• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA KARIER DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN DI SUPERMARKET: KASUS DI SOLO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA KARIER DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN DI SUPERMARKET: KASUS DI SOLO"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ada pepatah kuno pada dunia pemasaran mengatakan bahwa jika ingin menguasai

pasar maka rebutlah hati wanita (Adelaar, et.al., 2003). Logika dibalik pepatah kuno

ini sangat beralasan sebab pada berbagai keputusan pembelian, baik produk hedonik

maupun non-hedonik, peran kaum wanita sangat dominan (Childers, et.at., 2001).

Bahkan, dalam proses pengambilan keputusan pada suatu keluarga ternyata peran

kaum wanita (ibu rumah tangga) juga tidak bisa dianggap remeh sebab justru sering

keputusan YA atau TIDAK untuk membeli justru ada di tangan mereka (Mathwick,

2002). Selain itu, realitas menjamurnya pusat perbelanjaan modern juga berimbas pada perilaku konsumsi dan intensitas kaum wanita berbelanja di mal, supermarket,

dan hypermarket (Koski, 2004). Bagi produsen, selain kaum wanita, kelompok usia

remaja adalah salah satu pasar yang potensial (Tambunan, 2001). Dari sejumlah

penelitian, ada perbedaan dalam pola konsumsi antara pria dan wanita. Juga terdapat

sifat yang berbeda antara pria dan wanita dalam perilaku membeli (lihat tabel 1.1).

Tabel 1.1 Karakteristik Pria dan Wanita Dalam Berbelanja

P R I A : W A N I T A :

■ Mudah terpengaruh bujukan penjual ■ Sering tertipu karena tidak sabar dalam memilih barang

■ Mempunyai perasaan kurang enak bila tak membeli sesuatu setelah ke toko ■ Kurang menikmati berbelanja dan sering terburu mengambil keputusan.

■ Lebih tertarik pada warna - bentuk, tidak pada hal teknis dan kegunaannya

■ Tidak mudah terbawa arus bujukan penjual ■ Suka hal-hal romantis daripada obyektif ■ Cepat merasakan suasana toko

■ Senang melakukan berbelanja walau hanya window shopping.

Sumber: Tambunan, Raymond (2001), Remaja dan Perilaku Konsumtif, http://www.e-psikologi.com

Daftar itu masih dipertanyakan apakah memang benar ada gaya yang berbeda dalam

membeli antara pria dan wanita. Selain itu, beragam penelitian yang telah dilakukan

belum mendapatkan hasil yang konsisten apakah pria atau wanita yang lebih banyak

membelanjakan uangnya. Hal ini makin diperkuat oleh keberadaan mal di perkotaan

termasuk di Solo. Bahkan, di Jakarta, meski tidak hasil penelitian ilmiah, 12 dari 20

warga Jakarta dari berbagai usia mengakui mal atau pusat perbelanjaan merupakan

(2)

ini, sebagian dari mereka setuju atau tak menolak bila dikatakan mal adalah rumah

keduanya dan terasa ada yang kurang dalam hidupnya bila seminggu tidak pergi ke

mal atau pusat perbelanjaan sejenis itu. Oleh karena itu, beralasan jika pengembang

menegaskan “Entertainment is part of the future of the shopping centre” (hiburan

adalah bagian dari masa depan sebuah pusat perbelanjan).

Yang juga menjadi faktor pemicu dari itu semua adalah kian berkembangnya

pusat-pusat perbelanjaan di perkotaan. Versi Wijanarko (2005) penandatanganan LoI IMF

tahun 1998 telah menandai liberalisasi sektor ritel yang memungkinkan masuknya

peritel asing ke Indonesia, terutama di sektor hypermarket. Masuknya peritel asing

ini mengakibatkan kompetisi di industri ritel di Indonesia menjadi semakin sengit.

Peritel asing sangat diuntungkan dengan tiadanya peraturan tentang pembagian area

untuk pembangunan outlet ritel. Hasilnya, para peritel asing yang memiliki struktur

modal kuat bisa menguasai di tempat-tempat strategis. Padahal, mantra dasar pada

industri ritel adalah 3L, bukan “Lagi-Lagi Loe”, tapi “Lokasi, Lokasi, dan Lokasi”.

Dalam kondisi seperti itu, peritel yang tidak bisa meramu dan menerapkan strategi

yang tepat akan gulung tikar dan hal ini memang sudah terbukti karena ada beberapa

mal di perkotaan, termasuk juga di Solo yang bangkrut, misal Megaland. Padahal,

sektor bisnis ritel sendiri tidak pernah mati, the retail business sector itself never

dies. Dengan demikian selalu saja ada celah yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk bertahan dan berkembang pesat. Artinya, jika persaingan secara frontal sulit

dihadapi, maka strategi diferensiasi bisa diterapkan. Dalam hal ini, mantra dari para

peritel di Amerika patut juga dipertimbangkan, “Find What You Want = Get What

We Have”.

B. Perumusan Masalah

Realitas perkembangan industri ritel dan didukung faktor kemudahan bertransaksi,

maka beralasan jika keberadaan mal, supermarket dan hypermarket di kota menjadi

pemicu konsumerisme. Selain itu, eksistensi wanita karier yang telah mapan dengan

penghasilan dan keterbatasan waktu juga sangat terkait dengan tingginya intensitas

(3)

1985). Terkait hal ini, Phillips dan Bradshaw (1993) yakin ada beberapa faktor yang menjadi pemicu pembelian di supermarket yaitu produk, layanan, harga, promosi,

atribut fisik supermarket, lokasi, image atas supermarket.

Pembelian oleh wanita karier di supermarket, termasuk juga terjadinya pembelian

tidak terencana menjadi sangat menarik dikaji. Bahkan, pada periode tahun 1945 -

1959 menurut perhitungan ternyata pembelian tak terencana mencapai 38,2 persen

dari total pembelian di supermarket yang mencapai 50,9 persen (Stern, 1962). Pada

periode akhir tahun 1970-an, ternyata perilaku pembelian tidak terencana mencapai

antara 27-62 persen atas pembelian di departemen stores (Bellenger dan Robertson,

1978). Ada juga yang menegaskan bahwa sekitar 70 persen untuk produk konveksi ternyata traksaksinya dilakukan berdasarkn pembelian tidak terencana (Marketing

Week, 2002). Untuk kasus di Kanada, ternyata perilaku pembelian tidak terencana signifikan atas total pengeluaran individu pada tahun 2001 dan realitas ini memicu

ketertarikan tersendiri bagi industri retail (Ellison, 2003).

Semua transaksi pembelian, termasuk yang dilakukan wanita karier dan pembelian

tidak terencana memang dipengaruhi banyak faktor. Bahkan, sering konsumen tidak

bisa rinci mendefinisikan faktor apa yang menjadi stimulus sehingga membeli. Dari

berbagai penelitian yang dilakukan secara umum dapat diklasifikasikan ada 4 faktor

pemicu terjadinya pembelian tidak terencana versi Dholakia (2000) dan Verplanken

dan Herabadi (2001) yaitu tentang: Person-related causes, Product-related causes,

Shopping environment-related causes, dan Situational causes. Versi Jones, dkk (2003) perilaku pembelian tidak terencana dipengaruhi variabel produk dan variabel non-produk. Secara rinci, mengacu klasifikasi dari Phillips dan Bradshaw (1993),

Dholakia (2000), Verplanken dan Herabadi (2001) dan Jones, dkk (2003) faktor

(4)

Tabel 1.2 Faktor Stimulus Pembelian di Supermarket

NO

PERSON-RELATED CAUSES PRODUCT-RELATED CAUSES SHOPPING ENVIRONMENT-RELATED CAUSES SITUATIONAL CAUSES

1. Faktor acuan dari tokoh, figur atau para model atas produk

Produk dengan harga murah

Karakter fisik dan lingkungan sosial supermarket

Perilaku sosial dari pengunjung lain

2. Harapan atas hadiah yang menjanjikan

Diskon yang tidak terduga Hubungan antar ruang di supermarket Informasi dan kegiatan promo 3. Fasilitas kemudahan jasa pembayaran

Desain, model dan kemasan produk yang menarik dan unik

Sikap customer service

Garansi atas harga yang paling murah dibanding pesaing 4. Karakter fisik dan

lingkungan sosial konsumen

Fasilitas tambahan atas produk

Display yang atraktif dan menarik

Acara promosi – sale secara besar-besaran

5. Identifikasi atas image terhadap pribadi konsumen

Purna jual dan ketersediaan sparepart

Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau kendaraan 6. Ketersediaan fasilitas member Ketersediaan jasa layanan antar Image atas supermarket

Produk keluaran

terbaru

Kenyamanan, baik diluar atau didalamnya

Pesona merek sebagai

simbol atas produk

Keamanan, baik di luar atau di dalam ruangan supermarket

Kejelasan harga

antara di rak display dan di kasir Areal parkir yang luas dan aman – nyaman

Sumber: Phillips dan Bradshaw (1993), Dholakia (2000), Verplanken dan Herabadi (2001) dan Jones, dkk (2003)

Rumusan masalah dari penelitian yaitu faktor-faktor apa yang mempengaruhi wanita

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abe, B. (2004), Pria-pria Metroseksual, SWA 06/XX 18-31, Jakarta, Maret, hal. 36-47. Abratt, R. dan Goodey, S.D. (1990), Unplanned buying and in-store stimuli in

supermarkets, Managerial and Decision Economics, Vol. 11. No. 2, 111-121. Adelaar, T., Chang, S., Lancendorfer, K.M., Lee, B. dan Morimoto, M, (2003), Effects

of media formats on emotions and impulse buying intent, Journal of Information Technology, Vol. 18. No. 4, hal. 247-266.

Agee, T., dan A.S.M. Brett, (2001), Planned or impulse purchases? How to create effective infomercials, Journal of Advertising Research 41(6), hal. 35-42. Aggarwal, V. K. (2001), Winning in Asia, U.S, Style, market and nonmarket strategies

for success, Palgrave Macmillan, New York, USA

Ang, S. H. (1998), Marketing under challenging economic conditions: Consumer and business perspectives, Marketing Institute of Singapore, Rep. of Singapore. Antia, K. D., M. Bergen, S. Dutta (2004), Competing with gray markets, MIT Sloan

Management Review, Fall 2004, Vol. 46, No. 1, hal.63-69.

Arnould, E., Price, L. dan Zinkhan, G, (2002), Consumers, Boston: McGraw-Hill. Ballester, Elena Delagado dan Jose Luis Munuera-Aleman (2001), Brand trust in the

context of consumer loyalty, European Journal of Marketing, Vol. 35 No. 11/12. hal. 1238-1258.

Baumeister, RF., (2002), Yielding to temptation: Self-control failure, impulsive purchasing, and consumer behavior, Journal of Consumer Research 28 (4), hal. 670-676.

Bayley, G., dan Nancarrow, C., (1998), Impulse purchasing: a qualitative exploration of the phenomenon, Qualitative Market Research, 1 (2), hal.99-117.

Beatty, S. dan Ferrell, E.M., (1998), Impulse buying: Modeling its precursors, Journal of Retailing, Vol. 74. No. 2, hal.169-191.

Bellenger, D. N., dan Robertson, D. H. (1978), Impulse buying varies by product, Journal of Advertising Research, 18, hal.15-18.

Bragozzi, R., N. Wong, S., Abe, M. Bergami (2000), Cultural and situational contingencies and the theory of reasoned action: Application to fastfood and restaurant consumption, Journal of Consumer Psychology, Vol. 9, No. 2. Brito, Dagobert L dan Hartley, Peter R, (1995), Consumer rationality and credit cards,

Journal of Political Economy, 103 (2), hal. 400-433.

Burton, D. (2002), Postmodernism, social relations and remote shopping, European Journal of Marketing, Vol. 36. No. 7/8, hal.792-810.

Calem, Paul S, (1992), The strange behavior of the credit card market, Business Review, FRB of Philadelphia, January/February, hal.3-14.

Chen-Yu, J.H. dan Seock, Y.-K., (2002), Adolescents’ clothing purchase motivations, information sources, and store selection criteria: A comparison of male/female and impulse/nonimpulse shoppers, Family and Consumer Sciences Research Journal. Vol. 31. No. 1, hal. 50-77.

(6)

Citrin, A.V., Stern, D.E., Spangenberg, E.R. dan Clark, M.J. (2003), Consumer need for tactile input. An internet retailing challenge, Journal of Business Research, Vol. 56. No. 11, 915-922.

Cob, C.J., dan W.D. Hoyer., (1986), Planned versus impulse purchase behavior, Journal of Retailing, 62 (4), hal. 384-409.

Dittmar, H., dan J. Drury., (2000), Self-image - is it in the bag? A qualitative comparison between ordinary and excessive consumers, Journal of Economic Psychology 21 (2) hal. 109-142.

Dholakia, U.M., (2000), Temptation and resistance: An integrated model of consumption impulse formation and enactment, Psychology and Marketing. Vol. 17. No. 11, hal. 955-982.

Donovan, R.J. dan Rossiter, J.R, (1982), Store atmosphere: An environment psychology approach, Journal of Retailing, 58 (Spring), hal. 34-57.

Donthu, N. dan Garcia, A.(1999), The internet shopper, Journal of Advertising Research, Vol. 39. No. 3, 52-58.

Ellison, J. (2003), E-commerce: Household shopping on the Internet, Retrieved August 24, 2004.

Ellison, J., Earl, L., dan Ogg, S. (2001), Internet Shopping in Canada: Statistics Canada. Erdem, Tulin, Joffre Swait dan Jordan Louviere (2002), The impact of brand credibility on consumer price sensitivity, International Journal of Research in Marketing, Vol 19 (2), hal. 235-255.

Ewing, Michael T. (2000), Brand and retailer loyalty: Past behavior and future intentions, Journal of Product and Brand Management. Vol 9, No. 2, hal. 120-127.

Fan, J.X., dan J.J. Xiao., (1998), Consumer decision-making styles of youngadult Chinese, Journal of Consumer Affairs, 32 (2), hal. 275-294.

Fitriana, R (2006), 48 merek raih SCSI 2006, Bisnis Indonesia, 30 nopember, Jakarta. Gardner, M.P. dan Rook, D.W., (1988), Effects of impulse purchases on consumers’

affective states, Advances in Consumer Research. Vol. 15, hal. 127-130. Gruen, T. (1995), The outcome set of relationship marketing in consumer markets,

International Business Review, 4 (4), hal. 447-469.

Gutierrez, Ben Paul B. (2004), Determinants of planned and impulse buying: The case of the Philippines, Asia Pacific Management Review, 9 (6), hal.1061-1078. Gujarati, Damodar (2003), Basic Econometrics., Boston. McGraw Hill International. Han, Y.K., G.A. Morgan, A. Kotsiopulos, dan J. Kang-Park., (1991), Impulse buying

behavior of apparel purchasers, Clothing and Textile Research Journal, 9 (3), hal. 15-21.

Hair, Jr; R.E Anderson, RI Tatham dan WC Black (1992), Multivariate data analysis with readings, 3rd, ed., NY: Mac.Millan Publishing Company.

Hartono, J (1997), The effect of timing and order of earnings and initiati devidend changes on stock return: a test of belief-adjusment theory, Disertation PhD, Temple University.

Hausman, A. (2000), A multi-method investigation of consumer motivations in impulse buying behavior, Journal of Consumer Marketing, 17(5), hal. 403-419.

Hoch, S.J. dan Loewenstein, G.F. (1991), Time-inconsistent preferences and consumer self-control, Journal of Consumer Research. Vol. 17. No. 4, hal. 492-507. Hodge, Rebecca, (2004), Factors influencing impulse buying during an online purchase

(7)

Hoffman, D. dan Novak, T. (1996), Marketing in hypermedia computer-mediated environments: Conceptual foundations, Journal of Marketing, Vol.60, No. 3, 50-68.

Hujatnikajennong, Agung (2003), Seni rupa setelah supermarket, Kompas 15 Oktober, Jakarta.

Http://www.poultryindonesia.com, Perubahan Perilaku Konsumen Pasca Flu Burung. Ihsan, (2000), Studi wilayah pelayanan pusat belanja wilayah di DKI Jakarta, Tesis,

Departemen Teknik Planologi – ITB, Bandung.

Japan Credit Industry Association, (1993), White paper on consumer credit in Japan (1991-2).

Jayawardhena, C., Wright, L.T. dan Masterson, R. (2003), An investigation of online consumer purchasing, Qualitative Market Research: An International Journal. Vol. 6. No. 1, hal. 58-65.

Jones, M. A., Reynolds, K. E., Weun, S., dan Beatty, S. E. (2003), The product-specific nature of impulse buying tendency, Journal of Business Research, 56 (7), hal. 505-511.

Kartajaya, Hermawan (2006), Promosi Langsung di Tempat Pembelian, Suara Merdeka, 11 Pebruari, Semarang

Koski, Nina (2004), Impulse buying on the internet: Encouraging and discouraging factors, Frontiers of E-Business Research, hal. 23-35.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 1999. Principle of marketing, 8th edition, Prentice Hall, New Jersey.

Koufaris, M., Kambil, A. dan LaBarbera, P.A. (2002), Consumer behavior in web-based commerce: An empirical study, International Journal of Electronic Commerce. Vol. 6. No. 2, hal. 115-138.

Koufaris, M. (2002), Applying the technology acceptance model and flow theory to online consumer behavior, Information Systems Research, 13 (2), hal.205-223. Kumar, M., Rangachari, A., Jhingran, A., dan Mohan, R. (2000), Sales promotions on

the internet, Yorktown Heights, NY: IBM Research Divison.

LaRose, R., dan M.S. Eastin. (2002), Is online buying out of control? Electronic commerce and consumer self-regulation, Journal of Broadcasting & Electronic Media 46 (4) hal. 549-564.

Laroche, M., Pons, F., Zgolli, N., Cervellon, M.-C., dan Kim, C. (2003), A model of consumer response to two retail sales promotion techniques, Journal of Business Research, 56, hal. 513-522.

Lee, W., dan Benbasat, I. (2003), Designing an electronic commerce interface: Attention and product memory as elicited by web design, Electronic Commerce Research and Applications, 2, hal. 240-253.

Lee, J., Podlaseck, M., Schonberg, E., dan Hoch, R. (2001), Visualization and analysis of clickstream data of online stores for understanding web merchandising, Data Mining and Knowledge Discovery, 5, hal. 59-84.

Ling, M. C.-H., dan Lawler, K. (2001), Internet advertising, game theory and consumer welfare, Electronic Commerce Research, 1, hal. 169-181.

Mathwick, C., Mathotra, N.K. dan Rigdon, E. (2002), The effect of dynamic retail experiences on experiential perceptions of value: An Internet and catalog comparison, Journal of Retailing, Vol. 78. No. 1, hal. 51-60.

(8)

McCabe, D.B. dan Nowlis, S.M. (2003), The effect of examining actual products or product descriptions on consumer preference, Journal of Consumer Psychology, Vol. 13. No. 4, hal. 431-439.

Miller, R. (2002), In-store impact on impulse shoppers. Marketing, hal. 27-28.

Moe, W.W. dan Fader, P.S. (2004), Dynamic conversion behavior at e-commerce sites, Management Science, Vol. 50. No. 3, hal. 326-335.

Morgan R. dan Hunt S. (1994), The commitment-trust theory of relationship marketing, Jounal of Marketing, 58, July, hal. 110-124.

Nielsen, J. (2000). Designing Web Usability. Indianapolis, New Riders Publishing. Novak, T.P., Hoffman, D.L. dan Duhachek, A. (2003), The influence of goal-directed

and experiential activities on online flow experiences, Journal of Consumer Psychology, Vol. 13. No. 1&2, hal 3-16.

Novery, Andrian (2006), Pasar tradisional tinggal sejarah?, Suara Karya, 9 Desember, Jakarta.

Oliver, Richard L, (1999), Whence loyalty, Journal of Marketing, (Special Issues 1999), vol 63, hal. 33-44.

Palmer, J. W. (2002), Web site usability, design, and performance metrics, Information Systems Research, 13 (2), hal. 151-167.

Phillips, H., dan Bradshaw, R. (1993), How customers actually shop: Customer interaction with the point of sale, International Journal of Market Research, 35 (1), hal. 51-62.

Republika, (2001), Pemasaran online dan perilaku konsumen, 7 maret, Jakarta

Rook, D.W dan R.J. Fisher. (1995), Normative influence on impulsive buying behavior, Journal of Consumer Research, 22 (3), hal. 305-313.

Sanda, Abun (2004), Suburnya pusat perbelanjaan tak mencerminkan daya beli, Kompas 7 juni, Jakarta.

Sati, Irsad (2006), Kita masuki era mall junction, Bisnis Indonesia, 16 Desember, Jakarta.

Sinaulan, Berthold (2006), Mal: Rumah kedua warga Jakarta, Suara Pembaruan: Jakarta.

Silitongan, Linda T (2006), Minimarket di DKI perlu dibangun pusat distribusi, Bisnis Indonesia, 26 Desember, Jakarta.

--- (2006), Peritel Terkecoh Tetapkan Target Omzet 2006, Bisnis Indonesia, 28 Desember, Jakarta.

Slama, M.E., dan A. Taschian. (1985), Selected socioeconomic and demographic characteristics associated with purchasing involvement, Journal of Marketing, 49 (1) hal. 72-82.

Stern, H. (1962), The Significance of impulse buying today, Journal of Marketing, 26 (2), ha. 59-62.

Sumodiningrat, G (1993), Pengantar ekonometrika, Yogyakarta, BPFE.

Tambunan, Raymond (2001), Remaja dan perilaku konsumtif, http://www.e-psikologi.com

Thomas, A., R. Garland. (1993), Supermarket lists: Their effect on consumer expenditure, International Journal of Retail and Distribution, 21 (2), hal. 8-14. Ulya, Harist Abu (2006), Wanita karier perspektif Islam: Mewaspadai isu kesetaraan

(9)

Verplanken, B. dan Herabadi, A. (2001), Individual differences in impulse buying tendency: Feeling and no thinking, European Journal of Personality, Vol. 15. November/December Supplement 1, hal. 71-83.

Waluyo, Harry (2006), Pasar tradisional sebagai daya tarik wisata belanja, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta.

Wijanarko, Himawan (2005), Retail Mantra, Majalah Trust, Www.jakartaconsulting.com

(10)

LAPORAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA KARIER DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN DI SUPERMARKET: KASUS DI SOLO

Oleh:

Yuli Tri Cahyono, SE, MM, Ak Sutarto, SE, MM

DIBIAYAI PROYEK PENGKAJIAN DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN TERAPAN DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN NOMOR:

188/SP2H/PP/DP2M/III/2008

DIREKTORAT PEMBINAAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS EKONOMI

(11)
(12)

Ringkasan

Menjamurnya supermarket di Indonesia saat ini berdampak pada sektor perdagangan ritel. Semenjak diberlakukannya liberalisasi sektor ritel pada tahun 1998, kompetisi yang terjadi antar supermarket di pasar ritel Indonesia tidak hanya melibatkan pemain lokal, tetapi juga pemain asing. Beberapa kalangan menyatakan bahwa pasar tradisional adalah pihak yang paling terkena dampak dari kompetisi supermarket ini. Kehadiran pasar modern, terutama supermarket - hipermarket dianggap oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional di perkotaan. Berdasar hasil studi A.C. Nielsen, pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4% per tahun, sedang pasar tradisional menyusut 8% per tahun. Jika kondisi ini tetap dibiarkan, ribuan bahkan jutaan pedagang kecil akan kehilangan mata pencaharian. Pasar tradisional mungkin akan tenggelam seiring dengan tren perkembangan dunia ritel saat ini yang didominasi oleh pasar modern.

Dampak kehadiran supermarket (termasuk hipermarket) atas keberadaan pasar tradisional menjadi topik yang memicu perdebatan di masyarakat. Liberalisasi sektor perdagangan eceran pada 1998 telah mendorong munculnya berbagai supermarket asing di Indonesia. Dengan semakin menjamurnya supermarket asing ke berbagai kota, timbul pendapat dari beberapa kalangan bahwa di era globalisasi maka pasar tradisional menjadi korban utama persaingan antara pasar tradisional dan modern. Bahkan ada pihak-pihak yang menganggap perlu ada pembatasan keberadaan supermarket, terutama di lokasi yang berdekatan dengan pasar tradisional, agar tidak merebut konsumen pasar tradisional.

Keunggulan pasar modern atas pasar tradisional bahwa mereka dapat menjual produk yang relatif sama dengan harga yang lebih murah, ditambah dengan kenyamanan berbelanja dan beragam pilihan cara pembayaran. Supermarket dan hipermarket juga menjalin kerja sama dengan pemasok besar dan biasanya untuk jangka waktu lama. Hal ini yang menyebabkan mereka dapat melakukan efisiensi dengan memanfaatkan skala ekonomi yang lebih besar. Supermarket melakukan beberapa strategi harga dan non-harga, untuk menarik pembeli seperti misal strategi limit non-harga, strategi pemangsaan lewat pemangkasan harga (predatory pricing), dan diskriminasi harga antar waktu

(inter-temporal price discrimination). Misalnya memberikan diskon harga pada akhir minggu dan pada waktu tertentu. Sedangkan strategi non-harga antara lain dalam bentuk iklan, membuka gerai lebih lama, khususnya pada akhir minggu, bundling/tying

(13)

Summary

The current rapid spread of supermarkets in Indonesia is impacting the retail trade sector. Since the liberalization of the retail sector in 1998, the competition between supermarkets in Indonesian retailing has involved not only local but also foreign players. According to a number of circles, the traditional markets are the most affected by the impact of competition from the supermarkets. Many people believe that the presence of modern markets, especially supermarkets and hypermarkets, is pushing urban traditional markets into a corner. The findings of a study by A.C. Nielsen reveal that modern markets are growing by 31.4% a year, whereas traditional markets are decreasing by 8% a year. If this situation is allowed to continue, it is highly likely that thousands and even millions of small traders will lose their source of livelihood. With the current trend towards expansion in the retail world, which is dominated by modern markets, traditional markets may vanish.

The impact of supermarkets (including hypermarkets) on the existence of traditional markets has recently become a topic of heated public debate. The 1998 liberalization of the retail trade sector provided the impetus for the emergence of various foreign supermarket chains in Indonesia. With the mushrooming of foreign supermarkets in many cities, several parties have expressed the opinion that in the current globalization era, the traditional market is the main victim of competition between traditional and modern markets. In fact, some have expressed the need to limit the number of supermarkets, especially in locations near the vicinity of traditional markets, so they do not compete for traditional market customers.

(14)

Abstraksi

Dampak kehadiran supermarket (termasuk hipermarket) atas keberadaan pasar tradisional menjadi topik yang memicu perdebatan di masyarakat. Beberapa kalangan menyatakan bahwa pasar tradisional adalah pihak yang paling terkena dampak dari kompetisi supermarket ini. Kehadiran pasar modern, terutama supermarket - hipermarket dianggap oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional di perkotaan.Keunggulan pasar modern atas pasar tradisional bahwa mereka dapat menjual produk yang relatif sama dengan harga yang lebih murah, ditambah dengan kenyamanan berbelanja dan beragam pilihan cara pembayaran. Supermarket dan hipermarket juga menjalin kerja sama dengan pemasok besar dan biasanya untuk jangka waktu lama. Hal ini yang menyebabkan mereka dapat melakukan efisiensi dengan memanfaatkan skala ekonomi yang lebih besar. Supermarket melakukan beberapa strategi harga dan non-harga, untuk menarik pembeli seperti misal strategi limit harga, strategi pemangsaan lewat pemangkasan harga (predatory pricing), dan diskriminasi harga antar waktu (inter-temporal price discrimination). Misalnya memberikan diskon harga pada akhir minggu dan pada waktu tertentu. Sedangkan strategi non-harga antara lain dalam bentuk iklan, membuka gerai lebih lama, khususnya pada akhir minggu,

bundling/tying (pembelian secara gabungan), dan parkir gratis.

Kata kunci: Kompetisi, Supermarket, Skala ekonomi

Abstract

The impact of supermarkets (including hypermarkets) on the existence of traditional markets has recently become a topic of heated public debate. According to a number of circles, the traditional markets are the most affected by the impact of competition from the supermarkets. Many people believe that the presence of modern markets, especially supermarkets and hypermarkets, is pushing urban traditional markets into a corner. The superiority of modern over traditional markets lies in the fact that the former can sell the same products at lower prices, in addition to the comfort and different payment options they offer shoppers. Furthermore, the supermarkets and hypermarkets establish business links with large suppliers, usually for an extended period of time. This enables them to operate efficiently, benefitting from the economies of scale. Supermarkets adopt a number of pricing and non-pricing strategies to attract customers such as price limits, predatory pricing, and inter-temporal price discrimination, for example, discounts at the end of the week and at certain other times. Their non-pricing strategies include advertising, longer opening hours (especially on weekends), bundling or tying (combined purchases), and free parking.

(15)

PRAKATA

Assalamu'alaikum wr.wb.

Alhamdulillah. Akhirnya penelitian ini telah selesai sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Terlepas dari kekurangan dan kelemahan yang ada dari penelitian ini, yang jelas program penelitian tentang perilaku konsumen sangat penting, yaitu tidak saja terkait kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang, tetapi juga dalam konteks memacu kebangkitan sektor riil serta penyerapan tenaga kerja.

Konsekuensi dari hasil penelitian ini tentu menjadi suatu pemicu bagi para peneliti lainnya untuk lebih mengembangkan berbagai celah penelitian yang nantinya akan memberikan kontribusi optimal bagi proses perekonomian dan atau kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain kelemahan dari penelitian ini menjadi stimulus untuk pengembangan penelitian lainnya.

Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penelitian ini dan semoga hasil penelitian ini ada nilai manfaatnya bagi semua pihak.

Wassalamu'alaikum wr.wb.

Surakarta, september 2008

(16)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……….... i

Halaman Pengesahan ……… ii

Abstraksi ……….... iii

Prakata ……… iv

Daftar Isi ……… v

Daftar Tabel ……… vi

Daftar Gambar ……… vii

Bab I Pendahuluan ……… 8

A. Latar Belakang Masalah ……… 8

B. Rumusan Masalah ……… 9

Bab II Tinjauan Pustaka ……… 12

A. Pasar tradisonal vs pasar swalayan ……… 12

B. Supermarket, konsumerisme ……… 14

C. Industrialisasi supermarket ……… 18

D. Daya tarik supermarket ……… 20

Bab III Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 25

A. Tujuan Penelitian ……… 25

B. Manfaat Penelitian ……… 25

Bab IV Metode Penelitian ……… 26

A. Definisi supermarket ……… 26

B. Definisi tentang wanita karier ……… 28

C. Definisi tentang variabel stimulus ……… 28

D. Kerangka pemikiran ……… 40

E. Populasi dan sampel ……… 41

F. Metode pengumpulan data ……… 41

G. Skala pengukuran dan variabel ……… 42

H. Alat analisis ……… 43

Bab V Hasil dan Pembahasan ……… 45

A. Potret konsumen dan pasar modern ……… 45

B. Profil Solo ……… 48

C. Identifikasi dan Uji hipotesis ……… 51

D. Pembahasan ……… 55

Bab VI Kesimpulan dan Saran ……… 64

A. Kesimpulan ……… 64

B. Saran ……… 65

C. Keterbatasan ……… 65

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Karakteristik pria dan wanita ……….... 8

Tabel 1.2 Faktor stimulus ……….... 11

Tabel 4.1 Jumlah minimarket ……….... 27

Tabel 4.2 Jumlah gerai / toko ……… 27

Tabel 4.3 Faktor stimulus ……… 40

Tabel 5.1 Pasar modern di Solo ……… 49

Tabel 5.2 Kondisi perekonomian ……… 49

Tabel 5.3 Identifikasi sampel ……… 51

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Luas daerah dan batas Solo ……….... 5

(19)

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA KARIER DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN DI SUPERMARKET: KASUS DI SOLO

Oleh:

Yuli Tri Cahyono, SE, MM, Ak Sutarto, SE, MM

DIBIAYAI PROYEK PENGKAJIAN DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN TERAPAN DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN NOMOR:

188/SP2H/PP/DP2M/III/2008

DIREKTORAT PEMBINAAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS EKONOMI

(20)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA KARIER DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN DI SUPERMARKET: KASUS DI SOLO

Oleh:

Yuli Tri Cahyono dan Sutarto

Abstract

The impact of supermarkets (including hypermarkets) on the existence of traditional markets has recently become a topic of heated public debate. According to a number of circles, the traditional markets are the most affected by the impact of competition from the supermarkets. Many people believe that the presence of modern markets, especially supermarkets and hypermarkets, is pushing urban traditional markets into a corner. The superiority of modern over traditional markets lies in the fact that the former can sell the same products at lower prices, in addition to the comfort and different payment options they offer shoppers. Furthermore, the supermarkets and hypermarkets establish business links with large suppliers, usually for an extended period of time. This enables them to operate efficiently, benefitting from the economies of scale. Supermarkets adopt a number of pricing and non-pricing strategies to attract customers such as price limits, predatory pricing, and inter-temporal price discrimination, for example, discounts at the end of the week and at certain other times. Their non-pricing strategies include advertising, longer opening hours (especially on weekends), bundling or tying (combined purchases), and free parking.

Keyword: Competition, Supermarkets, Economies of scale

A. Latar Belakang Masalah

Ada pepatah kuno pada dunia pemasaran mengatakan bahwa jika ingin menguasai

pasar maka rebutlah hati wanita (Adelaar, et.al., 2003). Logika dibalik pepatah kuno

ini sangat beralasan sebab pada berbagai keputusan pembelian, baik produk hedonik

maupun non-hedonik, peran kaum wanita sangat dominan (Childers, et.at., 2001).

Selain itu, pusat perbelanjaan modern juga memicu perilaku konsumsi dan intensitas

kaum wanita berbelanja di mal, supermarket, dan hypermarket (Koski, 2004).

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian yaitu faktor-faktor apa yang mempengaruhi wanita karier dalam melakukan pembelian di supermarket?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(21)

Manfaat penelitian yaitu : (1) Bagi produsen dapat menentukan berbagai kebijakan terkait perilaku wanita karier berbelanja di supermarket, (2) Bagi konsumen yaitu secara umum bisa menentukan fokus kebijakan sebelum melakukan pembelian atau berbelanja di supermarket dan (3) Bagi pengelola mal – supermarket yaitu bisa menentukan kebijakan yang dapat menarik lebih banyak lagi transaksi.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini mengacu pada ketertarikan antara 4 variabel: Person-related causes,

Product-related causes, Shopping environment-related causes, dan juga Situational causes terhadap proses pembelian oleh wanita karier di supermarket. Sampel dalam penelitian ini 400 wanita karier yang melakukan pembelian di Goro, Alfa Pabelan, Solo Square dan Solo Grand Mall. Pemilihan dari keempat supermarket ini mengacu realita bahwa keempatnya merupakan supermarket favorit di Solo.

Metode pengumpulan data dari penelitian ini yaitu metode survey. Instrumen yang

digunakan penelitian ini diadopsi dari penelitian Koski (2004) dan Hodge (2004).

Pengumpulan data dilakukan selama sebulan yaitu setiap malam minggu antara jam 18.00-21.00 wib. Alasannya karena di malam minggu pengunjung ke supermarket biasanya mencapai jumlah yang terbesar dan di jam-jam tersebut adalah jam favorit

pengunjung untuk pergi ke supermarket, sekalian bisa rekreasi dan ber-week end.

Penelitian ini memakai instrumen penelitian yang telah dikembangkan oleh Koski (2004) dan Hodge (2004). Skala yang dipakai dalam penelitian ini yaitu skala rasio

dan variabel yang diteliti 28 sehingga ada 28 hipotesa (X1 – X28). Metode analisis

yang dipakai penelitian ini yaitu regresi.

Hasil penelitian menunjukan rata-rata wanita karier yang berbelanja di supermarket di Solo berusia 41-50 tahun. Pekerjaan dari mayoritas sampel adalah wiraswasta dan mayoritas berasal dari Solo. Adapun status perkawinan mayoritas telah menikah dengan pendapatan per bulan mencapai kisaran Rp 5 – 10 juta. Yang juga menarik bahwa mayoritas berpendidikan tamat S1 atau sarjana. Dari sampel itu bisa terlihat bahwa rata-rata kepemilikan mobil yaitu 2-3 mobil dan status rumah yang ditinggali adalah milik sendiri.

Dari hasil regresi menunjukan bahwa variabel Person-related causes yang diwakili

oleh sub-variabel pembayaran (X3), image pribadi (X5) dan fasilitas member (X6)

signifikan pada α = 1%, dan sub-variabel tokoh (X1) signifikan pada α = 5%, dan

sub-variabel hadiah (X2) dan fisik - lingkungan sosial konsumen (X4) ternyata tidak

signifikan. Adapun untuk variabel Product-related causes yang diwakili oleh

sub-variabel diskon tidak terduga (X8), fasilitas tambahan (X10), dan jasa layanan antar

(X12) signifikan pada α = 1% dan sub-variabel purna jual-sparepart (X11) dan merek

(X14) signifikan pada α = 5%, dan sub-variabel harga murah (X7), desain – kemasan

(X9) dan keluaran terbaru (X13) ternyata tidak signifikan.

Variabel Shoping environment-related causes yang diwakili oleh sub-variabel fisik -

lingkungan sosial supermarket (X15), display atraktif (X18) dan juga keamanan (X22)

signifikan pada α = 1%. Sub-variabel lokasi strategis (X19), image supermarket (X20)

(22)

antar ruang (X16), sikap customer service (X17), kenyamanan (X21) dan kejelasan

harga (X23) ternyata tidak signifikan. Selain itu, untuk variabel Situational causes

yang diwakili sub-variabel promo besar-besaran (X28) signifikan pada α = 1%, dan

sub-variabel informasi promo (X26) dan garansi termurah (X27) signifikan α = 5%,

sedangkan sub-variabel perilaku sosial (X25) tidak signifikan.

Versi Heald (1972) dan Tombak (1995) bahwa konsekuensi signifikansi atas satu

dan atau lebih sub-variabel maka tetap dianggap bisa mewakili signifikansi variabel

induknya. F-statistics menunjukan nilai signifikan pada α = 1%. Nilai R2 = 0.61

menunjukan bahwa variabel Y dipengaruhi sangat kuat oleh variabel independent

-nya, dan sisanya dipengaruhi faktor lain diluar model yang dipakai dalam penelitian

ini. Nilai R2 yang mencapai 0.61 menunjukan hasil cukup memuaskan. Boufounou

(1995) menegaskan bahwa coefficient of multiple determination (R2) yaitu antara 0,6-0,7 cukup memuaskan untuk penelitian.

F. Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan

Kesimpulan : (1) Bahwa rata-rata wanita karier yang berbelanja di supermarket di Solo berusia antara 41-50 tahun. Pekerjaan dari mayoritas sampel adalah wiraswasta dan mayoritas berasal dari wilayah Solo. Adapun status perkawinan mayoritas telah menikah dengan pendapatan per bulan mencapai kisaran antara Rp 5 – 10 juta. Yang juga menarik bahwa mayoritas berpendidikan tamat S1 atau sarjana. Dari sampel itu bisa terlihat bahwa rata-rata kepemilikan mobil adalah 2-3 mobil dan status rumah yang ditinggali adalah milik sendiri, (2) Dari hasil regresi menunjukan variabel Person-related causes yang diwakili oleh sub-variabel pembayaran (X3), image

pribadi (X5) dan fasilitas member (X6) signifikan pada α = 1% dan sub-variabel

tokoh (X1) signifikan pada α = 5%, dan sub-variabel hadiah (X2) dan fisik -

lingkungan sosial konsumen (X4) ternyata tidak signifikan. Adapun untuk variabel

Product-related causes yang diwakili oleh sub-variabel diskon tidak terduga (X8),

fasilitas tambahan (X10), dan jasa layanan antar (X12) signifikan pada α = 1% dan

sub-variabel purna jual - sparepart (X11) dan merek (X14) signifikan pada α = 5%,

dan sub-variabel harga murah (X7), desain – kemasan (X9) dan keluaran terbaru

(X13) ternyata tidak signifikan dan (3) Variabel Shoping environment-related causes

yang diwakili oleh sub-variabel fisik - lingkungan sosial supermarket (X15), display

atraktif (X18) dan juga keamanan (X22) signifikan pada α = 1%. Sub-variabel lokasi

strategis (X19), image supermarket (X20) dan area parkir (X24) signifikan pada α =

5%, sedang untuk sub-variabel hubungan antar ruang (X16), sikap customer service

(X17), kenyamanan (X21) dan kejelasan harga (X23) ternyata tidak signifikan. Selain

itu, untuk variabel Situational causes yang diwakili sub-variabel promo

besar-besaran (X28) signifikan pada α = 1%, dan sub-variabel informasi promo (X26) dan

garansi termurah (X27) signifikan α = 5%, sedangkan sub-variabel perilaku sosial

(X25) tidak signifikan.

(23)

Keterbatasan : Penelitian ini mengacu 4 aspek utama terkait dengan pembelian yang dilakukan oleh wanita karier dengan mengadopsi hasil dari sejumlah penelitian sebelumnya yaitu person-related causes, product-related causes, shopping environment-related causes, dan situational causes. Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan aspek-aspek lain yang lebih relevan untuk bisa menjelaskan secara sistematis dan komprehensif tentang faktor-faktor yang memicu perilaku pembelian di supermarket.

Gambar

Tabel 5.4 Hasil uji hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Gambar di atas mengilustrasikan hubungan antara strategi bisnis, strategi IS, dan strategi IT dalam suatu pendekatan untuk menyusun strategi sistem dan teknologi informasi

layanan baik dalam kuantitas maupun kualitas sesuai dengan yang direncanakan. • Apakah aset dipelihara

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, kami menyampaikan permohonan hibah

5.19 Amati bahwa data tambahan dihasilkan dari file gambar untuk memenuhi tuntutan kerja sesuai dengan prosedur operasi standar.. 5.20 PastikYan bahwa prosedur pengeluaran

jarannya kepada guru keterampilan agar dapat membelajarkan kepada siswa yang lebih efektif dan ino- vatif. Pembelajaran berbasis kom- petensi diharapkan mampu

Murid mampu menulis kosa kata dan teks yang didengarnya dengan aksara Jawa.. Murid mampu menuliskan kembali kalimat yang didengarnya dengan aksara

[r]

[r]