• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN OBSERVASI DAN PENGUASAAN KONSEP KOLOID SISWA XI IPA SMA PERSADA BANDAR LAMPUNG (Kuasi Eksperimen pada kelas XI IPA SMA Persada Bandar Lampung TP 2011-2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN OBSERVASI DAN PENGUASAAN KONSEP KOLOID SISWA XI IPA SMA PERSADA BANDAR LAMPUNG (Kuasi Eksperimen pada kelas XI IPA SMA Persada Bandar Lampung TP 2011-2012)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan

Sekarwinahyu (2001) "konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengeta-huan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemung-kinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain”.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pe-ngalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan inter-aksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membanding-kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaan-nya untuk selanjutperbedaan-nya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengeta-huannya.

(2)

Menurut Trianto (2007):

Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pe-ngetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pepe-ngetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan ke-pada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru ber-maksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

(2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar;

(4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa;

(6) guru adalah fasilitator.

Secara keseluruhan pengertian atau maksud pembelajaran secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai penghubung yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan suatu masalah dan guru berperan sebagai pembimbing pada proses pembelajaran yang menyediakan peluang kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan baru.

B. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving)

(3)

dan sejenisnya, mengadakan percobaan, bertanya secara tepat serta mencari jawaban masalah berdasarkan pemahaman konsep, prinsip dan kaidah yang telah dipelajari.

Djamarah dan Zain (2002) mengemukakan salah satu model mengajar adalah model problem solving. Model problem solving atau sering disebut model pe-mecahan masalah bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam metode problem solving harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dengan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

(4)

“memecahkan masalah memerlukan pemikiran dengan menggunakan dan

menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah kita kenal menurut kom-binasi yang berlainan. Dalam memecahkan masalah sering harus dilalui ber-bagai langkah seperti mengenal setiap unsur dalam masalah itu, mencari aturan-aturan yang berkenaan dengan masalah itu dan dalam segala langkah

perlu ia berpikir”.

Menurut Nasution (2006) mempelajari aturan perlu terutama untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah merupakan perluasan yang wajar dari belajar atur-an. Dalam pemecahan masalah prosesnya terletak dalam diri siswa. Variabel dari luar hanya berupa instruksi verbal yang membantu atau membimbing siswa untuk memecahkan masalah itu. Namun memecahkan masalah tidak sekedar menerap-kan aturan-aturan yang diketahui, amenerap-kan tetapi juga menghasilmenerap-kan pelajaran baru.

Metode problem solving ini lebih baik digunakan bersama-sama dengan metode lain, seperti metode diskusi dan kerja kelompok, sebagaimana yang dikemukakan oleh Djsastra (1985) yaitu :

“Dalam praktek mengajar di kelas model problem solving ini sebaiknya dipergunakan bersama-sama dengan metode diskusi dan metode proyek, tetapi yang jelas model problem solving ini akan lebih produktif (lebih

stabil) bila disatukan dengan metode diskusi”.

Kelebihan dan kekurangan model problem solving menurut Dzamarah dan Zain (2002) adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan model problem solving

a. metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara

(5)

2. Kekurangan model problem solving

a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan ting-kat berfikir siswa, tingting-kat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pe-ngalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru

b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlu-kan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pel-ajaran lain

c. mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

C. Keterampilan Proses Sains

Menurut Dimyati dan Moedjiono (2002), keterampilan proses sains dapat diarti-kan sebagai keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang terkait dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang telah ada dalam diri siswa. Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses sains, keterampilan-keterampil-an tersebut terdiri dari keterampilketerampilan-keterampil-an-keterampilketerampilan-keterampil-an dasar (basic skills) dan keteram-pilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan-keterampilan da-sar terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengamati (mengobservasi), mengkla-sifikasi, mengukur, memprediksi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.

1. Mengamati

(6)

kuantitatif apabila dalam pelaksanaannya selain menggunakan pancaindra, juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat. 2. Mengklasifikasikan

Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga di dapatkan golongan/ kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contoh ke-giatan yang menampakkan keterampilan mengklasifikasikan antara lain: meng-klasifikasikan cat berdasarkan warna, mengmeng-klasifikasikan binatang menjadi binatang beranak dan bertelur dan kegiatan lain yang sejenis.

3. Mengukur

Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh-contoh kegiatan yang menampakkan ketermpilan mengukur antara lain: mengukur panjang garis, mengukur berat badan, mengukur temperatur, dan kegiatan sejenis yang lain.

4. Memprediksi

Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

5. Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan misalnya dengan berdiskusi, mendeklamasi-kan, mendramamendeklamasi-kan, mengungkapmendeklamasi-kan, melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisan, gerak, atau penampilan).

6. Menyimpulkan

Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui.

(7)

Tabel 1. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu Mengamati (observasi)

KPS pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. KPS dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Dimyati dan Mudjiono (2002) memuat ulasan pendekatan keterampilan proses sains yang diambil dari pendapat Funk dalam Cartono (2007) sebagai berikut: (1) Pendekatan KPS dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih mema-hami fakta dan konsep ilmu pengetahuan; (2) Pembelajaran melalui KPS akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan; (3) KPS dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan keterampilan proses sains dirancang dengan beberapa tahapan yang diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep. Tahapan-tahapan pendekatan pembelajaran KPS menurut Dimyati dan Mudjiono (2002):

(8)

penguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan.

Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa dengan penerapan pendekatan KPS menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan. Selanjutnya dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah-masalah. Cartono (2007) menyusun indikator-indikator KPS dasar dan KPS terpadu yang uraiannya disajikan seperti pada Tabel 2 dan 3 berikut:

Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains dasar

Keterampilan Dasar Indikator

Observasi (observing) Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan.

Klasifikasi (Classifying) Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.

Pengukuran (measuring) Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain. Pengomunikasian

(communicating)

Mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas. Menarik Kesimpulan

(inferring)

(9)

Tabel 3. Indikator keterampilan proses sains terpadu

Keterampilan Terpadu Indikator

Merumuskan hipotesis (formulating of hypotheses)

Mampu menyatakan hubungan antara dua variabel, mengajukan perkiraan penyebab suatu hal terjadi dengan mengungkapkan bagaimana cara melakukan pemecahan masalah

Menamai variabel (naming variables)

Mampu mendefinisikan semua variabel jika digunakan dalam percobaan

Mengontrol variabel (controling variables)

Mampu mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi hasil percobaan, menjaga kekonstanannya selagi memanipulasi variabel bebas

Membuat definisi operasional

(making operational definition)

Mampu menyatakan bagaimana mengukur semua faktor/variabel dalam suatu

eksperimen Melakukan Eksperimen

(experimenting)

Mampu melakukan kegiatan, mengajukan pertanyaan yang sesuai, menyatakan hipotesis, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, mendefinisikan secara operasional variabel-variabel, mendesain sebuah

eksperimen yang jujur, menginterpretasi hasil eksperimen

Interpretasi (Interpreting)

Mampu menghubung-hubungkan hasil pengamatan terhadap obyek untuk menarik kesimpulan, menemukan pola atau

keteraturan yang dituliskan (misalkan dalam tabel) suatu fenomena alam

Merancang penyelidikan (Investigating)

Mampu menentuka alat dan bahan yang diperlukan dalam suatu penyelidikan,

menentukan variabel kontrol, variabel bebas, menentukan apa yang akan diamati, diukur dan ditulis, dan menentukan cara dan langkah kerja yang mengarah pada pencapaian

kebenaran ilmiah Aplikasi konsep

(Appling Concepts)

(10)

D. Penguasaan Konsep

Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah:

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.

Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil ber-pikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu apli-kasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik se-hingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung kon-sep tersebut. Jika belajar tanpa konkon-sep, proses belajar mengajar tidak akan ber-hasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal.

(11)

siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran. Sebagian besar materi pe-lajaran. Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihada-pinya.

E. Kerangka Pikir

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan proses pembelajaran yang direncanakan dengan baik oleh seorang guru. Dengan perencanaan yang matang sebelum melakukan kegiatan pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Metode pembelajaran sebagai salah satu faktor yang mendukung pencapaian tuju-an pembelajartuju-an menempati pertuju-an penting dalam proses pembelajartuju-an. Kemam-puan guru untuk memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat akan menentukan hasil belajar siswa terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini akan diteliti bagaimana efektivitas penerapan model problem solving dalam meningkatkan keterampilan observasi dan pengua-saan konsep siswa pada materi pokok koloid di SMA Persada Bandar Lampung. Sebagai variabel bebasnya adalah metode pembelajaran dan variabel terikatnya adalah keterampilan observasi dan penguasaan konsep siswa.

(12)

konvensio-nal. Masing-masing kelas diberi pretest, ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan. Pelajaran kimia sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini menggunakan pembelajaran konvensional dimana pembe-lajaran berpusat pada guru, siswa pasif dan kurang terlibat dalam pembepembe-lajaran. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat rendahnya penguasaan konsep siswa.

Pembelajaran di sekolah merupakan suatu kegiatan interaksi edukatif antara guru dan siswa. Belajar merupakan suatu proses bukan suatu tujuan atau hasil. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Dalam pembelajaran di sekolah siswa harus dilibatkan langsung dalam proses penemuan konsep agar siswa tidak cepat lupa dengan materi yang dipelajarinya. Untuk itu, guru perlu melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan ma-salah serta menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran KPS adalah dengan model problem solving. Model problem solving adalah metode pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik se-cara individu maupun kelompok. Oleh karena itu dalam pembelajaran siswa ha-rus aktif agar dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Problem solving memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran dimulai dengan adanya pemberian

(13)

berkelompok kecil aktif mengidentifikasi ‘masalah’ yang ada, mempelajari dan

mencari sendiri materi yang terkait dengan ‘masalah’ dan kemudian mencari so

-lusi dari ‘masalah’ tersebut, sedangkan guru lebih banyak memfasilitasi saja.

Materi koloid merupakan salah satu materi pelajaran kimia yang berkaitan lang-sung dengan pengetahuan alam yang sering dijumpai di lingkungan sekitar. Ma-teri ini merupakan maMa-teri yang menyajikan fakta-fakta tentang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran dengan metode pro-blem solving, siswa diajak untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan koloid dan juga menuntun siswa untuk menemukan konsep secara sistematis, sehingga pemaham-an siswa terhadap materi koloid akpemaham-an lebih mendalam dpemaham-an siswa dapat menerap-kan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu dilaku-kan penelitian tentang efektivitas penerapan metode problem solving dalam meni-ngkatkan keterampilan observasi dan penguasaan konsep pada materi koloid.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa-siswa kelas XI IPA semester genap SMA Persada Bandar Lampung TP 2011-2012 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama.

(14)

genap SMA Persada Bandar Lampung TP 2011-2012 pada kedua kelas diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.

4. Perbedaan penguasaan konsep koloid semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

F. Hipotesis Umum

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum dengan perumusan sebagai berikut:

(15)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA PERSADA Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/ 2012 yang tersebar dalam dua kelas. Pembagian siswa dalam masing-masing kelas dilakukan secara acak berdasarkan faktor

akademiknya sehingga siswa pada kedua kelas mempunyai rata-rata akademik yang relatif sama. Dalam penelitian ini, sampel ditentukan dengan teknik total sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan keperluan penelitian dimana setiap unit atau individu yang diambil dari suatu populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan

pertimbangan peneliti dan guru mitra. Karena kelas XI IPA hanya terdiri dari 2 kelas maka kedua kelas menjadi sampel penelitian dengan kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (postest) siswa.

(16)

C. Desain dan Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Dalam penelitian ini tes dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Tes yang

dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut postest. Pada penelitian ini dikembangkan alur penelitian dengan langkah – langkah

penelitian seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Alur penelitian Analisis konsep-konsep pada materi

Koloid

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Validasi instrumen

 Rencana pembelajaran Problem Solving  Perumusan masalah yang akan dipecahkan

siswa

(17)

2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Pretest-Postest Control Group Design (Sugiyono, 2002) Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Tabel 4. Desain penelitian

Pretest Perlakuan Postest

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X O2

O1 adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan, O2 adalah postest yang diberikan setelah diberikan perlakuan. Kelas krontol tanpa perlakuan dan X adalah perlakuan berupa penerapan model problem solving. Soal pada pretest dan postest berbeda tetapi indikator yang akan diukur pada masing-masing nomor sama.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan dua variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah pembelajaran yang menggunakan metode problem solving dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah

(18)

E. Instrumen Penelitian

Bentuk instrumen penelitian yang digunakan adalah :  Soal pretest dan postest

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Persada Bandar Lampung untuk melakukan penelitian

b. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS dan instrumen tes.

b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran.

1) Memberikan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2) Memberikan postest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tabulasi dan analisis data

(19)

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan pada gambar 2 di bawah ini:

Observasi Penyusunan

Gambar 2. Bagan Prosedur Pelaksanaan Penelitian

G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai pretest dan postest dirumuskan sebagai berikut:

Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas .

1. N-Gain ternormalisasi

Setelah sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil pretest dan postest, dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan belajar

(20)

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Meltzer besarnya peningkatan dihitung dengan rumus indeks gain ( normalized gain), yaitu :

.

Setelah diperoleh hasil gain untuk masing-masing siswa, selanjutnya dilakukan perhitungan rata-rata selisih perolehan nilai pretes dan nilai postes antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk mendapatkan rerata gain. Hasil rerata gain dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Observasi

b. Penguasaan konsep

Dimana (a) = kelas eksperimen, kontrol

Dengan demikian, diperoleh rerata gain untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

3.Teknik Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji deskriptive, yaitu uji yang dilakukan berdasarkan data akhir penilitian. Data akhir penilitian yang diperoleh adalah:

1) Rata- rata gain observasi siswa dalam proses pembelajaran kimia. 2) Rata-rata gain penguasaan konsep kimia koloid siswa.

(21)
(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa seharusnya tidak sekedar untuk memenuhi tuntutan belajar siswa di sekolah saja, tetapi juga dapat melatih cara berfikir siswa untuk memecahkan masalah secara ilmiah terutama yang berkaitan dengan ilmu kimia .

Ilmu kimia dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti mengamati (observasi), inferensi, mengelompokkan, menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), dan mengkomunikasikan. Keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. Melatihkan KPS bertujuan mengembangkan kemampuan siswa. Guru perlu melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.

(23)

dapat menjernihkan air kotor? mengapa sabun dapat membersihkan piring kotor? dan mengapa batu apung tidak tenggelam dalam air?. Masalah-masalah tersebut akan diselesaikan oleh siswa dengan kemampuan berfikir melalui sains apabila dalam proses pembelajaran guru melatihkan KPS kepada siswa. Faktanya, selama ini guru belum pernah melatihkan KPS secara terprogram kepada siswa dalam proses penemuan konsep. Penting seorang guru melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu pengalaman dan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang sangat berguna bagi siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupannya.

Untuk mencapai tujuan ini, terdapat beberapa aspek yang perlu dibenahi salah satunya adalah proses belajar mengajar. Saat ini pendidikan di Indonesia

memiliki banyak kelemahan pada berbagai sisi. Salah satu kelemahan pendidikan Indonesia adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Pada pembelajaran ini siswa cenderung hanya bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru, tanpa berusaha sendiri untuk memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Mereka tidak dapat menjadi seorang pebelajar mandiri yang dapat membangun konsep dan

pemahamannya sendiri. (http://library.um.ac.id).

(24)

dengan indikator pembelajaran serta kondisi siswa dan sekolah yang

bersangkutan. Metode yang dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar bermacam-macam dan penggunaannya tergantung dari rumusan indikator

pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan proses sains sehingga siswa lebih mudah dalam menemukan dan memahami konsep yang sulit adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang berfilosofi konstruktivisme. Filosofi konstruktivisme dikemukakan oleh Piaget (Bell, 1994) yang menganggap bahwa setiap individu mengkonstruk pengetahuan secara aktif melalui pemahaman atas pengalaman mereka sendiri. Siswa harus mengambil peran aktif dalam memilih dan mengelola informasi, mengkonstruk hipotesisnya, memutuskan, dan kemudian merefleksikan pengalaman yang mereka peroleh.

Salah satu metode yang berlandaskan teori konstruktivisme dan memberdayakan siswa dalam pembelajaran pada materi pokok sistem koloid adalah model

pemecahan masalah (problem solving). Model Problem solving memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran dimulai dengan adanya pemberian masalah. Biasanya

‘masalah’ memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok kecil

aktif mengidentifikasi ‘masalah’ yang ada, mempelajari dan mencari sendiri

materi yang terkait dengan ‘masalah’ dan kemudian mencari solusi dari ‘masalah’

tersebut, sedangkan guru lebih banyak memfasilitasi saja.

(25)

perasa/pencecap. Informasi yang kita peroleh, dapat menuntut keingintahuan, mempertanyakan, memikirkan, melakukan interpretasi tentang lingkungan kita, dan meneliti lebih lanjut. Selain itu, kemampuan mengamati merupakan

keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati memiliki dua sifat yang utama, yakni sifat kualitatif dan sifat kuantitatif.

Beberapa penelitian yang mengkaji tentang penerapan model problem solving dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa adalah Fitriyani (2009), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kemampuan berfikir rasional yang dicapai siswa merupakan pengaruh dari penggunaan model pemecahan masalah ( problem solving) yang diterapkan dalam pembelajaran ekonomi di kelas XI SMA

Sriwijaya, Palembang.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang

berjudul “Efektivitas Penerapan Model Problem Solving Dalam Meningkatkan Keterampilan observasi dan Penguasaan Konsep Koloid Siswa SMA Persada

(26)

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang penelitian yang telah diungkapkan, muncul

permasalahan sebagai berikut:“Bagaimanakah efektivitas model problem solving dalam meningkatkan keterampilan observasi dan penguasaan konsep pada siswa

SMA Persada Bandar Lampung?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk: mendeskripsikan efektivitas pembelajaran problem solving dalam meningkatkan keterampilan observasi dan meningkatkan penguasaan konsep pada siswa SMA Persada Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi semua

Memberi masukan pada dunia pendidikan atau sekolah tentang perlunya pe-milihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.

b. Bagi guru

(27)

c. Bagi sekolah

1) Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

2) Sebagai bahan alternatif metode mengajar pada mata pelajaran kimia khususnya materi pokok koloid guna meningkatkan keterampilan obser-vasi dan penguasaan konsep siswa.

d. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan/gambaran bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan pe-nelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk lebih memahami gambaran penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan terhadap istilah-istilah untuk membatasi rumusan masalah yang akan diteliti. Istilah-istilah yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA semester genap yang berjumlah dua kelas di SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012.

(28)

3. Indikator keterampilan proses sains yang diamati dan diukur dalam penelitian ini adalah keterampilan observasi yaitu mengubah gambar ke dalam gagasan secara tertulis.

4. Penguasaan konsep siswa dan keterampilan observasi diukur dari hasil tes awal dan tes akhir.

(29)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

Penerapan model problem solving efektif dalam meningkatkan keterampilan observasi dan penguasaan konsep koloid

B. saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Indeks gain pada penelitian ini masih tergolong sedang, harapannya nanti ada penelitian serupa sehingga indeks gain yang dicapai bisa lebih maksimal. 2. LKS dengan pembelajaran problem solving sebagai media pembelajaran perlu

diupayakan pengembangan yang lebih baik dan menarik karena keduanya mampu menunjang proses pembelajaran.

3. Persiapan praktikum yang dilakukan masih kurang sempurna sehingga untuk mendapatkan hasil yang lebih baik seyogyanya pelaksanaan praktikum dapat lebih baik lagi agar praktikum yang dilakukan menggunakan bahan sehari-hari tidak mengalami hambatan, tidak bertentangan dengan teori, dan tidak berbeda bila dilaksanakan menggunakan bahan kimia buatan pabrik.

(30)
(31)

EFEKTIVITAS MODELPEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN OBSERVASI DANPENGUASAAN

KONSEP KOLOID SISWA KELAS XI IPA SMA PERSADA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

Wasito

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(32)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN OBSERVASI DAN

PENGUASAAN KONSEP KOLOID SISWA KELAS XI IPA SMA PERSADA BANDAR LAMPUNG

(Kuasi Eksperimen kelas XI IPA SMA Persada Bandar Lampung TP 2011-2012)

Oleh

Wasito

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(33)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magelang pada tanggal 30 September 1985, anak terakhir dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Samingan dan Ibu Istikomah.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri Tanjung Sari Borobudur yang diselesaikan pada tahun 1999. Tahun 2000 diterima di MTs Negeri Borobudur yang diselesaikan pada tahun 2002. Tahun 2002 masuk MA Ma’arif Borobudur Semuli yang diselesaikan tahun 2005. Tahun 2006 penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur non SPMB.

(34)

MOTTO

(35)

i

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan

limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati

kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Teristimewa untuk

Pak’e

dan

Mbo’e

tercinta

Terimakasih, karena kalian telah membesarkanku dengan

cinta dan kasih sayang yang tak putus-putus. Takkan pernah

bisa ku membalas semua pengorbanan kalian. Semoga Allah

SWT membalas semua jasa dan pengorbanan kalian.

Mbak-mbakku dan kakak-kakakku terkasih...

Terima kasih atas doa, inspirasi, semangat dan materi yang

tlah kalian berikan untuk keberhasilanku di masa datang.

Ponakan-ponakanku tersayang yang tlah memberikan

inspirasi dan semangat bagiku.

Sahabat-sahabatku yang slalu menghiasi hari-hariku dengan

canda dan tawa.

(36)

ii SANWACANA

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Problem Solving dalam Meningkatkan Keterampilan

Observasi dan Penguasaan Konsep Koloid Siswa Kelas XI IPA SMA Persada

Bandar Lampung”

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dra. Nina Kadarina, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.

4. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan, semangat dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing II atas segala masukan, bimbingan, saran, nasehat, dan doa yang diberikan.

(37)

iii penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Bapak Eri katamso, S.Pd, selaku guru mitra, siswa kelas XI IPA T.P 2011-2012, guru serta staf SMA Persada Bandar Lampung atas bantuan, bimbingan dan kerjasamanya.

10.Teristimewa untuk Pak’e dan Mbo’e tercinta , yang sudah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidupku. Terima kasih untuk segala pengorbanan yang kalian berikan untuk kebahagiaanku.

11.Keluargaku terkasih, Mas Tris, Mas Isro’, Mba Mut, Mas Paman, Mba Was. Terimakasih atas doa, cinta, semangat, dan materi yang telah kalian berikan untuk harapan dan keberhasilanku.

12.Keponakan-keponakanku tersayang, Ma’ruf, Zaki,Yudi,Putri yang menjadi inspirasi dan semangatku untuk terus maju.

13.Sahabat-sahabatku di Pendidikan Kimia 06: Yogi, Dadi, Arief, Eri, Eko, Bambang, Bayu, Riska, Lita, Ulif, Rise, Nurul, Ayu, Frisil, Liza, Ika , Riaul, Rosa, Desi, Ety, Hanik, Heni, Mona, Ria Martandila, Eka Y, Ira, Miswanti, Eva, Eka, terima kasih atas persaudaraan, keceriaan dan kekompakannya dan tidak pernah bosan memberi semangat dalam masa-masa sulit menyelesaikan skripsi ini.

14.Teman-temanku di Pendidikan Kimia’06(R dan NR) atas persaudaraan dan kebersamaannya.

(38)

iv ini.

16.Siswa-siswi kelas XI IPA SMA Persada, terimakasih atas bantuan dan kerjasama kalian.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, 2012 Penulis

(39)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7

B. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) ... 8

C. Keterampilan Proses Sains……… ... 11

D. Penguasaan Konsep ... .. 16

E. Kerangka Pemikiran... 17

F. Anggapan Dasar ... 19

G. Hipotesis Umum ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 20

(40)

vi

E. Instrumen Penelitian... 23

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 23

G. Teknik Analisis Data ... 24

1. Gain ternormalisasi ... 24

2. rerata Gain………. 25

H. Teknik Pengujian Hipotesis... 25

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

(41)

vii L. Daftar Nilai Pretest dan Postest Keterampilan Berkomunikasi Kelas

Eksperimen ... 197

M.Daftar Nilai Pretest dan Postest Keterampilan Berkomunikasi Kelas Kontrol ... 198

N. Daftar Nilai Pretest dan Postest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen.. ... 199

O. Daftar Nilai Pretest dan Postest Penguasaan Konsep Kelas Kontrol………. ... 200

P. Analisis Data ... 201

1. Keterampilan berkomunikasi ... 201

(42)

x

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1. Keterampilan proses sains………... 16

2. Indikator keterampilan proses sains dasar……... 18

3. Indikator keterampilan proses terpad... 18

4. Desain penelitian………... 32

5. Klasifikasi gain………... 41

6. Skor tertinggi, skor terendah dan rata-rata skor pretest untuk melihat keterampilan mengomunikasikan ... 49

7. Skor tertinggi, skor terendah dan rata-rata skor pretest untuk melihat penguasaan konsep koloid... 49

8. Skor tertinggi, skor terendah dan rata-rata skor postest untuk melihat keterampilan mengomunikasikan... 50

9. Skor tertinggi, skor terendah dan rata-rata skor postest untuk melihat penguasaan konsep koloid... 50

10.Skor tertinggi, skor terendah, rata-rata skor dan simpangan baku gain ternormalisasi untuk keterampilan mengomunikasikan... 51

11.Skor tertinggi, skor terendah, rata-rata skor dan simpangan baku gain ternormalisasi untuk penguasaan konsep... 51

12.Nilai Chi-kuadrat (x2) untuk distribusi gain ternormalisasi keterampilan mengomunikasikan………... 52

(43)

xi

14.Nilai varians untuk distri busi data gain ternormalisasi keterampilan

berkomunikasi………... 53

15.Nilai varians untuk distri busi data gain ternormalisasi penguasaan konsep………... 53

16.Nilai uji hipotesis (uji-t) untuk keterampilan mengomunikasikan…... 54

17.Nilai uji hipotesis (uji-t) untuk penguasaan konsep……….. ... 54

18.Daftar nilai uji coba soal pretes kelas XII IPA3…………..…………. 191

19.Daftar nilai uji coba soal postest kelas XII IPA3………... 192

20.Data hasil uji validitas dan reliabilitas soal pretest..………... 193

21.Data hasil uji validitas dan reliabilitas soal uraian pretest…………... 193

22.Data hasil uji validitas dan reliabilitas soal tes postest…………... 194

23.Data hasil uji validitas dan reliabilitas soal uraian postest ………... 194

24.Data hasil uji daya beda dan tingkat kesukaran soal pretest……... 195

25.Data hasil uji daya beda dan tingkat kesukaran soal uraian pretest... 195

26.Data hasil uji daya beda dan tingkat kesukaran soal postest……... 196

27.Data hasil uji daya beda dan tingkat kesukaran soal uraian postest... 196

28.Daftar nilai pretes dan postes keterampilan berkomunikasi kelas eksperimen………... 197

29.Daftar nilai pretes dan postes keterampilan berkomunikasi kelas kontrol………...………... 198

30.Daftar nilai pretes dan postes penguasaan konsep kelas eksperimen………..……….. ... 199

31.Daftar nilai pretes, postes dan gain ternormalisasi penguasaan konsep kelas kontrol………....………….. ... 200

32.Daftar distribusi frekuensi keterampilan berkomunikasi kelas eksperimen…………..………... 202

(44)

xii

34.Daftar distribusi frekuensi keterampilan berkomunikasi kelas

kontrol……….... 205

35.Uji normalitas keterampilan berkomunikasi kelas kontrol ……... 207 36.Daftar distribusi frekuensi penguasaan konsep koloid kelas

eksperimen………... 213

37.Uji normalitas penguasaan konsep kelas eksperimen ………... 214 38.Daftar distribusi frekuensi penguasaan konsep koloid kelas

(45)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(46)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN OBSERVASI DAN

PENGUASAAN KONSEP KOLOID SISWA XI IPA SMA PERSADA BANDAR LAMPUNG

(Kuasi Eksperimen pada kelas XI IPA SMA Persada Bandar Lampung TP 2011-2012)

Oleh

WASITO

Berdasarkan wawancara diperoleh informasi nilai rata-rata tes formatif pada materi pokok koloid pada tahun pelajaran 2010-2011 adalah 5,5 dan yang men-capai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 51,85%. Meskipun pem-belajaran di sekolah tersebut melaksanakan kegiatan praktikum, namun dalam pelaksanaannya siswa tidak dilatihkan keterampilan observasi sebagai salah satu keterampilan proses sains karena gambar,tabel maupun grafik hasil pengamatan telah tersedia dalam LKS dan siswa tidak dilatihkan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Oleh karena itu, peneliti merancang pembelajaran dengan mene-rapkan pembelajaran problem solving untuk melatih keterampilan observasi.

(47)

menggu-sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 menggu-sebagai kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan rancangan pretes-postes control group design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional, dan variabel terikatnya adalah keterampilan observasi dan penguasaan konsep. Data yang diperoleh dianalisis dengan perhitungan Gain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan keterampilan observasi dan penguasaan konsep yang signifikan antara siswa yang pembelaja-rannya menerapkan pembelajaran problem solving dengan pembelajaran konven-sional. Pembelajaran problem solving lebih efektif dalam meningkatkan keteram-pilan obsevasi dan penguasaan konsep koloid daripada pembelajaran konven-sional.

(48)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ...

Sekretaris : Dra. Ila Roselawati, M.Si …………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Emmawati Sofya, S.Si, M.Si ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.S. NIP 196003151985031003

(49)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBLEM

SOLVING DALAM MENINGKAKAN

KETERAMPILAN OBSERVASI DAN PENGUASAAN KONSEP KOLOID

Nama Mahasiswa : Wasito

Nomor Pokok Mahasiswa : 0643023035

Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

1.Komisi Pembimbing

Dra. Chansyanah Diawaati, M.Si. Dra. Ila Rosilawati, M.Si. NIP 196608241991112002 NIP 196507171990032001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

NIP 19671004 199303 1 004

Gambar

Tabel 1.  Keterampilan Proses Sains
Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains dasar
tabel) suatu fenomena alam
Gambar 1. Alur penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Simpang Empat Daleman, Klaten Pukul 15.00 - 18.00 Pada Pendekat Selatan .... Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Simpang Empat Daleman,

Bersama dengan empat negara lain, yaitu India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar), bangsa Indonesia yang diwakili oleh Ali Sastroamijoyo II menjadi sponsor pelaksanaan

Kejahatan atas kehormatan adalah suatu bentuk delik yang oleh hukum pidana ditetapkan sebagai suatu kejahatan yang diatur di dalam buku ke II KUHP tentang kejahatan.. Sejak

[r]

[r]

Hasil penelitian diharapkan jadi masukan yang berarti bagi setiap perawat yang bekerja di rumah sakit jiwa dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa

So, the researcher uses AMBITION OF NATE O’RILEY IN JOHN GRISHAM’S THE TESTAMENT: AN INDIVIDUAL PSYCHOLOGICAL APPROACH as the title of the researchB.

“Pada umumn ya belum profesionaalitas dalam manajemen madrasah, serta belum banyak didukung oleh sumber daya internal, baik dalam pengembangan kurikulum, sistem