• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA SUAMI PEROKOK DENGAN BAYI BERAT

LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD Dr. PIRNGADI

MEDAN TAHUN 2013

SURIYANTI SIREGAR

125102090

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

HUBUNGAN ANTARA SUAMI PEROKOK DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN

2013

Abstrak

Suriyanti Siregar

Latar belakang : bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan penyumbang terbesar kematian dan kesakitan bayi. Kejadian bayi berat lahir rendah berhubungan dengan banyak faktor seperti faktor kesehatan ibu, perilaku selama hamil, lingkungan serta faktor janin dan plasenta. Perilaku yang buruk selama kehamilan seperti paparan asap rokok dapat mempengaruhi suplai oksigen dari tubuh ibu ke janin dan plasenta. Paparan asap rokok juga dapat menurunkan kadar asam folat ibu yang berakibat terganggunya pertumbuhan janin di dalam kandungan.

Tujuan : untuk mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 76 orang. Pengambilan sampel diakukan secara sampling aksidental. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013. Analisa data digunakan dengan chi square. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Maret 2013.

Hasil : hasil uji statistik fisher’s exact test diperoleh ada hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) (nilai p = 0,000)

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa Suami Perokok mempengaruhi terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR). Oleh karena itu disarankan kepada responden untuk meningkatkan pemahaman bahaya rokok terhadap kesehatan, terutama terhadap janin dan kemudian berupaya untuk mengendalikan resiko yang terjadi terutama BBLR .

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul, “Hubungan antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program D-IV Bidan Pendidik Falkultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Pelaksana Program Studi D-IV Bidan Pendidik Falkultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Mula Tarigan, SKp. M. Kes selaku pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah dapat menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan berharga dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan SMF Obgyn yang telah memberikan izin kepada penulis tempat untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh dosen dan staf administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Falkultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta nasehat selama menjalani penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

(5)

7. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti menyadari atas kekurangan dari Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk melakukan koreksi dan kritik untuk kesempurnaan laporan ini, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Medan, Januari 2013

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. PEROKOK

B. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 1. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBR). ... 12

2. Pengaruh Paparan Asap rokok terhadap BBLR. ... 13

3. Penyebab Kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). ... 14

4. Tanda Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). ... 15

5. Gmbaran klinis. ... 16

(7)

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konseptual ... 19

B. Hipotesis ... 19

C. Defenisi OperasionL ... 20

BAB IV METODOOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 21

B. Populasi dan sampel ... 21

C. Tempat Penelitian ... 22

D. Waktu Penelitian ... 22

E. Etika Penelitian ... 22

F. Instrument Penelitian ... 22

G. Pengumpulan Data ... 24

H. Analisa Data ... 25

BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian . ... 27

1. Analisa Univariat. ... 27

2. Analisa Bivariat. ... 29

B. Pembahasan. ... 30

1. Interpretasi data diskusi hasil. ... 30

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. ... 36

B. Saran. ... 36

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 ... 27

Tabel 5.2 Distribusi Suami perokok dan tidak merokok di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2013 ... 28

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi jumlah BBLR di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 ... 29

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “ Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2013……… 19

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Time Table

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Master Data Penelitian

Lampiran 5 : Hasil Output Data Penelitian

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawata USU

Lampiran 7 : Balasan Surat Izin Penelitian dari RSU Dr. Pirngadi Medan Lampiran 8 : Daftar Konsultasi

(11)

HUBUNGAN ANTARA SUAMI PEROKOK DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN

2013

Abstrak

Suriyanti Siregar

Latar belakang : bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan penyumbang terbesar kematian dan kesakitan bayi. Kejadian bayi berat lahir rendah berhubungan dengan banyak faktor seperti faktor kesehatan ibu, perilaku selama hamil, lingkungan serta faktor janin dan plasenta. Perilaku yang buruk selama kehamilan seperti paparan asap rokok dapat mempengaruhi suplai oksigen dari tubuh ibu ke janin dan plasenta. Paparan asap rokok juga dapat menurunkan kadar asam folat ibu yang berakibat terganggunya pertumbuhan janin di dalam kandungan.

Tujuan : untuk mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 76 orang. Pengambilan sampel diakukan secara sampling aksidental. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013. Analisa data digunakan dengan chi square. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Maret 2013.

Hasil : hasil uji statistik fisher’s exact test diperoleh ada hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) (nilai p = 0,000)

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa Suami Perokok mempengaruhi terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR). Oleh karena itu disarankan kepada responden untuk meningkatkan pemahaman bahaya rokok terhadap kesehatan, terutama terhadap janin dan kemudian berupaya untuk mengendalikan resiko yang terjadi terutama BBLR .

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990 yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Dari data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dari tahun 2003 turun menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 sudah turun menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2010, dalam Amalia, 2011).

Di Indonesia secara umum berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian bayi (AKB), berada pada angka 34 per 1.000 kelahiran hidup. Di Sulawesi Selatan Berdasarkan profil kesehatan dalam tahun 2008, angka kematian bayi mencapai 4,39 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Negara berkembang relatif masih tinggi. Angka tersebut bervariasi di setiap daerah. Hasil riset kesehatan 2007, menyinpulkan bahwa kejadian BBLR secara proporsional untuk tingkat nasional mencapai 15%. Hasil studi 3 wilayah, presentase kejadian BBLR terendah di Propinsi Bali sebesar 5,8%, tertinggi di propinsi Papua sebesar 27,0% dan Sulawesi Selatan mencapai 1,36% (Rakhmawati dan Jaya, 2010).

(13)

memadai. Dengan di lakukannya analisis faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR berdasarkan data SDKI pada tahun 1994 maka hasilnya diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan untuk perencanaan program kesehatan ibu dan anak (KIA) terutama dalam upaya menurunkan kejadian BBLR (Kristanti dkk 1996).

Bayi berat lahir rendah merupakan penyumbang terbesar kematian dan kesakitan bayi. Kejadian bayi berat lahir rendah berhubungan dengan banyak faktor seperti faktor kesehatan ibu, perilaku selama hamil, lingkungan serta faktor janin dan plasenta. Perilaku yang buruk selama kehamilan seperti paparan asap rokok dapat mempengaruhi suplai oksigen dari tubuh ibu ke janin dan plasenta. Paparan asap rokok juga dapat menurunkan kadar asam folat ibu yang berakibat terganggunya pertumbuhan janin di dalam kandungan (Irnawati dkk, 2011).

Berat badan bayi ibu perokok pada umumnya kurang dan mudah menjadi sakit. Berat badan bayi tersebut lebih rendah 40-400 gram dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu bukan perokok. Sekitar 75% dari ibu-ibu hamil yang merokok satu bungkus sehari mungkin akan melahirkan anak yang beratnya kurang dari 2500 gram, dan persentase ini meningkat menjadi 12% pada ibu-ibu hamil yang menghabiskan dua bungkus rokok seharinya (Aditama, 1997).

Merokok selama hamil berkaitan dengan keguguran, perdarahan vagina, kelahiran prematur, dan BBLR. Kejadian BBLR pada pada ibu perokok adalah dua kali lipat dibanding yang bukan perokok dan perokok ringan (<5 rokok sehari) dikaitkan dengan peningkatan kejadian BBLR. Secara keseluruhan tingkat kejadian BBLR adalah 8,8% untuk kelahiran perokok dan 4,5% untuk kelahiran bukan perokok. Di antara perokok, tingkat BBLR terus meningkat dengan meningkatnya konsumsi rokok ( Ventura,et al, 2003 dalam Amalia ,2011).

(14)

janin prenatal, bahkan dapat menyebabkan meromelia. Sekalipun telah diperingatkan bahwa rokok dapat merusak perkembangan janin, masih ada 25 % wanita tetap merokok selama kehamilannya. Pada perokok berat 20 batang atau lebih perhari, dapat menyebabkan kelahiran prematur dua kali lebih sering dibanding ibu – ibu yang tidak merokok, dan bayinya memiliki berat badan rendah (kurang dari 2000 gram), yang sering menyebabkan kematian janin (Razak, 2005 dalam Oktavianis 2011).

Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun, antara lain Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah kramp, sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek. Gas CO dapat pula menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah). Nikotin juga merangsang peningkatan tekanan darah. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (pengumpalan) kedinding pembuluh darah. Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah), mempermudah pengumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer (Sirajuddin dkk 2011).

Radikal bebas akan merusak tiga komponen molekul utama dari sel tubuh yaitu lipid, protein dan DNA. Kerusakan pada lipid disetiap oksidasi dan pada proses dasar oksidasi DNA sel akan mengganggu integritas sel, sehingga akan menimbulkan kematian sel ( Haliwell and

Gutteridge, 1999).

(15)

dapat meningkatkan risiko terjadinya bayi berat lahir rendah pada ibu hamil perokok pasif adalah riwayat BBLR sebelumnya (Irnawati dkk, 2011).

Dampak negatif rokok dan asapnya terhadap ibu hamil diantaranya ancaman persalinan prematur, ketuban pecah sebelum waktunya, ancaman lepasnya plasenta sebelum lahir, plasenta previa, sedangkan dampak terhadap janin adalah berat badan janin lebih rendah dari normal, kematian janin di dalam rahim, miningkat kematian janin mendadak ( Sudden Infant Death Syndrom/SIDS ) ( Valleria, 2009 ).

Yuliana (2009) dalam tuisannya mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan Oleh

British Medica Association Tobacco Control Resource Centre menunjukkan bahwa ibu yang merokok selama kehamilan memiliki resiko melahirkan BBLR sebesar 1,5-9,9 kali dibandingkan dengan berat badan lahir bayi dari ibu yang tidak merokok, ditambah lagi menurut Kuroki (1988) mengatakan bahwa 1,34% dari wanita perokok tidak melahirkan bayi cacat dengan kelainan berupa polidaktili, talipes, kelainan anorectal, kelainan gigi dan magrognatia.

Data yang dihimpun selama tiga tahun terakhir oleh Stephen G. Grant, peneliti kesehatan lingkungan di Universitas Pittsburgh, menunjukkan bahwa wanita yang menjadi perokok pasif melahirkan bayi yang mengalami mutasi genetis atau sama halnya wanita perokok. Menurutnya perokok pasif memiliki pengaruh buruk bagi janin. Hasil penelitiannya ini dimuat dalam online jurnal BMC Pediatric (Maulana, 2009 dalam Amalia, 2011).

(16)

merokok, tubuh bayi juga akan terkena kontaminasi asap tembakau, terlebih banyak bila anda sendiri yang merokok (Onggo, 2010 dalam Amalia, 2011).

Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah di rumah sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui “Apakah Ada Hubungan Antara Suami Perokok Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2013?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik Responden di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013. b. Mengetahui jumlah suami yang merokok dan tidak merokok pada kasus BBLR di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

c. Mengetahui jumlah bayi BBLR di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

(17)

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi pihak Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam peningkatan kualitas pelayanann pada perinatologi serta memberikan pelayanan dan perawatan pada bayi berat lahir rendah dengan optimal.

b. Bagi peneliti yaitu dapat diketahui dengan jelas tingkat hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah dan menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai penerapan ilmu dan bahan informasi serta acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

c. Bagi Institusi pendidikan sebagai sumber bacaan dan referensi di Perpustakaan untuk menambah wawasan mahasiswa Progam D IV Bidan Pendidik.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perokok

1. Pengertian Perokok

Menurut Sitepoe, M. (1997) Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara

70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi

daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan

membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Merokok adalah suatu kata kerja yang berarti melakukan kegiatan atau aktifitas menghisap, sedangkan perokok adalah orang yang suka merokok (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).

Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok. Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, Tar, dan Carbon monoksida (CO). Nikotin menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.

(19)

merokok bukan saja merugikan siperokok, tetapi juga bagi orang yang berada di sekitarnya. Bahkan organisasi kesehatan sedunia telah memberikan peringatan bahwa dalam dekade 2020-2030 tembakau akan membunuh 10 juta orang per tahun, 70% diantaranya terjdi di negara-negara berkembang (Proverawati dan Rahmawati, 2012).

2. Komponen Racun dalam rokok

Komponen Racun dalam rokok yaitu : 1.Zat Kimia

(20)

meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard.

2. Nikotin

Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainnya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang.

Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meransang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit (pengumpulan) ke dinding pembuluh darah.

3. Timah Hitam (Pb)

Timah hitam yang dihasilkan oleh batang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis di isap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh.

4. Gas Karbonmonoksida

(21)

Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebutnya “di sisi” hemoglobin. Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah mencapai 4-1 persen. Karbon monoksida menimbulkan desaturasasi hemoglobin, menurunkan lansung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian,CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah pengumpulan darah. Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbunya pengumpulan darah. Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Di bandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.

5. Tar

Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg. (Rahmawati, 2012).

3. Bahaya Perokok Aktif dan Perokok Pasif

(22)

penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker esofagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin. Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari secondhand-smoke, yaitu asap rokok yang menghirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok. Ini sering disebut juga dengan perokok pasif (Proverawati dan Rahmawati, 2012).

Merokok baik secara aktif maupun secara pasif membahayakan tubuh, diantaranya seperti menyebabkan kemandulan dan impotensi, kanker rahim dan keguguran, kerontokan rambut, gangguan pada mata seperti katarak, kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok, menyebabkan paru-paru kronis, merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap, menyebabkan stroke dan serangan jantung, tulang lebih mudah patah, dan menyebabkan kanker kulit.

Merokok sangat berbahaya bagi wanita hamil, baik perokok pasif yang terpapar asap rokok. Ini karena ada zat kimia yang berbahaya masuk ke dalam jaringan, dan meresap kepada janin yang sedang berkembang di dalam rahim (Sitorus, 2010).

(23)

B. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

1. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan salah satu komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan kematian. BBLR kemungkinan dapat prematur (kurang bulan), dan dapat juga dismatur (BBLR tidak sesuai usia kehamilan), penyebab bayi baru lahir rendah sebagian belum diketahui namun kebanyakan karena komplikasi pada saat ibu hamil (Deslidel dkk, 2011).

2. Pengaruh Paparan Asap Rokok terhadap BBLR

Penelitian tentang pengaruh paparan asap rokok selama kehamilan terhadap kejadian BBLR belum banyak dilakukan. Fakta ilmiah membuktikan rorok menyebabkan kanker paru, risiko penyakit kardiovaskular, aterosklerosis, penyakit jantung koroner. Transmisi unsur karsigonik jantung koroner. Transmisi unsur karsinogenik dapat menyebabkan kelahiran prematur, gangguan perkembangan postnatal dan Fetal hypoxemia melalui reduksi darah dari plasenta (Shiono dkk, dalam Sirajuddin dkk, 2011).

(24)

BBLR 40 kali beresiko mengalami kematian. Komlpikasi yang ditimbukan antara lain : hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, paten duktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler, dan opnoe. Selanjutnya akan mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, penyakit paru kronis yang berakibat pada peningkatan mortalitas, serta tingginya biaya perawatan yang di butuhkan (Irnawati dkk, 2011).

Kelahiran BBLR pada hamil perokok pasif yang mempunyai riwayat BBLR terdahulu beresiko untuk kelahiran BBLR. Ibu yang mempunyai riwayat pernah melahirkan BBLR cenderung lebih sering untuk melahirkan kembali BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah melahirkan. Faktor medis dan non medis pada kehamilan sebelumnya diduga menjadi penyebabnya. Faktor-faktor tersebut kembali berperan dalam kehamilan selanjutnya. Faktor medis dan non medis ini kadang-kadang tidak dapat diperbaiki, sehingga dibutuhkan perhatian khusus pada kelompok bagi ibu perokok pasif yang dapat memperbaiki risiko kelahiran BBLR.

(25)

janin di dalam kandungan. Karena ibu dengan status gizi dan terpapar asap rokok selama kehamilan lebih beresiko untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar.

Ibu hamil diharapkan dapat menghindari asap rokok selama kehamilan, terutama ibu dengan riwayat BBLR pada persalinan sebelumnya dan ibu hamil dengan status gizi buruk. Bila para prokok aktif yang tingga serumah dengan ibu hamil tidak dapat menghentikan kebiasaan merokok, disarankan agar tidak merokok selama berada di dekat ibu hamil terutama di dalam rumah (Irnawati dkk, 2011).

3. Penyebab kelahiran Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Penyebab kelahiran BBLR yaitu bisa dari faktor ibu, diantaranya status gizi ibu hamil pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun berkurang, peyakit yang di derita ibu selama hamil, dan paparan asap rokok saat hamil, toksemia gravidarum, yaitu preeklampsia dan eklampsia, kelainan bentuk uterus (misalnya uterus bikornis, inkompeten serviks), tumor (misalnya mioma uteri, sistoma), Ibu yang menderita penyakit panas tinggi (misalnya tifus abdominal, malaria), Trauma pada masa kehamilan seperti jatuh dan stress, usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, plasenta previa dan solusio plasenta (Pantiawati, 2010).

4. Tanda Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

(26)

37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, kuku panjang belum melewati ujung jari, Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, Lingkar dada sama dengan atau sama dengan atau kurang dari 30 cm, Rambut lanugo masih banyak, Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang, Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga tidak teraba tulang rawan daun telinga, Tumit mengkilap, alat kelamin pada laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum turun kedalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, fungsi saraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap, menelan dan batuk masih lemah, jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang (Pantiawati, 2010).

5. Gambaran Klinis

Banyak masalah klinis yang di hadapi bayi BBLR baik prematur dikarenakan belum maturnya fungsi-fungsi tubuh untuk hidup di luar uterus. Masalah-masalah tersebut, antara lain :

a. Masalah pernafasan, antara lain: sindrom kegawatan pernapasan, dispasia bronkopulmonal, pneumotoraks, pneumomediastinum, emfisema, pneumonia kongenital, hipoplasia paru, perdarahan paru dan apneu.

b. Masalah saluran pencernaan, antara lain : mortalitas jelek, entrokolitis nekrotikans, anomali kongenital yang mennghasikan polihidramnion.

(27)

d. Masalah pada ginjal, antara lain : hiponatremia, hipernatremia, hiperkalemia, asidosis tubular ginjal, glikosuri ginjal, edema.

e. Masalah kardiovaskular, antara lain : duktus arterius paten, hipotensi, hipertensi, breadikardia dengan apneu, malformasi kongenital.

f. Masalah hematologis, antara lain : anemia, hiperbillirubinemia, subkutan dan organ, koagulati intravaskular tersebar, defisiensi Vitamin K, hidropisum atau non imun.

g. Masalah pasa susunan saraf pusat, antara lain : perdarahan intraventrikuer, leukomalasia, periventrikular, enselopati kejang retinopati, ketulian, hipotonia, masalah lain, antara lain : infeksi (kongenital, perinatal, nosokomial) (Vince dalam Purnamaningrum, 2010).

6. Penatalaksanaan

Berbagai masalah klinis yang dihadapi BBLR disebabkan karena belum maturnya organ-organ, untuk itu diperlukan perhatian dan perawatan khusus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Menurut Shann dan Vince tahun 2003 ada empat prinsip dalam perawatan BBLR, yaitu menjaga bayi tetap berwarna merah muda, menjaga bayi tetap hangat, memenuhi kebutuhan makan dan minum, serta pencegahan infeksi. (Kholifah, 2006 dalam Purnamaningrum,2010).

1. Jaga bayi tetap berwarna muda a. Pemberian oksigen

Ekspansi paru-paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm sebagai akibat jaringan paru-paru yang kurang berkembangan yaitu tidak adanya aveoli dan surfaktan.

(28)

dipertahankannya maka harus dilakukan pengujian secara teratur. Oksigen hanya diperlukan bila bayi mengalami sianosis dan kesulitan bernafas. Oksigen diberikan dengan aliran rendah untuk membuat bayi tetap berwarna merah muda ( kurang lebih 0.5% liter/menit da tidak boleh lebih dari 10 liter/menit). (Vince.2003 dalam Purnamaningrum, 2010).

b. Pencegahan terjadinya Apnoe

Apnoe umum terjadi pada bayi dengan umur gestasi kurang dari 32 minggu sehingga diperlukan aat untuk memonitor apnoe bila tersedia. Dapat juga di berikan Aminophyllin (Vince,2003 dala Purnamaningrum, 2010).

2. Jaga kesehatan tubuh bayi

(29)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “ Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013” sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan kerangka konseptual maka dapatlah dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut :

. 1. Ha=Ada hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan 2013.

(30)

C. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur

Skala

(31)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian korelasional yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian (Suyanto & Salamah, 2009), yaitu untuk mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bapak yang mempunyai bayi baru lahir dan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Adapun kasus BBLR yang ada di RSUD Dr. Pirngadi Medan 116 bayi berat lahir rendah pada Tahun 2011.

2. Sampel

(32)

Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002) yaitu :

Kriteria Inklusi

1) Semua Suami yang mempunyai bayi baru lahir dan bayi berat badan lahir rendah (BBLR).

2) Suami Perokok. b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).

1) Kriteria eksklusi penelitian ini adalah suami perokok yang memiliki bayi dengan gangguan perkembangan postnatal dan fetal hypoxemia.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan pada bulan Februari - Maret tahun 2013.

E. Etika Penelitian

(33)

Universitas Sumatera Utara kemudian penulis mengajukan permohonan izin penelitian kepada RSUD Dr. Pirngadi Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu peneliti Akan memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian dan juga menjelaskan bahwa kuesioner ini untuk mengetahui adakah hubungan antara suami perokok dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial nama. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang akan digunakan yaitu kuesioner tertutup yang terdiri dari :

a. Kuesioner Perokok yang terdiri dari tujuh pertanyaan.

b. Kuesioner yang berbentuk lembar observasi (lembar checklist). 2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan untuk pencapaian tujuan penelitian adalah data primer dan sekunder.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama yang berhubungan dengan peneitian biasanya dapat melalui wawancara dengan bapak-bapak yang mempunyai bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dengan menggunakan kuesioner berupa daftar

(34)

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Penulis mengajukan permohonan izin untuk melakukan survey awal penelitian kepada program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Penulis mengajukan permohonan izin survey awal kepada RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

untuk melihat populasi dan sampel penelitian.

3. Setelah melakukan survey awal, penulis mengajukan permohonan izin penelitian kepada RSUD Dr. Pirngadi Medan yang sebelumnya telah disetujui oleh program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Pada proses pengumpulan data dari responden penulis akan menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden dan meminta kesediaannya untuk menjadi subjek penelitian.

5. Setelah respoden setuju, penulis akan menjelaskan cara pengisian kuesioner pada responden.

6. Penulis akan mengingatkan kepada responden untuk mengisi kuesioner dengan jujur serta mengingatkan kepada responden agar mengisi semua daftar pertanyaan pada kuesioner tersebut.

7. Penulis akan mengambil kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden dan memeriksa kelengkapan jawaban responden.

(35)

H. Rencana Analisa Data

1. Pengolahan Data

a. Editing, yaitu memeriksa kembali apakah ada jawaban responden atau hasil observasi yang ganda atau belum dijawab, jika terdapat kekeliruan maka akan dilakukan pendataan ulang.

b. Coding, yaitu melakukan pemberian kode checklist untuk setiap pertanyaan untuk mempermudah pengolahan data.

c. Prosessing, yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang berbentuk kode (angka atau huruf) akan dimasukkan ke dalam program atau “software”

komputer.

d. Cleaning, yaitu apabila semua data dari reponden selesai dimasukkan, penulis akan mengecek kembali untuk melihat adanya kesalahan atau ketidaklengkapan data. Jika terdapat kekeliruan di dalamnya, maka akan dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisa Data

Analisa data hasil penelitian hendaknya diawali dengan anaisis yang sederhana agar dapat mengenal dengan baik data yang sederhana agar dapat mengenal dengan baik data yang dihadapi kemudian perlu dilanjutkan dengan analisis yang lebih kompleks sesuai dengan tujuan penelitian. Analisa dilakukan dengan dua cara yaitu :

a.Analisis Univariat :

(36)

b. Analisis Bivariat :

Analisa ini mempunyai tujuan untuk mencari Hubungan antara variabel, yaitu variabel independen (suami perokok) dengan variabel dependen (BBLR)dan dilakukan uji statistik dengan melakukan Chi-square. Untuk uji hipotesis yang digunakan adalah Chi-square Test dengan kemaknaan signifikan 0,05 dengan df=2 untuk mengetahui apakah ada hubungan antara suami perokok dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Apabila uji chi-square

(37)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013. Adapun jumlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah 76 responden.

1. Analisis Univariat

a. Data demografi

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 76 responden penelitian mayoritas berumur 20-35 tahun sebanyak 44 orang (57,9%). Mayoritas responden bersuku Batak sebanyak 41 orang (53,9%) dan berpendidikan SMA sebanyak 49 orang (64,5%). Berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden adalah Wiraswasta sebanyak 55 orang (72,4%).

Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden

di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013

(38)

1.Melayu

2. Jumlah suami Perokok dan tidak Perokok di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun

2013.

a. Distribusi frekuensi suami merokok dan tidak merokok di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013

Pada Tabel 5.2 dapat diketahui Suami perokok dan tidak merokok di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 yang Perokok adalah sebanyak 61 orang (80,3%), sedangkan suami yang tidak perokok yaitu sebanyak 15 orang (19,7%).

Tabel 5.2

Distribusi Suami perokok dan tidak merokok di RSUD Dr. Pirngadi MedanTahun 2013

No Suami Perokok Frekuensi Presentase(%)

1 Perokok 61 80,3

(39)

Total 76 100,0

3.Distribusi frekuensi jumlah BBLR di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki memiliki bayi normal sebanyak 42 orang (55,3%) dan sebagian kecil responden memiliki BBLR sebanyak 34 (44,7%) .

Tabel 5.3 Distribusi Jumlah BBLR di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013

No Bayi Frekuensi Presentasi(%)

1 BBLR 34 44,7

2 Normal 42 55,3

Total 76 100,0

4. Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013

(40)

Tabel 5.4

Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

B.

Pem

baha

san

Pembahasan hasil penelitian disajikan dengan mengacu pada tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi Hubungan Antara Suami Perokok dengan bayi berat lahir Rendah (BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.

1. Tidak Perokok Dengan Bayi Normal

Dari hasil penelitian terhadap 76 orang responden sebagian besar memiliki bayi normal sebanyak 42 orang (55,3%) dan sebagian kecil memiliki bayi BBLR sebanyak 34 orang (44,7%).

Menurut World Health Organization (WHO) 1961, istilah prematur baby dengan “low birth weight baby” (bayi dengan berat lahir rendah : BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Keadaan

Bayi baru lahir

Total Value

BBLR Normal

Suami Perokok n % n % N %

0,000

Perokok 34 55,7 27 44,3 61 100

Tidak Perokok 0 0 15 100 15 100

(41)

disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai mall for gestational age (SGA) yaitu bayi yang beratnya kurang dari berat untuk masa kehamilan (Sarwono, 2005).

Melahirkan bayi prematur (Ridwan Amiruddin, 2006). Hasil penelitian yang telah dilakukan Ridwan Amiruddin, 2006 menunjukkan bahwa, ibu hamil yang terpapar rokok berpeluang melahirkan bayi prematur 46,3%. Sehingga pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa ibu hamil yang terpapar rokok berpeluang 2,3 kali lebih besar dibanding dengan ibu hamil yang tidak terpapar rokok. Sedangkan penelitian di RS Sitti Fatimah Makasar (2005) didapatkan hasil bahwa jumlah bayi yang lahir BBLR dari suami yang merokok lebih 10 batang perhari. Sebesar 59,5% dan untuk yang kurang dari 10 batang perhari lahir BBLR sebanyak 45,5%. Salah satu penyebab bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di berbagai Negara berkembang menurut WHO (work health organization) 2004 adalah kebiasaan merokok.

Rokok dapat menyebabkan deformasi pada sperma dan kerusakan pada DNA-nya sehingga mengakibatkan aborsi. Beberapa studi menemukan bahwa pria yang merokok meningkatkan resiko menjadi ayah dari anak yang berbakat kanker. Rokok juga memperkecil jumlah sperma dan infertilitas (ketidaksuburan) banyak terjadi pada perokok (Sitorus, 2008).

(42)

(perokok pasif) bisa memngalami efek negatif yang hampir sama tingkatannya dengan perokok. Jadi bila suami atau setiap orang yang tinggal di rumah ibu hamil merokok, tubuh bayi akan mendapat pengotoran oleh asap tembakan hampir sebanyak pengotoran yang ia dapat jika ibunya sendiri yang menghisapnya. Bahkan menurut canra (2000) bahan kimia yang keluar dari asap bakaran ujung rokok kadarnya lebih tinggi dari pada yang di hisap perokoknya.

Penelitian yang dilakukan oleh BMA Tobacco Control Resource Centre menunjukkan bahwa ibu yang merokok selama kehamilan memiliki risiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 1,5-9,9 kali dibandingkan dengan berat badan lahir bayi dari ibu yang tidak merokok. Kondisi BBLR sangatlah merugikan. Bayi dengan kondisi BBLR sering disertai dengan komplikasi, antara lain: sindrom gangguan pernapasan idiopatik, pneumonia aspirasi, perdarahan intraventrikuler, hiperbilirubinemia, sindrom aspirasi mekonium, hipoglikemia simtomatik, dan asfiksia neonatorum. Bahkan, bayi dengan BBLR merupakan salah satu penyebab utama kematian perinatal. Angka kematian perinatal pada bayi BBLR lebih daripada 2 kali angka kematian bayi normal. Berikut penjelasan singkat mengenai mekanisme yang diduga mendasari terjadinya kelahiran bayi berat lahir rendah pada ibu yang terpapar asap rokok baik sebelum maupun selama kehamilannya.

2. Perokok dengan BBLR

(43)

berbahaya itu adalah : tar, karbon monoksida (CO) dan nikotin. Mungkin Masyarakat sudah mengerti bahayanya, kerena dalam setiap bungkus rokok ada peringatan merokok dapat menyebapkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin (Abadi,T, 2005). Dari peringatan tersebut dapat diketahui dengan jelas bahwa rokok memiliki pengaruh buruk bagi kehamilan dan janin dalam kandungan.

Rokok merupakan penyebab utama penyakit di seluruh dunia. Bahaya merokok telah banyak diketahui oleh semua orang, namun merokok masih menjadi kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan (Aditama,1997). Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 senyawa kimia, termasuk juga lebih dari 40 senyawa yang dapat menyebabkan kanker dan menimbulkan kerusakan fungsi organ. Bahaya rokok tidak hanya mengenai perokok itu sendiri, namun dapat juga membahayakan orang-orang.

di sekitar perokok tersebut yang disebut dengan perokok pasif. (Mangoenprasodjo & Hidayati, 2005).

Kebiasaan merokok para calon ibu ternyata membawa akibat buruk pada anak yang akan dilahirkanya. Terdapat bukti kuat bahwa ibu hamil yang merokok dapat langsung mempengaruhi dan merusak perkembangan janin dalam rahim, yang paling sering terjadi adalah berat lahir yang rendah (Arlene, 1996). Berat badan bayi ibu perokok pada umumnya kurang dan mudah menjadi sakit. Berat badan bayi tersebut lebih rendah 40-400 gram dibandingkan dengan bayi yang lahir dari Ibu bukan perokok. Sekitar 7% dari ibu-ibu hamil yang merokok satu bungkus sehari mungkin akan melahirkan anak yang beratnya kurang dari 2500 gram, dan persentase ini meningkat menjadi 12% pada ibu-ibu hamil yang menghabiskan dua bungkus rokok seharinya (Aditama, 1997).

(44)

survei demografi dan kesehatan Indonesia, angka BBLR secara nasional pada periode tahun 2002-2003 mencapai 7,6 % (Profil Kesehatan Indonesia, 2005). Sedangkan Di Propinsi Lampung, angka BBLR pada tahun 2005 mencapai 2210 orang (Profil Kesehatan Propinsi Lampung, 2005). Dan di Kota Metro angka kejadian BBLR pada tahun 2005 mencapai 68 orang (Profil Kesehatan Profinsi Lampung, 2005).

Berdasarkan penelitian, 1 dari 3 wanita yang merokok lebih dari 20 batang sehari melahirkan bayi dengan berat badan kurang (Syahbana, 2001), namun hal tersebut tidak hanya terjadi pada ibu hamil yang merokok saja, ternyata ibu hamil yang tidak merokokpun bila sehari-hari selalu berada di tengah-tengah perokok dan selalu terpapar asap rokok (perokok pasif), bisa mengalami efek negatif yang hampir sama tingkatannya dengan perokok (Syahbana, 2001).

Perokok pasif menurut Susenas (2001) adalah penduduk yang bukan perokok, namun tinggal serumah dengan perokok aktif yang merokok di dalam rumah. The Pregnancy Nutrition Surveilence System (2005) menyatakan yang dimaksud dengan perokok dalam rumah tangga selama kehamilan adalah setiap orang yang tinggal serumah dengan ibu hamil, merokok di dalam rumah kecuali dirinya sendiri.

(45)

Sekarang ini makin banyak diketahui bahwa merokok tidak hanya berpengaruh terhadap orang yang menghisapnya, tetapi juga mempengaruhi semua orang yang berada di sekitarnya. Termasuk janin yang sedang berkembang dari ibu hamil yang kebetulan berada di dekatnya. Jadi, bila suami anda atau setiap orang yang tinggal di rumah anda atau bekerja di meja disamping anda merokok, tubuh bayi anda akan mendapat pengotoran oleh asap tembakau hampir sebanyak pengotoran yang ia dapat jika anda sendiri yang menghisapnya. Bahkan menurut Candra (2000), bahan kimia yang keluar dari asap bakaran ujung rokok kadarnya lebih tinggi dari pada yang dihisap perokoknya. Semakin dekat jarak perokok dengan perokok pasif, akan semakin besar bahayanya, karena itu penelitian banyak dilakukan pada istri si perokok. Belakangan ini para ahli juga menemukan hubungan antara penurunan berat bayi yang dilahirkan oleh isteri seorang perokok akibat gangguan perkembangan janin selama dalam kandungan (Aditama, 1997).

(46)

B. Keterbatasan Penelitian

(47)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah( BBLR) , dari 76 orang responden mayoritas perokok dengan BBLR sebanyak 34 orang (55,7%) dan yang perokok dengan bayi normal sebanyak 27 orang (44,3%). Berdasarkan hasil analisa uji Chi-Square dengan uji statistik fisher’s exact test di peroleh nilai p = 0,000, maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara suami perokok dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 .

2. Distribusi berdasarkan suami perokok dan tidak perokok di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 sebanyak 61 orang (80,3%), sedangkan suami yang tidak perokok yaitu sebanyak 15 orang (19,7%).

3. Distribusi frekuensi jumlah BBLR di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 bahwa sebagian besar responden memiliki BBLR sebanyak 34 (44,7%)

4. Hasil uji Fisher`s Exact Test di peroleh nilai p = 0,000, maka Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan anatara suami Perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di RSUD Dr. Pirrngadi Medan Tahun 2013.

(48)

B. Saran

1. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk giat memberikan promosi kesehatan khususnya mengenai bahaya rokok terhadap janin.

2. Bagi tempat penelitian

Hendaknya pelayanan kesehatan khususnya RSUD Dr. Pirngadi Medan agar lebih

meningkatkan pelayanan penanganan BBLR sehingga dapat memberikan pelayanan yang bermutu.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para peneliti selanjutnya terlebih mengenai hubungan antara suami perokok dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih mengembangkan penelitian saya ini untuk lebih baik lagi karena peneliti menyadari masih banyak kesalahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, 1997. Skripsi Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Lahir Rendah( BBLR ) di Wilayah Kerja Puskesmas. http//www.skripsi 2010

Aditama, T. Y. (2011). Rokok dan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta.

Asiyah, S., Suyono, Mahaendriningtyastuti. (2010). Karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sampai Tribulan II Tahun 2009 di Kota Kediri. ISSN : 2086-3098 , 210-222. Banon, I.H. (2006). Analisis Yuridis Penyelesaian Sengketa Rokok Kretek antara Indonesia

dan Amerika Serikat (DS406). Jurnal Perdagangan Republik Indonesia , 1-12.

Budiarto, E. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.

Chandra, B. (2008). Metodologi Penelititian Kesehatan. Jakarta: EGC.

Deslidel, Hasan, Z., Hevrialni, R., Sartika, Y. (2011). Asuhan Neoantus Bayi & Balita.

Jakarta: EGC.

Festy, P. (2010). Analisis Faktor pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kabupaten Sumenep . Program Studi Ilmu Keperawatan Fakulatas Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya Pipitbiostat@yahoo.com , 1-13.

Halliwell & Gutteridge. 1999. Free Radical, Other Reactivev Species and Disease In Free Radical In Biology Medicine. New York : Oxford University

Hidayat, A.A. (2007). Metode Peneitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A. (2009). Metode Peneitian Keperawatan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

(50)

Irnawati. (2007). Risiko Terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah pada ibu Hamil Perokok pasif di kota Banda Aceh Propinsi Nanggroe Darussalam. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Irnawati, Hakimi, M., Wibowo, T. (2011). Ibu Hamil Perokok Pasif sebagai Faktor Resiko Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia , 54-59.

Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika.

Purnamaningrum, Y. E. (2010). Penyakit Pada Neonatuis, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

Proverawati, Rahmawati, E. (2012). Periaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika.

Rahmawati, R., Jaya, A.N(2010). Pengaruh Faktor Maternal Terhadap Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Ajjatpanngewatan Soppeng Kabupaten Soppeng Tahun 2010. Jurnal Media Kebidanan Potekes Makassar , 56-66.

Razak Datu, 2005. Cacat Lahir Disebabkan Oleh Faktor Lingkungan. Bagian Anatomi FK Universitas Hasanuddin. J. Med Nus. Vol 26 N0. 3 Juli September

Riwidikdo, H. (2008). Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia.

Rukiyah, A.Y., Yulianti. L. (2010). Asuahan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Ruth Roemer, R.A. (1993). Legislative Action To Combat The World Tobbacco Epidemic.

California Los Angeles, CA, USA.: WHO.

Setyowati, T., Soesanto, S.S., Budiarso, L.R., Kristanti, Djaja, S., Ma'roef, S. (1996). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisi Lsnjut SDKI,1994). Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan , 38-54. Sirajuddin, Tamrin, A., Hartono, R., Manjilala. (2011). Pengaruh Paparan Asap Rokok

Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Bayi di Sulawesi Selatan. Media Gizi Pangan , 34-40.

(51)

tenagakesehatan dan Melahirkan di RSUD Banyumas Tahun 2008. Semarang: program pascasarjana universitas diponegoro semarang.

Sitorus, R. (2008). Gejala Penyakit & Pencegahannya . Bandung: Yrama Wiidya.

Valleria,2006. Dampak Negatif Rokok dan Asapnya. http//www. Klik dokter menuju sehat

Wetherall, C. F. (2008). Quit, Read This Book and Stop Smoking. Jakarta: Darul Haq.

Yuliana, 2009. Rokok Terhadap Defesiensi Asam Folat Selama Kehamilan. Diakses dari http//pediatric Info Wordpress.com. 12-03-2010.

(52)
(53)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Hubungan Antara Suami Perokok Dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2013

Saya yang bernama Suriyanti Siregar dengan Nim 125102090 adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang “Hubungan Antara Suami Perokok Dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 ”.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak-Bapak untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi Bapak-bapak dan semua informasi yang Bapak berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan ini saja. Jika Bapak-bapak bersedia menjadi responden silahkan Bapak-Bapak-bapak menandatangani formulir persetujuan ini.Terima kasih atas partisipasi Bapak-bapak dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, Februari 2013

Responden

(54)

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN ANTARA SUAMI PEROKOK DENGAN BAYI BERAT

BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) TAHUN 2013

No. Responden :

Petunjuk pengisian : Berilah tanda check list () pada salah satu pilihan yang menjadi jawaban ibu dan isilah titik-titik yang tersedia di bawah ini.

I. DATA DEMOGRAFI

1)Umur :

a. <20 tahun c. 20-35 tahun b. >35 tahun

2)Suku :

a. Melayu c. Batak

b. Jawa d. Lain-lain

3) Pendidikan :

a. SD c. SMP

b. SMU d. Perguruan Tinggi 4)Pekerjaan :

a. Pengangguran c. Pegawai swasta b. Wiraswasta d. Pegawai negeri

5)Apakah bapak seorang perokok?

(55)

6)Berapa batang rokok per hari yang Bapak hisap?

a. 10 batang rokok/hari c. <10 batang rokok/hari b. >20 batang rokok/hari

7)Apakah sewaktu merokok bapak sering di sekitar Istri?

a. Ya b. Tidak

II.

DATA OBSERVASI PENELITIAN

No Responden

Suami Perokok Bayi Baru Lahir

(56)
(57)
(58)

MASTER TABEL

HUBUNGAN ANTARA SUAMI PEROKOK DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2013

no

Suami

Perokok Umur Suku Pendidikan Pekerjaan

Jumlah rokok yang dihisap/hari

(59)
(60)
(61)

74 Ya 20-35 thn Jawa SMA Wiraswasta <10 batang rokok /hari Tidak Tidak

75 Tidak 20-35 thn Jawa SMP Pegawai swasta Tidak ada 0 Tidak

(62)

Statistics umur suami

N Valid 76

Missing 0

umur suami

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(63)

pendidikan suami

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative jumlah rokok yang dihisap

suami/hari

N Valid 76

Missing 0

jumlah rokok yang dihisap suami/hari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(64)

Valid 0 14 18,4 18,4 18,4

10 batang rokok/hari 26 34,2 34,2 52,6

<10 batang rokok/hari 15 19,7 19,7 72,4

>20 batang rokok/hari 21 27,6 27,6 100,0

Total 76 100,0 100,0

sewaktu merokok sering disekitar istri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

suami perokok * berat bayi

lahir Continuity Correctionb 12,958 1 ,000 Likelihood Ratio 20,756 1 ,000

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,71.

(65)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort berat bayi lahir =

normal

suami perokok * berat bayi

lahir

76 100,0% 0 ,0% 76 100,0%

suami perokok * berat bayi lahir Crosstabulation

(66)

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R ,446 ,062 4,289 ,000c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,446 ,062 4,289 ,000c N of Valid Cases 76

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort berat bayi lahir =

normal

,443 ,334 ,587

(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)

CURRICULUM VITAE

Nama : Suriyanti Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Padang Garugur, 24 Apri 1990

Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 5 bersaudara

Alamat : Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara DATA ORANG TUA

Nama Ayah : Pangondian Siregar Pekerjaan Ayah : PNS

Nama Ibu : Emlina Harahap Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. Tahun 1997 - 2003 : SD MIN Padang Garugur 2. Tahun 2003 - 2006 : SMP N. 4. Padang Bolak 3. Tahun 2006- 2009 : SMA N. 1. Padang Bolak Julu 4. Tahun 2009 – 2012 : DIII AKBID INDAH MEDAN

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden
Tabel 5.3  Distribusi Jumlah BBLR di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013
Tabel 5.4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman, miskonsepsi, konsepsi-konsepsi yang teridentifikasi miskonsepsi, persentase siswa yang mengalami

Pengaruh dari variabel CAR, NPL dan ROA sebagai variabel independen terhadap variabel dependen Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah 34,9%, sedangkan 65,1% sisanya dianggap

A questionnaire sought students’ opinion on the usefulness of this approach, relevance of the combination of problem-based learning (PBL) sessions and didactic lectures in

In many respects small ®rm accounting in the United Kingdom has many of the characteristics conventionally associated with ®nancial account- ing practices in Germany, suggesting

[r]

The ®rm may be more motivated to engage in this behavior when one or more parts of a system are insourced; however, one can also imagine this arising if cer- tain external

Panggilan Peserta Sosialisasi Aplikasi SIWAS MARI (klik). 1

In this process, we firstly use CloudCompare to generate the rectified images from CMVS files, then, stitching them into mosaic image using Microsoft ICE.. Figure 5 shows the