• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Efisiensi dan Produktivitas Bank Umum Syariah di Indonesia Menggunakan Pendekatan Parametrik dan Non-Parametrik Periode 2011-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengukuran Efisiensi dan Produktivitas Bank Umum Syariah di Indonesia Menggunakan Pendekatan Parametrik dan Non-Parametrik Periode 2011-2015"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

LENI INDRIANI NIM 1112046100044

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Leni Indriani. NIM 1112046100044. Pengukuran Efisiensi dan Produktivitas Bank Umum Syariah di Indonesia Menggunakan Pendekatan Parametrik dan Non-Parametrik Periode 2011-2015. Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2016.

Skripsi ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi bank umum syariah dengan menggunakan pendekatan frontier, dengan pendekatan parametrik dan pendekatan non-parametrik, dan menganalisis produktivitas bank mum syariah di Indonesia, serta menguji hasil pengukuran melalui pendekatan parametrik dan non-parametrik dengan rasio OER/BOPO sebagai benchmark pengujian. Metode parametik yang digunakan adalah SFA sedangkan metode non-parametrik digunakan metode DEA. Dalam mengukur tingkat produktivitas Bank Umum Syariah (BUS) digunakan Malmquist Index Total Factor Productivity- DEA, sedangkan dalam melakukan uji beda digunakan Kruskal-Wallis Test dan Mann-Whitney Test. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan tingkat efisiensi yang dilakukan dengan SFA dan DEA pada BUS di Indonesia bergerak fluktuatif. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Technical Change menjadi sumber utama peningkatan produktivitas BUS, sedangkan saat terjadi penurunan,

Technical Change dan Efficiency Change secara bersama-sama menjadi penyebab pertumbuhan peroduktivitas. Selain itu penelitian ini mendapat temuan bahwa pengukuran tingkat efisiensi antara pendekatan parametrik Stochastic Cost Efficiency dan rasio OER adalah tidak berbeda secara signifikan, sedangkan pengukuran tingkat efisiensi antara pendekatan non-parametrik Technical Efficiency dan OER adalah berbeda secara signifikan.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Kepada Bapak DR. Asep Saepudin Jahar, MA., selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum yang saya hormati dan menjadi guru bagi kita semua. 2. Kepada Bapak A.M Hasan Ali, MA., selaku ketua program studi

Muamalat yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada saya selama menjadi mahasiswa Prodi Muamalat.

3. Kepada Bapak Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MSc, Ph.D selaku dosen pembimbing dan pembimbing akademik yang telah menyediakan waktu , tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi dan dalam menjalani masa studi.

4. Kepada Emak dan Abah, salam takzim dari saya, terima kasih untuk selalu

(8)

5. Kepada Adik-adik tercinta Lena, Andi, dan Laila yang selalu menjadi motivasi saya untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Ingat, pendidikan adalah gaya hidup.

6. Kepada The Only Exception Imam Salman Alfarisi, yang selalu setia

menemani dalam susah dan senangku, menjadi tempat berbagi dan bertukar pikiran dan menjadi orang yang sangat istimewa di hatiku.

7. Kepada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komfaksy, terimasih atas pengalaman dan pembelajarannya. “Tidak ada nahkoda ulung yang dilahirkan dilautan yang tenang”.

8. Kepada Cengek 4L4y terima kasih atas pembelajarannya.

9. Kepada Anak Kontrakan terima kasih atas kebersamaannya. Semoga silaturahim kita tetap terjaga.

10. Kepada seluruh mahasiswa perbankan syariah angkatan 2012 yang menjadi teman berdiskusi yang menyenangkan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka dengan terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun guna penyempurnaan penulisan-penulisan lainnya di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 2 Desember 2016

(9)

DAFTAR ISI

Table of Contents

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ...v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GRAFIK ...xi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian ...1

B. Batasan Masalah ...5

C. Rumusan Masalah ...5

D. Tujuan Penelitian ...6

E. Manfaat Penelitian ...6

F. Studi Penelitian Terdahulu ...7

G. Kerangka Pemikiran ...15

H. Sistematika Penulisan ...16

BAB II: LANDASAN TEORI A. Bank Syariah ...18

B. Efisiensi Bank ...29

C. Pengukuran Efisiensi Bank ...37

D. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi ...40

E. Stochastik Frontier Approach ...42

(10)

G. Keunggulan –Keterbatasan DEA dan SFA ...53

H. Malmquist Index – DEA ...56

I. Operating Efficiency Ratio ...57

BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...60

B. Jenis dan Sumber Data ...60

C. Populasi dan Sampel ...61

D. Objek Penelitian ...61

E. Metode Pengumpulan Data ...61

F. Metode Analisis Data ...62

G. Definisi Variabel Operasional ...66

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskriprif Variabel Operasional...69

B. Tingkat Efisiensi dengan Pendekatan Parametrik SFA ...69

C. Tingkat Efisiensi dengan pendekatan Non-Parametrik DEA ...75

D. Pertumbuhan Produktivitas Malmquist Index TFP ...84

E. Uji Beda Hasil Pengukuran Efisiensi ...90

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ...101

B. Saran ...103

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Peringkat Bank Berdasarkan Rasio BOPO ...58

Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian...69

Tabel 4.2. Hasil Estimasi Regresi Berganda BUS ...71

Tabel 4.3. Korelasi Pearson Variabel Input Output ...75

Tabel 4.4. Skor dan Komponen Produktivitas BUS ...84

Tabel 4.5. Pertumbuhan Produktivitas BUS ...86

Tabel 4.6. Deskriptif Skor Efisiensi ... 91

Tabel 4.7. Hasil Uji Beda Kruskal-Wallis...95

(12)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Kerangka Pemikiran ... 15

Grafik 2.1. Efisiensi Teknis dan Alokatif Pendekatan Input ... 34

Grafik 2.2. Efisiensi Teknis dan Alokatif Pendekatan Output ... 37

Grafik 2.3. Proyeksi Frontier Orientasi Input Model CCR ... 46

Grafik 2.4. Proyeksi Frontier Orientasi Output Model CCR ... 47

Grafik 4.1. Trend Stochastic Cost Efficiency BUS... 72

Grafik 4.2. Rata-rata Stochastic Cost Efficiency BUS ... 73

Grafik 4.3. Skor Technical Efficiency BUS... 77

Grafik 4.4. Skor Allocative Efficiency BUS ... 79

Grafik 4.4. Skor Cost Efficiency BUS ... 81

Grafik 4.6. Rata-rata Efisiensi BUS...82

Grafik 4.7. Pertumbuhan Produktivitas BUS...89

(13)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perbankan syariah merupakan industri keuangan yang memegang peranan penting dalam mendorong perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan peran dan fungsi perbankan syariah dalam memobilisasi dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan untuk berbagai aktivitas ekonomi, khususnya penyediaan pembiayaan bagi dunia usaha. Selain itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa perbankan baik bank syariah maupun bank konvensional, misalnya mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjuang kegiatan usaha, tempat mengamankan uang, sarana melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya.

(14)

sesuai dengan kehendak pemberi wakaf. Hal ini mempertegas peranan perbankan syariah dalam pengembangan sistem ekonomi syariah yang juga secara sinergis dengan bank konvensional membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Melihat pentingnya peran perbankan syariah, maka kesehatan dan stabilitas perbankan syariah menjadi suatu hal yang sangat penting. Bank yang sehat, kuat, dan efisien merupakan kebutuhan mutlak bagi perekonomian yang ingin tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam kaitan ini, semakin efisien industri perbankan syariah maka akan semakin efisien pula proses mobilisasi dana masyarakat dan penyaluran pembiayaan sebagai faktor dominan dalam alokasi sumber daya dan dana sosial dalam perekonomian.

Efisiensi lembaga keuangan merupakan sesuatu yang perlu dicapai karena dapat meningkatkan laba, jumlah dana yang dapat disalurkan, kualitas layanan dan produk terhadap konsumen, serta dapat meningkatkan cadangan modal untuk meminimalkan resiko (Berger, Hunter dan Time, 1993). Bank dikatakan efisien apabila mampu mengelola input dan outputnya dengan optimal. Input dan output dalam perbankan terdiri dari multiple input dan multiple output, tidak hanya terbatas pada input tunggal atau output tunggal.

(15)

operasional dibagi pendapatan operasional) dan NPF (non performing financing). Ahmad Husein menyatakan bahwa, kinerja perbankan dapat dikatakan efisien apabila rasio BOPO mengalami penurunan.1 Rasio BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasional. Semakin tinggi nilai rasio BOPO menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya opersional yang ditanggung oleh bank, sehingga berdampak pada operasional bank yang semakin tidak efisien.

Industri perbankan sebagai lembaga intermediasi yang menggunakan multiple input dan output, maka pengukuran tingkat efisiensi menggunakan rasio BOPO dianggap belum mampu merepresentasikan tingkat efisiensi suatu bank karena tidak mampu mengakomodasi input dan output yang lebih dari satu variabel. Selain itu, pengukuran kinerja berdasarkan rasio tidak secara langsung dapat mengukur tingkat efisiensi yanag dicapai oleh suatu bank dengan bank lainnya.2 Hal ini menyebabkan perlunya pengukuran efisiensi menggunakan pendekatan dan metode lain guna mendapatkan pengukuran efisiensi yang lebih baik.

Menurut Berger dan Humphrey, metode pengukuran tingkat efisiensi dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu melalui

1

Ahmad Husein Fadhlullah, Efisiensi Bank Pembangunan Daerah: Pendekatan Stochastic Frontier, Signifikan Vol. 4 No.1, 2015, hlm. 3

2

(16)

pendekatan parametrik dan non-parametrik.3 Adapun pendekatan parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA), Distribution Free Approach (DFA), dan Thick Frontier Approach (TFA), sedangkan pendekatan non-parametrik meliputi pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) dan Free Disposal Hull (FDH).

Hingga saat ini penelitian mengenai pengukuran efisiensi dengan pendekatan parametrik dan non-parametrik dilakukan secara terpisah dengan keunggulan dan kelemahan tiap metodenya. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Hassan dengan judul X-Efficiency in Islamic Banks, melakukan pengukuran efisiensi dengan pendekatan parametrik dan non-parametrik, akan tetapi tidak melakukan pengujian antara hasil pengukuran kedua pendekatan tersebut. Maka perlu dilakukan penelitian dengan

mengangkat judul “Pengukuran Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di

Indonesia Menggunakan Pendekatan Parametrik dan Non-Parametrik Periode 2011-2015”.

3

(17)

B. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah yang sudah diidentifikasikan pada sub-bab sebelumnya maka terdapat batasan masalah dalam penelitian ini yakni:

1. Analisis dilakukan pada lima variabel yang diteliti merupakan data historis pada rentang waktu kuartal ke-I 2011 hingga kuartal ke-IV 2015

2. Variabel yang diteliti berasal dari 6 laporan keuangan bank syariah,

yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Mega Syariah, dan Bank BCA Syariah. 3. Data diolah menggunakan metode SFA (Stochastic Frontier

Approach) dan DEA (Data Envelopment Analysis) dalam pengukuran efisiensi serta Malmquist DEA dalam pengukuran produktivitas. C. Rumusan Masalah

Dengan didukung oleh data-data yang diambil dari penelitian terdahulu oleh para ahli dan argumen pendukung yang sudah dikemukakan pada sub-bagian sebelumnya, maka terdapat beberapa rumusan masalah yang dapat diklasifikasikan pada penelitian kali ini, yakni:

(18)

2. Bagaimana tingkat produktivitas dan pertumbuhan bank umum syariah selama periode penelitian yang dihitung dengan Malmquist Index-DEA?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil pengukuran dengan

metode SFA dan DEA dengan rasio BOPO? D. Tujuan penelitian

Terkait dengan rumusan masalah yang telah diformulasikan, maka terdapat tujuan penelitian secara umum yang ingin dicapai, yakni:

1. Menganalisis tingkat efisiensi bank syariah berdasarkan variabel input

dan output digunakan yang diolah dengan SFA dan DEA, pada periode triwulan ke-I tahun 2011 hingga triwulan ke-IV tahun 2015. 2. Menganalisis dan mengevaluasi tingkat produktivitas dan

pertumbuhan bank umum syariah selama periode penelitian.

3. Menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil

pengukuran dengan pendekatan parametrik dan non-parametrik terhadap rasio Operational Earning Rasio/ OER (BOPO).

E. Manfaat Penelitian

(19)

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi bukti empiris mengenai pengukuran efisiensi dan pertumbuhan produktivitas bank umum syariah di Indonesia serta pengujian antara hasil pengukuran efisiensi menggunakan pendekatan frontier dan pendekatan rasio, sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta memberikan kontribusi dalam memperkaya penelitian tingkat efisiensi dan produktivitas perbankan syariah.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan bukti empiris tentang pengukuran tingkat efisiensi dan pertumbuhan produktivitas bank umum syariah sehingga manajemen bank dapat membuat kebijakan yang tepat dalam rangka mengevaluasi perkembangan tingkat efisiensinya.

F. Studi Penelitian Terdahulu

Sebelumnya beberapa ahli telah melakukan penelitian untuk melakukan pengukuran efisiensi perbankan syariah dengan variasi waktu dan metode yang beragam, yakni:

(20)

rentang data tahunan selama periode tahun 1995 hingga tahun 2001. Penelitian menggunakan tiga vektor input (Labor, Fixed Capital, dan

Customer and Short-term Funding Funds) dan tiga vektor output (Total Loans, Other Earning Assets, dan Off-balance Sheet Items). Pada penelitian tersebut terdapat temuan bahwa; 1) Efisiensi bank Islam sebesar 84% dengan pengukuran stochastic profit frontier, lebih tinggi dibandingkan dengan pengukuran stochastic cost frontier yakni sebesar 74%, yang artinya bank Islam lebih efisien dalam mengelola profit dibandingkan dengan mengelola biaya (cost). 2) Sumber utama inefisiensi bank Islam adalah alokatif efisiensi dari pada tehnikal efisiensi. 3) Hasil pengukuran efisiensi memiliki korelasi yang tinggi dengan rasio performa bank; ROA dan ROE.4

Persamaan dengan penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi, yaitu SFA dan DEA. Selain itu persamaan lainnya adalah fokus penelitian yang tidak hanya pada pengukuran tingkat efisiensi melankan juga pada pengukuran pertumbuhan produktivitas bank, serta dua variabel input yang digunakan (labor dan customer and shor funding funds) dan satu variabel output yang digunakan yaitu total loans. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini selain objek dan periode penelian adalah pengukuran tingkat efisiensi dengan SFA hanya dilakukan satu jenis efisiensi dengan fungsi biaya; tidak menggunakan fungsi profit.

4

(21)

Selain itu peneliatian ini tidak mengkorelasikan dengan ROA dan ROE, tetapi melakukan pengujian terhadap kedua hasil pengukuran tingkat efisiensi dengan BOPO sebagai acuan.

2. Aysen Altun Ada dan Nilufer Dalkilic, penelitian yang mereka lakukan adalah sebuah perbandingan atas efisiensi skala, pertumbuhan efisiensi, dan pertumbuhan Total Factor Productivity (TFP) bank Islam di Malaysia dan Turki menggunakan data panel dari 22 bank Islam (4 bank Islam di Turki dan 18 bank Islam di Malaysia) yang dianalisis menggunakan DEA selama periode tahun 2009 hingga tahun 2011. Penelitian menggunakan dua variabel input (Total Asset

dan Total Equity) dan dua variabel output (Total Deposits dan Periode Net Income/ Loss). Temuan menunjukan bahwa bank Islam di Turki rata-rata memiliki efisiensi skala lebih tinggi dari pada Malaysia pada tahun 2009, tapi pada tahun 2010 dan 2011 bank Islam di Turki memiliki efisiensi skala lebih rendah daripada bank Islam di Malaysia. Pertumbuhan TFP bank Islam pada periode 2010-2011 dibandingkan dengan periode 2010-2009 menunjukkan bahwa terjadi penurunan pada bank di Turki dan terjadi peningkatan pada bank Islam di Malaysia kecuali tiga bank didalamnya.5

Persamaan dengan penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam mengukur tingkat produktivitas yaitu malmquist DEA dan satu variabel output yang digunakan yaitu periode net

5

(22)

income (pendapatan operasional). Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah perbandingan yang dilakukan bukan pada objek penelitian melainkan pada penggunaan metode yang digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi. Selain itu perbedaan juga terletak pada periode penelitian serta variabel kedua variabel inpu dan satu variabel output yang digunakan yaitu deposit, dimana dalam penelitian ini deposit (DPK) digunakan sebagai variabel input.

3. Zuhroh, Ismail, dan Maskie, meneliti efisiensi biaya bank syariah di Indonesia menggunakan Stochastic Frontier Analysis (SFA). Penelitian melibatkan 3 bank umum syariah dan 19 bank konvensional yang listing di bursa efek Indonesia, dengan rentang waktu kuartal pertama tahun 2004 hingga kuartal ke-empat tahun 2010. Hasil penelitian menunjukan bahwa bank syariah unggul dalam efisiensi teknik dibandingkan bank konvensional, akan tetapi rata-rata efisiensi biaya jauh lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Penelitian juga menemukan bahwa sumber dari inefisiensi biaya bank syariah adalah inefisiensi alokatif.6

4. Fadzlan Sufian dan Muzafar Shah Habibullah, meneliti tentang efisiensi bank saat krisis finansial dan peranan IMF pada empat negara di ASEAN yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia dan Thailand dengan periode penelian tahun 1997-1998, menggunakan Data Envelopment Analysis dengan pendekatan intermediasi dan revenue. Hasil empiris

6

(23)

memperlihatkan adanya asimetri yang besar antar bank terkait dengan skor efisiensi teknis mereka. Secara khusus, pendekatan yang berbeda dalam mengukur input dan output bank menghasilkan estimasi efisiensi yang berbeda pula. Secara umum, estimasi efisiensi teknis terlihat secara konsisten lebih tinggi dalam pendekatan pendapatan (revenue).7

Persamaan dengan penelitian ini adalah Metode yang digunakan, yaitu metode DEA dengan pendekatan intermediasi, serta variabel input yang digunakan meliputi total simpanan/DPK, pengeluaran bunga (setara dengan biaya bagi hasil) dan variabel output yang digunakan yaitu kredit/ pembiayaan yang diberikan. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini selain objek dan periode penlian adalah metode yang digunakan tidak hanya DEA melainkan juga SFA, jumlah variabel input-output yang digunakan berbeda yaitu 4-4, serta tidak mengaitkan dengan faktor makro ekonomi.

5. Adb. Elrhman Elzahi Saaid, et.al., meneliti tentang X-Efisiensi Bank Islam di Sudan dengan masa rentang penelitian dari tahun 1989 hingga tahun 1998. Data diolah menggunakan fungsi biaya menggunkan metode Stochastic Frontier Approach. Pendekatan yang digunakan dalam menentukan input dan output yang digunakan adalah pendekatan intermediasi. Menggunakan satu variabel output yang digunakan adalah Investments yang merupakan total dari pembiayaan

7Fadzlan Sufian dan Muzafar Shah Habibullah, “Financial Crisis, IMF, and Bank

(24)

musharakah, mudharabah, murabahah, dan salam. Sedangkan variabel input yang digunakan adalah Labor, Fixed Assets, dan Core Deposits. Temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa inefisiensi bank Islam di Sudan lebih disebabkan oleh penggunaan input yang tidak optimal (technical inefficiency) dari pada oleh kombinasi input yang tidak tepat (allocative inefficiency). Lebih rinci, secara rata-rata selama periode penelitian didapat skor TE 0,86 dan AE 0,91.8

Persamaan dengan penelitian ini adalah metode yang digunakan menjadi salah satu metode yang peneliti gunakan yaitu SFA dengan fungsi biaya, pendekatan intermediasi dalam penentuan variabel input-output,variabel output yang digunakan yaitu total pembiayaan (investments), dan 2 variabel input yang digunakan, yaitu labor (biaya personalia) dan core deposit (DPK). Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah objek penelitian, periode pengamatan, metode yang digunakan tidak hanya SFA tetapi digunakan juga metode DEA, serta fokus penelitian tidak semata pada pengukuran efisiensi melainkan juga pada pengukuran produktivitas dan pertumbuhannya.

6. Ibrahim Onour dan Abdelgadir Abdalla, meneliti tentang efisiensi skala dan efisiensi teknis 12 bank Islam di Sudan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) melalui model CCR, BCC, dan Additive pada periode 2007 dan 2008. Variabel input yang digunakan

8

(25)

adalah salaries and wages dan deposits, sedangkan variabel output yang digunakan adalah loans dan net incomes. Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya terdapat 2 dari 12 bank Islam di sudan yang efisien pada scale efficiency dan pure technical efficiency, namun mengalami inefisiensi pada efisiensi skala. Temuan dalam penelitian juga menunjukan bahwa bank Islam dibawah kepemilikan pemerintah tidak selalu lebih baik dibandingkan dengan bank Islam swasta. Pada pengukuran produktivitas didapat temuan bahwa terdapat dua bank Islam yang mengalami peningkatan selama periode penelitian.9

Persamaan dalam penelitain ini adalam metode yang digunakan, yaitu DEA dengan model BCC. Fokus penelitian yaitu pengukuran efisiensi dan pertumbuhan produktivitas, variabel input dan yang digunakan. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini selain objek dan periode penelitian adalah model yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan model BCC, penelitian ini dilengkapi dengan uji beda hasil pengukuran antara metode SFA dan DEA, serta variabel input yang digunakan ditambah biaya bagi hasil. 7. Velid Efendic, meneliti tingkat efisiensi sektor perbankan di

Bosnia-Herzegovina dengan periode penelitian tahun 2009. Tujaun utama dalam penelitiannya adalah mengestimasi tingkat efisiensi satu-satunya bank Islam di Bosnia dan Herzegovina dengan sampel penelitian berjumlah 18 bank konvensional dan 1 bank Islam. Data

9

Ibrahim Onour dan Abdelgadir Abdalla, “Scale and Technical Efficiency of Islamic Banks

(26)

diolah menggunakan pendekatan non-parametrik DEA dengan 2 variabel output dan 3 variabel input sebagaimana pada pengukuran berorientasi input. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan indikator utama bank Islam di Bosnia-Herzegovina memiliki tingkat efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan bank konvensional rekanannya. Namun demikian ada potensi yang signifikan dalam peningkatan tingkat efisiensi.10

Persamaan dengan penelitian ini adalah metode yang digunakan yaitu Data Envelopment Analysis (DEA) orientsi VRS, pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan intermediasi, dan 2 variabel input yang digunakan yaitu total deposit (DPK) dan employee (biaya personalia). Sedangkan perbedaan penelitian ini selain pada objek dan periode penelitian adalah metode yang digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi tidak hanya menggunakan pendekatan non-parametrik DEA melainkan digunakan juga pendekatan parametrik SFA. Selain itu perbedaan juga terletak pada fokus penelitian yang tidak hanya mengukur tingkat efisiensi melainkan juga dilengkapi dengan pengukuran pertumbuhan produktivitas, serta terdapat 1 variabel input yang berbeda yaitu fixed assets.

10Velid Efendic, “Efficiency of The Banking Sector of Bosnia

-Herzegovina with Special

Reference to Relative Efficiency of The Existing Islamic Bank”, Center for Islamics Economics

(27)

G. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini akan dianalisis tingkat efisiensi dan pertumbuhan produktivitas pada bank umum syariah di Indonesia pada tahun 2011 hingga tahun 2015 menggunakan data publikasi triwulanan. Dimana dalam mengukur tingkat efisiensi menggunakan pendekatan frontier parametrik (SFA) dan non parametrik (DEA), dan menganalisis pertumbuhan produktivitas bank umum syariah menggunkan Malmquist Index-DEA, serta melakukan pengujian hasil pengukuran melalui metode SFA dan DEA terhadap BOPO/ OER dengan uji beda Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Kerangka pemikiran dari masalah yang ada beserta pemecahannya digambarkan sebagai berikut:

Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia Triwulan I 2011 -

Triwulan IV 2015

Variabel Input: - Biaya Personalia - Dana Pihak Ketiga - Biaya Bagi Hasil

Variabel Output: - Total Pembiayaan - Pendapatan Operasional

Pengukuran Produktivitas Menggunakan Malmquist

Index Total Factor Productivity (TFP) Pengukuran Tingkat

Efisiensi Menggunakan Pendekatan Parametrik

(SFA) Pengukuran Tingkat

Efisiensi Menggunakan Pendekatan Non-parametrik

(DEA)

Model:

InTC = 2,147 + 1,115InP1 - 0,186InP2 + 0,007InP3 + 0,95InY1 - 0,053InY2

Indeks Produktivitas dan Pertumbuhan Produktivitas BUS Tingkat Eisiensi BUS

(Stochastic Cost Efficiency)

Tingkat Efisiensi BUS (Technical Efficiency, Allocative Efficiency, dan

Cost Efficiency) Uji Beda Kruskal-Wallis

Skor SCE, TE, dan OER

Uji Beda Mann-Whitney antara SCE dan OER, TE

dan OER, SCE dan TE

(28)

Hasil dan kesimpilan pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai trend tingkat efisiensi beserta perkembangan produktivitas bank umum syariah selama periode pengamatan, dan dapat menjadi referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya dalam pengujian hasil pengukuran antara pendekatan parametrik dan non-parametrik.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan pola dalam penyusunan laporan untuk gambaran secara garis besar bab demi bab. Dengan sistematika penulisan, diharapkan para pembaca akan lebih dalam memahami isi dari sebuah laporan:

1. BAB I: Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

2. BAB II: Landasan Teori

Menguraikan teori-teori yang melandasi penelitian ini sebagai dasar dalam melakukan analisis terhadap permasalahan.

3. BAB III: Metode Penelitian

Mencakup definisi operasional dari variabel penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis.

(29)

Menguraikan deskripsi objek penelitian, analisis kuantitatif deskriptif dan inferensial, interpretasi hasil dan argumentasi terhadap hasil uji penelitian.

5. BAB V: Penutup

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank berasal dari kata bangque (bahasa Perancis) dan dari kata banco (bahasa Italia) yang berarti peti/ lemari atau banku. Definisi tersebut menjalaskan fungsi dasar dari bank komersial, yaitu: pertama, sebagai fungsi penyimpanan yang aman dengan menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman, kedua, sebagai fungsi transaksi yakni menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa.11

Sedangkan definisi bank menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.12 Pengertian bank syariah atau bank Islam dalam bukunya Edy Wibowo adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip–prinsip syariah Islam, yang mana tata cara dalam operasionalnya nmengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Quran dan hadits.

Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam maksudnya adalah bank yang dalam operasionalnya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata

11M. Syafi’i Antonio,

Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabeta, cet. ke-4, 2006, h.2

12

(31)

cara bermuamalah secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat tersebut dihindari praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur riba, yang kemuadian diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan atau praktik-praktik usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya, tetapi tidak dilarang oleh beliau.13

Sedangkan menurut Sutan Remy Shahdeiny, bank syariah adalah lembaga yang berfungsi sebagai intermediasi yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan tanpa berdasarkan prinsip bunga, melainkan berdasarkan prinsip syariah.14

Menurut undang-undang No.21 tahun 2008, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)15. Dapat disimpulkan bahwa definisi bank syariah adalah bank yang operasionalnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat berupa pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang berdasarkan ketentuan-ketentuan syariat Islam.

13

Edy Wibowo, dkk., Mengapa Memilih Bank Syariah?, Bogor: Ghalia Indonesia, cet.I, 2005, h. 33

14

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, cet. ke-3, 2007, h.1

15

(32)

2. Prinsip-prinsip Bank Syariah

Prinsip dasar bank syariah berdasarkan pada al-Quran dan sunah. Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya berprinsip pada tiga hal, yaitu efisiensi, keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan. margin seoptimal mungkin. Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan pengeluarannya. kebersamaan mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkan produktivitas.16

Dalam mewujudkan arah kebijakan suatu perbankan yang sehat, kuat dan efisien, sejauh ini telah didukung oleh enam pilar dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API), yaitu struktur perbankan yang sehat, sistem pengaturan yang efektif, sistem pengawasan yang independen dan efektf, industri perbankan yang kuat, infrastruktur pendukung yang mencukupi, dan perlindungan konsumen.

3. Dasar Hukum Bank Syariah

Bank syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui keberadaannya di Indonesia. Pengakuan secara yudis normatif tercatat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, sedangkan secara

16

(33)

yuridis empiris bank syariah diberi kesempatan dan peluang yang baik untuk berkembang di seluru wilayah Indonesia. Upaya intensif pendirian bank syariah di Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 199, yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang mengatur deregulasi industri perbankan syariah di Indonesia, dan para ulama waktu itu telah berusaha mendirikan bank bebas bunga.17

Hubungan yang bersifat akomodatif antara masyarakat muslim dengan pemerintah telah memunculkan lembaga keuangan (bank syariah) yang dapat melayani transaksi kegiatan bebas buga. Kehadiran bank syariah pada perkembangannya telah mendapat pengaturan dalam sistem perbankan nasional. pada tahun 1990, terdapat rekomendasi dari MUI untuk mendirikan bank syariah, tahun 1992 dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang mengatur bunga dan bagi hasil. Dikeluarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang mengatur bank beroperasi secara ganda (dual banking system), dikeluarkan UU No. 23 Tahun 1999 yang mengatur kebijakan moneter yang didasarkan prinsip syariah, kemudian dikeluarkan Peraturan Bank Indonesia tahun 2001 yang mengatur kelembagaan dan kegiatan operasional berdasarkan prinsip syariah,

17M. Syafi’i

(34)

dan terakhir pada tahun 2008 dikeluarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah.18

Regulasi perbankan syariah bertujuan untuk menjamin kepastian hukum bagi stakeholder dan memberikan keyakinan kepada masyarakat luas dalam menggunakan produk dan jasa perbankan syariah.

4. Tujuan Bank Syariah

Bank syariah memiliki tujuan yang lebih luas dibandingkan bank konvensional, berkaitan dengan keberadaannya sebagai institusi komersial dan kewajiban moral yang disandangnya. Selain bertujuan meraih profit sebagaimana layaknya bank konvensional, bank syariah juga bertujuan sebagai berikut:

a. Menyediakan lembaga keuanga perbankan sebagai sarana meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Pengimpulan modal dari masyarakat dan pemanfaatannyakepada masyarakat diharapkan dapat mengurangi kesenjangan sosial guna tercipta peningkatan pembangunan nasional yang semakin mantap. metode bagi hasil akan membantu orang yang lemar permodalannya untuk bergabung dengan bank syariah untuk mengembangakan usahanya. Metode bagi hasil akan memunculkan

18

(35)

usaha-usaha baru dan pengembangan usaha yang telah ada sehingga dapat mengurani pengangguran.

b. Meningkatnya partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan karena keengganan sebagian masyarakat untuk berhubungan dengan bank yang disebabkan oleh sikap menghindari bunga telah terjawab oleh bank syariah. Metode perbankan yang efisien dan adil akan menggalakan usaha ekonomi kerakyatan.

c. Membentuk masyarakat agar berpikir secara ekonomis dan

berperilaku bisnis untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

d. Berusaha bahwa metode bagi hasil pada bank syariah dapat beroperasi, tumbuh, dan berkembang melalui bank-bank dengan metode lain.19

5. Produk-produk Bank Syariah

Secara garis besar, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu produk penghimpunan dana (funding), produk penyaluran dana (financing), dan produk jasa (service).20

a. Produk Penghimpuna Dana (funding) 1) Tabungan

19

Edy Wibowo, dkk., Mengapa Memilih Bank Syariah?, h. 47

20

(36)

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun

2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah

atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau yang dipersamakan dengan itu.

tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuid. Artinya, produk ini dapat diambil sewaktu-waktu apabilanasabah membutuhkan, tetapi bagi hasil yang ditawarkan kepada nasabah penabung kecil.

2) Deposito

Deposito menurut UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan/ atau Unit Usaha Syariah (UUS).

Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang mempunyai jumlah minimal tertentu, jangakan waktu tertentu, dan bagi hasilnya lebih tinggi daripada tabungan.

(37)

Giro menurut UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008

adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang

tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakuakan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan.

Giro adalah entuk simpanan nasabah yang tidak diberikan bagi hasil, dan pengambilan dana menggunakan cek, biasanya digunakan oleh perusahaan atau yayasan dan atau bentuk badan hukum lainnya dalam proses keuangan mereka. Dalam giro, meskipun tidak diberikan bagi hasil, pihak bank berhak memberikan bonus kepada nasabah yang besarannya tidak ditentukan di awal, bergantung pada kebaikan pihak bank.

Prinsip operasional bank syariah yang telah diterapkan secara luas dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip

wadi’ah dan mudharabah.

a) Prinsip Wadi’ah

Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad

(38)

Namun demikian, rekening ini tidak boleh mengalami saldo negatif (overdraft). Landasan hukum prinsip ini adalah:

(1) Q.S An Nisa ayat 58, yang terjemahannya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi

Maha Melihat”.

(2) Al-hadits:

“sampaikan (tunaikan) amanat kepada yang berhak

menerimanya dan jangan membalas khianat kepada

orang yang telah mengkhianatimu.” (H.R Abu Dawud).

b) Prinsip Mudharabah

(39)

dibagihasilkan kepada nasabah penabung berdasarkan nisbah yang disepakati. Apabila bank menggunakannya untuk melakukan mudharabahkedua, bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.

b. Produk Penyaluran Dana/ Pembiayaan (financing)

Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.

Secara garis besar, produk pembiayaan kepada nasabah yaitu sebagai berikut:

1) Pembiayaan dengan insip jual beli. Seperti bai’ murabahah.

bai’ salam, dan bai’ al istishna.

2) Pembiayaan dengan prinsip sewa. Meliputi ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik.

3) pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. meliputi musyarakah,

mudharabah, muzara’ah, dan musaqah.

c. Produk Jasa (Service)

(40)

kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Sharf (jual beli valuta asing)

Pada prinsipnya, jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini harus dilakukan pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing. prinsip ini dipraktikan pada bank syariah devisa yang memiliki izin untuk melakukan jual beli valuta asing.

2) Wadi’ah (titipan)

Pada dasarnya dalam akad wadi’ah yad dhamanah. penerima

simpanan hanya dapat menyimpan titipan, tanpa berhak untuk menggunakakannya. Dia tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan (karena faktor-faktor diluar batas kemampuan).21

21

(41)

B. Efisiensi Bank 1. Konsep Efisiensi

Efisiensi adalah suatu parameter kinerja dimana suatu perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Suatu perusahaan yang efisien dapat menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada atau menghasilkan output dengan jumlah tertentu dengan input minimal. Begitu pula pada lembaga keuangan bank, pengukuran efisiensi menjadi suatu parameter kinerja yang popular diteliti di seluruh dunia. Efisiensi juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang digunakan.22

Ditinjau dari teori ekonomi, terdapat dua pengertian efisiensi yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi.23 Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang mempunyai jangkauan lebih luas dibandingkan dengan efisiensi teknik yang bersudut pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional proses konversi input menjadi output. Akibatnya usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis hanya

22Huri, M.D dan Diah Susilowati, “Pengukuran Efisiensi Relatif Perbankan dengan Metode

Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”,

Jurnal Dinamika Pembangunan, Vol.1 No.2 (2002), h. 95-107

23

(42)

memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan alokasi sumber daya yang optimal.

2. Jenis Efisiensi

Teori ekonomi telah menjabarkan tiga jenis efisiensi pada perusahaan, diantaranya adalah efisiensi alokasi, operasional, dan ekonomis.24

Efisiensi alokasi mengacu pada pilihan kombinasi input yang konsisten dengan harga relatif faktor produksi. Efisiensi operasional juga dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu efisiensi skala (scale efficiency) dan efisiensi operasional murni (pure technical efficiency).

Pure technical efficiency mengacu pada kemampuan perusahaan untuk menghindari pemborosan dengan memproduksi output yang banyak selama penggunaan input yang memungkinkan atau dengan menggunakan sedikit input selama produksi output memungkinkan.

Scale efficiency mengacu pada kemampuan perusahaan untuk bekerja pada skala yang optimal. Jenis efisiensi yang terakhir adalah efisiensi ekonomi yang dapat ditentukan dari efisiensi teknis dan alokasi. Alternatif lain dalam mengukur efisiensi ekonomi ini adalah melalui efisiensi biaya yang mengukur seberapa jauh biaya perusahaan menyimpang dari biaya maksimal perusahaan.

24

(43)

Farrell menyatakan bahwa efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu: technical efficiency dan allocative efficiency.25 Technical efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mencapai tingkat output yang maksimum dengan menggunakan tingkat input tertentu. Technical efficiency mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin. Dengan kata lain, technical

efficiency mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan output yang maksimal dengan menggunakan sejumlah input yang tersedia. Sedangkan allocative efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan teknologi tertentu. Kombinasi antara

technical efficiency dan allocative efficiency akan menjadi economic efficiency. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien secara ekonomi jika dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output tertentu dengan tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar yang berlaku.

3. Orientasi Pengukuran Efisiensi

Pemikiran awal mengenai pengukuran efisiensi dari Farrell dimana analisisnya berkenaan dengan ruang input, yang berfokus pada upaya pengurangan input (on input-reducing focus). Metode ini

25

(44)

disebut dengan pengukuran berorientasi input ( Input-oriented-measures).

a. Pengukuran Berorientasi Input26

Farrel mengilustrasikan idenya dengan menggunakan sebuah contoh sederhana dengan kasus sebuah perusahaan tertentu yang menggunakan dua buah input ( x1 dan x2) untuk memproduksi sebuah output tunggal (q) dengan sebuah asumsi

constant return to scale (CRS). Dengan menggunakan garis

isoquant dari sebuah perusahaan dengan kondisi efisiensi penuh (fully efficient firm), yang diwakili oleh kurva SS’ dalam Grafik 2.1, maka dapat dilakukan penghitungan technicalefficiency.

Jika sebuah perusahaan telah menggunakan sejumlah tertentu input yang ditunjukkan oleh titik P, untuk memproduksi satu unit output, maka inefisiensi produksi secara teknis (technical inefficiency) dari perusahaan tersebut diwakili oleh jarak QP yang merupakan jumlah dari semua input yang secara proporsional dapat berkurang atau dikurangi tanpa menyebabkan terjadinya pengurangan output yang dapat dihasilkan. Indikator tersebut biasanya dituliskan secara matematis dalam persentase yang merupakan rasio dari QP/0P, yang merupakan penggambaran persentase dari input yang dapat dikurangi. Tingkat efisiensi teknis

26

(45)

(technical efficiency/TE) dari perusahaan pada umumnya diukur dengan menggunakan nilai rasio:

TE = 0Q/0P

Persamaan tersebut akan sama dengan persamaan 1-QP/0P, dimana nilainya berkisar antara nol dan satu, dan karena itu menghasilkan indikator dari derajat technical efficiency dari perusahaan tersebut. Nilai satu mengimplikasikan bahwa perusahaan telah mencapai kondisi efisien secara penuh. Sebagai contoh titik Q telah mencapai technical efficiency karena ia berada pada kurva isoquant yang efisien.

Jika rasio harga input Grafik 2.1 diwakili oleh garis AA’ juga telah diketahui, maka titik produksi yang efisien secara alokatif dapat juga duhitung. Tingkat efisiensi alikatif (allocative efficiency/AE) dari suatu perusahaan yang berorientasi dari titik P dapat didefinisikan sebagai rasio dari:

AE = 0R/0Q

(46)

efisiensi ekonomis (total economic efficiency) didefinisikan sebagai rasio dari:

EE = 0R/0P

dimana jarak dari titik R ke titik P dapat juga diinterpretasikan dengan istilah pengurangan biaya (cost reduction). Perhatikan bahwa produk yang efisien secara teknis dan secara alokatif memberikan makna telah tercapainya efisiensi ekonomis secara keseluruhan.

TE x AE = (0Q/0P) x (0R/0Q) = (0R/0P) = EE

[image:46.595.162.510.262.628.2]

dimana semua ukuran ketiganya terletak pada daerah yang bernilai antara nol dan satu.

Grafik 2.1 Efisiensi Teknis dan Alokatif Pendekatan Input

b. Pengukuran Berorientasi Output27

Pengukuran efisien secara teknis yang berorientasi input, pada dasarnya bisa ditujukan untuk menjawab sebuah pertanyaan;

27

(47)

“Sampai seberapa banyak kuantitas input dapat dikurangi secara

proporsional tanpa mengubah kuantitas output yang diproduksi?”.

Sedangkan dalam pengukuran berorientasi output pertanyaan yang timbul adalah; “Sampai seberapa banyak kuantitas dari output

dapat ditambah tanpa mengubah kuantitas input yang digunakan?”.

Dengan kata lain pengukuran berorientasi output merupakan kebalikan dari pengukuran berorientasi input.

Pengukuran tingkat efisiensi berorientasi output ini dapat dianalisis lebih dalam dengan sebuah contoh kasus dimana fungsi produksi melibatkan dua macam output (q1 dan q2) dan sebuah input tunggal (x). Jika kita mengasumsikan kondisinya constant return to scale, maka dapat direpresentasikan tingkat teknologi dengan sebuah kurva unit kemungkinan produksi (unit production possibility curve ) dalam bentuk dua dimensi. Contoh ini digambarkan dalam Grafik 2.2 dimana garis ZZ’ adalah merupakan

kurva unit kemungkinan produksi (unit production possibility curve) dan titik A dapatlah diumpamakan dengan sebuah perusahaan yang tidak efisien. Perhatikan bahwa A sebagai titik yang tidak efisien dalam kasus ini terletak dibawah kurva karena

ZZ’ mewakili batasan atau titik tertinggi dari garis kemungkinan

produksi.

(48)

Grafik 2.2, dimana jarak A ke B mewakili ketidakefsiensi secara teknis (technical inefficiency), yang menunjukkan arti bahwa jumlah output dapat ditingkatkan tanpa memerlukan penambahan input. Oleh sebab itu, sebuah pengukuran efisiensi teknis berorientasikan output merupakan rasio:

TE = 0A/0B

Dengan revenue efficiency (RE) yang merupakan rasio:

RE = 0A/0C

Jika diperoleh informasi tentang harga, maka dapat digambarkan sebuah kurva isorevenue yaitu garis DD’ dan mendefinisikan efisiensi alokatif sebagai:

AE = 0B/0C

dimana mempunyai sebuah interpretasi adanya peningkatan pendapatan (an increasing revenue interpretation ), dimana pada contoh kasus pengukuran efisiensi berorientasi input, serupa dengan interpretasi adanya pengurangan biaya (cost reducing) dalam kondisi ketidakefisienan yang bersifat alokatif. Lebih lanjut dapat didefinisikan efisiensi ekonomi secara keseluruhan (overall economic efficiency) sebagai hasil dari dua pengukuran efisiensi teknis dan efisiensi alokatif.

[image:48.595.161.514.256.550.2]
(49)
[image:49.595.139.512.124.588.2]

Grafik 2.2 Efisiensi Teknis dan Alokatif Pendekatan Output

C. Pengukuran Efisiensi Bank

Terdapat tiga jenis pendekatan dalam mengukur efisiensi perbankan:28

1. Pendekatan Rasio

Adalah pendekatan yang dalam mengukur efisiensi dengan cara menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan. Pendekatan ini akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat memproduksi jumlah output yang maksimum dengan input tertentu.

Efisiensi = Output/ Input

Kelemahan dari pendekatan ini adalah apabila terdapat banyak input dan output yang akan dihitung secara bersamaan, sehingga banyak perhitungan yang menimbulkan asumsi yang tidak tegas. 2. Pendekatan Regresi

28

(50)

Adalah pendekatan yang menggunakan sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tetentu. Bentuk fungsi dalam pendekatan regresi:

Y = f {X1, X2, X3, X4, ... X4} Dimana Y = Output dan X = Input

Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat input yang dihasilkan sebuah Decision Making Unit (DMU) pada tingkat output tertentu. DMU tersebut dinilai efisien, apabila mampu menghasilkan jumlah output lebih banyak dibandingkan jumlah output hasil estimasi. Pendekatan ini juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output karena hanya satu indikator output yang dapat ditampung dalam sebuah persamaan regresi. Apabila dilakukan penggabungan banyak output dalam satu indikator, informasi yang dihasilkan menjadi tidak rinci lagi.

3. Pendekatan Frontier

(51)

kondisi yang sama dan Thick Frontier Approach (TFA), sedangkan non-parametrik meliputi Data Envelopment Analysis (DEA) yaitu model pemrograman linier fraksional yang dapat mencakup banyak input dan banyak output tanpa perlu menentukan bobot untuk setiap variabel sebelumnya, tanpa perlu penjelasan eksplisit mengenai hubungan fungsional antara input dengan output (tidak seperti regresi).

Beberapa tahun terakhir ini perhitungan kinerja lembaga keuangan lebih difokuskan pada pendekatan frontier efficiency atau x-efficiency, mengukur penyimpangan dari lembaga keuangan

berdasarkan “best practice” atau berlaku umum pada pendekatan

frontier. Pendekatan frontier dari suatu lembaga keuangan dapat diukur melalui bagaimana kinerja lembaga keuangan tersebut bersifat

relatif terhadap perkiraan kinerjanya yang “terbaik” dari industri

tersebut. Kondisi ini terjadi, apabila semua lembaga keuangan tersebut menghadapi kondisi pasar yang sama.29

Pendekatan frontier lebih unggul karena penggunaan teknik program atau statistik yang menghilangkan pengaruh dari perbedaan harga input dan faktor eksogen lainnya dalam mempengaruhi kinerja yang akan diobservasi. Pendekatan ini telah digunakan secara lebih luas dalam analisis regulasi, yaitu untuk mengukur pengaruh dari

29

(52)

merger dan akuisisi, regulasi modal, deregulasi suku bunga deposito, pergeseran restriksi geografis pada cabang dan holding dari perusahaan akuisisi. Keuntungan yang paling utama dari pendekatan ini adalah dapat mengukur secara objektif kuantitatif dengan menghilangkan pengaruh dari harga pasar dan faktor eksogen lainnya yang mempengaruhi kinerja yang akan diobservasi.

D. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Bank

Menurut Muliaman D. Hadad, Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M., terdapat tiga pendekatan yang lazim digunakan dalam metode parametrik dan nonparametrik untuk mendefinisikan hubungan input dan output dalam kegiatan financial suatu lembaga keuangan, yaitu:30

1. Pendekatan Aset (Asset Approach)

Produksi aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Pendekatan ini, output benar-benar didefinisikan ke dalam bentuk aset.

2. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit accout), kemudian output didefinisikan sebagai jumlah tenaga, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainnya.

30

(53)

3. Pendekatan Intermediasi (Intermediary Approach)

Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai intermediator, yaitu merubah dan mentransfer aset-aset keuangan dari

surplus unit kepada defisit unit. Input-input lembaga keuangan tersebut meliputi: biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga pada deposito, kemudian output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi keuangan (financial investment).

Konsekuensi terdapat tiga pendekatan dalam mengukur efisiensi bank adalah perbedaan dalam menentukan input dan output. Perbedaan penentuan input dan output antara pendekatan produksi dan intermediasi adalah dalam memperlakukan simpanan. Simpanan sebagai output pada pendekatan produksi, dikarenakan simpanan merupakan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan bank. Pendekatan intermediasi menganggap simpanan sebagai input. Hal ini disebabkan simpanan yang dihimpun bank akan ditransformasikan ke dalam berbagai bentuk aset yang menghasilkan terutama pinjaman yang diberikan.

E. Stochastic Frontier Approach (SFA)

(54)

In Ci = ƒ(In Xji , In Yki) + ei ... (2.1)

Dimana:

Ci = Total biaya bank n

Xji = Input j bank n

Yki = Output k pada bank n

ei = Error

ei terdiri dari 2 fungsi, yaitu:

ei = ui + vi ... (2.2)

Dimana:

ui = faktor error yang dapat dikendalikan

vi = faktor error yang bersifat random yang tidak dapat

dikendalikan. Diasumsikan bahwa v terdistribusi normal N (0, ) dan u terdistribusi half-normal, ǀ(0, )ǀ dimana uit =

(ui exp(-h (t-T))3 dan h adalah parameter yang akan diestimasi.

Cost Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat biaya suatu bank yang dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best

practice bank’s cost) yang sama dengan teknologi yang sama. Cost

efficiency ini diderivasi dari suatu fungsi biaya, misalkan fungsi biaya dengan bentuk persamaan umum (log) sebagai berikut:

In C = ƒ (w,y) + e ... (2.3)

(55)

In C = ƒ (w,y) + In u + In v ... (2.4)

Dimana:

C = total biaya atau cost efficiency w = jumlah input

y = jumlah output

u dan v = error

Maka cost efficiency dapat dituliskan sebagai berikut:

=

=

F. Data Envelopment Analysis (DEA)

DEA adalah tehnik pemrograman linier yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi suatu organisasi dengan menggunakan sejumlah input dan output sebagai alat evaluasi dan sebagai tolak ukur dalam membuat suatu keputusan. DEA dikembangkan pertama kali oleh Farrell tahun 1957 yang mengukur efisiensi teknik satu input dan satu output menjadi multi input dan multi output, menggunakan kerangka nilai efisiensi relatif sebagai rasio input (single virtual input) dengan output (single virtual output).31

Menurut Muliaman D. Hadad, Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M., pendekatan DEA memiliki beberapa keunggulan yaitu: dapat menggunakan data yang lebih sedikit, lebih sedikit asumsi yang diperlukan

31

Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca

Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA”, Jurnal Ekonomi Pembangunan,

(56)

dan sampel yang lebih sedikit dapat dipergunakan. Namun demikian, kesimpulan secara statistika tidak dapat diambil jika menggunakan metode non-parametrik. Pendekatan DEA tidak memasukkan random error, oleh karena itu hasil ketidakefisienan hanya dijadikan faktor inefisiensi secara umum oleh sebuah Decision Making Unit (DMU). Pendekatan non-parametrik dapat digunakan untuk mengukur inefisiensi secara lebih umum.32

Keuntungan menggunakan DEA adalah kemampuan DEA mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi yang dapat membantu menentukan penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan, yang merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. DEA dapat menggunakan banyak input dan output serta tidak membutuhkan asumsi bentuk fungsi antara variabel input dan output tersebut. DEA juga tidak memerlukan spesifikasi yang lengkap dari bentuk fungsi yang menunjukan hubungan produksi dan distribusi dari observasi.33 Keuntungan utama dari DEA adalah tidak membutuhkan asumsi awal mengenai bentuk fungsi produksi. Sebaliknya, DEA membentuk fungsi produksi yang paling baik semata-mata berdasarkan data observasi.34

32

Mualiaman D. Hadad, dkk., Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode NonParametrik Data Envelopment Analysis (DEA), h.2

33 M. Fethi D dan F. Pasiouras, “Assesing Bank Efficiency and Performance with

Operational Research and Artificial Intelligence Techniques”, European Journal of Operational

Reseach, (2010), h. 189-198

34 I. Jemric dan Vujcic B., “Efficiency of Bank in Croatia: A DEA Approach”,

(57)

Kekurangan dari DEA adalah frontier sangat sensitif terhadap observasi-observasi ekstrim dan perhitungan-perhitungan error. Hal ini terjadi karena asumsi dasar DEA tidak memasukkan random error,

sehingga deviasi-deviasi dari frontier diindikasikan sebagai inefisiensi. Karena DEA merupakan pengukuran dengan metode non-parametrik, maka uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan sehingga tidak dapat diambil kesimpulan secara statistik. DEA hanya mengukur efisiensi relatif antar DMU dalam suatu penelitian bukan efisinsi absolut.35

Dalam perkembangan pengukuran efisiensi melalui metode DEA oleh para ahli, ditemukan 2 (dua) model dalam mengaplikasikan metode DEA dalam mengukur efisiensi teknis suatu organisasi atau perusahaan yang dalam literature DEA disebut dengan Decision Making Unit (DMU). Model pengukuran efisiensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Orientasi Pengukuran dalam DEA

Terdapat dua orientasi yang digunakan dalam metodologi pengukuran efisiensi, yaitu:

a. Orientasi Input

Perspektif yang melihat efisiensi sebagai pengurangan pengunaan input meski memproduksi output dalam jumlah yang

35 Fitria Maharani, “Pengukuran Efisiensi Perbankan dengan Menggunakan Pendekatan

DEA dan Pengaruh Efisiensi Perbankan Terhadap Stock Return pada Bank Umum Konvensional

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Program Studi

(58)
[image:58.595.161.513.213.551.2]

tetap. Cocok untuk industri dimana manager memiliki kontrol yang besar terhadap biaya operasional.

Grafik 2.3 Proyeksi frontier orientasi input model CCR36

b. Orientasi Output

Perspektif yang melihat efisiensi sebagai peningkatan output secara proporsional dengan menggunakan tingkat input yang sama. Cocok untuk industri dimana unit pembuat keputusan diberikan kuantitas sumber daya dalam jumlah yang fix dan diminta untuk memproduksi output sebanyak mungkin dari sumber daya tersebut.

Perbedaan antara orientasi input dan output model DEA hanya terletak pada ukuran yang digunakan dalam menentukan efisiensi (yaitu dari sisi input dan output), namun kedua orientasi tersebut akan mengestimasi frontier yang sama.

36

(59)
[image:59.595.152.490.154.565.2]

Grafik 2.4 Proyeksi frontier orientasi output model CCR37

2. Pendekatan Optimisasi dalam DEA 1. Constant Return to Scale(CRS)38

Model CCR merupakan model dasar DEA menggunakan asumsi constan return to scale yang membawa implikasi pada bentuk efficient set yang linier. Model constan return to scale dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (model CCR) pada tahun 1978. Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output adalah sama (constan return to scale). Artinya, jika ada tambahan input sebesar x kali, maka output akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau

decision making unit (DMU) beroperasi pada skala yang optimal.

37

Cooper et al., Handbook on Data Envelopment Analysis, Second Edition, hal.16

38

(60)

Nurul Komaryatin melakukan pembahasan dengan mendefinisikan beberapa notasi.39 Dengan asumsi bahwa K adalah input dan M adalah output untuk setiap perusahaan atau seringkali disebut dengan DMU (Decision Making Unit) dalam literatur DEA. Untuk DMU ke-I diwakili secara berturut-turut oleh vektor x1 dan y1. Dalam hal, x adalah matrik input K x n, dan Y adalah matriks output M x n, maka representasi tersebut merupakan cara merumuskan data dalam bentuk matriks dari semua n DMU.

Tujuan dari DEA adalah membentuk sebuah frontier non-parametricenvelopment terhadap suatu data dari titik pengamatan yang berada di bawah frontier. Asumsi CRS ini juga dapat diwakili oleh unit isokuan dalam input space. Cara terbaik untuk memperkenalkan DEA adalah melalui bentuk rasio. Untuk setiap DMU, kita akan mendapatkan ukuran rasio dari semua output terhadap inputnya, seperti ujyj / v’xi, dimana u mrupakan vektor M x l dari output tertimbang (weight output) dan v adalah vektor K x l dari input tertimbang (weight input). Untuk penimbang yang optimal kita harus menspesifikan problema matematis (the mathematicalprogramming problem) sebagai berikut:

39

(61)

dimana:

hs= efisiensi teknis bank s

uis= bobot output i yang dihasilkan oleh bank s

yis= bobot input i yang diproduksi oleh bank s

vjs= bobot input j yang digunakan oleh bank s

xjs= jumlah input j yang diberikan oleh bank s

dalam hal ini, termasuk juga menemukan nilai untuk u dan v, sebagai sebuah pengukuran efisiensi hs yang maksimal. Dengan

tujuan untuk kendala bahwa semua ukuran efisiensi haruslah kurang atau sama dengan satu, salah satu masalah dengan formulasi atau rumusan rasio ini adalah bahwa ia memiliki sejumlah solusi yang tidak terbatas (infinite). Untuk menghindari hal ini, maka kita dapat menentukan kendala yang akan menspesifikasikan dan memudahkan dalam proses selanjutnya menggunkan teknik komputasi yang terus mengalami perkembangan. Adapun fungsi kendala tersebut adalah:

ui dan vj ≥ 0

(62)

untuk perusahaan lain tidak lebih dari 1, sememtara pertidaksamaan kedua berbobot positif. Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya jika mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank semakin rendah. Pada DEA, setiap bank dapat menentukan pembobotnya masing-masing dan menjamin bahwa pembobot yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik. Berapa bagian program linier ditransformasikan sebagai berikut:

Maksimasi ∑

Kendala ∑

(63)

2. Variable Return to Scale (VRS)40

Model ini dikembangkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper (model BCC) pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan dari model CCR. Model ini beranggapan bahwa perusahaan tudak atau belum beroperasi pada pada skala yang optimal. Asumsi dari model ini adalah bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak sama (variable return to scale). Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan peningkatan output sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali. Pendekatan ini relatif lebih tepat digunakan dalam menganalisis efisiensi kinerja pada perusahaan jasa termasuk bank.

Variabel return to scale merupakan asumsi yang lebih tepat digunakan untuk sampel besar.41 Variabel return to scale

menggambarkan technical efficiency secara keseluruhan yang terdiri dari dua komponen: pure technical efficiency dan scale efficiency.

Pure technical efficiency menggambarkan kemampuan manajer perusahaan atau DMU untuk memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Sedangkan scale efficiency menggambarkan suatu DMU atau perusahaan dapat beroperasi pada skala produksi yang tepat.

40

Coelli T.J., A Guide to DEAP version 2.1: A Data Envelopment Analysis, hal. 18

41N. Avkiran K.,”The Evidence on Efficiency Gains: The Role of Mergers and The

(64)

Nurul komaryatin berpendapat bahwa asumsi CRS hanya cocok jika semua perusahaan beroperasi pada skala yang optimal.42 Persaingan tidak sempurna, kendala keuangan dan sebagainya mungkin menyebabkan sebuah perusahaan tidak beroperasi pada skala yang optimal. Bankers, Charnes dan Cooper pada tahun 1984 menganjurkan sebuah perluasan dari model CRS DEA dengan menerapkan perhitungan VRS (variable return to scale). Penggunaan dari spesifikasi CRS ketika tidak semua perusahaan beroperasi pada skala yang optimal, akan meng

Gambar

Tabel 4.4. Skor dan Komponen Produktivitas BUS ...........................................84
Grafik 2.1 Efisiensi Teknis dan Alokatif Pendekatan Input
Grafik 2.2, dimana jarak A ke B mewakili ketidakefsiensi secara
Grafik 2.2 Efisiensi Teknis dan Alokatif Pendekatan Output
+7

Referensi

Dokumen terkait

Total hutang (kewajiban) terhadap asset (Total Debt To Total Asset) Rasio ini membambandingkan jumlah total utang dengan aktiva total yang dimiliki

Dari beberapa literatur di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan diteliti yaitu sama-sama membahas tentang perceraian sedangkan perbedaannya sangat

Hasil penelitian kinerja campuran beton aspal daur ulang (RAP) dan campuran standar menunjukkan bahwa Kepadatan, persentase rongga terhadap agregat (VMA), stabilitas, kelelehan,

Dalam Pegadaian Syariah Unit Plaju, biaya perbaikan tidak ada dalam objek ijarah karena barang gadai yang digunakan adalah emas sehingga tidak mcmbutuhkan perbaikan hanya

Microsoft Internet Information Services (IIS) is the web service for the Orion Dashboard and Microsoft SQL Server is the database backend for all information gathered from

Obtaining Tablespace Information with the Enterprise Manager Instead of querying the data dictionary views with a command-line tool such as SQL*Plus or i SQL*Plus, you can use

From marking up our content in HTML5 to creating a JavaScript framework, we'll create static pages that help us focus on the foundations of iPhone Web Application development..

Kata Kunci : Example Non-Example, Hasil belajar, Ilmu Pengetahuan Sosial Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan keterampilan guru dalam mengelola