• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

86

Girsang, Dori Alam, 2011. “Musik Tradisional Simalungun.”(Artikel Budaya). Hood, Mantle, 1981. The Ethnomusikologist. Ohio: The Kent State,University

Press.

Hornbostel, Erich M. Von dan Curt Sach, 1961.Clasification of Musikal

Instrument. Translate from original by Anthoni Baines and KlausP. Wachmann.

Khasima, Susumu. Asia Performing Art.(Terjemahan Rizaldi Siagian, 1986). Koentjaraningrat, 1986.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka

Merriam, Alan P, 1964. The Antropology of Music. North Western: University Press.

Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusikology. New York: The Free

Press of Glenco.

Purba, Maruli, 2013. Teknik Permainan dan Struktur Musik Husapi Simalungun Pada Lagu Parenjak-enjak Ni Huda Sitajur yang Disajikan Oleh Arisden Purba di Huta Manik Saribu Sait Buttu, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Skripsi Sarjana S-1, Departemen Entomusikologi,Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Purba, Setia Dermawan. “Musik Tradisional Simalungun.” Jurnal Seni Musik

Vol.5, No.1.

Purba, Setia Dermawan.2008. Nyanyian Anak dalam Kebudayaan Simalungun. Jurnal Etnomusikologi No.8

Saragih, Rianti. 1994. Toping-toping Simalungun: studi deskriptif dan musikologis dalam upacara sayur matua. Skripsi Sarjana S-1,Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Sinaga, Saridin Tua, 2009. Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak

(2)

87

DepartemenEtnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Situmeang, Henry. 2011. Kajian Organologis Sarunei Simalungun Buatan Bapak

Martuah Saragih di Kecamatan Siantar Utara, Kota Pematang Siantar. Skripsi Sarjana S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

Saragih, Fitri Suci. Kajian Organologis Tulila Buatan Bapak J Badu Purba Siboro Di Desa Lestari Indah Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Skripsi Sarjana S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

(3)

43 BAB III

KAJIAN ORGANOLOGIS SARUNEI BULUH SIMALUNGUN

3.1 Kasifikasi Sarunei Buluh Siamlungun

Dalam mengklasifikasikan Sarunei Buluh, penulis mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Curth Sachs dan Hornbostel (1914) yaitu:“sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyi. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yang terdiri dari : Idiofon, (penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri), Aerofon, (penggetar utama bunyinya adalah udara), Membranofon, (penggetar utama bunyinya adalah kulit atau membran), Kordofon, (penggetar utamaa bunyinya adalah senar atau dawai)”.

(4)

44

3.2 Kontruksi Bagian-Bagian Sarunei Buluh Simalungun

Gambar 1 : Bagian-bagian Sarunei Buluh Simalungun

Gambar 2 : Lubang Hembusan

Badan Sarunei

Buluh Lubang Nada

Lubang Pembelah Udara

(5)

45

Gambar 3 : Lubang Pembelah Udara

Gambar 4 : Ukuran Bagian Sarunei Buluh

3.3 Teknik Pembuatan

Pembuatan Sarunei Buluh Simalungun masih sangat sederhana. Semua proses pengerjaan Sarunei Buluh tersebut mulai dari tahap pengadaan bahan

6,5 cm

28,5 cm 3 cm

3 cm

3 cm

3 cm

3 cm

6,5 cm

12,5 cm Lubang Pembelah

(6)

46

sampai proses pembuatan dikerjakan tanpa adanya campur tangan mesin. Berikut ini akan dijelaskan bahan, alat-alat serta fungsi masing-masing yang digunakan dalam pembuatan Sarunei Buluh.

3.3.1 Bahan Baku yang Digunakan

Bahan baku yang digunakan dalam pembutan Sarunei Buluh simalungun sangat sederhana. Pembuatan Sarunei Buluh tidaklah sesulit pembuatan alat musik Siamlungun yang lain Gonrang dan Arbab yang membutuhkan bahan baku yang kompleks dengan proses yang sulit dan butuh waktu yang sangat lama. Sarunei Buluh adalah salah satu alat musik Simalungun yang sederhana dalam proses pembuatannya. Sebab bahan utama yang digunakan dalam pembuatan Sarunei Buluh hanya seruas bambu.

3.3.1.1 Bambu

(7)

47

sulitnya memperoleh bambu Rogon maka dapat diganti dengan bambu Talang yang memiliki ciri-ciri yang hampir menyerupai bambu Rogon.Mengapa harus bambu yang memiliki ruas pendek?Hal tersebut disebabkan karena tekanan udara yang dikeluarkan dari mulut.Sehingga ruang bambu yang pendek lebih memudahkan pemunculan suara yang dihasilkan dari tekanan udara dari mulut.

(8)

48 3.3.1.2 Kayu Simardaruma

Ga mb ar 6 : Ka

yu Simardaruma

Untuk membuat bagian diameter pada Sarunei Buluh Simalungun, dipergunakan kayu Simardaruma.Kayu simardaruma didapatkan oleh bapak Rabes Saragih di hutan, kayu simardaruma ini bersifat rapuh.Kayu simardaruma yang digunakan sebagai penutup bagian dari Sarunei Buluh. Kayu simardaruma ini akan dimasukkan kedalam lubang pada bagian bambu.

3.3.2 Peralatan Yang Digunakan

3.3.2.1 Parang

(9)

49

Parang yang digunakan adalah parang yang berukuran besar dan panjang, parang tersebut digunakan untuk menebang dan membersihkan dahan

bambu.Dan juga memotong ruas-ruas pangkal dan ujung pada Sarunei Buluh.

3.3.2.2 Pisau Cuter

Gambar 8 : Pisau Cuter

Pisau Cutter yang digunakan untuk mengikis pangkal ruas bambu Rogon dan juga membuat lubang nada Sarunei Buluh tersebut.

3.3.3 Proses Pembuatan

(10)

50

3.3.3.1 Memilih dan Menebang

Bambu

Pemilihan bambu yang berkualitas akan sangat berpengaruh terhadap daya tahap atau kekuatan bambu tersebut. Jenis bambu yang baik untuk dijadikan alat musik Sarunei Buluh adalah bambu tersebut tidak mengalami perubahan fisik dan tidak mudah kisut/susut sewaktu dikeringkan.

Kemudian memilih ruas bambu sesuai dengan ukuran untuk membuat Sarunei Buluh yaitu memiliki panjang ruas kurang lebih 28,5 cm dan diameter lebih kurang 0,5 cm. Pada umumnya bambu yang memiliki rusa pendek tumbuh di tanah yang tandus. Dengan demikian, tidak semua jenis bambu dapat dipergunakan untuk membuat Sarunei Buluh.Hal ini disebabkan karena pertimbangan kualitas jenis bambu sebagai bahan untuk mencapai kesempurnaan bunyi yang dihasilkan dari alat musik Sarunei Buluh.

Menurut hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak Rabes Saragih, untuk menebnag bambu biasanya dilakukan pada sore hari.Hal tersebut dikarenakan erat dengan kebiasaan masyarakat setempat yang melakukan pekerjaan tambahan setelah selesai melakukan pekerjaan pokok contohnya mengambil bambu dilakukan ketika hendak pulang dari ladang yang biasanya pada sore hari.

3.3.3.2 Memotong Bambu

(11)

51

digunakan dengan parang, biar supaya untuk mendapatkan hasil yang rapi. Setelah pemotongan selesai maka bambu dikikis secara pelan dengan menggunakan pisau cuter, dan setelah dikikis secara perlahan maka terciptlah badan bambu yang dihasilkan. Dalam pengkisan tersebut ujung pangkal hembusan harus tipis, tujuannya adalah untuk mempermudah dalam memainkan Sarunei Buluh dimana posisi lubang mulut yang membuat pemaian Sarunei Buluh merasa nyaman dalam memainkan Sarunei Buluh.

Gambar 9 : Memilih Bambu

(12)

52

3.3.3.3 Mengukur dan

Memberi Garis

Adapun bagian-bagian Sarunei Buluh yang berbahan baku dari bambu dibentuk terlebih dahulu, seperti pembuatan diameter lubang hembus pada Sarunei Buluh, mengukur garis bagian pangkal sesuai dengan garis tengah, lalu diberi garis sebagai dan pembuatan lubang nada-nada pada Sarunei Buluh. Dalam proses ini bapak Rabes Saragih mengerjakannya sendiri.

Gambar 11: Pengukuran Awal

(13)

53

Gambar 13 : Pengukuran Jarak Lubang Nada Kedua

Gambar 14 : Pengukuran Jarak Lubang Nada Ketiga

Gambar 15: Pengukuran Jarak Lubang Nada Terakhir

3.3.3.4 Membuat Badan

Sarunei Buluh

(14)

54

Gambar 16 : Badan Sarunei Buluh

3.3.3.5 Mengikis Kulit Bambu

Alat yang digunakan dalam mengikis kulit bambu yaitu pisau cuter yang tajam, agar lebih mempermudah dalam pengikisan batas ruas bambu yang akan menjadi lubang nada.

Gambar 17 : cara mengikis kulit bambu

3.3.4 Tahap Penyempurnaan

(15)

55

3.3.4.1 Pelubangan Awal

Bagian Sarunei Buluh

Pelubangan awal dimulai dari lubang hembusan yang berada pada pangkal ruas bambu, kemudian diikuti dengan melubangi lubang keluaran udara yang berada pada ujung ruas bambu.Setelah lubang hembusan dan lubang keluaran udara selesai, yang terakhir melubangi lubang nada.

Gambar 18 : Pembentukkan Lubang Hembusan

(16)

56

Gambar 20 : Pemotongan Pembelah Udara

Gambar 21 : Proses Pelubangan Lubang Pangkal

Gambar 22 : Proses Pelubangan Nada Pertama

(17)

57

Gambar 24 : Proses Pelubangan Nada Ketiga

Gambar 25 : Proses Pelubangan Nada Keempat

3.3.4.2Mengikis Bidang Lubang Nada

(18)

58

Gambar 26 : Cara Mengikis Bidang Lubang Nada

Gambar dibawah ini adalah hasil dari pengikisan bidang lubang nada yang akan dijadikan penhasil nada.

Gambar 27 : Bentuk Bidang Lubang Nada Yang Selesai

3.3.4.3 Mengukur dan Memberi Garis

Mengukur satu ruas panjang bambu yang akan dijadikan bahan Sarunei Buluh. Cara pengukuran seperti ini dapat dipermudah dengan menggunakan dua jari tangan saja.

(19)

59

Gambar 29 : Menggarisi Ujung Pangkal

3.3.4.4 Melubangi Lubang Nada

Proses pelubangan dilakukan dengan hati-hati dan pelan-pelan yang digunakan memakai pisau cuter, pertama yang akan di buat utuk mengikis secara pelan, dan kelamaan lubang yag dikikis akan membesar dan sesuai. Awal pembuatan lubang dilakukan pada ujung pangkal dan setelah pembuatan ujung pangkal, maka untuk melubangi lagi lubanga nada yang menghasilkan suara awal sampai pada akhir pelubangan selesai.

(20)

60

Gambar 31 : Proses Pelubangan Dari Awal Sampai Akhir

Gambar 32 : Proses Pelubangan Selesai

3.3.4.5 Menghaluskan Permukaan Sarunei Buluh

(21)

61

Gambar 33 : Menghaluskan Permukaan Badan Sarunei Buluh

Gambar 34 : Proses Menghaluskan Pembelah Udara

3.4 Ukur

an Bagian-Bagian Sarunei Buluh

(22)

62

Panjang Sarunei

28,5 cm

Ukuran Badan

6,5cm

3 cm

(23)

63

Gambar 35 : Ukuran Bagian Sarunei Buluh

3.5 Kajia

n Fungsional

Pada kajian fungsional berikut ini, beberapa hal yang akan dibahas adalah prose belajar, cara memegang Sarunei Buluh, posisi jari tangan, nada yang dihasilkan, teknik memainkan Sarunei Buluh.

3.5.1 Prose

s Belajar

Menurut wawancara dengan bapak Rabes Saragih, proses pertama yang harus dilakukan sebelum memainkan Sarunei Buluh simalungun adalah dengan cara melihat permainan, mendengarkan permainan Sarunei Buluh, menghafalkan bunyi Sarunei Buluh. Yang kemudian menirukan apa yang dilihat, didengarkan, dan dihafalkan.

(24)

64

Untuk lagu yang pertama kali oleh bapak Rabes Saragih saat memainkan Sarunei Buluh ialah sitalasari, yaitu lagu yang lambat. Di dalam masyarakat Simalungun untuk mempelajari musik dilakukan secara lisan yaitu sang guru bercerita dan muridnya mendengarkan apa-apa yang dikatakan guru tersebut.

3.5.2 Cara

Memegang Sarunei Buluh

Cara memgang Sarunei Buluh yang baik dan benar adalah dengan Sarunei Buluh pada bagian depan, pemain tegak lurus.

Gambar 36: Cara memegang Sarunei Buluh

3.5.3 Posisi

(25)

65

Pada Sarunei Buluh simalungun, posisi jari tangan yang terjadi fleksibel

Gambar 37: Posisi Jari Tangan

3.5.4 Nada

Yang Dihasilkan

(26)

66

Keterangan

Gambar 38 : TablaturaSarunei Buluh

do re me fa sol la si do

Bagian atas sarunei

Bagian bawah sarunei

tutup

(27)

67

3.5.5 Tekni

k Memainkan

Teknik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai cara membuat sesuatu, cara yang terkait dalam sebuah karya seni. Menurut Banoe (2003 : 409) teknik permainan merupakan cara atau teknik sentuhan pada alat musik atas nada tertentu sesuai petunjuk atau notasinya. Dapat disimpulkan, teknik dalam musik berarti dalam musik berarti cara melakukan atau memainkan suatu karya seni dengan baik dan benar.

(28)

68

menjelaskan bahwa teknik permainan merupakan gambaran mengenai pola yang dipakai dalam suatu karya seni musik berdasarkan cara memainkan instrument beserta pengulangan dan perubahannya, sehingga menghasilkan suatu kompisisi musik yang bermakna sesuai dengan nada-nad sehingga menghasilkan suatu komposisi musik yang indah.

(29)

69 BAB IV

EKSISTENSI DAN FUNGSI SARUNEI BULUH SIMALUNGUN

4.1

Asal-Usul Sarunei Buluh Simalungun

(30)

70

4.1.1 Sejar

ah Singkat Sarunei Buluh Simalungun

Sejak berakhirnya riwayat kerajaan-kerajaan di Simalungun pada tahun 1946 yang diakibatkan oleh sekelompok orang yang tersulut kemarahannya, karena kolusi yang dilakukan oleh para raja dan keluarga dengan pemerintah Belanda yang menguntungkan mereka. Demi kekayaan pribadi dari hasil pungutan sewa tanah, mereka mengorbankan kepentingan masyarakat Simalungun dengan melakukan pengadilan jalanan secara paksa terhadap raja-raja dan keluarganya (kecuali yang melarikan diri) dibunuh dan istana mereka dibakar habis. Peristiwa tersebut kini dikenal dengan Revolusi Sosisal 1946 (Jansen 2003 : 25).

Revolusi social 1946 mengakibatkan sebagian besar peninggalan budaya dan kesenian musik musnah dan tidak dapat diperoleh kembali.Kesenian dan musik tradisional hampir mengalami kepunahan, hal tersebut disebabkan istana-istana yang dulunya berfungsi sebagai tempat pusat kegiatan kebudayaan habis terbakar.

(31)

71

Dalam kehidupan sehari-hari, falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini tetap menjadi landasan kehidupan social dan bermasyarakat di lingkungan Simalungun, khususnya yang bermukim di Kecamatan Purba.Dan juga dalam melakukan kegiatan yang memiliki unsur-unsur tradisi atau adat istiadat dalam setiap fase-fase kehidupan mereka, masyarakat simalungun masih mempergunakan adat istiadatnya dalam mempertahankan identitasnya, salah satu di antaranya adalah mereka tetap menggunakan hiou (kain adat) setiap menghadiri ataupun mengadakan suatu upacara adat.

Sebagian besar upacara masyarkat Simalungun tersebut, saat ini tidak lepas dari peranan agama Kristen sebagai agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Simalungun, dimana sebelum melaksanakan upacara adatnya, kedua mempelai terlebih dahulu memperoleh pemberkatan di gereja sesuai dengan peraturan gereja yang bersangkutan. Begitu juga dengan anak yang diberi nama setelah lahir, terlebih dahulu mendapatkan baptisan kudus di gereja yang bersangkutan, lalu kemudian dilaksnakan upacara adatnya.

4.2 Fungs

i dan Penggunaan Sarunei Buluh

(32)

72

Musik berkembang keberadaannya selain sebagai hiburan, juga sebagai ekspresi dari cipta rasa dan karya, dan karsa manusia.Musik sebagai ekspresi cipta, rasa, karya, dan karsa manusia disebut juga dengan musik tradisional. Musik merupakan sarana manusia untuk mencurahkan perasaan hati melalui suara.Musik melukiskan getaran jiwa dan khayalan yang timbul dari alam pikiran yang tidak dapat diungkapkan melalui perkataan, perbuatan, atau dengan salah satu kesenian lain, seperti sastra lukis, pahat, dekorasi, kriya, dan grafika.Oleh karena musik adalah suatu jenis kesenian dengan mempergunakan suara sebagai media ekspresinya, baik suara manusia maupun instrument.Di dalam suara itu terkandung melodi, birama, harmoni, dan warna suara.

Dalam kehidupan masyarakat Simalungun musik memiliki peran yang sangat penting, demikian jugan dengan Sarunei Buluh Simalungun. Adapun penggunan dan fungsi seperti dikemukakan oleh Merriam (1964 : 210) yaitu : “ Use then,refers to the situation on in which music employed in human action; “Function concerns the reson for it employment and particularly the broader purpose which it serves”.

Terjemahan bebas sebagai berikut :

Penggunaan, berkenan terhadap suatu keadaan bagaimana musik tersebut dipakai dalam kegiatan manusia; fungsi, meliputi alasan pemakaian dan terutama dalam lingkup yang luas, sejauh mana musik itu dapat memenuhi kebutuhan manusia tersebut.

(33)

73

didalam kehidupan manusia dan efeknya suatu masyarakat. Dengan kata lain, penggunaan menyangkut konteks pemakaian musik, sementara fungsi menyangkut kepada bagaimana dan untuk apa musik tersebut disajikan.

4.2.1 Fungs

i

Menurut Alan P. Merriam (1964 : 219-226) fungsi dapat dibagi dalam 10 kategori yaitu :

1. Fungsi

pengungkapan emosional

2. Fungsi

penghayatan estetis

3. Fungsi

hiburan

4. Fungsi

komunikasi

5. Fungsi

perlambangan

6. Fungsi

reaksi jasmani

7. Fungsi

(34)

74

8. Fungsi

pengesahan lembaga social dan upacara keagamaan

9. Fungsi

kesinambungan budaya

10. Fungsi

pengintergrasian masyarkat

Dalam penyajian Sarunei Buluh Simalungung dapat dikategorikan kedalam beberapa fungsi di atas yaitu, fingsi pengungkapan emosional, fungsi hiburan, fungsi komunikasi, fungsi komunikasi, fungsi reaksi dan jasmani.

4.2.1.1 Fungs

i pengungkapan Emosional

(35)

75

Alat musik Sarunei Buluh dapat membantu manusia untuk mengungkapkan rasa emosi yang ada pada dirinya. Jika seseorang sedang mengalami duka, maka dari itu seseorang akan menggunakan Sarunei Buluh sebagai alat atau media untuk membantu mengungkapkan perasaan yang sedang dialaminya, contohnya apabila seseorang sedang mengalami rasa sedih maka Sarunei Buluh yang dimainkannya akan mengahsilkan bunyi yang mendayu dayu, produksi suara yang dihasilkan sangat sedih, seperti orang yang sedang menangis, sebagaimana gambaran perasaan si pemian.

4.2.1.2 Fungs

i Hiburan

Hiburan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan hati bagi seseorang atau publik. Musik sebagai salah satu media yang memiliki fungsi yang menyenangkan hati, membuat rasa puas akan irama, bahasa melodi, atau keteraturan dari harmoninya. Seseorang bisa saja tidak memahami teks musik, tetapi ia cukup terpuaskan atau terhibur hatinya dengan pola-pola melodi, atau pola-pola ritme dalam irama musik tertentu.

(36)

76

diri sendiri. Seseorang akan pergi ke juma4 dan bermain Sarunei Buluh di bawah pohon yang rindang untuk menghibur dirinya akan nasib sedih yang sedang dialaminya. Tetapi pada saat sekarang ini Sarunei Buluh sudah berfungsi untuk menghibur orang banyak.

4.2.1.3 Fungs

i Komunikasi

Musik sudah sejak dahulu digunakan untuk alat komunikasi baik dalam keadaan damai maupun perang. Komunikasi bunyi yang menggunakan sangkala (sejenis trumpet), trumpet kerang juga digunakan dalam suku-suku bangsa pesisir pantai, kentongan juga digunakan sebagai alat komunikasi keamanan di Jawa, dan teriakan-teriakan pun dikenal dalam suku-suku asli yang hidup baik di pegunungan maupun di hutan-hutan. Bunyi-bunyi teratur, berpola-pola ritmik, dan menggunakan alur-alur melodi itu menandakanadanya fungsi komunikasi dalam musik.

Tetapi pada masyarakat simalungun Sarunei Buluh tidak digunakan untuk pemberitahuan adanya perang atau sebagai alat komunikasi keamanan.Pada zaman dahulu Sarunei Buluh ini berfungsi sebagai komunikasi antara garama dengan anak boru. Fungsi komunikasi Sarunei Buluh ini adalah penyampaian perasaan hati seorang garama yang mencintai anak boru. Jadi seluruh perasaan yang dirasakan oleh si garama terhadap anak boru di sampaikan melalui alunan suara dari Sarunei Buluh.

4

(37)

77

4.2.1.4 Fungs

i Reaksi dan Jasmani

Pesta budaya adalah yang dilakukan setiap tahunya, di dalam acara ini banyak bentuk-bentuk kesenian Simalungun yang ditampilakan, seperti Tor-tor sombah yang disebut dengan tarian agung atau tarian klasik yang biasa dipersembahkan untuk menyambut orang-orang yang dihormati jumlah penarinya 6 orang, Huda-huda atau Toping-toping tarian Simalungun yang memakai topeng dan paruh burung enggang diiringi Gual Huda-duda jumlah penarinya ada 3 orang, Taur-taur (Duaet tradisioal Simalungun) menggambarkan cinta yang berkomunikasi memalui lagu.

4.2.2 Pengg

unaan

Menurut Herkovits (1964 : 217-218) dalam Merriam, penggunaan musik dapat dibagi menjadi lima kategori unsur-unsur budaya yaitu : Kebudayaan Material, Hubungan Maanusia dengan Alam, Estetika dan bahasa. Berdasarkan kelima kategori tersebut, penggunaan Sarunei Buluh dalam konteks unsur-unsur budaya dapat diuraikan kedalam kategori estetika.

4.2.2.1 Kebu

adayaan Material

(38)

78

digunakan untuk mengiringi pekerjaan yang dilakukan misalnya pekerjaan pada waktu panen, ataupun pekerjaan yang ada di rumah.Sementar sebagai unsur ekonomi, musik digunakan untuk mendapatkan keuntungan dari permainan musik tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka Sarunei Buluh dapat dikategorikan kedua-duanya, karena dari unsur teknologi Sarunei Buluh sering dipakai untuk melakukan pekerjaan di sawah dan di rumha, karena memang dulunya Sarunei Buluh adalah permainan pribadi (self amusement), dan daru unsur ekonomi, sebab pemain musik Sarunei Buluh yang dipanggil untuk mengiringi suatu pertunjukan budaya simalungun mendapatkan provit atau keuntungan dari bermain musik tersebut.

4.2.2.2 Hubu

ngan Manusia dengan Alam

(39)

79

4.2.2.3 Esteti

ka

Estetika mengacu pada nilai kehidupan yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahaan yng dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempuyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.Musik merupakan cerahan kekuatan tenaga penggambaran yang berasal dari rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang berirama. Atau dengan kata lain, musik merupakan suatu karya seni yang menjadi media untuk menggungkapkan perasaan seorang dengan cara menuangkannya melalui alunan nada ataupun melodi, baik dalam bentuk vokal maupun instrumental. Musik sebagai media utuk menggambarkan atau mengungkapkan perasaan seseorang.Terkadang seseorang memiliki pikiran, gagasan, harapan, keinginan yang membutuhkan perwujudan.

(40)

80

maupun senang, dan sebagai media untuk menyampaikan perasaan yang sedang dialami oleh pemainnya.

4.3 Eksist

ensi Sarunei Buluh Simalungun

Keberadaan Sarunei Buluh pada zaman dahuluberbeda jauh dengan sekarang, karena hanya sedikit dari masyarakat Simalungun atau muda-mudi yang mengenal alat musik ini.Pada sekarang ini alat musik Sarunei Buluh sudah hampir hilang dari budaya Simalungun.Kenyataannya sekarang ini Sarunei Buluh sudah hampir tidak dimainkan lagi oleh kaum muda-mudi.Faktor zaman yang sudah maju dan mereka cenderung mengenyampingkan hal-hal yang berbau tradisi.

(41)

81

Berbeda dengan Sarunei Buluh yang cara bermainnya tidak kita temukan di aplikasi komputer. Tanpa disadari pola piker yang seperti itu akan mempengaruhi eksistensi budaya di Negara ini khususnya di masyarakat Simalungun yang mana efek dari modrenisasi banyak masyarakat Simalungun yang lupa bahkan tidak tahu tentang kebudayaan sendiri. Untung saja masih ada orang-orang yang peduli dengan keberadaan alat musik ini, seperti Bapak Rabes Saragih misalnya, beliau adalah seniman Simalungun yang sampai sekarang masih mengetahui cara membuat alat musik Sarunei Buluh. Walaupun pada sekarang ini kondisikesehtaan bapak Rabes Saragih sudah sangat menurun, beliau selalu terbuka untuk mengajari orang-orang ataupun pemuda yang ingin belajar tentang alat musik Simalungun, seperti alat musik Saruei Buluh.

(42)
(43)

83

Dalam proses pembuatannya, Sarunei Buluh simalungun dapat dilakukan seorang diri seperti menebang bambu, memotong bambu dari dahan-dahan yang terdapat pada bambu, mengikig ujung dan pangkal pada bambu, melubangi lubang diameter lubang dan lubang nada, dan terakhir mengukur jarak-jarak yang terdapat pada bagian Sarunei Buluh. Dan setelah mengukur, akan menggaris-garasi hasil dari ukuran yang dibuat oleh bapak Rabes Saragih. Proses pengerjaannya masih sangat sederhana tanpa dibantu oleh mesin yaitu dengan menggunakan alat-alat seperti parang, pisau cuter. Dalam pembuatan Sarunei Buluh juga memerlukan bahan-bahan untuk membentuk menjadi alat musik yang baik antara lain, bambu rogon, kayu simardaruma.

Zaman dahulu dalam permainan Sarunei Buluh dilakukan untuk permainan pribadi (self amusement), yang dimainkan di sawah, untuk memikat hati seorang wanita, dan sekarang Sarunei Buluh dilakukan untuk pertunjukan budaya simalungun, seperti acara-acara pesta budaya Simalungun.

5.2 Kesimpulan

(44)

84

lubang keluaran udara, mengukur jarak lubang nada, dan memberi lubang nada pada bambu seperti lubang hembusa, lubang keluaran udara, dan lubang nada. Sarunei Buluh di mainkan dengan menghembuskan udara melalui mulut, Sarunei Buluh termasuk kedalam klasifikasi Aerofon (nose flute).Alat musik Sarunei Buluh memiliki tujuh nada (pentatonik).

Sarunei Buluh di gunakan sebagai penghibur lara atau sebagai media yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan kepada seorang gadis yang dicintainya. Alat musik Sarunei Buluh menjadi alat musik yang individual.Karena alat musik Sarunei Buluh hanyadapat dimainkan secara tunggal.Oleh karena itu alat musik Sarunei Buluh ini tidak bisa digabungkan dengan ansambel musik dan tidak dapat di gunakan untuk upacara.

Alat musik Sarunei Buluh merupakan alat musik yang hampir punah dan sudah jarang di temui pada masyarakat Simalungun, keberadaannya sudah sangat memprihatinkan, untuk pembuatannya hanya tinggal bapak Rabes Saragih dan bapak Riden Purbayang mengetahuinya, dan untuk pelestariaanya hanya bapak Setia Dermawan Purba yang selalu memperkenalkan dan menyajikan alat musik Sarunei Buluh mejadi masyarakat Simalungun maupun di luar etnis Simalungun, walaupun fungsi dari alat musik Sarunei Buluh itu sendiri sudah berubah menjadi pertunjukan, hal tersebut di lakukan bapak Setia Dermawaan Purba untuk melestarikan budaya Simalungun.

(45)

85

Simalungun.Generasi muda sekarang lebih tertarik pada alat musik modern dan melupakan tradisional budaya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

(46)

24 BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI BAPAK RABES SARAGIH

Bab II ini merupakan penjelasan tentang gambaran umum wilayah penelitian dan biografi singkat Bapak Rabes Saragih sebagai seniman alat musik tradisional Simalungun.Wilyah yang dimaksud disini adalah bukan hanya lokasi penelitian, tetapi lebih berfokus kepada gambaran masyarakat Simalungun khususnya yang ada di Nagori Purba Tongah secara umum. Namun sebelum membahas topiktersebut, akan diuraikan terlebih dahulu Desa Nagori Purna Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun.

2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis teliti berada di Desa Nagori Purba Tongah yang merupakan tempat tinggal sekaligus sebagai tempat pembuatan Sarunei Buluh bapak Rabes Saragih yang bertempat tinggal Jalan Purba Tongah, Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. Menurut data yang didapat dari Kantor Lurah Desa Nagori Purba Tongah, secara geografis Desa Nagori Purba Tongah adalah terletak antara 02’50’18 LU- 99’11’20 BT. Dengan luas wilayah adalah 172,71Km² dengan letak geografis. Adapaun batas-batas wilayah Desa Nagori Purba Tongah adalah sebagai berikut:

(47)

25

(2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Haranggaol Horisan dan Kecamatan Dolok Pardamean,

(3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Silimakuta,

(4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean dan Kecamatan Raya.

2.2 Keadaan Penduduk

Pada awalnya penduduk asli Desa Nagori Purba Tongah didominasi oleh suku Simalungun, namun setelah terjadi urbanisasi kependudukkan, Desa Nagori Purba Tongah menjadi bersifat heterogen, karena terdiri dari berbagai ragam suku dan etnis, yaitu Simalungun, Toba, Mandailing, Angkola, Jawa, Aceh, Pakpak,, Minang Kabau, Melayu. Pada tahun 2013 penduduk Desa Nagori Purba Tongah mencapai 22.773 jiwa.Dengan jumlah rumah tangga 5.852. Dengan kepadatan penduduk 131,86 jiwa/km2. Penduduk perempuan di Desa Nagori Purba Tongah lebih banyak dari penduduk laki-laki. Pada tahun 2013 penduduk Desa Nagori Purba Tongah yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 11.298 jiwa dan penduduk laki-laki 101,57 jiwa.

Secara etimologi kata “Simalungun” dapat dibagi kedalam tiga suku kata yaitu: Sibearti “orang”, masebagai kata sambung berarti “yang” dan lungun berarti “sunyi,kesepian”. Dengan demikian, Simalungun berarti “ia yang bersedih hati, sunyi dan kesepian.”

(48)

26

tertutup. Menurut Hendrik Kraemer ketika berkunjung ke Tanah Batak pada bulan Februari-April tahun 1930 melaporkan bahwa jika dibangdingkan dengan orang Batak Toba, orang Simalungun jelas lebih berwatak halus, lebih suka meyendiri di hutan dan secara alamaiah kurang bersemangat dibangdingkan dengan orang Batak Toba. Hal yang senada juga dikatakan oleh Walter Lempp tentang tabiat dariu pada masyarkat Simalungun yaitu orang Simalungun lebih halus dan tingkah lakunya hormat sekali,tidak pernah keras atau meletus, meskipun sakit hati.

Hal itu dimungkinkan karena suku Simalungun satu-satunya yang pernah dijajah oleh suatu kerajaan di Jawa yang berkedudukkan di Tanah Jawa.Masyarakat Simalungun yang bertempat tinggal di Kecamatan Purba mengenal satu lembaga adat yang disebut Parhuta Maujana Simalungun.Lembaga adat ini telah ada mulai dari tingkat Serikat Tolong Menolong (STM), Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Pusat (Tribudi, 2010).

(49)

27 2.3 Sistem Bahasa

Asal-usul kependudukan masyarakat Simalungun banyak dipengaruhi oleh berbagaiaspek dan juga berbagai pendapat atau teori yang berbeda-beda untuk memberikan pembuktian terhadap kebenarannya.Sistem kemasyarakatan dalam suatu daerah tentu didasari oleh bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat di dalamnya.Menurut informasi dari informan saya dengan terkaitnya lokasi penelitian penulis bahwa keragaman suku yang berada di daerah tersebut menggunakan bahasa simalungun untuk komunikasi bahasa sehari-hari.

Sejak berabad-abad yang lampau suku-suku bangsa yang tinggal di berbagai kepulauan di Nusantara memiliki bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam pergaulan dan komunikasi antar sesama suku tersebut.Bahasa itu dinamakan sebagai “bahasa daerah” yang disebutkan sesuai dengan suku bangsa yang memiliki bahasa tersebut.Misalnya bahasa Batak Toba dipergunakan oleh Batak Toba.Demikian juga dengan bahasa Simalungun.Disamping itu masyarakat Simalungun juga memiliki aksara yang sudah sangat tua usianya. Menurut seorang peneliti bahasa Dr. P. Voorhoeve, yang menjadi pejabat Taalambtenaar di Simalungun tahun 1937, mengatakan bahwa bahasa Simalungun merupakan bahasa rumpun austronesia yang lebih dekat dengan bahasa sansekerta yang banyak sekali mempengaruhi bahasa-bahasa di Nusantara.

(50)

28

apuy dan babuy, huruf g dalam kata dolog, huruf b dalam kata arbab, huruf ddalam kata bagod, huruf ah dalam kata babah dan sabah, juga ei dalam kata simbei dan ou dalam kata sopou dan lapou. Salah satu ciri masyarakat simalungun adalah memiliki tingkatan bahasa yang disebut dengan ratting ni hata. Adapun tingkatan tersebut adalah:

1. Lapung ni hata, merupakan bahasa sehari-hari yang dipakai oleh masyarakat biasa atau bahasa yang dipakai sehari-hari.

2. Guru ni hata, merupakan bahasa yang dipakai untuk mengucapkan sesuatu dan dianggap lebih halus. Guru ni hata merupakan bahasa tertinggi yang digunakan oleh kalangan keturunan raja-raja. Dimana bahasa tersebut adalah bahasa yang sopan hormat, dan berisi nasehat, yang sering disampaikan melalui perumpamaan. Misalnya adalah Simakidop artinya mata, Jambulan artinya rambut. Simakulsop artinya mulut.

(51)

29 2.4 Sistem Kesenian

Kesenian adalah merupakan ekspresi perasaan manusia terhadap keindahan, dalam kebudayaan suku-suku bangsa yang pada mulanya bersifat deskriptif (Koentjaraniningrat, 1980:395-397).Kesenian pada masyarakat simalungun sangat banyak dan beragam. Taralamsyah Saragih dalam Seminar Kebudayaan Simalungun 1964 mengatakan bahwa kesenian yang ada di Simalungun dapat dibagi atas Seni Musik (Gual), Seni Suara (Doding), Seni Tari (Tortor).

2.4.1 Seni Musik

Seni musik digunakan untuk upacar-upacara hiburan dan upacara-upacara adat lainnya misalnya upacara dukacita (pusok ni uhur) dan sukacita (malas ni uhur). Alat-alat musik pada masyarakat simalungun dapat dimainkan secara ensambel dan dapat pula dimainkan secara tunggal. Alat musik yang dimainkan secara ensambel adalah Gonrang Sidua-dua dan Gonrang Sipitu-pitu sangat penting, diantaranya:

1. Manombah yaitu suatu upacara untuk mendekatkan diri kepada sembahan.

2. Maranggir yaitu upacara untuk membersihkan badab dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, dan juga membersihkan diri dari gangguan roh-roh jahat.

(52)

30

4. Rondang Bittang yaitu acara tahunan yang diadakansuatu desa karena mendapatkan panen yang baik. Muda-mudi menggunakan kesempatan tersebut untuk mencari jodoh.

Adapun alat-alat musik yang dimainkan secara tunggal diantaranya Jatjaulul/Tengtung, Husapi, Hodong-hodong, Tulila,Ole-ole, Saligung, Sordam dsb. Alat-alat musik tersebut dimainkan untuk hiburan pribadi ketika lelah bekerja di ladang, maupunsetelah pulang dari pekerjaan.

2.4.2 Seni Suara (Doding)

Musik vokal simalungun dikenal dengan istilah doding dan ilah.Doding dipakai unutk nyanyian solo sedangkan ilah dipakai sebagai nyanyian kelompok.(Sihotang 1993:31).Nyanyian dalam masyarakat Simalungun sangat banyak dan memiliki fungsi masing-masing.Selain itu masyarakat Simalungun memiliki teknik bernyanyi yang disebut inggou. Adapun nyanyian tersebut diantaranya adalah :

1. Taur-taur yaitu nyanyian yang dilagukan oleh sepasang muda-muda secara bergantian untuk mengungkapkan perasaan satu sama lainnya. 2. Ilah yaitu suatu nyanyian yang dinyanyikan oleh sekelompok pemuda

dan pemudi sambil menepuk tangan sambil membentuk lingkaran,

(53)

31

4. Urdo-urdo atau Tihtah yaitu suatu nyanyian yang dinyanyikan oleh seorang ibu kepada anaknya atau seorang anak perempuan kepada adiknya. Urdo-urdo untuk menidurkan sementara Tihtah untuk bermain. 5. Tangis-tangis yaitu suatu nyanyian yang dinyanyikan seorang gadis

karena putus asa ataupun karena berpisah dengan keluarga karena akan menikah.

6. Manalunda/Mangmang adalah mantera yang dinyanyikan oleh seorang datu untuk menyembuhkan suatu penyakit ataupun menobatkan seorang raja pada waktu dulu (Setia Dermawan Purba, 2009).

2.4.3 Seni Tari (Tor-Tor)

Seni tari dalam masyarakat Simalungun banyak mengalami penurunan dari segi pertunjukkan dimana pada saat ini sudah jarang dijumpai tor-tor yang sering dilakukan pada zaman dahulu.Tor-tor yang dapat bertahan sampai saat ini adalah Tor-tor Sombah. Adapun tor-tor yang sering dipertunjukkan pada zaman dahulu antaralain:

(54)

32

undangan, namun mereka juga bertugas mengumpulkan oleh-oleh dari tamu undangan. Zaman dulu kegiatan tersebut biasa dilakukan dalam pemakaman seorang raja.

2. Tor-tor Turahan yaitu Tor-tor yang dilakukan untuk menarik kayu untuk membangun istana atau rumah besar. Seorang mandor bergerak melompati barang kayu yang ditarik sambil mengibaskan daun-daun yang dipegan ke batang kayu dan ke badan orang yang menarik untuk memberi semangat.

(55)

33 2.5 Sistem Kekerabatan

Menurut M.D. Purba dalam bukunya yang berjudul Adat Perkawinan Simalungun(1985), ada dua cara yang umum yang dipakai untuk menarik garis keturunan, yaitu:

1. Menarik garis keturunan hanya dari satu pihak, yaitu mungkin dari pihak laki-laki dan mungkin pula dari pihak permpuan. Masyarakat demikian dinamakanmasyarakat unilateral.Jika masyarakat tersebut menarik garis keturunan dari pihaklaki-laki atau ayah saja, maka keturunan tersebut disebut masyarakat patrilineal.Danjika menarik dari garis keturunan perempuan (ibu) maka disebut matrilineal.

2. Menarik garis keturunan dari kedua orang tua, yaitu ayah dan ibu, masyarakat demikian disebut masyarakat bilateral atau masyarakat parental.

Dari kedua cara tersebut diatas,masyarakat Simalungun termasuk masyarakat yang menarik garis keturunan dari salah satu pihak saja, yaitu dari pihak laki-laki atau ayah. Dengan demikian masyarakat Simalungun adalah masyarakat unilateralpatrilineal, yang artinya bahwa setiap anak-anak yang lahir baik laki-laki maupun perempuan dengan sendirinya akan mengikuti klan atau marga dari ayahnya (1985:108).

(56)

34

perkawinan. Hubungan perkawinan antar marga-marga mengakibatkan adanya penggolongan antar tiap-tiap marga. Marga yang satu akan mempunyai kedudukan tertentu terhadap marga lain. Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai Partuturan. Partuturan ini menetukan dekat atau jauhnya hubungan kekeluargaan (pardihadihaon), dan dibagi kedalam beberapa kategori sebagai berikut:

1. Tutur Manorus / Langsug

Perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri. Misalnya: Botou artinya saudara perempuan baik lebih tua atau lebih muda. Mangkela (baca:Makkela) artinya suami dari saudara perempuan dari ayah. Sima-sima artinya anakdari Nono/Nini,

2. Tutur Holmouan / Kelompok

Melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun. Misalnya: Bapa Tongah artinya saudara lelaki ayah yang lahir dipertengahan (bukan paling muda, bukan paling tua). Tondong Bolon artinya pambuatan (orang tua atau saudara laki dari istri/suami).Panogolan artinya kemenakan, anak laki/perempuan dari saudara perempuan.

3. Tutur Natipak / Kehormatan

(57)

35

Ikatan kekerabatan diklasifikasikan dalam suatu sistem yang dalam bahasa Simalungun dikenal Tolu Sahundulan,yaitu :

1. Tondong (Pemberi istri)

2. Anak Boru/Boru (Penerima Istri)

3.Sanina/Sapanganonkon (Sanak saudara, individu semarga atau pembawa garis keturunan)

Dalam masyarakat Simalungun seorang pria belum dianggap sebagai orangdewasa dan belum dapat berperan serta dalam fungsi-fungsi adat bila yang bersangkutan belum menikah atau sudah menikah tapi belum mempunyai keturunan.

2.5.1 Marga-marga Simalungun

Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronimSisadapur, yaitu:

1. Sinaga, 2. Saragih, 3. Damanik, dan 4. Purba.

(58)

36 1. Raja Nagur bermarga Damanik

Damanik berarti Simada Manik (pemilik manik), dalam bahasa Simalungun, Manik berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan (bersemangat, berkharisma, agung/terhormat, paling cerdas).Raja ini berasal dari kaum bangsawan India Selatan dari Kerajaan Nagore. Pada abad ke-12, keturunan raja Nagur ini mendapat serangan dari Raja Rajendra Chola dari India, yang mengakibatkan terusirnya mereka dari Pamatang Nagur di daerah Pulau Pandan hingga terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan jumlah puteranya: Marah Silau yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja Siantar, tuan raja siantar dan tuan raja damanik Soro Tilu (yang menurunkan marga rajaNagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola) Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya Damanik Tomok). Selain itu datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita Raja, Gurning Raja, Malau Raja, Limbong, Manik Raja yang berasal dari Pulau Samosir dan mengaku Damanik di Simalungun.

2. Raja Banua Sobou bermarga Saragih

Saragih dalam bahasa Simalungun berarti Simada Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang. Keturunannya adalah :

(59)

37

menjadi raja di Padang Badagei, Dajawak merantau ke Rakutbesi dan Tanah Karo dan menjadi marga Ginting Jawak.

Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan Bona ni Gonrang.Walaupun jelas terlihat bahwa hanya ada dua keturunan Raja Banua Sobou, pada zaman Tuan Rondahaim terdapat beberapa marga yang mengaku dirinya sebagai bagian dari Saragih (berafiliasi), yaitu: Turnip, Sidauruk, Simarmata, Sitanggang, Munthe, Sijabat, Sidabalok, Sidabukke, Simanihuruk. Ada satu lagi marga yang mengaku sebagai bagian dari Saragih yaitu Pardalan Tapian, marga ini berasal dari daerah Samosir. Rumah Bolon Raja Purba di Pematang Purba, Simalungun.

3. Raja Banua Purba bermarga Purba

Purba menurut bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Purwa yang berarti timur, gelagat masa datang, pegatur, pemegang Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan atau sarjana. Keturunannya adalah: Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha (Sidadolog, Sidagambir). Kemudian ada lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya.Pada abad ke-18 ada beberapa marga Simamora dari Bakkara melalui Samosir untuk kemudian menetap di Haranggaol dan mengaku dirinya Purba.Purba keturunan Simamora ini kemudian menjadi Purba Manorsa dan tinggal di Tangga Batu dan Purbasaribu.

4. Raja Saniang Naga bermarga Sinaga

(60)

38

di Kerajaan Tanah Jawa, Batangiou di Asahan.Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di Sumatera pada abad ke-14, pasukan dari Jambi yang dipimpin Panglima Bungkuk melarikan diri ke kerajaan Batangiou dan mengaku bahwa dirinya adalah Sinaga.

Menurut Taralamsyah Saragih, nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga Dadihoyong setelah ia mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah (Sibijaon). (Tideman, 1922).

2.6 Sistem Kepercayaan

Sepanjang yang dapat diketahui melalui catatan (analisis) Tiongkok sewaktu Dinasty SWI (570-620) Kerajaan Nagur sebagai Simalungun Tua, telah banyak disebut-sebut dalam hasil penelitian Sutan Martua Raja Siregar yang dimuat dalam Buku Sejarah Batak oleh Batara Sangti Simanjuntak, dimana dinyatakan bahwa pada abad ke V sudah ada Kerajaan “Nagur” sebagai satu “Simalungun Batak Friest Kingdom” yang sudah mempunyai hubungan dagang dengan bangsa-bangsa lain terutama dengan Tiongkok (China).

(61)

39

Agama yang dianut kerajaan Nagur adalah Animisme yang disebut dengan supajuh begu-begu/sipele begu. Sebagai jabatan pendeta disebut Datu, mereka percaya akan adanya sang pencipta alam yang bersemayam di langit tertinggi, dan mengenal adanya tiga Dewa, yaitu :

1. Naibata na i babou/i nagori atas (di Benua Atas) 2. Naibata na i tongah/i nagori tongah (di Benua Tengah) 3. Naibata na i toruh/i nagori toruh (di Benua Bawah)

Pemanggilan arwah nenek moyang disebut “Pahutahon” yaitu melalui upacara ritual, dimana dalam acara itu roh tersebut hadir melalui “Paninggiran” (kesurupan) salah seorang keturunannya atau seseorang yang mempunyai kemampuan sebagai perantara (paniaran).

Menurut penelitian G.L Tichelman dan P. Voorhoeve seperti dimuat dalam bukunya “Steenplastiek Simaloengoen” terbitan Kohler & Co Medan tahun 1936 bahwa di Simalungun (kerajaan Nagur) terdapat 156 Panghulubalang (Berhala) yaitu patung-patung batu yang ditempatkan pada tempat yang dikeramatkan (Sinumbah) dan ditempat inilah dilakukan upacara pemujaan.

(62)

40

bangsawan mereka sebut juga “tuhan” bukan saja disegani tetapi ditakuti masyarakat, tetapi akhirnya sesudah masuknya agama Islam dan Kristen sebutan tersebut berubah menjadi Tuan.

Masuknya Agama Islam ke Simalungun adalah pada abad ke-15 melalui daerah Asahan dan Bedagai yang dibawa oleh orang-orang dari kerajaan Aceh. Awalnya perkembangan Agama Islam berada di daerah sekitar Perdagangan dan Bandar (Sihotang, 1993:23).

Kemudian sekitar tahun 1903, Gereja Batak Toba (HKBP) yang berada dalam fase perkembangan kemudian berkembang hingga menjangkau masyarakat di luar lingkungan mereka sendiri.Pada suatu konferensi yang dilakukan pada tahun tersebut diambil suatu keputusan untuk memulai karya misi pada masyarakat Simalungun.Kelompok Kristen Simalungun yang masuk dari upaya ini pada awalnya hanya sekadar bagian dari Gereja Batak Toba (dinamakan HKBP-S).Namun pada tahun 1964terjadi pemisahan dan lahirlah organisasi baru yang menamakan diri sebagai Gereja Kristen Protestan Simalungun(GKPS). Salah satu bagian integral dari proses Kristenisasi adalah berupa pendirian gereja-gereja dan sekolah-sekolah. Di sana anak-anak dan orang-orang dewasa dapat belajar membaca dan menulis dalam bahasa mereka sendiri dan kemudian dalam bahasa Indonesia.

2.7 Biografi Singkat Bapak Rabes Saragih

(63)

41

Kampung Baru, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, pada 01-Agustus-1953. Ayahnya bernama Hormat (Alm.) seorang seniman Sarunei Simalungun. Ibunya bernama Rosmentina Purba.Bapak Rabes Saragih memiliki dua bersaudara perempuan dan satu laki-laki, beliau merupakan anak paling besar.Selain bekerja petani, ayah beliau juga memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebagai pemaian Sarunei, jiwa seni yang dimiliki beliau diwariskan oleh orang tuanya.Beliau menikah dengan Ibu br. Purba pada tanggal 02-februari-1972 dan memiliki empat orang anak laki-laki dan perempuan.

Beliau mengenal alat musik Sarunei dari Ayahnya dan mulai belajar alat musik tersebut dengan cara melihat orang bermain Sarunei pada acara pesta-pesta. Dengan keinginan yang besar beliau belajar sendiri memainkan Sarunei Buluh, lambat laun beliau sudah bisa memainkan Sarunei Buluh dan pada saat beliau berumur 18 tahun, beliau sudah bias memainkan Sarunei Buluh.

Banyak acara yang sudah diikuti oleh Bapak Rabes Saragih di Kabupaten Simalungun khususnya bahkan di Sumatera Utara.Pada tahun 1986 bapak Rabes Saragih mengikuti Festival pertandinagn Gondrang Simalungun.Beliau merupakan seniman yang sangat diseganin dan terpandang di masyarakat Simalungun.Beliau selalu dipangil kalau ada acara resmi seperti Rondang Bittang sebagai Pemain Sarunei.Dikarenakan kondisi kesehatan beliau saat sekarang sudah sangat menurun, beliau mendapatkan penghargaan/piagam dari pemerintah, pada tahun 1986.

(64)

42

(65)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Masyarakat Simalungun adalah salah satu kelompok etnis yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Etnis Simalungun merupakan salah satu dari lima kelompok masyarakat Batak lainnya, yaitu: Toba, Karo, Pakpak, Mandailing-Angkola (Bangun, 1993:94). Setiap etnis yang ada di Sumatera Utara memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Demikian juga halnya dengan etnis Simalungun, memiliki budaya yang diwariskan secara turun-temurun oleh leluhurnya, baik secara lisan maupun tulisan.Salah satu bentuk kebudayaan tersebut adalah kesenian.Kesenian pada masyarakat Simalungun terdiri dari berbagai bidang seperti: seni rupa, seni tari, seni ukir, dan seni musik.Dalam tulisan ini penulis berfokus untuk mengkaji seni musiknya, khususnya alat musik Sarunei Buluh.

(66)

upacara-2

upacara adat masyarakat Simalungun baik upacara sukacita (malas ni uhur) maupun upacara dukacita (pusok ni uhur).

Alat musik tunggal yang terdapat pada masyarakat Simalungun di antaranya adalah: garantung, sordam, tulila, husapi, arbab, dan saligung. Ensambel musik gonrang sidua-dua maupun gonrang sipitu-pitu juga dapat mengiringi tari-tarian (tortor) dalam konteks hiburan, misalnya Tortor Huda-huda atau disebut juga Toping-toping.Tortor ini ditampilkan pada upacara kematian, yaitu acara na matei sayur matua.1

Salah satu alat musik tunggal yang akan penulis bahas adalah Sarunei Buluh. Alat musik ini merupakan salah satu alat musik yang tergolong dalam aerophone single reed(aerofon berlidah tunggal)sesuai dengan sistem klasifikasi Curt Sachs dan Hornbostel. Menurut penjelasan Bapak Rabes Saragih,

Tortor ini berfungsi untuk menghibur masyarakat pada umumnya dan keluarga secara khusus agar tidak larut dalam kesedihan.

2

1

Yaitu orang yang telah meninggal lanjut usia yang memiliki cucu dan anaknya sudah menikah semua.

Sarunei Buluh adalah alat musik tiup yang memiliki tujuh buah lubang nada, dalam klasifikasi termasuk ke dalam (aerofon) yang getarannya berasal dari udara dan dimainkan dengan cara meniup (end blown flute), sedangkan lubang untuk meniup sarunei tidak memiliki diameter tetapi untuk lubang hembusan memiliki diameter, pembuatan lubang diameter yang dilakukan oleh Bapak Rabes Saragih itu hanya dengan menggunakan dua jari tangan saja.

2

(67)

3

Sarunei Buluh terbuat dari bambu buluh rogon dan kayu simardaruma. Instrumen ini dimainkan dengan ditiup dengan menggunakan teknik pernafasan (circular breathing).Bambu yang dipakai oleh Bapak Rabes Saragih ini memiliki daya tahan, umumnya dalam waktu jangka panjang, dan apabila retak Sarunei Buluh tersebut tidak dapat digunakan lagi.

Orang yang memainkan sarunei disebut parsarunei3

3

Kata par menjadi awalan pada kata sarunei menunjukkan orang yang memainkan.

Dalam konteks budaya dan bahasa Simalungun istilah seperti itu berlaku juga pada alat musik

lainnya contohnya, pargonrang (orang yang ahli memainkan gonrang), pararbab (orang yang

ahli memainkan arbab), dan lain-lain.

(68)

4

Sebagai seorang seniman musik tradisi Simalungun, Rabes Saragih memulai kinerjanya sebagai pemaian Sarunei Bolon. Kemudian sesuai dengan pengalamannya berkesenian ia juga menjadi seorang pambahen sarunei. Sesudah itu kemudian beliau sering dipanggil untuk ikut tampil sebagai pemaian saruneidi berbagai upacara adat Simalungun.

Sejak tahun 1963 Bapak Rabes Saragih menjadi pemusik tradisi. Kemudian sesuai perkembangan zaman pada tahun 1990-an ia masuk menjadi anggota pemusikpada Martile Keyboard Julia Group. Di dalam kelompok ini ia ditugaskan sebagai pemain Sarunei Buluh, sarunei bolon, dan gonrang. Kapan ia memainkan alat-alat musik tersebut adalah sesuai dengan kehendak pimpinan grup ini. Yang paling sering ia memainkan sarunei bolon. Bapak Rabes Saragih mulai mempelajari cara memainkan alat musikSarunei Buluh secara ototidak pada saat berumur 18 tahun.

(69)

5

teman-temannya, sehingga sedikit banyaknya telah mempengaruhi teknik permainan dan pembuatan Sarunei Buluh.

Bapak Rabes Saragih sering melihat dan bertanya tentang proses-proses pembuatan Sarunei Buluh kepada ayahnya, yaitu Bapak Hormat Saragih, yang juga seorang pemusik tradisi Simalungun. Kemudian secara perlahan-lahan beliau mulai mencoba untuk membuat Sarunei Buluh hasil karya ciptanya sendiri. Walaupun telah berkali-kali gagal, tetapi Bapak Rabes Saragih tidak pernah berhenti untuk mencoba hingga beliau menghasilkan Sarunei Buluh yang dianggap beliau memenuhi syarat sebagai alat musik tradisi Simalungun.Untuk membuat satu buah Sarunei Buluh Bapak Rabes Saragih membutuhkan waktu kurang lebih satu jam, dengan catatan bambu sudah harus kering.

Dalam proses pembuatan, Bapak Rabes Saragih masih tetap menggunakan alat-alat tradisional, yakni berupa:parang, pisau belati, pisau cutter, dan bahan-bahan buluh rogon dan kayu simardaruma. Proses pembuatannya tergolong tradisional, yaitu menggunakan tenaga manusia, dan tidakmenggunakan bantuan mesin.

(70)

6

Setelah bagian kulit luarnya dihaluskan dengan pisau kater (cuter), barulah pembuat Sarunei Buluh mengukur dan memberi tanda untuk lobang nada Sarunei Buluh tersebut. Setelah itu ujung bambu dikikis secara perlahan dengan menggunakan pisau kater pada bagian atas dan pangkal pada bambu. Diukur sesuai garis tengah pada bambu dengan menggunakan dua jari tangan. Kemudian diukur lagi sebanyak lima kali sebagai tanda hasil dari yang diukur pada bambu. Setelah selesai mengukur dan menggarisi pada bambu, Bapak Rabes Saragih membuat pengukuran dengan taksiran dengan berpedoman pada lebar dua jari tangan, telunjuk dan tengah.

Pembuatan lubang nadaSarunei Buluhbiasanya memakai pisau cutter. Jarak untuk melubangi lubang nada menggunakan dua jari tangan. Lalu dibuat dahulu lubangnya yang kecil dengan menggunakan pisau kater. Kemudian secara pelan-pelan dan hati-hati mengikis lubang nada, maka terbentuklah lubang tersebut.Pada bagian pangkal lubang hembusan, ditutup dengan kayu simardaruma. Di bahagian ujung tiupan maka selanjutnya dibentuk lidah dari bambu itu sendiri, dengan menggunakan pisau kater.

(71)

7

dilestarikanbegitu juga dengan instrumenSarunei Buluh yang kerap digunakan dalam setiap penyajian musik tradisional Simalungun di Purba Tongah.

Sampai saat ini Sarunei Buluh masih dipergunakan sebagai instrument musik dalam kegiatan yang berhubungan dengan musik pada masyarakat Simalungun.Tidak hanya dalam hal penggunaan, pembuatan Sarunei Buluh oleh Rabes Saragih masih berlangsung sampai saat ini di Purba Tongah.

Dari uraian latar belakang atas, maka penulis tertarik unutuk meneliti dan mengkaji, serta menuliskan dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul:“Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih di Desa Nagori Purba Tongah, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun.”

(72)

8

sendiri, tetapi adalah mengkaji manusia yang menghasilkan musik sedemikian rupa itu memiliki jati diri atau identitas yang khas.

Sama halnya dengan ilmu-ilmu lain di dunia ilmu pengetahuan, etnomusikologi memiliki wilayah atau jangkauan pengkajian. Seorang etnomusikolog mestilah paham tentang wilayah penyelidikan etnomusikologi. Apa pun yang dikerjakan oleh etnomusikolog di lapangan, pada hakekatnya ditentukan oleh rumusan metodenya sendiri dalam arti yang luas. Maka sebuah penelitian etnomusikologis dapat diarahkan seperti perekaman suara musik, atau masalah peran sosial pemusik di dalam masyarakat.Jikalau suatu penelitian diarahkan kepada kajian mendalam di suatu daerah penelitian, dan jika peneliti menganggap studi etnomusikologi bukan hanya sebagai kajian musik dari aspek lisan, tetapi juga terhadap aspek sosial, kultural, psikologi, dan estetika—paling tidak ada enam wilayah penyelidikan yang menjadi perhatian etnomusikologi (Merriam 1964).

(73)

9

pula dicatat. Selain masalah deskripsi alatmusik, masih ada sejumlah masalah analisis lain yang dapat menjadi sasaran penelitian lapangan etnomusikologi. Di antaranya adalah apakah terdapat konsep untuk memperlakukan secara khusus alat-alat musik tertentu di dalam suatu masyarakat? Adakah alat musik yang dikeramatkan? Adakah alat-alat musik yang melambangkan jenis-jenis aktivitas budaya atau sosial alain selain musik? Apakah alat-alat musik tertentu merupakan pertanda bagi pesan-pesan tertentu pada masyarakat luas? Apakah suara-suara atau bentuk-bentuk alat musik tertentu berhubungan dengan emosi-emosi khusus, keberadaan manusia, upacara-upacara, atau tanda-tanda tertentu?

(74)

10

Kategori kedua adalah kajian tentang teks nyanyian. Kajian ini meliputi kajian teks sebagai peristiwa linguistik, hubungan linguistik dengan suara musik, dan berbagai masalah isi yang dikandung oleh teks tersebut. Masalah hubungan antara teks dengan musik telah banyak diteliti di dalam etnomusikologi karena memberi manfaat yang jelas. Namun hingga kini belum pernah dilakukan kajian yang menggunakan linguistik modern dan teknik-teknik etnomusikologis.

(75)

11

Aspek ketiga adalah meliputi kategori-kategori musik yang dibuat oleh peneliti yang sesuai dengan kategori yang berlaku dalam kelompok tersebut. Di dalam hubungan ini tentunya peneliti menyusun acara rekamannya, yang diklasifikasikan utuk menyertakan contoh-contoh akurat dari semua jenis musik di dalam situasi-situasi pertunjukan yang direncanakan dan dipertunjukkan sebenarnya.

(76)

12

Kajian ini dalam rangka penulisan skripsi digunakan dalam rangka mendeskripsikan biografi musikal Bapak rabes Saragih di dalam kebudayaan Simalungun. Deskripsi tersebut meliputi apakah ia dipaksa menjadi pemusik atau karena minat dan kesenangannya akan musik, demikian pula apakah ia memilih karirnya sebagai pemusik atau dalam bidang musik hanya sambilan saja, bagaimana ia berlatih, bagaiman ia membuata alat-alat musik, dan berbagai pertanyaan sejenis.

Wilayah studi kelima adalah mengenai penggunaan dan fungsi musik dalam hubungannya dengan aspek budaya lain.Informasi yang kita dapatkan, menunjukkan bahwa didalam hubungan dengan penggunaan, musik meliputi semua aspek masyarakat; sebagai perilaku manusia, musik dihubungkan secara sinkronik dengan perilaku lainnya, termasuk religi, drama tari, organisasi sosial, ekonomi, struktur politik, dan berbagai aspek lainnya. Dalam mengadakan studi tentangmusik, peneliti dipaksa untuk mengadakan pendekatan budaya secara lengkap dalam mencari hubungan musik, dan di dalam maknanya yang dalam, ia mengetahui bahwa musik mencerminkan kebudayaan, sedangkan musik menjadi bagiannya.

(77)

13

penggunaan dan fungsi musik belum banyak dibicarakan di dalam etnomusikologi, dan studi-studi pada wilayah yang luas cenderung untuk memusatkan kepada masalah pertama dan mengenyampingkan masalah yang kedua. Studi-studi tentang fungsi jauh lebih menarik di antara keduanya, oleh karena studi tersebuts eharusnya mengarahkan kepada pengertian yanglebih dalam tentang mengapa musik merupakan suatu gejala universal dii dalam masyarakat.

Wilayah studi kelima etnomusikologi ini, penulis ap-likasikan dalam mendeskripsikan fungsi alat musik Sarunei Buluh di dalam kebudayaan Simalungun. Menurut hemat penulis fungsi alat musik ini adalah: komunikasi, hiburan, rekasi jasmani, dan penguingkapan emosional.

(78)

14

musik? Ukuran-ukuran kemampuan di dalam pertunjukan adalah penting sekali karena melalui pengertian ukuran ini peneliti dapat melihat musik yang baik dan buruk serta dapat melihatnya dengan cara-cara yang digunakan di dalam masyarakat. Masalah-masalah ini mengarahkan kepada evaluasi rakyatnya dan evaluasi analitis dari suatu teori tentang musik di dalam masyarakat tersebut; juga mengarahkan kepada berbagai masalah khusus di mana bentuk divisualisasikan sebagai sesuatu yang dapat dimanipulasikan, dan terhadap apakah aspek-aspek bentuk seperti interval musik atau pola-pola ritme inti khusus digunakan di dalam pemikiran pemusik dan bukan pemusik.

Dengan demikian fenomena dan eksistensi Sarunei Buluh ini, sangat menarik didekati dengan pendekatan ilmiah yaitu disiplin etnomusikologi. Tujuan dari penelitian seperti ini adalah mengungkapkan fakta-fakta tersurat dan tersirat di balik keberadaan Sarunei Buluh Simalungun. Selanjutnya masyarakat yang memiliki kebudayaan material musik sedemikian rupa memiliki identitas yang khas yang membedakannya dengan masyarakat-masyarakat lain. Di dalamnya terkandung ide-ide kebudayaan yang dinamis dan memilii kearifannya tersendiri.

1.2Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan sebelumnya, pokok permasalahan yang mnjadi topic bahasaan dalam tulisan ini yaitu : 1. Bagaimana proses dan teknik pembuatan Sarunei Buluh Simalungun

(79)

15

2. Bagaimana teknik memainkan Sarunei Buluh Simalungun?

3. Bagaimana eksistensi, fungsi, dan penggunaan alat musik Sarunei Buluh di tengah-tengah masyarakat Simalungun ?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian terhadapSarunei Buluh Simalungun yaitu:

1.Untuk mengetahui proses dan teknik pembuatan Sarunei BuluhSimalungun oleh bapak Rabes Saragih.

2.Untuk mengetahui teknik permainan Sarunei Buluh Simalungun.

3.Untuk mengetahui fungsi dan penggunaan alat musik Sarunei Buluh Simalungun di tengah-tengah masyarakat Simalungun.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang kebudayaan Simalungun.

1.Sebagai dokumentasi untuk menambah referensi mengenai musik Simalungun di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2.Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.

(80)

16 1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa kongkrit (Kamus Besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991:431). Konsep juga dapat diartika suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang perlu dirumuskan (Mardalis, 2003:46).

Berikut ini penulis akan membuat pengertian dari kata-kata yang terdapat pada judul. Kajian adalah penyelidikkan atau pelajaran yang mendalam atau menelah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Dalam etnomusikologi, bahwa kajian etnomusikologi tidak hanya berhubungan dengan musikal, apsek social, konteks budaya, psikologis dan estetika, melainkan juga paling sedikit ada enam aspek yang menjadi perhatiannya. Salah satu diantarannya adalah materi kebudayaan musikal (musical materials culture) (Merriam, 1964:45).

(81)

17

Organologi adalah, suatu penyelidikan yang mendalam untuk mempelajari tentang instrument musik baik mencakup aspek sejarahnya maupun deksripsi alat musik itu sendiri tanpa mengenyampingkan aspek-aspek budaya dari alat musik itu sendiri.

Sarunie buluh merupakan alat musik tiup yang sejenis dengan recorder dan termasuk dalam klasifikasi alat musik aerofon yang berfungsi membawakan melodi lagu dalam penggunaanya. Masyarakat Simalungun mengelompokkan alat musik Sarunei Buluh ke dalam kelompok alat musikyang dimainkan secara tunggal (solo instrument), namun pada kesempatan-kesempatan tertentu Sarunei Buluh tersebut dimainkan secara ansambel.

1.4.2 Teori

Teori merupakan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).Sebagai landasan berpikir dalam melihat suatu permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teori-teori yang revelan, yang sesuai untuk permasalahan tersebut.

(82)

18

kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.”

Sarunei Buluh Simalungun adalah instrumen musik aerofon, berlidah tunggal, yang memiliki tujuh lubang, yang suaranya berasal dari udara. Oleh karena itu dalam pengklasifikasian alat musik tersebut, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel 1961, yaitu sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyi. Sistem pengklasifikasian ini terbagi menjadi empat bagian yang terdiri dari: idiofon, (penggetar utama bunyinya adalah badan alat musik itu sendiri), aerofon (penggetar utama bunyinya adalah udara), membranofon (penggetar utama bunyinya adalah kulit atau membrane), dan kordofon (penggetar utama bunyinya adalah senar).

Maka penulis meyimpulkan bahwa eksistensi merupakan keberadaan yang mencakup keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan lainnyaa yang diperoleh manusia sebagai menjadi landasan teori eksistensi kebudayaan untuk menyatakan keberadaan instrumenSarunei Buluh dalam masyarakat Simalungun.

(83)

19

kecil, konstruksi serta bahan-bahan yang dipakai unutuk pembuatan alat musik tersebut.

Kemudian studi fungsional memperhatikan fungsi dari alat-alat komponen yang memproduksi (menghasilkan) suara, antara lain membuat pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dankeras lembutnya suara (loudness) bunyi nada, warna nada dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menggolongkan proses dan teknik pembuatan Sarunei Buluh Simalungun yang dilakukan Rabes Saragih kedalam studi structural.

Menurut Herskovits (1964:217-218) dalam Merriam, penggunaan musik dapat dibagi menjadi lima kategori unsur-unsur budaya yaitu: kebudayaan material, kelembagaan sosial, hubungan manusia dengan alam, estetika, dan bahasa.

1.5Metode Penelitian

(84)

20

mengembangkan prinsip-prinsip umum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).

Metode yang dapat digunakan penulius adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Nawawidan Martini(1995:209) penelitian kualitatif adalah rangkaian kegiatan suatu proses menjaring data (informasi) yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Untuk medukung metode penelitian tersebut, penulis menggunakan metode ilmu etnomusikologi yang terdiri dari dua kerja, yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (laboratory work). Hasil dari kedua metode ini kemudian digabungkan menjadi satu hasil akhir (a final study), (Merriam, 1964:34).

Untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam tulisan ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data, yaitu:(1) menggunakan daftar pertanyaan, dan (2) wawancara.

1.5.1 Kerja Lapangan

(85)

21 1.5.2 Wawancara

Wawancara adalah salah satunya teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kejadian yang tidak dapat diamati secara langsung. Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara berfokus ( focused interview) dan wawancara bebas ( free interview). Sebelum melakukan wawancara, penuluis terlebih dahulu menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan, lalu menyiapakan pokok-pokok masalah yang terjadi bahan pembicaraan, kemudian melangsungkan wawancara, hasilnya ditulis dalam catatan lapangan.Pada wawancara berfokus, pertanyaan berpusat pada aspek pokok permasalahan.

Walaupun demikian, pertanyaan yang diajukan lebih bersifat bebas, tidak hanya berpusat pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan dapat beralih pada permasalahan lain dengan tujuan untuk memperoleh data yang beraneka ragam, namun tidak menyimpang dari objek permasalahan.

1.5.3 Lokasi Penelitian

(86)

22 1.5.4 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan penelitian ke lokasi, penulis terlebih dahulu mengadakan studi pustaka.Penulis membaca buku-buku dengan penelitian dan juga tulisan ilmiah dan cacatan yang berhubungan dengan objek penelitian. Karena teknologi semakin maju, dan banyak tulisan ilmiah dimasukkan ke dalam website, penulis juga mencari informasi dari internet. Studi pustaka ini diperlukan untuk melihat teori-teori dan konsep-konsep yang sesuai untuk mendukung penelitian ini.

1.5.5 Kerja Laboratorium

Data-data yang sudah penulis, kemudian diolah dalam kerja laboratorium.Kemudian penulis menyaring data-data yang diperlukan sesuai dengan topik masalah penelitian. Data tersebut diklasifikasikan dan disusun melalui proses teknik-teknik penulisan skripsi sarjana yang sesuai dengan norma yang berlaku di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Pada kerja ini penulis melakukan pengeditan terhadap foto-foto yang telah dikumpulkan di lapangan. Kemudian foto tersebut diinsert ke dalam skripsi, yang bertujuan mendukung studi organologis. Bila diperlukan foto difokuskan pada titik tertentu untuk fokus. Foto diedit dalam format jpg.

(87)

23

Gambar

Gambar 1 : Bagian-bagian Sarunei Buluh Simalungun
Gambar 3 : Lubang Pembelah Udara
Gambar 5 : Pohon Bambu Rogon
Gambar 8 : Pisau Cuter
+7

Referensi

Dokumen terkait

pembuatan alat musik sarune simalungun buatan Bapak Martuah Saragih di daerah Pematang.. Siantar, Kecamatan siantar utara yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang

Studi Organologis Saligung Simalungun Buatan Bapak Ja Huat Purba di Desa Tengkoh, Kecamatan Panombean Pane,. Kabupaten Simalungun, Skripsi Sarjana S-1,

“STUDI ORGANOLOGI KETENG KETENG PADA MASYARAKAT KARO BUATAN BAPAK BANGUN TARIGAN” ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni S-1 pada Departemen

“Kajian Organologis Garantung Buatan Bapak Junihar Sitohang di Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Helvetia Kota Medan.” Skripsi Sarjana Etnomusikologi.. Sastra Melayu

Kajian Organologis Arbab Simalungun Buatan Bapak Arisden Purba di Desa Maniksaribu Kec.Pematang Sidamanik. Kab.Simalungun , Skripsi Sarjana Departemen Etnomusikologi Universitas

Simalungun” adalah karena bahan-bahan pembuatan gonrang sipitu-pitu buatan Bapak Sahat Damannik masih terbuat dari bahan-bahan alami dan proses pembuatannya juga masih

STUDI ORGANOLOGIS SALIGUNG SIMALUNGUN BUATAN BAPAK JA HUAT PURBA DI DESA TENGKOH, KECAMATAN PANOMBEAN PANE, KABUPATEN SIMALUNGUN..

Boru 2. Tetapi pada saat sekarang eksistensi alat musik Saligung sudah hampir hilang dari masyarakat Simalungun, untuk penyajiannya hanya bapak Setia Dermawan purba yang