• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN WANITA YANG BELUM MENIKAH SAAT MENGHADAPI PREMENOPAUSE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN WANITA YANG BELUM MENIKAH SAAT MENGHADAPI PREMENOPAUSE"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN WANITA YANG

BELUM MENIKAH SAAT MENGHADAPI

PREMENOPAUSE

Diajukan Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: SITTI NURSANTI

20120320064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

i

BELUM MENIKAH SAAT MENGHADAPI

PREMENOPAUSE

Diajukan Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: SITTI NURSANTI

20120320064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

ii

Nama : Sitti Nursanti

Nim : 20120320064

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir

karya tulis ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 28 juni 2016

Yang membuat pernyataan

(4)

iii

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN

WANITA YANG BELUM MENIKAH SAAT MENGHADAPI

PREMENOPAUSE”. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan umat dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni agama islam.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah diajukan sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing peneliti, baik tenaga, ide-ide maupun pemikiran. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Ayahanda Drs.H. Salahuddin Baba dan Ibunda Hj. Maria Djuba S,Ag selaku orang tua peneliti yang telah memberikan doa, motivasi, pengorbanan, cinta dan kasih sayang setiap hari tiada henti sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

2. dr. Ardi Pramono,Sp.An.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah.

3. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep,. Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah

(5)

iv

5. Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep.,Ns.,MNS.,CWCS selaku dosen pembimbing yang penuh dengan kesabaran, kelembutan serta pengorbanan luar biasa yang mampu membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyusun penelitian ini.

6. Falasifah Ani Yuniarti S.kep.,Ns.,MAN.,HNC selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyusun penelitian ini.

7. Masyarakat atau responden peneliti di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan yang sudah membantu peneliti dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman PSIK 2012 dan semua pihak yang membantu kelancaran penyusunan penelitian ini.

Peneliti sangat menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam materi ataupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 28 Juni 2016 Peneliti

(6)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

1. Bagi Peneliti ... 6

2. Bagi Peneliti lain ... 6

3. Bagi Institusi ... 7

4. Bagi Responden ... 7

5. Bagi Masyarakat ... 7

E.Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A.Tinjauan Teori ... 13

1. Kecemasan ... 13

a. Definisi Kecemasan ... 13

b. Tingkat Kecemasan ... 14

c. Rentang Respon ... 15

d. Faktor Predisposisi ... 15

e. Faktor Presipitasi ... 17

f. Tanda dan gejala kecemasan ... 17

2. Premenopause ... 18

a. Definisi premenopause ... 18

b. Tanda dan Gejala Premenopause ... 19

c. Proses Terjadinya Premenopause ... 22

d. Terapi dan Perawatan bagi Wanita Premenopause ... 23

1) Kerangka Teori ... 25

2) Kerangka Konsep ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A.Desain Penelitian ... 27

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

1. Lokasi ... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

1. Populasi Penelitian ... 28

2. Sampel Penelitian ... 28

(7)

vi

b. Kriteria Eksklusi ... 29

D.Variabel dan Definisi Operasional ... 29

1. Variabel Penelitian ... 29

2. Definisi Operasioonal ... 30

E.Instrumen Penelitian ... 30

1. Kuesioner Data Demografi ... 31

2. Kuesioner Tingkat Kecemasan ... 31

F. Cara pengumpulan data ... 33

G.Alur Ijin Penelitian ... 34

H.Uji validitas dan Reabilitas ... 34

I. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 35

1. Pengolahan Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

B.Hasil Penelitian ... 40

1. Karakteristik responden berdasarkan usia, pekerjaan, pendidikan ... 41

2. Tingkat Kecemasan Wanita Yang Belum Menikah Saat Menghadapi Premenopause ... 42

C.Pembahasan ... 43

1. Karakteristik responden ... 43

2. Tingkat Kecemasan Wanita Yang Belum Menikah Saat Menghadapi Premenopause ... 48

D.Kekuatan dan Kelemajan Penelitian ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 53

1. Kesimpulan ... 52

2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

(9)

viii

DAFTAR TABEL

(10)

ix

(11)
(12)

INTISARI

Latar Belakang: Premenopausesebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid, dan dianggap menjadi momok dalam kehidupan wanita. Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala premenopause pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun. Kecemasan yang muncul pada wanita yang mengalami premenopause sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi suatu situasi yang sebelumnya belum pernah dialaminya.

Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana tingkat kecemasan pada wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan tehnik total sampling sejumlah 38 responden. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner. Uji analisis data menggunakan analisis univariat dengan melihat distribusi frekuensi.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan

wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause dengan

menggunakan penilaian tingkat kecemasan yaitu tingkat kecemasan ringan dengan skor15-20 sebanyak 18 responden (47,4%), tingkat kecemasan sedang dengan skor 21-27 sebanyak 12 responden (31,6%), dan tingkat kecemasan berat dengan skor 28-41 sebanyak 8 responden (21%).

Kesimpulan penelitian:Tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause di kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta sebagian besar mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 18 responden (47,4%).

(13)

Abstract

Background :Premenopausal as the expiration of a period or menstruation, and is considered a scourge in the lives of women. Most woman begin experiencing premenopausal symptoms in their 40s and reached its peak at the age of 50 years. Anxiety that appear in women who are premenopausal often associated with their concerns in the face of a situation that had not been previously experienced. The Purpose:The purpose of this study to determine how the level of anxiety unmarried women who not married against premenopausal at the Village Patangpuluhan,, Wirobrajan District of Yogyakarta.

The Research Method: This research is quantitative descriptive. Technic sampling by total sampling technique are a number of 38 respondents in the village of Patangpuluhan, Wirobrajan district. This research instrument use questionnaire. Test data were analyzed using univariate analysis by looking at the frequency distribution.

Result :The results of this study showedanxiety level among unmarried women in facing of premenopausewith using assessment of anxiety level is mild anxiety level with a score of 15-20 as many as 18 respondents (47,4%), moderate anxiety level with a score of 21-27 as many as 12 respndents (31,6), and severe anxiety level with a score of 28-41as many as 8 respondents (21%).

The Conclussion:Anxiety levels among unmarried women in facing of premenopausal lat Patangpuluhan Village, Wirobrajan distict of Yogyakarta mostly experiencing mild anxiety level as many as 18 respondents (47,4%).

(14)

1

A. Latar Belakang

Menurut World Helalth Organization (WHO, 2010) setiap tahunnya

sekitar 25 juta perempuan diseluruh dunia diperkirakan mengalami

premenopause, jumlah perempuan usia 40 tahun keatas akan meningkat dari

500 juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 milyar pada tahun 2030 dan

sebagian besar tinggal di negara berkembang. Asia pada tahun 2025 jumlah

perempuan yang memasuki usia premenopause akan melonjak dari 107 juta

jiwa akan menjadi 373 juta jiwa (Yuniwati,2011). Menurut Depkes RI (2010),

memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 262,6

juta jiwa dengan jumlah perempuan yang hidup dalam usia premenopause

sekitar 30,3 juta jiwa dengan usia rata-rata premenopause 40 tahun. Indonesia

mempunyai 9.2 juta perempuan premenopause dengan status menikah.

Berdasarkan sensus penduduk di Indonesia tahun 2013 jumlah penduduk

sebanyak 237.641.326 orang terdiri dari laki-laki 119.630.913 orang

sedangkan perempuan sebanyak 118.010.413 orang. Berdasarkan Badan Pusat

Statistik (BPS) DIY Yogyakarta tahun 2013 wanita yang mengalami

premenopause 15,21 juta jiwa dari total penduduk dengan total 10.8 juta jiwa

yang sudah menikah dan 6.13 juta jiwa wanita mengalami premenopause

dengan status belum menikah. Peningkatan jumlah usia tua perempuan

tentunya akan menimbulkan masalah, apalagi ditambah dengan timbulnya

(15)

Aprilia dan Puspitasari (2007) menyebutkan bahwa 75% perempuan

yang mengalami premenopause akan merasakan premenopause sebagai

masalah atau gangguan, sedangkan sekitar 25% tidak merasakan

premenopause itu sebagai suatu masalah. Sebelum terjadinya premenopause

biasanya didahului dengan premenopause sebagai permulaan transisi yang

dimulai 2-5 tahun sebelum premenopause. Masa premenopause terjadi

ketidakteraturan siklus haid. Masa ini dimulai sekitar usia 40 tahun. Masa

premenopause ditandai menurunnya kadar hormonal estrogen yang sering

menimbulkan gejala yang sangat mengganggu aktifitas kehidupan para

perempuan. Gejala tersebut menjadi sangat serius apabila tidak ditangani

karena dapat menimbulkan perubahan yang menyebabkan kecemasan pada

perempuan. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain hot flushes (rasa panas

dari dada hingga wajah), night sweat (berkeringat di malam hari), penurunan

daya ingat, depresi, rasa cemas (stres), mudah capek dan insomnia atau susah

tidur dan 70% wanita premenopause hingga pasca premenopause mengalami

keluhan gejala vasomotorik, somatik, psikis dan depresi (Baziad, 2005)

Penurunan fungsi reproduksi ini sering menimbulkan kekhawatiran

(Proverawati dan Sulistyawati, 2010; Zhou, 2011).

Faktor yang berpengaruh terhadap gejala premenopause antara lain

perempuan yang belum menikah, perempuan karier yang sudah atau belum

berumah tangga dan siklus menstruasi pertama. Latar belakang perempuan

sangat berpengaruh terhadap kondisi perempuan dalam menjalani masa

(16)

apakah perempuan tersebut mempunyai suami, anak, cucu, atau keluarga yang

membahagiakannya, serta pekerjaan yang mengisi aktivitas sehari-hari

(Proverawati dan Sulistyawati, 2010). Faktor yang mempengaruhi tingkat

kecemasan pada perempuan premenopause yang dilakukan penelitian oleh

Aprilia dan Puspitasari di Surabaya (2007) menyimpulkan bahwa semakin

baik pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, kondisi ekonomi dan gaya hidup

dapat dikelola, maka semakin rendah tingkat kecemasan perempuan

premenopause yang merupakan pencetus terjadinya stres.

Daya tarik dari sebuah pernikahan antara lain adalah keamanan, status

dan posisi sosial, memenuhi keinginan untuk memiliki anak, memiliki sebuah

saluran yang resmi untuk melakukan hubungan seksual dan juga cinta. Daya

tolak dari pernikahan adalah rasa ketidakbahagiaan, kebosanan, komunikasi

yang kurang dan rasa yang terjebak dalam sebuah pernikahan.Untuk wanita

lajang sumber dari rasa keintiman didapatkan dari jalur pertemanan, yang

dapat menyediakan kasih sayang, komitmen dan kontinuitas hubungan

(Susanto dan Haryono, 2010).

Dilihat dari sisi lajang maka keuntungan yang diperoleh antara lain

kebebasan, kesenangan, waktu untuk membangun sebuah persahabatan,

independensi dalam bidang ekonomi dan rasa kecukupan akan diri sendiri.

Dampak negatif dari sisi lajang bahwa ketika memasuki usia 40 tahun,

perempuan lajang mulai menyadari adanya kekosongan dalam hidupnya

(17)

disorot pada perempuan lajang karena ketidakhadiran pasangan hidup (Stein &

Rausa, 2006).

Kecemasan adalah salah satu bentuk emosi individual yang berkenan

dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman

yang tidak begitu jelas. Hal inilah yang menyebabkan kecemasan pada wanita

dewasa madya dengan rentang usia 40-45 tahun memasuki masa

premenopause. Banyak wanita diliputi oleh rasa kecemasan menjelang

premenopause. Wanita yang belum menikah dalam menghadapi

premenopause mempunyai rasa takut kehilangan jati diri sebagai wanita dalam

hal mempunyai anak, kehilangan nafsu dan kemampuan koitus, kehilangan

rasa cinta dari suami. Hubungan seksual tidak sekedar ditunjukkan untuk

reproduksi melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang

bersifat psikologis yang jika terpenuhi manusia akan merasa puas, bahagia,

nyaman, tentram, dan mengalirkan energi baru pada tubuh (Prawirohardjo,

2009).

Kecemasan yang dirasakan oleh seorang wanita itu sendiri

berbeda-beda, bagi wanita yang belum menikah dalam menghadapi premenopause

tidak menerima dengan realistis perubahan-perubahan tersebut maka akan

menimbulkan perasaan khawatir, takut, bahkan cemas dengan datangnya

premenopause. Tetapi bagi mereka yang realistis menerima segala perubahan

tersebut, maka akan lebih bisa mengarahkan diri dalam kegiatan-kegiatan

(18)

Menurut Wijayanti (2011), prevalensi kecemasan berat wanita pada

masa premenopause mencapai (35,5%). Wanita usia pertengahan lebih sering

mengalami kecemasan, karena pada masa transisi ini mulai terjadi penurunan

fungsi ovarium yang menimbulkan gejala fisik dan psikologis. Menurut Zhou

(2011), sindrom premenopause berhubungan dengan gangguan emosional

bukan dengan penyakit fisik. Mengingat pentingnya masalah kecemasan bagi

wanita yang belum menikah dalam menghadapi premenopause, maka peneliti

tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai kecemasan pada wanita yang

belum menikah dalam menghadapi premenopause.

Berdasarkan studi pendahuluan dengan wawancara yang telah

dilakukan peneliti di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota

Yogyakarta, dari 5 orang wanita premenopause yang belum menikah

didapatkan hasil bahwa 4 orang mengeluh menstruasinya tidak teratur, serta

sering merasakan semburan panas di wajah, sering berdebar-debar, sering

merasa pusing dan mudah lelah. Hal tersebut membuat mereka khawatir dan

cemas akan keadaannya saat ini, serta khawatir akan timbulnya penyakit yang

sering menyertai pada saat memasuki usia premenopause. Selain itu 1 orang

wanita tidak merasa khawatir dan cemas dengan keadaannya saat ini, karena

sudah tahu tentang keadaan yang dia alami sekarang, sehingga subjek

menganggap bahwa keadaan tersebut merupakan kodrat wanita. Hal tersebut

mengakibatkan berkurangnya rasa cemas dan khawatir menghadapi

(19)

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitianmengenai “ Gambaran kecemasan wanita yang belum menikah saat

menghadapi premenopause” di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan

Wirobrajan, Kota Yogyakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran tingkat kecemasan

wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui gambaran tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat

menghadapi premenopause.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik lagi

tentang premenopause dan juga dapat menambah ilmu pengetahuannya di

lingkungan masyarakat.

2. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk dapat

memberikan referensi faktor lain yang mempengaruhi kecemasan wanita

(20)

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini bertujuan untuk dapat menambah kemajuan

bagi perkembangan ilmu keperawatan kearah yang lebih berkembang dan

lebih maju khususnya premenopause pada wanita.

4. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan wanita yang mengalami premenopause di Kelurahan

Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta.

5. Bagi Masyarakat

Memberikan gambaran faktor yang mempengaruhi kecemasan

(21)

E. PenelitianTerkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Novita Fitri Masyarah (2012), STIKES Kusuma Husada Surakarta dengan judul “Tingkat Kecemasan Wanita

Premenopause Dalam Menghadapi Masa Premenopause di Dusun Kedung

Ringin Desa Kedung Waduk Kecamatan Karang Malang Sragen”. Jenis

penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, lokasi dan waktu

penelitian di dusun Dusun Kedung Ringin Desa Kedung Waduk

Kecamatan Karang Malang Sragen tanggal 16 juli 2012, populasi

penelitian 56 responden, teknik pengambilan sampel menggunakan

sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner Hamilton

Rating Scale For Anxiety (HRS-A), teknik analisis data menggunakan

univariat. Dari hasil penelitian terhadap 56 responden, diperoleh hasil

responden mempunyai tingkat kecemasan ringan sebanyak 24 responden

(43%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 18 responden (32%), tidak ada

kecemasan sebanyak 11 responden (20%), tingkat kecemasan berat

sebanyak 3 responden (5%), dan tidak ada responden yang mengalami

kecemasan sampai tingkat panik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan

bahwa sebagian besar tingkat kecemasan responden berdasarkan kategori

ringan sebanyak 24 responden (43%).

Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel tunggal dan jenis

penelitian. Perbedaan penelitian dari peneliti dengan penelitian ini

sebelumnya terletak dari rancangan penelitian, lokasi dan waktu

(22)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Zhou (2011), topik penelitian “The

simtomatologi climacteric syndrome: whether associated with the physical

factors or psychological disorder in perimenopausal/postmenopausal

patients with anxiety–depression disorder”.Penelitian kuantitatif dengan

pendekatan Quasi eksperimen. Subyek penelitian 78 wanita

perimenopause/premenopause dengan gangguan kecemasan–depresi dan

72 wanita tanpa kecemasan–depresi sebagai kelompok kontrol. Hasil

penelitian ini adalah sindrom klimakterik (gejala somatik) dan gangguan

kecemasan–depresi berhubungan dengan gangguan emosional tetapi tidak

dengan penyakit fisik.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak

pada subyek penelitian yaitu wanita premenopause yang belum diketahui

adanya gangguan kecemasan dan wanita premenopause dengan status

perkawinan belum menikah. Sementara subyek pada penelitian Borong

Zhou (2011) wanita perimenopause/premenopause dengan gangguan

kecemasan–depresi. Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan

penelitian-penelitian sebelumnya, perbedaan terletak pada variabel

independen, usia subyek dan kriteria subyek yaitu belum diketahui

mengalami gangguan kecemasan. Subyek dalam penelitian ini adalah para

wanita premenopause yang tinggal di Kelurahan Patangpuluhan,

Kecamatan Wirobrajan.

3. Wijayanti (2011) dengan topik “Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

(23)

menggunakan metode Quasi-exsperiment. Populasi dalam penelitian ini

adalah wanita usia masa premenopause usia 40-50 tahun. Pengambilan

sampel dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 62 orang. Hasil

penelitan ada pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan terhadap

kecemasan, atau pendidikan kesehatan mampu menurunkan kecemasan

(p<0,05).

Perbedaan antara penelitian Wijayanti (2011), dengan penelitian

yang dilakukan terletak pada metode penelitian. Metode penelitian

Wijayanti (2011) menggunakan metode Quasi-exsperiment.Pendidikan

kesehatan diberikan dengan ceramah. Sedangkan penelitian yang

dilakukan ini menggunakan metode Pra-eksperimen dengan rancangan

One Group Pretestand Posttest tanpa kontrol, pendidikan kesehatan

menggunakan booklet dilakukan pada wanita premenopause untuk

mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan

gejala kecemasan. Menggunakan satu kelompok subjek, dilakukan

evaluasi sebelum dan sesudah tindakan. Sedangkan penelitian ini

menggunakan variabel tunggal dengan teknik pengambilan populasi yaitu

dengan menggunakan teknik Total Sampling. Persamaannya terletak pada

usia dan variabel dari premenopause.

4. Indrawati (2008), dengan topik “Kecemasan wanita menghadapi

premenopause ditinjau dari dukungan suami dan kepercayaan diri”.

Penelitian menggunakan metode non experimental dengan rancangan

(24)

Hasil penelitian terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial suami

dan kepercayaan diri terhadap kecemasan wanita menghadapi

premenopause. Semakin tinggi dukungan sosial suami dan kepercayaan

diri akan semakin rendah kecemasan wanita menghadapi premenopause.

Penelitian Indrawati (2008) menggunakan metode non-experimental

dengan rancangan cross sectional. Sementara penelitian yang dilakukan

menggunakan metode pra-eksperimental dengan rancangan one group

pretest-posttest tanpa kontrol, fokusnya pada pengaruh pendidikan

kesehatan menggunakan booklet terhadap pengetahuan dan gejala

kecemasan, subyek penelitian para wanita sebelum dan menjelang

memasuki masa premenopause. Kelompok subjek di observasi sebanyak

dua kali yakni sebelum dan setelah perlakuan. Persamaan dari penelitian

ini adalah variabel yang terkait dengan premenopause dan perbedaan dari

penelitian ini adalah metode penelitan dimana peneliti tidak meneliti

adanya pengaruh dari variabel peneliti.

5. Takamatsu (2004), Study of psychosocial factors in Japanese patients

suffering from menopausal disorders. Subyek sebanyak 97 wanita berusia 40–60 tahun yang mengalami gangguan premenopause di klinik

premenopause. Hasil penelitian ini 79,4% memiliki beberapa masalah

dengan keluarga atau kerabat mereka. Kecemasan yang berhubungan

dengan pekerjaan atau kesulitan hidup sering terjadi pada pasien masa

premenopause. Keluhan sindrom sarang kosong dilaporkan tinggi pada

(25)

penuaan banyak terjadi pada premenopause alami. Di antara mereka yang

bekerja ada 43,8% memiliki masalah yang berhubungan dengan pekerjaan.

Perselisihan dengan saudara sedarah (26,8%) dan kecemasan terhadap

penuaan (16,5%). Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa masalah dengan

keluarga dan kesehatan berpengaruh terhadap gangguan psikososial yang

berdampak pada gangguan premenopause.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada subyek penelitian

yaitu wanita premenopause berusia 40–45 tahun, belum diketahui adanya

gangguan premenopause dan status dari pernikahan yang belum menikah.

Sementara subyek pada penelitian Takamatsu (2004) adalah wanita

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori

1. Kecemasan

a. Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi (Viedesbeck, 2008). Menurut Nanda (2012),

kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disertai

oleh respon autonom (penyebab sering tidak spesifik atau tidak

diketahui pada setiap individu) perasaan cemas tersebut timbul akibat

dari antisipasi diri terhadap bahaya. Keadaan ini juga dapat diartikan

sebagai tanda-tanda perubahan yang memberikan peringatan akan

adanya bahaya pada diri individu.

Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas

sebabnya. Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam

menggerakan tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang

ataupun yang terganggu. Kedua-duanya merupakan pernyataan dan

penampilan dari pertahanan terhadap kecemasan tersebut (Gunarsa,

2008). Menurut Hawari (2011), secara klinis gejala kecemasan dibagi

dalam beberapa kelompok yaitu gangguan cemas (anxiety disorder),

gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/GAD),

gangguan panik (panic disorder), gangguan pobik (phobic disorder ),

(27)

b. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2007), tingkat kecemasan sebagai berikut :

1) Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari. Kekecewaan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta

kreatifitas.

2) Kecemasan sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini

mempersempit lapang persepsi individu dengan demikian individu

tidak mengalami perhatian yang selektif namun dapat berfokus

pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

3) Kecemasan berat

Sangat mempengaruhi lapang persepsi individu. Individu

cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak

berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk

berfokus pada area lain.

4) Tingkat panik

Ketakutan yang berhubungan dengan terperangah, takut,

(28)

hilang kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik merupakan

disorganisasi dan menimbulkan peningkatan aktifitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,

persepsi yang menyimpan dan kehilangan pemikiran yang rasional,

tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan

dan kematian.

c. Rentang Respon

Rentang respon kecemasan berfluktuasi antara respon adaptif

dan maladaptif (Purwanto dan Setiyo, 2010) pada seperti gambar 1.1.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 1.1 Rentang Respon Kecemasan d. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), berbagai teori telah dikembangkan

untuk menjelaskan faktor-faktor yang dapat menimbulkan kecemasan

yang terdiri dari dari 4 faktor yaitu faktor pertama adalah faktor

psikoanalitis yang merupakan bagian dari salah satu faktor psikologis

yaitu cemas yang merupakan suatu konflik emosional yang terjadi

(29)

mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego

berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentang

tersebut, dan fungsi cemas adalah mengingatkan ego bahwa ada

bahaya.

Faktor kedua adalah interpersonal yaitu suatu kecemasan yang

timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan

interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan perkembangan trauma,

seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kerentanan

tertentu. Individu dengan harga diri rendah rentan mengalami cemas

berat.

Faktor ketiga adalah keluarga yaitu suatu keadaan atau kondisi

yang dapat menimbulkan cemas yang terjadi dalam keluarga. Cemas

juga tumpang tindih antara gangguan cemas dengan depresi. Faktor

keempat yaitu faktor biologis yang merupakan suatu kajian biologis

yang menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator

inhibisi asam gamat-aminobutirat (GAMA), yang berperan penting

terhadap mekanisme biologis yang berhubungan dengan cemas.

Kesehatan umum individu dan riwayat cemas pada keluarga memiliki

(30)

e. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart (2007), beberapa faktor pencetus yang dapat

menyebabkan terjadinya kecemasan adalah ancaman terhadap

integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang akan terjadi atau

penurunan untuk melakukan kemampuan aktivitas sehari-hari yang

meliputi dua hal yaitu dari sumber internal meliputi kegagalan

mekanisme fisiologi normal. Sumber eksternal meliputi paparan

melalui infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan,

kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

Ancaman terhadap sistem diri yang dapat membahayakan

identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada diri

individu dari sumber internaladalah kesulitan dalam berhubungan

interpersonal dirumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran

baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat

mengancam harga diri, sedangkan dari sumber eksternal adalah

kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status

pekerjaan, tekanan kelompok dan sosial budaya.

f. Tanda dan Gejala Kecemasan

Gejala-gejala psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari

beberapa aspek antara lain pikiran, dimana keadaan pikiran yang tidak

menentu, seperti khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong,

(31)

berdaya.Reaksi biologis yang tidak dapat dikendalikan, seperti

berkeringat, gemetar, pusing, jantung berdebar-debar, mual, dan mulut

kering. Perilaku gelisah, keadaan diri yang tidak terkendali seperti

gugup, kewaspadaan diri yang berlebihan, serta sangat sensitif.

Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai situasi, rasa ketergantungan

yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan (Mulyani, 2013).

Menurut Hawari (2011) seorang akan mengalami gangguan

cemas manakala seseorang tidak mampu mengatasi stressor psikososial

yang dihadapinya. Secara klinis selain gejala cemas yang biasa,

disertai dengan kecemasan yang menyeluruh dan menetap (paling

sedikit berlangsung selama 1 bulan) dengan 2 kategori gejala sebagai

berikut :

a) Rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang

(apprehensive expectasion) adalah cemas, khawatir, takut, berfikir

berulang (rumination), membayangkan akan datangnya

kemalangan pada dirinya maupun orang lain.

b) Kewaspadaan berlebihan yaitu mengamati lingkungan secara

berlebihan sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih, sukar

konsentrasi, sukar tidur, mudah tersinggung dan tidak sabar.

2. Premenopause

a. Definisi premenopause

Premenopause adalah suatu kondisi fisiologis wanita yang telah

(32)

kadar hormonal estrogen ovarium yang sangat berperan dalam

reproduksi seksualitas. Premenopause sering menimpa wanita yang

berusia menjelang 40 tahun ke atas. Fase premenopause adalah sebagai

permulaan transisi klimakterik, yang dimulai 4-5 tahun sebelum

premenopause. Keluhan klimakterium sudah mulai muncul dan

hormon estrogen masih dibentuk oleh tubuh, Bila kadarestrogen turun

maka akan terjadi perdarahan yang tidak teratur (Proverawati, 2010).

Wanita yang menjalani fase premenopause akan mengalami

kekacauan dalam pola menstruasi, terjadi perubahan

psikologis/kejiwaan, perubahan fisik, dan sekitar 40-80% dari semua

wanita klimakterium mempunyai keluhan baik fisik maupun psikologis

(Manuaba, 2009).

b. Tanda dan Gejala Premenopause

Menurut Proverawati (2010), gejala premenopause adalah

sebagai berikut :

1) Hot flush (perasaan panas dari dada hingga wajah)

Wajah dan leher menjadi berkeringat.Kulit menjadi

kemerahan muncul di dada dan lengan terasa panas dapat terjadi

beberapa bulan atau beberapa tahun sebelum dan sesudah

berhentinya menstruasi. Perasaan panas akibat terjadi peningkatan

aliran darah ke wajah, leher, dada, dan punggung.

(33)

Keringat dingin dan gemetar juga dapat terjadi selama 30

detik sampai dengan 5 menit.

3) Dryness vaginal (kekeringan pada vagina)

Area genital yang kering dan biasa sebagai bahan

perubahan kadar estrogen. Kekeringan ini dapat membuat area

genital mudah mengalami infeksi.

4) Penurunan daya ingat dan mudah tersinggung

Produksi endorfin pada masa premenopause mengalami

penurunan/hal ini terjadi karena penurunan kadar endorfin,

dopamin dan serotonin tersebut mengakibatkan gangguan yang

berupa penurunan daya ingat dan suasana hati sering berubah atau

mudah tersinggung.

5) Insomnia ( susah tidur )

Susah tidur disebabkan karena keringat dimalam hari,

wajah merah dan perubahan lainnya. Kesulitan tidur dipengaruhi

dengan rendahnya kadar serotonin pada masa premenopause.

Kadar serotonin dipengaruhi oleh kadar endorfin.

6) Gejala akibat kelainan metabolik

Meliputi kelainan metabolisme lemak di hati. Penurunan

kadar estrogen menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol LDL

(low density lipoprotein) dan menurunnya kadar kolestrol HDL

(34)

7) Depresi (rasa cemas)

Depresi atau stres sering terjadi pada wanita ketika

memasuki masa premenopause. Hal ini terkait dengan penuruan

hormon estrogen sehingga menyebabkan wanita mengalami stres

ataupun depresi.

8) Fatigue (mudah lelah)

Rasa lelah sering kali muncul ketika menjelang masa

premenopause karena sering terjadi perubahan homonal pada

wanita yaitu terutama perubahan hormon estrogen.

9) Penurunan libido

Faktor-faktor yang berkaitan dengan penurunan libido pada

wanita usia pertengahan begitu kompleks, termasuk depresi,

gangguan tidur, dan keringat dimalam hari. Keringat malam hari

dapat menganggu tidur dan kekurangan tidur mengurangi energi

untuk yang lain, termasuk aktifvitas seks. Hal tersebut terjadi

karenaadanya perubahan pada vagina, seperti kekeringan yang

membuat area genital sakit dan selain itu terjadi perubahan

hormonal sehingga dapat menurunkan gairah seks.

10)Dyspareunia (rasa sakit ketika berhubungan seksual)

Hal ini terjadi karena vagina menjadi pendek, menyempit,

hilang elastisitas, epitelnya tipis dan mudah trauma karena kurang

(35)

11) Ketidakteraturan siklus haid

Gangguan siklus haid seperti polymenorrhoea,

olygomenorrhoea, amenorrhea dan mitaragia, hal ini terjadi

karena kadar estrogen menurun saat premenopause.

12)Gejala kelainan metabolisme mineral

Mudah terjadi fraktur pada tulang, akibat

ketidakseimbangan absorbsi dan reabsorbsi mineral terutama

kalsium. Bila hal ini berlangsung lama dapat menyebabkan

osteoporosis.

c. Proses Terjadinya Premenopause

Premenopause terjadi secara fisiologis akibat hilang atau

berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin,

yang berhubungan langsung dengan penurunan dan disfungsi folikuler.

Oosit di dalam ovarium akan mengalami atresia ketika siklus

reproduksi wanita. Folikel mengalami penurunan kualitas dan

kuantitas folikel secara kritis setelah 20-25 tahun sesudah menarche.

Disebabkan pada fase perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi

yang ireguler. Selain itu iregularitas menstruasi juga terjadi akibat fase

folikuler pada fase siklus menstruasi yang juga memendek

(Proverawati, 2010).

Kondisi premenopause produksi hormon estrogen menjadi

(36)

seperti progesteron, tetapi perubahan yang mempengaruhi langsung

kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi, juga psikis adalah akibat

perubahan hormon estrogen (Lestary, 2010).

Walaupun reproduksi tidak menjadi tujuan utama,

hormon-hormon reproduksi tetap memegang peran penting untuk dapat

meningkatkan kesehatan. Estrogen dan androgen penting untuk

mempertahankan tulang agar kuat, sehat, dan jaringan vagina saluran

kencing yang lentur serta untuk kesehatan kulit (Lestary, 2010).

d. Terapi dan Perawatan bagi WanitaPremenopause

Respon setiap wanita terhadap premenopause tergantung

kepriadian dan gaya hidup wanita tersebut. Wanita dalam menghadapi

premenopause perlu beberapa terapi dan perawatan untuk menjalani

masa premenopause terkait akan ada gejala yang terjadi pada saat

premenopause, berikut beberapa cara agar wanita bisa menghindari

gejala yang kurang nyaman :

1) Terapi Sulih Hormon

Terapi sulih hormon atau biasa juga disebut dengan TSH

adalah pemberian kombinasi estrogen dan progestin (sintesis)

kepada wanita premenopause yang masih memiliki rahim.Tujuan

utama yaitu untuk mencegah penebalan dinding rahim (Waluyo,

2010).

(37)

Gizi seimbang adalah memenuhi kebutuhan gizi perhari

dengan asupan zat-zat gizi makanan yang mengandung

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Termasuk

mengkonsumsi makanan yang fitoestrogen seperti makanan olahan

sari tempe, tahu, brokoli, dan wortel. Bahan pangan lain sumber

vitamin dan mineral makanan laut, daging sapi yang rendah lemak,

biji-bijian, susu dan olahannya, buah-buahan serta sayuran hijau

(Prasetyono, 2009).

3) Fitoestrogen

Fitoestrogen adalah kelompok kimia yang ditemukan dalam

tanaman yang dapat bekerja seperti hormon estrogen, estrogen

penting bagi masa memiliki anak dan dapat mempengaruhi

kesehatan tulang dan jantung pada wanita. Fitoestrogen sebagian

besar berasal dari tiga kelas kimia isofalvon, lignin, dan koumestan

(Tagliaferry, 2007).

4) Olahraga yang teratur

Banyak cara yang dilakukan wanita premenopause agar

dapat menjaga dirinya tetap sehatantara lain menjaga pola makan,

kelola stres, tetap aktif tetapi sesuai dengan usia dan kondisi

fisiknya. Olahraga dan pola makan tidak bisa dipisahkan keduanya

harus dilaksanakan atau dilakukan agar mendapat kesehatan prima

(38)

oksigen keseluruh sistem tubuh mengisi kembali oksigen kedalam

jaringan otot (Waluyo, 2010).

5) Banyak beribadah

Berdoa, beribadah dan berdzikir dengan menyebut lafaz

Allahbagi wanita muslim ternyata mampu membantu untuk

meringankan kecemasan dan lebih tenang dan pasrah dalam

(39)

B. Kerangka Teori

Sumber : Stuart (2007)

Gambar 1.2 Kerangka Teori Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita Belum Menikah Saat Menghadapi Premenopause

Tingkat Kecemasan Wanita Belum

Menikah

(40)

C. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 2.2: Kerangka Konsep Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita Belum Menikah Dalam Menghadapi Premenopause.

Tingkat Kecemasan Wanita Yang Belum

Menikah Dalam Menghadapi Premenopause

Tidak Ada Kecemasan

Kecemasan Ringan

Kecemasan Sedang

Kecemasan Berat

Faktor Predisposisi : 1. Faktor Psikoanalitis 2. Faktor Interpersonal 3. Faktor Keluarga 4. Faktor Biologis

Faktor Presipitasi :

1. Ancaman terhadap integritas seseorang

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Ditinjau dari tujuan penelitian yang akan dicapai, penelitian ini

menggunakan penelitian Deskriptif kuantitatif. Deskriptif adalah yang

disarankan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam

suatu komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2012). Kuantitatif adalah data

yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka (Riwidikdo,2013). Penelitian ini

menggambarkan tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat

menghadapi premenopause.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi penelitian tersebut akan

dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan di lokasi yang

dijadikan objek penelitian yaitu di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan

Wirobrajan, Kota Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu penelitian tersebut dilakukan

(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 14 Juni tahun

(42)

C. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi wanita premenopause yang belum

menikah yang berusia 40-45 tahun di Kelurahan Patangpuluhan,

Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta adalah sejumlah 40 orang.

b. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah dengan menggunakan teknik total sampling / sampling jenuh pada

wanita usia 40 – 45 tahun yang berada di Kelurahan Patangpuluhan.

Menurut Riwidikdo (2013), apabila jumlah populasi atau subjeknya besar,

maka dapat diambil 10-15% atau 20-30% tergantung pada kemampuan

peneliti. Jika populasi kecil (<100) maka semua anggota populasi menjadi

sampel. Pada penelitian ini sampel yang digunakan yaitu dengan jumlah

38 wanita usia 40 – 45 dari total populasi dengan jumlah 40 responden.

Dalam penelitian ini 2 responden tidak bisa diikutsertakan dalam

penelitian ini dikarenakan 2 responden tersebut masuk dalam kategori

kriteria eksklusi, kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah wanita belum

menikah saat menghadapi premenopause yang mengalami gangguan jiwa.

Dimana terdapat 2 responden yang mengalami masalah gangguan jiwa,

sehingga peneliti memutuskan untuk tidak mengambil 2 responden

(43)

Menurut Sugiyono (2011), sampling jenuh / total sampling adalah

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel. Sampel penelitian ini diambil dari populasi yang memenuhi

kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2012). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Wanita premenopause usia 40-45 tahun

b. Wanita premenopause yang belum menikah

c. Bisa baca tulis, tidak bisu dan tuli

d. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2012). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

a. Wanita premenpause yang mengalami gangguan jiwa.

b. Wanita premenopause yang sedang melakukan terapi hormonal.

c. Wanita premenopause yang sedang mendapatkan terapi

farmakologi maupun non-farmakologi untuk menurunkan

kecemasan lainnya.

(44)

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut. Kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2011).Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu

tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi

premenopause.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati (Notoatmodjo, 2012).

Tingkat kecemasan wanita yang belum menikah dalam menghadapi

premenopause adalah respon yang muncul pada wanita dalam menghadapi

premenopause. Alat ukur yang digunakan yaitu berupa kuesioner lembar

pernyataan dengan jumlah 14 pernyataan menurut Hamilton rating scale

for anxiety(HRS-A), yang terdiri atas 14 kelompok gejala, masing-masing

kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat

kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause

adalah kuesioner. Peneliti menggunakan 2 jenis kuesioner yaitu kuesioner data

demografi dan kuesioner dalam mengukur tingkat kecemasan.

(45)

Kuesioner ini berisi 4 pernyataan dengan bentuk pernyataan berupa

pertanyaan Closed ended question. Kuesioner ini meliputi inisial nama,

usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan dari responden.

2. Kuesioner tingkat kecemasan

Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan kuesioner.

Pengukuran menggunakan kusioner dengan metode Hamilton Rating Scale

for Anxiety (HRS-A).HRS-A merupakan skala kecemasan sederhana,

praktis, mudah, standar, dan diterima secara international. Alat ini

merupakan alat pengukur 78 kecemasan yang sudah baku. Pada prinsipnya

penilaian dengan HRS-A terdiri dari 14 kelompok gejala yang

masing-masing kelompok dirinci dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.

Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4, yang artinya

adalah nilai 0: tidak ada gejala (tidak ada gejala sama sekali), 1: gejala

ringan (satu gejala dari pilihan yang ada), 2: gejala sedang (separuh dari

gejala yang ada), 3: gejala berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada),

4: gejala berat sekali (semua gejala ada). Masing-masing nilai angka

(score) dari 14 kelompok tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan

tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu kurang dari 14

tidak ada kecemasan , skor 14-20 kecemasan ringan, skor 21-27 kcemasan

sedang, skor 28-41 kecemasan berat, dan skor 42-56 kecemasan berat

sekali (Hidayat, 2010). Penelitian ini menggunakan instrumen HRS-A

karena dalam instrumen ini tanda kecemasan dapat dilihat dari beberapa

(46)

menampilkan tanda-tanda kecemasan yang berbeda-beda. Peneliti

menggunakan satu item pada setiap kategori kuesioner kecemasan dari

HRS-A.

Tabel 1.Adapun cara penilaian tingkat kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

Tabel 2.Kisi-kisi kuesioner data demografi

Aspek Nomor Item Jumlah

Inisial Nama 1 1

Umur 2 1

Pekerjaan 3 1

Pendidikan terakhir 4 1

Tabel 3.Kisi-kisi kuesioner tingkat kecemasan

No Gejala Kecemasan No Soal Jumlah

Soal

1 Gejala Kecemasan 1,2,4 3

2 Gejala Ketegangan 5,8,9,10,11 5

3 Gejala Ketakutan 12,13,14 3

4 Gejala Gangguan Tidur 18,19,20,21,23 5

5 Gejala Gangguan Kecerdasan 25,26 2

6 Gejala Depresi 28,30,32 3

7 Gejala Somatik 33,35,36,37 4

8 Gejala Sensorik 38,39,41 3

9 Gejala Kardiovaskuler 44,46,48 3

10 Gejala Pernapasan 50,51,52 3

11 Gejala Gastrointestinal 53,57,58,59,60,61,62,63 8

12 Gejala Urogenital 64,65,67,68,69,70,71 7

13 Gejala Vegetatif 76,79,80,81 4

(47)

F. Cara pengumpulan data

Setelah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian, selanjutnya

peneliti menggumpulkan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan

kepada responden, dilakukan dengan mengumpulkan responden dalam suatu

kegiatan yang sudah ditetapkan oleh setiap RT/RW dan sebagian responden

secara door to door, jumlah responden yang diambil peneliti pada saat agenda

RT/RW sebanyak 22 responden dan responden yang diambil peneliti secara

door to door sebanyak 16 responden. Proses pada penelitian ini diawali

dengan peneliti datang ke acara agenda RT/RW yang sudah ditetapkan

ataupun door to door. Peneliti memerlukan waktu kurang lebih seminggu (7

hari) untuk mendapatkan data dari responden. Dalam kegiatan yang sudah

dijadwalkan tersebut, peneliti ikut serta dalam kegiatan dan setelah kegiatan

tersebut selesai, peneliti memperkenalkan diri kepada respoden, selanjutnya

menjelaskan tujuan peneliti dan proses penelitian, setelah responden paham

dengan tujuan dan proses penelitian, peneliti menanyakan rentang usia yang

ada pada agenda tersebut dan rentang usia beserta alamat masing-masing

responden yang sudah peneliti dapatkan dari kelurahan maupun dari ketua

RT/RW, responden diminta untuk mengisi lembar informed consent sebagai

bentuk persetujuan dari responden untuk mengikuti kegiatan penelitian.

Kegiatan selanjutnya adalah memberikan kuesioner berupa kuesioner data

demografik dan kuesioner dalam mengukur tingkat kecemasan dengan

menggunakan metode Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Peneliti

(48)

langsung pada agenda tersebut, namun beberapa responden tidak ikutserta

dalam agenda yang sudah direncanakan oleh setiap RW sehingga peneliti

harus mendatangi responden pada hari berikutnya. Setiap reponden yang

diambil datanya baik saat kegiatan ataupun dengan cara door to door

diberikan waktu 10-15 menit untuk mengisi kuesioner dari peneliti. Jika ada

pertanyan yang tidak dimengerti oleh responden, peneliti memberikan

penjelasan. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti mengambil

hasil kuesioner yang telah diisi dan mengecek hasil kuesioner. Bila ada

jawaban yang belum terisi maka peneliti meminta responden untuk

melengkapi kuesioner kembali.

G. Alur Ijin Penelitian

1) Mengurus uji etik penelitian untuk melakukan penelitian di Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

2) Kemudian peneliti membuat surat izin penelitian pada pemerintah daerah

tempat penelitian, yang dimulai dari Badan Perencanaan Daerah

(BAPEDA) Yogyakarta,

3) Setalah itu peneliti mengurus surat izin penelitian di Dinas Perizinan

Yogyakarta.

4) Kemudian setelah itu peneliti memberikan surat izin penelitian ke

Kecamatan Wirobrajan untuk dicap dan ditandatangani oleh Kepala Camat

dan Kepala Lurah untuk memperoleh izin melakukan penelitian di

(49)

5) Surat izin penelitian yang sudah dicap dan ditandatangani oleh kepala

Camat dan Kepala Lurah diberikan kepada Ketua RT / Dukuh

Patangpuluhan agar peneliti bisa langsung melakukan penelitian.

6) Setelah mendapatkan izin penelitian. Peneliti membagikan lembar

informed concent terlebih dahulu kepada responden sebelum responden

mengisi kuesioner.

H. Uji validitas dan Reliabilitas

Uji validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2012).Reliabilitas yaitu

dapat dipercaya. Uji reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati

berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2012).

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah HRSA

(Hamilton Rating Scale for Anxiety). Alat ukur ini telah diuji validitas dan

reliabilitas oleh Prajanti (2014) dengan nilai validitas 0,79 dan reliabilitas

sebesar 0,75 dengan judul tingkat kecemasan wanita premonopause dalam

menghadapi premenopause di Dusun Kramat Kelurahan Trangsan Kecamatan

Gatak Sukoharjo rentang usia 40-45. Diperoleh hasil wanita dengan status

belum menikah yang tidak mempunyai kecemasan sebanyak 8 responden

(21%), dalam tingkat kecemasan ringan sebanyak 16 responden (42%), dalam

tingkat kecemasan sedang sebanyak 11 responden (29%), dan dalam tingkat

kecemasan berat sebanyak 3 responden (8%).

(50)

1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012), Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan komputer dengan program Sistem pengolahan data

komputer. Adapun langkah-langkah pengolahan data dilakukan sebagai

berikut :

a. Editing

Merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti akan memeriksa

kebenaran dan kelengkapan data berupa kuesioner kecemasan dan

dikumpulkan oleh responden.

b. Coding

Peneliti memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting

apabila pengelolaan dan analisa data menggunakan komputer. Berikut

ini adalah keterangan dari masing-masing kode yaitu:

1) Data umum

a) Kode umur

Umur 40 :U1

Umur 41 :U2

Umur 42 :U3

Umur 43 :U4

(51)

Umur 45 :U6

b) Kode pendidikan

SD :P1

SLTP :P2

SMA :P3

Perguruan tinggi :P4

c) Kode pekerjaan

Bekerja :K1

Tidak bekerja :K2

Tidak diisi :K3

2) Data khusus

a) Kode kecemasan

Tidak ada cemas :C1

Kecemasan ringan :C2

Kecemasan sedang :C3

Kecemasan berat :C4

Kecemasan berat sekali (panik) :C5

c. Tabulating

Data yang diubah menjadi kode kemudian disusun dan

dikelompokkan ke dalam tabel-tabel oleh peneliti. Proses tabulasi

dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam tabel distribusi

frekuensi.

(52)

Peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam

tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi

sederhana. Data atau jawaban dari masing masing responden yang

dalam bentuk kode numerik dimasukkan kedalam program atau

software.

e. Processing

Dalam tahap ini jawaban dari responden yang telah

diterjemahkan menjadi bentuk angka, selanjutnya diproses agar mudah

dianalisis.

f. Cleaning .

Mengecek kembali untuk mendeteksi kesalahan kode, lengkap

atau tidaknya data yang sudah dimasukkan dan lain sebagainya. Setelah

itu dilakukan pengoreksian atau pembenaran.

2. Analisa Data

Dalam penelitian ini, analisa yang dilakukan dengan menggunakan

analisis univariate dengan tujuan untuk mendeskripsikan karakteristik

variabel penelitian (Notoatmodjo,2012). Analisis univariat dilakukan

untuk melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel yang bertujuan untuk

menggambarkan distribusi dari proporsi berbagai variabel yang diteliti.

J. Etik Penelitian

Etika penelitian keperawatan merupakan hal penting dalam penelitian,

mengingatkan penelitian dalam keperawatan berhubungan langsung dengan

(53)

keterangan kelayakan etika penelitian nomor 225/EP-FKIK-UMY/V/2016,

penelitian ini layak etik. Segi etik yang diperlukan oleh peneliti antara lain:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

2. Tanpa Nama (anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan

inisial dan memberi nomor atau kode pada masing-masing lembar tersebut.

3. Kerahasiaan (confidentaly)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

hasil kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta

yang berada di Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Kecamatan

Wirobrajan terbagi atas 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Pakuncen,

Patangpuluhan dan Wirobrajan. Jumlah penduduk wanita di kelurahan

Pakuncen sebanyak 5.357, jumlah berdasarkan status wanita belum menikah

sebanyak 2.399,jumlah penduduk wanita di kelurahan Wirobrajan sebanyak

4.798 jiwa dengan jumlah status wanita yang belum menikah sebanyak 2.043

dan jumlah penduduk wanita di Patangpuluhan sebanyak 3.740 jiwa dengan

jumlah status wanita yang belum menikah sebanyak 1.631.

Luas Kelurahan Wirobrajan adalah 1,76 Km2. Batas wilayah

Kelurahan Wirobrajan adalah sebagai berikut : Batas Utara Kecamatan

Tegalrejo. Batas Selatan Kecamatan Kasihan, Batas Barat Kecamatan

Kasihan, Batas Timur Kecamatan Ngampilan dan Mantrijeron. Patangpuluhan

terletak sekitar 3 km di sebelah Barat daya pusat Kota Yogyakarta dan terdiri

dari 5 RW dimana setiap RW terdapat 10 RT.

B. Hasil Penelitian

Adapun karakteristik responden yang digunakan pada penelitian ini

(55)

1. Karakteristik responden berdasarkan usia, pekerjaan, pendidikan

Table 4.Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Pekerjaan dan Pendidikan di Kelurahan Patangpuluhan

No Karakteristik Frekuensi (N) Prosentase (%)

1 Usia

prosentase terbanyakyaitu responden usia 41 tahun sebanyak 12 responden

(31,6%), usia 42 tahun sebanyak 9 responden (23,7%), responden dengan

usia 44 tahun sebanyak 7 responden ( 18,4%) , responden dengan usia 40

tahun sebanyak 5 responden (13,2%), responden dengan usia 43 tahun

sebanyak 4 responden (10,5%) dan responden dengan usia 45 tahun

sebanyak 1 responden (2,6%).

Pekerjaan responden pada penelitian ini yang tidak bekerja

atauwanita yang melakukan aktifitas sehari-hari dengan melakukan

(56)

bekerja 20 responden (52,6%) yang meliputi pegawai negeri dan swasta,

wiraswasta dan buruh dan responden dengan kuesioner yang tidak ada

keterangan sebanyak 7 responden (18,4%).

Hasil penelitian menunjukan responden dengan pendidikan SD

sebanyak 2 responden(5,3%), pendidikan SMP sebanyak 8 responden

(21,1%), pendidikan SMA sebanyak 13 responden (34,2%) dan Perguruan

Tinggi (S1) sebanyak 15 responden (39,5%).

2. Tingkat Kecemasan Wanita Yang Belum Menikah Saat Menghadapi

Premenopause

Terdapat 14 item dalam instrumen HRS-A, dimana setiap item

menampilkan tanda-tanda kecemasan yang berbeda-beda. Peneliti

menggunakan satu item pada setiap kategori kuesioner kecemasan dari

HRS-A. Masing-masing nilai angka (score) dari 14 kelompok tersebut

dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat

kecemasan seseorang yaitu kurang dari 14 tidak ada cemas , skor 14-20

kecemasan ringan, skor 21-27 kecemasan sedang, skor 28-41 kecemasan

(57)

Tabel 5.Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Wanita Yang Belum Menikah Saat Menghadapi Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan

Dari Tabel 4. Menunjukan responden dalam kategori kecemasan

ringan sebanyak 18 responden (47,4%), kategori kecemasan sedang

sebanyak 12 responden (31,4%) dan kategori kecemasan berat sebanyak 8

responden (21%).

C. Pembahasan

Berdasarkan penelitian diatas menunjukan tingkat kecemasan wanita

yang belum menikah saat menghadapi premenopause di Kelurahan

Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta tahun 2016 adalah

sebanyak 38 responden (100%) dengan kategori kecemasan ringan sebanyak

18 responden (47,4%), kategori kecemasan sedang sebanyak 12 responden

(31,6%) dan kategori kecemasan berat sebanyak 8 responden (21%),

berdasarkan alat ukur Hamilton Rating Scale For Anxiety tanda kecemasan

dapat dilihat dari beberapa aspek kelompok gejala yang sesuai dengan respon

kecemasan yaitu respon fisiologi, kognitif, perilaku dan afektif.

(58)

Dalam penelitian ni terdapat 3 jenis karakteristik yang diteliti

dengan hasil sebagai berikut :

a) Usia

Dalam penelitian ini terdapat beberapa usia dengan rentang usia

responden yaitu antara 40 sampai 45 tahun. Usia responden terbanyak

adalah usia 41 tahun dengan jumlah 12 responden (31,6%).

Usia merupakan salah satu faktor sosial yang penting dalam

mempelajari masalah kesehatan dan sosial karena usia berkaitan

dengan cara pandang seseorang terhadap sesuatu, dalam penelitian ini

merupakan cara pandang wanita terhadap premenopause (Stuart &

Laraia, 2005). Responden dalam penelitian ini berusia 40-45 tahun.

Pada usia tersebut adalah saat dimana seorang perempuan akan berada

dalam periode premenopause dimana gejala dan keluhan

premenopause akan muncul. Sehingga pada usia tersebut sering timbul

kecemasan akibat perubahan yang terjadi pada tubuh (Aprilia &

Puspitasari, 2007).

Usia responden yang sebagian besar berusia 41 tahun sebanyak

12responden (31,6%), yang tergolong memasuki masa premenopause.

Wanita dengan usia semakin bertambah biasanya mereka memiliki

banyak pengalaman, dengan pengalaman itu seharusnya mereka

mampu mengatasi masalah yang akan terjadi saat menjelang

premenopause sehingga rasa takut atau khawatir dapat teratasi.

Gambar

Gambar 1.2 Kerangka Teori Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita Belum Menikah Saat Menghadapi Premenopause
Gambar 2.2: Kerangka Konsep Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita Belum Menikah Dalam Menghadapi Premenopause
Tabel 3.Kisi-kisi kuesioner tingkat kecemasan
Table 4.Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia,
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi terhadap pengembangan karir antara wanita menikah dan wanita belum menikah ( single ), mengingat wanita

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan religiusitas dengan kecemasan pada wanita premenopause di Desa Prambon Kecamatan Dagangan Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data tentang gaya eksplanatori wanita menikah yang belum dikaruniai keturunan ditinjau dari aspek permanence, pervasiveness,

Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan tingkat kecemasan menghadapi pasien antara perawat pria dan wanita menikah di rumah sakit jiwa, dengan asumsi kecemasan perawat

bahwa tingkat kecemasan ibu premenopause menghadapi perubahan fisik menopause di Dusun Jatisawit Balecatur Gamping Sleman menunjukkan tidak ada kecemasan panik sebanyak

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari gambaran tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan pada wanita usia 45-55 tahun menghadapi perubahan fisiologis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan wanita usia 40-45 tahun menghadapi masa premenopause di Desa Tumpang Krasak Kecamatan Jati Kabupaten

Tabel 4.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Responden dalam Menghadapi Menopause di Dusun Gulon Srihardono Pundong Bantul Yogyakarta Berdasarkan