• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama Olahraga Dengan Penggunaan Teknik Super Slow Motion Dengan Judul Asa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama Olahraga Dengan Penggunaan Teknik Super Slow Motion Dengan Judul Asa."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

BERGENRE DRAMA OLAHRAGA

DENGAN PENGGUNAAN TEKNIK SUPER SLOW MOTION

DENGAN JUDUL ASA

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

2013

MUHAMMAD GHOZWUL FIKRI JUNDULLOH NIM: 08.51016.0071

STIKOM

(2)

viii

di Indonesia diwadahi oleh PERBASI yaitu persatuan bola basket seluruh Indonesia. PERBASI didirikan pada tahun 1952, di mana Tony Wen dan Wim Latumeten diminta oleh Maladi yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Komite Olimpiade Indonesia (KOI) untuk menyusun organisasi olahraga bola basket Indonesia(http://perbasi.or.id). Untuk kalangan pelajar Olahraga basket kini di wadahi oleh DBL Indonesia(Deteksi Basket League Indonesia), dimana pelajar mampu memaksimalkan kemampuannya untuk menjadikan masa depan yang nyata. Pesatnya kemajuan olahraga basket inilah maka diinspirasikan untuk diproduksi dalam film pendek.

Film pendek tak akan sama dengan film panjang. Melalui film pendek, bisa didapatkan kajian film yang dapat mencerminkan kejujuran pembuatnya dalam mengkespresikan pemikiran serta kehidupan manusia(Prakosa 2008:3). Film pendek menarik karena mampu menyampaikan pesan secara utuh. Dengan keterbatasan durasi terkadang pesan yang ingin disampaikan akan jauh lebih mudah, penonton atau audien lebih fokus pada pesan dari film tersebut. Karena jenis film pendek, maka untuk menarik daya tarik audiens digunakannya satu teknik pendukung film yaitu, super slow motion.

Teknik super slow motion yaitu membuat gambar pada film dibuat jauh lebih lambat, dimana gambar yang dihasilkan akan tampak berhenti, tidak hanya terkesan lambat. Teknik ini menggunakan perangkat lunak ancer r saat ini pos-pengolahan (dengan program seperti Twixtor) adalah untuk membuat frame digital interpolasi untuk tanda transisi antara frame yang benar-benar ditembak. Gerak dapat diperlambat lebih lanjut dengan menggabungkan teknik, interpolasi antara frame overcranked(http://www.lucidmovement.com/). Dalam hal ini 24 f/s akan kembali di renggangkan melalui proses digital.

Kata Kunci: Olahraga Basket, Film Pendek, Super Slow Motion

STIKOM

(3)

xii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah... 6

1.4 Tujuan ... 6

1.5 Manfaat ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Film ... 8

2.1.1 Film Pendek ... 8

2.2 Genre dan Klasifikasinya ... ..9

2.2.1 Definisi Genre... ..9

2.2.2 Klasifikasii Genre ... ..9

2.2.1 Genre Film ASA ... 10

2.3 Warna ... 11

STIKOM

(4)

xiii

2.5.1 Sejarah Bola Basket ... 15

2.5.1 Basket dan Indonesia ... 15

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA ... 17

3.1 Metodologi ... 17

3.1.1 Jenis penelitian ... 17

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data ... 17

3.1.3 Teknik Analisis Data ... 18

3.1.4 Studi Eksisting ... 19

3.1.5 Segmentasi, Targeting dan Positioning(STP) ... 24

3.2 Analisis Data ... 24

3.2.1 Hasil ... 24

3.2.2 Metode Pencarian Kata Kunci(Keyword)... 27

3.2.3 Deskripsi Konsep ... 28

3.3 Alur Perancangan Karya ... 28

3.4 Pra Produksi ... 29

3.4.1 Ide dan Konsep ... 29

3.4.2 Warna... 30

3.4.3 Konsep Teknis ... 31

3.4.5 Konsep Audio ... 31

STIKOM

(5)

xiv

3.4.8 Naskah Cerita ... 34

3.4.9 Naskah Skenario ... 35

3.4.10 Storyboard(Terlampir) ... 40

3.4.11 Penokohan ... 40

3.4.12 Crew Film ... 41

3.4.13 Lokasi Pengambilan ... 42

3.4.14 Anggaran Produksi ... 43

3.4.15 Jadwal Kerja ... 45

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 47

4.1 Produksi... 47

4.1.1 Kelengkapan Alat ... 47

4.1.2 Menyusun Jadwal Syuting ... 48

4.1.3 Poin Utama Dalam Scene ... 49

4.2 Pasca Produksi ... 54

4.2.1 Preview Gambar ... 54

4.2.2 Memotong Gambar ... 55

4.2.3 Pewarnaan Film ... 56

4.2.4 Editing Suara ... 57

4.2.5 Rendering Film ... 58

4.3 Publikasi Film ... 59

STIKOM

(6)

xv

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 63 5.2 Saran-saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

STIKOM

(7)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini Indonesia kaya akan kreativitas dalam pembuatan film, baik untuk produksi layar lebar maupun layar televisi. Permasalahnya, film-film tersebut di dominasi oleh film dengan genre yang sama yaitu horror, komedi, dan roman. Oleh karena itu, perancangan film ini hendak membuat film pendek bergenre drama olahraga dengan penggunaan teknik super slow motion berjudul ASA.

Film pendek menarik karena mampu menyampaikan pesan secara utuh. Dengan keterbatasan durasi terkadang pesan yang ingin disampaikan akan jauh lebih mudah, penonton atau audien lebih fokus pada pesan dari film tersebut. Selain itu, film akan jauh lebih nyaman disaksikan dan dipahami oleh penonton. Asumsi ini juga didukung dengan pernyataan dari Gotot Prakosa yang menyatakan bahwa film pendek tak akan sama dengan film panjang. Melalui film pendek, bisa didapatkan kajian film yang dapat mencerminkan kejujuran pembuatnya dalam mengkespresikan pemikiran serta kehidupan manusia(Prakosa, 2008:3). Pemahaman tersebut dianggap sama atau sepaham dengan film yang akan dibuat. Dari sisi konsep awal dari penentuan ide cerita, unsur keujujuran dan kebebasan lebih diinginkan dalam pembuatan film

“ASA”.

STIKOM

(8)

Film pendek pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan film-film lainnya, secara umum hanya perbedaan durasi yang membuat film pendek berbeda. Namun secara konsep film pendek mampu menuangkan semua ide cerita yang ingin disampaikan. Tidak teralu banyak membuang-buang waktu dengan penambahan gambar dan durasi, menjadikan film pendek film yang syarat pesan. Dalam hal ini penonton memang diajak langsung mengikuti alur cerita, sehingga bisa dibilang penonton akan langsung tertarik dengan jalan cerita yang ingin disampaikan. Ini semua didasarkan pada asumsi bahwa sebuah film akan lebih realistis apabila mampu memainkan emosi dari penonton, seakan penonton merasakan kehidupan dari film tersebut (Prakosa, 2008:16).

Perkembangan film pendek lebih banyak berkembang pada film-film indi. Film-film ini lebih sering diputar pada festival film. Karena pada dasarnya film pendek hanya ingin menyampaikan pesan pada sebuah film, para sineas dengan bebasnya menuangkan ide dan konsep film yang ingin dikerjakan pada film pendek.

Merujuk pada pembuatan film “ASA”, film ini akan dibuat dengan latar belakang olahraga bola basket. Pemilihan olahraga bola basket didasarkan pada kurang minatnya masyarakat Indonesia dengan olahraga bola basket. Meskipun basket masuk di Indonesia sejak tahun 80-an, namun olahraga ini dimata masyarakat masih dianggap sebagai olahraga golongan masyarakat menengah ke atas. Kesimpulan ini dikuatkan dengan banyaknya masyarakat yang lebih menggemari olahraga sepakbola. Hal ini karena olahraga sepakbola dianggap sebagai olahraga

STIKOM

(9)

segala usia, kalangan, dan gender. Selain itu, olahraga basket kurang begitu disoroti pada film. Para sineas atau produser sebuah film lebih mengutamakan cerita maupun ide dari gambaran yang paling diminati oleh masyarakat semata. Bisa diasumsikan bahwa cerita yang belum popular kurang mampu menarik perhatian dari audienfgv. Perkembangan film dari 2007 hingga 2008 lebih banyak di dominasi film bergenre horror. Namun prediksi pada tahun 2009 film lebih banyak pada film bertema drama komedi, seperti film Naga Bonar Jadi 2 dan juga Otomatis Romantis yang mampu menyedot perhatian masyarakat di akhir tahun, (JB kristanto dan Lisabona Rahman 2008:23). Bedasarkan masalah-masalah itulah maka, dengan pembuatan film “ASA” diharapkan mampu memberikan jawaban dari permasalahan-permasalahan yang telah diutarakan sebelumnya. Dengan tema olahraga bola basket, maka genre olahraga digunakan sebagai genre utama film ini.

Genre adalah pengkategorian, klasifikasi, pengelompokan, jenis film yang sama. Pengelompokan dapat dilihat dari segi cerita, plot, latar tempat yang digunakan, atau pesan pada film(Parrent, 2002:18). Dari pengelompokan tersebut, maka yang perlu diperhatikan adalah setting, karakter, tanda kunci, bahkan pesan film tersebut. Tema saja kurang kuat untuk mewakili dari sebuah genre pada film. Dengan penempatan karakter, setting tempat, suasana yang sama atau mendekati, maka bisa dikatakan sebagai genre utama film tersebut. Pada sebuah film genre yang digunakan tidak hanya satu, tapi genre dapat diamati dari alur ceritanya juga, yang bisa menjadikan genre kedua dari film tersebut atau genre-genre berikutnya.

STIKOM

(10)

Genre olahraga yang digunakan sebagai genre utama dalam pembuatan film

“ASA”, dikuatkan pada dengan suasana dan latar tempat yang digunakan sehingga genre ini dianggap mampu menjadi genre utama pada film. Genre olahraga menurut Himawan Pratista (2008), Film olahraga mengambil kisah seputar aktifitas olahraga, baik atlet, pelatih, agen maupun ajang kompetisi. Film olahraga biasanya diadaptasi dari kisah nyata baik biografi maupun peristiwa besar olahraga lainnya. Cerita film seringkali mengambil kisah seorang atlit pemula atau mantan atlit yang kembali berlaga.

Pada film “ASA” genre yang digunakan tidak hanya genre olahraga, namun juga menggunakan genre lain yaitu genre drama. Genre drama digunakan sebagai penguat alur dari cerita yang secara nyata menggambarkan kisah dari film ini. Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan dari Joanne Parrent (2002:18), genre drama yaitu genre terbesar di dunia, genre drama lebih ditekankan pada pendalaman dari karakter. Cerita dengan genre drama digambarkan secara realitis dengan dukungan dari setting lokasi yang nyata.

Genre drama sendiri secara langsung pasti digunakan. Ini dikarenakan pada

film “ASA”, penekanan alur cerita menjadi salah satu suguhan utama, sehingga

dengan secara tidak langsung genre drama masuk dalam genre film ini.

Film “ASA” ini nanti akan lebih condong pada olahraga basket, sehingga akan

menunjukan banyak teknik dan permainan bola basket. Agar tampak lebih menarik dalam pembuatannya, maka akan digunakan teknik super slow motion. Pada

STIKOM

(11)

http://cool-finder.blogspot.com/2011/09/most-popular-water-balloon-shot-in-slow.html, yang diakses pada tanggal 15 Febuari 2012, slow motion adalah:

Slow motion (commonly abbreviated as slowmo) is an effect in film-making whereby time appears to be slowed down. It was invented by the Austrian priest August Musger.

Terjemahan:

Gerakan lambat (biasa disingkat slowmo) adalah efek dalam pembuatan film dimana waktu tampak akan melambat. Hal ini ditemukan oleh the Austrian

priest August Musger.

Teknik super slow motion digunakan karena pada pengamatan film, teknik-teknik ini lebih banyak digunakan pada film-film dengan genre action dan juga war. Teknik ini nantinya akan digunakan pada bagian-bagian tertentu dalam permainan bola basket pad film “ASA” nantinya. Dengan minimnya yang menggunakan teknik ini pada sentuhan film drama dan olahraga, maka teknik ini digunakan pada

perancangan film “ASA”. Alasan yang kedua yaitu, bagaimana ingin

menggambarkan gerakan-gerakan yang cepat, dapat dilihat lebih lambat sehingga terkesan menarik dan mudah ditiru oleh penonton.

Bola basket akan tampak lebih dramatis. Pada film “ASA” ini tidak akan menggunakan teknik slow motion biasa, namun menggunakan teknik super slow

motion, dimana akan sangat lambat dalam pengambilan gambar tersebut.

Dalam pembuatan film ini, judul yang digunakan adalah kata “ASA”. Pemilihan kata “ASA” untuk judul film ini didasarkan pada makna kata itu yaitu

“harapan”, yang sesuai dengan cerita yang diangkat pada film ini yaitu

STIKOM

(12)

menggambarkan perjuangan anak laki-laki yang berusaha mendapatkan harapan terakhirnya bermain basket dengan beradu tanding dengan lawan yang mempertaruhkan lapangan tempat dimana dia dan teman-temannya berlatih.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam pembuatan film ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana membuat film pendek bergenre drama olahraga yang berjudul ASA? 2. Bagaimana menerapkan teknik super slow motion pada film pendek bergenre

drama dan olahraga yang berjudul ASA?

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam pembuatan film ini adalah sebagai berikut: 1. Membuat film pendek bergenre olahraga dan drama.

2. Menerapkan teknik super slow motion pada bagian dalam teknik olahraga basket 3. Berdurasi + 15 menit, berjenis film pendek

4. Mengangkat olahraga basket sebagai tema film “ASA”

1.4 Tujuan

Berikut adalah beberapa tujuan utama pembuatan film ini:

1. Ingin membuat film pendek bergenre drama dan olahraga berjudul ASA.

STIKOM

(13)

2. Ingin menerapkan teknik super slow motion pada film pendek bergenre drama dan olahraga dengan judul ASA.

3. Mampu membuat film pendek dengan tema olahraga basket.

1.5 Manfaat

Secara Teoritis

1. Film ini diharapkan menjadi rujukan atau bahan kajian untuk pembuatan film pendek dengan genre drama dan olahraga. Khususnya bagi kalangan akademisi. 2. Teknik super slow motion pada film pendek ini diharapkan menjadi bahan

rujukan dan kajian dalam pembelajaran sinematografi. Khususnya bagi kalangan akademisi.

Secara Praktis

1. Film pendek ini bisa menjadi salah satu acuan film-film yang lain, yang mengangkat genre drama dan olahraga di perfilman Indonesia.

2. Penggunaan teknik super slow motion pada film pendek dengan genre drama dan olahraga ini, bisa menjadi bahan reverensi ide bagi dunia industr film Indonesia.

STIKOM

(14)

8

Beberapa rangkaian teori dan konsep yang mendukung untuk dibuatnya film pendek dengan penggabungan genre olahraga dan drama dengan judul “ASA”. Hal ini dilakukan agar dalam proses pembuatannya dilakukan berdasarkan landasan yang kuat.

2.1 Film

Menurut kamus besar bahasa Indonesia film adalah pertama, selaput tipis yg dibuat dr seluloid untuk tempat gambar negatif (yg akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yg akan dimainkan dl bioskop). Kedua, film adalah lakon(cerita) gambar hidup. Film juga bisa diartikan sebagai salah satu genre kesenian, dan film disini lebih dikenal dengan istilah sinematografi. Film pada seni lebih ditekankan pada kretivitas, bagaimana mampu menggambarkan keadaan lingkungan disekitar kita(JB kristanto dan Lisabona Rahman, 2008:15). Berdasarkan kutipan tersebut film tidak lagi menjadi penjelasan yang sempit, namun menjadi luas, film menjadi sebuah cerita yang bergerak, tergantung film tersebut akan dibuat dengan durasi lama, pendek atau bersambung.

2.1.1 Film Pendek

Meruncing pada konteks awal perancangan film “ASA”, film dibuat dengan

jenis film pendek. Pemilihan film pendek tak akan sama dengan dunia film panjang. Melalui film pendek, bisa didapatkan kajian film yang dapat

STIKOM

(15)

mencerminkan kejujuran pembuatnya dalam mengkespresikan pemikiran serta kehidupan manusia Gotot Prakosa (2008:3). Pemahaman tersebut dapat diasumsikan bahwa film dengan durasi yang pendek akan menghasilkan film dengan hasil pemikiran yang asli, penambahan unsur melebihkan hanya sedikit. Film pendek bisaa hadir dengan konsep dan ide yang spontan, ide-ide tersebut muncul bisa karena bertolak belakang dengan pemikiran dari film-film yang bernilai komerisal.

2.2 Genre dan Klasifikasinya 2.2.1 Definisi Genre

Genre, menurut Himawan Pratista sang penulis buku Memahami Film,

mengacu pada istilah biologi yaitu genus yang dalam tingkatan klasifikasi mahluk

hidup berada satu tingkat di atas spesies dan satu tingkat lebih rendah di bawah

family.

2.2.2 Klasifikasi Genre

1. Genre Olahraga

Film olahraga mengambil kisah seputar aktifitas olahraga, baik atlet, pelatih, agen maupun ajang kompetisi Himawan Pratista(2008:23). Film olahraga bisaanya diadaptasi dari kisah nyata baik biografi maupun peristiwa besar olahraga lainnya. Cerita filmnya seringkali mengambil kisah seorang atlit pemula atau mantan atlit yang kembali berlaga.

STIKOM

(16)

2. Genre Drama

Pada penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa film drama adalah film yang lebih menekankan pada segi cerita. Dan pernyataan lain dari Joanne Parrent (2002:18), genre drama yaitu genre terbesar didunia, genre drama lebih ditekankan pada pendalaman dari karakter. Cerita dengan genre drama digambarkan secara realitis dengan dukungan dari setting lokasi yang nyata.

2.2.3 Genre pada film ASA Drama dan Olahraga

Drama dan Olahraga, ialah dua genre yang berbeda yang disatukan dalam film. Pada nantinya film dengan kedua genre ini memiliki penekanan pada alur cerita yang kuat, namun dengan tema olahraga basket yang kuat pula. Sehingga akan didapat film cerita basket dengan penekanan alur cerita yang menarik.

Hasil dari Genre Drama dan Olahraga

Pada film dengan gabungan genre drama dan olahraga akan menghasilkan film dengan cerita yang membahas tentang olahraga yang akan diangkat, dalam hal tersebut film akan menyuguhkan gambar-gambar keadaan lingkungan olahraga, permainan olahraga, teknik-teknik olahraga dan lain-lain. Hal tersebut akan disatuhkan dengan cerita. Sehingga akan didapatnya cerita lengkap secara detail kejadian olahraga yang akan diangkat.

STIKOM

(17)

2.3 Warna

Pada http://julio.staff.ipb.ac.id/2012/warna, yang diakses pada tanggal 25 Januari 2013, warna adalah sesuatu yang sederhana yang hanya mendapat respon akibat tangkapan mata, sehingga kadang membuat dikesampingkan oleh sebagian pihak, namun tak jarang membuat orang berlama-lama memilihnya. Pihak yang demikian memandang warna adalah getaran, dan getaran itu secara sadar maupun tidak selalu kita respon, sehingga tak jarang warna memengaruhi kenyamanan lingkungan dan mood. Pernyataan tersebut menguatkan bahwa warna sangat mempengaruhi sekali keadaan dan perasaan seseorang.

Dengan berpatokan pada konsep yang ada waran yang dekat dengan filosofi dari konsep rancangan ini adalah warna Kuning dan Jingga.

Kuning

Warna kuning adlah warna muda, memberikan rasa bahagia dan membantu merangsang imajinasi. Warna kuning juga dapat diartikan sebagai warna persahabatan. Dalam ilmu psikologi warna kuning dapat meningkatkan kosentrasi(Eko Nugroho, 2008:27).

Jingga

Warna jingga adalah warna yang cenderung dekat dengan warna merah yang memiliki sifat berani dan kuat, namun pada warna jingga lebih feminism dan persahabatan. Warna ini mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat, warna jingga juga disebut sebagai warna sosialisasi(Eko Nugroho, 2008:27).

STIKOM

(18)

Kedua warna kuning dan jingga sangat dekat dengan konsep yang diangkat dalam perancangan karya film ini, dimana poin-poin utama seperti persahabatan, kerja keras, harapan, imajinasi, masuk dalam kategori warna-warna tersebut.

2.4 Slow Motion

Pada

http://cool-finder.blogspot.com/2011/09/most-popular-water-balloon-shot-in-slow.html, yang diakses pada tanggal 15 Febuari 2012, slow motion

adalah:

Slow motion (commonly abbreviated as slowmo) is an effect in film-making whereby time appears to be slowed down. It was invented by the Austrian priest August Musger.

Terjemahan:

Gerakan lambat (bisaa disingkat slowmo) adalah efek dalam pembuatan film dimana waktu tampak akan melambat. Hal ini ditemukan oleh the

Austrian priest August Musger.

bola basket akan tampak lebih dramatis. Pada film “ASA” tidak akan menggunakan teknik slow motion bisaa, namun menggunakan teknik super slow

motion, dimana akan sangat lambat dalam pengambilan gambar tersebut.

Untuk mendapatkan gerakan lambat yang halus diperlukan proses editing

slow motion saat pasca produksi. Hal ini dilakukan dengan cara membuat frame

baru dimana diletakan diantara frame-frame yang sudah ada. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Jack Cabagge pada blognya http://jackcabbage.blogspot.com/2008/06/hvx-overcrank-and-undercrank.html yang diakses pada tanggal 11 Maret 2012, berikut penjelasannya:

The second type of slow motion is achieved during post production. This is known as time-stretching or digital slow motion. This type of slow motion is achieved by inserting new frames in between frames that have actually been

STIKOM

(19)

photographed. The effect is similar to overcranking as the actual motion occurs over a longer time.

Terjemahan:

Tipe kedua gerakan lambat dicapai selama pasca produksi. Hal ini dikenal sebagai waktu peregangan atau gerakan lambat digital. Jenis gerakan lambat dicapai dengan memasukkan frame baru di antara frame yang benar-benar telah difoto. Efeknya mirip dengan overcranking sebagai gerakan yang sebenarnya terjadi selama waktu yang lebih lama.

Gambar 2.1 Proses slow motion

Overcranking

konsep cranking kamera handcranked pada tingkat yang lebih cepat dari bisaanya (yaitu lebih cepat dari 24 frame per detik). Gerakan lambat juga dapat dicapai dengan memainkan rekaman bisaanya direkam pada kecepatan lambat. Teknik ini lebih sering diterapkan untuk video dikenakan instant replay, daripada film.

STIKOM

(20)

2.4.1Super Slow Motion

Teknik super slow motion yaitu membuat gambar pada film dibuat jauh lebih lambat, dimana gambar yang dihasilkan akan tampak berhenti, tidak hanya terkesan lambat. Teknik ini menggunakan perangkat lunak, pengolahan (dengan program seperti Twixtor) adalah untuk membuat frame digital interpolasi untuk tanda transisi antara frame yang benar-benar ditembak. Gerak dapat diperlambat lebih lanjut dengan menggabungkan teknik, interpolasi antara frame

overcranked(http://www.lucidmovement.com/). Dalam hal ini 24 f/s akan kembali

di renggangkan melalui proses digital.

Gambar 2.2 Proses Penambahan frame untuk proses Super slow motion

2.5 Olahraga Bola Basket

Basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Bola basket sangat cocok untuk ditonton karena bisaa dimainkan di ruang olahraga tertutup dan hanya memerlukan lapangan yang relatif kecil. Selain itu, bola basket mudah dipelajari karena bentuk bolanya yang besar, sehingga tidak menyulitkan pemain ketika

STIKOM

(21)

memantulkan atau melempar bola tersebut. sesuai dengan Arif Furqon(2007:1), basket adalah permainan yang dimainkan oleh tim beregu dengan jumlah anggota tim lima orang.

2.5.1 Sejarah Bola Basket

Basket dianggap sebagai olahraga unik karena diciptakan secara tidak sengaja oleh seorang guru olahraga(Arif Furqon, 2007:15). Pada tahun 1891, Dr. James Naismith, seorang guru Olahraga asal Kanada yang mengajar di sebuah perguruan tinggi untuk para siswa profesional di YMCA (sebuah wadah pemuda umat Kristen) di Springfield, Massachusetts, harus membuat suatu permainan di ruang tertutup untuk mengisi waktu para siswa pada masa liburan musim dingin di New England. Terinspirasi dari permainan yang pernah ia mainkan saat kecil di Ontario,Naismith menciptakan permainan yang sekarang dikenal sebagai bola basket pada 15 Desember 1891.

2.5.2 Basket dan Indonesia

Basket di Indonesia diwadahi oleh PERBASI yaitu persatuan bola basket seluruh Indonesia. PERBASI didirikan pada tahun 1952, di mana Tony Wen dan Wim Latumeten diminta oleh Maladi yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Komite Olimpiade Indonesia (KOI) untuk menyusun organisasi olahraga bola basket Indonesia(http://perbasi.or.id).

Meskipun basket resmi berdiri di Indoensia pada tahun 1952, namun basket bisa berkembang dengan mudah di sisni. Seperti pada kutipan dari mainbasket.com, berita ataupun cerita tentang bola basket, nihil. Bola basket

STIKOM

(22)

menjadi (salah satu) anak tiri, dan sepak bola adalah anak emas. Bola basket bukan tanpa prestasi namun minim sorotan dan pemberitaan pada media, seperti itulah gambaran jelasnya basket di Indonesia.

Perkembangan basket di Indonesia kini mulai mengeliat, dukungan sponsor dari PT. Jawa Pos Grup mnejadikan basket Indonesia mulai mendapatkan banyak sorotan. Perubahan format liga, jumlah peserta, dan juga nama yang berganti menajadi NBL(National Basket League), mnejadikan basket kian menuju olahraga yang berkembang.

STIKOM

(23)

17 3.1 Metodologi

3.1.1 Jenis Penelitian

Dalam metode penelitian ini jenis data yang digunakan ialah kualitatif. Jenis data kualitatif digunakan karena penilaian sebuah film tidak dapat dilihat berdasarkan nilai objektif dan dinilai berdasarkan rata-rata, penilaian film lebih pada pengamatan dan juga dari perkembangannya. Penggunaan jenis data kualitatif karena penelitian dapat ditinjau dari informan langsung, dilandasi kekuatan narasi, dan juga data ditinjau langsung dilapangan. Berdasarkan dari kegunaan dan kebutuhan data, sehingga meteode yang digunakan ialah dengan cara wawancara. Dalam penelitian ini informan yang dibutuhkan untuk wawancara ialah pembuat film/sineas.

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Data primer diambil berdasarkan dari wawancara yang dilakukan kepada informan, dalam hal ini wawancara dilakukan bedasarkan kriteria yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Berikut kriteria informan pada perancangan ini:

1. Memiliki pengetahuan dibidang film

2. Mengikuti perkembangan film nasional dari tahun ke tahun 3. Berkecimpung dalam kegiatan perfilman

STIKOM

(24)

4. Berhubungan dengan Olahraga Basket cukup lama

5. Bekerja dibidang yang berhubungan dengan olahraga basket Bedasarkan kriteria tersebut dipilihlah dua informan yaitu:

1. Dedy Susanto

Informan ini adalah juri komunitas di Jogja NETPAC Asian Film Festival tahun 2012 atau yang lebih dikenal dengan JAFF. Selain itu dia juga

programming di Independen Film Surabaya sejak tahun 2009. Akhir tahun

kemarin informan menjadi kurator film di ajang Pshychofest 2012 yang diadakan oleh jurusan psikologi Universitas Airlangga.

2. Yudhi

Informan ini adalah salah satu jajaran wasit di Deteksi Basket League sejak tahun 2011. Selain menjadi seorang wasit, latar belakang pendidikan olahraga basket dan memiliki pekerjaan sampingan sebagai pelatih basket di salah satu SMA swasta di Sidoarjo, informan ini dianggap memiliki cukup banyak materi perihal permasalahan dan perkembangan olahraga bola basket.

3.1.3 Teknik Analisis Data

Hasil dari data primer yang sudah didapat berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada informan dikumpulkan menjadi satu, untuk diambil jawaban yang terbanyak yang sama. Data sekunder yang didapat berdasarkan kutipan-kutipan majalah, Koran dan juga refrensi situs web. Kedua data dari primer dan sekunder diambil satu arah yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. setelah dipahami maka akan didapatkan jawaban yang valid sehingga dapat dipertanggung jawabkan.

STIKOM

(25)

3.1.4 Studi Eksiting

Dalam proses pembuatan apapun, proses penelitian terhadap studi terdahulu sangatlah penting. pemahaman dan pengamatan yang jeli dapat memudahkan dalam proses pembuatan atau pengerjaan untuk proyek. dalam hal ini dalam proses pembuatan film ASA, studi eksiting juga dilakukan dengan memahami dan mempelajari dari film-film yang pernah beredar sebelumnya. hal ini dilakukan agar pada proses pembuatan dapat dimengerti kendala yang dihadapi dalam pembuatan film itu sendiri. penelitian film-film terdahulu dapat dilakukan berdasarkan SWOT film tersebut. berikut adalah beberapa film yang diamati untuk sebagai studi terdahulu untuk proyek film ASA nanti.

1. Film Matrix Reloaded

Gambar 3.1 Potongan Adegan Film Matrix Reloaded

Strenght: Kekuatan film Matrix terletak pada konsep dari cerita itu

sendiri, di mana menciptakan imaninasi cerita yang segar dan baru. Penonton merasakan kesan yang berbeda setelah menyaksikan film Matrix.

STIKOM

(26)

Weaknesess: Kerumitan dari alur cerita, penonton diharuskan mengerti

maksud dari fantasi yang diciptakan pada film ini. imajinasi dan dunia nyata seakan sulit dibedakan, sehingga dapat membingungkan penonton awam.

2. Film The Blind Side

Gambar 3.2 Potongan Adegan Film The Blind Side

Strenght: kelebihan yang paling menonjol pada film ini dari sisi cerita,

film ini mengangkat biografi dari atlit atau olahragawan engan cara yang menarik dan penuh intrik. Penggambaran yang natural namun sentuhan drama film tetap terasa.

Weaknesess: Kurangnya stok gambar yang menggambarkan kegiatan

atletik bisa dibilang kurang, meskipun banyak pengambilan gambar pada arena olahraga. Seperti contoh ketika berada ditempat latihan

STIKOM

(27)

futboll America, di tempat ini lebih banyak disisi dialog daripada

adegan latihan dari atlit futboll America itu sendiri.

3. Film King

Gambar 3.3 Potongan Adegan Film King

Strenght: film yang mengangkat tema bulu tangkis pertama diera

modern menjadikan film ini tidak memiliki pesaing dalam tema olahraga.

Weaknesess: banyak pengambilan gambar yang tidak penting, seperti

alam bebas, gunung, dan hewan-hewan liar. Menjadikan film sedikit melenceng dari tema. Hal ini juga mengakibatkan emosi dari penonton bisa hilang.

STIKOM

(28)

4. A Barefoot Dream

Gambar 3.4 Potongan adegan pada film A Barefoot Dream

Strenght: Mengangkat pemasalahan sosial untuk disatukan dalam

sebuah olahraga sepakbola. Hal ini berdampak positif pada mental dan semangat bagi target audien

Weaknesess: Proses dalam pengemasan olahraga sepakbola kurang

begitu ditonjolkan, aspek dari sisi lain seperti masalah keluarga, keuangan menjadi masalah-masalah yang paling banyak menjadi topic dari beberapa scene film.

5. Coach Carter

Strenght: Film dengan syarat motivasi dan pesan moral yang baik.

Film ini memberikan suguhan olahraga basket bukan kemampuan bermain basket yang diutamakan, namun kemampuan lain juga harus mendukung seperti pendidikan dan gaya hidup.

STIKOM

(29)

Weaknesess: Banyaknya adegan-adegan yang kurang menunjukan

tindakan dan perilaku anak SMA pada umumnya, menjadikan target film ini tidak bisa mencangkup secara umum, perbedaan budaya bisa mempengaruhi ke sisi negative bagi audien.

Gambar 3.5 Potongan Adegan Film Coach Carter

6. Kesimpulan

Berikut kesimpulan yang diambil dari pengamatan film-film diatas: Tabel 3.1 Pengamatan Pada Film

JUDUL FILM 1. Film Matrix Reloaded 2. Film The Blind Side

STIKOM

(30)

3. Film King

4. Film a Barefoot Dream 5. Film Coach Carter

Kesimpulan:

1. Olahraga populer lebih sering di produksi dalam film 2. Film yang populer lebih mudah menarik animo penonton 3. Pengemasan cerita pada film menjadi bagian penting film

3.1.5 Segmentasi, Targeting, dan Positioning(STP)

Segmentasi, Targeting, dan positioning dari karya film ini adalah: 1. Demografi : Kota Sedang

2. Umur : 17 – 23 tahun 3. Status Ekonomi : Menengah

4. Pendidikan : Sekolah Menengah Atas – Perguruan Tinggi 5. Pekerjaan : Pelajar

6. Positioning : Film ini pada nantinya ditujukan pada pelajar SMA bagaimana berusaha berjuang membalas Kegagalan dengan cara yang positif.

3.2 Analisis Data 3.2.1 Hasil

Bedasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan metode kualitatif, dengan metode wawancara terhadap Dedy Susanto yaitu informan yang telah dipilih, didapatnya informasi yang dapat menjadi data analisis. Dalam wawancara

STIKOM

(31)

tersebut dijelasakan film terbagi atas dua medium yaitu film panjang dan film pendek, dalam film pendek permasalahan yang paling didapati adalah masalah teknis penggarapan dan juga teknis cerita film. Dalam teknis penggarapan untuk sebuah film pendek yang mengangkat tema olahraga bisa menjadi boomerang sendiri bagi sutradara, dimana dalam prosesnya membutuhkan banyak dana dan tenaga namun hasil yang didapat tidak sesuai dengan target yang diinginkan. Target tersebut dalam film pendek bisaanya adalah ketertarikan penonton terhadap film tersebut, bagi seorang sutradara bila film kurang diminatai, bisa dianggap gagal dalam mengaet audien. Pada teknis cerita pada film pendek, film bisaanya diangkat yang dekat dengan kita, namun pada konteks olahraga, banyak hal yang

missing atau kurang dilihat, padahal olahraga adalah salah satu dari bagian hidup

kita. Kebanyakan para sutradara sudah teralu nyaman dengan tema-tema yang ada seperti sosial, drama, cinta dan lain-lain.

Dalam produksi film panjang untuk mengangkat tema olahraga tidak semata-mata kemauan dari sutradara, semua berhubungan dengan produser, sedangkan produser memikirkan pengeluaran dan pemasukan dari produksi sebuah film tersebut. Gambaran mudahnya yaitu faktor kerugian menjadi tolak ukur seorang produser dalam pertimbangan tema film yang diangkat. Tapi kenapa jarang atau tidak adanya film yang mengangkat basket sebagai tema adalah faktor belum beraninya keluar dari zona aman. Padahal, di Indonesia sendiri banyak film yang berani keluar dari zona aman atau film dengan tema yang pada umumnya bisa terbilang sukses, sebut saja Ruma Dara, Modus Anomali, The Raid, dan lain-lain.

STIKOM

(32)

Selain permasalahan tentang untung dan rugi dari penjualan film, sebenarnya faktor yang bisa dibilang jarangnya ada penggarapan tentang genre olahraga adalah kurang beraninya mencoba. Misalnya seperti film Garuda Didadaku, sebelum film ini diproduksi jarang sekali film olahraga diangkat dalam sebuah film panjang, namun setelah film ini meraih 1,4 juta penonton barulah para sutradara lain berani ikut produksi film-film bertemakan olahraga.

Sebenarnya bila berbicara olahraga basket, oahraga ini sekarang sudah cukup berkembang dan populer di masyarakat, jadi bukan tidak mungkin nanti bakal ada sutradara yang berani mangangkat tema ini. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengemas tema tersebut secara baik, bagaimanapun meskupun tema tersebut sudah populer peran cerita dan pengemasan film menjadi tolak ukur penonton untuk menilai layak atau tidak layaknya sebuah film.

Disisi lain, basket kini tidak hanya diangggap sebagai olahraga biasa, dikalangan pelajar basket sudah sangat populer, ditambah turnamen yang mendukung kegiatan tersebut. Di kota-kota besar seperti Surabaya, Jogjakarta, Bandung, Jakarta, basket menjadi olahraga populer setara dengan olahraga futsal dan sepakbola.

Bagi seorang pelatih basket film basket bisa menjadi acuan didik bagi muridnya, dengan banyaknya film bertema basket, semakin mudah memberikan gambaran basket kepada anak-anak basket. Film basket juga membantu membangun semangat dari dalam bagi para pelajar. Manfaat inilah mengapa bagi pelatih basket penting sekali film basket itu lebih banyak diproduksi.

STIKOM

(33)

Dalam segi promosi dalam media film, basket sendiri mampu memberikan keuntungan terhadap 2 aspek, pertama basket itu sendiri, secara langsung mampu mengangkat nilai basket dimata masyarakat. Yang kedua, bila menggunakan pelajar maka, sekolah dari para pelajar tersebut akan ikut terakngkat namanya secara langsung. Bila dilihat untung tidaknya, atau penting tidaknya promosi basket melalui media film, maka dianggap penting bila melihat penjelasan-penjelasan yang ada.

3.2.2 Metode Pencarian Kata Kunci(Keyword)

Pencarian kata kunci atau keyword ditujukan untuk pengarahan perancangan film ini kedepannya. Oleh karena ini data dan hasil penelitian sebelumnya menjadi acuan dalam proses penentuan keyword. Berikut adalah alur pemikiran perancangan pencarian keyword.

Tabel 3.2 Alur Pencarian Keyword Metodologi

Keinginan Audien Minim Olahraga Minoritas

Mimpi

Impian

Eksisting

Minim Difilmkan Animo Besar

Pengemasan

Pengemasan

STIKOM

(34)

3.2.3 Deskripsi Konsep

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan konsep yang diperoleh untuk perancangan film ASA ini adalah Impian. Berikut deskripsi dari konsep tersebut.

Impian

Penggambaran kata impian pada konsep ini pendekatan terhadap semangat dan usaha perwujudan hal baru terhadap perubahan. Selain itu impian dalam konsep ini lebih dekat dengan satu keinginan bagaimana membuat satu film dengan genre olahraga namun memiliki karakteristik yang sedikit berbeda. Gabungan antara semangat, harapan, dan juga keinginan menjadikan konsep impian menjadi satu konsep yang dianggap sesuai mewakili poin-poin tersebut.

3.3 Alur Perancangan Karya

Perancangan karya sebuah film terbagi atas tiga tahap yaitu, pra produksi, produksi, dan juga pasca produksi. Dalam tahapan-tahapan tersebut memiliki perancangan dan bagian masing-masing yang menjadi aspek penting dalam proses keseluruhan film. Ketiga tahapan tersebut mulai dari awal hingga akhir memiliki keterikatan, bukan kesatuan yang berbeda. Gambaran singkat alur perancangan karya mulai dari tahap pencarian data, pendalaman cerita, proses produksi,

editing, hingga proses promosi karya film ASA ini tersusun pada gambar alur

perancangan berikut:

STIKOM

(35)

Gambar 3.6 Alur Perancangan Karya

3.4 Pra Produksi 3.4.1 Ide & Konsep

Pada awal perancangan ini, ide awal adalah membuat sebuah karya film dengan menggunakan tema olahraga basket sebagai topik utama film tersebut. Pada nanti karya film ini lebih menonjokan sisi olahraga basket sebagai minat audien terhadap olahraga tersebut. Dengan didapatnya konsep “Impian” sebagai konsep utama rancangan karya ini maka didaptnya satu simpulan terhadap ide awal tentang rancangan film ini.

STIKOM

(36)

Berlatar konsep “Impian” maka ide dasar rancangan film ini yaitu

bagaimana membuat film dengan tema olahraga basket yang mampu menarik minat penonton atau audien. Menggunakan kreatifitas dan teknik yang belum umum menjadikan sebuah film olahraga yang berbeda.

3.4.2Warna

Dalam http://julio.staff.ipb.ac.id/2012/warna, yang diakses pada tanggal 25 Januari 2013, warna adalah sesuatu yang sederhana yang hanya mendapat respon akibat tangkapan mata, sehingga kadang membuat dikesampingkan oleh sebagian pihak, namun tak jarang membuat orang berlama-lama memilihnya. Pihak yang demikian memandang warna adalah getaran, dan getaran itu secara sadar maupun tidak selalu kita respon, sehingga tak jarang warna memengaruhi kenyamanan lingkungan dan mood. Pernyataan tersebut menguatkan bahwa warna sangat mempengaruhi sekali keadaan dan perasaan seseorang.

Dengan berpatokan pada konsep yang ada waran yang dekat dengan filosofi dari konsep rancangan ini adalah warna Kuning dan Jingga.

Kuning

Warna kuning adlah warna muda, memberikan rasa bahagia dan membantu merangsang imajinasi. Warna kuning juga dapat diartikan sebagai warna persahabatan. Dalam ilmu psikologi warna kuning dapat meningkatkan kosentrasi (Eko Nugroho, 2008:27).

Jingga

Warna jingga adalah warna yang cenderung dekat dengan warna merah yang memiliki sifat berani dan kuat, namun pada warna jingga lebih

STIKOM

(37)

feminism dan persahabatan. Warna ini mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat, warna jingga juga disebut sebagai warna sosialisasi (Eko Nugroho, 2008:27).

Kedua warna kuning dan jingga sangat dekat dengan konsep yang diangkat dalam perancangan karya film ini, dimana poin-poin utama seperti persahabatan, kerja keras, harapan, imajinasi, masuk dalam kategori warna-warna tersebut.

3.4.3 Konsep Teknis

Perancangan yang menginginkan proses pembuatan film olahraga yang berbeda sehingga muncul sebuah gagasan menambahkan sentuhan super slow

motion pada film ASA nantinya.

1. Super Slow Motion

Menurut the Austrian priest August Musger, slow motion ialah pembuatan film dengan waktu tampak terlihat lambat. Namun, pada film

“ASA” nanti tidak hanya membuat film dengan teknik slow motion

biasa, namun akan membuat film dengan teknik super slow motion, dimana waktu tidak hanya dibuat lambat saja, namun akan tampak seperti diam(freeze).

3.4.4 Konsep Audio

Melihat dari konsep dan ide cerita yang dibangun, maka konsep pada audio nanti menggunakan audio dengan nada tempo cepat dan juga nada dengan irama tegang. Hal ini untuk menguatkan adegan-adegan olahraga basket itu sendiri dan juga unsur drama yang diangkat.

STIKOM

(38)

3.4.5 Konsep Poster Film

Poster adalah salah satu media utama promosi dalam sebuah film, poster menjadi media daya tarik audien terhadap film yang akan ditayangkan. Pada perancangan film ASA poster juga menjadi bagian utama dalam media promosi, berikut konsep rancangan poster yang dibuat:

Gambar 3.7 Sketsa poster

Konsep poster pada rancangan film asa ini menonjolkan karakter-karakter pada film tersebut. Konsep yang diinginkan adalah bagaimana menunjukan kegiatan yang dilakukan oleh karakter film tersebut. Konsep poster ini pada nantinya juga menjadi konsep pada cover DVD dan juga pada DVD disc.

STIKOM

(39)

3.4.6 Tipografi

Sebagai font utama film ini, pengamatan font tercapai pada font dengan

nama “Orator Std”, font ini dianggap sederhana namun dapat mewakili keseriusan

dalam proses pembuatan film “ASA” ini.

Gambar 3.8 Contoh Font Orator Std

Font alternative yang dipilih untuk film ini adalah font dengan nama

“Agency FB”, font ini di pilih karena secara bentuk dianggap dekat dengan font utama film ini. Hanya saja font ini lebih tegak lurus bentuknya.

Gambar 3.9 Contoh Font Agency FB

3.4.7 Sinopsis

Tegar dan teman-temannya sedang asyik latihan basket, tiba-tiba datang sekelompok anak yang menantang bermain. Permainan berakhir dengan kemenangan kelompok anak yang menantang Tegar dan kawan-kawan. Kesepakatan-pun terjadi Tegar mau pergi dari lapangan jika diadakan tanding

STIKOM

(40)

ulang. Pada saat tanding ulang Tegar dan kawan-kawan mampu membalikan keadaan dan memenangkan pertandingan.

3.4.8 Naskah Cerita

Sore itu Tegar berlatih basket sendiri. Tanpa seorangpun teman ada di lapangan. Setelah merasa cukup latihan Tegar memutuskan pulang. Sesampainya di Rumah Tegar langsung mandi. Ketika selesai mandi dan menuju kamar Tegar menatap sebuah kalender, dia melamun teringat satu hal. Tegar mengingat saat dia dan teman-temannya kalah dalam tanding basket. Saat itu tidak hanya kalah namun terjadi perkelahian pula. Kejadian tersebut berawal ketika ada segerombol anak sekolah menantang Tegar dan teman-temannya yang sedang latihan basket. Taruhan dalam tantangan tersebut yang kalah tidak boleh lagi menggunakan lapangan basket tersebut. Namun cerita tidak memihak pada Tegar dan teman-temannya, mereka kalah. Salah seorang teman Tegar merasa tidak terima dan berusaha menghajar anak-anak baru tersebut sehingga perkelahianpun tak terelakan. Akhirnya di dapapatinya kesepakatan baru yaitu tanggal 10 besok akan diadakan tanding lagi. Ya, tanggal sepuluh ialah besok, siap tidak siap Tegar dan kawan-kawan harus tanding kembali. Tanpa banyak pikir Tegar memasuki kamarnya. Pagi hari Tegar mengikuti sekolah dengan normal, namun Tegar hanya melamun, dia tidak konsen pada pelajaran. Bel pun berbunyi anak-anak sekolahpun pulang, begitu pula dengan Tegar. Tegar langsung bergegas pulang. Sesampainya di rumah dia bersiap-siap dengan atribut dan apa-apa yang akan dia kenakan untuk sore ini, setelah siap Tegarpun bergegas menuju lapangan. Lawan dari Tegar sudah menunggu dilapangan, tanpa banyak bicara Tegar langsung

STIKOM

(41)

mengajak bertanding. Pertandingan pun dimulai, pertandingan ini dengan sistim poin 21, siapa mencetak 21 poin terlebih dahulu dia yang menang. Jual beli serangan terjadi, namun tim lawan sedikit lebih dominan sehingga unggul 15 – 12. Tim lawan main menjadi ketika tembakan 3 angka mereka masuk skor menjadi 18

– 12. Tanpa patah arang Tegar pun tetap semangat mengejar poin. Dengan susah payah Tegar melakukan terobosan, bola di umpan pada Ferdi, ferdi langsung memberikan umpan pada zaki yang berdiri bebas di zona 3 angka, dengan dingin Zaki melepaskan bola, masuk skor menjadi 15-18. Bola kembali menjadi milik Tegar dan tim, dengan tenang Tegar mengatur teman-temannya, Saat Zaki melakukan terobosan dan akan diakhiri oleh lay up ternyata bola diumpan pada Ferdi yang berdiri bebas. Tim lawan yang kaget mencoba memblok ferdi namun tembakan 3 angka Ferdi berhasil masuk, kini skor menjadi ketat 18 sama. Keadaan semakin genting skor sama kuat, Tegar yang berusaha melwati lawan yang ada didepannya namun lebih memilih mengakhiri dengan tembakan, Tegar melakukan lompatan dan melakukan tembakan, semua orang menatap bola tembakan Tegar, bola pun masuk Tegar dan tim bersorak mereka berhasil membalik keadaan dan langsung mengakhiri permainan.

3.4.9Naskah Skenario

1: EXT. LAPANGAN BASKET DAY FADE IN

Tegar berlatih basket, tampak suasana senja dan sepi namun Tegar tetap giat berlatih. Setelah dirasa cukup Tegar-pun mengakhiri latihan dan pulang.

2: INT. RUMAH TEGAR NIGHT

STIKOM

(42)

CUT TO

Selesai mandi Tegar menuju kamarnya. Ketika akan masuk kamar mata Tegar terhenti menatap kalender, Tegar-pun mengingat kejadian dimana dia bertanding basket dengan gerombolan anak basket.

3: EXT. LAPANGAN BASKET DAY FADE IN

Tegar sedang bermain basket santai dengan teman-temannya, tiba-tiba datang segerombolan anak sekolah menantang Tegar dan teman-temannya beradu basket. Dengan sombong gerombolan anak ini menantang Tegar dan teman-temannya. Ferdi teman Tegar merasa terhina dengan nada tinggi menerima ajakan.

PRAYID

“He cupu pergi dari sini, kami mau main!”

TEGAR

“Siapa kalian, urusan apa kalian mengusir kami?”

PRAYID

(melempar bola kearah Tegar)

“Sudahlah tutup mulutmu dengan bola ini!”

FERDI

“KEPARAT!, siapa takut lawan kalian?!”

Mereka-pun bertanding basket, poin demi poin ditambahkan oleh geromobolan anak basket ini. Tegar cs tak berdaya hingga berakhirnya pertandingan Tegar cs kalah telak. Selesai pertandingan gerombolan ini kembali menghina Tegar cs.

PRAYID

“sudah pulang sana. Jangan lupa cuci kaki, minum susu!?”

FERDI

“BRENGSEK KALIAN!”

STIKOM

(43)

Zaki menahan Ferdi yang kelewat emosional. Tegar-pun mengajukan persyaratan bertanding ulang

ZAKI

“Tahan fer...sabar!”

PRAYID

“mau apa?!”

TEGAR

“gini aja, kami minta tanding ulang, kalo besok kami kalah, kami akan pergi dari sini?”

PRAYID

“Terserah!!”

TEGAR

“oke tanggal 10 kita bertemu disini lagi!”

CUT TO

4: INT. RUMAH TEGAR NIGHT FADE IN

Tegar menatap kalender, dia melihat tanggal 10 adalah besok. Tanpa berpikir Tegar masuk kekamarnya.

CUT TO

5: EXT/INT. SEKOLAH DAY

Suasana pelajaran sedang berlangsung, Tegar yang mengikuti pelajaran tampak melamun, dia tidak kosentrasi dengan pelajaran tersebut.

CUT TO

6.EXT. SEKOLAH DAY

Tampak sekelompok anak sedang bermain basket, zaki dan ferdi ikut didalamnya. Dari samping lapangan Tegar hanya menonton

STIKOM

(44)

FERDI

(berjalan kearah Tegar)

“Nanti gimana, siap?”

ZAKI

(Memeluk pundak Ferdi)

“Siap gak siap kita habisi mereka!”

TEGAR

“Ada perubahan rencana”

“Mereka menantang kita dilapangan lain”

ZAKI

“Hah, apa-apaan ini?”

“Mau mereka apa sebenarnya?”

TEGAR

“Kemarin saat pulang sekolah mereka dating kemari”

JUMP CUT: FLASHBACK

7. EXT. TROTOAR DAY

Tegar sedang berjalan di samping sekolah untuk pulang. Tiba-tiba sepeda motor dengan suara keras menghampirinya, pengendara tersebut melemparkan bungkusan kertas ke arah Tegar, saat pengendara tersebut membuka helm, ternyata dia adala prayid pebasket yang menantang Tegar dan kawan-kawan tempo dulu. Tegar membuka bungkusan kertas tersebut dan membaca isinya.

CUT TO:

6.EXT. SEKOLAH DAY

TEGAR(cont’d)

STIKOM

(45)

“Dan mereka menantang kita untuk dating kelapangan basket di alamat

tersebut”

FERDI

“Sebenarnya apa mau mereka?”

ZAKI

“MASA BODOH!!”

“Kalo perlu kita hajar sekalian orang-orangnya?!” FERDI

“Santai sedikit kenapa zak?”

ZAKI

“Bukannya gitu, kalian ingat kan tempo dulu saat mereka bikin malu

kita?”

TEGAR

“Sudalah, yang penting kita fokus untuk nanti” “Menang atau kalah itu takdir”

“terpenting itu kita memanfaatkan asa yang tersisa”

CUT TO

8: INT. RUMAH TEGAR DAY

Tampak Tegar menyiapkan apa yang akan dia bawa untu bertanding sore ini. Dia pun menghubungi Ferdi sebelum berangkat.

TEGAR

“halo, kita berangkat sekarang...”

CUT TO

STIKOM

(46)

9: EXT. LAPANGAN BASKET

Tampak Tegar cs berjalan menuju lapangan dan menghampiri gerombolan anak basket yang sudah datang lebih dulu.

PRAYID

“dating juga kalian”

TEGAR

“sudah jangan banyak mulut, ayo kita tanding!”

Tegar hanya menatap tajam mata anak tersebut. Mereka-pun bertanding. Mereka-pun saling menyerang satu dengan yang lain. Namun geng basket tersebut masih lebih unggul. Namun dengan susah payah dan kerja keras Tegar cs mampu membalikan keadaan dan memenangkan pertandingan. Tegar cs merayakan dengan suka cita.

FADE OUT

3.4.10 Storyboard(Terlampir)

3.4.11 Penokohan

Berikut penokohan dan penggambaran karakter pemain utama dalam film ASA ini:

Tabel 3.3 Pewatakan karakter film ASA

Nama Tokoh

Arti Nama Usia Fisik Watak Ekspresi

Wajah

Tegar Teguh dalam

(47)

55 Kg

Zaki - 17-18

Tahun Fisik dengan tinggi + 180 cm, berat badan sekitar 55kg Tempramental, kaku Muram

Ferdi - 17-18

Tahun Fisik dengan tinggi + 175 cm, berat badan sekitar 55kg Sedikit bicara, sabar Datar

Prayid - 18-19

Tahun Tinggi 170 cm, berat kisaran 50 Kg Sombong, Bertingkah semaunya. Muram

3.4.12Crew Film

 PRODUSER : Ghozwul Fikri

 SUTRADARA : Ghozwul Fikri

 ASS. SUTRADARA : Eko Adi Wijaya

 SKENARIO : Ghozwul Fikri

 UNIT MANAGER : Ghozwul Fikri

 CAMERAMEN 1 : Eko Adi Wijaya

STIKOM

(48)

 CAMERAMEN 2 : Yudhisti E.P & Yurizko Septrian

 ART DIRECTOR : Ghozwul Fikri

 AUDIOMAN : Yudha Ari & Arif Aji

 LIGHTINGMAN : Yudha Ari

 EDITOR : Ghozwul Fikri

3.4.13Lokasi Pengambilan

Tabel 3.4 Lokasi dan Jadwal

NO LOKASI TANGGAL PUKUL

1 SMA Muhammadiyah 1 Taman,

Sidoarjo

2 Juni 2012 13.00 – 17.00 WIB

2 Rumah Yudhisti E.P 29 Mei 2012 10.00 – 13.00 WIB

3 Lapangan Basket Perumahan TPL

Tahap III, Pepelegi, Waru, Sidoarjo(Hari 1)

4 Juni 2012 12.00 – 17.00 WIB

4 Lapangan Basket Perumahan TPL

Tahap III, Pepelegi, Waru, Sidoarjo(Hari 2)

29 Mei 2012 12.00 – 17.00 WIB

5 Lapangan Basket Perumahan TPL

Tahap III, Pepelegi, Waru, Sidoarjo(Hari 3)

4 Juni 2012 12.00 – 17.00 WIB

6 Lapangan Basket Perumahan TPL

Tahap III, Pepelegi, Waru, Sidoarjo(Hari 4)

5 Juni 2012 12.00 – 17.00 WIB

7 Lapangan Basket Perumahan Taman

Pondok Jati

28 Januari 2012

14.00-16.00

8 Lapangan Basket STIKOM Surabaya 26-27

Januari 2012

10.00-17.00

STIKOM

(49)
[image:49.595.58.549.176.732.2]

3.4.14Anggaran Produksi

Tabel 3.5 Anggaran Pengeluaran

Uraian QTY Harga Satuan Total Sub Total

TALLENT/ARTIST

Rp. 195.000,-

1 Samir 6 day Rp. 10.000,- Rp. 60.000,-

2 Zaki 5 day Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-

3 Ferdi 5 day Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-

4 Prayid 5 day Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-

5 Reza 4 day Rp. 5.000,- Rp. 20.000,-

6 Ahmad Dedat 4 day Rp. 5.000,- Rp. 20.000,-

7 Figuran 1 day Rp. 20.000,- Rp. 20.000,-

CREW PRODUCTION

Rp 360.000,- 1 Produser 0 day Rp

20,000.00

Rp -

2 Sutradara 0 day Rp 20,000.00

Rp -

3 Asst.Sutradara 6 day Rp 20,000.00

Rp -

4 Manager Produksi 6 day Rp 20,000.00

Rp -

5 Penulis Skenario 1 paket Rp 100,000.00

Rp -

6 Storyboard 1 paket Rp 100,000.00

Rp

7 Operator Camera 1 6 day Rp 20,000.00

Rp 120,000.00

STIKOM

(50)

8 Operator Camera 2 6 day Rp 20,000.00

Rp 120,000.00

9 Art Director 6 day Rp 20,000.00

Rp -

10 Make Up 6 day Rp 20,000.00

Rp -

11 Editor 1 paket Rp 100,000.00

Rp -

12 Special Effect 1 paket Rp 100,000.00

Rp -

13 Transportasi 6 day Rp 20,000.00

Rp 120,000.00

EQUIPMENT

1

Kamera DSLR 60D : 2 unit

Rp - 2

Kamera DSLR 7D : 1 unit

3

Kamera DSLR 550D : 2 unit

4 Tripod Kamera : 2 unit

5

Lighting 1000 watt: 1 unit

6

Lighting 500 watt : 1 unit

7 Mic Boom : 1 unit

8 Recorder : 1 unit

STIKOM

(51)

LOGISTIC

Rp 390.000,- 1 Koonsumsi Crew 7 org

Rp 5.000,- * 6

days Rp210..000,-

2 Konsumsi Tallent 6 org

Rp. 5.000,- * 6

days Rp. 180.000,-

GRAND TOTAL Rp. 945.000,-

3.4.15Jadwal Kerja

Tabel 3.6 Jadwal Kerja

URAIAN

TARGET WAKTU PER MINGGU

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

PRA PRODUKSI

Penentuan Tema Film

Pembuatan Skenario

Rundown Shooting

breakdown budget

Pembuatan Project Proposal

Merecrewt crew Produksi

Membuat Storyboard

Hunting lokasi

Melengkapi properti & set

Menyewa perangkat kerja

Wardrobe / make up

Memeriksa ulang

PRODUKSI

STIKOM

(52)

Membuat dan Mengedarkan Rundown

Shooting

Persiapan lokasi dan alat

Management Crew

Menyiapkan logistik

Melakukan Preview di lokasi

Evaluasi produksi

PASCA PRODUKSI

Pemilahan Gambar

Editing Gambar

Pemberian Efek Suara dan Gambar

Final Edit

Pembuatan Pendukung Film/Merchandizing

Promosi

STIKOM

(53)

47

Pada Bab IV ini fokus pembahasan dilakukan pada tahap produksi dan pasca produksi. Didalam dua tahap itu terdapa apa saja yang dilakukan semua diurai dengan lengkap pada bab ini.

4.1 Produksi

Setelah proses pra produksi telah selesai, tahap berikutnya adalah proses produksi. Dalam hal ini ada beberapa aspek yang harus diteliti sebelum melakukan proses suting diantaranya:

4.1.1 Kelengkapan Alat

Kelengkapan alat untuk sebuah produksi dicek sebelum melakukan eksekusi syuting. Dalam film ASA ini kelengkapan alat yang dibutuhkan adalah:

o Kamera DSLR 60D : 2 unit o Kamera DSLR 7D : 1 unit o Kamera DSLR 550D : 2 unit o Tripod Kamera : 2 unit o Lighting 1000 watt : 1 unit o Lighting 500 watt : 1 unit o Mic Boom : 1 unit

STIKOM

(54)

o Recorder : 1 unit

4.1.2 Menyusun Jadwal Syuting

Penyusunan ini dilakukan untuk memudahkan Scene mana dulu yang lebih mudah untuk dikerjakan, sehingga susunan waktu yang telah tersusun tidak terbuang sia-sia.

Tabel 4.1 Susunan Syuting Dalam Produksi Syuting 1 Scene 5 dan Scene 6 Syuting 2 Scene 3

Syuting 3 Scene 2 dan Scene 8 Syuting 4 Scene 9

Syuting 5 Scene 1 dan Scene 7

Gambar pada table diatas menjelasakan menyusun jadwal syuting bedasarkan kesamaan tempat. Proses tersebut agar dalam produksi tidak banyak membuang banyak waktu dan tenaga.

STIKOM

(55)
[image:55.595.57.547.156.751.2]

4.1.3 Poin Utama Dalam Setiap Scene

Tabel 4.2 Fokus Scene

Scn Gambar Deskripsi

1 Scene 1 menunjukan seorang anak yang sedang berlatih basket seorang diri di sore hari.

2 Pada Scene 2, poin utama terdapat pada saat Tegar teringat dengan tanggal dimana dia akan tanding ulang basket.

3 Pada Scene 3, poin utama saat Tegar dan temanya ditantang tanding basket, meski pada akhirnya kalah Tegar dan temannya meminta tanding ulang.

STIKOM

(56)

4 Scene 4 menggambarkan Tegar yang terpaku melihat tanggal di kalender, tanpa bnyak ekspresi yang terlihat Tegar masuk kamar.

5 Scene 5 menunjukan ekspresi tegar yang tidak bisa konsentrasi dalam pelajaran di kelas.

6 Pada Scene 6, membahas perubahan tempat tanding yang berbeda lapangan.

STIKOM

(57)

7 Scene 7 ini menggambarkan saat Tegar dapat surat tantangan tanding basket.

8 Pada Scene 8 ini fokus pada saat Tegar bersiap berangkat sebelum bertanding.

9 Pada scene terakhir ini, poin utama membahas tentang pertandingan terakhir Tegar dan temannya melawan kelompok anak yang menantangnya.

4.1.4 Fokus Konsep Pada Shoot Film

Pada sebuah produksi terdapat bagian pokok dalam penempatan pesan yang membangun, yang pendekatan pengambilan gambar tersebut disesuaikan dengan konsep yang sudah dibangun diawal.

Tabel 4.3 Mengupas Pesan Film

scn Potongan Scene Isi Pesan

2 Keadaan tenang membuat Tegar harus teringat satu janji yang

STIKOM

(58)

terlupakan. Dimana dia harus menyelesaikan tujuannya yang tertunda, yaitu membalas dendam atas kekalahan tim basketnya.

3

Kekalahan memalukan tim Tegar tergambar disini, dimana harapan, percaya diri, hilang tertup dengan emosional akibat dipermalukan hingga kalah. Namun pada akhir dialog, Tegar menawarkan pilihan untuk pertandingan, dimana mencoba menanamkan satu harapan baru. Konflik dibangun diawal untuk mendapatkan alasan

melanjutkan cerita ke scene berikutnya

6 dan 7

Kosentrasi untuk pertandingan balas dendam, dibuat menjadi kacau ketika salah satu dari 3 orang lawan mereka menantang

STIKOM

(59)

bertanding di lapangan lain. Kosentrasi terpecah membuat keadaan menjadi kacau dan kabur dengan harapan-harapan yang tersisa. Konflik kedua ini dibuat untuk meningkatkan intensitas dari keingin tahuan penonton akan akhir cerita.

8 dan 9

Kesiapan tim Tegar untuk harapan yang ada dibangun untuk berhadapan ulang dengan lawan. Tanpa terpancing

omongan lawan dan percaya diri tim Tegar memenangkan pertandingan. Ending dibuat happy ending, yang dimasukan dalam konsep semangat

sekelompok anak yang berjuang bersusah payah untuk meraih

STIKOM

(60)

keberhasilan.

4.2 Pasca Produksi

Pasca produksi adalah tahap terakhir dalam runtutan produksi dari sebuah film. Pada tahap ini tidak hanya melakukan penggabungan hasil shoot pada masa produksi, melainkan juga melakukan pewarnaan film dan juga pembuatan pendukung film, semacam aksesoris pelengkap. Proses tersebut terbagi atas:

[image:60.595.60.527.104.743.2]

4.2.1 Preview Gambar

Gambar 4.1 Preview Cuplikan Adegan

STIKOM

(61)

Proses awal yang dilakukan oleh editor ialah menccocokan adegan yang benar untuk dilakukan proses editing. Gambar yang sudah benar dapat dimasukan kedalam timeline editing.

Gambar 4.2 Timeline Editing

4.2.2 Memotong Gambar

Gambar yang pada timeline dirapikan dan ditata sesuai urutan scenario film. Gambar yang tertata, dipotong sesuai gambar yang diperlukan, adegan yang tidak perlu seperti awalan dan akhiran dibuang agar tidak menyatu pada plot film.

Gambar 4.3 Bagian Film yang Dibuang

STIKOM

(62)

Gambar 4.5 Pemotongan Gambar

4.2.3 Pewarnaan Film

Setalah gambar tersusun bedasarkan scenario film, tahap selanjutnya yaitu memberikan efek film. Pada rancangan film ASA, sudah ditentukan warna yang sesuai dengan emosional dari film ini.

Gambar 4.6 Proses Pewarnaan Film

Penambahan warna pada film ASA adalah sebagai penguat dari emosi film ini. Dengan warna pesan dan emosional film akan tersampai dengan baik ke penonton/audien. Warna pada film bukan hanya sekedar memberi warna semata

STIKOM

(63)

namun selalu ada pesan yang ingin disampaikan, begitu pula dengan film ASA ini.

Pemilihan warna yang digunakan oleh editor sesuai pemaparan awal saat perancangan film awal, pada masa pra produksi. Editor hanya memberi saran perubahan sedikit apabila ada revisi warna yang tidak sesuai dengan kondisi tempat dan adegan pada film.

4.2.4 Editing Suara

Pada scene 5 terdapat adegan dimana Tegar melamun, pada scene tersebut dramatisasi lamunan Tegar dibantu dengan suara yang terdengar seperti menggema.

Gambar 4.6 Cuplikan Adegan Tegar Melamun

Untuk mendapatkan suara dengungan yang sesuai maka perlu melakukan

editing suara terlebih dahulu.

STIKOM

(64)

Gambar 4.7 Proses editing Suara

Suara yang telah diedit sesuai kebutuhan dapat di ekstrak lalu dimasukan pada software editing untuk disatukan dengan video.

4.2.5 Rendering Film

Gambar 4.8 Tampilan Rendering Film

Tahap akhir dalam sebuah editing yaitu rendering, dimana film telah siap untuk diekspor dalam bentuk file film. Proses ini bisa memakan waktu hingga beberapa jam, sesuai dengan lama durasi pada film tersebut.

STIKOM

(65)

Gambar 4.9 Rendering

4.3 Publikasi Film

Masa ini adalah bagian dimana peran pemasaran diperlukan. Film yang telah selesai dari masa produksi agar dapat diketahui oleh masyarakat dapat dilakukannya promosi. Media promosi dapat dilakukan disemua media kalau perlu sesuai dengan kebutuhan yang ada, berikut tahap-tahap promosi film.

4.3.1 Poster Film

Poster film adalah mutlak perlu dalam media promosi, dalam film ASA ini pembuatan poster dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat. Pembuatan poster yang menarik dapat membuat masyarakat menjadi tertarik untuk menonton.

STIKOM

(66)

Gambar 4.10 Poster Film ASA

Konsep yang diterapkan pada poster film ASA adalah tema basket itu sendiri, bagaimana karakter-karakter utama menjadi suguhan utama pada tampilan poster ini.

STIKOM

(67)

4.3.2 Media Elektronik

Perkembangan zaman dan teknologi menjadikan persaingan promosi menjadi lebih ketat dan padat, perlunya pemikiran yang matang dalam meletakan promo sebuah film juga wajib diperhitungkan. Media online saat ini menjadi kebutuhan primer dari masyarakat, sehingga peran promosi dalam media online menjadi pilihan yang wajib.

Gambar 4.11 Tampilan Promosi di Media Sosial

4.3.2 Mechandise

Mechandise sebagai suatu rangkaian dari upaya retailer dalam penyaluran barang

atau jasa dari manufacture dan atau distributor kepada konsumen sesuai dengan tingkat

STIKOM

(68)

kebutuhannya. Terutama dalam industri film yang membutuhkan media promosi yang dapat diterima oleh audien.

Gambar 4.12 Contoh Mechandise

STIKOM

(69)

63

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan seluruh hasil produksi yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan konsep impian, pendalaman cerita tentang olahraga basket mampu tersampaikan dengan baik.

2. Konsep impian menjadi latar belakang yang kuat sebagai pengangkatan judul ASA pada film pendek yang dibuat.

3. Dengan porsi 50-50 Genre drama dan olahraga diterapkan pada film ini. 4. Penggunaan teknik super slow motion, menambah unsur drama pada film

pendek ASA.

5. Penggunaan musik latar belakang yang mendukung gambar menambah emosional audien saat menyaksikan film pendek dengan genre drama olahraga berjudul ASA ini.

6. Penerapan teknik super slow motion pada bagian penting dalam adegan permainan basket, semakin menguatkan unsur dramatisasi dari permainan basket itu sendiri.

STIKOM

(70)

5.2 Saran

Berdasarkan seluruh hasil produksi yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran untuk penelitian ini, yaitu:

1. Memberikan pilihan masyarakat bagaimana membuat film. Film tidak hanya sebatas film aksi, drama, romansa dan lainnya yang dianggap menarik.

2. Kedepan diharapkan dengan adanya film ini, menjadikan sineas mempunyai banyak ide untuk membuat film o

Gambar

Tabel 3.5 Anggaran Pengeluaran STIKOM SURABAYA
Tabel 4.2 Fokus Scene STIKOM SURABAYA
Gambar 4.1 Preview Cuplikan Adegan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses Tugas Akhir ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam pembuatan film yang berjudul Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama Keluarga Tentang Dampak Negatif

Bab III ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam pembuatan, pengolahan data serta perancangan dalam pembuatan film pendek bergenre thriller tentang

Dengan demikian, setiap pengambilan gambar dalam film pendek akan memiliki sebuah makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh penontonnya1. Genre adalah sebuah metode

penjelaskan proses produksi dalam film pendek yang berjudul ” Secuil Daging Untuk. Keluargaku ”,

Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah menghasilkan film pendek bergendre drama berjudul “Aku Maih Yang Dulu” dengan teknik heandheal/saky, membuat film yang

munculnya “rumah sinema” yang menyediakan berbagai film pendek yang menjadi ajang kompetisi ditambah lagi “rumah sinema” ini berada di berbagai penjuru kota Film pendek di