PENETAPAN KADAR LOGAM BESI (Fe)
PADA AIR RESERVOIR DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR
PDAM TIRTANADI SUNGGAL SECARA KOLORIMETRI
TUGAS AKHIR
OLEH:
MAWAR SARI P
NIM 122410022
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Tugas Akhir dengan judul “Penetapan Kadar Logam Besi (Fe) Pada Air Reservoir
di Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi Sunggal Secara Kolorimetri”. Tugas
Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi USU.
2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Farmasi USU.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
4. Ibu Dra. Masria Lasma Tambunan, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dengan
penuh perhatian hingga selesainya Tugas Akhir ini.
5. Bapak Prof. Dr. Matheus Timbul Simanjuntak., M.Sc., Apt., selaku Dosen
6. Bapak Ir. Mawardi selaku Kepala PDAM Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Sunggal.
7. Bapak Iwan Setiawan sebagai Kepala Bagian Pengendalian Mutu PDAM
Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal.
8. Seluruh teman-teman seperjuangan Analis Farmasi dan Makanan 2012,
terima kasih atas kebersamaan dan semangatnya selama ini, serta masukan
dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis
yaitu T. Perangin-angin dan G. br. Ginting yang telah mendoakan dan
memberikan dukungan baik secara materiil maupun moril kepada penulis dalam
pengerjaan Tugas Akhir.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya Tugas Akhir (TA) ini masih
mempunyai kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan dan peningkatan mutu penulisan
Tugas Akhir (TA) di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir (TA) ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukannya.
Medan, Mei 2015
Penulis
Mawar Sari P
3.2 Alat ... 15
3.3 Bahan ... 15
3.4 Prosedur ... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17
4.1 Hasil ... 17
4.2 Pembahasan ... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 19
5.1 Kesimpulan ... 19
5.2 Saran ... 19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan; juga manusia
selama hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin naik
jumlah penduduk serta laju pertumbuhannya semakin naik pula laju
pemanfaatan sumber-sumber air. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat yang dengan sendirinya akan meningkatkan lagi aktivitas
penduduk serta beban penggunaan sumber daya air. Beban pengotoran air
juga bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai
akibatnya saat ini, sumber air tawar dan bersih menjadi semakin langka
(Slamet, 1994).
Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang
buruk, seperti timbulnya bau, menurunnya keanekaragaman dan
mengganggu estetika juga berdampak negatif bagi kesehatan makhluk
hidup, karena di dalam air yang tercemar selain mengandung
mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak
komponen-komponen beracun (Nugroho, 2006).
Besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat
dan dapat dibentuk. Di alam didapat sebagai hematit. Di dalam air minum
Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa,
pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh
dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali
disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini (Slamet, 1994).
Analisa kolorimetri ialah penentuan secara kuantitatif suatu zat
berwarna dari kemampuannya untuk mengabsorpsi cahaya tampak.
Kolorimetri visual berdasarkan perbandingan warna larutan yang
konsentrasinya tidak diketahui terhadap konsentrasi larutan atas suatu
deret larutan yang konsentrasinya diketahui. Pengertian lain tentang
kolorimetri ialah cara penetapan jumlah zat dengan memperhatikan
warnanya, atau lebih tepat memperhatikan intensitas (kekelaman) warna
larutannya (Jamil, 2007).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar logam Fe pada air reservoir I dan reservoir II
di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal.
2. Untuk mengetahui kadar logam Fe pada air reservoir I dan eservoir II
apakah memenuhi syarat sebagai air minum atau tidak berdasarkan
persyaratan yang ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/MENKES/PER/2010.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui
apakah kadar logam Fe pada air reservoir di Instalasi Pengolahan Air
(IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal telah memenuhi persyaratan Peraturan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air
Air dapat berwujud padatan (es), cairan, dan gas (uap air). Di mana air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus H2O yang
memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam,
gula, asam, beberapa jenis gas, dan banyak macam molekul organik. Air sering
disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia
(Achmad, 2004).
Air yang digunakan sebagai kebutuhan sehari–hari adalah air bersih,
berdasarkan PERMENKES RI NO 416/MENKES/PER/IX/1990 dimana air bersih
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari–hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih
ini diperoleh dari air tanah yang terdiri dari air sumur gali atau sumur bor, air
hujan, air ledeng, serta dari sumber mata air. Sebaiknya air tersebut tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa nyaman. Jika salah
satu syarat tersebut tidak terpenuhi maka besar kemungkinan air itu tidak sehat
karena mengandung beberapa zat kimia, mineral, ataupun zat organis/biologis
yang dapat mengubah warna, rasa, bau, dan kejernihan air (Effendi, 2003).
Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat
jumlahnya antara lain tergantung berat badan. Untuk orang dewasa kira-kira
memerlukan air 2,200 gram setiap harinya. Kegunaan air bagi tubuh manusia
antara lain untuk: proses pencernaan, metabolisme, mengangkut zat-zat makanan
dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai
tubuh kekeringan. Apabila tubuh kehilangan banyak air, maka akan
mengakibatkan kematian. Sebagai contoh: penderita penyakit kolera. Keadaan
yang membahayakan bagi penderita kolera adalah dehidrasi, artinya kehilangan
banyak air. Maka pertolongan pertama dan yang utama bagi penderita kolera
adalah pemberian cairan ke dalam tubuh penderita tersebut dengan menggunakan
garam oralit. Untuk menjaga kebersihan tubuh, diperlukan juga air. Mandi dua
kali sehari dengan menggunakan air bersih, diharapkan orang akan bebas dari
penyakit seperti kudis, dermatitis dan penyakit-penyakit yang disebabkan karena
fungsi (Sutrisno & Eni, 2004).
Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya,
dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga
bervariasi antar bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia
yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%,
otot 75,6%, dan darah 83% (Chandra, 2006).
Setiap hari kurang lebih 2,272 liter darah dibersihkan oleh ginjal dan sekitar
2,3 liter diproduksi menjadi urin. Selebihnya diserap kembali masuk ke aliran
darah. Dalam kehidupan sehari-hari, air dipergunakan antara lain untuk keperluan
minum, mandi, memasak, mencuci, membersihkan rumah, pelarut obat, dan
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air
bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih
yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata
kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40
galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,
standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2006).
2.2 Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air
permukaan, dan air tanah.
2.2.1 Air Angkasa (Air Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau
pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung
di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,
misalnya, karbon dioksida, nitrogen, dan amonia.
2.2.2 Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau,
telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air
hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan
2.2.3 Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan
mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air
hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah
menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah
memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lain. Pertama, air tanah
biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi
atau penyernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat
musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa
kerugian dan kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung
zat-zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat
mineral semacam magnesium, kalisum, dan logam berat seperti besi dapat
menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk mengisap dan mengalirkan air ke
atas permukaan, diperlukan pompa (Chandra, 2006).
2.3 Penggolongan dan Peruntukan Air
Mengingat pentingnya peranan air, jumlahnya yang terbatas, dan makin
tingginya intensitas pencemaran perairan, memerlukan upaya menjaga kualitas
air. Upaya menjaga kualitas air dapat dilakukan melalui pengelolaan air.
Misalnya, limbah cair yang dihasikan oleh suatu kegiatan industri harus diolah
lebih dahulu sebelum dibuang ke perairan umum sehingga tidak mencemari
sungai, waduk, danau, dan atau laut. Untuk mengendalikan pencemaran air,
a. Kelas satu, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas dua, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
c. Kelas tiga, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut
d. Kelas empat, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Masing-masing kelas air mempunyai kriteria sendiri, yaitu parameter mutu
(kualitas) air untuk kelas satu, dua, tiga, dan empat. Suatu badan air dapat
diketahui kualitas airnya (tercemar atau tidak) melalui analisis contoh air di
laboratorium dan membandingkannya dengan kriteria mutu air dari setiap kelas
air. Badan air dapat berupa sungai, waduk, danau, rawa, dan air tanah. Apabila
hasil analisis menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar, maka sejak dini
2.4 Pencemaran Air
Pencemaran air adalah adanya suatu penyimpangan dari sifat-sifat air dari
keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini
tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air
sudah tercemar. Misalnya, walaupun di daerah penggunungan atau hutan yang
terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan yang
turun di atasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut, seperti karbon dioksida,
oksigen, dan nitrogen, serta bahan-bahan tersuspensi lainya seperti debu dan
partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfer (Kristanto, 2002).
Air yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi merupakan
air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi
batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal
untuk keperluan tertentu, misalnya untuk air minum (air ledeng atau air sumur ),
berenang, rekreasi, mandi, kehidupan hewan air, pengairan dan keperluan industri.
Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batas
pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda (Kristanto, 2002).
Pencemaran air dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau
punahnya populasi organisme perairan seperti benthos, perifiton dan plankton.
Dengan menurunnya atau punahnya organisme tersebut maka sistem ekologis
perairan dapat terganggu. Sistem ekologis perairan (ekosistem) mempunyai
kemampuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar sejauh
bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung lingkungannya
maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi (Nugroho, 2006).
Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang buruk, seperti
timbulnya bau, menurunnya keanekaragaman dan mengganggu estetika juga
berdampak negatif bagi kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang
tercemar selain mengandung mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak
komponen-komponen beracun (Nugroho, 2006).
Logam berat (heavy metals), atau logam toksik (toxic metals) adalah
terminologi yang umumnya digunakan untuk menjelaskan sekelompok
elemen-elemen logam yang kebanyakan tergolong berbahaya bila masuk ke dalam tubuh
makhluk hidup. Logam berat yang terdapat baik di lingkungan maupun di dalam
tubuh manusia dalam konsentrasi yang sangat rendah disebut juga trace metals.
Trace metals seperti kadmium (Cd), timbal (Pb), dan merkuri (Hg) mempunyai
berat jenis sedikitnya 5 kali lebih besar dari pada air (Nugroho, 2006).
Logam berat sebagai salah satu sumber pencemar anorganik yang masuk ke
dalam perairan tersebut dapat berasal dari :
a. Pelapukan batu yang mengandung logam berat. Pencemaran ini
bersifat alamiah
b. Industri yang memproses biji tambang
c. Pabrik-pabrik dan industri yang mempergunakan logam berat di dalam
proses produksinya
e. Logam berat yang berasal dari ekskreta manusia dan hewan karena
tidak sengaja mengkonsumsi sumber makanan yang terkontaminasi
oleh logam berat (Nugroho, 2006).
Meskipun manusia tidak secara langsung mengkonsumsi logam berat,
namun secara tidak langsung logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui air minum dan makanan yang dikonsumsinya. Air yang tersimpan pada
malam hari di dalam pipa-pipa saluran air dapat menyebabkan meresapnya timbal
dan kadmium dari pipa ke dalam air yang akan dikucurkan (Nugroho, 2006).
Polutan logam mencemari lingkungan, baik di lingkungan udara, air, dan
tanah yang berasal dari proses alami dan kegiatan industri. Proses alami antara
lain siklus alamiah sehingga bebatuan gunung berapi bisa memberikan kontribusi
ke lingkungan udara, air, dan tanah. Kegiatan manusia yang bisa menambah
polutan bagi lingkungan berupa kegiatan industri, pertambangan, pembakaran
bahan bakar, serta kegiatan domestik lain yang mampu meningkatkan kandungan
logam di lingkungan udara, air, dan tanah. Pencemaran logam di darat, yakni di
tanah, selanjutnya akan mencemari bahan pangan, baik yang berasal dari tanaman
atau hewan dan akhirnya dikonsumsi oleh manusia. Pencemaran logam, baik dari
industri, kegiatan domestik, maupun sumber alami dari batuan akhirnya sampai ke
sungai/laut dan selanjutnya mencemari manusia melalui ikan, air minum, atau air
sumber irigasi lahan pertanian sehingga tanaman sebagai sumber pangan manusia
tercemar logam. Pencemaran logam melalui udara terjadi melalui beberapa jalur.
Salah satunya adalah melalui kontak langsung dengan manusia atau proses
2.5 Logam Besi (Fe)
Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir
setiap tempat di bumi. Pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada
umumnya besi yang ada dalam air dapat bersifat:
a. Terlarut sebagai Fe2+ (ferro) atau Fe 3+ (ferri)
b. Tersuspensi sebagai butir kolodial (diameter < 1 µm) atau lebih besar
c. Tergabung dengan zat organik atau zat padat yang inorganik (seperti
tanah liat)
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/l, tetapi
di dalam air tanah kadar Fe dapat lebih jauh lebih tinggi. Zat besi merupakan
suatu komponen dari berbagai enzim yang mempengaruhi seluruh reaksi kimia
yang penting di dalam tubuh. Besi juga merupakan komponen dari hemoglobin,
yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dan mengantarkannya ke
jaringan tubuh (Nainggolan & Susilawati, 2011).
Besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat
dibentuk. Di alam didapat sebagai hematit. Di dalam air minum Fe menimbulkan
rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi
dan kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh pembentukan hemoglobin. Banyaknya
Fe di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat
mengekskresikan Fe. Karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah,
warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan
oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian
diakumulasikan di dalam alveoli, dan menyebabkan berkurangnya fungsi
paru-paru (Slamet, 1994).
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa.
Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh sebagai alat angkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam
sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.
Walaupun terdapat luas di dalam makanan banyak penduduk dunia mengalami
kekurangan besi, termasuk Indonesia. Kekurangan besi sejak tiga puluh tahun
terakhir diakui berpengaruh terhadap produktivitas kerja, penampilan kognitif,
dan sistem kekebalan (Almatsier, 2004).
2.6 Analisa Kolorimetri
Analisa kolorimetri ialah penentuan secara kuantitatif suatu zat berwarna
dari kemampuannya untuk mengabsorpsi cahaya tampak. Kolorimetri visual
berdasarkan perbandingan warna larutan yang konsentrasinya tidak diketahui
terhadap konsentrasi larutan atas suatu deret larutan yang konsentrasinya
diketahui. Pengertian lain tentang kolorimetri ialah cara penetapan jumlah zat
dengan memperhatikan warnanya, atau lebih tepat memperhatikan intensitas
(kekelaman) warna larutannya. Diambil contoh pada kehidupan sehari-hari,
mengenal juga apa yang disebut dengan kolorimetri, misalnya: segelas minuman
kopi dapat dibandingkan dengan segelas lainnya, maka dari intensitas warnanya
berapa kopi dipergunakan, dapat digunakan dengan membandingkan dengan
standar (Jamil, 2007).
Penentuan berdasarkan kolorimetri dilakukan dengan sederetan larutan,
masing-masing diketahui dengan tepat konsentrasinya.
Larutan yang dicari konsentrasinya dibandingkan dengan deretan standar.
Konsentrasi yang dicari adalah konsentrasi standar yang warnanya sama dengan
larutan yang dianalisa. Kemungkinan besar tidak satupun standar yang warnanya
sama, tetapi intensitas warna larutan cuplikan terdapat diantara dua buah standar.
Artinya konsentrasi larutan terdapat diantara konsentrasi kedua standar tersebut
(Jamil, 2007).
Menurut Basset (1994), kolorimetri terbagi menjadi dua, yakni:
1. Kolorimetri visual, dan
2. Kolorimetri fotolistrik.
Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya
digunakan sebagai sumber cahaya. Penetapannya biasa dilakukan dengan suatu
instrumen sederhana yang disebut kolorimeter pembanding (comparator) warna,
dan perbedaan intensitas warna dilihat dengan menggunakan mata. Sementara itu,
dalam kolorimetri fotolistrik, sel fotolistrik digunakan untuk mengukur intensitas
cahaya. Pada alat ini cahaya yang digunakan dibatasi dalam jangka panjang
gelombang yang relatif sempit dengan melewatkan cahaya putih melalui
filter-filter dalam bentuk lempengan berwarna yang terbuat dari kaca, gelatin, dan
Keuntungan utama metode kolorimetri adalah bahwa metode ini
memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Batas atas metode kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen yang
ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2%. Kriteria untuk hasil analisis
kolorimetri yang memuaskan:
1. Kespesifikan reaksi warna
Reaksi warna yang dipilih hendaklah merupakan reaksi yang spesifik
(hanya menghasilkan warna untuk zat sehubungan saja).
2. Kestabilan warna
Reaksi warna yang dipilih hendaknya menghasilkan warna yang
cukup stabil (periode warna maksimum cukup panjang) untuk
memungkinkan pengambilan pembacaan yang tepat. Dalam ini
pengaruh zat-zat lain dan kondisi eksperimen (temperatur, pH)
haruslah diketahui.
3. Kejernihan larutan
Larutan harus bebas dari endapan karena kekeruhan akan
menghamburkan maupun menyerap cahaya.
4. Kepekaan tinggi
Diperlukan reaksi warna yang sangat peka bila kuantitas zat yang akan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat
Penetapan kadar logam besi (Fe) dilakukan di Instalasi Pengolahan Air
(IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal Jl.Sunggal Pekan no. 1 Medan.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah colorimeter DR/890 dan kuvet.
3.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel air reservoir I dan
reservoir II, ferro ver iron powder pillow.
3.4 Prosedur
1. Dipastikan analis telah memakai alat pengaman.
2. Ditekan “PRGM”dan tekan “33” untuk analisa besi.
3. Ditekan “Enter”, layar akan menunjukkan mg/l Fe.
4. Diisi botol sampel pertama (sebagai blanko) dan kedua (sebagai sampel)
dengan 10 ml sampel air.
5. Ditambahkan 1 bungkus ferro ver iron powder pillow kedalam botol
sampel aduk hingga larut.
6. Ditekan “Timer dan Enter”,tunggu selama 3 menit.
7. Dimasukkan blanko ke tempat sel dan tutup.
8. Ditekan “Zero”, kemudian layar akan menunjukkan 0,00 mg/l Fe.
9. Dimasukkan botol sampel ke tempat sel dan tutup.
11.Ditampung sisa sampel yang telah tercemar bahan kimia dan sisa kemasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Hasil analisa kadar logam Fe pada sampel air reservoir I dan reservoir II
yang dilakukan di laboratorium instalasi pengolahan air (IPA) PDAM Tirtanadi
Sunggal pada tanggal 25 Februari 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan kadar logam besi (Fe) pada air reservoir
Parameter Satuan
Air reservoir adalah air yang telah melalui filter dan sudah dapat dipakai
untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan di
tampung pada bak reservoir (tandon) untuk diteruskan pada konsumen (Sutrisno
& Eni, 2004).
Penentuan kadar logam besi (Fe) dengan menggunakan metode kolorimetri
memiliki banyak kelebihan seperti pekerjaannya lebih cepat, peralatan yang
digunakan lebih sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Batas atas metode kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen yang
ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2%. Sehingga kadar logam besi (Fe) dalam
air dapat diketahui konsentrasinya (Basset, 1994).
Berdasarkan hasil pembacaan kolorimeter yang diperoleh, kadar logam besi
air PDAM Tirtanadi Sunggal memenuhi syarat Permenkes No.
492/Menkes/Per/IV/2010 Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.
Hal ini berdasarkan pada syarat Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010
Tanggal 19 April 2010 dimana kadar logam besi (Fe) yang diperbolehkan yaitu
lebih kecil 0,3 mg/l. Dari uraian di atas, air reservoir yang di uji kadar logam
besinya telah dapat di distribusikan kepada masyarakat karena telah memenuhi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
-Kadar logam besi (Fe) pada air reservoir I = 0,05 mg/l reservoir II = 0,04
mg/l.
-Dari hasil pemeriksaan pada air reservoir terhadap kadar logam besi (Fe)
yang telah dilakukan di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM
Tirtanadi Sunggal telah memenuhi kriteria standar mutu yang
ditetapkan oleh Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
5.2 Saran
-Diharapkan PDAM Tirtanadi semakin meningkatkan pengolahan air
dengan kualitas air yang baik untuk konsumen.
-Diharapkan PDAM Tirtanadi merupakan Perusahaan Daerah Air Minum
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Halaman 15.
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 249.
Basset, J. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Halaman 31-32.
Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC. Halaman 39, 49.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 106.
Jamil, C.A.Z. (2007). Kimia Analisa Untuk Teknik Kimia. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. Halaman 125-126.
Kristanto, P. (2002). Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi. Halaman 71-73.
Manik, K. (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan. Halaman 132-133.
Nainggolan, H., Dan Susilawati. (2011). Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan dan Air Gambut Menjadi Air Bersih. Medan: USU Press. Halaman 56.
Nugroho. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti. Halaman 10, 14-15.
Slamet, J. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 108, 114.
Sutrisno, T., dan Eni S. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 10-11, 14.