• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ONGOING ASSESSMENT TEKNIK IF-AT (IMMEDIATE FEEDBACK ASSESSMENT TECHNIQUE) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL TEAM BASED LEARNING PADA MATERI POKOK GERAK MELINGKAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH ONGOING ASSESSMENT TEKNIK IF-AT (IMMEDIATE FEEDBACK ASSESSMENT TECHNIQUE) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL TEAM BASED LEARNING PADA MATERI POKOK GERAK MELINGKAR"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ONGOING ASSESSMENT TEKNIK IF-AT (IMMEDIATE FEEDBACK ASSESSMENT TECHNIQUE) TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA MELALUI MODEL TEAM BASED LEARNING PADA MATERI POKOK

GERAK MELINGKAR

Oleh

ASEP SURAHMAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH ONGOING ASSESSMENT TEKNIK IF-AT (IMMEDIATE FEEDBACK ASSESSMENT TECHNIQUE) TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA MELALUI MODEL TEAM BASED LEARNING PADA MATERI POKOK

GERAK MELINGKAR

Oleh

ASEP SURAHMAN

Hasil observasi menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang memperoleh nilai

di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Salah satu aspek yang diduga

mempengaruhi hal tersebut adalah kurang optimalnya kegiatan penilaian yang

diberikan oleh guru selama proses pembelajaran khususnya pada aspek penilaian

ranah kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ongoing

assessment teknik IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) terhadap hasil belajar melalui model team based learning. Penelitian ini dilakukan di SMA

Negeri 1 Banyumas Pringsewu menggunakan satu kelas, yaitu kelas X4 dengan jumlah sampel 33 siswa dan menggunakan desain One-Shot Case Study.

Penelitian ini menggunakan data hasil IF-AT yang diperoleh melalui nilai

rata-rata hasil tes IF-AT secara ongoing assessment dan data hasil belajar siswa yang

diperoleh melalui nilai hasil ujian setelah sampel diberi perlakuan dengan

(3)

pengaruh dilakukan uji linieritas, korelasi dan regresi linier sederhana antara data

hasil IF-AT dan hasil belajar siswa yang sebelumnya instrumen telah diuji terlebih

dahulu dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas soal. Hasil penelitian

menunjukan bahwa terdapat pengaruh linier yang positif dan signifikan antara

ongoing assessment teknik IF-AT terhadap hasil belajar siswa dengan kontribusi determinan sebesar 17,64 % dan persamaan regresinya adalah Y’= -17,666 +

1,096 X.

(4)
(5)
(6)
(7)

viii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoretis ... 7

2.1.1 Ongoing Assessment ... 7

2.1.2 IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) ... 12

2.1.3 Model Team Based Learning ... 16

2.1.4 Materi Pembelajaran ... 19

2.1.5 Hasil Belajar ... 22

2.1.6 Konsep Gerak Melingkar ... 24

2.2 Kerangka Pemikiran ... 25

2.3 Hipotesis ... 27

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

(8)

ix

3.3 Sampel Penelitian ... 28

3.4 Desain Penelitian ... 29

3.5 Variabel Penelitian ... 29

3.6 Instrumen Penelitian ... 30

3.7 Data Penelitian ... 30

3.8 Analisis Instrumen ... 30

3.8.1 Uji Validitas ... 30

3.8.2 Ujia Reliabilitas ... 31

3.9 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.10 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 33

3.10.1 Analisis Data ... 33

3.10.2 Pengujian Hipotesis ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 38

4.1.1 Uji Instrumen Penelitian ... 38

a. Uji Validitas ... 39

b. Uji Reliabilitas ... 41

4.1.2 Tahapan Pelaksanaan ... 41

4.1.3 Data Hasil Penelitian ... 43

4.1.3 Pengujian Hipotesis ... 44

4.2 Pembahasan ... 50

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 61

(9)

x

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1 ... 69

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2 ... 82

5. Kisi-Kisi Soal IF-AT ... 95

6. Soal IF-AT 1 ... 120

7. Soal IF-AT 2 ... 122

8. Soal IF-AT 3 ... 124

9. Soal IF-AT 4 ... 126

10. Soal IF-AT 5 ... 128

11. Soal IF-AT 6 ... 130

12. Lembar Jawaban Pilihan Jamak IF-AT I ... 132

13. Lembar Jawaban Pilihan Jamak IF-AT II ... 133

14. Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar ... 134

15. Soal Hasil Belajar ... 150

16. Lembar Penilaian Diskusi dan Presentasi ... 155

17. Lembar Penilaian Afektif ... 157

18. Data Hasil IF-AT ... 159

19. Data Hasil Belajar Siswa ... 161

20. Data Uji Validitas Soal dan Uji Reliabilitas Soal ... 164

21. Hasil Uji Validitas Soal dan Uji Reliabilitas Soal ... 166

22. Hasil Uji Normalitas Hasil IF-AT – Hasil Belajar Siswa ... 180

23. Hasil Uji Linearitas Hasil IF-AT – Hasil Belajar Siswa ... 181

24. Hasil Uji Korelasi Hasil IF-AT – Hasil Belajar Siswa ... 183

25. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Hasil IF-AT – Hasil Belajar Siswa 184 26. Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan ... 189

27. Surat Izin Penelitian ... 190

28. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 191

29. Daftar Hadir Seminar Proposal ... 192

30. Daftar Hadir Seminar Hasil ... 194

(10)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Evaluasi pembelajaran merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran di

samping adanya perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Adapun

salah satu aspek penting dalam evaluasi pembelajaran adalah penilaian.

Penilaian merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan

untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Penilaian dilakukan selama proses

pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan

adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar

kompetensi yang ditentukan.

Selanjutnya sistem penilaian yang digunakan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan, yakni sistem

penilaian yang menilai semua kompetensi dasar, menganalisis hasil

penilaian dan melakukan tindak lanjut berupa program perbaikan dan

pengayaan. Penggunaan sistem penilaian yang berkelanjutan diharapkan

dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini tentu akan bermakna

apabila sistem penilaian tersebut dikelola dengan baik sesuai dengan

(11)

tentunya akan menjadi bumerang karena akan memberikan hasil yang

tidak akurat, siswa tidak termotivasi dan lain-lain. Oleh karena itu sekolah

harus dapat melakukan penilaian terhadap siswa secara profesional.

Penilaian di sekolah, secara umum telah melakukan penilaian sesuai

dengan standar penilaian yaitu permen nomor 20 tahun 2007, namun

masih belum sempurna seperti apa yang diharapkan. Guru telah

melaksanakan penilaian proses pada saat pembelajaran dan penilaian hasil

setelah selesai proses pembelajaran untuk satu kompetensi dasar, tetapi

baru hanya sekadar untuk mengambil nilai siswa. Belum banyak guru yang

melakukan analisis hasil penilaian tersebut dan melakukan tindak lanjut

berdasarkan hasil yang diperoleh. Guru telah memberikan latihan serta

pekerjaan rumah (PR) atau tugas-tugas lainnya, tetapi belum tertata dengan

baik. Begitu juga dengan pemberian penugasan yang belum tepat

mencapai sasarannya dan masih sangat sedikit guru yang melakukannya

dengan baik. Bagaimana menyiasati agar jawaban yang ditulis siswa

betul-betul dari hasil pemikirannya sehingga hasil ujian yang diperoleh dapat

menggambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya. Karena masih

banyak siswa hanya sekadar menyalin saja dari pekerjaan teman yang lain

sehingga tidak menambah pemahamannya terhadap materi tersebut.

Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Banyumas Kabupaten

Pringsewu, diperoleh data bahwa nilai rata-rata ujian tengah semester mata

(12)

adalah 66. Salah satu aspek yang diduga mempengaruhi hal tersebut

adalah kurang optimalnya kegiatan penilaian yang diberikan oleh guru

selama proses pembelajaran khususnya pada aspek penilaian ranah

kognitif. Hal ini tentunya berdampak kepada rendahnya hasil belajar

siswa. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran guru perlu

menyiapkan instrumen penilaian yaitu penilaian proses dan hasil dengan

baik sehingga betul-betul merupakan alat ukur yang valid dan reliabel.

Uraian di atas menunjukkan bahwa penilaian merupakan salah satu aspek

yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan penilaian

yang sesuai dengan aturan atau kaidah penilaian akan meningkatkan

prestasi belajar siswa. Tetapi pelaksanaannya di sekolah-sekolah belum

sepenuhnya sesuai dengan aturan atau kaidah penilaian yang benar dan

tepat sehingga berdampak kepada kualitas pendidikan yang masih rendah.

Oleh karena itu, peneliti telah mengadakan penelitian tentang bagaimana

mengelola sistem penilaian yang lebih baik dengan menggunakan sistem

penilaian berkelanjutan (ongoing assessment) melalui model pembelajaran

berbasis tim (team based learning) dengan teknik umpan balik segera

(immediate feedback assessment technique) pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Selanjutnya peneliti telah melihat pengaruh sistem penilaian

proses tersebut terhadap hasil belajar siswa sehingga penelitian ini diberi

(13)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat

pengaruh ongoing assessment teknik IF-AT (Immediate Feedback

Assessment Technique) terhadap hasil belajar siswa melalui model team based learning?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ongoing

assessment teknik IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) terhadap hasil belajar siswa melalui model team based learning.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan bahwa teknik IF-AT (Immediate Feedback Assessment

Technique) dapat digunakan sebagai salah satu teknik penilaian berkelanjutan (ongoing assessment) untuk memperoleh hasil belajar

siswa ranah kognitif yang lebih tinggi melalui model team based

(14)

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan guru atau calon guru untuk memilih

teknik IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) dalam

mengevaluasi hasil belajar fisika pada setiap topik materi selama

proses pembelajaran.

b. Dengan digunakannya teknik IF-AT (Immediate Feedback

Assessment Technique), siswa dapat mengevaluasi hasil belajar secara langsung dan mandiri dalam setiap topik materi yang telah

diajarkan selama proses pembelajaran.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan

maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Ongoing Assessment adalah suatu proses penilaian yang dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik

penilaian menggunakan tes maupun non tes. Ongoing assessment

dalam penelitian ini dibatasi hanya pada ranah kognitif.

2. Teknik IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) adalah

teknik penilaian umpan balik dengan segera berupa tes pilihan jamak

yang menggunakan instrumen lembar jawaban pilihan jamak sistem

gores. Teknik IF-AT dalam penelitian ini hanya dapat digunakan untuk

mengukur, memonitor dan menilai aspek belajar pada ranah kognitif

(15)

3. Model Team Based Learning adalah salah satu model pembelajaran

aktif yang menekankan proses pembelajaran dengan pemberian umpan

balik yang lebih cepat.

4. Hasil belajar adalah bukti kemampuan atau keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai.

Hasil belajar dalam penelitian ini dibatasi hanya pada ranah kognitif.

5. Subyek penelitian adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 1 Banyumas

Pringsewu semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

(16)

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Ongoing Assessment

Asesmen merupakan program penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan pembelajaran yang telah

dilakukan. Secara umum, tujuan asesmen adalah untuk menilai

pembelajaran di kelas dan meningkatkan pembelajaran serta kualitas belajar

siswa. Pada kegiatan penilaian dikenal adanya prinsip kesinambungan yaitu

penilaian yang dilakukan secara berencana, terus-menerus dan bertahap

untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan tingkah laku siswa

sebagai hasil belajar dari kegiatan belajar. Adapun bentuk penilaian yang

berdasar pada prinsip kesinambungan adalah salah satunya ongoing

asessment.

Ongoing assessment adalah proses untuk mempersiapkan siswa dengan respon yang jelas untuk mengetahui pemahaman siswa dengan tujuan untuk

membantu meningkatkan kinerja siswa selanjutnya.

Menurut Dodge (2004: 5) :

(17)

recommend assesing children based on observations of the

processes children use rather than on simple, concrete, disconected indicators or milestones.

Ongoing assessment merupakan proses mengumpulkan informasi dalam konteks kegiatan kelas setiap hari untuk memperoleh gambaran representatif

terhadap kemampuan dan kemajuan siswa.

Selanjutnya menurut Conley (2011: 159) :

Ongoing assessment is a term that signals that assessment should be diverse and happening all the time. Through their own

development and everyday experiences with literacy and learning but also through instruction, students change and learn all of the time. As a result, teachers need to continually update their knowledge about what students are experiencing in and out of school, what students know and can do, and how teachers can create contexts for students to become more literate and learn. The task of creating assessment that is ongoing and informative can be particularly challenging in this era of high standards and

accountability.

Ongoing assessment adalah istilah sinyal penilaian yang harus bervariasi dan terjadi selama pembelajaran berlangsung. Melalui pengembangan

mereka sendiri dan pengalaman sehari-hari dengan membaca dan belajar

tetapi juga melalui instruksi, siswa berubah dan belajar selama pembelajaran

berlangsung. Hasilnya, guru perlu untuk terus memperbarui pengetahuan

mereka tentang apa pengalaman siswa di dalam dan luar sekolah, apa yang

siswa tahu dan bisa lakukan, dan bagaimana guru dapat menciptakan

konteks bagi siswa untuk menjadi lebih melek dan belajar. Tugas

menciptakan penilaian yang berkelanjutan dan informatif menjadi sangat

(18)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ongoing

assessment adalah proses mengumpulkan informasi untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh terhadap kemampuan siswa dengan

memberikan penilaian secara bervariasi dan berkelanjutan selama proses

pembelajaran berlangsung.

Menurut Joslin (2010: 7) :

Assessment that fosters understanding (rather than simply

evaluating it) has to be more than an end-of-the-unit test. It needs to inform students and teachers about both what students currently understand and how to proceed with subsequent teaching and learning. This integration of performance and feedback is exactly what students need as they work to develop their understanding of a particular topic or concept. In the teaching for understanding framework, it is called “ongoing assessment”.

Penilaian untuk membantu perkembangan pemahaman dilakukan lebih dari

tes di akhir unit pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk menginformasikan

kepada siswa dan guru tentang apakah siswa benar-benar sudah mengerti

dan bagaimana proses belajar mengajar selanjutnya akan dilakukan.

Penggabungan dari unjuk kerja dan umpan balik sebenarnya sangat

dibutuhkan siswa sebagai acuan mereka untuk meningkatkan pemahaman

siswa tentang suatu topik atau konsep tertentu dalam kerangka mengajar

untuk memahami, hal ini disebut ongoing assessment.

Selanjutnya menurut Issarlis (2005: 11) :

(19)

kinds of mistakes they make, the ways in which they go about correcting their own mistakes, and the ways in which [other] might correct them. This kind of ongoing observation and assessment is inseparable from good teaching practice.

Ongoing assessment dilakukan dalam aktivitas belajar secara berkelanjutan. Hal ini dilakukan dengan mengurangi menulis laporan dan lebih jauh lagi

dengan berinteraksi antara guru dan siswa. Selanjutnya hal ini harus

dilakukan dengan merespon pertanyaan siswa setiap hari dan

memvariasikan berbagai macam pertanyaan yang akan ditanyakan kepada

siswa, salah satunya dengan komunikasi secara langsung mengenai jenis

kesalahan yang mereka buat dan cara lain dengan memberi perbaikan

kesalahan pemahaman mereka. Jenis observasi berkelanjutan dan asesmen

ini tidak terpisahkan dari praktik mengajar yang baik.

Chapman (2005: 26) memberi definisi secara spesifik tentang ongoing

assessment yaitu:

Ongoing assessment occurs before and during or assignment to meet the needs of individual students. It is designed or selected to acquire information in daily activities and to provide experiences to expedite learning. Students receive regular feedback on their performance to continually improve in areas of strength and need.

Ongoing assessment terdiri dari penilaian sebelum dan selama pembelajaran untuk menemukan apa yang dibutuhkan oleh siswa. Hal ini didesain untuk

menggali informasi tentang aktivitas dan pengalaman belajar. Siswa

menerima umpan balik dari penampilannya untuk memperbaiki

pembelajaran selanjutnya. Carbery (2009: 31) mengatakan bahwa: Penilaian

formatif merupakan bagian dari ongoing assessment yang berupa

(20)

sumatif fokus pada produk (hasil tes), maka ongoing assessment fokus

terhadap proses pembelajaran.

Carbery (2009: 31) melanjutkan bahwa: Ongoing assessment sebenarnya

bukanlah hal yang baru dalam pendidikan. Sejak guru membuat penilaian

terhadap kerja siswa, sejak saat itulah asesmen mengambil peran. Meskipun

penilaian yang dibuat guru masih bersifat tidak jelas dan tidak

mengidentifikasi permasalahan. Untuk menjadi nilai yang jelas, ongoing

assessment (OA) harus dikembangkan berdasarkan cara yang prinsipil dan sistematik. Dalam hal ini, Joslin (2010: 9) menjelaskan langkah-langkah

dalam memahami ongoing assessment:

Ongoing assessment needs to occur in the context of performances of understanding that, in turn, are anchored to understanding goals. Therefore, each of the examples below includes unit-long

understanding goals (statement form only) and performances of understanding, as well as a description of criteria and feedback for ongoing assessment.

1) Understanding goal

2) Performances of understanding 3) Criteria for on going assessment 4) Feedback for ongoing assessment

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas mengenai penjelasan lebih lanjut

mengenai ongoing assessment maka dapat disimpulkan kembali bahwa

ongoing assessment merupakan penilaian formatif yang menggabungkan unjuk kerja dengan umpan balik secara berkelanjutan selama proses

pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan cara yang prinsipil dan

sistematik. Adapun dalam penelitian ini, ongoing assessment yang

(21)

dilakukan tidak hanya diakhir pembelajaran, tetapi juga disela-sela

pembelajaran.

2.1.2 IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique)

IF-AT adalah alat penilaian tes pilihan jamak yang inovatif dengan

memberikan afirmasi atau penguatan secara segera kepada siswa dan

memperbaiki umpan balik atas pengetahuannya yang memastikan bahwa

sebuah respon terakhir siswa adalah yang benar.

Menurut Epstein (2001: 3):

The Immediate Feedback Assessment Technique, also known as the IF-AT, is an exciting and revolutionary new testing system that transforms traditional multiple-choice testing into an interactive learning opportunity for students and a more informative assessment opportunity for teacher.

Teknik penilaian umpan balik secara segera, yang dikenal sebagai istilah

AT merupakan sistem pengujian baru yang menarik dan revolusioner.

IF-AT mengubah pengujian tes pilihan jamak secara tradisional ke dalam

sebuah kesempatan pembelajaran interaktif bagi siswa dan kesempatan

penilaian yang lebih informatif bagi para guru.

Selanjutnya menurut Kim (2005: 15):

(22)

IF-AT merupakan sebuah tipe baru dari prosedur pilihan jamak yang

menyediakan umpan balik informasi secara segera kepada siswa untuk

masing-masing pertanyaan dan memberikan alokasi kredit parsial ketika

digunakan latihan penilaian kelas. IF-AT merupakan dasar prinsip psikologi

yang kokoh, artinya umpan balik secara segera bermanfaat untuk

pembelajaran. Selain itu, menurut Stephen L. MacNeil (2010: 5): IF-AT

adalah sebuah “Goresan dan pembelajaran” atau “jawaban sampai benar”

dan kartu jawaban untuk pertanyaan pilihan jamak.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IF-AT adalah

sebuah bentuk lembar jawaban pilihan jamak baru yang mempunyai

keuntungan lebih dari teknik lembar jawaban yang biasa digunakan. IF-AT

mempunyai jawaban sampai dengan format koreksi yang menyediakan bagi

siswa secara segera dengan memperbaiki umpan balik item per item.

Secara rinci Epstein (2001: 5) menjelaskan mengenai sistem kerja IF-AT:

Here’s How. Use of the IF-AT testing system enables students to be provided with immediate feedback about the accuracy of their answers to each question in a test/quiz/homework assignment, etc. As the students are completing each item. The IF-AT system provides immediate affirmative feedback (if a student’s answer choice is correct) and/or corrective feedback (if a student’s answer choice is incorrect).

(23)

Psychological Principles. The IF-AT was developed by a psychology professor whose specialty is human learning and memory. The IF-AT is based on solid psycological principles: 1) Immediate feedback is beneficial for learning (and is superior to

delayed feedback).

2) The best test/quiz/homework assignment, etc. Doesn’t just assess; it also teaches.

3) The last response given by students on a test item are the ones they learn (i.e. the students leave the test item believing they have chosen the correct answers).

Penggunaan sistem pengujian IF-AT memungkinkan siswa untuk diberikan

dengan umpan balik langsung tentang akurasi jawaban mereka setiap

pertanyaan dalam tugas tes, kuis dan pekerjaan rumah (PR) dalam

menyelesaikan setiap item. Sistem IF-AT menyediakan umpan balik

afirmatif langsung (jika pilihan jawaban siswa benar) dan umpan balik

korektif (jika pilihan jawaban siswa tidak benar).

IF-AT memungkinkan siswa untuk terus menjawab pertanyaan sampai

mereka menemukan jawaban yang benar. Hal ini memastikan bahwa respon

siswa terakhir adalah yang benar. Dengan demikian, IF-AT mengajarkan

siswa untuk menilai, memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan retensi

dari informasi yang sedang diuji.

Selanjutnya Epstein (2001: 8) menjelaskan bahwa: IF-AT menggunakan

bentuk jawaban pilihan jamak dengan film buram tipis yang menutupi

pilihan jawaban. Alih-alih menggunakan pensil untuk mengisi lingkaran,

goresan setiap siswa jawabannya seolah menggaruk tiket lotere. Goresan

siswa dari lapisan dari persegi panjang yang sesuai dengan pilihan pertama

(24)

suatu tempat di dalam persegi panjang menunjukkan bahwa dia menemukan

jawaban yang benar. Hasil belajar siswa segera diperkuat dengan menerima

kredit penuh untuk jawabannya dan pindah ke pertanyaan berikutnya. Jika

tidak benar, siswa harus membaca kembali pertanyaan dan pilihan jawaban

yang tersisa dan menggaruk pilihan kedua atau bahkan ketiga sampai

jawaban yang benar diidentifikasi. Siswa akan mendapatkan kredit parsial

untuk beberapa upaya dan mempelajari respon yang benar untuk setiap

pertanyaan saat mengambil ujian. Salah satu kunci untuk IF-AT adalah

bahwa siswa tidak pernah meninggalkan pertanyaan tanpa mengetahui

jawaban yang benar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik IF-AT

merupakan teknik penilaian umpan balik segera yang digunakan dalam tes

pilihan jamak berupa instrumen lembar jawaban pilihan jamak dengan

menggunakan sistem gores untuk memperoleh jawaban akhir yang benar.

Teknik IF-AT dalam penelitian ini hanya dapat digunakan untuk mengukur,

memonitor dan menilai aspek belajar pada ranah kognitif saja selama proses

pembelajaran. Selanjutnya instrumen IF-AT yang digunakan berupa lembar

jawaban pilihan jamak dengan lima alternatif pilihan (A, B, C, D, E) dimana

setiap pilihan jawaban ditutup oleh lapisan tipis non transparan. Untuk lebih

(25)
[image:25.595.150.408.86.327.2]

Gambar 2.1 Format Lembar Jawaban IF-AT

2.1.3 Model Team Based Learning

Team based learning adalah sebuah strategi pedagogik yang menggunakan kelompok siswa bekerja bersama-sama dalam tim untuk mempelajari bahan

mata pelajaran. Sasaran utama team based learning adalah menyediakan

kesempatan bagi siswa untuk melatih konsep mata pelajaran selama

kegiatan pembelajaran berlangsung. Mayona (2009: 254) menyatakan

bahwa: Pada model team based learning (TBL) pengajar lebih memberikan

banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan

bekerjasama karena memberikan bobot yang lebih besar kepada proses

diskusi (peer discussion) dan belajar individu (individual study)

(26)

Menurut Mayona (2009: 257) :

Team based learning (TBL) adalah salah satu model pembelajaran aktif yang memiliki karakteristik sebagai berikut.

1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.

2) Siswa tidak hanya mendengarkan kegiatan belajar secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi belajar.

3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi belajar.

4) Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi.

5) Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

Disamping karakteristik tersebut di atas, secara umum proses pembelajaran

aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang

timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive

interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar.

Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan

pengajar harus dapat menilai setiap siswa sehingga terdapat individual

accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan

memupuk social skill. Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat

ditingkatkan sehingga penguasaan materi juga meningkat.

Selanjutnya menurut Michaelsen (2008: 9) :

Team based learning (TBL) differs from other forms of small-group work in that it involves developing and using learning teams as an instructional strategy. As a result, implementing TBL

(27)

explicitly designing assignments to accomplish two purposes: deepening students’ learning and promoting the development of high-performance learning teams.

Team based learning (TBL) berbeda dari bentuk kerja kelompok kecil yang lain, karena ini meliputi pengembangan dan penggunaan tim pembelajaran

sebagai strategi yang instruksional. Hasilnya, implementasi TBL secara

khusus membutuhkan hubungan masing-masing kegiatan pembelajaran

untuk melanjutkan dan secara eksplisit mendesain tugas untuk

menyelesaikan dua tujuan yaitu untuk mengukur tingkat pemahaman

pembelajaran siswa dan mempromosikan pengembangan tim pembelajaran

dengan kinerja tinggi.

Menurut Mayona (2009: 258) :

Prinsip penting dalam pelaksanaan team based learning adalah: 1) Pembentukan dan pengelolaan kelompok siswa yang meliputi:

distribusi sumber daya pada masing-masing kelompok, ukuran dan variasi kelompok dan keterlibatan proses bekerjasama dalam kelompok.

2) Tranparasi proses terhadap siswa yang meliputi persiapan individu dan kontribusi di dalam kelompok.

3) Kegiatan belajar mengajar yang dapat mencakup pembelajaran dan pembentukan kelompok yang meliputi: membutuhkan interaksi kelompok, meminta kelompok untuk mengambil keputusan dan melaporkan kembali, tidak terlalu sederhana dan tidak terlalu kompleks.

4) Siswa membutuhkan umpan balik yang terstruktur yang meliputi proses ujian kesiapan dan ujian produk hasil.

Proses evaluasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran berbasiskan TBL adalah:

1) Tes kesiapan individu atau individual readiness assurance test (IRAT), tes ini diberikan kepada seluruh siswa pada setiap awal pembelajaran.

2) Tes kesiapan tim atau group readiness assurance test (GRAT), tes ini diberikan pada setiap kelompok.

(28)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model team based

learning merupakan model pembelajaran aktif yang menekankan pada penilaian proses secara individu maupun kelompok selama kegiatan

pembelajaran berlangsung dimana pada akhir pembahasan materi diberi tes

kembali secara individu sebagai bentuk hasil belajar.

2.1.4 Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu komponen sistem

pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa

mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Gafur (2004: 2)

menyatakan bahwa: Materi pembelajaran (instructional materials) adalah

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan

dipelajari peserta didik. Secara khusus, jenis-jenis materi pembelajaran

terdiri dari fakta, konsep, prinsip, prosedur dan sikap atau nilai.

Menurut Muhammad (2006: 4) :

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar

kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan dan sikap atau nilai

Selanjutnya ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam

(29)

Menurut Muhammad (2006: 6) :

Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: 1) Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran

hendaknya relevan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2) Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

3) Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

Dalam kriteria pemilihan bahan ajar terdapat langkah-langkah yang perlu

diperhatikan. Ramdhan (2010: 1) menyatakan bahwa: Secara garis besar

langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama

mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar.

Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar.

Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi. Terakhir adalah

memilih sumber bahan ajar.

Perlu diketahui bahwa dalam kegiatan mengidentifikasi jenis-jenis materi

bahan ajar, terdapat materi pembelajaran yang termasuk ke dalam jenis

materi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Muhammad (2006: 8) :

Materi pembelajaran ranah kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1) Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. 2) Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat, adagium,

(30)

3) Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut.

Selanjutnya dalam langkah-langkah pemanfaatan bahan ajar terdapat

strategi penyampaian bahan ajar yang harus dilakasanakan oleh guru.

Menurut Muhammad (2006: 19) :

Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru meliputi:

1) Strategi penyampaian konsep, yakni materi disajikan berupa konsep, memberikan bantuan, memberikan latihan, memberikan umpan balik dan memberikan tes.

2) Strategi penyampaian prinsip, yakni materi disajikan berupa prinsip, memberikan bantuan berupa contoh penerapan prinsip, memberikan soal-soal latihan, memberikan umpan balik dan memberikan tes.

3) Strategi penyampaian prosedur, yakni materi disajikan secara prosedur, pemberian bantuan dengan jalan mendemonstrasikan bagaimana cara melaksankan prosedur, memberikan latihan (praktek), memberikan umpan balik dan memberikan tes.

Adapun dalam penelitian ini, materi pembelajaran yang digunakan adalah

materi pokok gerak melingkar. Berdasarkan uraian penjelasan di atas dapat

dianalisis bahwa gerak melingkar merupakan materi pembelajaran yang

termasuk ke dalam materi jenis konsep, prinsip dan prosedur. Karena jika

dilihat dari karakteristiknya, materi pokok gerak melingkar berisi mengenai

definisi dan rumus yang disajikan secara berurutan dan sistematis.

Selanjutnya dalam strategi penyampaian bahan ajar gerak melingkar,

langkah yang tepat untuk menyampaikan materi gerak melingkar adalah

berupa penyajian konsep atau prinsip terlebih dahulu kemudian memberikan

bantuan kepada siswa, memberikan latihan, memberikan umpan balik dan

(31)

dengan karakteristik model pembelajaran yang akan digunakan dalam

penelitian ini.

2.1.5 Hasil Belajar

Hasil belajar diartikan sebagai sebuah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Sukardi (2008: 2) menyatakan bahwa: Hasil belajar merupakan pencapaian

pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Pencapaian belajar ini

dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) :

Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.

Selanjutnya hasil belajar juga dapat dilihat dari proses interaksi siswa

dengan berbagai macam sumber yang dapat merangsang untuk belajar dan

mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari.

Senada dengan pendapat di atas, Hamalik (2007: 30-31) mengatakan bahwa:

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada setiap aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah:

(32)

3) Kebiasaan 4) Keterampilan 5) Apresiasi 6) Emosional 7) Hubungan sosial 8) Jasmani

9) Etis atau budi pekerti, dan 10) Sikap

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa

dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil

belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi

dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.

Perinciannya adalah sebagai berikut:

1) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi

dan mencipta.

2) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi

dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3) Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

(33)

Adapun dalam penelitian ini, hasil belajar yang digunakan hanya dibatasi

pada ranah kognitif saja berupa tes tertulis pada akhir pembelajaran.

2.1.6 Konsep Gerak Melingkar

Bila suatu titik partikel bergerak melingkar, maka ada dua gerakan yang

dilakukan partikel tersebut yaitu gerak linier dan gerak sudut. Pada gerak

linier terdapat kecepatan linier yang merupakan hasil dari jarak dibagi

waktu sedangkan dalam gerak sudut terdapat kecepatan sudut yang

merupakan hasil dari posisi sudut dibagi waktu. Hubungan antara kecepatan

linier dengan kecepatan sudut menunjukkan hubungan yang sebanding.

Selanjutnya di dalam gerak melingkar dikenal adanya kinematika gerak

melingkar dan dinamika gerak melingkar. Perbedaan utama antara

kinematika gerak melingkar dan dinamika gerak melingkar adalah ada

tidaknya pengaruh berupa gaya. Jika dalam kinematika gerak melingkar,

benda bergerak melingkar tanpa ditinjau adanya pengaruh gaya sedangkan

dalam dinamika gerak melingkar terdapat penyebab benda bergerak

melingkar yang berupa gaya sentripetal (Fsp). Adapun arah gaya ini selalu menuju pusat lingkaran. Sama seperti gerak lurus (linier), dalam gerak

melingkar juga ada gerak melingkar beraturan (GMB) dan gerak melingkar

berubah beraturan (GMBB). Gerak melingkar beraturan (GMB) merupakan

gerak melingkar dengan kecepatan sudut tetap sedangkan gerak melingkar

berubah beraturan (GMBB) merupakan gerak melingkar dengan percepatan

(34)

dipercepatan, kecepatan linier (v) maupun kecepatan sudut () mengalami

perubahan. Perubahan besar kecepatan linier menghasilkan percepatan

tangensial (aT) yang arahnya selalu menyinggung lintasan lingkaran.

Sedangkan percepatan radial (sentripetal) ar yang arahnya menuju pusat lingkaran. Sehingga percepatan radial selalu tegak lurus dengan percepatan

tangensial.

Aplikasi di dalam kehidupan sehari-hari gerak melingkar dapat dijumpai

pada prinsip roda-roda yang saling berhubungan, benda terikat tali yang

diputar secara horizontal maupun vertikal, gerak kendaraan di tikungan

jalan, gerak planet, dan gerak melingkar pada talang. Konsep gerak

melingkar dalam penelitian ini merujuk pada sumber buku Fisika Dasar I

oleh Maharta (2009: 63-74).

2.2 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu

kelas. Pada penelitian ini terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas,

variabel terikat dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah ongoing assessment teknik IF-AT (X), variabel terikatnya adalah

hasil belajar siswa (Y), sedangkan variabel moderatornya adalah model

team based learning (Z). Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dapat dilihat pada

(35)
[image:35.595.184.441.138.210.2]

Z

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Pemikiran

Keterangan: X = Ongoing assessment teknik IF-AT Y = Hasil belajar siswa

Z = Model team based learning

Proses pembelajaran akan berlangsung efektif jika terdapat interaksi timbal

balik yang baik antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Melalui

interaksi yang baik, mampu menghendaki adanya kegiatan umpan balik

yang baik pula dalam upaya peningkatan pemahaman siswa tentang suatu

topik atau konsep tertentu di dalam pembelajaran yang berbasis soal.

Pembelajaran dengan menerapkan ongoing assessment teknik IF-AT

mampu mengajarkan siswa untuk menilai, memfasilitasi pembelajaran dan

meningkatkan retensi dari informasi yang sedang diuji secara berkelanjutan.

Selain itu, ongoing assessment teknik IF-AT juga mampu mendorong siswa

untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus pada proses pengerjaan

soal sampai menemukan jawaban akhir yang benar sehingga hal ini akan

berpengaruh baik nantinya terhadap hasil belajar fisika yang akan

diperolehnya.

Selanjutnya di dalam pembelajaran yang menerapkan ongoing assessment

teknik IF-AT, model pembelajaran team based learning dapat menjadi

(36)

alternatif yang tepat karena pada model pembelajaran ini siswa diberikan

kesempatan untuk melatih konsep mata pelajaran selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Pada model pembelajaran team based learning

(TBL), guru lebih memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan kemampuan bekerjasama karena memberikan bobot yang

lebih besar kepada proses diskusi (peer discussion) melalui tes kesiapan

kelompok (GRAT) dan belajar individu (individual study) melalui tes

kesiapan individu (IRAT). Adanya penilaian proses secara individu maupun

kelompok pada model pembelajaran team based learning melalui pemberian

umpan balik yang lebih cepat menjadi semakin mendukung proses

pembelajaran yang menerapkan ongoing assessment teknik IF-AT sehingga

hasil belajar fisika yang akan diperoleh siswa tentunya akan semakin lebih

baik.

2.3 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:

Terdapat pengaruh Ongoing Assessment Teknik IF-AT (Immediate

(37)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013

bulan Januari 2013 di SMA Negeri 1 Banyumas Kabupaten Pringsewu.

3.2 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1

Banyumas pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari

empat kelas, yaitu X1 sampai dengan X4.

3.3 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling dengan menentukan kelas yang hasil belajar fisika siswanya paling rendah sehingga yang terambil sebagai sampel dari penelitian ini adalah

siswa kelas X4 SMA Negeri 1 Banyumas yang berjumlah 33 orang sebagai

(38)

Keterangan:

X : Model team based learning menggunakan ongoing

assessment dengan teknik IF-AT

O : Hasil belajar 3.4 Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk pre-eksperimental design dengan tipe one-shot case study. Desain ini digunakan dalam penelitian karena ingin mengetahui pengaruh dari suatu treatment atau perlakuan, yakni penggunaan model pembelajaran team based learning

yang menggunakan sistem penilaian berkelanjutan (ongoing assessment)

dengan teknik IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) terhadap

hasil belajar siswa.

Desain ini dapat ditampilkan seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Desain eksperimen one-shot case study

(Sugiyono, 2010: 110)

3.5 Variabel Penelitian

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas,

variabel terikat dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah ongoing assessment teknik IF-AT (X), variabel terikatnya adalah

hasil belajar siswa (Y), sedangkan variabel moderatornya adalah model

team based learning (Z).

(39)

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah:

1) Lembar tes soal pilihan jamak IF-AT yang berjumlah 30 butir soal

2) Lembar tes soal pilihan jamak hasil belajar yang berjumlah 22 butir soal

3) Lembar jawaban pilihan jamak IF-AT

3.7 Data Penelitian

Data penelitian berupa data kuantitatif yang diperoleh dari:

1) Data hasil IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique)

2) Data hasil belajar siswa

3.8 Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih

dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

3.8.1 Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya

sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes

(40)

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

�� = � −( )( )

� 2( )2 � 2( )2

(Arikunto, 2010: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih

dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika

korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

tersebut dinyatakan tidak valid. Jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka

koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta

korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai

validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap

memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

3.8.2 Uji Reliabilitas

Instrumen dikatakan reliabel jika digunakan beberapa kali untuk mengukur

objek yang sama maka akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan

untuk mencari harga reliabilitas instrumen dapat menggunakan rumus

(41)

Rumus alpha tersebut yaitu:

�11 = � −

1 1− ��2 ��2

Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total

n = banyaknya item angket

(Arikunto, 2010: 109)

Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya

atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data

sesuai dengan tujuan pengukuran.

Harga r11 yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas,

dengan kriteria sebagai berikut.

1. antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi 2. antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi 3. antara 0,400 sampai dengan 0,600 : sedang 4. antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah

5. antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah

(Arikunto, 2010: 75)

Adapun instrumen yang dianalisis pada penelitian ini adalah soal hasil

belajar siswa dengan menggunakan program Anates Pilihan Jamak Versi

4.0.9. Program Anates Pilihan Jamak Versi 4.0.9 mempunyai aturan dalam

menetapkan kriteria mutu soal yang dijelaskan pada Tabel 3.1.

(42)
[image:42.595.135.520.112.344.2]

Tabel 3.1 Kriteria Kualitas Soal untuk Kepentingan Pemilahan Butir

Kriteria Indeks Klasifikasi Penafsiran

Tingkat kesukaran (p)

0,000 – 0,099 Sangat Sukar Dibuang/perlu revisi total 0,100 – 0,299 Sukar Perlu direvisi

0,300 – 0,700 Sedang Baik

0,701 – 0,900 Mudah Perlu direvisi

0,901 – 1,000 Sangat Mudah Dibuang/perlu revisi total Daya beda (D) D ≤ 0,199 Sangat Rendah Dibuang/perlu revisi total

0,200 – 0,299 Rendah Perlu direvisi

0,300 – 0,399 Sedang Sedikit atau tanpa revisi D ≥ 0,400 Tinggi Bagus sekali

Proporsi jawaban

0,000 – 0,010 Kurang Dibuang/perlu revisi total 0,011 – 0,050 Cukup Baik

0,051 – 1,000 Baik Baik Sekali Reliabilitas

soal

0,000 – 0,400 Rendah Kurang baik 0,401 – 0,700 Sedang Cukup 0,701 – 1,000 Tinggi Baik

(Rosidin, 2010: 5)

3.9 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan

data berbentuk tabel yang diperoleh dari data skor hasil IF-AT dan hasil

belajar siswa. Adapun bentuk dan hasil pengumpulan datanya dapat dilihat

secara lengkap pada Lampiran 10 dan Lampiran 11.

3.10 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

3.10.1 Analisis Data

Untuk menganalisis tes hasil IF-AT dan hasil belajar siswa digunakan

teknik penskoran, yaitu :

=

(43)

Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

3.10.2 Pengujian Hipotesis

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap hasil tes akhir dari hasil IF-AT dan

hasil belajar siswa, menggunakan program komputer. Pada penelitian ini

uji normalitas digunakan dengan uji kolmogorov smirnov. Dasar dari

pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program

komputer dengan metode kolmogorov smirnov berdasarkan pada besaran

probabilitas atau nilai signifikasi. Caranya adalah menentukan terlebih

dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka

distribusinya adalah tidak normal.

2. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka

(44)

2) Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini

biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau

regresi linear. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program

SPSS 17.0 dengan metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0,05.

Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila

signifikansi (Linearity) < 0,05. (Priyatno, 2010: 73)

3) Uji Korelasi

Jika data berdistibusi normal, maka untuk menguji hipotesis dapat

digunakan uji Korelasi Product-Moment, dengan menggunakan

persamaan berikut ini:

�= � � �− � �

� �2− � 2 � �2− � 2

(Sugiyono, 2010: 255)

Ketentuannya bila r hitung lebih kecil dari rtabel, maka Ho diterima, dan

H1 ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel

(rh > rt) maka H1 diterima. (Sugiyono, 2010: 261)

Pada penelitian ini, untuk memudahkan dalam menguji hubungan

antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0

(45)

jika tidak berdistribusi normal, dapat menggunakan Korelasi Rho

Spearman.

Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka

[image:45.595.163.392.237.322.2]

dapat digunakan pedoman seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat

Sangat Kuat

(Sugiyono, 2010: 257)

Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien

determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan,

untuk melihat pengaruh dalam bentuk persentase.

4) Uji Regresi Linier Sederhana

Uji regresi linier sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan

regresinya. Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat

diprediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas

diubah-ubah serta untuk mengetahui arah hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.

(46)

Dengan:

=

2 −

� 2 − 2

= � −

� 2 − 2

(Priyatno, 2010: 55)

Untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan

dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Reggression

Linear.

Adapun hipotesis penelitian yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh Ongoing Assessment Teknik IF-AT

(Immediate Feedback Assessment Technique) terhadap Hasil

Belajar Siswa melalui Model Team Based Learning

H1 : Terdapat pengaruh Ongoing Assessment Teknik IF-AT

(Immediate Feedback Assessment Technique) terhadap Hasil

Belajar Siswa melalui Model Team Based Learning

Kriteria pengujian:

Jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan H1

ditolak,dan jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka Ho ditolak dan

H1 diterima.

Berdasarkan tingkat signifikansi:

(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan menyatakan bahwa:

Terdapat pengaruh positif dan signifikan pada penerapan ongoing assessment

teknik IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) melalui model team

based learning terhadap hasil belajar siswa sebesar 17,64 % yang merupakan nilai koefisien determinasi dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,420 yang

termasuk dalam kategori sedang pada materi pokok gerak melingkar.

5.2 Saran

Adapun saran peneliti dari kesimpulan yang diperoleh adalah:

1. Hendaknya guru dapat menerapkan ongoing assessment teknik IF-AT

melalui model team based learning pada topik materi lainnya agar diperoleh

hasil belajar ranah kognitif yang lebih tinggi.

2. Penggunaan instrumen IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique)

hendaknya tidak hanya digunakan pada saat kegiatan pembelajaran

menggunakan ongoing assessment melalui model team based learning

melainkan juga perlu dilakukan pada saat pelaksanaan ujian untuk

(48)

alternatif yang baik bagi guru-guru sebagai salah satu upaya untuk

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bowman, Thomas G. 2011. Immediate Feedback and Learning In Athletic Training Education. Lynchburg: National Athletic Trainers’ Association.

BSNP. 2008. Standar Penilaian Pendidikan: Permen No. 20 Tahun 2007. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2012 dari

http://pendidikansains.blogspot.com/2009/02/standar-penilaian-permen-no-20-th-2007.html

Carbery. 2009. Practicalities of Ongoing Assessment. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2012 dari http://jalt.org/test/PDF/Carbery.pdf

Chapman, Carolyn dan King, Rita. 2005. Differentiated Assessment Strategies-One Tools Doesn’t Fit All. California: Corwin Press INC.

Conley. 2011. Ongoing Assessment. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2012

http://www.learner.org/workshops/socialstudies/pdf/session7/7.OngoingAsses sment.pdf

Dibattista, David dan Gosse, Leanne. 2006. Test Anxiety and the Immediate Feedback Assessment Technique. Canada: Heldref Publications.

Dimyati dan Mudjiono.2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dodge, D.T., Heroman, C., Charles, J., dan Maiorca, Jessica. 2004. Beyond Outcomes: How Ongoing Assessment Supports Children’s Learning and Leads to Meaningful Curriculum. Washington, DC: National Association for the Education of Young Children.

Epstein, Michael L. 2001. What is the IF-AT?. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2012 dari http://www.epsteineducation.com/home/about/default.aspx

(50)

Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai.

Hamalik, Oemar.2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Issarlis, Janet. 2005. What you See: Ongoing Assessment in the ESL/Literacy Classroom. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2012 dari

http://www.adultliteracyeducator.com/about.htm.

Joslin, Cara. 2010. Teaching for Understanding: Ongoing Assessment. Harvard University Graduate School of Education and Project Zero. June 2010. Tina Blythe. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2012 dari

http://www.learner.org/workshops/socialstudies/pdf/session7/7.OngoingAsses sment.pdf

Kim, Changjoo. 2005. Immediate Feedback Assessment Technique in GIS Class. Department of Geography, Minnesota State University. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2012 dari

http://www.mnsu.edu/cetl/programs/pdfs/changjookim.pdf

MacNeil, L. Stephen. 2010. The Immediate Feedback Assessment Technique (IF-AT): An Engaging Alternative to Standard Multiple Choice Tests. Ontario:

Department of Chemistry, Willfrid Laurier University.

Maharta, Nengah. 2009. Fisika Dasar I. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Mayona, Enni L. dan Irawati, Ira. 2009. Penerapan Model Team Based Learning pada Mata Kuliah Pengantar Pengelolaan Pembangunan. Bandung: Itenas. Michaelsen, L.K., Parmelee, D.X., McMahon, K.K., dan Levine, Ruth E. 2008.

Team-Based Learning for Health Professions Education. USA: Stylus Publishing, LLC.

Moye, Pamela M., Metzger, Nicole L., dan Matesic, Diane. 2012. Modified Team Based Learning (MBTL) and Long Term Retention in a Large Classroom Setting. USA: J Pharm Educ.

Muhammad, Hamid. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Media Kom.

(51)

Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Gambar 2.1 Format Lembar Jawaban IF-AT
Gambar 2.2 Diagram Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Kriteria Kualitas Soal untuk Kepentingan Pemilahan Butir
Tabel 3.2  Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi

Referensi

Dokumen terkait

Perempuan yang dalam keadaan hamil dapat disamakan dengan wanita yang dalam iddah karena hamil, demikian pula sperma yang dikandung oleh kedua perempuan yang

Atribut penting yang teridentifikasi berdasarkan pengukuran kepuasan dan kategori Kano adalah ketepatan waktu keberangkatan sesuai jadwal (kategori one-dimensional), fasilitas

Urbanisasi adalah fenomena perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan menetap, akan tetapi dalam kasus Prawirotaman tidak hanya orang dari desa yang datang untuk

Tempelkan sebuah pegas pada balok yang cukup besar, kemudian di ujung pegas diberi bola kecil.. Konsep efisiensi yaitu suatu perbandingan antara energi atau daya yang

Hal tersebut sangat membantu para orangtua untuk mendapatkan informasi tentang autistik, sehingga penanganan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan terarah untuk mendapatkan

dari setengah pasien dalam perawatan primer mengalami gangguan depresi. mayor namun tidak diobati.Pasien dengan depresi yang

(3) Amount assumes that the Trust raises $100.0 million of proceeds in this offering during the following twelve months and uses $91.08 million of such proceeds (net of sales load

Desa Parbubu II sebagai penenun kain ulos, terdapat 83 orang yang menjadi. penenun ulos dimana 10 diantaranya bekerja pada kilang ulos di Desa