93%, persentase tingkat kemampuan ini termasuk dalam ketegori baik.

(57)

73

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan kesimpulan yang diperoleh oleh penulis, saran yang diberikan oleh penulis sebagai berikut.

1. Kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia diharapkan lebih banyak pemahaman kepada siswa tentang pentingnya memahami indikator dan aspek-aspek dalam menulis khususnya menulis narasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperbanyak latihan dan evaluasi agar kemampuan siswa dapat lebih meningkat. Salah satu aspek penting yang masih tidak disadari pentingnya oleh siswa dalam penelitian ini adalah aspek judul. 2. Kepada siswa diharapkan agar lebih memahami dan dapat menggunakan

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Subakti, dkk. 1996. Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Chaer, Abdul. 2004. Sosiolinguistik : Perkenalan Awal, Edisi Revisi. Jakarta. PT. Asdi Mahasatya.

Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Hajar, Ibnu. 1995. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Keraf, Gorys. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia. Margono. 2007. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.. Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: FPBS IKIP.

Semi, M. Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.

Suparno dan Mohammad Yunus. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suriamiharja, Agus, dkk. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago. 2008. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Perkembangannya. Bandung: Angkasa.

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandarlampung: Universitas Lampung.

(59)

Gambar

Grafik                                                                                                        Halaman
Tabel 3.1   Distribusi Populasi Siswa Kelas VII SMP N 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012
Tabel 3.2   Indikator Penilaian Isi Karangan, Kebahasaan dan Teknik  Penulisan
Tabel 3.3 Tolok Ukur Penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Gus Dur tidak memcampur adukkan keimanan antar pemeluk agama, karna selain bertentangan dengan dogma ajaran agama Islam hal itu tentunya pasti di tolak oleh semua agama

Mengenai strategi manajemen baik Kepala Sekolal1 maupun Komite Sekolah sangat memegang penman penting dalam pemberdayaan dana pembelajaran.. Yang menjadi pennasalahan dalam hal

Grafik 3.10 Persen Pasir Terhadap Kadar Total Agregat yang Dianjurkan (Untuk ukuran butir maksimum 10 mm)

Target adalah jumlah rencana penerimaan yang akan dicapai, penentuan target didasarkan potensi (kemampuan) daerah sehingga masing-masing daerah tidak sama

Jenis yang ditemukan adalah Eurhynchium celebicum, lumut ini memiliki percabangan menyirip tidak beraturan dengan daun tersusun pipih dan rata , daun berbentuk bulat

Dengan demikian yang dimaksud dengan judul kompetensi pedagogik guru yang bersertifikasi di MTs Nurul Ikhsan Sengon Wetan Purwodadi adalah penelitian tentang bagaimana

Hasil metode VAR menunjukkan bahwa SBIS kurang berpengaruh signifikan daripada instrumen PUAS, sedangkan margin, dana pihak ketiga (DPK), profit loss sharing dan non

Penelitian ini merupakan kegiatan proses desain artwork pada taman pulau dan median jalan di kawasan Jalan Medan Merdeka Jakarta, dengan memperhatikan atribut- atribut