commit to user
PERAN KADER PAGUYUBAN PEREMPUAN WASPADA KANKER
(PPWK) DALAM MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKATUNTUK DETEKSI DINI KANKER CERVIKS
(Studi kasus di Kelurahan Burengan Kecamatan Pesantren Kota Kediri )
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan.
OLEH : SUSILO RAHAYU
NIM S540809218
PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
PERAN KADER PAGUYUBAN PEREMPUAN WASPADA KANKER
(PPWK) DALAM MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT
UNTUK DETEKSI DINI KANKER CERVIKS
(Studi Kasus di Kelurahan Burengan Kecamatan Pesantren Kota Kediri)
Disusun oleh : SUSILO RAHAYU
NIM. S540809218
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Pembimbing I : Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd ...
Pembimbing II : Pancrasia Murdani, dr, MPHEd ...
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
commit to user
PERAN KADER PAGUYUBAN PEREMPUAN WASPADA
KANKER (PPWK) DALAM MENINGKATKAN KESADARAN
MASYARAKAT UNTUK DETEKSI DINI KANKER
CERVIKS
(Studi kasus di Kelurahan Burengan Kecamatan Pesantren Kota Kediri )
Disusun Oleh :
SUSILO RAHAYU NIM : S540809218
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal :
Prof. Drs. Suranto. Msc. Ph.D NIP. 19570820198503 1 004
Surakarta, Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
commit to user PERNYATAAN
Nama : SUSILO RAHAYU NIM : S540809218
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Peran Kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker (PPWK) dalam meningkatkan kesadaran Masyarakat untuk Deteksi Dini Kanker Serviks adalah karya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh tersebut.
Surakarta, November 2010 Yang membuat pernyataan
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun usulan penelitian dengan judul ”Peran Kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker (PPWK) dalam Meningkatkan kesadaran Masyarakat untuk Deteksi Dini Kanker Serviks”. Usulan penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan mencapai derajad Magister Kesehatan pada Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan ini penulis banyak mengalami kesulitan namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan dapat teratasi, untuk itu penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Moch. Syamsulhadi , dr, Sp.Kj (K), selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan wawasan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan usulan penelitian ini.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan surat keputusan pengangkatan Dosen Pembimbing tesis mahasiswa program studi Magister Kedokteran Keluarga.
3. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga.
4. Pancrasia Murdani, dr, MHPEd, selaku Ketua Minat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan ijin penelitian ini dan selaku dosen pembimbing II yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan usulan penelitian ini.
commit to user
6. Suami dan anakku tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
7. Teman seperjuangan mahasiswa pasca sarjana program Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menjalin kerjasama dalam menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Akhirnya semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa dan dicatat sebagai amal ibadah. Demi kesempurnaan dan perbaikan usulan penelitian ini sangat penulis harapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Terima kasih.
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii
commit to user
A. Lokasi Penelitian ... 60
B. Strategi dan Bentuk Penelitian ... 60
C. Sumber Data dan Teknik Sampling ... 60
D. Teknik Pengumpulan Data dan Uji Kepercayaan Data ... 61
E. Teknik Analisis Data ... 63
F. Prosedur Kegiatan ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66
A. Diskripsi Lokasi ... 66
1. Keadaan Umum Kelurahan Burengan ... 66
2. Kegiatan PKK Kelurahan Burengan ... 68
B. Temuan Lapangan ... 79
1. Peran Karena PPWK (Paguyuban Perempuan Waspada Kanker) ... 79
2. Hasil yang dicapai karena PPWK (Paguyuban Perempuan Waspada Kanker) ... 100
3. Pemecahan Masalah Dari Kendala Yang Ada ... 114
BAB V PENUTUP ... 118
A. Kesimpulan ... 118
B. Implikasi Kebijakan ... 119
C. Saran ... 119
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kerangka Pikir Peneliti ... 59
Gambar 2 : Teknik Analisis Data... 64
Gambar 3 : Bagan Struktur Organisasi Kelurahan Burengan ... 67
Gambar 4 : Bagan Mekanisme PKK ... 71
Gambar 5 : Struktur Organisasi TP PKK Kelurahan Burengan ... 73
Gambar 6 : Struktur PPWK Kelurahan Burengan ... 76
commit to user DAFTAR TABEL
Table 1 : Kesejahteraan Penduduk Kelurahan Burengan Tahun 2010 ... 67 Tabel 2 : Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Burengan
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Pap Smear per Kelurahan Wilayah Puskesmas Pesantren II Kota Kediri tahun 2010
Lampiran 2 : Data Pap Smear per Puskesmas Kota Kediri Tahun 2010 Lampiran 3 : PKK lan PKTP
Lampiran 4 : Penak Melu PKTP Lampiran 5 : Melu PKTP Lampiran 6 : Dadi Kader PKTP
Lampiran 7 : Paguyuban Perempuan Waspasda Kanker Lampiran 8 : Kader PKTP
Lampiran 9 : Obat Kanker Lampiran 10 : Informan 1 Lampiran 11 : Informan 2 Lampiran 12 : Informan 3 Lampiran 13 : Informan 4 Lampiran 14 : Informan 5 Lampiran 15 : Informan 6 Lampiran 16 : Informan 7 Lampiran 17 : Informan 8 Lampiran 18 : Informan 9
commit to user ABSTRAK
Susilo Rahayu S.54080918 Peran Kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker (PPWK) Dalam Meningkatkan Kesadaran Masyarakat untuk Deteksi Dini Kanker Serviks. Tesis, Surakarta Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta November 2010
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Peran Kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk deteksi dini kanker serviks.
Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan deskriptif dengan pendekatan kualitatif retrospektif dengan menggunakan empat macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Sumber data yang digunakan adalah mengutamakan perspektif emic. Adapun informannya antara lain ketua TP PKK, ketua Kader, Kader, Bidan, dan masyarakat yang ada di daerah Burengan. Teknik analisa yang digunakan dengan menggunakan model analisis interaktif, yang meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sedangkan hasil analisa data digunakan untuk memaknai fenomena penelitian dan memberikan arah dalam penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan peran kader secara administrasi tertata dengan baik, disamping itu kader juga menjalankan berbagai kegiatan sesuai dengan struktur dan fungsinya.
Kesimpulan kader sangat berperan dalam kegiatan Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan struktur, semua kader mendapatkan pelatihan materi kanker dan juga sudah melakukan pemeriksaan pap smear dengan kriteria hasil pemeriksaan deteksi dini kanker serviks tahun 2010 menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menggulirkan sistem terbuka pencegahan kanker serviks di Indonesia
dapat digunakan sebagai pedoman untuk memudahkan berbagai pihak yang tertarik pada sistem ini dan turut berperanserta sehingga program dapat berkelanjutan yang tak terkendala dana maupun pihak tertentu serta bermanfaat bagi masyarakat yang mau menerima dan berbagi (Himpunan
Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia, 2008). Hal ini selaras dengan
tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dengan menekankan pentingnya menggerakkan, mendorong dan membina partisipasi masyarakat (Depkes RI, 1991). Partisipasi masyarakat ini penting dalam pencegahan dan pengobatan prakanker serviks yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di antara perempuan dewasa di Indonesia. (Himpunan Obstetri
dan Ginekologi Sosial Indonesia, 2008).
Kanker serviks merupakan kanker nomor dua tersering diderita oleh
perempuan dan penyebab kematian akibat kanker yang paling utama. Kanker serviks terjadi jika sel-sel yang ada di daerah tersebut membelah
commit to user
maka keadaannya sebagai kanker leher rahim. Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel leher rahim tersebut tidak diketahui dengan pasti namun faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks adalah HPV
(Human Papilloma Virus), merokok, hubungan seksual pertama dilakukan
pada usia dini, berganti-ganti pasangan seksual, gangguan sistem kekebalan tubuh, pemakaian pil Keluarga Berencana (KB) serta infeksi genitalis atau infeksi klamidia menahun.
Banyaknya kasus kanker serviks yang menyerang perempuan, suami
dan anak-anak juga sangat menderita, melihat istri, ibu yang sangat dicintai menderita, namun tidak berdaya menolong, upaya-upaya secara terorganisasi belum membuahkan hasil yang merata, sehingga banyak sekali perempuan yang menderita bahkan meninggal dunia disebabkan kanker
serviks. Tata cara kerjasama yang mudah dan rinci, tidak butuh dana besar
bisa dilaksanakan dengan gotong-royong.
Menurut Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) diperkirakan 15.000 penderita baru kanker serviks per tahun dan 8.000 penderita
meninggal tiap tahun sehingga deteksi dini dan pengobatan prakanker
serviks perlu menjadi prioritas (Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial
Indonesia, 2008). Untuk itu, Departemen Kesehatan menganjurkan kepada semua wanita berusia 20-60 tahun harus melakukan Pap Smear paling tidak
setiap lima tahun (Evennett, K,2003).
commit to user
kehidupan yang sibuk. Mereka memiliki rutinitas mengasuh anak-anak dan segudang pekerjaan rumah melelahkan lainnya, sehingga kurang adanya perhatian pada kesehatan. Kehidupan wanita yang sibuk seringkali menjadikan Pap Smear bukan prioritas dalam kehidupannya, meskipun
diantara para wanita menyadari bahwa Pap Smear menyelamatkan jiwa,
tetapi ada keengganan untuk menjalani pemeriksaan Pap Smear (Evennett,
Karen,2003).
Pap Smear adalah pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang
diperoleh dari asupan serviks. Pap Smear dapat mendeteksi kondisi kanker
dan prakanker dalam serviks sampai 90% kasus serviks secara akurat dan
dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya, angka kematian perempuan akibat kanker servikspun akan bisa menurun sampai lebih dari
50%. (Yohanes, R. 2007) Meskipun Pap Smear tidak dengan sendirinya
(tidak secara otomatis) mencegah kanker, pemeriksaan ini merupakan salah satu untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang bersifat prakanker. Dengan melakukan Pap Smear dan berbagai terapi lanjutan yang
diperlukan, sebenarnya melakukan tindakan pencegahan terhadap kanker. (Evennet, K. 2003)
Dari data diketahui, bahwa di dunia setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker serviks. Sedangkan di Indonesia insiden
kanker serviks mencapai ± 40.000 kasus pertahun (Suwiyoga, 2006).
Adapun insiden kanker serviks di Kota Kediri selama tahun 2009 sebanyak
commit to user Kediri, 2009).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Kota Kediri pada bulan Juni 2010 diperoleh data sebagai berikut : jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kota Kediri tahun 2009 sebanyak 44461 orang, sedangkan yang melakukan pemeriksaan Pap Smear
di Yayasan Kanker Indonesia (YKI) sebanyak 243 orang dengan 2 (dua) orang dinyatakan positif kanker serviks dan infeksi menular seksual lainnya
sebanyak 146 kasus..
Kota Kediri mempunyai 46 kelurahan, diantaranya Kelurahan Burengan. Kelurahan Burengan mempunyai jumlah wanita PUS 1142 dan pencapaian Pap Smear tertinggi yaitu 8,4% dibandingkan dengan 45
kelurahan yang lain rata-rata hanya mencapai 0,8 %.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin meneliti tentang Peran kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker (PPWK) dalam meningkatkan kesadaran Masyarakat tentang Pemeriksaan Pap Smear untuk
Deteksi Dini Kanker Serviks. (Studi kasus di Kelurahan Burengan
commit to user
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana peran kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker (PPWK) dalam melaksanakan fungsinya meningkatkan kesadaran masyarakat kususnya Pasangan Usia Subur (PUS) untuk Deteksi Dini Kanker Serviks ?
2. Bagaimana hasil yang dicapai kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam melaksanakan fungsinya meningkatkan kesadaran masyarakat kususnya Pasangan Usia Subur (PUS) untuk Deteksi Dini Kanker Serviks ?
3. Kendala apa saja yang dihadapi oleh kader dalam melaksanakan tugasnya ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengevaluasi peran kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam meningkatkan kesadaran Masyarakat untuk deteksi dini Kanker Serviks di Kelurahan Burengan Kecamatan Pesantren Kota
commit to user
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi peran kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam melaksanakan fungsinya meningkatkan kesadaran masyarakat kususnya Pasangan Usia Subur untuk Deteksi Dini Kanker Serviks.
b. Mengidentifikasi hasil yang dicapai kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam melaksanakan fungsinya meningkatkan kesadaran masyarakat kususnya Pasangan Usia Subur untuk Deteksi Dini Kanker Serviks.
c. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi oleh kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam melaksanakan tugasnya.
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
1. Manfaat Teoritik
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi pengetahuan tentang peran kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam meningkatkan kesadaran Masyarakat untuk deteksi dini Kanker Serviks.
2. Manfaat Aplikatif
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Konsep Peran Kader
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan peran
(role). Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang,
apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan. Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas ada baiknya terlebih dahulu kita pahami tentang pengertian peran.
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Nursalam, 2003).
Peran adalah suatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa. Peran juga diartikan sebagai tugas utama yang harus dilaksanakan (Poerwadarmita, 1984).
commit to user
karena kedudukan yang dimilikinya. Berdasarkan pengertian diatas maka melihat bahwa dalam peran terdapat unsur individu sebagai subyek yang melakukan peranan tertentu. selain itu, dalam peran terdapat pula adanya status atau kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat, artinya jika seseorang memiliki kedudukan (status) maka yang bersangkutan menjalankan peran tertentu pula. Dengan demikian antara peran dan kedudukan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Lain halnya dengan Soejono Soekanto (1986:200) menyebutkan bahwa suatu peranan paling sedikit mencakup tiga hal yaitu :
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi tau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
commit to user
1). Bahwa peran-peran tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak mempertahankan kelangsungannya.
2). Peran hendaknya dilekatkan pada individu yang oleh masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya.
3). Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tidak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan. Oleh karena mungkin pelaksanaanya memerlukan pengorbanan yang terlalu banyak artinya kepentingan-kepentingan pribadinya.
4). Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang bahkan sering kali terlihat masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut (Soejono Soekanto, 1986:223).
Kader adalah anggota masyarakat yang secara sukarela bersedia melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di wilayahnya (Nursalam, 2003).
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
commit to user
Pengertian kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Padahal ada beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai dengan keperluan menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan. (http://www.puskel.com/9-macam-kader-kesehatan-dalam-pelayanan-puskesmas/ Posted on 05/01/2010 by Putu Sudayasa)
L. A. Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan: “kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat”. Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader: “Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela”. (http://www.scribd.com/doc/25535662/Kader-Kesh)
commit to user
Peran kader adalah sebagai motivator, penyuluh, penyampai
informasi, penggerak dan pelaksana kegiatan yang ada dimasyarakat (Depkes RI, 2008).
2. Konsep Masyarakat
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk
menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi
reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial
dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
a. Arti Definisi / Pengertian Masyarakat
Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari
beberapa ahli sosiologi dunia.
1). Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2). Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang
menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat
adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara
ekonomi.
3). Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan
objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4). Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan
kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam
commit to user
mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar
kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
b. Faktor-Faktor / Unsur-Unsur Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur
sebagai berikut ini :
1). Beranggotakan minimal dua orang.
2). Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3). Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan
manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat
aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
4). Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
c. Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi
agar sekumpulan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.
1). Ada sistem tindakan utama.
2). Saling setia pada sistem tindakan utama.
3). Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
commit to user
3. Metode Skrining Kanker Serviks
Menurut Nuranna (2008), metode skrining meliputi, 1). Test
Papanicolaou smear untuk skrining kanker serviks, untuk mendeteksi
kanker insitu, alasan test ini adalah karena proporsi kanker insitu cukup tinggi dan akan berkembang menjadi kanker invasive, sebagian kanker bertahan cukup lama pada stadium kancer insitu sehingga skrining pada jangka waktu tertentu dapat mendeteksi proporsi kasus, penanganan kanker insitu tingkat kesembuhannya cukup tinggi. 2) Inspeksi Visual Asam Asetat adalah : inspeksi porsio dengan mata telanjang dan dinyatakan positif apabila setelah 30-60 detik pengolesan asam asetat 3-5% tampak daerah berwarna putih atau White Epithelium(WE).d c) Kolposkopi adalah
pemeriksaan melihat porsio dengan pembesaran 10-15 kali untuk menampilkan porsio kemudian dipulas terlebih dahulu dengan asam asetat 3-5% pada porsio dengan kelainan HPV atau Neoplasia Intra Epitel
Cerviks (NIS) akan terlihat bercak putih atau perubahan pembuluh darah.
Kolposkopi dapat berperan sebagai alat skrining awal, namun ketersediaan alat ini terbatas karena mahal, oleh karena itu alat ini lebih sering digunakan dalam prosedur pemeriksaan lanjut dari hasil Pap smear yang
abnormal. 3).Servikografi Pemeriksaan kelainan porsio dengan membuat
foto pembesaran porsio setelah dipulas dengan asam asetat 3-5% dapat dilakukan oleh bidan. Hasil foto serviks dikirim ke ahli ginekologi yang
bersertifikat untuk menilai. 3) Pap Net dengan komputerisasi Pada
commit to user
perbedaannya untuk mengidentifikasi sel abnormal yang dilakukan secara komputerisasi. Slide Pap smear yang mengandung sel abnormal dievaluasi
ulang oleh ahli patologi. Pusat komputerisasi di New York, Amsterdam dan Hongkong. Saat ini jaringan Pap Net yang ada di Indonesia slidenya
dikirim ke Hongkong. 5). Tes DNA- HPV telah dibuktikan bahwa lebih 90% kondiloma serviks, NIS dan kanker serviks mengandung DNA-HPV. Hubungannya dinilai kuat dan tiap tipe HPV mempunyai hubungan patologi yang berbeda, tipe 6 dan 11 termasuk tipe HPV risiko rendah jarang ditemukan pada karsinoma invasif kecuali karsinoma verukosa. Tipe 16, 18, 31 dan 45 tergolong tipe HPV risiko tinggi, HPV tipe ini dilakukan dengan hibridasi DNA.
4. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
a. Definisi IVA
Menurut Iswara dkk. (2003), Inspeksi Visual Asam Asetat
adalah inspeksi porsio dengan mata telanjang dan dinyatakan positif apabila setelah 60 detik pengolesan asam asetat 3-5% tampak daerah berwarna putih atau WE. Menurut Nurrana, (2001). Inspeksi Visual
Asam Asetat adalah salah satu cara melakukan tes kanker Inspeksi visual dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan pembesaran gineskopi.
commit to user
yang disebut WE, bercak putih disimpulkan bahwa tes IVA positif.
Dari berbagai penelitian diperoleh sensitifitasnya berkisar antara 64%-87%, nilai prediksi positif sebesar 97%, dan nilai prediksi negatif sebesar 40%.Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa metode skrining alternatif kanker serviks di negara berkembang seperti Indonesia. (Depkes RI, 2007)
b. Teknik melakukan IVA
Teknik melakukan IVA menurut Nurrana (2001), adalah dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut
WE, dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut
dapat dilakukan biopsi. Penemuan tes IVA positif oleh bidan, di beberapa negara, bidan tersebut dapat langsung melakukan terapi dengan cryosurgery. Hal ini tentu mengandung kelemahan dalam
menyingkirkan lesi invasif. Kategori pemeriksaan IVA Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah: 1).IVA negatif adalah serviks normal. 2). IVA radang adalah serviks dengan radang atau servisitis, atau kelainan jinak lainnya polip serviks. 3).IVA positif adalah ditemukan bercak putih
WE. Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker
commit to user
Prosedur IVA menurut Carr dan Sellors (2004), IVA dapat dilakukan kapan saja, selama siklus menstruasi, pada saat mentruasi, selama kehamilan, post partum, post aborsi selama perawatan dan
penyaringan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Human Infeksi virus
(HIV) dilakukan pada wanita usia 30-50 tahun.
Menurut Depkes RI (2007), peralatan dan bahan yang harus dipenuhi dalam pemeriksaan IVA: meja periksa, lampu, speculum
bivalved, rak atau wadah peralatan. Bahan habis pakai yang diperlukan adalah kapas lidi, sarung tangan, spatula kayu, kondom, larutan asam asetat 3-5%, larutan clorin 0,5%, pencatatan dan pelaporan.
Penelitian Iswara dkk. (2003), mendapatkan hasil :
sensitifitas IVA sebesar 92,5%, spesifisitas sebesar 42,9%, nilai prediksi positif 75,5% negatif 75,0%, nilai positif palsu 24,5% dan negatif palsu sebesar 25,0%. Didapatkan nilai Z pada perbandingan antara metode IVA dengan tes Pap Smear masing-masing untuk
sensitifitas dan hampir sama nilai prediksi positif 1,01 nilai prediksi negatif 2,06 nilai positif palsu 1,01 dan nilai negatif palsu 2,06, sensitifitas, spesifisitas dan nilai negatif palsu Pap Smear dan metode
commit to user c. Pengobatan IVA Positif
Penapisan dan pendekatan pengobatan pada IVA positiv menurut Depkes RI, (2007) yang dianjurkan adalah bisa diberikan pada system kesehatan tingkat rendah, dapat dilakukan pada kunjungan yang sama, dapat dilakukan oleh bidan, perawat dan menawarkan kesembuhan yang lebih baik dengan rasio biaya dan manfaat untuk mengobati lesi yang kemungkinan kecil menjadi kanker.
Tabel 2. Pilihan pengobatan kanker leher rahim Tindakan Rawat
Sumber : Depkes RI, Pencegahan kanker leher rahim, (2007)
commit to user
Krioterapi atau double freeze adalah pembekuan serviks
menggunakan karbon dioksida maupun gas nitroksida sebagai bahan pendingin, dilakukan terus menerus selama 3 menit, membiarkan lesi mencair selama 5 menit kemudian mengoleskan pendingin selama 3-5 menit sampai membeku. Angka kesembuhan 90% untuk lesi lanjut sampai CIN III, double freeze lebih baik 10% bila dibandingkan
dengan single freeze. Keunggulan krioterapi adalah alat sederhana,
mudah dipelajari, tidak memerlukan anestesi local maupun listrik dan sedikit efek samping antara lain kram, keputihan atau cairan vagina encer kurang lebih 6 minggu dan. Kekurangan krioterapi adalah tidak ada jaringan ikat yang dikonfirmasi histologist dari lesi yang
dibutuhkan pasokan pendingin atau coolan cair cecara teratur.
Pra pengobatan Segera setelah pengobatan Setelah 4 bulan Gambar 5: Tampilan serviks setelah krioterapi
5. Konsep Pap Smear
a. Pengertian
Pap Smear adalah test penapisan untuk mendeteksi Human Papiloma Virus (HPV) dan pra kanker serviks (FKUI, 2000), dan
menurut Evennet Karen (2003), Pap Smear adalah cara untuk
commit to user
Pap Smear atau Pap Test, adalah temuan menakjubkan, hasil
riset dr. Papanicolau 1928, seorang ilmuwan dari Yunani. Tes
ini berfungsi untuk mendeteksi perubahan sifat sel pada leher rahim. Temuan dokter yang kini bermukim di New York ini sangat dianjurkan
bagi wanita yang pernah melakukan hubungan seksual, serta wanita yang memiliki risiko tinggi terkena kanker leher rahim, misalnya; wanita yang melakukan hubungan seksual tidak dengan pasangan tetap (cenderung berganti pasangan).
(http://www.conectique.com/trend_tips_solution/health/article.php?arti cle_id=1640)
Menurut Tim Penanggulangan Kanker Terpadu Pari Purna , RSUD DR Soetomo/ FK UNAIR TAHUN 2000 menyatakan bahwa Pemeriksaan Pap Smear test merupakan suatu test yang aman dan
murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan- kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. Terjadinya kanker serviks ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher
rahim yang abnormal, tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker. Pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel-sel abnormal tersebut dapat dideteksi dengan “Pap Smear test” sehingga semakin
commit to user
Pap Test(Pap Smear) adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio
dan endoservik uteri untuk penentuan adanya perubahan praganas
maupun ganas di porsio atau servik uteri (Tim PKTP,RSUD Dr.
Soetomo/ FK UNAIR, 2000).
Menurut Tim Penanggulangan Kanker Terpadu Pari Purna , RSUD DR Soetomo/ FK UNAIR TAHUN 2000 menyatakan bahwa Pemeriksaan Pap Smear test merupakan suatu test yang aman dan
murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan- kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.
Sedangkan menurut Hariyono Winarto dalam seminarnya pada tanggal 05-10-2008 tentang Pap Smear Sebagai Upaya Menghindari Kanker Leher Rahim Bagi Wanita Usia Reproduksi, pengertian Pap
Test (Pap Smear) adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengusap
leher rahim (scrapping) untuk mendapatkan sel-sel leher rahim
kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat diketahui terjadinya perubahan atau tidak. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pap Smear adalah pemeriksaan usapan pada leher rahim untuk
mengetahui adanya perubahan sel-sel yang abnormal yang diperiksa dibawah mikroskop.
Pap Smear merupakan pemeriksaan usapan mulut rahim untuk
melihat sel-sel mulut rahim (serviks) di bawah mikroskop, Pap Smear
adalah tes skrening untuk mendeteksi dini perubahan atau
commit to user
Pemeriksaan ini dilakukan di atas kursi pemeriksaan khusus
ginekologis. Sampel sel-sel diambil dari luar serviks dan dari liang serviks dengan melakukan usapan dengan spatula yang terbuat dari
bahan kayu atau plastik. Setelah usapan dilakukan, sebuah cytobrush
(sikat kecil berbulu halus, untuk mengambil sel-sel serviks)
dimasukkan untuk melakukan usapan dalam kanal serviks. Setelah itu,
sel-sel dimasukkan dalam botol yang mengandung zat pengawet, kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.
(http://ayurai.wordpress.com/2010/08/18/pap-smear/)
b. Tujuan Pap Smear
1). Menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi Human Papiloma Virus (HPV). (Ramli,
dkk: 2000).
2). Untuk mendeteksi adanya pra-kanker, ini sangat penting ditemukan sebelum seseorang menderita kanker. (Hariyono.W, 2008).
3). Mendeteksi kelainan – kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.
4). Mendeteksi adanya kelainan praganas atau keganasan servik uteri
(Tim PKTP, RSUD Dr. Soetomo / FK UNAIR, 2000).
c. Sasaran Pap Smear
1). Ahli-ahli di Marie Stopes International menganjurkan agar kita
commit to user
menikah atau wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.
2). American Cancer Society penulisannya : ”Cancer Related Health
Check Up“ menganjurkan sebagai berikut :
a). Pap test setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun
dan juga bagi wanita di bawah 20 tahun yang seksual aktif. b). Sesudah 2x pap test (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan
bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap
test (Tim PKTP, RSUD Dr. Soetomo / FK UNAIR, 2000)
3). The British Medical Association Family Health Encyclopedia
menganjurkan bahwa seseorang wanita harus melakukan Pap
Smear dalam 6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan
seksual, Pap Smear dalam 6 bulan setelah pertama kali melakukan
hubungan seksual, dengan Pap Smear kedua 6-12 bulan setelah
Pap Smear pertama dan hasil diberikan adalah normal pada selang
waktu 3 tahunan selama masa hidupnya.
d. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear.
1). Evaluasi sitohormonal. 2). Merdiagnosis peradangan.
3). Identifikasi organisme penyebab peradangan.
4). Mendiagnosis pra kanker serviks, kanker serviks dini / lanjut.
commit to user
e. Alasan melakukan Pap Smear
Alasan harus melakukan Pap Smear antara lain :
1). Menikah pada usia muda (di bawah 20 tahun). 2). Pernah melakukan senggama sebelum usia 20 tahun. 3). Pernah melahirkan lebih dari 3 kali.
4). Pemakaian alat kontrasepsi lebih dari 5 tahun, terutama Intra Uterin
Device (IUD) atau kontrasepsi hormonal.
5). Mengalami perdarahan setiap hubungan seksual. 6). Mengalami keputihan atau gatal pada vagina.
7). Sudah menopause dan mengeluarkan darah pervagina.
8). Berganti pasangan dalam senggama . (Evennett,K, 2003)
Evennett (2003 : 4) menegaskan bahwa semua wanita yang
berusia 20-60 tahun harus melakukan Pap Smear paling tidak setiap
lima tahun. Dalam buku yang sama “The British Medical Association
Family Health Encyclopedia” menganjurkan bahwa seorang wanita
harus melakukan Pap Smear dalam 6 bulan setelah pertama kali
melakukan hubungan seksual, dengan Pap Smear kedua 6-12 bulan
setelah Pap Smear pertama (karena suatu perubahan kecil dapat
menghilangkan suatu abnormalitas dalam suatu Pap Smear) dan hasil
yang diberikan adalah normal pada selang waktu (interval) 3 tahunan
commit to user
f. Syarat Pengambilan Pap Smear
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan Pap
Smear adalah sebagai berikut :
1). Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi berikutnya.
2). Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan penyakit yang pernah diderita
3). Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan pemeriksaan.
4). Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.
5). Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina
48 jam sebelum pemeriksaan.
6). Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel. (Republika. C, 2007).
g. Teknik Pengambilan Sediaan
1). Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan Pap test yaitu :
a). Formulir konsultasi sitologi.
b). Spatula ayre yang dimodifikasi dan cytobrush.
commit to user
e). Tabung berisikan larutan fiksasi alcohol 95 %. (Arif Mansjoer, 2000).
2). Cara pengambilan sediaan :
a). Sebelum memulai prosedur, pastikan bahwa label wadah
specimen diisi, pastikan bahwa preparat diberi label yang
menulis tanggal dan nama serta nomor identitas wanita. b). Gunakan sarung tangan.
c). Insersi spekulum dengan ukuran tepat, visualisasi serviks,
fiksasi speculum untuk memperoleh pajanan yang diperoleh.
Pastikan secara cermat membuang setiap materi yang menghalangi visualisasi serviks/ mengganggu studi sitologi.
d). Salah satu dari 4 metode pengumpulan spesimen berikut untuk apusan Pap dapat digunakan :
(1). Tempatkan bagian panjang ujung spatula kayu yang ujungnya sedikit runcing/ pengerik plastik mengenai dan masuk ke dalam mulut eksterna serviks dan tekan. Ambil
spesimen kanalis servikalis dengan memutar spatula satu
lingkaran penuh
(2). Ujung kapas aplikator berujung kapas dilembabkan dengan normal saline, insersi aplikator tersebut ke dalam saluran
serviks 2 cm dan putar 360o.
(3). Insersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran
commit to user
(4). Gunakan kombinasi metode untuk metode memasukkan
spatula.
e). Sebarkan sel-sel pada preparat yang sudah diberi label. Apabila
sel-sel dikumpulkan pada spatula kayu, tempatkan satu sisi
diatas dekat label diatas setengah bagian atas preparat dan usap
1 kali sampai ke ujung preparat. Kemudian balikkan spatula dan tempatkan sisi datar lain dekat label pada setengah bagian bawah preparat dan usap satu kali sampai ujung preparat.
f). Segera semprot preparat dengan bahan fiksasi/ masukkan
bahan tersebut didalam tabung berisi larutan fiksasi.(Helen
Varney, 2007).
g). Bila fasilitas pewarnaan jauh dari tempat praktek sederhana, dapat dimasukkan dalam amplop/pembungkus yang dapat menjamin kaca sediaan tidak pecah. Dengan pengambilan sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan baik serta
pengamatan mikroskopik yang cermat, merupakan langkah
yang memadai dalam menegakkan diagnosis. (Ramli,dkk, 2000).
h. Klasifikasi Pap Smear
Klasifikasi menurut Ramli, dkk: 2000, negatif: tidak ditemukan sel ganas. Sedangkan klasifikasi menurut Papanicolau adalah sebagai
commit to user
1). Kelas I : Hanya ditemukan sel-sel normal.
2). Kelas II : Ditemukan beberapa sel atipik, akan tetapi tidak ada bukti keganasan.
3). Kelas III : Gambaran sitologi mengesankan, tetapi tidak
konklusif keganasan.
4). Kelas IV : Gambaran sitologi yang mencurigakan
keganasan.
5). Kelas V : Gambaran sitologi yang menunjukkan
keganasan. (Tim PKTP RSUD Dr. Soetomo/FK UNAIR, 2000).
Interpretasi hasil Pap test menurut Papanicolaou:
1). Kelas I : Identik dengan normal Smear pemeriksaan ulang 1
tahun lagi.
2). Kelas II : Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik,
kadang disertai :
a). Kuman atau virus tertentu. b). Sel dengan kariotik ringan.
Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya. Bila ada erosi atau radang
commit to user
3). Kelas III : Ditemukannya sel diagnostik sedang dengan
keradangan berat. Periksa ulang 1 bulan sesudah pengobatan
4). Kelas IV : Ditemukannya sel-sel yang mencurigakan ganas dalam
hal demikian daapat ditempuh 3 jalan, yaitu: (1). Dilakukan biopsi.
(2). Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping
lebih dalam diambil 3 sediaan (3). Rujuk untuk biopsi konfirmasi.
5). Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti ditempuh 3 jalan seperti pada hasil kelas IV untuk konfirmasi. (Tim PKTP RSUD Dr. Soetomo/FK UNAIR, 2000).
i. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Pap Smear
Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan Pap
Smear yaitu perubahan sel – sel abnormal pada mulut rahim yang
akhirnya dapat terjadi kanker serviks antara lain :
1). Konseling pra Pap Smear yang tepat:
a). Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi berikutnya.
commit to user
c). Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan pemeriksaan.
d). Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak
boleh dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.
e). Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam
vagina 48 jam sebelum pemeriksaan.
f). Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel. (Republika. C, 2007).
2). Cara pengambilan sediaan
Pengambilan sediaan yang tak adekuat (62 %), bisa terjadi kegagalan skrining (15 %), interpretasi (23 %), dan angka positif
palsu (3-15 %). Untuk ketepatan diagnostik perlu diperhatikan komponen endoserviks dan ektoserviks yang diambil dengan
gabungan cytobrush dan spatula.
3). Petugas kesehatan (dokter/ bidan) Bisa disebabkan oleh:
a). Kegagalan memberikan pelayanan tes Pap.
b). Kegagalan menyampaikan hasil tes abnormal pada pasien.
c). Kegagalan merujuk pasien dengan tes abnormal.
4). Labolatorium
a). Kegagalan mendeteksi sel abnormal.
commit to user
c). Kegagalan mengajukan pengulangan. d). Hapussan terlalu tipis.
e). Sediaan apusan terlalu kering sebelum di fiksasi.
f). Cairan fiksasi tidak memakai alkohol 95 %.
(Ramli, dkk, 2000) 5). Petugas laboratorium
a). Cara kerja tidak sesuai prosedur. b). Reagen yang dipakai sudah expaidet.
c). Pembacaan hasil pemeriksaan sitologi kurang valid.
d). Keterampilan dan ketelitian spesialis patologi anatomi. 6). Faktor karakteristik
a). Umur
Perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim paling sering ditemukan pada usia 35-55 tahun dan memiliki risiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker mulut rahim (serviks). Semakin
commit to user b). Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang sudah pernah melahirkan
bayi yang dapat hidup atau viable. Paritas dengan jumlah anak
lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat mempunyai risiko yang lebih besar terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan pervaginam banyak dapat menyebabkan
terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim
yang dapat berkembang menjadi keganasan (IBG Manuaba, 1999).
c). Sosial ekonomi
Golongan social ekonomi yang rendah sering kali terjadi
keganasan pada sel – sel mulut rahim, hal ini dikarenakan ketidakmampuan melakukan Pap Smear secara rutin
(Andrijono, 2008). d). Usia wanita saat menikah
commit to user
seimbang dengan sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini bisa berubah sifat menjadi sel kanker ( Evennett Karen, 2003). 7). Faktor perilaku
a). Berganti-ganti pasangan
Pasangan seksual yang berganti – ganti juga memperbesar risiko kemungkinan terjadinya kanker leher rahim. Bisa saja salah satu pasangan seksual membawa virus Human Papiloma
Virus (HPV) yang mengubah sel-sel di permukaan mukosa
hingga membelah menjadi lebih banyak yang akan mengarah ke keganasan leher rahim (Nugroho. K, 2007)
b). Hygiene alat Genetalia
Terlalu sering menggunakan antiseptik untuk mencuci vagina juga ditengarai dapat memicu kanker serviks. Oleh
sebab itu, hindari terlalu sering mencuci vagina dengan
antiseptic karena cuci vagina dapat menyebabkan iritasi di serviks. Iritasi ini akan merangsang terjadinya perubahan sel
yang akhirnya berubah menjadi kanker. (Rieke. P, 2006).
j. Tehnik Pemeriksaan Pap Smear
Menurut Evennet (2003), pemeriksaan penunjang tes Pap
merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi Human Papiloma
Virus (HPV) dan prakanker serviks. Teknik Papanicolau pertama
commit to user
Soetomo/FKUNAIR,2000). Pemeriksaan Pap Smear adalah
pengamatan sel-sel yang dieksfoliasi dari genetalia wanita test Pap
terbukti dapat menurunkan kejadian kanker serviks dengan ditemukan
stadium prakanker (Tim PKTP,RSUD Dr. Soetomo/FKUNAIR,2000). Sedangkan menurut Evennet (2003), pemeriksaan Pap Smear
adalah suatu tindakan mengambil olesan permukaan epitel leher rahim yang kemudian dilihat perubahan yang terjadi pada sel epitel itu
melalui pemeriksaan menggunakan mikroskop.
PapTest (Pap Smear) adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio
dan endoservik uteri untuk penentuan adanya perubahan praganas
maupun ganas di porsio atau servik uteri (Tim PKTP,RSUD Dr.
Soetomo/FKUNAIR,2000). Sedangkan menurut Hariyono Winarto dalam seminarnya pada tanggal 05-10-2008 tentang Pap Smear
Sebagai Upaya Menghindari Kanker Leher Rahim Bagi Wanita Usia
Reproduksi, pengertian Pap Test (Pap Smear) adalah suatu
pemeriksaan dengan cara mengusap leher rahim (scrapping) untuk
mendapatkan sel-sel leher rahim kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat diketahui terjadinya perubahan atau tidak. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pap Smear adalah pemeriksaan usapan
pada leher rahim untuk mengetahui adanya perubahan sel-sel yang
abnormal yang diperiksa dibawah mikroskop.
Pemeriksaan Pap Smear tidak dianjurkan pada wanita hamil,
commit to user
KB) Selama 24 jam sebelum pemeriksaan, sebaiknya menghindari persetubuhan, penggunaan tampon, pil vagina, ataupun mandi
berendam dalam bath tub untuk menghindari kontaminasi ke dalam
vagina yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan Pap
Smear saat menstruasi sebaiknya dihindari, karena darah dan sel dari
dalam rahim dapat mengganggu keakuratan hasil Pap Smear.
(http://ayurai.wordpress.com/2010/08/18/pap-smear/) 1). Persiapan sebelum Pap Smear
Beberapa hal yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan Pap
Smear antara lain :
a). Pada saat pengambilan lendir, usahakan otot-otot vagina
rileks.
b). Tidak melakukan hubungan suami istri 48 jam sebelum pengambilan lendir mulut rahim.
c). Waktu yang paling baik untuk pengambilan lendir adalah 2 minggu setelah selesai haid.
d). Jangan menggunakan pembasuh antiseptik atau sabun
antiseptik di sekitar vagina selama 72 jam sebelum
pengambilan lendir.
e). Jika sudah menopause, Pap Smear dapat dilakukan kapan
commit to user
tidak perlu lagi melakukan Pap Smear karena sudah terbebas
dari resiko menderita kanker leher rahim (Evennet, 2003). 2). Cara Pap Smear
Secara teknis melakukan Pap Smear adalah dengan pengambilan
sapuan lendir dengan menggunakan spatula atau sejenis sikat
halus. Lendir leher rahim diambil dokter atau bidan untuk dioleskan dan difiksasi (dilekatkan) pada kaca benda. Kemudian
dengan menggunakan mikroskop seorang ahli akan menguji sel
rahim tersebut (Evennet, 2003). a). Teknik Pengambilan Sediaan
Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan Pap test yaitu :
(1) Formulir konsultasi sitologi.
(2) Spatula ayre yang dimodifikasi dan cytobrush.
(3) Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan tanda/label.
(4) Spekulum cocor bebek (gravels) kering.
(5) Tabung berisikan larutan fiksasi alcohol 95 %. (Arif
Mansjoer, 2000). b). Cara pengambilan sediaan :
(1) Sebelum memulai prosedur, pastikan bahwa label wadah specimen diisi, pastikan bahwa preparat diberi label yang
commit to user
(3) Insersi spekulum dengan ukuran tepat, visualisasi serviks,
fiksasi speculum untuk memperoleh pajanan yang
diperoleh. Pastikan secara cermat membuang setiap materi yang menghalangi visualisasi serviks/
mengganggu studi sitologi.
(4) Salah satu dari 4 metode pengumpulan spesimen berikut
untuk apusan pap dapat digunakan :
(a) Tempatkan bagian panjang ujung spatula kayu yang
ujungnya sedikit runcing/ pengerik plastik mengenai dan masuk ke dalam mulut eksterna serviks dan tekan.
Ambil spesimen kanalis servikalis dengan memutar
spatula satu lingkaran penuh.
(b) Ujung kapas aplikator berujung kapas dilembabkan
dengan normal saline, insersi aplikator tersebut ke
dalam saluran serviks 2 cm dan putar 3600.
(c) Insersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran
serviks dan putar 90-180o.
(d) Gunakan kombinasi metode untuk metode memasukkan spatula.
(5) Sebarkan sel-sel pada preparat yang sudah diberi label.
Apabila sel-sel dikumpulkan pada spatula kayu,
commit to user
preparat. Kemudian balikkan spatula dan tempatkan sisi
datar lain dekat label pada setengah bagian bawah
preparat dan usap satu kali sampai ujung preparat.
(6) Segera semprot preparat dengan bahan fiksasi/ masukkan bahan tersebut didalam tabung berisi larutan fiksasi.
(Helen Varney, 2007).
(7) Bila fasilitas pewarnaan jauh dari tempat praktek sederhana, dapat dimasukkan dalam amplop/pembungkus yang dapat menjamin kaca sediaan tidak pecah. Dengan pengambilan sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan baik serta pengamatan mikroskopik yang cermat,
commit to user 3). Hasil Pemeriksaan Pap Smear
Menurut Ramli dkk (2000) arti dari hasil pemeriksaan Pap Smear,
adalah sebagai berikut :
Kelas Interpretasi
Tidak terbaca, test harus segera diulang Normal
Radang ringan/ berat dengan penyakit yang diketahui secara pasti ataupun belum pasti
Radang dengan tanda pra kanker Dicurigai ada kanker
Dipastikan ada kanker
Sampel dengan hasil sel abnormal dikategorikan (seperti dikemukakan oleh National Cancer Institute):
ASC (Atypical Squamous Cells): Sel skuamus tipis yang melapisi permukaan serviks. Sistem Bethesda mengkategorikan menjadi 2
grup:
ASC-US (Atypical Squamous Cells Undetermined Significance):
Sel skuamus tidak berbentuk niormal, tetapi dokter tidak jelas dengan perubahannya. Kadang perubahan sel dikaitkan dengan infeksi Human Papiloma Virus (HPV). ASC-US dianggap sebagai
kelainan ringan.
ASC-H (Atypical Squamous Cells can not exclude High grade
commit to user
tetapi dokter tidak jelas dengan perubahannya. ASC-H dianggap
beresiko tinggi menjadi stadium prakanker.
AGC(Atypical Glandular Cells) : Sel glandula yang memproduksi mukus (semacam lendir), ditemukan di kanal endoserviks (tepian
mulut rahim) atau di sepanjang uterus (kandungan). Pada kategori
ini,sel glandula tampak tidak normal, tetapi dokter tidak jelas
dengan perubahannya.
AIS (endocervical Adenocarcinoma In Situ): Sel prakanker
ditemukan di glandular tissue (jaringan glandula).
LGSIL (Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion): Ada
perubahan dini pada ukuran dan bentuk sel. Lesi berarti ada
jaringan abnormal. Intraepitel berarti lapisan yang mengisi sel.
LGSIL dianggap sebagai kelainan ringan yang disebabkan oleh
infeksi Human Papiloma Virus(HPV).
HGSIL (High Grade Squamous Intraepithelial Lesion): High
Grade berarti ada perubahan tingkat lanjut dari ukuran dan bentuk
sel (sel prakanker). Lesi berarti ada jaringan abnormal. HGSIL
merupakan kelainan tingkat lanjut yang dapat berkembang menjadi kanker invasif.
(http://pinkforeva.blog.friendster.com/2010/08/18/pap-smear/) 4) Frekuensi Pemeriksaan Pap Smear
commit to user
tahun. 6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan seksual. 6-12 bulan setelah Pap Smear pertama, dan 3 tahun
sekali untuk Pap mear selanjutnya setelah test ke dua.
b) Menurut Tim PKTP,RSUD Dr. Soetomo/FKUNAIR tahun 2000, Skrining pada setiap wanita sekali dalam hidupnya pada
wanita berumur 35-40 tahun. Kalau fasilitas tersedia, lakukan setiap 10 tahun pada wanita berumur 35-55 tahun. Kalau fasilitas tersedia lebih, maka lakukan setiap 5 tahun pada wanita berumur 35-55 tahun. Dan secara ideal atau jadwal yang optimal, setiap 3 tahun pada wanita yang berumur 35-60 tahun. c) Menurut American College of Obstetricians and Ginecologist.
Pemeriksaan pada wanita yang aktif secara seksual atau sudah mencapai usia 18 tahun, untuk melakukan pemeriksaan setiap tahun setelah 3x berturut-turut atau lebih menunjukkan hasil yang normal, maka tes berikutnya tergantung saran dari dokter masing-masing.
d) Pap Test (Pap Smear) adalah pemeriksaan sitologik epitel
porsio dan endoservik uteri untuk penentuan adanya perubahan
praganas maupun ganas di porsio atau servik uteri (Tim
PKTP,RSUD Dr. Soetomo/ FK UNAIR, 2000).
e) Pap Smear adalah pemeriksaan usapan pada leher rahim untuk
mengetahui adanya perubahan sel-sel yang abnormal yang
commit to user
(http://www.ngajari.com/2010/07/kanker-serviks-pengertian-penyebab-gejala-dan-mencegah-kanker-serviks.htmluntuk) 5) Tindakan Selanjutnya
Seorang wanita dengan hasil Pap Smear normal sebaiknya rutin
melanjutkan skrining Pap Smearnya.Bila hasilnya sel atipik (tidak
jelas normal atau abnormal), Pap Smear akan diulang setelah 4
bulan. Bila hasil tes ulangan abnormal, dokter akan melakukan tindakan kolposkopi. Dalam tes ini dokter melihat serviks dengan
alat kolposkop (mikroskop khusus untuk melihat serviks).
Pemeriksaan ini tidak menyakitkan dan tidak ada efek sampingnya. Bahkan dapat dilakukan saat kehamilan. Apabila ada hasil sel yang abnormal, dokter akan melakukan biopsy (pengambilan contoh
jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop). Hasil Pap Smear
yang abnormal atau curiga ganas, dokter akan melakukan
kolposkopi dan dilanjutkan dengan biopsi. Biopsi adalah
satu-satunya cara untuk menentukan hasilnya apakah seseorang sedang dalam stadium prakanker, kanker atau lainnya. Beberapa tindakan
biopsi memerlukan bantuan anestesi baik lokal maupun total.
Sebagai terapi stadium prakanker atau kanker stadium awal, dokter mungkin mengambil semua bagian jaringan selama tindakan
biopsi. Bila kedua hasil biopsi maupun Pap Smear normal, Pap Smear ulangan perlu dilakukan setelah 4 bulan. Bila hasil biopsi
commit to user
pemeriksaan kolposkopi dan biopsi ulang. Bila hasil biopsi
abnormal dan curiga CIN (Cervical Intraepiyhelial Neoplasia)
atau kanker, akan diterapi sebagai kanker serviks. Walaupun Pap
Smear adalah metode terbaik dalam deteksi dini kanker serviks, tes
ini tetap mempunyai kekurangan. Beberapa perubahan dapat tidak terdeteksi. Sehingga tetap diperlukan pemeriksaan Pap Smear
teratur minimal setahun sekali, sesuai dengan rekomendasi
American Cancer Society. Skrining Pap Smear teratur tetap harus
dibarengi dengan gaya hidup sehat, tidak merokok, tidak minum alkohol, berolah raga secara teratur dan hindari stres.
http://pinkforeva.blog.friendster.com/2010/08/18pap-smear/
k. Beberapa hal untuk menghindari terjadinya sel-sel ganas pada
mulut rahim
1) Melakukan Pap Smear secara teratur.
2) Menghindari berganti-ganti pasangan seksual, merokok dan lainnya.
3) Menjaga kebersihan organ intim.
4) Selalu waspada bila mengalami keputihan dan busuk dari vagina,
commit to user
6. Konsep Kanker Serviks
a.Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim
(serviks) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol
ke puncak liang senggama (vagina).
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu
penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita.
(http://www.ngajari.com/2010/07/kanker-serviks-pengertian-penyebab-gejala-dan-mencegah-kanker-serviks.htmluntuk)
Kanker Leher Rahim (serviks) Definisi Kanker Leher Rahim
(Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina.
(http://kesehatan.myhendra.web.id/2010/05/pengertian-kanker-servik.html)
Kanker leher rahim terjadi pada sel-sel yang ada di daerah tersebut membelah secara tak terkendali dan menjadi abnormal. Jika
sel-sel tersebut terus membelah, maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor. ”Tumor” dapat bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut menjadi ganas, maka keadaannya disebut sebagai kanker leher rahim. (KarenEvennet, 2003).
Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan istilah kanker
commit to user
perubahan untuk menjadi sel kanker memakan waktu lama, sekitar 10 sampai 15 tahun. Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang berusia kisaran 30 sampai dengan 50 tahun, yaitu puncak usia reproduktif perempuan sehingga akan meyebabkan gangguan kualitas hidup secara fisik, kejiwaan dan kesehatan seksual. Kanker serviks memang menjadi
momok bagi perempuan. Menurut data, di Indonesia ini diperkirakan setiap satu jam ada satu orang yang meninggal akibat kanker serviks
ini.
(http://www.infoanak.com/tag/pengertian-kanker-serviks/)
b.Penyebab Kanker Serviks
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel leher rahim tersebut tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks tersebut :
1). HPV(Human Papilloma Virus)
2). Merokok
3). Hubungan Seksual pertama kali dilakukan pada usia dini 4). Berganti-ganti pasangan seksual
5). Gangguan sistem kekebalan tubuh 6). Pemakaian pil Keluarga Berencana (KB)
7). Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun
8). Banyaknya anak/ paritas
9). Banyaknya partner / suka berganti-ganti pasangan
commit to user 11).Higyene / kebersihan kurang
12).Kontak seksual pertama usia muda.(Depkes RI, 2009)
c.Gejala Kanker Serviks
Pada awalnya perjalanan penyakit dari kanker leher rahim dapat berupa pembakal kanker atau lesi pra kanker. Perubahan pra kanker ini biasanya tidak menimbulkan gejala dan tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul atau Pap Smear.
Jika kanker berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-gejala seperti :
1). Berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan dan kelelahan 2). Nyeri panggul, punggung dan tungkai
3). Keluar air kemih dan tinja dari vagina
4). Patah tulang pada keadaan awal tanpa gejala/ tanpa keluhan
5). Keluar cairan / keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan 6). Keputihan yang berbau, karena jaringan mengalami infeksi dan
nekrotik / mati
7). Perdarahan kontak / perdarahan setelah berhubungan / sanggama. 8). Anemia / kekurangan darah
9). Gejala – gejala lain (rasa nyeri, panas, sakit) akibat penyebaran penyakit kanker ke organ-organ tubuh ( Depkes RI, 2009 ).
d.Strategi Skrining Kanker Serviks
Mengingat di Indonesia kanker serviks masih menduduki urutan yang
commit to user
menurunkan angka kejadiannya. Konsep patogenesis kanker serviks
mempunyai arti penting dalam skrining kanker serviks. Secara teoritis
suatu program skrining penyakit kanker harus tepat guna dan ekonomis.
Hal ini hanya dapat tercapai bila :
1). Penyakit ditemukan relatif sering dalam populasi 2). Penyakit dapat ditemukan dalam stadium pra-kanker
3). Teknik mempunyai kekhususan dan kepekaan tinggi untuk mendeteksi stadium pra-kanker
4). Stadium pra-kanker ini dapat diobati secara tepat guna dan ekonomis 5). Terdapat bukti pengobatan stadium pra-kanker menurunkan insiden
kanker invasif.
Kanker serviks mengenal stadium pra-kanker yang dapat ditemukan
dengan skrining sitologi yang relatif murah, tidak sakit, cukup akurat;
dan dengan bantuan kolposkopi, stadium ini dapat diobati dengan
cara-cara konservatif seperti krioterapi, kauterisasi atau sinar laser, dengan
memperhatikan fungsi reproduksi. Sistem kesehatan di seluruh dunia berbeda-beda, namun perencanaan skrining harus sejalan dengan
pelayanan kesehatan lainnya dan dengan kerjasama antar program. Idealnya program skrining merupakan bagian dari pelayanan kesehatan kanker yang dikembangkan dalam struktur pelayanan kesehatan umum. Di semua negara tempat program ini telah dilaksanakan 20 tahun atau lebih, angka kejadian kanker serviks dan angka kematian karenanya
commit to user
skrining massal terdapat peningkatan yang nyata dalam penentuan lesi
prakanker serviks, sehingga dapat menurunkan insidens kanker serviks.
Meskipun telah sukses mendeteksi sejumlah besar lesi prakanker, namun sebagian program yang dijalankan belum dapat dikatakan berhasil. Hasil yang kurang memadai agaknya disebabkan beberapa faktor, antara lain tidak tercakupnya golongan wanita yang mempunyai risiko (high risk group) dan teknik pengambilan sampel untuk
pemeriksaan sitologi yang salah. Pemecahan masalah yang menyangkut
golongan wanita dengan risiko tinggi dan teknik pengambilan sampel, berkaitan dengan strategi program skrining, serta peningkatan
kemampuan laboratorium. Pengadaan laboratorium sentral sangat bermanfaat untuk pengendalian kualitas (quality control) terhadap
pemeriksaan sitologi.
Masalah lain dalam usaha skrining kanker serviks ialah keengganan
wanita diperiksa karena malu. Penyebab lain ialah kerepotan, keraguan akan pentingnya pemeriksaan, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan, takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh dokter pria dan kurangnya dorongan keluarga terutama suami.