• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR INDUK BANTUL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR INDUK BANTUL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

EVALUASI KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR INDUK BANTUL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

NANTIKA WAHYU FEBRIANTI NIM : 20130520384

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

SKRIPSI

EVALUASI KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR INDUK BANTUL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

NANTIKA WAHYU FEBRIANTI NIM : 20130520384

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Dengan Judul

Evaluasi Kebijakan Revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul Tahun 2016

Oleh:

Nantika Wahyu Febrianti 20130520384

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada:

Hari dan tanggal : Jumat, 09 Desember 2016 Tempat : Ruang Igov Lama 2 Jam : 13.30-14.30 WIB

SUSUNAN TIM PENGUJI KETUA

Drs. Suswanta, M.Si.

Penguji I Penguji II

Rahmawati Husein, Ph.D. Dr. Dyah Mutiarin, M.Si. Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

(4)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nantika Wahyu Febrianti

NIM : 20130520384

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan dengan sebenar benarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir penelitian ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, November 2016

Yang membuat pernyataan

(5)

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan

akan

ada kemudahan”

(QS. Al-Insyirah: 6)

“Hai orang

-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu

sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-oraang

yang sabar”

(QS. Al-Baqarah: 153)

“Segala sesuatu tidak ada yang mudah, begitu pula tidak ada yang

sulit. Hanya saja segala sesuatu membutuhkan waktu yang tidak cepat

serta proses yang tidak mudah. Selalu berbaik sangka kepada Allah

dan percayalah akan keajaiban doa”

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabil’alamin. Segala puji bagi Allah atas segala kemurahan dan limpahan Rahmat-Nya sehingga aku dapat menyelesaikan karya tulisku sesuai dengan target yang diharapkan. Rasa syukur juga tanpa henti kupanjatkan atas segala nikmat yang Allah SWT limpahkan kepadaku. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjunganku Nabi Muhammad SAW, sebagai tauladanku dan tauladan seluruh umat Muslim.

Terimakasih yang tiada terkira kepada Bapak Ibukku tercinta, Ibu Titi Yulianti dan Bapak Kasiran Nanet, yang telah bersedia mendidik dan merawatku selama ini. Atas segala jerih payah Bapak Ibuk mengasuhku, menjadi panutanku, doa yang tak pernah henti dipanjatkan untukku. Semoga aku dapat membahagiakan Bapak Ibuk setelah ini. Juga kepada adikku tersayang Nanang Narantika, terimakasih sudah menjadi adik dan patner yang baik saat suka maupun duka. Serta keluarga besar yang selalu memberikan doa dan dukungan.

Seluruh Dosen dan Staf TU Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah mengantarkanku menjadi Sarjana.

Kepada teman-teman Ilmu Pemerintahan angakatan 2013 terutama Iin, Oky, Wawan, Nika, Dessy Fatma, Desyana, Dwika teman-teman kelas H, dan teman-teman semua yang tidak mungkin aku sebut satu persatu, terimakasih telah menemani berproses, semoga kita dapat bertemu di gerbang kesuksesan.

Sahabat tercinta, Tete, Dewi, Erfin, Sele, Mas Arif yang selalu menemani saat suka maupun duka, memberikan dukungan saat ujian kemarin, thank you so much. Mbak Epick, Nur Amanah, Minoz, Nisa, Jutek, dek Tiyok, Afnan yang tetap menerimaku dengan segala kekuranganku, teman-teman Chittost yang selalu dihati. Serta teman-teman KT Ajisaka yang selalu memberikan dukungan.

Teman-teman Bidikmisi senasib seperjuangan, angkatan 2012, 2013, 2014, 2015, 2016 semoga kita nantinya dapat mengabdi untuk Negara yang telah memberikan kesempatan untuk memperoleh ilmu.

(7)

Kepada keluarga besar Biro Admisi UMY, Ibu Siti Diah Handayani, Bapak Marwadi, Mbak Anin, Kak Ros, Mbak Mitra, Mbak Saras, Mas Usman, Mas Dwi, Kak Intan, Mbak Ulfa, Mbak Dita, Mbak Achel, Mbak Witri, Mbak Fiena, Mbak, Zulfa, Mbak Linda, Ike, Iim, Rio, dan yang lainnya, terimakasih atas bimbingan dan pengalaman yang telah diberikan selama ini. Serta keluarga Kopkar UMY, Mas Hafidz dan Mbak Era yang telah memberikan kesempatan dan pelajaran untukku.

Kepada orang-orang yang berada dibalik layar, seluruh staf UMY terutama staf Fisipol, dan Petugas Perpustakaan yang selalu direpotkan dan telah memberikan kemudahan-kemudahan sehingga aku mampu sampai ke tahap ini.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan judul “EVALUASI KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR

INDUK BANTUL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016” sebagai syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarganya, sahabatnya, serta pada pengikutnya yang Insyallah akan setia hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, MA. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Bapak Ali Muhammad, S.IP., MA., Ph.D, selaku Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dr. Titin Purwaningsih, S.IP., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(9)

5. Ibu Rahmawati Husein, Ph.D dan Ibu Dr. Dyah Mutiarin, M.Si selaku Dosen Penguji.

6. Seluruh Dosen di Jurusan Ilmu Pemerintahan UMY yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

7. Ibu Nurul Adiati selaku Kepala Seksi Perencanaan dan Pengendalian Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul, Ibu Sarjilah selaku Lurah Pasar Induk Bantul, Bapak Isdianto selaku Petugas Pembersih Pasar Induk Bantul, serta Ibu Sri Supatmi, Ibu Kartini, dan Ibu Murni selaku pedagang di Pasar Induk Bantul.

8. Orang tua yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, November 2016

(10)

DAFTAR ISI

H. Definisi Operasional... 34

I. Metode Penelitian... 36

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ... 42

A. Gambaran Umum Kabupaten Bantul ... 42

(11)

3. Perdagangan ... 47

4. Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Bantul ... 50

B. Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul ... 52

1. Profil Kantor Pengelolaan Pasar ... 52

2. Visi dan Misi Kantor Pengelolaan Pasar ... 55

3. Struktur Organisasi Kantor Pengelolaan Pasar ... 57

C. Gambaran Kondisi Pasar Induk Bantul ... 58

BAB III EVALUASI KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR INDUK BANTUL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016 ... 61

A. Revitalisasi Pasar Induk Bantul ... 61

1. Intervensi Fisik ... 66

2. Rehabilitasi Ekonomi ... 73

3. Revitalisasi Sosial ... 79

B. Evaluasi Kebijakan Revitalisasi Pasar Induk Bantul ... 84

1. Efektivitas ... 85

2. Efisiensi ... 96

3. Adekuasi (Kecukupan) ... 102

4. Kemerataan (Ekuitas) ... 108

5. Responsivitas ... 115

6. Ketepatan... 119

BAB IV PENUTUP ... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 128

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1Daftar Pasar dan Jumlah Pedagang di Kabupaten Bantul ... 4

Tabel 1.2 Penjabaran Studi Terdahulu ... 12

Tabel 1.3 Sumber Data Primer ... 38

Tabel 1.4 Sumber Data Sekunder... 39

Tabel 1.5 Responden yang Diwawancarai ... 40

Tabel 2.1 Jumlah Desa, Dusun, dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul .. 45

Tabel 2.2 Kepadatan Penduduk Geografis Per Kecamatan Tahun 2012 ... 46

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 47

Tabel 2.4 Data Pasar dengan Kondisi Baik Tahun 2014 ... 48

Tabel 2.5 Data Pembangunan Pasar Tradisional di Kabupaten Bantul ... 49

Tabel 2.6 Daftar Pengelola Pasar Induk Bantul ... 60

Tabel 3.1 Gambaran Singkat Indikator Efektivitas ... 96

Tabel 3.2 Gambaran Singkat Indikator Efisiensi ... 102

Tabel 3.3 Gambaran Singkat Indikator Adekuasi ... 108

Tabel 3.4 Data Bangunan Pasar Sebelum dan Setelah Revitalisasi ... 109

Tabel 3.5 Gambaran Singkat Indikator Kemerataan ... 115

Tabel 3.6 Gambaran Singkat Indikator Responsivitas ... 119

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bantul ... 42

Gambar 2.2 Susunan Organisasi Kantor Pengelolaan Pasar ... 57

Gambar 2.3 Pasar Induk Baantul ... 58

Gambar 3.1 Tahapan Revitalisasi Pasar Untuk Pedagang ... 64

Gambar 3.2 Tempat Parkir Sebelum Revitalisasi ... 82

Gambar 3.3 Tempat Parkir Setelah Revitalisasi ... 83

Gambar 3.4 Bangunan Gedung Pasar Sebelum Revitalisasi ... 86

Gambar 3.5 Bangunan Gedung Pasar Setelah Revitalisasi ... 86

Gambar 3.6 Kondisi Lantai Sebelum Revitalisasi ... 88

Gambar 3.7 Kondisi Lantai Setelah Revitalisasi... 89

Gambar 3.8 Kondisi Atap Sebelum Revitalisasi ... 91

Gambar 3.9 Kondisi Atap Setelah Revitalisasi ... 92

Gambar 3.10 Tempat Sampah ... 120

Gambar 3.11 Kondisi Kamar Mandi ... 120

Gambar 3.12 Hydrant ... 122

(14)

SINOPSIS

Kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul untuk terus menjaga eksistensi perekonomian lokal. Dengan demikian diharapkan pasar tradisional dapat bersaing dengan pasar modern. Penelitian mengenai evaluasi kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul Tahun 2016, bertujuan untuk mengevaluasi hasil dari kebijakan revitalisasi pasar yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Sehingga dapat memberikan saran berupa solusi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dari kebijakan revitalisasi yang telah dilaksanakan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Informan dan responden pada penelitian ini yaitu Kepala Seksi Perencanaan dan Pembangunan Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul, Lurah dan Petugas Pembersih di UPT Pasar Induk Bantul, serta tiga pedagang lama Pasar Induk Bantul yang menempati bangunan gedung pasar pasca revitalisasi. Penelitian ini dilakukan di Pasar Induk Bantul. Teknik pengumpulan datanya yaitu wawancara dan dokumentasi.

Adapun tahap-tahap revitalisasi mencakup intervensi fisik, rehabilitasi ekonomi, serta revitalisasi sosial. Revitalisasi Pasar Induk Bantul telah dilaksanakan, kegiatan perekonomian juga telah kembali berjalan. Untuk mengetahui hasil dari kebijakan revitalisasi, penelitian ini menggunakan kriteria evaluasi kebijakan yang terdiri dari 6 aspek/indikator. Aspek tersebut yaitu efektivitas, efisiensi, adekuasi (kecukupan), kemerataan (ekuitas), responsivitas, dan ketepatan. Pembahasan mengenai revitalisasi Pasar Induk Bantul dilakukan dengan menganalisis hasil dari jawaban responden yang telah diwawancarai. Dari penelitian dan analisis yang dilakukan, kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul sudah dilaksanakan dengan baik. Tahapan intervensi fisik yang dilakukan juga mencapai keberhasilan terlihat dari megahnya bangunan gedung pasar. Pelaksanaan kebijakan revitalisasi telah membawa perubahan yang lebih baik dalam pola hidup bersih dan sehat pedagang. Namun masih terdapat beberapa kekurangan pada intervensi fisik, seperti atap masih ada yang bocor, pasar yang sangat panas karena tidak terdapat blower, kebijakan tentang rehabilitasi ekonomi yang kurang dimanfaatkan oleh pedagang, serta dalam revitalisasi sosial masih terdapat hubungan yang kurang baik antara pedagang dan pengelola pasar yang mengakibatkan kurang baiknya respon terhadap masalah yang dikeluhkan oleh masyarakat.

(15)

SINOPSIS

Kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul untuk terus menjaga eksistensi perekonomian lokal. Dengan demikian diharapkan pasar tradisional dapat bersaing dengan pasar modern. Penelitian mengenai evaluasi kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul Tahun 2016, bertujuan untuk mengevaluasi hasil dari kebijakan revitalisasi pasar yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Sehingga dapat memberikan saran berupa solusi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dari kebijakan revitalisasi yang telah dilaksanakan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Informan dan responden pada penelitian ini yaitu Kepala Seksi Perencanaan dan Pembangunan Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul, Lurah dan Petugas Pembersih di UPT Pasar Induk Bantul, serta tiga pedagang lama Pasar Induk Bantul yang menempati bangunan gedung pasar pasca revitalisasi. Penelitian ini dilakukan di Pasar Induk Bantul. Teknik pengumpulan datanya yaitu wawancara dan dokumentasi.

Adapun tahap-tahap revitalisasi mencakup intervensi fisik, rehabilitasi ekonomi, serta revitalisasi sosial. Revitalisasi Pasar Induk Bantul telah dilaksanakan, kegiatan perekonomian juga telah kembali berjalan. Untuk mengetahui hasil dari kebijakan revitalisasi, penelitian ini menggunakan kriteria evaluasi kebijakan yang terdiri dari 6 aspek/indikator. Aspek tersebut yaitu efektivitas, efisiensi, adekuasi (kecukupan), kemerataan (ekuitas), responsivitas, dan ketepatan. Pembahasan mengenai revitalisasi Pasar Induk Bantul dilakukan dengan menganalisis hasil dari jawaban responden yang telah diwawancarai. Dari penelitian dan analisis yang dilakukan, kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul sudah dilaksanakan dengan baik. Tahapan intervensi fisik yang dilakukan juga mencapai keberhasilan terlihat dari megahnya bangunan gedung pasar. Pelaksanaan kebijakan revitalisasi telah membawa perubahan yang lebih baik dalam pola hidup bersih dan sehat pedagang. Namun masih terdapat beberapa kekurangan pada intervensi fisik, seperti atap masih ada yang bocor, pasar yang sangat panas karena tidak terdapat blower, kebijakan tentang rehabilitasi ekonomi yang kurang dimanfaatkan oleh pedagang, serta dalam revitalisasi sosial masih terdapat hubungan yang kurang baik antara pedagang dan pengelola pasar yang mengakibatkan kurang baiknya respon terhadap masalah yang dikeluhkan oleh masyarakat.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bantul merupakan salah satu daerah yang mempunyai aturan tentang pendirian dan penataan toko modern. Hal ini dibuktikan dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pasar dan Peraturan Bupati Bantul Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penataan Toko Modern di Kabupaten Bantul. Dalam Peraturan-Peraturan tersebut dijelaskan beberapa syarat dan aturan yang harus dipenuhi sejumlah pihak jika ingin mendirikan toko modern di Bantul.

Adanya aturan-aturan tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul untuk terus menjaga eksistensi perekonomian lokal. Seperti melindungi keberadaan pasar tradisional dan pedagang kecil baik yang berjualan di pasar tradisional maupun toko-toko kecil. Ketentuan tersebut sejatinya tidak melarang pendirian toko/pasar modern di Bantul. Melainkan setiap elemen masyarakat di Bantul harus mematuhi peraturan yang ada seperti yang tertera pada Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati yang ada jika ingin mendirikan toko modern.

(17)

Revitalisasi pasar dilakukan dengan upaya agar pasar tradisional tetap mampu bersaing dengan pasar modern yang telah menjamur. Karena banyaknya jumlah masyarakat di Bantul yang sebagian besar bergantung pada pasar tradisional, agar tetap dapat mempertahankan pekerjaannya sebagai pedagang.

Adanya dua kebijakan pemerintah tentang pembatasan pasar modern dan revitalisasi pasar tradisional sangat berkaitan, karena pembatasan pasar modern tanpa adanya revitalisasi pasar tradisional adalah sama halnya dengan menyelesaikan masalah, namun tidak sampai ke akarnya. Kebijakan pembatasan pasar modern berfungsi sebagai regulator untuk menekan laju pertumbuhan pasar moden di Bantul, sedangkan kebijakan revitalisasi pasar tradisional bertujuan untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern (Masitoh: 2013).

(18)

Dengan demikian, konsep revitalisasi pasar untuk mempetahankan eksistensi pasar tradisional sangat penting. Sudah barang tentu revitalisasi tidak hanya sebatas bangunan dan regulasi pemerintah. Akan tetapi, semua aspek yang menjadi instrument pasar tradisional memerlukan revitalisasi. Baik dari segi manajmen, pengembangan pasar, dana penunjang pengembangan, dan lain sebagainya.

(19)

Tabel 1.1

Daftar Pasar dan Jumlah Pedagang di Kabupaten Bantul

No Nama Pasar Jumlah Pedagang

1 Bantul (Pasar Induk) 1718

Sumber: Kantor Pengelolaan Pasar 2016

(20)

perekonomian berlangsung, terjadi interaksi antara pedagang, pembeli, pengelola pasar, serta pemerintah daerah. Kegiatan jual beli di Pasar Induk Bantul tidak hanya dilakukan oleh warga Bantul saja. Banyak warga di sekitar Bantul yang berdagang di Pasar Induk Bantul, seperti warga dari Gunung Kidul, Kulon Progo, Kota Jogja, bahkan ada yang berasal dari Klaten Jawa Tengah.

Kesamaan fungsi antara pasar tradisional dan pasar modern mengakibatkan adanya persaingan antar keduanya. Akan tetapi, pasar tradisional harus menjaga eksistensinya agar dapat terus bersaing dengan pasar modern. Menurut Mudjarat Kuncoro (2008) dalam tulisannya “Strategi Pengembangan Pasar Modern dan Tradisonal”, terdapat isu

utama yang berkaitan dengan perkembangan pasar tradisional, diantaranya yaitu :

1. Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal maka perlu ada program untuk melakukan pengaturan.

2. Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern yang memberatkan pemasok barang.

3. Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) ke wilayah pemukiman.

4. Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling berdekatan.

(21)

dan untuk menjaga eksistensi pasar tradisional. Pelaksanaan program revitalisasi pasar oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul sangat penting adanya untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern yang ada di Bantul. Agar terdapat peningkatan kualitas baik fisik maupun non fisik yang menjadikan pasar tradisional lebih baik, menghilangkan kesan kumuh, semrawut, panas dan bau.

Sebelum revitalisasi berlangsung, kondisi fisik Pasar Induk Bantul sudah sangat memprihatinkan. Mulai dari bangunan gedung yang sudah retak, atap yang bocor, serta lingkungan yang kumuh. Apalagi saat musim penghujan, lantai menjadi becek dan licin. Hal ini sangat mengganggu kenyamanan baik pedagang maupun pembeli.

Mengulas kembali saat pelaksanaan revitalisasi Pasar Induk Bantul tersebut, pedagang hanya berjualan di tempat kecil yang terdapat didepan dan sayap kanan kiri pasar yang disediakan oleh pengelola pasar. Hal tersebut mengakibatkan pembeli kurang nyaman dengan tempat yang cenderung kumuh dan sempit, sehingga mereka sulit menemukan pedagang langganan mereka yang menyebabkan pembeli menjadi berkurang serta pasar cenderung sepi. Adanya revitalisasi pasar tidak serta merta berpengaruh positif bagi kondisi sosial dan kondisi ekonomi pedagang. Karena faktor lamanya revitalisasi dan perlunya adaptasi dengan lingkungan baru.

(22)

Kabupaten Bantul yang dituangkan dalam Peraturan Bupati Nomor 12 tahun 2010 tentang penataan toko modern. Dari dampak yang diuraikan dalam penelitian tersebut juga berimbas kepada keberadaan pasar tradisional. Didalamnya juga diuraikan upaya pemerintah dalam menjaga eksistansi pasar tradisional yaitu dengan merevitalisasi pasar. Hal ini yang mendorong minat peneliti untuk melakukan penelitian tentang evaluasi kebijakan dari program revitalisasi pasar tradisional yang dilakukan oleh pemerintah daerah demi menjaga eksistensi pasar tradisional.

Penelitian ini mengangkat judul mengenai evaluasi kebijakan revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul tahun 2016, agar dapat diketahui hasil dari program revitalisasi pasar yang dijalankan pemerintah daerah tersebut. Apakah memberikan perubahan yang positif atau negatif bagi kesejahteraan pedagang di Pasar Induk Bantul. Dari hasil penelitian ini juga dapat memberikan saran berupa solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, pengelola pasar, maupun pedagang untuk memperbaiki keadaan agar eksistensi Pasar Induk Bantul tetap terjaga dan tidak kalah dengan pasar modern seperti tujuan yang diharapkan oleh pemerintah sebelum revitalisasi.

B. Rumusan Masalah

(23)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana evaluasi kebijakan program revitalisasi Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan manfaat untuk berbagai pihak :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan Ilmu Pemerintahan khususnya dalam masalah kebijakan publik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai sarana mengaplikasikan berbagai ilmu pengetahuan yang telah dipelajari sekaligus untuk menambah pengetahuan tentang kebijakan publik serta untuk menyelesaikan tugas akhir.

(24)

c. Bagi pihak-pihak lain, semoga penelitian ini dapat menjadi sebuah rujukan jika ingin mengangkat penelitian yang sama.

E. Studi Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan pedoman dalam penulisan skripsi. Terdapat penelitian terdahulu yang membahas tentang revitalisasi pasar tradisional. Pertama, penulis menggunakan skripsi sebagai acuan. Jurnal dari Febriana Ida S dan Sugi Rahayu, M.Pd, M.Si yang berjudul “Pengaruh Persepsi Masyarakat Mengenai Peraturan Penataan Toko Modern dan Perilaku Belanja Masyarakat Terhadap Keberadaan Pasar Tradisional di Kabupaten Bantul”. Jurnal ini berisi tentang peraturan penataan toko modern terhadap

keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Bantul. Tulisan ini juga menjelaskan tentang perilaku belanja masyarakat Kabupaten Bantul setelah adanya toko modern terhadap keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Bantul serta persepsi masyarakat mengenai peraturan tentang penataan toko modern. Kelebihan dari penelitian ini yaitu isinya yang terperinci, pembahasannya yang jelas dan mudah untuk dipahami. Dari segi landasan teori menurut saya masih terlalu sedikit, sehingga kurang dapat menggambarkan secara detail teori-teori tersebut.

Acuan kedua yaitu Jurnal dari Eis Al Masitoh (2013), yang berjudul “Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional: Studi Revitalisasi

(25)

Piyungan Bantul. Perlunya revitalisasi pasar Piyungan Bantul karena dampak dari bencana gempa bumi yang menimpa Jogja. Jurnal ini juga berisi tentang dampak negatif yang terjadi akibat revitalisasi serta dampak positif dari revitalisasi pasar Piyungan Bantul. Data-data yang tercantum sangat lengkap dan detail.

Ketiga, penelitian ini mengacu pada Skripsi dari Ahmad Izzudin dengan judul “Kebijakan Pemerintah tentang Pasar Tradisional di Bantul”. Dari skripsi ini dapat diketahui kebijakan Pemerintah Kabupaten Bantul secara umum tentang pasar tradisional. Skripsi ini juga berisi tentang dua kebijakan Pemerintah Kabupaten Bantul tentang pasar tradisional yaitu kebijakan pembatasan minimarket di Kabupaten Bantul dan kebijakan revitalisasi pasar tradisional di Kabupaten Bantul. Regulasi-regulasi yang relevan juga dicantumkan dalam penelitian ini. Teori yang dicantumkan dalam skripsi ini kurang lengkap karena pembahasannya yang singkat.

Keempat yaitu skripsi dari Bangkit Joko Pamungkas yang berjudul “Analisis Kebijakan Penataan Toko Modern di Kabupaten Bantul. Isi dari

(26)
(27)

Tabel 1.2

Penjabaran Studi Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil Penelitian

1 Febriana Ida S dan persepsi masyarakat tentang peraturan penataan toko modern Kabupaten Bantul setelah adanya toko modern terhadap keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Bantul.

Penelitian ini berisi tentang revitalisasi pasar Piyungan Bantul serta perlunya revitalisasi pasar Piyungan Bantul karena dampak dari bencana dua kebijakan Pemerintah Kabupaten Bantul tentang pasar tradisional yaitu kebijakan pembatasan minimarket di Kabupaten Bantul dan kebijakan revitalisasi pasar tradisional di Kabupaten Bantul.

Penelitian ini tentang implementasi, evaluasi kinerja, dan evaluasi dampak kebijakan penataan toko Modern di Kabupaten Bantul yang ditungkan dalam Perbup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penataan Toko Modern. tradisional di pasar

(28)

F. Kerangka Teori 1. Kebijakan Publik

a. Definisi Kebijakan Publik

Sebelum mengetahui apa itu kebijakan publik, pertama akan dijelaskan terlebih dahulu definisi dari kebijakan. Terdapat beberapa definisi kebijakan menurut para ahli, dikutip dari Suharno (2013):

1) Ealau dan Kenneth Prewitt

Kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik oleh yang membuatnya maupun oleh mereka yang mentaatinya.

2) Carl Friedrich

Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

(29)

politik, serta administrasi. Sementara pemerintah adalah orang atau sekelompok orang yang diberi mandat oleh seluruh anggota suatu sistem politik untuk melakukan pengaturan terhadap keseluruhan sistem, bisa RT, RW, desa, kabupaten, provinsi, Negara hingga supra Negara (ASEAN, EU) dan dunia (WTO, PBB).

b. Kerangka Kerja Kebijakan Publik

Kerangka kerja kebijakan publik akan ditentukan oleh beberapa variabel yang dikutip dari Suharno (2013) yaitu sebagai berikut: 1) Tujuan yang akan dicapai, hal ini mencakup kompleksitas

tujuan yang akan dicapai, apabila tujuan kebijakan semakin kompleks, maka semakin sulit mencapai kinerja kebijakan. Sebaliknya, apabila tujuan kebijakan semakin sederhana, maka untuk mencapainya juga semakin mudah.

2) Preferensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan. Suatu kebijakan yang mengandung berbagai variasi nilai akan jauh lebih sulit untuk dicapai dibanding dengan suatu kebijakan yang hanya mengejar satu nilai.

3) Sumber daya yang mendukung kebijakan. Kinerja suatu kebijakan akan ditentukan oleh sumber daya finansial, material, infrastruktur lainnya.

(30)

para aktor yang terlibat dalam proses penetapan kebijakan. Kualitas tersebut ditentukan oleh tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya, pengalaman kerja dan intregitas moralnya.

5) Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Kinerja dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, politik tempat kebijakan tersebut diimplementasikan.

6) Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi yang digunakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan akan mempengaruhi kinerja suatu kebijakan. Strategi yang digunakan bersifat top/down approach atau bottom approach, otoriter atau demokratis.

c. Evaluasi Kinerja Kebijakan

Kegiatan evaluasi merupakan tahap penting bagi keseluruhan proses analisis kebijakan publik. Kegiatan ini, selain dapat memberikan satuan-satuan nilai tertentu terhadap kebijakan yang sudah diimplementasikan, juga dapat menjadi “pintu” baru

untuk memasuki kegiatan pembuatan dan analisis kebijakan berikutnya (Suharno: 2013).

(31)

arti yang berhubungan, masing-masing menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakaan. Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan (Dunn: 2000). Pada realitanya, apabila kebijakan tersebut mempunyai nilai dan memberikan kontribusi pada sasaran serta tujuan, maka akan membuat kebijakan ini menjadi semakin bermakna.

Menurut Patton dan Savicky dalam Nugroho (2003), evaluasi kebijakan merupakan evaluasi sitematis yang berkenaan dengan fisibilitas teknis dan ekonomi serta viabilitas politis alternatif kebijakan, strategi implementasi kebijakan dan adopsi kebijakan. Proses analisisnya dilakukan sebelum kebijakan atau setelah kebijakan (berbentuk deskriptif).

Dari beberapa pemaparan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi kebijakan adalah kegiatan untuk menilai atau menganalisis tingkat kinerja suatu kebijakan baik dilakukan sebelum maupun setelah kebijakan dilaksanakan.

(32)

1) Untuk mengetahui keberhasilan suatu kebijakan. Dengan adanya evaluasi kebijakan dapat ditemukan informasi apakah suatu kebijakan sukses ataukah sebaliknya.

2) Untuk mengetahui efektivitas kebijakan. Kegiatan evaluasi kebiajakn dapat mengemukakan penilaian apakah suatu kebijakan mencapai tujuannya atau tidak.

3) Untuk menjamin terhindarnya pengulangan kesalahan. Informasi yang memadai tentang nilai sebuah hasil kebijakan dengan sendirinya akan memberikan rambu agar tidak terulang kesalahan yang sama dalam implementasi yang serupa atau kebijakan yang lain pada masa-masa yang akan datang.

Sedangkan alasan yang bersifat eksternal paling tidak untuk dua kepentingan:

1) Untuk memenuhi prinsip akuntabilitas publik. Kegiatan penilaian terhadap kinerja kebijakan yang telah diambil merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban pengambil kebijakan kepada publik, baik yang terkait secara langsung maupun tidak dengan implementasi tindakan kebijakan.

(33)

Kriteria untuk menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan sangat terkait dengan kriteria rekomendasi kebijakan. Kriteria evaluasi kebijakan terdiri dari 6 aspek, diungkpakan oleh Suharno (2013) dalam bukunya yaitu sebagai berikut:

1) Efektivitas

Pada kegiatan evaluasi, penekanan kriteria ini terletak pada ketercapaian hasil. Apakah hasil yang diinginkan dari adanya suatu kebijakan sudah tercapai.

2) Efisiensi

Fokus dari kriteria ini adalah persoalan sumber daya, yakni seberapa banyak sumber daya yang dikeluarkan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan.

3) Adekuasi (Kecukupan)

Kriteria ini lebih mempersoalkan kememadaian hasil kebijakan dalam mengatasi masalah kebijakan, atau seberapa jauh pencapaian hasil dapat memecahkan masalah kebijakan.

4) Kemerataan atau Ekuitas

Kriteria ini menganalisis apakah biaya dan manfaat telah didistribusikan secara merata kepada kelompok masyarakat, khususnya kelompok-kelompok sasaran dan penerima manfaat. 5) Responsivitas

(34)

hasil kebijakan yang dicapai telah memuaskan kebutuhan dan pilihan mereka atau tidak.

6) Ketepatan

Kriteria ketepatan ini menganalisis tentang kebergunaan hasil kebijakan, yakni apakah hasil yang telah dicapai benar-benar berguna bagi masyarakat khususnya kelompok sasaran.

2. Revitalisasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro (Sukriswanto: 2012). Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa revitalisasi bukan hanya berorientasi pada keindahan fisik saja, tetapi juga dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada.

(35)

mendukung aspek formalitas, melainkan perlu partisipasi masyarakat dalam arti luas.

Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan pula potensi yang ada di lingkungan seperti sejarah, makna, serta keunikan dan citra lokasi (Suci: 2015). Salah satu cara merevitalisasi atau membangun pasar tradisional yang baru adalah menciptakan pasar tradisional dengan berbagai fungsi, seperti tempat bersantai dan rekreasi bersama dengan keluarga. Pendekatan yang lebih penting yaitu bagaimana mensinergikan pasar tradisional dan tempat perbelanjaan modern, sebagai kesatuan yang fungsional.

Dikutip dari tulisan Sukriswanto (2012) terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh pemerintah dalam pelaksanaan program revitalisasi untuk kesejahteraan masyarakat. Kendala-kendala dalam revitalisasi adalah sebagai berikut:

(36)

berjalan, lift, dan lahan parkir. Tata ruang pasar dibiarkan begitu saja sehingga yang menempati lahan di luar lower ground selalu mendapatkan keuntungan kecil karena lebih jarang dikunjungi pembeli.

b. Kecenderungan sosiologis pedagang pasar tradisional adalah menempatkan kecurigaan berlebihan (over curiosity) terhadap segala bentuk pembangunan. Mereka sering menyalah artikan, yakni pembangunan identik dengan penggusuran. Prasangka yang berkembang, setiap ada pembangunan berarti sewa atau pembelian stan menjadi barang mahal. Itu dipandang merugikan pedagang yang telah menempati stan pasar sebelumnya.

Menurut tulisan dari Darmawan dkk (2013) sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Intervensi Fisik

(37)

lingkungan (environmental asustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.

b. Rehabilitasi Ekonomi

Perbaikan fisik kawasan yanag bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasanaa kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001). Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadianya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).

c. Revitalisasi Sosial/Institusional

(38)

selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.

3. Pasar

Peran pasar sangat penting terhadap perekonomian masyarakat menengah kebawah. Selama aktivitas perekonomian berlangsung, terjadi interaksi antara pedagang, pembeli, pengelola pasar serta pemerintah daerah. Kegiatan tersebut dilakukan setiap hari guna memenuh kebutuhan hidup. Perkembangan zaman yang semakin pesat dan didukung teknologi yang canggih maka akan semakin sulit mencari pekerjaan yang layak. Perlu skill dan pendidikan yang baik untuk bersaing mencari pekerjaan. Hal ini dapat menjadikan pasar sebagai lahan usaha masyarakat menengah kebawah untuk memperoleh pendapatan.

Secara umum pasar dibedakan menjadi dua yaitu pasar modern dan pasar tradisional. Dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan, pasar dapat didefinisikan sebagai tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi di mana proses jual beli terbentuk.

a. Karakteristik Pasar

(39)

Sari (2016), jenis-jenis pasar dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

1) Jenis pasar menurut jenis barang

Jenis-jenis pasar menurut barangnya, yaitu pasar yang hanya menjual satu jenis barang tertentu, misalnya:

a) Pasar hewan

b) Pasar ikan dan daging c) Pasar loak

d) Pasar seni

2) Jenis pasar menurut bentuk kegiatannya

Menurut bentuk kegiatannya, pasar dibagai menjadi dua yaitu: a) Pasar nyata, yaitu pasar dimana barang-barang yang akan

diperjual belikan dapat dibeli oleh pembeli. Contohnya yaitu pasar tradisional dan swalayan.

b) Pasar abstrak, yaitu pasar dimana para pedagangnya tidak menawarkan barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya engan menggunakan surat dagangannya saja contoh pasar online, pasar saham, pasar modal, dan pasar valuta asing.

3) Jenis pasar menurut transaksinya

(40)

Menurut Sukesi dkk (2009), pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik pada konsumen. Sedangkan dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/ 1998, pasar modern merupakan pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta atau koperasi dalam bentuk mall, supermarket, minimarket, department store, dan shoping center dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi dengan label harga yang pasti.

Pasar modern sendiri memiliki bentuk dan fasilitas yang lebih menarik serta teknologi canggih yang mengikuti perkembangan zaman. System pasar lebih terstruktur dan tertib. Hingga penjagaan pasar, keamanan pembeli, kenyamanan dan kebersihan sangat dijaga untuk membuat pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan/ pembeli.

(41)

untuk mengelolanya. Sedangkan konsumen yang meminati pasar ini rata-rata yang berpendapatan menengah keatas. Contoh pasar modern seperti swalayan (supermarket) atau toko lengkap yang serba ada (department store).

b) Pasar Tradisional

Dalam Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007, pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli brang dagangan melalui tawar menawar. Sedangkan menurut Sardilah dkk (2011), pasar tradisional adalah sebuah tempat yang terbuka dimana terjadi proses transaksi jual beli yang dimungkinkan proses tawar menawar.

(42)

tradisional memiliki kekurangan yang sering dikeluhkan oleh masyarakat, seperti keadaannya yang cenderung kotor dan kumuh sehingga banyak orang yang segan berbelanja di pasar tradisional.

Menurut Mudjarat Kuncoro (2008) dalam tulisannya “Strategi Pengembangan Pasar Modern dan

Tradisonal”, terdapat isu utama yang berkaitan dengan

perkembangan pasar tradisional, diantaranya yaitu :

(1)Kondisi pasar tradisional secara fisik sangat tertinggal maka perlu ada program untuk melakukan pengaturan. (2)Penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh

ritel modern yang memberatkan pemasok barang. (3)Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki pengelola

jaringan) ke wilayah pemukiman.

(4)Jarak antara pasar tradisional dengan hypermarket yang saling berdekatan.

4. Revitalisasi Pasar

(43)

Kecil dengan sasaran memberdayakan para pelaku usaha mikro yang selama ini tumbuh di pasar yang belum memiliki fasilitas transaksi tempat berusaha yang layak, sehat, bersih, dan nyaman, serta dimiliki dan dikelola oleh pedagang sendiri dalam wadah koperasi. Program revitalisasi pasar tradisional digagas dengan maksud menjawab semua permasalahan yang melekat pada pasar tradisional. Penyebabnya, pasar tradisional dikelola tanpa inovasi yang berarti mengakibatkan pasar menjadi tidak nyaman dan kompetitif (Kasali, 2007).

Konsep revitalisasi pasar tradisional lebih luas dari sekedar perubahan fisik bangunannya saja, tetapi juga harus ada konsep bagaimana mendinamiskan pasar. Hampir setiap upaya revitalisasi pasartradisional salah satunya menyediakan lapak-lapak atau kios-kios baru bagi para pedagang pasar, berujung pada ketidakpuasan pedagang karena informasi mengenai rencana dan pelaksanaan revitalisasi pasar tidak menyentuh semua pedagang hanya pada perwakilannya saja (Paskarina, dkk: 2007).

(44)

mrmpunyai program revitalisasi pasar tradisional dimana dengan program tersebut pemerintah mencoba untuk menata pasar-pasar menjadi pasar modern. Revitalisasi tersebut meliputi membenahi manajemen pasar dan meningkatkan pengetahuan dasar bagi para pedagang (Rohmatun, dkk: 2015).

Revitalisasi pasar tradisional yang dilakukan oleh pemerintah dengan maksud untuk kesejahteraan masyarakat menghadapi beberapa kendala, yaitu sebagai berikut:

a. Menyangkut problem tata ruang. Selama ini para pedagang selalu berebut menempati lahan dasar (lower ground) untuk meraup keuntungan dari pembeli. Karena itu, jika ada pembangunan mereka khawatir lahan yang ditempati digeser. Hal ini yang menyebabkan setiap ada rencana pembangunan mereka selalu menolak. Problem tata ruang ini memang cukup rumit. Mengingat hampir semua pasar tradisional tidak program ruang memadai. Tata ruang pasar dibiarkan begitu saja sehingga yang menempati lahan di luar lantai dasar selalu mendapatkan keuntungan kecil karena lebih jarang dikunjungi pembeli.

(45)

berkembang, setiap ada pembangunan berarti sewa atau pembelian stan menjadi barang mahal.

c. Persepsi masyarakat terhadap masyarakat adalah kumuh, becek, kotor, dan minmnya fasilitas seperti terbatasnya tempat parkir, tempat sampah yang baud an kotor, lorong yang sempit dan sebaagainya. Kondisi ini yang menyebabkan masyarakat cenderung memilih berbelanja di pasar modern walaupun harga di pasar modern lebih mahal.

G. Definisi Konsepsional 1. Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan adalah kegiatan untuk menilai atau menganalisis tingkat kinerja suatu kebijakan baik dilakukan sebelum maupun setelah kebijakan dilaksanakan.

Kriteria untuk menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan sangat terkait dengan kriteria rekomendasi kebijakan. Kriteria evaluasi kebijakan terdiri dari 6 aspek, diungkapakan oleh Suharno (2013) dalam bukunya yaitu sebagai berikut:

a. Efektivitas

Pada kegiatan evaluasi, penekanan kriteria ini terletak pada ketercapaian hasil. Apakah hasil yang diinginkan dari adanya suatu kebijakan sudah tercapai.

(46)

Fokus dari kriteria ini adalah persoalan sumber daya, yakni seberapa banyak sumber daya yang dikeluarkan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan.

c. Adekuasi (Kecukupan)

Kriteria ini lebih mempersoalkan kememadaian hasil kebijakan dalam mengatasi masalah kebijakan, atau seberapa jauh pencapaian hasil dapat memecahkan masalah kebijakan.

d. Kemerataan atau Ekuitas

Kriteria ini menganalisis apakah biaya dan manfaat telah didistribusikan secara merata kepada kelompok masyarakat, khususnya kelompok-kelompok sasaran dan penerima manfaat. e. Responsivitas

Kriteria ini lebih menyoal aspek kepuasan masyarakat khususnya kelompok sasaran, atas hasil kebijakan. Apakah hasil kebijakan yang dicapai telah memuaskan kebutuhan dan pilihan mereka atau tidak.

f. Ketepatan

(47)

2. Revitalisai

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi mengalami kemunduran/degradasi.

Menurut tulisan dari Darmawan dkk (2013) sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Intervensi Fisik

Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan khususnya dalam menarik kegiatan dari pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik reavitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas serta kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang tearbuka kawasan (urban realm). Isu lingkungan (environmental asustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.

b. Rehabilitasi Ekonomi

(48)

economic development), sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasanaa kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001). Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadianya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).

c. Revitalisasi Sosial/Institusional

Revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat tempat yang indah (beautiful place). Kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms). Kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.

3. Pasar

(49)

4. Revitalisasi Pasar

Revitalisasi pasar tradisional merupakan program pemerintah melalui Kementrian Perdagangan dan Kementrian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dengan sasaran memberdayakan para pelaku usaha mikro yang selama ini tumbuh di pasar yang belum memiliki fasilitas transaksi tempat berusaha yang layak, sehat, bersih, dan nyaman, serta dimiliki dan dikelola oleh pedagang sendiri dalam wadah koperasi.

H. Definisi Operasional

Variabel penelitian yang menjadi acuan peneliti yaitu evaluasi kebijakan revitalisasi pasar.

1. Revitalisasi diukur menggunakan teori dari Darmawan dkk. Indikator-indikator tersebut adalah:

a. Intervensi fisik

1) Pembangunan gedung. 2) Penambahan fasilitas. 3) Penataan ruangan.

4) Perencanaan pembangunan jangka panjang. b. Rehabilitasi Ekonomi

1) Program dana bergulir.

(50)

1) Pendidikan tentang kebiasaan hidup bersih dan perawatan pasar.

2) Peningkatan keamanan.

2. Kriteria untuk menghasilkan informasi mengenai evaluasi kebijakan dikutip dari buku Suharno (2013) yaitu sebagai berikut:

a. Efektivitas

1) Bangunan gedung pasar semakin megah. 2) Lantai sudah bukan tanah lagi.

3) Atap permanen. b. Efesiensi

1) Waktu pelaksanaan sesuai target yang ditetapkan.

2) Bangunan gedung layak digunakan untuk beberapa tahun kedepan.

c. Adekuasi (kecukupan)

1) Peningkatan volume barang dagang. 2) Pendapatan meningkat.

d. Kemerataan (ekuitas)

1) Fasilitas semakin lengkap.

2) Kemerataan pengelompokan pedagang. e. Responsivitas

(51)

2) Tercipta hubungan yang baik antar pedagang dan pengelola pasar.

f. Ketepatan

1) Pasar lebih bersih dan teratur.

2) Pedagang merasa aman dan nyaman.

I. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain. Pendekatan yang dilakukan dalam penulisan ini yaitu pendekatan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data tringgulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono: 2010).

(52)

2. Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Induk Bantul Kabupaten Bantul. Alasan pengambilan lokasi di Pasar Induk Bantul karena Bantul merupakan salah satu daerah yang memberikan aturan ketat terhadap pendirian pasar modern dan terus berupaya untuk meningkatkan perekonomian lokal dengan merevitalisasi pasar. Salah satu pasar yang telah direvitalisasi yaitu Pasar Induk Bantul, dan masih belum lama diresmikan kembali.

Pasar Induk Bantul juga merupakan pasar induk yang terdapat di Kabupaten Bantul yang merupakan pusat perekonomian masyarakat. Sebagian besar warga Bantul berjualan pasar tradisional. Dari program revitalisasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah akan di evaluasi. Sehingga diketahui hasil serta manfaat dari program revitalisasi pasar tersebut.

3. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah narasumner yang terkait dengan penelitian ini, antara lain:

a. Kepala Seksi Perencanaan dan Pengendalian Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul.

b. Pegawai UPT Pasar Induk Bantul.

(53)

4. Data dan Sumber Data a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari informan penelitian yang akan dituju. Melalui data primer diharapkan penelitian ini mampu memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adapun data primer dalam penelitian ini akan dirinci dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1.3 Sumber Data Primer

No Data Sumber Data

1 Seputar revitalisasi pasar yang dilaksanakan di Pasar Induk Bantul serta fasilitas-fasilitas terbaru pasca revitalisasi

UPT Pasar Induk Bantul

2 Latar belakang, tujuan dan harapan diadakannya program revitalisasi pasar

Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul

3 Pertanyaan mengenai indikator dari evaluasi kebijakan revitalisasi pasar

Pedagang pasar lama yang menempati bangunan gedung pasca revitalisasi

b. Data Sekunder

(54)

Tabel 1.4

Sumber Data Sekunder No Dokumen

1 Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pasar

2 Peraturan Bupati Bantul Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penataan Toko Modern di Kabupaten Bantul

3 Buku, jurnal, skripsi dan thesis tentang revitalisasi pasar tradisional dan evaluasi kebijakan publik

4 Media massa mengenai berita tentang revitalisasi Pasar Induk Bantul

5. Teknik Pengumpulan Data

Tenik pengupulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wawancara (Interview)

(55)

Disini penulis melakukan Wawancara dengan naasumber yang ada di Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul, UPT Pasar Induk Bantul pedagang pasar lama yang menempati bangunan baru pasca revitalisasi.

Tabel 1.5

Responden yang Diwawancarai

No Nama Jabatan

1 Ibu Nurul Adiati Kepala Seksi Perencanaan dan Pengendalian 2 Ibu Sarjilah Lurah Pasar Induk Bantul

3 Bapak Isdianto Petugas Pembersih Pasar Induk Bantul 4 Ibu Sri Supatmi Pedagang Gerabah/ Alat Rumah Tangga

5 Ibu Kartini Pedagang Pakaian

6 Ibu Murni Pedagang Sepatu dan Tas

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca dan mencatat berbagai referensi seperti dari buku, jurnal, majalah, artikel, skripsi, tesis, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian.

6. Teknik Analisis Data

(56)

menggunakan model Miles and Huberman dalam Sugiyono (2010) diantaranya yaitu:

a. Pengumpulan data

Merupakan informasi dari responden baik data primer maupun data sekunder.

b. Reduksi data

Merupakan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.

c. Penyajian data

Dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

d. Penarikan kesimpulan

(57)

BAB II

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Bantul 1. Kondisi Geografis

a. Letak Geografis

Gambar 2.1

Peta Administrasi Kabupaten Bantul

(58)

sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Dilihat dari bentang alamnya, Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran rendah yang terletak pada bagian Tengah, perbukitan yang terletak pada bagian Timur dan Barat, serta kawasan pantai di sebelah Selatan.

b. Batas Wilayah

Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang berbatasan langsung dengan: Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul

Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo

Sebelah Selatan : Samudera Hindia

c. Luas Wilayah

(59)

1) Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 Km2 (17,73% dari seluruh wilayah).

2) Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210,94 Km2 (41,62 %). 3) Bagian Timur, adalah daerah yang landau, miring dan terjal

yang keadaannya masih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 Km2 (40,65%).

4) Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlagun, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek.

d. Pembagian Administratif

(60)

perkotaan. Secara umum jumlah desa yang termasuk dalam wilayah perkotaan sebanyak 41 desa, sedangkan desa yang termasuk dalam kawasan perdesaan sebanyak 34 desa.

Table 2.1

Jumlah Desa, Dusun dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul

Sumber: Bagian Tata Pemerintahan Setkab. Bantul

(61)

2. Kondisi Sosial Budaya

a. Kepadatan Penduduk Geografis

Kepadatan Penduduk dibedakan menjadi beberapa kategori. Kepadatan penduduk geografis menunjukkan jumlah penduduk pada suatu daerah setiap kilometer persegi. Kepadatan penduduk geografis menunjukkan penyebaran penduduk dan tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah. Daerah yang mempunyai kepadatan penduduk geografis tinggi terletak di Kecamatan Sewon, Banguntapan dan kasihan sedangkan kepadatan penduduk geografis rendah terletak di Kecamatan Dlingo, Pajangan, dan Pleret.

Tabel 2.2

Kepadatan Penduduk Geografis Per Kecamatan Tahun 2012

No Kecamatan Luas

(62)

b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk Kabupaten Bantul berdasarkan mata pencaharian, terdiri dari penduduk yang bermatapencaharian pada bidang pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, listrik, gas, dan air, konstruksi, perdagangan, komunikasi/ transportasi, keuangan dan jasa lainnya. Berikut tabel persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja bekerja menurut lapangan pekerjaan utama:

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Lapangan Pekerjaan Utama Persentase

1 Pertanian 25,56

2 Pertambangan dan Penggalian 1,98

3 Industri 18,95

4 Listrik, gas, dan air 0,07

5 Konstruksi 8,88

6 Perdagangan 21,16

7 Komunikasi/transportasi 4,64

8 Keuangan 1,61

9 Jasa 16,89

10 Lainnya 0,27

Jumlah 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Bantul

3. Perdagangan

(63)

tersebut, aspek permodalan, kelembagaan dan kepemilikan lahan pasar tradisional menjadi prioritas untuk ditingkatkan.

Tabel 2.4

Data Pasar dengan Kondisi Baik Tahun 2014

No Nama Pasar Lokasi Keterangan

1 Niten Tirtonirmolo,

Kasihan 4 Klithikan, Niten Tirtonirmolo,

Kasihan

2011

5 Barongan Sumberagung,

Jetis

8 Pleret Pleret, Pleret 2013-2014

9 Janten Ngestiharjo,

Kasihan

2013

10 Bantul Bantul, Bantul 2013-2014

11 Celep Srigading,

Sanden

2014 12 PSH Imogiri Kebonagung,

Imogiri

2014

13 Sungapan Argodadi, Sedayu 2014

14 Jagran Sanden 2014

Sumber: Kantor Pengelolaan Pasar, 2015

(64)

Tabel 2.5

Data Pembangunan Pasar Tradisional di Kabupaten Bantul

No Tahun Nama Pasar

b. Pasar Pleret (Tahap I) c. Pasar Janten (Tahap I) d. Pasar Bantul (Tahap I)

e. Pasar Unggas Bantul (Tahap I) 4 2014 a. Pasar Celep

b. Pasar Hewan Imogiri c. Pasar Sungapan

d. Pasar Unggas Bantul (Tahap II) e. Pasar Bantul (Tahap II)

f. Pasar Jagran

g. Pasar Pleret (Tahap II) h. Pasar Janten (Tahap II) 5 2015 a. Pasar Sorobayan

b. Pasar Koripan c. Pasar Grogol

d. Pasar Ngipik (Tahap I) e. Pasar Barongan (Los Barat) 6 2016 a. Pasar Ngipik (Tahap II)

b. Pasar Pleret (Kios) c. Pasar Panasan (Kios) d. Pasar Angkruksari e. Pasar Hewan Pandak

(65)

4. Visi dan Misi Pemerintahan Kabupaten Bantul a. Visi

Kabupaten Bantul sesuai RPJMD tahun 2016-2021 adalah “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bantul yang sehat, cerdas,

dan sejahtera, berdasarkan nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan, dan kebangsaan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)".

(66)

b. Misi

Adapun Misi Kabupaten Bantul sesuai RPJMD tahun 2016-2021 adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan tata kelola pemerintahan yg baik, efektif, efisien dan bebas dari KKN melalui percepatan reformasi birokrasi. 2) Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah menuju tata kelola

pemerintahan yang empatik.

3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, terampil dan berkepribadian luhur.

4) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat difokuskan pada percepatan pengembangan perekonomian rakyat dan pengentasan kemiskinan.

5) Meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana-prasarana umum, pemanfaatan Sumber Daya Alam dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan pengelolaan risiko bencana. 6) Meningkatkan tata kehidupan masyarakat Bantul yang agamis,

(67)

B. Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul 1. Profil Kantor Pengelolaan Pasar

Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul, saat ini diberikan tanggungjawab untuk mengelola sebanyak 31 Pasar Tradisional, yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bantul. Untuk melihat secara dekat keadaan dan komposisi personel maupun sarana dan prasarana yang ada dan dikelola oleh Kantor, maka dapat disampaikan seperti berikut:

a. Kedudukan

Kantor Pengelolaan Pasar merupakan pendukung penyelenggaraan pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

b. Tugas Pokok

Kantor Pengelolaan Pasar mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah Bidang Pengelolaan Pasar.

c. Fungsi

Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi:

1) Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan pasar; 2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

(68)

3) Pembinaan dan pengendalian pengelolaan pasar; 4) Melaksanakan ketatausahaan Kantor; dan

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

d. Tujuan

Tujuan dalam pelaksanaan kegiatan dari Kantor Pengelolaan Pasar merupakan implementasi dari Misi Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut:

1) Mewujudkan peningkatan kemampuan pembiayaan daerah dengan pelaksanaan koordinasi atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam bidang pengelolaan pasar melalui upaya optimalisasi penghimpunan dana dari pungutan retribusi pasar guna mendukung peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2) Meningkatkan pelayanan serta mengoptimalkan kegiatan pemberdayaan pedagang pasar dengan kebijakan pemberian bantuan dana bergulir di pasar, sehingga terwujud konsep pasar yang bebas dari jerat rentenir sekaligus kesejahteraan masyarakat pedagang pasar meningkat.

(69)

penyediaan sarana dan prasarana pasar menuju pasar yang bersih, sehat sejahtera dan nyaman.

e. Sasaran

Adapun yang menjadi sasaran Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul antara lain sebagai berikut:

1) Terwujudnya Lembaga Kantor Pengelolaan Pasar yang lebih solid guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan penghasil pendapatan daerah melalui retribusi pengelolaan pasar.

2) Tercapainya target pendapatan retribusi dari sektor pasar tradisional.

3) Tercapainya peningkatan kualitas SDM yang memadai dan mampu melaksanakan tugas secara maksimal dalam pencapaian target retribusi pasar tradisional di Kabupaten Bantul.

4) Terwujudnya harmonisasi antara para pedagang dengan pedagang, maupun antara pedagang pasar dengan petugas yang ada di pasar. Sehingga pada akhirnya kesejahteraan dan pemberdayaan bagi para pedagang akan dapat terwujud dengan baik.

(70)

nyaman bagi semua pengguna, baik pedagang, petugas maupun pengunjung yang berada di pasar.

6) Meningkatnya daya saing pedagang pasar tradisional dalam era perdagangan pasar bebas/modern. Sehingga keberadaan pasar tradisional tidak semakin terpinggirkan oleh adanya pembangunan pasar modern.

2. Visi dan Misi Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul a. Visi

Terwujudnya Pasar Tradisional yang bersih, sehat, aman, nyaman, sejahtera dan bebas dari rentenir.

b. Misi

Dari visi di atas, adapun misi Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul yaitu:

1) Meningkatkan dukungan dan kualitas kelembagaan serta memantapkan pelaksanaan koordinasi atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam bidang pengelolaan pasar melalui upaya optimalisasi penghimpunan dana dari pungutan retribusi pasar guna mendukung peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

(71)

bantuan dana bergulir di pasar, sehingga terwujud konsep pasar yang bebas dari jerat rentenir sekaligus kesejahteraan masyarakat pedagang pasar meningkat.

(72)

3. Struktur Organisasi Kantor Pengelolaan Pasar

Gambar 2.2

Susunan Organisasi Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul

Kepala Kantor

Sumber: Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul, 2016 Seksi

Pendapatan

Seksi Sarana dan

(73)

C. Gambaran Kondisi Pasar Induk Bantul yang Menjadi Obyek Penelitian

Pasar Induk Bantul merupakan induknya pasar di Kabupaten Bantul. Menaungi jumlah pedagang terbanyak dari pasar-pasar lain yang ada di Kabupaten Bantul. Letaknya juga sangat strategis. Tepat berada di sebelah Barat jalur strategis Jalan Jenderal Sudirman Bantul. Jalan ini juga berhubungan langsung dengan akses jalur ke Kota Yogyakarta. Pasar Bantul adalah salah satu pasar yang sudah sejak jaman penjajahan Belanda. Dalam perjalanannya sudah mengalami beberapa kali perubahan dan perkembangan, sejalan dengan situasi dan kondisi pada masanya.

(74)

Pasar Induk Bantul ini memiliki luas kurang lebih 23.714 Km2. Berdasarkan data yang diperoleh dari Pengelola Pasar, bangunan pasar secara terinci terdiri dari:

1. Kios sebanyak 275 unit. 2. Los sebanyak 922 unit. 3. Kantor sebanyak 1 unit. 4. TPS sebanyak 1 unit. 5. MCK sebanyak 14 unit. 6. Musholla sebanyak 1 unit.

7. Tempat pedagang plataran/arahan 585 unit.

Secara fisik Pasar Induk Bantul dengan dukungan bangunan dan fasilitas yang sudah komplit seperti di atas, maka Pasar Induk Bantul merupakan satu-satunya pasar tradisional terbesar di Kabupaten Bantul. Sehingga pasaran yang berlaku di Pasar Induk Bantul merupakan pasar harian, dengan pasaran yang paling ramai adalah pasaran Kliwon. Pasar Bantul ditempati oleh pedagang dengan jumla 1.782 orang. Pedagang menempati semua los, kios, dan juga plataran/arahan.

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Penjabaran Studi Terdahulu
Tabel 1.3 Sumber Data Primer
Tabel 1.4 Sumber Data Sekunder
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menumbuhkan peran orang tua terhadap pendidikan anak mulai awal masuk sekolah dirasa sangatlah penting, implementesi surat edaran no.4 tentang hari pertama

79 Tahun 2014 khusunya pada pasal 4 ayat 1 butir a,d dan e [3], serta untuk menjawab hasil survei yang dilakukan oleh SEAMEO QITEP maka dibuatlah penelitian ini untuk

Pengenalan jenis: habitat hutan sekunder pada daerah yang terbuka, percabangan dikotom, pinna steril palmatus, pinna fertil palmati partitus yang terbagi menjadi 2

Motivasi komunitaskhususnya para pecinta novel anak sangat besar. Hal itu dapat dilihat dari antusias publik di sosial mediasangat beragam. Mereka memberi tanggapan

Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Chi-square diketahui bahwa nilaip < 0,001, hal ini mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

Hasil dari penelitian ini adalah cluster dengan nilai terbesar pada centroid akhir merupakan cluster yang direkomendasikan dalam perencanaan penambahan koleksi

Laporan arus kas menunjukkan bagaimana kas digunakan dan darimana kas itu berasal. Karyawan, kreditor, pemegang saham, dan pelanggan memiliki kepentingan dengan laporan

Dari berbagai masalah pokok dalam pengawasan kehadiran siswa adalah komunikasi yang belum terjadi antara pihak sekolah dengan para orang tua/wali, untuk itu