• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis penerapan tax planning dalam usaha mengefisienkan beban pajak pada Badan Usaha Koperasi : Studi kasus pada PRIMKOPPOLRES Metro Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis penerapan tax planning dalam usaha mengefisienkan beban pajak pada Badan Usaha Koperasi : Studi kasus pada PRIMKOPPOLRES Metro Jakarta Selatan"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN

TAX PLANNING

DALAM USAHA MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK

PADA BADAN USAHA KOPERASI

(Studi Kasus pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan)

Oleh:

Erick Darmawan

NIM : 109082000114

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ANALISIS PENERAPAN

TAX PLANNING

DALAM USAHA MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK

PADA BADAN USAHA KOPERASI

(Studi Kasus pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih

Gelar Sarjana Ekonomi)

Oleh:

Erick Darmawan

NIM : 109082000114

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri

1. Nama Lengkap : Erick Darmawan

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 04 Agustus 1991

3. Alamat : Jl. Karya Utama RT/RW 008/003

No. 12, Kel. Gandaria Utara, Kec. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

4. Telepon : 085716418797

5. Email : erickdarmawan14@gmail.com

II. Pendidikan Formal

1. TK Arti Petogogan Tahun 1994 – 1996

2. SDN Pulo 05 Pagi Kebayoran Baru Tahun 1996 – 2003 3. SMP Negeri 13 Tirtayasa Tahun 2003 – 2006 4. SMA Negeri 97 Jagakarsa Tahun 2006 – 2009 5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009 – 2015

III. Pendidikan Non Formal

1. Peserta Workshop Software akuntansi Zahir “Zahir Accounting Edisi Standar 5.1”

2. Peserta training IDEA data analysist software IDEA Overview for

(8)

v

IV. Pengalaman Organisasi

1. Ketua Koordinator Divisi Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2012

2. Bendahara Depok Scorpio Family (DSF) periode 2013-2014 3. Divisi Peralatan Propesa 2011-2012

V. Latar Belakang Keluarga

Ayah : Junari

Ibu : Warsini

(9)

vi

ABSTRACT

This research aims to know whether there are significant differences between the influence of before and after the application of tax planning to efficiently cooperative tax expense on business entities. Methods used to research this is descriptive method to a draft analysis case study. A kind of quantitative research chosen is descriptive. Analyzing data obtained by means of cooperative financial report in 2010, 2011 and 2012 and interviews to the competent parties of the related to the calculation of income tax agency. An analysis of data obtained by the reconciliation of fiscal and divert the cost of that cannot be deducted to the cost can be deducted, then compare the expense of tax planning to do before and after tax

Research conclusions this has been proven that tax planned capable of efficiently of tax charges and to be able to clarify the way the tax calculation in accordance with the rules a tax whose effect. Tax Planning it turns out that impact was positive and negative for these cooperatives, namely his positive impact efficiency cooperatives can the tax charges in 2011 and 2012, the negative impact of his cooperatives can have tax charges larger so it could give clarification on the size of the tax is supposed to pay and paid off in 2010 by these cooperatives. Based on the conclusion above, should be more cooperative carefully and thoroughly in counting the size of tax, occurred less pay or not to pay more tax burden.

(10)

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh sebelum dan sesudah penerapan perencanaan pajak untuk mengefisiensikan beban pajak terhadap badan usaha koperasi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan rancangan penelitian studi kasus. Jenis penelitian yang dipilih adalah deskriptif kuantitatif. Data diperoleh dengan cara menganalisis laporan keuangan koperasi tahun 2010, 2011 dan 2012 dan wawancara kepada pihak pihak yang berkompeten dari bagian yang terkait dengan perhitungan PPh badan. Analisis data diperoleh dengan rekonsiliasi fiskal dan mengalihkan biaya yang tidak bisa dikurangkan menjadi biaya yang dapat dikurangkan, kemudian membandingkan beban pajak sebelum dan sesudah melakukan perencanaan pajak.

Kesimpulan penelitian terbukti bahwa perencanaan pajak mampu mengefisiensikan beban pajak tetapi dan memperjelas cara perhitungan pajak yang sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Perencanaan pajak ternyata berdampak positif dan negatif pada koperasi tersebut, yaitu dampak positif nya koperasi dapat mengefisiensikan beban pajak pada tahun 2011 dan 2012, dampak negatif nya koperasi bisa memiliki beban pajak yang lebih besar sehingga mampu memberikan kejelasan tentang besarnya pajak yang memang seharusnya dibayar dan dilunasi pada tahun 2010 oleh koperasi tersebut. Berdasarkan kesimpulan diatas, sebaiknya koperasi lebih cermat dan teliti dalam menghitung besarnya pajak, agar tidak terjadi kurang bayar atau lebih bayar beban pajak.

(11)

viii

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Sholawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta sahabatnya, serta para pengikutnya yang selalu tetap istiqomah sampai akhir zaman. Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Perencanaan Pajak dalam Usaha Mengefisiensikan Beban Pajak pada Badan Usaha Koperasi (Studi Kasus pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan) telah peneliti selesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Uiversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak doa, bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT. Yang Maha Esa, hanya kepada-Nya aku memohon ampun, hanya kepada-Nya aku bersyukur atas semua nikmat yang telah Dia berikan. Dia-lah pemilik hidup dan mati ku.

2. Bapak dan Ibu ku, ( Junari dan Warsini), yang telah memberikan semangat dan dukungan baik material maupun non material serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

(12)

ix

4. Bapak Dr. Amilin, SE, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP selaku dosen pembimbing 1 yang telah rela meluangkan waktu untuk membimbing peneliti hingga skripsi ini bisa terselesaikan.

5. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini hingga akhirnya biasa terselesaikan. Terimakasih atas segala bimbingannya.

6. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Kepala Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan ilmu pengetahuannya selama perkuliahan selama ini, semoga ilmu tersebut menjadi bermanfaat dan berkah bagi kita semua hingga sukses di dunia dan akhirat.

9. Bapak Haji Damanhuri SH. yang terus membimbing dan memberi semangat, terimakasih yang sebesar-besarnya kepada beliau.

10. Teman-teman seperjuangan Akuntansi kelas C angkatan 2009 alias ACID ( Accounting C’s Indescribable Democracy).

11. Teman-teman seperjuangan jurusan akuntansi angkatan 2009 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

12. Pengurus Primkoppolres Metro Jakarta Selatan yang membantu dalam penyediaan data penelitian.

13. Keluarga Besar Depok Scorpio Family (DSF) yang terus memberikan motivasi dan semangat.

14. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(13)

x

peneliti selama ini. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, 1 Maret 2015

(14)

xi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Abstract ... vi

Abstrak... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB.I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB.II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Teori ... 8

1. Teori Tentang Kemakmuran ... 8

(15)

xii

3. Eisiensi Beban Pajak ... 12

B. Koreksi Fiskal ... 13

1. Beda Tetap ... 13

2. Beda Waktu ... 14

C. Perencanaan Pajak ... 14

1. Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning) ... 14

2. Tujuan Perencanaan Pajak ... 15

3. Manfaat Perencanaan Pajak ... 17

4. Motivasi Perencanaan Pajak ... 17

5. Strategi dalam Perencanaan Pajak ... 17

6. Aspek-Aspek dalam Perencanaan Pajak ... 22

7. Dasar Hukum Perencanaan Pajak ... 22

8. Teknis Perencanaan Pajak ... 23

9. Perencanaan Pajak Berdasarkan Undang-undang Domestik ... 24

10.Jenis-jenis Perencanaan Pajak ... 25

11.Aspek Kebijakan Akuntansi dan Administrasi ... 26

12.Pajak Khusus Koperasi ... 26

D. Koperasi ... 27

1. Pengertian Koperasi ... 27

2. Prinsip-Prinsip Koperasi ... 28

3. Fungsi dan Peran Koperasi ... 29

(16)

xiii

5. Bentuk dan Jenis Koperasi ... 32

6. Sumber Modal Koperasi ... 32

7. Perangkat Organisasi Koperasi ... 33

E. Penelitian Terdahulu ... 34

F. Skema Kerangka Pemikiran ... 38

G. Dampak Perencanaan Pajak Terhadap Primkoppolres Metro Jakarta Selatan ... 38

BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 40

B. Metode Penentuan Sampel ... 40

C. Metode Pengumpulan Data ... 41

D. Metode Analisis Data ... 41

E. Operasional Variabel Penelitian ... 43

BAB.IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46

1. Sejarah Singkat Koperasi ... 46

2. Visi dan Misi ... 48

3. Struktur Organisasi ... 48

4. Kebijakan Akuntansi Koperasi ... 49

(17)

xiv

1. Perhitungan Pajak Penghasilan Sebelum Perencanaan

Pajak ... 51

2. Perhitungan PPh Badan ... 64

BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 70

(18)

xv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

Tabel 1.1. Perbedaan antara Koperasi dengan Badan Usaha Lain ... 3

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu ... 35

Tabel 2.3. Penelitian Terdahulu ... 36

Tabel 2.4. Penelitian Terdahulu ... 37

Tabel 4.1. Masa Manfaat Aktiva Tetap ... 50

Tabel 4.2. Primer Koperasi Polres Metro Jaksel Rekonsiliasi Laba Rugi Komersial dan Fiskal Per 31 Desember 2010 ... 52

Tabel 4.3. Primer Koperasi Polres Metro Jaksel Rekonsiliasi Laba Rugi Komersial dan Fiskal Per 31 Desember 2011 ... 56

Tabel 4.4. Primer Koperasi Polres Metro Jaksel Rekonsiliasi Laba Rugi Komersial dan Fiskal Per 31 Desember 2012 ... 60

Tabel 4.5. Perhitungan PPh Badan Primkoppolres Metro Jakarta Selatan 2010 ... 64

Tabel 4.6. Perhitungan PPh Badan Primkoppolres Metro Jakarta Selatan 2011 ... 65

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

Gambar 2.1. Strategi-Strategi dalam Meminimalkan Jumlah Pajak yang harus dibayar ... 21

Gambar 2.2. Penerapan Perencanaan dalam Mengefisiensikan beban Pajak Koperasi ... 38

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 PSAK Nomor 27 tentang Akuntansi Perkoperasian Revisi (Revisi 1998) (Reformat 2007) ... 75 2 Peraturan Pemerintah Keuangan Nomor 131 Tahun 2000

Tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia ... 88 3 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 51/KMK.04/2001 Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia ... 96 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009

Tentang Jenis-jenis Harta yang Termasuk dalam Kelompok Harta Berwujud bukan Bangunan untuk Keperluan Penyusutan ... 100 5 Undang - undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

1992 Tentang Perkoperasian ... 105 6 Undang - undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang - undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan ... 127 7 Undang - undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

(21)

xviii

8 Laporan Laba Rugi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 ... 140 9 Laporan Laba Rugi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan

untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 ... 141 10 Laporan Laba Rugi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan

untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 ... 142 11 Rincian Beban Primkoppolres Metro Jakarta Selatan tahun

2010 ... 143 12 Rincian Beban Primkoppolres Metro Jakarta Selatan tahun

2011 ... 144 13 Rincian Beban Primkoppolres Metro Jakarta Selatan tahun

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik rutin maupun pembangunan adalah pajak. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat (2) yang berbunyi sebagai berikut: “Segala pajak dipungut berdasarkan undang undang demi kepentingan negara dan ditunjukan kesejahteraan rakyat”. Di Indonesia sendiri, pemerintah menggunakan

sistem self assessment system. Sistem pemungutan pajak yang menuntut Wajib Pajak untuk mematuhi kewajiban perpajakan (tax compliance) dengan secara pro aktif mengelola administrasi perpajakannya. Self assesment system memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang mulai dari menghitung, melapor dan menyetor jumlah pajak terutang, sedangkan sistem pembayaran (payment) berlaku dapat dilakukan sendiri oleh wajib pajak maupun melalui pemotongan pihak ketiga (witholder system).

(23)

2 bingkai undang-undang perpajakan maupun dengan cara melanggar undang– undang yang berlaku.

Menurut Noviandi Librata (2013) meminimalisasi beban pajak dengan baik secara legal, dengan tidak melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan dikenal dengan perencanaan pajak (tax planning). Tujuan yang diharapkan dengan adanya tax planning ini adalah mengefisiensikan pembayaran pajak terutang sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperolah laba dan likuiditas yang diharapkan. Selanjutnya tinggal melaksanakan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax control).

Sebelum perencanaan pajak, pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan harus dilakukan. Wajarnya, tax planning bertujuan untuk meminimumkan kewajiban pajak yang berdasarkan harus memenuhi syarat-syarat, diantaranya tidak melanggar ketentuan perpajakan, secara bisnis mampu diterima dan bukti-bukti pendukungnya memadai.

(24)

3 mempunyai asas kekeluargaan tidak semata-mata mencari keuntungan, tapi sebagai badan usaha yang berbadan hukum, koperasi juga memerlukan perencanaan pajak yang baik agar kegiatan yang dilaksanakan oleh koperasi bisa berjalan lancar dan mampu mencapai tujuan yang menjadi cita-cita koperasi.

Tabel 1.1

Pemilik usaha Individu Sekutu usaha Pemegang saham

Anggota

Punya hak suara

Tidak perlu Para sekutu Pemegang saham

Para sekutu Direksi Pengurus

Balas jasa

Pemilik Para sekutu Pemegang saham Sumber : Ruly Destiyanningsih, 2013.

(25)

self-4 help dan tolong menolong diantara anggota-anggotanya, sehingga dapat melahirkan rasa saling percaya kepada diri sendiri dalam persaudaraan koperasi yang merupakan semangat baru dan semangat menolong diri sendiri. Kemudian didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan, berdasarkan prinsip “satu

untuk semua dan semua untuk satu”.

Berarti, koperasi mempunyai beberapa peran yaitu sebagai gerakan ekonomi dan badan usaha. Peran yang dimiliki koperasi diharapkan dapat menghadapi distorsi pasar serta menciptakan keseimbangan sebagai akibat berlakunya prinsip bisnis yang semata-semata bermotif ekonomi. Status hukum koperasi yaitu tunduk pada peraturan-peraturan yang mengatur tentang kewajiban sebagai badan usaha, seperti akta pendirian dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), badan usaha lain pun mempunyai kewajiban yang sama. Pada umumnya, koperasi mempunyai perbedaan dengan badan usaha lainnya, yang terletak pada tujuan, pengambil keputusan, permodalan, kepemilikan, balas jasa, pengawasan dan asas.

Perbedaan yang muncul antara koperasi dan badan usaha bukan koperasi menjelaskan bahwa perbedaan yang terjadi ada pada prinsip. Hal ini menunjukan, koperasi sebagai bentuk badan usaha bagi perorangan yang umumnya berskala mikro dan kecil akan lebih maksimal dalam mewujudkan demokrasi ekonomi.

(26)

5 Suryanti (2008), melakukan penelitian mengenai perencanaan pajak untuk meminimalkan pembayaran pajak pada PT. Arta Design. Penggunaan perencanaan pajak menghasilkan efisiensi pajak sebesar 24,60%.

Berdasarkan hal tersebut tax planning bisa diartikan juga sebagai proses pengambilan tax factor yang relevan dan non tax factor yang material untuk melakukan menentukan apakah, kapan, bagaimana, dan dengan siapa (pihak mana) untuk melakukan transaksi, operasi dan hubungan dagang yang memungkinkan tercapainya beban pajak pada tax event yang se-efisien mungkin dan sejalan dengan tujuan perusahaan.

Penulis memilih koperasi sebagai objek penelitian karena penelitian mengenai tax planning yang pernah dilakukan sebelumnya lebih banyak dilakukan pada badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Selain itu, koperasi merupakan badan usaha yang tidak mencari keuntungan semata, tetapi juga mempunyai tujuan untuk menciptakan dan mengembangan perekonomian nasional, yang sudah pasti berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

(27)

6 Beban Pajak pada Badan Usaha Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan) “.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana dampak perencanaan pajak terhadap kewajiban perpajakan pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran tentang perencanaan pajak pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, masukan, dan pertimbangan dalam memperkaya konsep penerapan tax planning dalam usaha mengesfisiensikan beban pajak pada badan usaha koperasi dengan tidak melanggar Undang-undang dan peraturan perpajakan yang berlaku.

(28)

7 yang sesuai dengan Undang-undang dan peraturan perpajakan yang berlaku.

c. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai pembanding penerapan tax planning yang dilakukan pada koperasi dengan yang dilakukan pada badan usaha lain dengan tujuan mengefisiensikan beban pajak.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat meningkatkan dan memperbaiki keadaan koperasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan melalui tax planning dalam usaha untuk mengefisiensikan beban pajak yang sesuai dengan peraturan dan Undang-undang yang berlaku. Karena pajak salah satu sumber pendapatan pemerintah.

(29)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

1. Teori tentang Kemakmuran

Pengertian welfare state, Welfarestate atau negara kesejahteraan adalah

negara yang pemerintahannya menjamin terselenggaranya kesejahteraan

rakyat. Dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya harus didasarkan pada

lima pilar kenegaraan, yaitu : Demokrasi (Democracy). Penegakan Hukum

(Rule of Law), perlindungan Hak Asasi Manusia, Keadilan Sosial (Social

Juctice) dan anti diskriminasi.

Ide mengenai sistem kesejahteraan negara yang berkembang di Indonesia

biasanya lebih sering bernuansa negatif ketimbang positif. Misalnya, sering

kita dengar bahwa sistem kesejahteraan negara adalah pendekatan yang boros,

tidak kompatibel dengan pembangunan ekonomi, dan menimbulkan

ketergantungan pada penerimanya (beneficiaries). Akibatnya, tidak sedikit

yang beranggapan bahwa sistem ini telah menemui ajalnya, alias sudah tidak

dipraktekan lagi di negara manapun. Meskipun anggapan ini jarang disertai

argumen dan riset yang memadai. banyak orang menjadi kurang berminat

membicarakan, dan apalagi, memperhitungkan pendekatan ini.

Setiap orang haruslah membayar bagiannya (pajak) sesuai dengan

kemampuannya untuk membayar. Tiga ukuran yang biasanya dipakai untuk

mengukur kemakmuran seseorang (atau kemampuan seseorang membayar

(30)

9 1. Pendapatan

2. Pengeluaran konsumsi

3. Kekayaan

Didalam perencanaan pajak selain untuk mengefisiensikan beban pajak,

namun juga secara tidak langsung akan mencerminkan dan meningkatkan

tingkat kemakmuran koperasi pada umumnya dan anggota koperasi pada

khususnya. Masyarakat sekitar yang secara tidak langsung ikut meningkat

tingkat kemakmuran nya dengan cara berbelanja di koperasi tersebut tanpa

harus menjadi anggota koperasi. Semakin banyak koperasi, anggota koperasi

dan masyarakat yang secara tidak langsung menggunakan fasilitas koperasi

seperti warung toserba, foto kopi, simpan pinjam dan produk atau fasilitas

koperasi lainnya sehingga meningkat tingkat kemakmuran nya menyebabkan

negara mengalami peningkatan kemamkuran yang menjadi salah satu cita-cita

semua negara.

Ketika koperasi, anggota koperasi dan masyarakat makmur, maka mereka

akan mampu membayar pajak sesuai peraturan yang berlaku seperti di

Indonesia yang menggunakan sistem pajak self assessment dimana pemerintah

yang menerapkan untuk memberi tanggung jawab penuh kepada wajib pajak

yang mana untuk memenuhi kewajiban membayar pajak semua prosedur dan

tahapannya dilakukan sendiri oleh pihak yang wajib membayar pajak tersebut.

Tingkat kemakmuran di Primkoppolres Metro Jakarta Selatan baik koperasi itu

sendiri maupun anggota nya cukup baik, maka sudah mampu melaksanakan

(31)

10

Namun, di masa modern ini dengan harga pokok yang semakin mahal,

tidak stabilnya harga bahan bakar minyak, dan beberapa masalah ekonomi

yang menyebabkan sebagian kalangan masyarakat dengan ekonomi menengah

kebawah kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup muncul lah berbagai

macam cara untuk menghindari dan mengurangi jumlah pajak. Berbagai

macam cara yang ilegal sampai legal dilakukan, salah satu cara legal dan tidak

melanggar peraturan undang-undang dan peraturan perpajakan yang berlaku

adalah perenacanaan pajak (tax planning), Perencanaan pajak lah yang

digunakan untuk mengurangi beban pajak pada Primkoppolres Metro Jakarta

Selatan.

2. Teori tentang Efisiensi

Menurut Setyono (2013) efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Menurut pengertian ini, efisiensi terdiri atas dua unsur yaitu kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut:

a. Unsur Kegiatan

Suatu kegiatan dianggap mewujudkan efisiensi jika suatu hasil tertentu tercapai dengan kegiatan terkecil. Unsur kegiatan terdiri dari lima sub unsur, yaitu pikiran, tenaga, bahan, waktu, dan ruang.

b. Unsur Hasil

(32)

11 Teori nilai guna atau utility yaitu teori ekonomi yang mempelajarai kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsi barang-barang. Kalau kepuasan itu semakin tinggi nilai guna atau utility–nya. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang maka utilitynya semakin rendah pula.

Nilai guna dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu:

i. Marginal utility (kepuasan marginal) adalah pertambahan/pengurangan kepuasan sebagai akibat adanya pertamabahan/pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.

ii. Total utility adalah keseluruhan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang-barang tertentu.

Tingkat efisiensi dapat diketahui dengan cara membandingkan antara output yang dihasilkan dengan input yang digunakan. Jika hasilnya lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan terjadi efisiensi. Namun sebaliknya, jika hasilnya kurang dari 1 (satu) maka tidak terjadi efisiensi.

Efisiensi maupun produktivitas keduanya dapat digunakan sebagai bahan untuk mengukur kinerja suatu unit kegiatan ekonomi, meskipun secara prinsip kedua pengukuran tersebut berbeda. Konsep efisiensi lebih berkaitan dengan seberapa jauh suatu proses mengkonsumsi masukan untuk menghasilkan keluaran tertentu, sementara konsep produktivitas berkaitan dengan seberapa jauh suatu proses menghasilkan keluaran dengan mengkonsumsi masukan tertentu.

(33)

12 efisien suatu proses mengkonsumsi masukan dan seberapa produktif suatu proses menghasilkan keluaran. Efisiensi merupakan rasio antara keluaran dengan masukan suatu proses, dengan fokus perhatian pada konsumsi masukan. Produktivitas merupakan rasio antara masukan dengan keluaran, dengan fokus perhatian pada keluaran yang dihasilkan oleh suatu proses.

Ada tiga kegunaan mengukur efisiensi. Pertama, sebagai tolak ukur untuk memperoleh efisiensi relatif, mempermudah memperbandingkan antara unit ekonomi satu dengan lainnya. Kedua, apabila terdapat variasi tingkat efisiensi dari beberapa unit ekonomi yang ada maka dapat dilakukan penelitian untuk menjawab faktor-faktor apa yang menentukan perbedaan tingkat efisiensi. Ketiga, informasi mengenai efisiensi memiliki implikasi kebijakan karena manajer dapat menentukan kebijakan perusahaan secara tepat.

3. Efisiensi Beban Pajak

(34)

13 Upaya untuk menghindari pemborosan sumber daya yang dapat mempengaruhi besarnya laba usaha adalah tujuan dari efisiensi. Penghindaran pemborosan tersebut meupakan upaya optimalisasi alokasi sumber daya dengan melakukan aktivitas dengan benar disamping melakukan aktivitas yang seharusnya dilakukan. Salah satu cara efisiensi beban pajak yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan pajak.

B. Koreksi Fiskal

Menurut Delima (2013) koreksi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto atau laba yang sesuai dengan ketentuan perpajakan. Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan atau pengakuan penghasilan maupun biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak. Perbedaan tersebut terdiri dari dua macam yaitu:

1. Beda Tetap (Permanent Difference)

Beda tetap adalah penghasilan dan biaya yang diakui dalam penghitungan laba bersih untuk akuntansi komersial tetapi tidak diakui dalam penghitungan akuntansi pajak.

2. Beda Waktu (Time Difference)

(35)

14 i. Penyesuaian Fiskal Positif adalah koreksi atau penyesuaian yang akan mengakibatkan meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan terutangnya juga akan meningkat.

ii. Penyesuaian Fiskal Negatif adalah penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh Badan terutangnya juga akan menurun.

Koreksi fiskal dilakukan karena adanya perbedaan antara laba atau rugi menurut perhitungan akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal, maka sebelum menghitung Pajak Penghasilan yang terutang, terlebih dahulu laba/rugi komersial tersebut harus dilakukankoreksi-koreksi fiskal sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu membuat pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Koreksi fiskal dilakukan baik terhadap penghasilan maupun terhadap biaya-biaya atau pengurangan penghasilan bruto.

C. Perencanaan Pajak

1. Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning)

(36)

15 Menurut Zain (2008:67) mengungkapkan bahwa perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion).

Berdasarkan dua definisi yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa perencanaan pajak adalah suatu proses organisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa, sehingga hutang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak lainnya berada di posisi paling efisien, sepanjang hal itu mungkin dilakukan baik oleh peraturan perundangan perpajakan maupun secara komersil.

Jadi perencanaan pajak diajukan bukanlah untuk mengurangi atau menghindari kewajiban pajak yang harus segera dibayar, melainkan sesuatu yang dibuat oleh perusahaan untuk menghindari suatu kelebihan pajak yang tidak diantisipasi atau direncanakan sebelumnya. Dengan merencanakan pajak maka pengambilan keputusan keuangan dan manajerial dengan sepenuhnya akan diambil yang dapat memperhatikan konsekuensi bagi perusahaan.

2. Tujuan Perencanaan Pajak

(37)

16 sama dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis kedua-duanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun diinvestasikan kembali.

Menurt Suandy (2011:7) tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang – undang, maka perencanaan pajak disini dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.

Tujuan tax planning secara lebih khusus ditujukan untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut:

a. Menghilangkan atau menghapus pajak dalam tahun berjalan.

b. Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan membentuk badan usaha baru.

c. Menunda pengakuan penghasilan.

d. Menghilangkan atau menghapus pajak sama sekali.

e. Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur atau membentuk, memperbanyak, atau mempercepat pengurangan pajak.

(38)

17 3. Manfaat Perencanaan Pajak

Menurut Wulansari (2013), manfaat perencanaan pajak pada prinsipnya adalah sebagai berikut:

a. Mengatur alur kas, merupakan perencanaan yang dapat mengestimasi kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kasnya dengan lebih akurat.

b. Penghematan kas keluar, adalah perencanaan pajak yang dapat menghemat pajak yang merupakan biaya bagi perusahaan.

4. Motivasi Perencanaan Pajak

Menurut Suandy (2011:10) mengungkapkan, bahwa motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak umumnya bersumber dari tiga unsur perpajakan, yaitu:

a. Kebijakan perpajakan (tax policy). b. Undang-undang perpajakan (tax law).

c. Administrasi perpajakan (tax administration). 5. Strategi dalam Perencanaan Pajak

Menurut Sumarsan (2011), strategi perencanaan pajak ada lima, atau yang biasa di sebut model perencanaan pajak SAVANT, yaitu:

a. Strategi (Strategy)

(39)

18 i. Pemilikan alternatif dasar pembukuan, basis kas, atau basis akrual. ii. Pengolahan transaksi yang berkaitan dengan pemberian

kesejahteraan pada karyawan.

iii. Pemilihan metode penilaian persediaan.

iv. Pemilihan sumber dana dalam pengedaran asset.

v. Pemilihan metode penyusutan asset tetap dan amortisasi asset tidak berwujud.

vi. Transaksi dengan pemungut pajak (Witholding Tax). vii. Optimalisasi pengkreditan pajak yang telah dibayar.

viii. Permohonan penurunan pembayaran angsuran masa (PPh pasal 25 bulanan)

ix. Penyertaan modal pada perseroan terbatas dalam negeri b. Antisipasi (Anticipation)

Merupakan wajib pajak berantisipasi terhadap penurunan tarif pajak penghasilan yang akan dibayar menjadi lebih kecil. Jika perusahaan mengalami kerugian bersih operasional, maka rugi bersih operasional perusahaan dapat dikompensasikan selama 5 tahun berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan.

c. Bernilai Tambah (Value Adding)

(40)

19 d. Negosiasi (Negotiating)

Perusahaan dapat menggeser penghasilan atau biaya melalui negosiasi harga beli produk atau harga jual produk. Penggeseran pajak dikenal sebagai kemampuan perusahaan untuk membagikan beban pajak kepada pihak lain. Pemerintah dapat meringankan beban pajak perusahaan dengan tujuan untuk menciptakan lapangan kerja.

e. Transformasi (Transforming)

Perencanaan pajak termasuk melakukan transformasi biaya yang tidak dapat dikurangkan menjadi biaya yang dapat dikurangkan (Deductible Expense).

Selain model strategi perencanaan pajak diatas, terdapat metode lain untuk melakukan perencanaan pajak, yaitu:

a. Metode Shifting

Wajib pajak dapat menggunakan metode ini untuk menggeser jumlah beban pajak pada periode fiskal yang lebih menguntungkan.

b. Metode Splitting

Wajib pajak dapat menggunakan metode splitting untuk membedakan penerapan tarif normal perhitungan neto yang lebih rendah dengan membagi penghasilannya.

c. Metode Combination

(41)

20 Beberapa strategi yang dianggap ampuh dan sudah banyak digunakan dalam tax planning.

a. Tax saving

Yaitu upaya wajib pajak mengelakkan hutang pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk – produk yang ada pajak pertambahan nilainya atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar, misalnya penghindaran atas pengenaan sanksi perpajakan yang berlaku.

b. Tax avoidance

Merupakan upaya efisiensi untuk meminimkan atau menghilangkan beban pajak dengan memerhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang ditimbulkan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

c. Mengindari pelanggaran atas peraturan perpajakan

Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari timbulnya sanksi perpajakan yaitu:

1) Sanksi administrasi berupa denda, bunga atau kenaikan. 2) Sanksi denda pidana atau kurungan.

d. Menunda pembayaran kewajiban pajak

(42)

21 dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan.

e. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan

Wajib pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya PPh Pasal 22 atau pembelian solar dan impor dan fiskal luar negeri atas perjalanan dinas pegawai.

Gambar 2.1

(43)

22 Sumber: Mangonting, Yeni. “Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai

Alternantif Meminimalkan Pajak”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Universitas Kristen Petra, Vol. 1, No. 1, Hal 43-53,1999.

6. Aspek – Aspek dalam Perencanaan Pajak

Menurut Ibrahim (2010) aspek-aspek dalam perencanaan pajak terbagi menjadi aspek formal dan administratif serta aspek material.

a. Aspek Formal dan Administratif

Aspek Formal dan Administratif yang harus dilaksanakan suatu badan usaha untuk dapat melakukan perencanaan pajak antara lain:

1) Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).

2) Menyelenggaraan pembukuan atau pencatatan. 3) Memotong dan atau memungut pajak.

4) Membayar pajak.

5) Menyampaikan Surat Pemberitahuan. b. Aspek Material

Aspek material untuk perhitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasi alokasi sumber dana manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap.

7. Dasar Hukum Perencanaan Pajak

(44)

23 a. PSAK Nomor 27 tentang Akuntansi Perkoperasian Revisi (Revisi 1998)

(Reformat 2007).

b. Peraturan Pemerintah Keuangan Nomor 131 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia.

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 51/KMK.04/2001 Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia.

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 Tentang Jenis-jenis Harta yang Termasuk dalam Kelompok Harta Berwujud bukan Bangunan untuk Keperluan Penyusutan.

e. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.

f. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang - undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

g. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian.

8. Teknis Perencanaan Pajak

Teknis dalam membuat perencanaan pajak antara lain sebagai berikut: a. Menganalisis informasi (basis data) yang ada.

(45)

24 d. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak. e. Memutakhirkan rencana pajak.

Perencanaan pajak (Tax Planning) mencakup pemahaman dan implementasi dari berbagai strategi yang dapat meminimalisir jumlah beban pajak dalam beberapa periode. dengan perencanaan pajak yang baik akan menjadi sumber bagi penyediaan modal kerja koperasi. Pada dasarnya usaha mengefisiensikan beban pajak berdasarkan the least dan latest rule yaitu wajib pajak selalu berusaha menekan pajak sekecil mungkin dan menunda pembayaran selambat mungkin sebatas masih diperkenankan Undang-undang dan peraturan perpajakan. Perencaan pajak (Tax Planning) sebagai suatu langkah yang tepat untuk koperasi, dalam melakukan efisiensi pajak sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan, peraturan dan Udang-undang yang berlaku.

9. Perencanaan Pajak Berdasarkan Undang-undang Domestik

(46)

25 Sistem perpajakan mungkin akan berubah jika situasi sosial politik suatu negara berubah. Peraturan perpajakan yang berlaku pada saat ini perlu dicermati hanya untuk memahami bagaimana perpajakan mempengaruhi keputusan bisnis. Berapa pun besarnya pajak penghasilan yang akan dikenakan terhadap perusahaan. Dengan demikian, kita dapat memusatkan perhatian pada beban perusahaan, beban apa saja yang dapat menjadi pengurang pajak, dan bagaimana hal itu mempengaruhi pengambilan keputusan.

10. Jenis-jenis Perencanaan Pajak

Menurut Suandy (2011), perencanaan pajak dapat dibagi menjadi dua sebagai berikut:

a. Perencanaan pajak nasional (national tax planning)

b. Perencanaan pajak internasional (international tax planning)

Dalam melakukan perencanaan pajak, baik nasional maupun internasional, yang sering dilakukan adalah dengan melakukan hal berikut:

a. Penghindaran tarif pajak tertinggi, baik dengan memanfaatkan bunga, investasi, maupun arbitrase kerugian (losses arbitage).

b. Percepatan pengakuan pendapatan. c. Alokasi pajak ke beberapa wajib pajak. d. Penangguhan pembayaran pajak. e. Tax exclusive maximization.

(47)

26 g. Transformasi beban yang tidak boleh dikurangi pajak ke beban-beban

yang boleh dikurangi pajak.

h. Penciptaan maupun percepatan beban-beban yang boleh dikurangi pajak. 11. Aspek Kebijakan Akuntansi dan Adminitrasi

Walaupun secara teknis proses penyajian laporan tidak diatur secara rinci dalam ketentuan perpajakan, pengukuran dan penilaian atas suatu fakta sangat dipengaruhi oleh ketentuan perpajakan merupakan produk lembaga legislatif yang mengikat semua anggota masyarakat (termasuk profesi akuntansi). Dengan demikian, apabila terjadi kekurang sesuaian antara ketentuan perpajakan dan praktik atau standar akuntansi yang berlaku umum, Undang-undang perpajakan mempunyai prioritas untuk dipatuhi diatas praktik dan kelaziman akuntansi. Perbedaan kebijakan antara kebijakan akuntansi komersial dengan akuntansi pajak untuk perhitungan laba kena pajak meliputi: a. Sistem pengakuan penghasilan dan beban.

b. Sistem penilaian persediaan. c. Metode penyusutan.

d. Penliaian kembali aset tetap. e. Sewa guna usaha (leasing). 12. Pajak Khusus Koperasi

(48)

27 setahun tidak lebih Rp 50.000.000.000,00. Tetapi, diskon 50% berlaku atas keuntungan dari peredaran bruto sampai Rp 4.800.000.000,00 saja, sisanya bayar tarif 100% ( Pasal 31E Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008). Jenis pajak Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak ada perlakuan istimewa pula pada koperasi. Ketika omset setahun lebih dari Rp 600.000.000,00, maka wajib pajak pula dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) lalu memungut PPN dan menyetor ke kas negara. Jika selama dua tahun omset nya melebihi Rp 600.000.000,00 setahun tetapi tidak memungut PPN maka pada tahun ketiga akan dikenakan denda atau sanksi yang jumlahnya dapat melenyapkan modal koperasi. Apalagi SHU telah dibagikan pada anggota, hampir dipastikan koperasi dapat bangkrut akibat membayar denda pajak (PPh dan PPN).

D. Koperasi

1. Pengertian Koperasi

Menurut Undang-undang 25 Tahun 1992 Pasal 1 pengertian koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

(49)

28 Berdasarkan dua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi yang memiliki identitas ganda, yaitu sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi yang melaksanakan kegiatannya berdasar atas asas kekeluargaan. Sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan, koperasi memiliki tujuan untuk kepentingan anggotanya antara lain meningkatkan kesejahteraan, menyediakan kebutuhan, membantu modal, dan mengembangkan usaha.

2. Prinsip-Prinsip Koperasi

Prinsip Koperasi menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 yang terdapat pada Pasal 6 yaitu:

a. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka.

b. Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis. c. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi.

d. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan independen. e. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota,

pengawas, pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan koperasi.

f. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional.

(50)

29 3. Fungsi dan Peran Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai berikut:

a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya.

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

e. Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para pelajar bangsa.

4. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi

(51)

30 Landasan struktural koperasi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33, dengan pertimbangan bahwa pasal tersebut pada dasarnya mengatur perikehidupan ekonomi bangsa Indonesia yang di dalam gerak pelaksanaannya dilandasi oleh prinsip-prinsip demokrasi ekonomi. Artinya, usaha pemenuhan kebutuhan ekonomi warga negara Indonesia harus dilakukan melalui usaha bersama di antara anggota masyarakat.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (1) ditegaskan bahwa perekonomian yang hendak disusun di Indonesia adalah suatu usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Artinya, susunan perekonomian usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan itu adalah koperasi. Hal ini terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 dan berulang kali telah ditegaskan oleh Muhammad Hatta bahwa yang dimaksud dengan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan itu ialah koperasi. Asas koperasi Indonesia adalah kekeluargaan (Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 Pasal 3). Semangat kekeluargaan ini merupakan pembeda utama antara koperasi dengan bentuk badan usaha lainnya. Semangat kekeluargaan mengandung tiga unsur:

a. Kesadaran akan harga diri sebagai pribadi (individualitas)

Kesadaran bahwa setiap manusia tidak akan dapat berkembang dengan baik bila tidak bekerja sama dengan orang lain. Kesadaran seperti itulah yang kemudian mendorong tumbuhnya sikap mental yang mengarah pada semangat kekeluargaan.

(52)

31 Rasa setia kawan ini sangat penting bagi perkembangan usaha koperasi, karena rasa setia kawan akan mendorong setiap anggota koperasi untuk merasa sebagai satu keluarga besar yang senasib dan sepenanggungan. Bertolak dari rasa setia kawan ini akan tumbuh kehendak untuk bersatu, bekerja sama, dan tolong-menolong dalam koperasi. Rasa setia kawan itu antara lain terwujud dalam bentuk gotong royong yang telah lama ada dalam masyarakat Indonesia.

c. Kepercayaan pada diri sendiri (self-help)

Sikap percaya pada diri sendiri yang tumbuh karena adanya saling tolong menolong di antara sesama anggota koperasi akan mendukung kesadaran berpribadi dan rasa setia kawan yang berguna bagi pengembangan koperasi. Ketiga unsur tersebut diharapkan saling memperkuat setiap anggota koperasi dalam melakukan usaha untuk meningkatkan kemakmuran bersama. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, dalam garis besarnya tujuan koperasi Indonesia meliputi tiga hal:

1) Untuk memajukan kesejahteraan anggota. 2) Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.

(53)

32 5. Bentuk dan Jenis Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012, bentuk koperasi terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang perseorangan.

b. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan badan hukum koperasi.

Jenis koperasi menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 yang didasarkan pada kesamaan kegiatan usaha dan atau kepentingan ekonomi anggota yaitu:

a. Koperasi konsumen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang penyediaan barang kebutuhan anggota dan non-anggota.

b. Koperasi produsen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi yang dihasilkan anggota kepada anggota dan non-anggota.

c. Koperasi jasa menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non-simpan pinjam yang diperlukan oleh anggota dan non-anggota.

d. Koperasi simpan pinjam menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha yang melayani anggota.

6. Sumber Modal Koperasi

(54)

33 a. Hibah.

b. Modal Penyertaan.

c. Modal pinjaman yang berasal dari: 1) Anggota.

2) Koperasi lainnya dan/atau Anggotanya. 3) Bank dan lembaga keuangan lainnya.

4) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya. 5) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 7. Perangkat Organisasi Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012, koperasi mempunyai perangkat organisasi yang terdiri atas:

a. Rapat Anggota

Rapat Anggota adalah wadah inspirasi anggota dan pemegang kekuasaan tertinggi, maka segala kebijakan yang berlaku dalam koperasi harus melewati persetujuan rapat anggota terlebih dahulu, termasuk pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian personalia pengurus dan pengawas. b. Pengawas

(55)

34 c. Pengurus.

Pengurus adalah badan yang dibentuk oleh rapat angggota dan disertai dan diserahi mandat untuk melaksanakan kepemimpinan koperasi. Anggota pengurus dipilih dari dan pleh anggota koperasi dalam rapat anggota. Dalam menjalankan tugasnya, pengurus bertanggung jawab terhadap rapat anggota. Atas persetujuan rapat anggota pengurus dapat mengangkat manajer untuk mengelola koperasi. Namun pengurus tetap bertanggung jawab pada rapat anggota.

E. Penelitian Terdahulu

(56)
(57)
(58)
(59)

38

F. Skema Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penjelasan diatas maka kerangka pemikiran yang dapat dibuat sebagai berikut.

Gambar 2.2

G. Dampak Perencanaan Pajak Terhadap Primkoppolres Metro Jakarta

Selatan

Dampak yang ditimbulkan oleh adanya penerapan perencanaan pajak pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan kena pajak sebelum perencanaan pajak menurun setelah dilakukannya perencanaan pajak yang berarti ada item pajak yang belum terhitung atau belum ikut terbayar.

2. Beban PPh badan yang ikut menurun. Menurunnya beban PPh badan menyebabkan menurunnya pajak penghasilan juga. Perencanaan pajak dapat

Tax Saving

Tax Avoidance

Ketaatan Perpajakan

Efisiensi Beban Pajak Penghasilan Penerapan

Perencanaan Pajak

Penerapan Perencanaan Pajak dalam Mengefiseinsikan Beban Pajak Koperasi

Perencanaan Pajak Sesuai

Undang-undang Perpajakan yang

(60)

39 digunakan sebagai sebuah sarana pengelolaan pajak yang bisa menunjang efisiensi beban pajak koperasi.

(61)

40

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil objek Koperasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan yang berada di kawasan Panglima Polim, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui penerapan perencanaan pajak dalam usaha mengefisiensikan beban pajak pada badan usaha koperasi khususnya pada Koperasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Convenience Sampling atau pemilihan sampel yang berdasarkan kemudahan. Menurut Abdul Hamid (2012) Convenience Sampling adalah istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosuder pemilihan responden. Convenience Sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif. Peneliti mengumpulkan data tempat untuk mengambil data untuk dijadikan sampel sesuai yang diinginkan peneliti dan judul yang akan digunakan oleh peneliti. Peneliti memilih 1 dari 4 data dari 4 tempat yang berbeda untuk dijadikan sampel, kemudian peneliti memilih data yang paling mudah untuk diambil, diolah, hemat waktu, hemat biaya, dan mempunyai “orang dalam” yang mampu memberikan data secara cepat dan

(62)

41 Sampel juga ditentukan berdasarkan penentuan sampel di penelitian terdahulu, yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Renita Rumuy dan Rizal Effendy (2013) dengan judul Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Badan Sebagai Upaya Efisiensi Pembayaran Pajak PT. Sinar Sasongko dan Penelitian yang dilakukakn oleh Noviandi Librata (2013) dengan judul Analisis Penerapan Tax Planning dalam Upaya Meningkatkan Efisiensi Pembayaran Beban Pajak Penghasilan pada PT. Graha Mitra Sukarami. Kedua penelitian tersebut menentukan jumlah sampel berdasarkan kemudahan, contoh nya jika ada yang mengambil jumlah sampel dalam satu tahun, maka peneliti lainnya akan mencoba untuk mengambil jumlah sampel dua tahun atau tiga tahun atau lebih.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah laporan keuangan khususnya laporan laba rugi dan Surat Pemberitahuan (SPT) periode tahun 2010, 2011 dan 2012. Jenis data adalah data sekunder. Menurut Wulansari (2013) data sekunder adalah data yang berupa catatan-catatan perusahaan dan lampiran-lampiran serta literature yang berhubungan dengan penelitian ini. Selain itu, didapatkan pula data yang berhubungan dengan sejarah, strukstur organisasi, dan aktivitas utama Koperasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan.

D. Metode Analisis Data

(63)

42 berbagai pelaku dan proses bekerjanya aktivitas ekonomi, tanpa menggunakan suatu pandangan subjektif untuk menyatakan bahwa sesuatu itu baik atau jelek dari sudut pandang ekonomi. Salah satu studi kasus yang di gunakan oleh peneliti adalah studi kasus pada perusahaan jasa angkutan di Malang dalam penerapan tax planning terhadap PPh sebagai upaya efisiensi pembayaran pajak diteliti oleh Nanik (2011).

Nanik (2011) melakukan studi kasus tersebut dengan maksud untuk mengefisiensikan beban pajak yang harus dibayar kepada pemerintah melalui penghindaran pajak dengan tidak melanggar Undang-undang perpajakan (tax aoidance) bukan penghindaran pajak yang melanggar Undang-undang (tax evasion). Dengan melakukan tax planning (perencanaan pajak), perusahaan dapat memperoleh penghasilan yang lebih besar, karena beban pajak yang harus dibayarkan lebih kecil dari sebelum perusahaan melakukan tax planning. Menurut Santoso (2008) metode deskriptif analisis dengan rancangan studi kasus yaitu suatu metode penelitian dengan cara mengumpulkan data yang ada kemudian diolah, dianalisis, dan diteliti lebih lanjut dengan dasar - dasar yang diperoleh untuk kemudian dianalisa dan diambil kesimpulan secara kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.

(64)

43 menggunakan jenis kuantitatif dengan menggunakan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat, yang menjadi penelitian ini, berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tersebut. Dalam penelitian ini penulis mengggunakan alat analisis, yaitu dengan melakukan rekonsiliasi fiskal yang terdiri dari koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif pada biaya - biaya terhadap penghasilan kena pajak dan laporan laba rugi perusahaan. Untuk menghitung persentase efisiensi pajak setelah dilakukan perencanaan pajak dengan menggunakan rumus:

T = P 0 – P 1 x 100%

Keterangan:

T = Besarnya % efisiensi pajak.

P 0 = Besarnya pajak penghasilan sebelum perencanaan pajak.

P 1 = Besarnya pajak penghasilan setelah perencanaan pajak.

Sumber: Berliyanti, Elen Setiyaning. “ Analisis Penerapan Perencanaan Pajak dalam Usaha Mengefisiensikan Beban Pajak pada Badan Usaha Koperasi ” Jurnal Akuntansi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol.1, No.1, Hal.51, 2011.

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beban pajak koperasi dan perencanaan pajak.

(65)

44 1. Beban pajak koperasi

Beban pajak koperasi adalah jumlah pajak yang harus ditanggung oleh pihak koperasi atas kegiatan usaha yang dilakukan oleh koperasi tersebut yang dapat mengurangi laba usaha. Beban pajak ini diukur dengan cara:

a. Mengidentifikasi biaya-biaya yang diperbolehkan dalam pajak.

b. Penggunaan tarif pajak sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku.

2. Perencanaan pajak (tax planning)

Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya berada dalam posisi paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial. Perencanaan pajak ini dapat dilakukan dengan cara:

a. Memaksimalkan penghasilan yang bukan objek pajak atau telah dikenakan PPh Final.

b. Pemilihan metode akuntansi. 3. Efisiensi beban pajak

(66)

45 disebabkan oleh penggunaan yang tidak perlu merupakan suatu pemborosan yang harus diminimalkan ataupun dihindari karena dapat mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh.

(67)

46

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Koperasi

Menurut Buku Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Primkopplores Metro Jakarta Selatan, Koperasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan didirikan di Jakarta pada tahun 1979 yang kemudian di tahun 1981 dengan akta pendirian yang disahkan Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia kantor wilayah DKI Jakarta dengan nomor 1409/BH/I/9.4/1981. Kedudukan Primkopplores Metro Jakarta Selatan tanggal 5 Februari 1998 ditetapkan sebagai Koperasi Mandiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia dengan nomor 58/KEP.M/II/1998.

Nama sesuai akta pendirian adalah Primkoppolres Metro Jakarta Selatan. Pada tanggal 27 Juni 2009 telah mendapatkan akta pengesahan atau berbadan hukum dengan akta Nomor 37, dan tanggal 8 September 2009 Koperasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan menyelenggarakan Rapat Khusus Perubahan Anggaran Dasar dan telah mendapatkan pengesahan dari Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil Republik Indonesia Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor : b0/PH/Y/IX/1994 tanggal 26 September 1994.

(68)

47 Pada awal berdirinya koperasi berdiri, keanggotaan koperasi terbatas pada Anggota Polri, namun sejalan dengan perkembangan usaha koperasi, keanggotaan koperasi diperluas dengan memperbolehkannya Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di wilayah Polres Jakarta Selatan untuk bisa menjadi anggota koperasi. Produk dan jasa yang diberikan koperasi ditujukan untuk anggota dan bukan anggota.

Kegiatan usaha ekonomi yang ditujukan antara lain kegiatan unit pertokoan, unit simpan pinjam dan unit fotokopi. Kegiatan unit pertokoan menyediakan barang-barang kebutuhan sekunder antara lain barang-barang elektronika. Kegiatan unit simpan pinjam melayani anggota Polri atau Pegawai Negeri Sipil Polres Metro Jakarta Selatan yang memerlukan bantuan pinjaman uang tunai, untuk memenuhi kebutuhan berobat, biaya pendidikan, sewa kontrak rumah dan lain-lain. Kegiatan unit fotokopi melayani kebutuhan fotokopi anggota dan non anggota koperasi.

(69)

48 2. Visi, dan Misi

a. Visi

Visi dari Koperasi Primkopplores Metro Jakarta Selatan adalah sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas koperasi dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan anggota Polri dan Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya. Kemudian secara umum meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta menjadi gerakan ekonomi rakyat dan ikut membangun tatanan perekonomian nasional.

b. Misi

Misi dari Koperasi Primkopplores Metro Jakarta Selatan adalah sebagai acuan agar sesuai dengan keputusan yang sudah ditetapkan dalam melaksanakan tugas dan untuk mensejahterakan anggota koperasi.

3. Struktur Organisasi

(70)

49 Gambar 4.1

Struktur Organisasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan

Penasehat Wahyu Hadiningrat

Jakub Prayogo

Pengurus

Sumber : Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Primkoppolres Metro Jakarta Selatan

4. Kebijakan Akuntansi Koperasi

Laporan keuangan Koperasi disusun dengan mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan Nomor 27 Tahun 2007 tentang Akuntansi Perpajakan. Laporan Keuangan disusun dengan menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia berdasarkan nilai historis. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung (direct method) dengan mengklasifikasikan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan keuangan. Untuk menilai persediaan menggunakan harga perolehan. Harga perolehan yang digunakan berdasarkan metode pertama masuk pertama keluar (First In First Out). Penyisihan persediaan uang ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap keadaan persediaan pada tanggal neraca. Aktiva tetap dinyatakan berdasarkan harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Straight Line Method) berdasarkan perkiraan masa manfaat berikut:

Ketua Sugiarto

Sekretaris A.M. Bangun

Bendahara Junhari

Badan Pengawas Ketua Suresmiati

Sekretaris M. Sembiring

(71)

50 Tabel 4.1

Masa Manfaat Aktiva Tetap

Aktiva Tetap Masa Manfaat

Gedung dan Bangunan 20 tahun

Kendaraan 8 tahun

Peralatan dan Mesin 4-8 tahun

Komputer 4 tahun

Sumber: Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Primkoppolres Metro Jakarta Selatan

Pengakuan pendapatan dan beban dilakukan secara akrual. Pendapatan diakui pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pelanggan. Apabila jasa diberikan dalam jangka waktu lebih dari satu periode, pendapatan diakui berdasarkan presentase penyelesaian jasa selesai diberikan. Sementara beban-beban koperasi diakui pada saat terjadinya.

Primkoppolres Metro Jakarta Selatan sebagai wajib pajak badan telah memiliki NPWP dan berkewajiban menghitung, mengisi, menendatangani, dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Surat Pemberitahuan (SPT) diisi dengan informasi yang sesuai kaidah-kaidah tertentu menurut peraturan perpajakan yang berlaku. Surat Pemberitahuan (SPT) juga harus diisi dengan dasar laporan laba rugi fiskal.

(72)

51 pos-pos penghasilan dan biaya yang menurut fiskal boleh dikurangkan atau ditambahkan.

B. Analisis dan Pembahasan Simulasi Tax Planning pada Primkoppolres

Metro Jakarta Selatan

(73)

52

Uraian Komersial Rekonsiliasi Fiskal

Positif Negatif

Pendapatan Toko

Penjualan Rp 1,284,045,035.00 Rp 1,284,045,035.00

Harga Pokok Penjualan

Persediaan Barang Awal Rp 163,853,682.71 Rp 163,853,682.71

Pembelian Rp 1,278,060,763.00 Rp 1,278,060,763.00

Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 1,441,914,445.71 Rp 1,441,914,445.71

Persediaan Barang Akhir Rp (164,329,471.41) Rp (164,329,471.41)

Primer Koperasi Polres Metro Jakarta Selatan

Rekonsiliasi Laba Rugi Komersial dan Fiskal

(74)

53 Pajak terutang tahun 2010 menurut Primer Koperasi Polres Metro Jakarta Selatan adalah sebesar Rp 20.129.625,00didapat dari SHU sebelum pajak (pendapatan yang menjadi objek pajak) setelah dilakukan koreksi fiskal oleh koperasi sehingga penghasilan kena pajak menjadi lebih kecil dibandingkan dengan penghasilan sebelum dilakukan koreksi fiskal, yaitu sebesar Rp 169.037.102,87 setelah dilakukan koreksi fiskal menjadi Rp 160.762.063,87 Berikut ini rincian koreksi fiskal yang dilakukan oleh koperasi untuk penghasilan kena pajak yang berakhir tanggal 31 Desember 2010.

Koreksi Negatif:

SHU Puskoppol Rp 9.599.455,00

Gambar

Tabel 1.1. Perbedaan antara Koperasi dengan Badan Usaha Lain ...............   3
Gambar 2.1. Strategi-Strategi dalam Meminimalkan Jumlah Pajak yang
Gambar 2.1    Strategi-Strategi dalam Meminimalkan Jumlah Pajak yang Harus Dibayar
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hubungan itu, temuan lapangan yang dilaporkan Gerakan Anti Pemiskinan Rakyat Indonesia (GAPRI) menunjukkan bahwa justru fakta akan proses pemiskinan dan

Seluruh asli dokumen penawaran Saudara yang telah diunggah melalui LPSE Kota Medan. Asli Dokumen Kualifikasi sesuai data isian kualifikasi dan fotokopinya sebanyak

Penelitian deduktif adalah upaya mempelajari suatu fenomena dari gejala- gejala umum ke khusus, sebagai contoh kebijakan AS di Asia Timur menyangkut pada porsi keamanan dan

Dapatan kajian menunjukkan bahawa punca utama stres dalam kalangan pelajar wanita tahun akhir ialah disebabkan oleh faktor peribadi atau hubungan interpersonal (min 3.5034),

HUBUNGAN HUKUM HUMANITER DENGAN HAK ASASI MANUSIA “MENURUT ALIRAN INTEGRATIONIS DAN ALIRAN SEPARATIS”1. OLEH:

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Walikota atau Pejabat lain yang ditunjuk atas Surat Ketetapan Retribusi Terminal (SKRT) atau dokumen lain yang dipersamakan..

Seorang karyawan yang merasa puas terhadap pekerjaan serta komitmennya kepada organisasi tempatnya bekerja akan cendrung menunjukkan performa kerja yang lebih baik dibandingkan

Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara... ini adalah kadar