• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF INDOLE ACETIC ACID (IAA) ADDITION INTO

CHITOSAN COATING ON THE FRUIT QUALITY AND SHELF-LIFE OF GUAVA ‘CRYSTAL’

By

ICHA MARETHA

Guava (Psidium guajava L) is a climacteric fruit with a relatively short shelf-life period that ranges from 2-7 days under ambient conditions. This limit is the time available for marketing and transport distance from the place of production. After harvesting, guava still in the process of metabolism by using food supply and caused a quick ripening and losing nutrition. Guava has a short shelf-life due to its high respiration. It will also be vulnerable to damage easily which can be seen from the changing of its texture and development of brown on surface of the fruit skin and caused a decrease in the fruit quality of guava to be market. Damage the guava fruit ‘Crystal’ can be solved in several ways, one of them is by soaking the fruit in a solution or by coating the fruit whith chitosan, so the

rate of respiration and transpiration can be slowed.

The material used for soaking the fruit was a plant growth regulators of indole acetic acid (IAA). By soaking guava ‘Crystal’ in a solution of IAA, the hormon is expected to infiltrate into the fruit slowly and evenly. A longer soaking can be accomplished by adding IAA to the coating material of chitosan. By applying IAA to the chitosan coating solution, the IAA will slowly infiltrate into the fruit during storage, so it can maintain quality and prolong the shelf-life of guava ‘Crystal’.

The research was aimmed at (1) studying the effects of the addition of IAA into chitosan coating on the fruit quality and shelf-life of guava ‘Crystal’, and (2) obtaining the best concentration of IAA added into the chitosan coating to maintain the quality fruit and prolong the shelf-life of guava ‘Crystal’ fruit. The research was conducted in the Laboratory of Horticulture, Faculty of

Agriculture, University of Lampung during January─February 2012 and Polymer Testing Laboratory, Bandung, West Java. The research used a completely

(2)

Icha Maretha ii acetic acid 0,5% (k1), and 2,5% chitosan (k2). The second factors were the

concentrations of IAA in three levels: 0 (a0), 5 (a1), and 10 μM (a2). For the

control, three guava were directly observed at the first day of application. The observed variables were shelf-life, fruit weight, fruit firmness, soluble solid (º Brix), and free acid content.

The results showed that (1) the addition of IAAs at concentration of 2,5% chitosan coating were not significantly able to prolong the shelf life and to maintain the fruit quality of guava ‘Crystal’ compared to the other treatments, (2) IAA

application did not prolong the shelf-life, and IAA application did not decrease the quality of the fruit, and (3) 0,5% acetic acid as a solvent in 2,5% chitosan did not cause a bad affect, but soaking in 0,5% acetic acid as a main solution adversely was affected the fruit quality and shelf-life of guava ‘Crystal’.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN

BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’

Oleh

ICHA MARETHA

Jambu biji ‘Crystal’ tergolong ke dalam buah yang memiliki masa simpan pendek 2—7 hari. Batas ini merupakan waktu yang tersedia untuk pemasaran dan

pengangkutan interlokal dari tempat produksi. Buah jambu biji setelah kegiatan pemanenan masih tetap melakukan proses metabolisme dengan menggunakan cadangan makanan yang terdapat di dalam buah, dan proses tersebut dapat

mempercepat proses pematangan dan kehilangan nilai gizi buah. Buah jambu biji memiliki masa simpan yang pendek yang disebabkan oleh respirasi buah yang tinggi. Buah jambu biji dengan masa simpan yang pendek juga mudah

mengalami kerusakan yang dapat dilihat dari perubahan tekstur dan muncul bercak coklat pada kulit dan ini akan menyebabkan penurunan mutu buah untuk dipasarkan. Kerusakan buah dapat diatasi dengan beberapa cara, salah satunya dengan perendaman buah dalam larutan IAA atau dengan pelapisan buah dengan kitosan, sehingga laju respirasi dan transpirasi dapat dihambat.

Bahan yang dapat digunakan untuk perendaman buah adalah zat pengatur tumbuh (ZPT) yang salah satunya dari golongan auksin yaitu indole acetic acid (IAA). Perendaman buah jambu biji ‘Crystal’ dalam larutan IAA yang lebih lama, IAA diharapkan dapat masuk ke dalam buah secara merata. Lama perendaman dapat diatasi dengan cara menambahkan IAA ke dalam bahan pelapis yaitu kitosan. Diharapkan dengan mengaplikasikan IAA ke dalam larutan pelapis kitosan, IAA secara perlahan akan masuk ke dalam buah selama penyimpanan, sehingga dapat mempertahankan mutu dan memperlama masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.

(4)

Icha Maretha ii Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan Laboratorium Uji polimer, Pusat penelitian Fisika-LIPI Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari hingga Februari 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan yang disusun secara faktorial 3 x 3. Faktor pertama adalah pelapisan dengan tiga taraf, yaitu kontrol [aquades (k0)], perlakuan asam asetat

0.5% (k1), dan kitosan 2,5% (k2). Faktor kedua adalah IAA dalam tiga taraf

konsentrasi, yaitu 0 µM (a0), 5 µM (a1), dan 10 µM (a2). Sebagai pembanding,

tiga buah jambu biji langsung diamati pada awal penelitian. Peubah yang diamati adalah masa simpan, bobot buah, kekerasan buah, kandungan padatan terlarut (ºBrix), dan asam bebas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penambahan konsentrasi IAA pada pelapis kitosan 2,5% belum mampu mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ secara nyata jika dibandingkan dengan perlakuan lain, (2) aplikasi IAA tidak dapat memperpanjang masa simpan, dan tidak menurunkan mutu buah jambu biji ‘Crystal’, dan (3) asam asetat 0,5% sebagai pelarut kitosan tidak ada efek buruknya, tetapi perendaman dengan asam asetat 0,5% berpengaruh kurang baik terhadap mutu dan masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.

(5)

PENGARUH PENAMBAHAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN

BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) ‘CRYSTAL’

Oleh

Icha Maretha

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

Judul Skripsi : PENGARUH PENAMBAHAN

INDOLE ACETIC ACID (IAA) PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) ‘CRYSTAL’

Nama Mahasiswa : Icha Maretha

Nomor Pokok Mahasiswa : 0714012044

Jurusan : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Soesiladi Esti Widodo, M.Sc. Ir. Zulferiyenni, M.T.A. NIP 19600501 198403 1 002 NIP 19620207 199010 2 001

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Soesiladi Esti Widodo, M.Sc.

Sekretaris : Ir. Zulferiyenni, M.T.A.

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001

(8)

PENGARUH PENAMBAHAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN

BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) ‘CRYSTAL’

(Skripsi)

Oleh

ICHA MARETHA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 3

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Kerangka Pemikiran ... 3

1.4 Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji ... 6

2.2 Kitosan ... 8

2.3 Indole Acetic Acid (IAA) ... 9

III. METODE ... 11

3.1 Tempat dan Waktu ... 11

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 11

3.3 Metode Penelitian... 12

3.3.1 Pelaksanaan Penelitian ... 14

3.3.2 Peubah Pengamatan ... 16

3.3.2.1 Masa simpan... 17

3.3.2.2 Bobot buah ... . 17

3.3.2.3 Kekerasan buah ... .... 17

3.3.2.4 Pengukuran kandungan padatan terlarut (°Brix) ... . 17

(10)

xiii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN ... 34

Tabel 8 – 12. ... 34

Gambar 9 -13. ... 44

(11)

39 Data editor analisis SAS jambu biji ‘Crystal’ pada peubah masa simpan dengan uji BNJ pada α 5%

Data hasil;

input pelapis$ kons$ simpan treat$; cards;

K0 A0 9,00 K0A0 K0 A0 8,00 K0A0 K0 A0 10,00 K0A0 K0 A1 6,00 K0A1 K0 A1 9,00 K0A1 K0 A1 9,00 K0A1 K0 A2 7,00 K0A2 K0 A2 7,00 K0A2 K0 A2 8,00 K0A2 K1 A0 4,00 K1A0 K1 A0 4,00 K1A0 K1 A0 4,00 K1A0 K1 A1 5,00 K1A1 K1 A1 4,00 K1A1 K1 A1 4,00 K1A1 K1 A2 4,00 K1A2 K1 A2 4,00 K1A2 K1 A2 5,00 K1A2 K2 A0 12,00 K2A0 K2 A0 9,00 K2A0 K2 A0 11,00 K2A0 K2 A1 11,00 K2A1 K2 A1 8,00 K2A1 K2 A1 10,00 K2A1 K2 A2 15,00 K2A2 K2 A2 10,00 K2A2 K2 A2 10,00 K2A2 ;

proc glm order=data; class pelapis kons;

model simpan=pelapis kons pelapis*kons; means pelapis/tukey alpha=0,05;

means kons/tukey alpha=0,05;

means pelapis*kons/tukey alpha=0,05; run;

proc glm order=data; class treat;

model simpan=treat;

means treat/tukey alpha=0,05;

(12)
(13)

40 Hasil analisis SAS jambu biji ‘Crystal’ dengan uji BNJ padaα 5%

The SAS System 1

03:25 Wednesday, January 1, 1997 General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels Values PELAPIS 3 K0 K1 K2 KONS 3 A0 A1 A2 Number of observations in data set = 27

The SAS System 2 03:25 Wednesday, January 1, 1997

General Linear Models Procedure Dependent Variable: SIMPAN

Source DF Sum of Squares F Value Pr > F Model 8 200.00000000 12.50 0.0001 Error 18 36.00000000

Corrected Total 26 236.00000000 R-Square C.V. SIMPAN Mean 0.847458 18.44626 7.66666667

(14)

41 The SAS System 3

03:25 Wednesday, January 1, 1997 General Linear Models Procedure

Tukey's Studentized Range (HSD) Test for variable: SIMPAN

NOTE: This test controls the type I experimentwise error rate, but generally has a higher type II error rate than REGWQ.

Alpha= 0.05 df= 18 MSE= 2

Critical Value of Studentized Range= 3.609 Minimum Significant Difference= 1.7014

Means with the same letter are not significantly different. Tukey Grouping Mean N PELAPIS

A 10.6667 9 K2 B 8.1111 9 K0 C 4.2222 9 K1

The SAS System 4 03:25 Wednesday, January 1, 1997 General Linear Models Procedure

Tukey's Studentized Range (HSD) Test for variable: SIMPAN

NOTE: This test controls the type I experimentwise error rate, but generally has a higher type II error rate than REGWQ.

Alpha= 0.05 df= 18 MSE= 2

Critical Value of Studentized Range= 3.609 Minimum Significant Difference= 1.7014

Means with the same letter are not significantly different. Tukey Grouping Mean N KONS

A 7.8889 9 A0 A

A 7.7778 9 A2 A

A 7.3333 9 A1

(15)

42 General Linear Models Procedure

Level of Level of ---SIMPAN--- PELAPIS KONS N Mean SD K0 A0 3 9.0000000 1.00000000 K0 A1 3 8.0000000 1.73205081 K0 A2 3 7.3333333 0.57735027 K1 A0 3 4.0000000 0.00000000 K1 A1 3 4.3333333 0.57735027 K1 A2 3 4.3333333 0.57735027 K2 A0 3 10.6666667 1.52752523 K2 A1 3 9.6666667 1.52752523 K2 A2 3 11.6666667 2.88675135

The SAS System 6 03:25 Wednesday, January 1, 1997 General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels Values

TREAT 9 K0A0 K0A1 K0A2 K1A0 K1A1 K1A2 K2A0 K2A1 K2A2 Number of observations in data set = 27

The SAS System 7 03:25 Wednesday, January 1, 1997 General Linear Models Procedure Dependent Variable: SIMPAN

Source DF Sum of Squares F Value Pr > F Model 8 200.00000000 12.50 0.0001 Error 18 36.00000000

Corrected Total 26 236.00000000 R-Square C.V. SIMPAN Mean 0.847458 18.44626 7.66666667

(16)

43 Source DF Type III SS F Value Pr > F

TREAT 8 200.00000000 12.50 0.0001 The SAS System 8 03:25 Wednesday, January 1, 1997 General Linear Models Procedure

Tukey's Studentized Range (HSD) Test for variable: SIMPAN

NOTE: This test controls the type I experimentwise error rate, but generally has a higher type II error rate than REGWQ.

Alpha= 0.05 df= 18 MSE= 2

Critical Value of Studentized Range= 4.955 Minimum Significant Difference= 4.0459

Means with the same letter are not significantly different. Tukey Grouping Mean N TREAT A 11.667 3 K2A2

A

B A 10.667 3 K2A0 B A

B A 9.667 3 K2A1 B A

B A 9.000 3 K0A0 B A

B A C 8.000 3 K0A1 B C

B C 7.333 3 K0A2 C

C 4.333 3 K1A2 C

C 4.333 3 K1A1 C

C 4.000 3 K1A0

The SAS System 9 03:25 Wednesday, January 1, 1997 General Linear Models Procedure Dependent Variable: SIMPAN

(17)

44

(18)

11

III. METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari—Februari 2012. Analisis scanning electron microscope (SEM)

dilaksanakan di Laboratorium Uji Polimer, Pusat penelitian Fisika-LIPI Bandung, Jawa Barat.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jambu biji ‘Crystal’ (Gambar 1). Buah jambu biji berasal dari PT Nusantara Tropical Fruits (PT NTF), Way Jepara, Lampung Timur.

(19)

12 Buah dibawa langsung ke Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung. Buah jambu biji disortir berdasarkan ukuran dan tingkat kemasakan dan segera diberi perlakuan. Bahan lain yang diperlukan adalah kitosan, asam asetat 0.5%, aquades, NaOH 0.1 N, fenolftealin, dan IAA.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu ukur, pipet tetes, hand refraktometer, penetrometer, lemari es, blender, sentrifius, labu erlemeyer, timbangan, gelas ukur, dan pipet gondok.

3.3Metode Penelitian

Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (3 x 3). Faktor pertama adalah pelapisan dengan tiga taraf, yaitu kontrol [aquades (k0)], perlakuan asam asetat

0.5 % (k1), dan kitosan 2,5% (k2). Faktor kedua adalah pemberian zat pengatur

tumbuh IAA yang terdiri atas tiga taraf, yaitu 0 µM (a0), 5 µM (a1), dan 10 µM

(a2). Perlakuan diterapkan pada unit percobaan dalam rancangan teracak

sempurna (RTS) dengan tiga kali ulangan. Masing-masing ulangan terdiri atas 1 buah jambu biji. Sebagai pembanding, 3 buah jambu biji langsung diamati pada awal penelitian.

Pada salah satu ulangan perlakuan k1a1, buah jambu biji ‘Crystal’ tampak busuk.

Hal ini diketahui saat pengamatan pada hari ke-3 penyimpanan buah (Gambar 2). Buah tersebut busuk kemungkinan besar disebabkan oleh luka memar pada buah. Luka memar dimungkinkan terjadi saat mensortir sampel, kurang hati-hati saat aplikasi perlakuan perendaman, dan saat pengamatan dilakukan. Data

(20)

13 dan Gomez (2010) bahwa kerusakan sampel percobaan yang diakibatkan oleh selain perlakuan, dapat dianggap sebagai data hilang.

luka memar

Gambar 2. Jambu biji ‘Crystal’ yang mengalami luka memar.

Pendugaan data yang hilang dilakukan dengan rumus sebagai berikut (Gomes dan Gomez, 2010).

Keterangan :

X = dugaan data yang hilang t = banyaknya perlakuan

r = banyaknya ulangan

Bo = jumlah nilai pengamatan dari ulangan di mana terdapat data yang hilang. To = jumlah nilai pengamatan dari perlakuan di mana terdapat data yang hilang. Go = jumlah umum dari semua pengamatan.

[image:20.595.213.470.172.353.2]
(21)

14

Tabel 1. Perbandingan orthogonal contrast

Contrast Kombinasi Perlakuan*

k0a0 k0a1 k0a2 k1a0 k1a1 k1a2 k2a0 k2a1 k2a2 1. Asam asetat 0,5% vs

kitosan 2,5% 0 0 0 1 0 0 -1 0 0 2. IAA dengan perendaman vs

celup cepat 0 1 1 0 1 1 0 -2 -2 3. Tanpa IAA vs dengan IAA 2 -1 -1 2 -1 -1 2 -1 -1 4. IAA dalam air vs IAA

dalam asam 0 1 1 0 -1 -1 0 0 0 Keterangan : * k0a0= kontrol; k0a1= IAA 5 μM; k0a2= IAA 10 μM; k1a0= asam asetat 0,5%; k1a1=

asam asetat 0,5% + IAA 5 μM; k1a2= asam asetat 0,5% + IAA10 μM; k2a0= kitosan 2,5%; k2a1= kitosan 2,5% + IAA 5 μM; dan k2a2= kitosan 2,5% + IAA 10 μM.

3.3.1 Pelaksanaan Penelitian

Buah jambu biji ‘Crystal’ yang diperoleh dari PT Nusantara Tropical Fruits (PT NTF) dibawa ke Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Buah jambu biji ‘Crystal’ disortir berdasarkan keseragaman tingkat kemasakan dan segera diperlakukan sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan.

Bobot molekul IAA (C10H9NO2 ) adalah 175,18. Larutan stok 1 mM IAA

sebanyak 500 ml dibuat dengan cara menimbang bubuk IAA sebanyak 87,59 mg, lalu ditetesi dengan KOH 1 N sebanyak 10 tetes, diaduk hingga larut, lalu

dilarutkan ke dalam aquades hingga 500 ml. Larutan untuk perlakuan k0a1

(larutan IAA 5 µM) dibuat dengan cara: larutan stok IAA 1 mM diambil sebanyak 10 ml lalu ditambah aquades hingga 2 liter dan diaduk hingga rata. Untuk

perlakuan k0a2 (larutan IAA 10 µM): larutan stok IAA 1 mM diambil sebanyak 20

ml, dan dicampur dengan aquades hingga 2 liter, lalu diaduk hingga rata. Larutan untuk perlakuan k1a0 (larutan asam asetat 0,5%) dibuat dengan cara:

(22)

15 perlakuan k1a1 (larutan asam asetat 0,5% + IAA 5 µM): sebanyak 10 ml asam

asetat ditambah 10 ml larutan stok IAA 1 mM, lalu ditambahkan aquades hingga 2 liter dan diaduk hingga rata. Untuk perlakuan k1a2 (larutan asam asetat 0,5% +

IAA 10 µM): sebanyak 10 ml asam asetat dicampur dengan 20 ml larutan stok IAA 1 mM, lalu ditambahkan aquades hingga 2 liter dan diaduk hingga rata.

Larutan pelapis untuk perlakuan k2a0 (larutan kitosan 2,5%) dibuat dengan cara,

yaitu sebanyak 25 g kitosan ditambah dengan 5 ml asam asetat lalu ditambah aquades hingga 1 liter dan diaduk hingga rata. Untuk perlakuan k2a1 (larutan

kitosan 2,5% + IAA 5 µM): sebanyak 25 g kitosan ditambah 5 ml asam asetat, kemudian dicampur dengan 5 ml larutan stok IAA 1 mM, lalu ditambahkan aquades hingga 1 liter dan diaduk hingga rata. Untuk perlakuan k2a2 (larutan

kitosan 2,5% + IAA 5 µM): sebanyak 25 g kitosan ditambah 5 ml asam asetat, kemudian dicampur dengan 10 ml larutan stok IAA 1 mM, lalu ditambahkan aquades hingga 1 liter dan diaduk hingga rata.

(23)

16 Pengamatan dilakukan setiap hari dengan cara mengamati perubahan warna. Pengamatan dihentikan apabila buah menunjukkan gejala kemerosotan mutu (telah muncul bintik hitam kurang lebih 50% di permukaan kulit buah atau

keriput), lalu dilakukan penimbangan bobot buah dan pengukuran kekerasan buah dengan menggunakan alat penetrometer. Selanjutnya, daging buah diekstrak untuk mendapatkan sampel kandungan padatan terlarut (°Brix) dan asam bebas.

3.3.2 Peubah Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada awal dan akhir pengamatan terhadap peubah masa simpan, bobot buah, kekerasan buah, kandungan padatan terlarut (ºBrix), dan asam bebas. Untuk menggambarkan kondisi permukaan kulit buah, analisis scanning electron microscope (SEM) dilakukan pada sampel buah kontrol dan yang diperlakukan dengan kitosan. Pengamatan dihentikan apabila buah menunjukkan gejala kemerosotan mutu (telah muncul bintik hitam kurang lebih 50% atau warna kusam pada kulit, Gambar 3).

[image:23.595.247.393.532.678.2]
(24)

17 3.3.2.1 Masa Simpan

Buah jambu biji ‘Crystal’ yang telah diberi perlakuan diamati perubahan fisiknya setiap hari. Masa simpan buah dihitung dari hari pertama buah mulai disimpan (setelah buah diberi perlakuan) hingga menunjukkan gejala kemerosotan mutu (timbul bercak coklat atau warna kusam pada kulit).

3.3.2.2 Bobot Buah

Susut bobot dihitung dari selisih bobot awal buah sebelum diberi perlakuan dengan bobot akhir buah setelah perlakuan dihentikan. Selisih bobot tersebut kemudian dibagi dengan bobot awal dan dikalikan 100%.

3.3.2.2 Kekerasan Buah

Kekerasan buah (dalam kg/cm²) diukur dengan alat penetrometer (type FHM-5 ujung berbentuk silinder dengan diameter 5 mm; Takemura Electric Work, Ltd., Jepang). Masing-masing unit dan ulangannya diuji pada bagian yang sama (bagian tengah buah jambu biji). Untuk pengukuran, kulit di bagian yang diukur kekerasanya dikupas dengan pisau.

3.3.2.4 Kandungan padatan terlarut (ºBrix)

(25)

18 3.3.2.5 Kandungan asam bebas

Sekitar 50 g daging buah di-blender dengan ± 100 ml aquades, kemudian disentrifius pada 2500 rpm selama 5—10 menit hingga cairan terpisah dari endapannya. Cairannya dimasukkan ke labu ukur 250 ml, lalu ditambahkan aquades sampai tera. Sampel sari buah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel ± 100 ml dan dibekukan di freezer sambil menunggu analisis berikutnya. Analisis asam bebas dilakukan dengan titrasi 0,1 N NaOH dan fenolftalein sebagai indikator dan hasilnya dinyatakan dalam g asam sitrat/100 g daging buah.

3.3.2.6 Image kondisi kulit luar dan pelapisan buah dengan kitosan

Sampel buah kontrol dan yang telah dilapisi kitosan 2.5% dikirim ke

(26)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Penambahan konsentrasi IAA pada pelapis kitosan 2,5% belum mampu

mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ secara nyata jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

2. Aplikasi IAA tidak dapat memperpanjang masa simpan, dan tidak menurunkan mutu buah.

3. Asam asetat 0,5% sebagai pelarut kitosan tidak ada efek buruknya, tetapi perendaman dengan asam asetat 0,5% berpengaruh kurang baik terhadap mutu dan masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.

5.2 Saran

(27)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Jambu biji (Psidium guajava L.) ‘Crystal’ merupakan salah satu buah jambu biji yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dengan daging buah tebal dan berbiji sedikit. Jambu biji ‘Crystal’, sebagaimana buah jambu biji pada umumnya, tergolong buah klimakterik dengan masa simpan pendek antara 2—7 hari. Masa simpan yang pendek ini karena buah jambu biji mudah mengalami kerusakan yang dapat dilihat dari perubahan tekstur dan munculnya bercak coklat pada kulit buah. Perubahan ini menyebabkan penurunan mutu buah untuk dipasarkan.

Pemasakan buah jambu biji dapat dihambat dengan merendam buah dalam larutan tertentu atau melapisi buah. Pemberian IAA pada konsentrasi 1 dan 10 µM dapat menunda pemasakan buah alpukat (Tingwa dan Young, 1975). Menurut Vendrell (1970), pemberian IAA pada konsentrasi 10-5─10-2 M dapat menunda

pemasakan buah pisang. Widodo et al. (2010a) melaporkan bahwa aplikasi kitosan 2,5% mampu meningkatkan masa simpan jambu biji ‘Mutiara’ dan ‘Crystal’ 7—8 hari lebih lama dibandingkan dengan kontrol.

(28)

2 ‘Cavendish’ (Komarudin, 2012), sedangkan untuk vacuum infiltration dapat dilakukan selama 3 menit pada pisang ‘Cavendish’ (Rohmana, 2000). Aplikasi

dengan perendaman menghasilkan perbedaan konsentrasi ZPT antara kulit dengan daging buah, dengan penetrasi yang kecil ke dalam daging buah, sedangkan cara vacuum infiltration dapat menghasilkan penyebaran ZPT secara merata pada buah (Vendrell, 1970). Sayangnya cara vacuum infiltration dirasakan kurang praktis bagi kebanyakan petani atau pedagang.

Penelitian kitosan sebagai pelapis buah selama ini menunjukkan bahwa konsentrasi kitosan 2,5% dapat digunakan sebagai pelapisan buah untuk

memperpanjang masa simpan (Widodo et al., 2010a dan 2010b), sekaligus aman bagi kesehatan dan lingkungan. Aplikasi IAA ke dalam pelapis buah diharapkan dapat mengatasi perbedaan lama perendaman (Trianotti et al., 2007; Rohmana, 2000; Komarudin, 2012), sehingga IAA dapat masuk ke dalam buah dengan merata selama proses penyimpanan. Oleh karena itu, aplikasi IAA dengan kitosan diharapkan mampu menunda pemasakan dan mempertahankan mutu buah

sehingga masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ dapat bertahan lebih lama.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut.

1. Apakah penambahan IAA pada pelapis kitosan berpengaruh terhadap masa simpan dan mutu buah jambu biji ‘Crystal’?

(29)

3 1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. mempelajari efek penambahan IAA pada aplikasi pelapis kitosan terhadap mutu dan masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’,

2. mendapatkan konsentrasi IAA terbaik yang ditambahkan pada pelapis kitosan dalam mempertahankan mutu buah dan memperpanjang masa simpan jambu biji ‘Crystal’.

1.3 Kerangka Pemikiran

Buah jambu biji ‘Crystal’, sebagaimana pada jambu biji lainnya, memiliki masa simpan pendek karena proses biokimia terus berlangsung sejak panen hingga pascapanen. Kerusakan yang dijumpai pada jambu biji adalah timbulnya bercak coklat (brown spot) pada buah yang merupakan akibat dari laju respirasi dan transpirasi yang tinggi. Untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ diperlukan penanganan pascapanen yang tepat.

Kegiatan pascapanen dalam upaya mempertahankan mutu dan kesegaran buah dapat dilakukan dengan merendam buah dalam larutan ZPT atau dengan pelapisan buah menggunakan kitosan. ZPT yang sering digunakan adalah auksin,

(30)

4 enzim β-amilase sehingga selama pemasakan buah pisang degradasi pati dapat dihambat (Purgatto et al., 2001).

Penggunaan larutan IAA dengan cara perendaman dapat diatasi dengan cara menambahkan IAA pada bahan pelapis. Salah satu bahan yang ditambahkan sebagai pelapis adalah kitosan. Aplikasi kitosan 2,5% mampu meningkatkan masa simpan jambu biji ‘Mutiara’ dan ‘Crystal’ 7—8 hari lebih lama

dibandingkan dengan kontrol Widodo et al. (2010a). Pelapisan kitosan 2,5% efektif secara nyata mampu memperpanjang masa simpan buah pisang

‘Cavendish’ 2,12 dan 1,45 hari lebih lama dibandingkan dengan perlakuan asam asetat 0,5% dan air (Komarudin, 2012).

Menurut Tingwa dan Young (1975), pemberian IAA dengan konsentrasi 1 µM dapat memperpanjang masa simpan buah alpukat hingga 9 hari, pemberian auksin (IAA) pada konsentrasi 10-5─10-2 M dapat menunda pemasakan buah pisang (Vendrell, 1970). Pada penelitian ini digunakan IAA dengan konsentrasi 5 dan 10 µM yang ditambahkan pada pelapis kitosan 2,5%. Karena kulit buah jambu biji ‘Crystal’ tipis, maka penambahan IAA konsentrasi 5 μM pada pelapis kitosan 2,5% diduga mampu mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.

Aplikasi IAA di dalam pelapis buah diharapkan dapat meningkatkan penyerapan ZPT oleh buah, sehingga berpengaruh terhadap mutu dan masa simpan jambu biji ‘Crystal’. Banyak sedikitnya IAA yang ditambahkan ke pelapis kitosan akan

(31)

5 1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut.

1. Penambahan konsentrasi IAA pada pelapis kitosan dapat mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

(32)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari

kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami janganlah Egnkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan

kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka

tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

(Q.S Al-Baqarah: 286)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

(33)

Rasa syukur selalu ditujukan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

Kupersembahkan karyaku ini untuk ayahanda Nang Akib Effendie, ibunda Rohani, kakanda Febranie Rio Thamma Hakim, Rezky Afryanto, A.Md., ayunda Yunita Elfira,S.H., dan adinda Lea Novina dan Fredie Robbien, serta Almamater

(34)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 3 Maret 1988. Penulis adalah anak ke tiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Nang Akib Effendie dan Ibu Rohani.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Langkapura, Tanjung Karang Barat pada tahun 2001. Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTPN 9 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2004. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 7 pada tahun 2007. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi (PS) Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB); sejak tahun 2008 PS Hortikultura bergabung dengan PS Agronomi, Jurusan Ilmu Tanah, dan Jurusan Proteksi Tanaman menjadi Jurusan Agroteknologi.

(35)

(36)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Penambahan Indole Acetic Acid (IAA) Pada Pelapis Kitosan Terhadap Mutu dan Masa Simpan Buah Jambu Biji

‘Crystal’. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah

Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.

Ucapan terimakasih yang tulus Penulis sampaikan kepada pihak yang telah membimbing dan membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini, yaitu

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Soesiladi Esti Widodo, M.Sc., selaku Pembimbing Utama yang telah mendidik, memberikan banyak arahan dan saran, motivasi,

bimbingan serta fasilitas yang diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;

2. Ibu Ir. Zulferiyenni, M.T.A., selaku anggota Komisi Pembimbing atas saran, nasihat, motivasi, dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi ini; 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc., selaku Penguji atas saran dan

bimbingan yang telah diberikan;

(37)

xi 5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

6. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

7. Ayahanda (Nang Akib Effendie), ibunda (Rohani), kakanda (Febranie Rio Thamma Hakim, Rezky Afryanto, A.Md., dan Yunita Elfira, S.H.), dan adinda (Lea Novina, dan Fredie Robbien) atas doa, bantuan, kasih sayang, motivasi, serta dukungan dalam semua hal kepada Penulis;

8. Sahabat seperjuangan selama penelitian dan penulisan skripsi: Dian Wahyu Kusuma, Ayu Septika, S.P., Enggalih Melratri, S.P., dan Akhmad Komarudin, S.P. atas kebersamaan, kerjasama, bantuan, saran, motivasi, dan dukungan yang telah diberikan;

9. Teman-teman Hortikultura 2007 atas bantuan, dukungan, persahabatan, dan kebersamaan selama ini;

10. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu atas bantuan selama Penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

Semoga keberkahan dan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala selalu dilimpahkan atas keikhlasan bantuan yang telah diberikan kepada Penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 14 Januari 2013 Penulis

(38)

(39)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji

Buah jambu biji merupakan buah klimakterik, sehingga setelah dipanen masih melangsungkan proses fisiologis dengan menghasilkan etilen dan karbon dioksida dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses pemasakan buah. Selama proses pemasakan buah jambu biji akan mengalami perubahan fisik dan kimia. Perubahan fisik meliputi perubahan kadar air, tekstur, dan warna,

sedangkan perubahan kimia yang terjadi antara lain perubahan kandungan asam dan gula.

Perubahan fisik akan terus terjadi selama proses pemasakan. Penurunan kadar air disebabkan oleh adanya transpirasi dan respirasi. Respirasi mengubah senyawa komplek (karbohidrat dan lemak) menjadi senyawa yang lebih sederhana (CO2

dan air) dan energi. Tekstur buah berubah akibat adanya perubahan tekanan turgor sel. Pigmen klorofil pada kulit jambu biji secara berangsur-angsur terdegradasi memunculkan pigmen kuning.

(40)

7 memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi, sedangkan dengan dosis 0,1

kilogray memiliki tingkat kekerasan yang paling rendah (Wahyuni et al., 2009).

Selama pemasakan, kandungan asam askorbat buah jambu biji menurun. Kandungan asam askorbat jambu biji lebih tinggi pada buah matang-hijau dan matang optimum, daripada buah yang telah masak. Kandungan asam askorbat pada jambu biji yang disimpan pada suhu 3—4 dan 7 °C tidak berbeda, demikian pula kandungan asam askorbat jambu biji yang disimpan pada suhu 7, 11, dan 20°C tidak berbeda nyata (Ochoa dan Leon, 1990).

Widodo et al. (1996) menyatakan bahwa umumnya kandungan asam dalam buah mengalami penurunan selama pemasakan. Penurunan tersebut bergantung pada jenis asam organik, tipe jaringan, varietas, dan kondisi penyimpanan. Kandungan asam jambu biji ‘Susu Putih ‘ pada 3 tingkat kematangan, yaitu matang, matang

optimal dan lewat matang meliputi 0.27%, 0.30%, dan 3.00%.

Asam bebas buah jambu biji ‘Taiwan’ pada penyimpanan 5, 20, dan 26 ± 2 o

C secara nyata tidak berbeda. Asam bebas pada suhu penyimpanan 5 oC selama 27 hari penyimpanan, yaitu antara 62,8-76,3. Asam bebas pada suhu penyimpanan 20, dan 26 ± 2 oC secara berturut-turut, yaitu 62,8-68,8 dan 62,8-76,8 selama penyimpanan 10 hari (Agustin dan Osman, 1988).

Agustin dan Osman (1988) melaporkan bahwa fruktosa dan kandungan gula total pada jambu biji ‘Taiwan’ meningkat secara signifikan selama penyimpanan pada

(41)

8 2.2 Kitosan

Kitosan merupakan bahan pelapis yang aman digunakan pada bahan makanan. Kitosan dihasilkan dari proses deasetilasi senyawa kitin yang terdapat dalam cangkang kulit golongan Crustaceae seperti udang, lobster, dan kepiting (Munoz et al., 2008). Kitosan mudah terbiodegradasi dan tidak beracun (Pasaribu, 2004).

Pelapisan kitosan pada beberapa jenis buah dapat memperpanjang masa simpan. Berdasarkan hasil penelitian Widodo et al. (2010a) pelapisan kitosan 2,5% pada jambu biji ‘Mutiara’ dan ‘Crystal’ mampu memperpanjang masa simpan 7— 8 hari. Pelapisan kitosan pada buah pisang dengan konsentrasi 2,5% dapat meminimalkan kerusakan buah dan kehilangan air serta memperpanjang masa simpan buah (Herista, 2010). Pelapisan kitosan pada konsentrasi 1,5% pada buah mangga memiliki masa simpan hingga 20 hari. Hal ini karena pelapisan kitosan dapat menutup seluruh permukaan buah mangga dengan sempurna sehingga mampu menghalangi O2 yang akan masuk ke dalam buah dan laju respirasi dapat

dihambat (Jayaputra dan Nurrachman, 2005).

(42)

9 Perlakuan kitosan dapat menunda pemasakan dan memperpanjang masa simpan buah peach, pear jepang, dan buah kiwi, dengan cara menurunkan laju respirasi dan menghambat perkembangan jamur (Du et al., 1997). Kitosan dapat

menghambat pertumbuhan jamur pascapanen dengan menghambat perkecambahan spora (Yanti et al., 2009).

2.3 Indole Acetic Acid (IAA)

Indole Acetic Acid (IAA) merupakan ZPT dari golongan auksin yang memiliki kemampuan sebagai inhibitor pemasakan buah. IAA dapat menghambat pemasakan buah pisang dengan cara menurunkan aktivitas enzim β-amilase sehingga degradasi pati dapat dihambat oleh IAA selama pemasakan buah pisang (Purgatto et al., 2001).

Aplikasi IAA pada konsentrasi tinggi (100 µM dan 1000 µM) akan mempercepat proses respirasi, mendorong produksi etilen dalam pemasakan buah, sedangkan pemberian IAA pada konsentrasi rendah (1 µM dan 10 µM) dapat memperpanjang masa simpan dan menunda pemasakan buah buah alpukat 2—3 hari lebih lama pada suhu 20 °C (Tingwa dan Young, 1975). Pemberian IAA pada konsentrasi 10-5─10-2 M dengan cara perendaman selama 30 menit dapat menunda pemasakan buah pisang (Vendrell, 1970), dan pemberian auksin juga dapat menunda

pemasakan pada buah anggur (Bottcher et al., 2011).

(43)

10 2,4-D atau NAA pada konsentrasi ≤ 10-5 M adalah konsentrasi yang efektif untuk memperlama masa simpan buah pisang (Musa accuminata Colla).

Gambar

Gambar 2.  Jambu biji ‘Crystal’ yang mengalami luka memar.
Gambar 3.  Buah jambu biji ‘Crystal’ yang mengalami bercak coklat.

Referensi

Dokumen terkait

Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada siswa dalam memahami konsep matematis me- lalui tahap berfikir

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan para mahasiswa perguruan tinggi dipercaya merupakan alternatif jalan keluar untuk mengurangi tingkat pengangguran, karena para sarjana

Therefore, the researcher assumes that after students doing reading comprehension activity by using short story as reading material, the students will get message

Alhamdul lilah hirobbil’alamin, puji s yukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

[r]

Fenelitian ini menggurakan model Research and De*rlopmear (R&D) yang diadaptasi menjadi tiga tahap utarna yaitu: li tahap pendahuluan; 2) tahap Pengembangan; dan

Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna status kebersihan mulut orang yang memakai alat ortodontik cekat

Perangkat Daerah dan Peraturan Kepala BKPM Nomor 7 Tahun 2016 tentang Penetapan Hasil Pemetaan Urusan Pemerintahan Daerah Di Bidang Penanaman Modal serta Peraturan Menteri Dalam