• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemasaran Dari Mulut ke Mulut, Persepsi Kualitas, dan Kesadaran Merek Terhadap Keputusan Pembelian Produk Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa FE USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemasaran Dari Mulut ke Mulut, Persepsi Kualitas, dan Kesadaran Merek Terhadap Keputusan Pembelian Produk Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa FE USU"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

LEMBAR KUESIONER

Responden yang terhormat,

Bersama ini saya mengharapkan kesediaan saudara/i untuk mengisi lembar

kuesioner ini dengan tujuan sebagai data untuk penyusunan skripsi dengan judul:

“ Pengaruh Pemasaran Dari Mulut Ke Mulut, Persepsi Kualitas, Dan Kesadaran Merek Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa FE USU”. Atas kesediaan saudara menjawabnya dengan sejujurnya saya

mengucapkan terima kasih.

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jurusan :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Melakukan pembelian produk pasta gigi Pepsodent :

a. 2 kali

b. Lebih dari dua kali PETUNJUK PENGISIAN:

Berilah tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat saudara.

Keterangan :

1. SS = Sangat Setuju 2. S = Setuju

(2)

Variabel Pemasaran dari mulut ke mulut

No Pertanyaan SS S KS TS STS

1

Anda berbicara hal-hal positif tentang pasta gigi Pepsodent pada kenalan anda

2 Pepsodent selalu membuat Anda ingin berbicara positif tentang produknya 3

Anda merekomendasikan pasta gigi Pepsodent untuk digunakan pada kenalan Anda

4 Pepsodent gampang untuk

direkomendasikan

5

Anda memberikan dorongan untuk membeli pasta gigi Pepsodent kepada kenalan Anda

6

Melalui komunikasi dari mulut ke mulut, Anda terdorong untuk memakainya

Variabel Persepsi Kualitas

No Pertanyaan SS S KS TS STS

1 Pasta gigi Pepsodent sangat bervariasi 2 Variasi yang ditawarkan pasta gigi

Pepsodent sangat menarik

3 Pasta gigi merek Pepsodent aman digunakan

4 Pasta gigi Pepsodent memiliki kemasan yang menarik

5 Pasta gigi Pepsodent tidak mudah rusak 6 Harga pasta gigi Pepsodent sepadan

(3)

Variabel Brand Awareness

No Pertanyaan SS S KS TS STS

1 Produk pasta gigi Pepsodent sudah dikenal di masyarakat umum 2 Strategi yang digunakan Pepsodent

agar produknya terkenal sangat bagus 3

Anda mengingat produk pasta gigi Pepsodent ketika disebutkan pasta gigi

4 Anda mengingat Pepsodent dengan kualitas yang bagus

5

Anda mengetahui bahwa produk pasta gigi Pepsodent mudah diperoleh

6 Anda mengetahui semua varian pasta gigi Pepsodent

Variabel Keputusan Pembelian

No Pertanyaan SS S KS TS STS

1

Anda membutuhkan pasta gigi dengan kualitas yang baik untuk merawat gigi Anda

2

Anda membutuhkan pasta gigi Pepsodent agar gigi anda terlihat putih serta nafas yang segar

3

Setelah anda mengetahui tentang produk pasta gigi Pepsodent, Anda tertarik untuk mencari informasi tentang produk tersebut

4 Anda melihat komposisi pembuatan produk pasta gigi Pepsodent

5

Anda mempertimbangkan produk pasta gigi Pepsodent sebagai pasta gigi yang akan anda beli

6

Produk pasta gigi Pepsodent lebih baik daripada pasta gigi merek lainnya

7

(4)

LAMPIRAN 2

HASIL PENGOLAHAN DATA 1. Tabulasi Validitas dan Reliabilitas

No Pemasaran Dari Mulut Ke Mulut

(5)

2. Output Uji Validitas Dan Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(6)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

VAR00001 4,1333 ,50742 30

VAR00002 4,0000 ,52523 30

VAR00003 3,9000 ,60743 30

VAR00004 4,1000 ,48066 30

VAR00005 3,8333 ,59209 30

VAR00006 3,9333 ,69149 30

VAR00007 4,3333 ,60648 30

VAR00008 4,2000 ,48423 30

VAR00009 4,3333 ,47946 30

VAR00010 4,0667 ,52083 30

VAR00011 3,9000 ,40258 30

VAR00012 4,0667 ,44978 30

VAR00013 4,7000 ,46609 30

VAR00014 4,2000 ,55086 30

VAR00015 4,6000 ,62146 30

VAR00016 4,3000 ,53498 30

VAR00017 4,5000 ,50855 30

VAR00018 3,4000 ,85501 30

VAR00019 4,6667 ,54667 30

VAR00020 4,1667 ,64772 30

VAR00021 3,6667 ,60648 30

VAR00022 3,5000 ,93772 30

VAR00023 4,0333 ,41384 30

VAR00024 3,9667 ,76489 30

VAR00025 4,1333 ,68145 30

(7)
(8)
(9)
(10)

4. Analisis Deskriptif

VAR00001

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1,00 1 1,4 1,4 1,4

2,00 1 1,4 1,4 2,7

3,00 9 12,3 12,3 15,1

4,00 58 79,5 79,5 94,5

5,00 4 5,5 5,5 100,0

Total 73 100,0 100,0

VAR00002

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3,00 16 21,9 21,9 21,9

4,00 52 71,2 71,2 93,2

5,00 5 6,8 6,8 100,0

Total 73 100,0 100,0

VAR00003

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2,00 2 2,7 2,7 2,7

3,00 24 32,9 32,9 35,6

4,00 37 50,7 50,7 86,3

5,00 10 13,7 13,7 100,0

(11)

VAR00004

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3,00 7 9,6 9,6 9,6

4,00 56 76,7 76,7 86,3

5,00 10 13,7 13,7 100,0

Total 73 100,0 100,0

VAR00005

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2,00 3 4,1 4,1 4,1

3,00 25 34,2 34,2 38,4

4,00 43 58,9 58,9 97,3

5,00 2 2,7 2,7 100,0

Total 73 100,0 100,0

VAR00006

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2,00 1 1,4 1,4 1,4

3,00 13 17,8 17,8 19,2

4,00 53 72,6 72,6 91,8

5,00 6 8,2 8,2 100,0

(12)

VAR00007

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(13)

VAR00011

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3,00 3 4,1 4,1 4,1

4,00 45 61,6 61,6 65,8

(14)

VAR00015

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1,00 1 1,4 1,4 1,4

3,00 2 2,7 2,7 4,1

4,00 41 56,2 56,2 60,3

5,00 29 39,7 39,7 100,0

Total 73 100,0 100,0

VAR00016

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3,00 4 5,5 5,5 5,5

4,00 50 68,5 68,5 74,0

5,00 19 26,0 26,0 100,0

Total 73 100,0 100,0

VAR00017

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3,00 1 1,4 1,4 1,4

4,00 41 56,2 56,2 57,5

5,00 31 42,5 42,5 100,0

(15)

VAR00018

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1,00 2 2,7 2,7 2,7

2,00 10 13,7 13,7 16,4

3,00 32 43,8 43,8 60,3

4,00 25 34,2 34,2 94,5

5,00 4 5,5 5,5 100,0

Total 73 100,0 100,0

VAR00019

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3,00 2 2,7 2,7 2,7

4,00 31 42,5 42,5 45,2

5,00 40 54,8 54,8 100,0

Total 73 100,0 100,0

VAR00020

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1,00 1 1,4 1,4 1,4

3,00 16 21,9 21,9 23,3

4,00 37 50,7 50,7 74,0

5,00 19 26,0 26,0 100,0

(16)

VAR00021

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2,00 2 2,7 2,7 2,7

3,00 26 35,6 35,6 38,4

4,00 38 52,1 52,1 90,4

5,00 7 9,6 9,6 100,0

Total 73 100,0 100,0

VAR00022

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2,00 15 20,5 20,5 20,5

3,00 30 41,1 41,1 61,6

4,00 25 34,2 34,2 95,9

5,00 3 4,1 4,1 100,0

Total 73 100,0 100,0

VAR00023

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2,00 1 1,4 1,4 1,4

3,00 11 15,1 15,1 16,4

4,00 49 67,1 67,1 83,6

5,00 12 16,4 16,4 100,0

(17)

VAR00024

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2,00 2 2,7 2,7 2,7

3,00 21 28,8 28,8 31,5

4,00 41 56,2 56,2 87,7

5,00 9 12,3 12,3 100,0

Total 73 100,0 100,0

VAR00025

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2,00 4 5,5 5,5 5,5

3,00 13 17,8 17,8 23,3

4,00 39 53,4 53,4 76,7

5,00 17 23,3 23,3 100,0

Total 73 100,0 100,0

VAR00026

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3,00 13 17,8 17,8 17,8

4,00 47 64,4 64,4 82,2

5,00 13 17,8 17,8 100,0

(18)

5. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 73

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 2,46791525

Most Extreme Differences Absolute ,082

Positive ,073

Negative -,082

Kolmogorov-Smirnov Z ,702

Asymp. Sig. (2-tailed) ,708

a. Test distribution is Normal.

(19)

7. Uji Heteroskedastisitas

a. Dependent Variable: absut

(20)

9. Uji Hipotesis (Uji F, Uji t, ��)

a. Predictors: (Constant), KesadaranMerek, PemasaranDariMulutKeMulut, PersepsiKualitas

b. Dependent Variable: KeputusanPembelian

Coefficientsa

a. Dependent Variable: KeputusanPembelian

Model Summary

(21)

10. Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,077 3,839 ,020 ,984

PemasaranDariMulutKeMul

ut

,603 ,134 ,422 4,510 ,000

PersepsiKualitas ,479 ,149 ,332 3,207 ,002

KesadaranMerek ,217 ,158 ,138 1,373 ,174

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Angipora, Marius P. 1999. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Brotoharsojo, Hartanto, Bertina Sjabadhyni, Urip A. Mokoginta, dan Rufus Patty Wutun. 2005. Psikologi Ekonomi & Konsumen. Depok: Bagian Psikologi Industri & Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Durianto, Darmadi Sugiarto dan Toni Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hughes, Mark. 2007. Buzzmarketing. Jakarta: PT. Elex Media Computindo.

Johnson, Richard. 2004. Melipatgandakan Penjualan Tanpa Beriklan. Jakarta: PPM, Anggota Ikapi.

Kartajaya, Hermawan. 2009. MarkPlus Basic. Jakarta: Esensi.

Kotler, Philip. 2004. Marketing Insights from A to Z. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip dan A.B. Susanto. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jakarta: Erlangga.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Mowen, John C. dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga.

Nitisusastro, Mulyadi. 2012. Perilaku Konsumen. Bandung: Alfabeta.

Noor, Juliansyah. 2004. Sales Energy. Jakarta: Salemba Empat.

Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Bussiness : Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

(23)

Simamora, Bilson. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Situmorang, Syafrizal et all. 2008. Analisis Data Penelitian, USU Press, Medan.

Situmorang, Syafrizal Helmi dan Muslich Lutfi. 2012. Analisis Data. USU Press, Medan.

Situmorang, Syafrizal Helmi dan Paham Ginting. 2008. Filsafat Ilmu dan Metode Riset. Medan: USU Press.

Sugiyono. 2005. Metode Riset Bisnis. Bandung: Cetakan kedelapan, CV. Alfabeta.

Sunyoto, Danang. 2013. Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: CAPS.

Sunyoto, Danang. 2013. Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Buku Seru.

Supramono dan Haryanto. 2003. Desain Proposal Penelitian: Studi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.

Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tjiptono, Fandy. 2011. Manajemen & Strategi Merek. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2000. Prinsip dan Dinamika Pemasaran. Yogyakarta: J&J Learning.

Skripsi:

Sianipar, Yosua A. 2012. “Pengaruh Brand Awareness dan Brand Association Terhadap Keputusan Pembelian Sampo Clear Men Pada Mahasiswa Pendidikan Jasmani Sekolah S1 Universitas Negeri Medan”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Pangaribuan, Paska. 2011. “Pengaruh Perceived Quality, Brand Association, dan Brand Loyalty Terhadap Keputusan Pembelian Pasta Gigi Merek Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(24)

Jurnal:

Suhaji dan Haris Sunandar. 2010. “Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Loyalitas Pelanggan Flexi Di Kota Semarang Dengan Intervening Kepuasan Pelanggan”. Jurnal, STIE Widya Manggala.

Internet dan literature lain:

Majalah SWA Edisi 10/XVVI/ 12-25 Mei 2010 “Indonesia Word of Mouth

Marketing Index”

diakses pada tanggal 06 November 2013.

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini (Situmorang dan Ginting, 2008:172) adalah jenis penelitian asosiatif, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya menggunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus, dan kepastian data numerik.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini nantinya akan dilaksanakan di Fakultas Ekonomi USU yang terletak di jalan Prof. T.M. Hanafiah pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini akan diadakan pada bulan Desember 2013 sampai Januari 2014.

3.3 Batasan Operasional

(26)

3.4 Definisi Operasional Variable bebas ( x )

a. Pemasaran dari mulut ke mulut ( X1 )

Pemasaran dari mulut ke mulut adalah komunikasi yang dilakukan oleh konsumen kepada konsumen lain yang menimbulkan niat membeli. Indikator-indikator pemasaran dari mulut ke mulut antara lain :

1. Berbicara hal positif tentang pasta gigi Pepsodent 2. Merekomendasikan pasta gigi untuk digunakan 3. Memberi dorongan untuk melakukan pembelian b. Persepsi Kualitas ( X2 )

Persepsi Kualitas adalah nilai - nilai produk yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen, dimana nilai - nilai ini mampu mendukung perusahaan dalam memasarkan produknya.

Indikator-indikator persepsi kualitas antara lain : 1. Variasi produk

2. Karakteristik produk 3. Ketahanan produk 4. Kualitas produk c. Kesadaran Merek ( X3 )

(27)

Indikator-indikator Kesadaran Merek antara lain : 1. Pengenalan mengenai merek

2. Ingatan mengenai merek 3. Pengetahuan mengenai merek Variabel terikat ( y )

a. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah suatu pembelian yang dilakukan oleh konsumen setelah mengetahui kebutuhan dan nilai-nilai yang dibutuhkan dari produk tersebut.

Indikator-indikator keputusan pembelian antara lain : 1. Kebutuhan akan produk

(28)

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator

Skala

1. Berbicara hal positif 2. Merekomendasikan nilai- nilai ini mampu mendukung perusahaan

dalam memasarkan

produknya.

1. Variasi produk 2. Karakteristik produk 3. Ketahanan produk 4. Kualitas produk

Likert

Kesadaran Merek (X3)

Kesanggupan calon pembeli dalam mengenal pasta gigi Pepsodent.

1. Pengenalan mengenai merek

2. Ingatan mengenai merek

2. Pencarian informasi tentang produk

3. Evaluasi alternatif produk yang ada

4. Keputusan membeli sebuah produk

Likert

3.5 Skala Pengukuran Sampel

(29)

Skala Likert menggunakan lima tingkatan jawaban sebagai berikut: Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No Pernyataan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber : Sugiyono (2005:86) 3.6 Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi (Sugiyono, 2005:72) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang pernah membeli dan memakai pasta gigi Pepsodent.

Sampel

(30)

Menurut Supramono dan Haryanto (2003:63), alternatif formula yang digunakan untuk menentukan sampel pada populasi yang sulit diketahui (unidentified) adalah sebagai berikut:

n

=

(��)

2()()

�2

Dimana:

n : Jumlah sampel

Zα : nilai standar normal yang besarnya tergantung α

Bila α = 0,05 Z = 1,67

Bila α = 0,01 Z = 1,96

p : estimator proporsi populasi q : 1-p

d : penyimpangan yang ditolerir

Hasil riset awal yang dilakukan peneliti terhadap 30 orang responden diketahui 28 orang memenuhi kriteria sampel. Maka penetapan jumlah sampel dengan tingkat signifikan 5% dan kesalahan ditolerir 5% sebagai berikut:

q = 30

28 = 1,07 = 1,07 – 1 = 0,07

p = (1 – q) = 1 – 0,07 = 0,93

n = (��)2(�)(�)

�2

n = (1,67)

2(0,93)(0,07)

(0,05)2

(31)

Berdasarkan uraian di atas maka jumlah responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 73 orang.

Metode pengambilan sampel ini menggunakan metode purposive sampling (Sekaran, 2006:136), yaitu penentuan sampel berdasarkan jenis

orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan yang memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang pernah membeli dan memakai produk pasta gigi Pepsodent minimal 2 kali.

3.7 Jenis Data Data Primer

Data primer adalah data asli yang di kumpulkan secara langsung dari sumbernya oleh peneliti. Pada penelitian ini, penelitian dan pengolahan data lebih menggunakan kuesioner.

Data Sekunder

(32)

3.8 Metode Pengumpulan Data

a. Daftar pertanyaan (questionnaire), yaitu memberikan daftar yang berisi pertanyaan - pertanyaan kepada responden.

b. Studi dokumentasi, yaitu dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari informasi yang diperoleh dari buku - buku, majalah serta informasi dari internet yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas

Uji validitas (Situmorang, et all 2008:30) menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur yang seharusnya diukur.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 18 for Windows, dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid. 2) Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid. Uji Reliabilitas

(33)

Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 18 for Windows. Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji

validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut: 1) Jika rα positif atau lebih besar dari rtabel maka pertanyaan reliabel. 2) Jika rα positif atau lebih kecil dari rtabel maka pertanyaan tidak reliabel. 3.10 Teknik Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Suatu metode dimana data yang diperoleh, disusun, dikelompokkan dan kemudian dianalisis sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.

b. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji dan melihat suatu model yang layak atau tidak layak digunakan dalam penelitian. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Uji Normalitas

(34)

2) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas (Situmorang, 2012: 108) juga pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas.

3) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi antara variabel bebas. Jika terjadi korelasi antara variabel bebas maka terjadi masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas.

Kriteria pengambilan keputusan (Situmorang, 2012: 140):

a. VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas b. VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas

c. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas

d. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas c. Metode Analisis Regresi Berganda

(35)

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui adakah pengaruh pemasaran dari mulut ke mulut, persepsi kualitas, dan kesadaran merek terhadap keputusan pembelian.

Perumusan model analisis yang dilakukan dalam hal ini adalah: Y = a + b1x1 + b2x2 +b3x3 + e

Dimana:

Y : proses keputusan pembelian a : Konstanta

b: Koefisien regresi masing-masing variabel X1 : pemasaran dari mulut ke mulut

X2 : persepsi kualitas X3 : kesadaran merek e: Standar error d. Uji Hipotesis

1. Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh satu variabel bebas secara parsial (individual) menerangkan variasi variabel terikat. Kriteria pengujiannya sebagai berikut:

a. H0: b1, b2, b3 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh

(36)

b. H1: b1, b2, b3 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang

positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika thitung < ttabelpada α = 5%

H1 diterima jika thitung > ttabelpada α = 5%

2. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel X1, X2, X3

berpengaruh terhadap variabel Y secara serentak. Kriteria pengujiannya sebagai berikut:

a. H0: b1, b2, b3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan secara bersama - sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. H1: b1, b2, b3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan secara bersama - sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika Fhitung < Ftabelpada α = 5%

(37)

3. Koefisien Determinasi (�2)

(38)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaries di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.

Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaries Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaries Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.

(39)

PT. Unilever Indonesia, Tbk memiliki dua pabrik besar di Indonesia yang terletak di Cikarang dan Rungkut (Surabaya). Pabrik di Surabaya memproduksi produk homecare dan personal care, sedangkan di Cikarang memproduksi es krim, margarin, kecap, teh, dan berbagai jenis makanan ringan. Saat ini PT. Unilever Indonesia, Tbk memiliki 33 merek dan beroperasi pada 13 kategori produk dan memiliki strategi memfokuskan usaha core categories terhadap produk-produk yang sudah banyak memimpin pasar. Perusahaan ini telah go public di awal 1982 dan sahamnya tercatat dan diperdagangkan di bursa efek

Indonesia.

PT. Unilever Indonesia, Tbk saat ini dipimpin oleh Maurits Daniel Rudolf Lalisang sebagai direktur utama. Tahun 2004 Nihal Kaviratne dari India menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada Maurits Daniel Rudolf Lalisang yang sebelumnya menjabat sebagai direktur corporate relations. Maurits Daniel Rudolf Lalisang adalah orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai direktur utama PT. Unilever Indonesia ,Tbk.

(40)

Berikut proses singkat perkembangan Unilever Indonesia: 1920-30 Import oleh van den Bergh, Jurgen and Brothers

1933 Pabrik sabun – Zeepfabrieken NV Lever – Angke, Jakarta

1936 Produksi margarin dan minyak oleh Pabrik van den Bergh NV Angke, Jakarta

1941 Pabrik komestik – Colibri NV, Surabaya

1942-46 Kendali oleh unilever dihentikan (Perang Dunia II) 1965-66 Di bawah kendali pemerintah

1967 Kendali usaha kembali ke Unilever berdasarkan undang-undang penanaman modal asing

1981 Go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta

1982 Pembangunan pabrik Ellida Gibbs di Rungkut, Surabaya

1988 Pemindahan Pabrik Sabun Mandi dari Colibri ke Pabrik Rungkut, Surabaya

1990 Terjun di bisnis teh 1992 Membuka pabrik es krim

1995 Pembangunan pabrik deterjen dan makanan di Cikarang, Bekasi 1996-98 Penggabungan instalasi produksi – Cikarang, Rungkut

1999 Deterjen Cair NSD – Cikarang 2000 Terjun ke bisnis kecap

2001 Membuka pabrik teh – Cikarang

(41)

2004 Terjun ke bisnis makanan ringan

2005 Membuka pabrik sampo cair – Cikarang 2008 Terjun ke bisnis minuman sari buah

2010 Perusahaan memasuki bisnis pemurnian air dengan melucurkan Pureit

2011 Perusahaan mendirikan pabrik sabun mandi Dove di Surabaya sekaligus memperluas pabrik es krim Wall’s dan Skin Care di Cikarang

4.1.2 Pepsodent sebagai Produk PT. Unilever Indonesia, Tbk

Pepsodent adalah pasta gigi yang paling terkenal dan tertua di Indonesia, sejak awal keberadaannya selalu memberikan lebih dari sekedar kemanjuran dasar. Pepsodent adalah pasta gigi pertama di Indonesia yang kembali meluncurkan pasta gigi berflorida pada tahun 1980-an dan satu-satunya pasta gigi di Indonesia yang secara aktif mendidik dan mempromosikan kebiasaan menyikat gigi secara benar melalui program sekolah dan layanan pemeriksaan gigi gratis. Sejak itu Pepsodent telah melengkapi jajaran produknya mulai dari pembersihan dasar hingga pasta gigi dengan manfaat lengkap.

(42)

menjangkau lebih dari 3,2 juta anak-anak berusia di bawah 12 tahun di seluruh Indonesia dan jumlah ini terus meningkat. Program ini meningkatkan kebiasaan menyikat gigi secara benar dan semenjak dini untuk mencegah masalah gigi khususnya gigi berlubang.

(43)

Berikut beberapa contoh produk pasta gigi Pepsodent : 1. Pepsodent Pencegah Gigi Berlubang

2. Pepsodent Center Fresh

3. Pepsodent White Now

4. Pepsodent Complete 8

(44)

6. Pepsodent Sensitive Expert - Whitening

7. Pepsodent Sensitive Expert - Gum Care

8. Pepsodent Gigi Susu - Strawberry Bubble

Gambar 4.1 Jenis Produk Pasta Gigi Pepsodent

Sumber : 4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.2.1.1 Uji Validitas

(45)

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18.0 dengan criteria sebagai berikut :

a. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid.

b. Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

(46)

Tabel 4.1

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Versi 18.0 For Windows

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa seluruh butir pernyataan valid karena rhitung (Corrected Item-Total Correlation) lebih besar daripada rtabel.(0,361).

(47)

4.2.1.2 Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali dan Koncoro (dalam Situmorang et al, 2008:46) butir pernyataan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

a. Menurut Ghozali jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka pernyataan reliable.

b. Menurut Kuncoro jika nilai Cronbach's Alpha > 0,80 maka pernyataan reliabel.

Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,900 26

(48)

4.2.2 Teknik Analisis Data 4.2.2.1 Analisis Deskriptif

a. Analisis Deskriptif Responden Tabel 4.3

Karakteristik Responden

No Karakteristik Jumlah

Responden

Dari tabel 4.3 dapat dijelaskan sebagai berikut:

(49)

2. Pada bagian karakteristik jurusan menunjukkan bahwa dari 73 responden, sebanyak 23 orang (31,5%) dari jurusan akuntansi, sebanyak 27 orang (37,0%) dari jurusan ekonomi pembangunan, sebanyak 23 orang (31,5%) dari jurusan manajemen. Mayoritas responden yang diteliti dari jurusan ekonomi pembangunan.

3. Pada bagian jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 73 responden, sebanyak 32 orang (43,8%) berjenis kelamin laki – laki, sebanyak 41 orang (56,2%) berjenis kelamin perempuan. Mayoritas responden yang diteliti berjenis kelamin perempuan. 4. Pada bagian frekuensi pembelian menunjukkan bahwa dari 73

(50)

b. Analisis Deskriptif Variabel

1. Distribusi jawaban responden terhadap variabel pemasaran dari mulut ke mulut (X1)

Tabel 4.4

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pemasaran Dari Mulut Ke Mulut (X1)

Pernyataan SS S KS TS STS Total

F % F % F % F % F % F %

1 4 5,5 58 79,5 9 12,3 1 1,4 1 1,4 73 100

2 5 6,8 52 71,2 16 21,9 0 0 0 0 73 100

3 10 13,7 37 50,7 24 32,9 2 2,7 0 0 73 100

4 10 13,7 56 76,7 7 9,6 0 0 0 0 73 100

5 2 2,7 43 58,9 25 34,2 3 4,1 0 0 73 100

6 6 8,2 53 72,6 13 17,8 1 1,4 0 0 73 100

Sumber: Data Primer, diolah peneliti (2014)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa:

a. Pada pernyataan 1, dari 73 responden terdapat 4 (5,5%) responden yang menyatakan sangat setuju untuk berbicara hal-hal positif tentang Pepsodent pada kenalannya, 58 (79,5%) responden menyatakan setuju, 9 (12,3) responden menyatakan kurang setuju, 1 (1,4) responden menyatakan tidak setuju, 1 (1,4) responden menyatakan sangat tidak setuju.

(51)

c. Pada pernyataan 3, dari 73 responden terdapat 10 (13,7%) responden yang menyatakan sangat setuju untuk merekomendasikan Pepsodent untuk digunakan pada kenalannya, 37 (50,7%) responden menyatakan setuju, 24 (32,9%) responden menyatakan kurang setuju, 2 (2,7%) responden menyatakan tidak setuju.

d. Pada pernyataan 4, dari 73 responden terdapat 10 (13,7%) responden yang menyatakan sangat setuju bahwa Pepsodent gampang untuk direkomendasikan, 56 (76,7%) responden menyatakan setuju, 7 (9,6%) responden menyatakan kurang setuju.

e. Pada pernyataan 5, dari 73 responden terdapat 2 (2,7%) responden yang menyatakan sangat setuju untuk memberikan dorongan untuk membeli Pepsodent pada kenalannya, 43 (58,9%) responden menyatakan setuju, 25 (34,2%) responden menyatakan kurang setuju, 3 (4,1%) responden menyatakan tidak setuju.

(52)

2. Distribusi jawaban responden terhadap variabel persepsi kualitas (X2)

Tabel 4.5

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Persepsi Kualitas (X2)

Pernyataan SS S KS TS STS Total

F % F % F % F % F % F %

1 27 37,0 40 54,8 6 8,2 0 0 0 0 73 100

2 23 31,5 38 52,1 12 16,4 0 0 0 0 73 100

3 15 20,5 55 75,3 3 4,1 0 0 0 0 73 100

4 7 9,6 47 64,4 17 23,3 2 2,7 0 0 73 100

5 8 11,0 50 68,5 13 17,8 2 2,7 0 0 73 100

6 19 26,0 50 68,5 4 5,5 0 0 0 0 73 100

Sumber: Data Primer, diolah peneliti (2014)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa:

a. Pada pernyataan 1, dari 73 responden terdapat 27 (37,0%) responden yang menyatakan sangat setuju bahwa pasta gigi Pepsodent sangat bervariasi, 40 (54,8%) yang menyatakan setuju, 6 (8,2%) yang menyatakan kurang setuju.

b. Pada pernyataan 2, dari 73 responden terdapat 23 (31,5%) responden yang menyatakan sangat setuju bahwa variasi yang ditawarkan Pepsodent sangat menarik, 38 (52,1%) yang menyatakan setuju, 12 (16,4%) yang menyatakan kurang setuju. c. Pada pernyataan 3, dari 73 responden terdapat 15 (20,5%)

(53)

d. Pada pernyataan 4, dari 73 responden terdapat 7 (9,6%) responden yang menyatakan sangat setuju bahwa Pepsodent memiliki kemasan yang menarik, 47 (64,4%) yang menyatakan setuju, 17 (23,3%) yang menyatakan kurang setuju, 2 (2,7%) yang menyatakan tidak setuju.

e. Pada pernyataan 5, dari 73 responden terdapat 8 (11,0%) responden yang menyatakan sangat setuju bahwa Pepsodent tidak mudah rusak, 50 (68,5%) yang menyatakan setuju, 13 (17,8%) yang menyatakan kurang setuju, 2 (2,7%) yang menyatakan tidak setuju.

f. Pada pernyataan 6, dari 73 responden terdapat 19 (26,0%) yang menyatakan sangat setuju bahwa harga Pepsodent sepadan dengan kualitasnya, 50 (68,5%) yang menyatakan setuju, 4 (5,5%) yang menyatakan kurang setuju.

3. Distribusi jawaban responden terhadap variabel kesadaran merek (X3)

Tabel 4.6

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kesadaran Merek (X3)

Pernyataan SS S KS TS STS Total

F % F % F % F % F % F %

1 46 63,0 27 37,0 0 0 0 0 0 0 73 100

2 25 34,2 45 61,6 3 4,1 0 0 0 0 73 100

3 29 39,7 41 56,2 2 2,7 0 0 1 1,4 73 100

4 19 26,0 50 68,5 4 5,5 0 0 0 0 73 100

5 31 42,5 41 56,2 1 1,4 0 0 0 0 73 100

6 4 5,5 25 34,2 32 43,8 10 13,7 2 2,7 73 100

(54)

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa:

a. Pada pernyataan 1, dari 73 responden terdapat 46 (63,0%) yang menyatakan sangat setuju bahwa Pepsodent sudah dikenal di masyarakat umum, 27 (37,0%) yang menyatakan setuju.

b. Pada pernyataan 2, dari 73 responden terdapat 25 (34,2%) yang menyatakan sangat setuju bahwa strategi yang digunakan Pepsodent agar produknya terkenal sangat bagus, 45 (61,6%) yang menyatakan setuju, 3 (4,1%) yang menyatakan kurang setuju.

c. Pada pernyataan 3, dari 73 responden terdapat 29 (39,7%) yang menyatakan sangat setuju bahwa responden mengingat produk Pepsodent ketika disebutkan pasta gigi, 41 (56,2%) yang menyatakan setuju, 2 (2,7%) yang menyatakan kurang setuju, 1 (1,4%) yang menyatakan sangat tidak setuju.

d. Pada pernyataan 4, dari 73 responden terdapat 19 (26,0%) yang menyatakan sangat setuju bahwa responden mengingat Pepsodent dengan kualitas yang bagus, 50 (68,5%) yang menyatakan setuju, 4 (5,5%) yang menyatakan kurang setuju. e. Pada pernyataan 5, dari 73 responden terdapat 31 (42,5%) yang

(55)

f. Pada pernyataan 6, dari 73 responden terdapat 4 (5,5%) yang menyatakan sangat setuju bahwa responden mengetahui semua varian pasta gigi Pepsodent, 25 (34,2%) yang menyatakan setuju, 32 (43,8%) yang menyatakan kurang setuju, 10 (13,7%) yang menyatakan tidak setuju, 2 (2,7%) yang menyatakan sangat tidak setuju.

4. Distribusi jawaban responden terhadap variabel keputusan pembelian (Y)

Tabel 4.7

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Keputusan Pembelian (Y)

Pernyataan SS S KS TS STS Total

F % F % F % F % F % F %

1 40 54,8 31 42,5 2 2,7 0 0 0 0 73 100

2 19 26,0 37 50,7 16 21,9 0 0 1 1,4 73 100

3 7 9,6 38 52,1 26 35,6 2 2,7 0 0 73 100

4 3 4,1 25 34,2 30 41,1 15 20,5 0 0 73 100

5 12 16,4 49 67,1 11 15,1 1 1,4 0 0 73 100

6 9 12,3 41 56,2 21 28,8 2 2,7 0 0 73 100

7 17 23,3 39 53,4 13 17,8 4 5,5 0 0 73 100

8 13 17,8 47 64,4 13 17,8 0 0 0 0 73 100

Sumber: Data Primer, diolah peneliti (2014)

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa:

(56)

b. Pada pernyataan 2, dari 73 responden terdapat 19 (26,0%) yang menyatakan sangat setuju bahwa responden membutuhkan pasta gigi Pepsodent agar gigi terlihat putih serta nafas yang segar, 37 (50,7%) yang menyatakan setuju, 16 (21,9%) yang menyatakan kurang setuju, 1 (1,4%) yang menyatakan sangat tidak setuju.

c. Pada pernyataan 3, dari 73 responden terdapat 7(9,6%) yang menyatakan sangat setuju untuk mencari informasi tentang Pepsodent setelah mengetahui tentang produk tersebut, 38 (52,1%) yang menyatakan setuju, 26 (35,6%) yang menyatakan kurang setuju, 2 (2,7%) yang menyatakan tidak setuju.

d. Pada pernyataan 4, dari 73 responden terdapat 3 (4,1%) yang menyatakan sangat setuju untuk melihat komposisi pembuatan produk pasta gigi Pepsodent, 25 (34,2%) yang menyatakan setuju, 30 (41,1%) yang menyatakan kurang setuju, 15 (20,5%) yang menyatakan tidak setuju.

(57)

f. Pada pernyataan 6, dari 73 responden terdapat 9 (12,3%) yang menyatakan sangat setuju bahwa pasta gigi Pepsodent lebih baik daripada merek lainnya, 41 (56,2%) yang menyatakan setuju, 21 (28,8%) yang menyatakan kurang setuju, 2 (2,7%) yang menyatakan tidak setuju.

g. Pada pernyataan 7, dari 73 responden terdapat 17 (23,3%) yang menyatakan sangat setuju untuk membeli pasta gigi Pepsodent daripada pasta gigi merek lainnya, 39 (53,4%) yang menyatakan setuju, 13 (17,8%) yang menyatakan kurang setuju, 4 (5,5%) yang menyatakan tidak setuju.

h. Pada pernyataan 8, dari 73 responden terdapat 13 (17,8%) yang menyatakan sangat setuju untuk membeli Pepsodent berdasarkan kualitasnya, 47 (64,4%) yang menyatakan setuju, 13 (17,8%) yang menyatakan kurang setuju.

4.2.2.2 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

(58)

Ada beberapa cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan pendekatan histogram, pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogorv-Smirnov.

1. Pendekatan Histogram

Gambar 4.2 Histogram Uji Normalitas

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Versi 18.0 for windows

(59)

2. Pendekatan Grafik

Gambar 4.3 Grafik Uji Normalitas

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Versi 18.0 for windows

(60)

3. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 2,46791525

Most Extreme Differences

Absolute ,082

Positive ,073

Negative -,082

Kolmogorov-Smirnov Z ,702

Asymp. Sig. (2-tailed) ,708

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Versi 18.0 for windows Berdasarkan Tabel 4.8, dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,708 berada di atas nilai signifikan 5% (0,05). Hal ini berarti variabel residual berdistribusi normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

(61)

heteroskedastisitas. Untuk melihat apakah terjadi heteroskedastisitas atau tidak, dapat dilakukan dengan pendekatan grafik maupun statistik.

1. Pendekatan Grafik

Suatu model regresi dianggap tidak terjadi heteroskedastisitas jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y.

Gambar 4.4 Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas

(62)

Berdasarkan Gambar 4.4, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.

2. Uji Glejser

a. Dependent Variable: absut

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Versi 18.0 for windows

(63)

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi antara variabel bebas. Jika terjadi korelasi antara variabel bebas maka terjadi masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas.

Kriteria pengambilan keputusan:

1. VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas.

2. VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas. 3. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan

multikolinearitas.

(64)

Tabel 4.10

a. Dependent Variable: KeputusanPembelian

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Versi 18.0 for windows

Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai VIF dari setiap variabel bebas lebih kecil dari 5 sehingga data tidak terkena multikolinearitas. Nilai tolerance dari setiap variabel bebas pada tabel di atas lebih besar dari 0,1, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terkena multikolinearitas.

4.2.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda

(65)

Model regresi linear berganda dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan:

Y = Keputusan pembelian

a = Konstanta

b1,b2,b3 = Koefisien regresi

X1 = Pemasaran dari mulut ke mulut

X2 = Persepsi kualitas

X3 = Kesadaran merek

e = Standard error

Hasil pengolahan SPSS untuk analisis regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11

Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa

a. Dependent Variable: KeputusanPembelian

(66)

Berdasarkan hasil pengolahan pada Tabel 4.11 dapat dirumuskan model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = 0,077 + 0,603X1 + 0,479X2 + 0,217X3

Model persamaan regresi linear berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Konstanta (a) = 0,077. Ini menunjukkan harga konstan, dimana jika variabel bebas (pemasaran dari mulut ke mulut, persepsi kualitas, dan kesadaran merek) = 0, maka variabel terikat (keputusan pembelian) adalah 0,077.

2. Koefisien regresi X1 = 0,603. Ini menunjukkan variabel pemasaran dari mulut ke mulut berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,000 di bawah nilai 5% (0,05) dan nilai thitung pemasaran dari mulut ke mulut (4,510) > ttabel (1,667)

yang artinya jika variabel pemasaran dari mulut ke mulut ditingkatkan sebesar 1 satuan maka variabel keputusan pembelian akan meningkat sebesar 0,603.

3. Koefisien regresi X2 = 0,479. Ini menunjukkan variabel persepsi kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,002 di bawah nilai 5% (0,05) dan nilai thitung

(67)

variabel persepsi kualitas ditingkatkan sebesar 1 satuan maka variabel keputusan pembelian akan meningkat sebesar 0,479. 4. Koefisien regresi X3 = 0,217. Ini menunjukkan variabel

kesadaran merek berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,174 di atas nilai 5% (0,05) dan nilai thitung kesadaran merek (1,373) < ttabel (1,667) yang artinya

walaupun ditingkatkan variabel kesadaran merek maka variabel keputusan pembelian tidak akan meningkat.

4.2.2.4Uji Hipotesis

a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel bebas secara parsial (individual) terhadap variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah:

H0 : b1, b2, b3 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat

pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

H1 : b1, b2, b3 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh

yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

(68)

Nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel.

Nilai ttabel pada tingkat kesalahan (α) = 5% dengan derajat

kebebasan (df) = (n-k). Jumlah sampel (n) adalah sebanyak 73 orang dan jumlah variabel penelitian (k) adalah sebanyak 4. Jadi, df = (73 – 4) = 69. Dengan demikian nilai ttabel = (0,05;69) adalah sebesar 1,667.

Hasil pengolahan SPSS untuk uji t dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.12

Uji Signifikan Parsial (Uji – t) Coefficientsa

a. Dependent Variable: KeputusanPembelian

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Versi 18.0 for windows Dari tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa:

1. Nilai thitung variabel pemasaran dari mulut ke mulut

adalah 4,510 dan nilai ttabel adalah 1,667 sehingga thitung

> ttabel (4,510 > 1,667) dan nilai signifikan (0,000) <

(69)

2. Nilai thitung variabel persepsi kualitas adalah 3,207 dan

nilai ttabel adalah 1,667 sehingga thitung > ttabel (3,207 >

1,667) dan nilai signifikan (0,002) < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel persepsi kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pasta gigi Pepsodent.

3. Nilai thitung variabel kesadaran merek adalah 1,373 dan

nilai ttabel adalah 1,667 sehingga thitung < ttabel (1,373 <

1,667) dan nilai signifikan (0,174) > 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel kesadaran merek berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian pasta gigi Pepsodent.

4. Nilai standardized coefficients untuk variabel pemasaran dari mulut ke mulut sebesar 0,422 yang merupakan variabel bebas dengan nilai standardized coefficients paling tinggi. Hal ini berarti bahwa variabel

(70)

b. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas (X1,X2,X3) mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara serentak. Kriteria pengujiannya sebagai berikut:

1. H0: b1, b2, b3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang

positif dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. H1: b1, b2, b3≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang positif

dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabelpada α = 5%

H1 diterima jika Fhitung > Ftabelpada α = 5%

Hasil pengolahan SPSS untuk uji F dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.13

Uji Signifikan Simultan (Uji – F) ANOVAb

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 470,107 3 156,702 24,656 ,000a

Residual 438,524 69 6,355

Total 908,630 72

(71)

Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah 24,656 dengan tingkat signifikansi 0,000.

Sedangkan F tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%)

adalah 2,74. Oleh karena F hitung (24,656) > F tabel (2,74) dan tingkat signifikansinya (0,000) < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara serentak dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

c. Koefisien Determinasi (��)

Koefisien determinasi (�2) menunjukkan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Semakin besar (mendekati satu) koefisien determinasi, maka semakin baik kemampuan variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, dimana 0 < �2 < 1. Hal ini berarti, model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.

(72)

Hasil pengolahan SPSS untuk koefisien determinasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14

Uji Koefisien Determinasi (�2) Model Summary

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,719a ,517 4,96 2,52099

a. Predictors: (Constant), KesadaranMerek, PemasaranDariMulutKeMulut, PersepsiKualitas

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Versi 18.0 for windows Tabel 4.14 menunjukkan bahwa:

1. R = 0,719 berarti hubungan antara variabel pemasaran dari mulut ke mulut, persepsi kualitas, dan kesadaran merek terhadap variabel keputusan pembelian sebesar 71,9%, artinya hubungannya erat.

(73)

4.3 Pembahasan

Dalam persaingan modern zaman sekarang ini, hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan agar dapat bertahan adalah dengan memperbarui strategi pemasarannya. Perusahaan dituntut agar harus dapat memenuhi keinginan konsumennya bahkan harus melampaui segala keinginan dan harapan konsumennya. Beberapa strategi tersebut meliputi strategi pemasaran dari mulut ke mulut dari konsumennya dengan memperbaiki serta meningkatkan kualitasnya, serta melakukan usaha agar konsumennya menyadari akan mereknya tersebut yang baik.

4.3.1 Pemasaran Dari Mulut Ke Mulut

Salah satu cara agar produk dapat secara cepat tersebar dan dipakai oleh konsumen adalah dengan menggunakan cara pemasaran dari mulut ke mulut, para konsumen akan lebih mempercayai kenalannya tentang produk yang akan digunakan. Perusahaan tentu akan sangat diuntungkan melalui cara ini, selain produknya yang gampang terkenal, perusahaan juga dapat mempromosikan produknya secara gratis.

Melalui uji t untuk pemasaran dari mulut ke mulut nilai thitung > ttabel

(4,510 > 1,667) dan nilai signifikan (0,000) < 0,05, yang artinya variabel pemasaran dari mulut ke mulut berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05, dan nilai thitung(4,510) > ttabel.

(74)

Menurut hasi penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2011), bahwa pemasaran dari mulut ke mulut dipengaruhi keunikan produk secara positif dan signifikan pada mahasiswa FISIP USU, dengan uji t, nilai thitung > ttabel (11,008 > 1,98) dan nilai signifikan 0,000 < 0,05, yang artinya variabel pemasaran dari mulut ke mulut berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,000) lebih kecil dari 0,05, dan nilai thitung (11,008) > ttabel.

Komunikasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth communication) (Mowen, 2002: 180) mengacu pada pertukaran komentar, pemikiran, atau ide - ide di antara dua konsumen atau lebih. Komunikasi dari mulut ke mulut mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku pembelian konsumen. Hal ini menyebabkan bahwa pemasaran dari mulut ke mulut memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan pembelian yang dibuat oleh konsumen.

4.3.2 Persepsi Kualitas

Produk dengan persepsi kualitas yang kuat tentu akan mempunyai kemungkinan sukses yang lebih besar jika dibanding produk dengan persepsi kualitas yang lemah. Persepsi kualitas pasta gigi Pepsodent akan tinggi apabila konsumen mempunyai pandangan yang positif akan merek pasta gigi Pepsodent.

(75)

Melalui uji t untuk persepsi kualitas nilai thitung > ttabel (3,207 >

1,667) dan nilai signifikan (0,002) < 0,05, yang artinya variabel persepsi kualitas berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,002) lebih kecil dari 0,05, dan nilai thitung(3,207) > ttabel.

Menurut hasil penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Pangaribuan (2011), persepsi kualitas berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian pasta gigi merek Pepsodent pada mahasiswa fakultas hukum Universitas Sumatera Utara, dengan uji t nilai thitung < ttabel (0,629 < 1,66256) dan nilai signifikan 0,531 > 0,05, yang artinya variabel persepsi kualitas berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,531) lebih besar dari 0,05, dan nilai thitung(0,629) < ttabel.

4.3.3 Kesadaran Merek

Merek (brand) akan menjadi sumber daya saing yang bisa berlangsung lama dan bisa menjadi penghasil arus kas bagi perusahaan dalam waktu jangka panjang, Produk yang memiliki merek yang kuat akan sulit disaingi karena persepsi konsumen atas nilai suatu merek tertentu tidak akan mudah diciptakan.

Melalui uji t untuk kesadaran merek nilai thitung < ttabel (1,373 <

(76)

pembelian konsumen, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,174) lebih besar dari 0,05, dan nilai thitung(1,373) < ttabel.

Menurut hasil penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sianipar (2012), kesadaran merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sampo Clear Men pada mahasiswa pendidikan jasmani sekolah S1 Universitas Negeri Medan, dengan uji t nilai thitung > ttabel (4,337 > 1,660) dan nilai signifikan (0,000) < 0,05, yang

artinya variabel kesadaran merek berpengaruh secara postif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,000) lebih kecil dari 0,05, dan nilai thitung (4,337) > ttabel.

Perusahaan yang dapat menyebarkan pemasaran dari mulut ke mulut pada konsumennya, meningkatkan kualitasnya, serta memajukan mereknya yang akan mampu menguasai pasar karena hal tersebut yang mempengaruhi keputusan pembelian.

(77)

Berdasarkan hasil uji F dapat diketahui bahwa variabel pemasaran dari mulut ke mulut, persepsi kualitas, dan kesadaran merek secara bersama – sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai Fhitung > Ftabel (24,656 > 2,74) dan

(78)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa berdasarkan hasil uji t (uji parsial) variabel pemasaran dari mulut ke mulut, dan persepsi kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Sedangkan variabel kesadaran merek berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil uji t juga menunjukkan bahwa variabel yang lebih dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah variabel pemasaran dari mulut ke mulut. Hal ini membuktikan bahwa pemasaran dari mulut ke mulut memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan pembelian yang dibuat oleh konsumen. Berdasarkan hasil uji F variabel pemasaran dari mulut ke mulut, persepsi kualitas, dan kesadaran merek secara bersama - sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, peneliti dapat memberikan saran atau masukan sebagai berikut:

(79)

akan sangat berguna untuk Pepsodent agar dapat terus bersaing dengan produk pasta gigi lainnya.

2. PT. Unilever Indonesia Tbk perlu meningkatkan fokus terhadap kualitas produk pasta gigi Pepsodent agar dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan, menetapkan harga yang terjangkau agar dapat bersaing, serta mendesain kemasan lebih menarik. Dengan begitu, para konsumennya akan semakin yakin untuk terus menggunakan produk pasta gigi Pepsodent.

(80)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pemasaran

2.1.1.1 Arti Pemasaran

Pemasaran (Kotler, 2009: 4) adalah seni sekaligus ilmu─ada ketegangan yang terus menerus antara sisi terformulasikannya dan sisi kreatifnya.

Inti dari pemasaran (marketing) (Kotler, 2009: 5) adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu defenisi yang baik dan singkat dari pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan”.

2.1.1.2 Pemasar dan prospek pemasar (marketer)

Pemasar (marketer) (Kotler, 2009: 8) adalah seseorang yang mencari respons─perhatian, pembelian, dukungan, sumbangan─dari pihak lain yang disebut prospek (prospect). Jika dua pihak ingin menjual sesuatu satu sama lain, kita menyebut kedua pihak tersebut pemasar.

Ada delapan keadaan permintaan yang mungkin terjadi (Kotler, 2009: 8): 1. Permintaan negatif─Konsumen tidak menyukai produk dan mungkin

bahkan berusaha menghindarinya.

2. Permintaan yang tidak ada─Konsumen mungkin tidak sadar akan atau tidak tertarik pada produk.

(81)

4. Permintaan yang menurun─Konsumen mulai jarang membeli produk atau tidak membeli sama sekali.

5. Permintaan tidak teratur─Konsumen membeli secara musiman , bulanan, mingguan, harian, atau bahkan dalam hitungan jam.

6. Permintaan penuh─Konsumen membeli semua produk yang dilempar ke pasar.

7. Permintaan berlimpah─Konsumen mau membeli produk lebih banyak daripada produk yang ada.

8. Permintaan tak sehat─Konsumen mungkin tertarik pada produk yang memiliki konsekuensi sosial yang tidak diinginkan.

2.1.2 Komunikasi

Menurut Bovee dan Thill (Purwanto, 2006: 11- 13) proses komunikasi terdiri dari 6 tahap, yaitu:

1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan 2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan 3. Pengirim menyampaikan pesan

4. Penerima menerima pesan 5. Penerima menafsirkan pesan

(82)

Gambar 2.1 Proses komunikasi Sumber: Purwanto, 2006: 12

a. Tahap pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide Atau Gagasan Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau audiens.

b. Tahap Kedua : Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan

(83)

c. Tahap Ketiga : Pengirim Menyampaikan Pesan

Tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran kepada si penerima pesan.

d. Tahap Keempat : Penerima Menerima Pesan

Komunikator antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim (komunikator) mengirimkan suatu pesan dan penerima (komunikan) menerima pesan tersebut. Jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru bisa terjalin bila penerima surat telah membaca dan memahami isinya.

e. Tahap Kelima : Penerima Menafsirkan Pesan

Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan di dalam benak si penerima pesan.

f. Tahap Keenam : Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke Pengirim

Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Umpan balik tersebut merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. 2.1.3 Pemasaran dari Mulut ke Mulut

(84)

mulut ke mulut. Jika dilihat secara fisik kegiatan iklan ini sangat sederhana, namun merupakan jurus jitu untuk menjual produk.

Menurut Kotler (2004: 206) tidak ada sebuah iklan atau seorang penjual pun yang akan mampu meyakinkan anda secara persuasif tentang kualitas suatu produk selain teman, kenalan, pelanggan lama, atau ahli yang independen.

Perusahaan telah semakin beralih pada pemasaran (Kotler, 2004: 207) berdasarkan penyebaran dari mulut ke mulut ini. Mereka berusaha untuk dapat mengidentifikasikan orang-orang yang biasanya paling dulu membeli barang - barang model baru, banyak bicara dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, serta memiliki jaringan kenalan yang luas.

Komunikasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth communication) (Mowen, 2002: 180) mengacu pada pertukaran komentar, pemikiran, atau ide - ide di antara dua konsumen atau lebih , yang tak satupun merupakan sumber pemasaran. Komunikasi dari mulut ke mulut mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku pembelian konsumen.

Salah satu temuan umum (Mowen, 2002: 180) adalah bahwa komunikasi dari mulut ke mulut mempunyai bias negativitas (negativity bias). Yaitu, informasi negatif lebih ditekankan daripada informasi positif

(85)

Adanya komunikasi dari mulut ke mulut di mana - mana (Mowen, 2002: 180) disebabkan oleh kebutuhan pengirim dan penerima informasi. Para penerima mungkin menghendaki informasi dari mulut ke mulut karena mereka tidak percaya kepada iklan dan pesan penjualan. Atau mereka mungkin mencari informasi tambahan untuk mengurangi kecemasan mereka mengenai pembelian berisiko.

Ada tiga situasi pembelian lainnya di mana konsumen seringkali dimotivasi untuk mencari masukan dari orang lain (Mowen, 2002: 181) yaitu:

(1) bila produk sangat jelas bagi orang lain; (2) bila produk sangat kompleks; dan

(3) bila produk tidak dapat dengan mudah diuji terhadap suatu kriteria obyektif. Pada masing - masing kasus konsumen berada dalam situasi membeli dengan keterlibatan tinggi.

(86)

Bahasa lisan tidak hanya sepuluh kali lebih efektif dibanding iklan cetak atau TV, bahasa lisan juga lebih penting pada saat ini dibanding kapanpun di masa lalu karena empat alasan (Hughes, 2007: 31), yaitu:

1. Persaingan iklan meningkat ke level tak terbendung.

2. Biaya (operasional) media tradisional semakin meningkat, bercampur dengan masalah persaingan yang ada.

3. Kita sudah dibohongi berkali-kali oleh iklan, sepertinya satu - satunya pesan yang kita percaya saat ini berasal dari orang biasa seperti saya dan anda.

4. Teknologi makin mempercepat (sampainya bahasa lisan)

Faktor- faktor yang Mempromosikan Komunikasi dari Mulut ke Mulut (Mowen, 2002: 181)

1. Kebutuhan Pengirim Informasi

a. Untuk membangkitkan keberanian dan prestise.

b. Untuk menghapus kesalahan akibat pembelian (pria / wanita).

c. Untuk menciptakan keterlibatan dengan masyarakat atau kelompok yang diinginkan.

(87)

2. Kebutuhan Penerima Informasi

a. Untuk mencari informasi dari beberapa sumber yang dapat dipercaya tentang produk yang ditawarkan.

b. Untuk menurunkan keinginan tentang kemungkinan risiko pembelian. 1. Risiko dapat berasal dari produk karena kompleksitas atau

harganya.

2. Risiko dapat berasal dari perhatian pembeli tentang apa yang akan dipikirkan oleh orang lain.

3. Risiko dapat berasal dari kekurangan kriteria obyektif di mana produk telah dievaluasi.

c. Untuk menghabiskan waktu dalam pencarian informasi.

2.1.4. Persepsi Kualitas

Persepsi (Setiadi, 2010: 87) merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, di mana pengertian sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan.

Persepsi kita dibentuk oleh tiga pasang pengaruh (Setiadi, 2010: 88) yaitu:

1. Karakteristik dari stimuli

2. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya 3. Kondisi – kondisi di dalam diri kita sendiri.

(88)

keseluruhan antara apa yang diterima dan dialami dibandingkan dengan yang diharapkan. Terdapat dua faktor utama yang dijadikan pedoman konsumen, yaitu : layanan yang diterima dan layanan yang diharapkan.

Peter Drucker (Kotler, 2004: 166) melihat kualitas datangnya dari pelanggan yaitu: “Kualitas dalam jasa dan produk bukanlah apa yang Anda masukkan ke dalamnya. Tetapi apa yang diperoleh klien atau pelanggan Anda.” Raksasa elektronik Siemens memiliki moto kualitas sebagai berikut: “Kualitas adalah ketika para pelanggan kami kembali, dan produk - produk kami tidak.”

Jack Welsh dari GE (Kotler, 2004: 166) dengan pintarnya menyimpulkan betapa pentingnya kualitas itu : “ Kualitas adalah garansi terbaik yang kita miliki atas dukungan dari para pelanggan, pertahanan kita yang terkuat dari persaingan asing, dan jalan satu - satunya menuju pertumbuhan dan pendapatan yang berkesinambungan.”

Menurut Aaker dalam (Simamora, 2003: 281), persepsi kualitas (perceived quality) adalah kualitas suatu produk menurut pemikiran subyektif konsumen. Dalam persepsi kualitas terkandung keyakinan terhadap performa suatu merek.

(89)

pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan yang berbeda terhadap suatu produk atau jasa. Maka dapat dikatakan bahwa perceived quality berarti akan membahas keterlibatan dan kepentingan pelanggan.

Menurut Aaker (Tjiptono, 2011: 97), perceived quality adalah merupakan penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan. Oleh sebab itu, perceived quality didasarkan pada evaluasi subyektif konsumen (bukan manajer atau pakar) terhadap kualitas produk.

Menurut Schiffman dan Kanuk (Nitisusastro, 2012: 66), persepsi digambarkan sebagai proses dimana individu seseorang menyeleksi, mengorganisasi dan menterjemahkan stimulasi menjadi sebuah arti yang koheren dengan semua kejadian dunia. Dapat juga digambarkan dengan bagaimana kita melihat dunia sekitar kita.

2.1.5 Merek

Merek (Herman Kartajaya, 2009: 121) bisa berupa nama, simbol, tanda, desain, atau kombinasi semuanya yang dapat menggambarkan segala sesuatu baik berupa barang maupun jasa yang dapat ditawarkan kepada pelanggan baik berupa barang atau jasa. Merek harus memiliki nilai yang unik dan berbeda dari pesaing.

Gambar

Tabel 3.1  Operasional Variabel
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert
Gambar 4.1 Jenis Produk Pasta Gigi Pepsodent  Sumber : http://tanyapepsodent.com/products-front
Tabel 4.1 Uji Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Guru menerapkan model pembelajaran “ular tangga PAI ( SKI dan Fiqih )” untuk memahami konsep materi sistem yang akan diberikan dengan tahapan sebagai berikut :. • Permainan ini

Dalam mengikuti proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh tim di perusahaan, upaya untuk memberikan kontribusi yang ditunjukkan oleh mahasiswa :  Tidak ada upaya untuk

Di sisi lain, mayoritas Afrika-Amerika menyadari bahwa mereka adalah kelompok minoritas yang hidup di tengah dominasi kulit putih.. Kulit putih dianggap sebagai kelompok yang

Pembaharuan identitas visual saja tentunya tidak cukup, oleh karena itu diperlukan adanya suatu sistem pengaplikasian identitas yang baru tersebut sehingga akan memperkuat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon ketahanan beberapa jenis/klon tanaman buah naga terhadap penyakit utama (kudis/ stem canker , busuk batang dan

Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar

Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar maupun non gelar (D4/ Post Graduate