• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA DI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA DI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN

SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA DI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh Resa Saptalia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN

SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWADI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

Oleh Resa Saptalia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan masih banyak guru menggunakan

metode ceramah sebagai alternatif yang sering digunakan di kelas. Sehingga

hasil belajar siswa kurang maksimal. Penelitian ini membandingkan hasil

belajar siswa antara pembelajaran menggunakan model Team Games Tournamen dengan Snowball Throwing. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui: (1) Perbedaan hasil belajar antara siswa yang pembelajarannya

menggunakan Team Games Tournamen dengan Snowball Throwing: (2) Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan Team Games Tournamen

dengan Snowball Throwing ditinjau dari kemmpuan awal siswa: (3) Mengetahui interaksi antara kemampuan awal siswa yang menggunakan

model pembelajaran Teams Games Tournamen dengan Snowball Throwing

terhadap hasil belajar fisika. Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester

genap tahun ajaran 2011/2012 di SMA Al-Azhar 3 Bandar lampung.

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA pada semester genap

sedangkan sampel yang diambil yaitu kelas XI IPA3 sebagai kelas yang

(3)

Resa Saptalia

IPA4 sebagai kelas yang menggunakan model pembelajaran Snowball

Throwing. Pemilihan kelas sampel dengan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial 2x3

yang merupakan modifikasi dari quasi experimental design. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah ada perbedaan hasil belajar

siswa antara kelas yang menggunakan model Team Games Tournamen

dengan Snowball Throwing. Ada perbedaan hasil belajar siswa

menggunakan Team Games Tournamen dengan Snowball Throwing ditinjau dari kemampuan awal siswa. Tidak ada interaksi antara kemampuan awal

siswa yang menggunakan model pembelajaran Team Games Tournamen

dan Snowball Throwing terhadap hasil belajar fisika. Rata- rata hasil belajar (posttest) pada kelas Team Games Tournamen yaitu sebesar 78,67

sedangkan pada kelas Snowball Throwing yaitu sebesar 83,83. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas Snowball Throwing lebih tinggi dibandingkan dengan kelas Team Games Tournamen.

s

(4)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN

SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWADI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

Oleh

RESA SAPTALIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Sekretaris : Dr. Agus Suyatna, M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Abdurrahman, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003

(6)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT

DENGAN SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWADI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Resa Saptalia

Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022043

Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Dr. Agus Suyatna, M.Si

NIP. 19600301 198503 1 003 NIP. 19600821 198503 1 004

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(7)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Resa Saptalia

NPM : 0853022043

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA

Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. Semeru III No 51 Perumnas Wayhalim

Bandarlampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, Juni 2012

(8)
(9)

MOTTO

Hidup itu bagaikan A, B, C dan D (A = Born, C = Choice, D = Die) Allah menciptakan manusia untuk dilahirkan dan memilih yang terbaik untuk

Hidupnya, jika tidak bisa memilih maka akan mati. (Resa Saptalia)

Apa yang terjadi hari ini adalah hasil dari pemikiran kita kemarin (Dr Edwin)

Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih terhormat daripada selalu benar karena tidak melakukan apa-apa

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Waykanan, pada tanggal 30 september 1990 anak keempat

dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Hi. Abdurrahman dan Ibu Hj.

Rupawan.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1995 di TK pakuan ratu

Waykanan. Pada tahun1996 penulis melanjutkan pendidikannya di SD Negeri1

Pakuan Ratu, diselesaikan tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan

pendidikan di SLTP Negeri 1 Pakuan Ratu hingga tahun 2005, kemudian penulis

melanjutkan pendidikannya di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung, diselesaikan

pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai

mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

SMP Negeri 1 Banyumas. Dan pada tahun 2012 penulis melaksanakan penelitian

(11)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya

sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Bapak Hi. Abdurrahman. dan Ibu Hj. Rupawan tercinta, yang selalu

memperjuangkan masa depan, yang telah lama menantikan

keberhasilanku, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap

do’a, yang tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu mendukung

penulis. Semoga Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa

selalu membahagiakan kalian.

2. Kakak -kakak : dr. Relly Reagen, dr. Resta Suri, dan Resmen Khadafi S.H.

M.H. yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan doa bagi penulis.

(12)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas

Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika, Pembimbing Akademik, dan Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Pembimbing II atas keikhlasannya

memberikan bimbingan, saran dan motivasi.

5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku pembahas yang banyak memberikan

kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Bapak Drs .Ma’arifudin Mz. selaku Kepala SMA Al-Azhar 3 Bandar

Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan

(13)

8. Ibu Nur Hayati S.Pd selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas XI IPA 3 dan

XI IPA 4 SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.

9. Teman seperjuanganku di P. Fisika’08: Hervin, Yesika, Intan, Ewo, Larno,

elly, Putu, Dedek, Andre, Arif, Via, Novi, Desni, Desti, Destiana, Dewi, Dian,

Eka, Eva, Hamidah, Hanif, Ike, Jean, Lyan, Leni, Marfiana, Meita, Nova,

Nurul, Tata, Putri, Resa, Resti, Rika, Mayang, khumairoh, Selly, Rofa, Indah,

Uji, Nando, Yeni,desti, nining dan Yuniar atas bantuan dan kebersamaannya.

10.Sahabat ku tercinta: Eva novalia, fitri, fadila,khusnul,dewi, wina, atas

kebersamaan dan canda tawa kita selama ini serta dukungan di saat penulis

galau. Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.

11.Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di P. Fisika yang tidak bisa disebutkan

satu per satu, semoga selalu menjadi keluarga besar pendidikan fisika bersatu.

12.Teman seperjuangan KKN: Riska, Jani, Nisa, Eliza, Neng, Adi, dan Dedek

atas dukungan dan kebersamaan kita selama tiga bulan.

13.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita

semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis

dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, 5 Juni 2012 Penulis

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Model Pembelejaran Kooperatif ... …12

2.2 Peningkatan Perolehan Poin dalam Satu Meja Terdiri dari Empat Orang ...16

2.3 PeRingk Perolehan Poin dalam Satu Meja Terdiri dari Tiga Orang………...….. 17

2.4 Kriteria Penghargaan Kelompok...18

3.1 Desain Faktorial Penelitian ...32

3.2 Indeks Reliabilitas... ... ....36

3.3 Rumus Unsur Tabel Persiapan Anova Dua Jalan...43

4.1 Hasil Uji Validitas Tes Awal dan Tes Akhir ...50

4.2 Hasil Uji Reabilitas Soal...50

4.3 Hasil Belajar Kelas Team Games Tournamen dan Snowball Throwing ... ... ...51

4.4 Hasil Uji Normalitas posttest Berdasarkan Kemampuan Awal...52

4.5 Hasil Uji Homogenitas...53

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Penempatan anggota kelompok di meja pertandingan ... 15

2.2 Kerangka pemikiran ... 29

4.1 Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang disebabkan oleh Kemampuan Awal..58

(16)

DAFTAR ISI

B. Kerangka Pemikiran... 26

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian...31

B. Populasi dan Sampel Penelitian...31

C. Metode dan Desain Penelitian...31

D. Data Penelitian...33

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Validitas

(17)

2. Teknik Pengumpulan Data... 41

H. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas...42

2. Uji Homogenitas...43

a. Uji Homogenitas varians...44

b. Analisis Varians Dua Jalan ... 44

3. Pengujian Hipotesis .. ...44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Pelaksanaan a. kelas ekspeiemen satu...46

b. kelas ekspeiemen dua...47

2. Hasil Uji Penelitian a. Uji Validitas dan Reabilitas...49

b. Uji Hasil Belajar Siswa...52

c. Uji Normalitas... ...52

d. Uji Homogenitas ...53

e. Hasil Uji Univariate………53.

(a) Uji Perbedaan rata-rata Hasil Belajar yang disebabkan oleh Perbedaan Model Pembelajaran ...54

(b) Uji Perbedaan rata-rata Hasil Belajar yang disebabkan oleh Kemampuan Awal...55

(c) Uji Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan Awal terhadap Hasil Belajar Sisw...55.

B. Pembahasan a. Perbedaan rata-rata hasil belajar yang disebabkan oleh perbedaan model pembelajaran . ...56

b. Perbedaan hasil belajar yang disebabkan oleh kemampuan awal siswa .. ...58

c. Interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap hasil belajarnva…...59

(18)

B. Saran...…... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 66

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 1... 69

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 2... 75

4. Lembar kegiatan kelompok siswa …... 79

5. Kunci jawaban lembar kegiatan kelompok siswa... 116

6. Lembar Penilaian (LP) 1: Produk 1... 126

7. Lembar Penilaian (LP) 1: Produk 2 ... 128

8. Kunci Lembar Penilaian (LP): Produk 1 ... 131

9. Kunci Lembar Penilaian (LP): Produk 2 ... 132

10.Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar I ... 133

11.Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar II... 135

12.Rubrikasi Tes Hasil Belajar I …... 137

13.Rubrikasi Tes Hasil Belajar II .…... 139

14.Lembar Tes Hasil Belajar I………..152

15.Lembar Tes Hasil Belajar II……….154

16.Daftar Nilai Model Pembelajaran Team Games Tournamen…... 156

17.Daftar Nilai Model Gambar Pembelajaran Snowball Throwing…... 160

18.Hasil Uji Instrumen ...…... 170

19.Hasil Uji Normalitas…... 178

20.Hasil Uji Univariate...…... 179

(19)

22.Kartu kendali bimbingan skripsi ... 183

23.Daftar hadir seminar usul penelitian ... 186

(20)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan sebuah bangsa

karena sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

manusia. Pendidikan yang mempunyai tugas menyiapkan sumber daya

manusia untuk pembangunan harus berjalan seirama dengan tuntutan zaman.

Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru,

karenanya pendidikan juga harus senantiasa diperbaharui atau disempurnakan

untuk menjawab tuntutan zaman.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa

Indonesia. Berdasarkan pada permendiknas 2006 tentang standar isi,

pendidikan berpusat potensi, perkembangan kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya beragam dan terpadu . dan diatur di dalam

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

(21)

2

diperlukan bagi setiap orang, dan setiap warga negara memiliki hak yang sama

untuk mendapatkan pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan

dan keterampilan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Dalam dunia pendidikan, fisika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat

dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, dan tingkat

menengah secara khusus dalam mata pelajaran fisika. Dalam membelajarkan

fisika, guru memegang peranan penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan

pembelajaran. Seorang guru fisika disamping menjelaskan konsep, prinsip, dan

teori juga harus mengajarkan fisika dengan menciptakan kondisi yang baik

agar keterlibatan siswa secara aktif dapat berlangsung.

Berdasarkan observasi awal di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung, ditemukan

beberapa masalah dalam kegiatan pembelajaran fisika. Masalah-masalah

tersebut timbul tidak hanya berasal dari siswa tetapi juga berasal dari model

pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam menyampaikan materi

pelajaran fisika, guru lebih cenderung menggunakan model pembelajaran yang

konvensional dan mengabaikan model pembelajaran lain yang lebih menarik

dalam proses belajar mengajar.Model pembelajaran seperti ini membuat siswa

jenuh, dan menganggap bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran yang sulit

dipahami sehingga tidak banyak disukai.

Pembelajaran fisika yang tidak menyenangkan tersebut berpengaruh pada hasil

belajar siswa. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar

(22)

3

evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak

proses belajar. Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila

hasilnya memenuhi tujuan dari proses belajar mengajar tersebut.

Berdasarkan hasil observasi di kelas XI IPA 3, sebanyak 55,26 % siswa belum

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran fisika,Hal ini

disebabkan siswa kurang memahami materi fisika yang diberikan guru, apalagi

jika harus menyelesaikan permasalahan fisika. Untuk itu diperlukan model

pembelajaran yang dapat membuat fisika menjadi pelajaran yang

menyenangkan sehingga siswa dengan mudah memahami materi dan

meningkatkan hasil belajarnya.

Membuat suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa dapat dilakukan

dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Hal tersebut

dimaksudkan agar siswa mengetahui perannya di dalam kelas dan memiliki

sikap tanggung jawab terhadap pelajaran yang diberikan guru.

Berdasarkan permasalahan tersebut, serta melihat hasil belajar siswa yang

belum optimal maka, membuat perubahan dalam proses pembelajaran untuk

menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, sehingga pada

akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar sudah seharusnya mulai diterapkan

di sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan

proses pembelajaran tersebut adalah dengan mengubah model pembelajaran

yang konvensional dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

(23)

4

perubahan pendidikan. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana

belajar penuh dengan kerjasama dalam menyelesaikan persoalan, diskusi,

mencari informasi dari berbagai sumber dan masih banyak lagi kegiatan positif

lain yang diterapkan sehingga suasana pembelajaran sesuai dengan prinsip

pembelajaran saat ini yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan. Salah satunya pembelajaran kooperatif menggunakan model

pembelajaran Teams Games Tournamen yaitu model pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Model Pembelajaran Tipe

Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,

melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan

dan reinforcement.

Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam proses

pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya dominan

dilakukan oleh guru dirubah dengan melibatkan siswa baik sebagai tugas

kelompok ataupun individu. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan

sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk menggali informasi dari

berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya

unsur-unsur permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat

membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh. Perubahan-perubahan ini

menimbulkan tantangan baru dalam proses pembelajaran yang dapat membuat

(24)

5

Model pembelajaran lain yaitu Snowball Throwing merupakan modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan

pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling

melempar bola salju (snowballthrowing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.

Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam proses

pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya dominan

dilakukan oleh guru dirubah dengan melibatkan siswa baik sebagai tugas

kelompok ataupun individu. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan

sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk menggali informasi dari

berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya

unsur-unsur permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat

membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh. Perubahan-perubahan ini

menimbulkan tantangan baru dalam proses pembelajaran yang dapat

membuat siswa lebih semangat dalam belajar.

Kemampuan awal siswa pun ikut mempengaruhi hasil belajar yang dicapai saat

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kemampuan awal diukur dengan

dilakukan tes awal sebelum guru memulai materi. Kemampuan awal yang

berbeda-beda perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut

memungkinkan terjadinya perbedaan penerimaan pada masing-masing siswa

(25)

6

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memandang perlu diadakan

penelitian “Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara Pembelajaran

menggunakan Model Team Games Tournamen (TGT) dengan snowball throwing ditinjau dari kemampuan awal siswa kelas X1 SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang pembelajarannya

menggunakan Team Games Tournamen dengan snowball throwing? 2. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa menggunakan Team Games

Tournamen dengan snowball throwingditinjau dari kemampuan awal siswa? 3. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa yang menggunakan

model pembelajaran Teams Games Tournamen dengan snowball throwing terhadap hasil belajar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Perbedaan hasil belajar antara siswa yang pembelajarannya menggunakan

Team Games Tournamen dengan snowball throwing.

2. Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan Team Games Tournamen

(26)

7

3. Mengetahui interaksi antara kemampuan awal siswa yang menggunakan

model pembelajaran Teams Games Tournamen dengan snowball throwing terhadap hasil belajar

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

Bagi Guru memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan

untuk mengoptimalkan hasil belajar fisika siswa. Bagi SiswaMemberikan

pengalaman belajar yang berbeda, Membiasakan siswa untuk bekerjasama

dalam kelompok. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses

pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournamen

dengan snowball throwingyang digunakan diharapkan dapat meningkatkan

keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar dan hasil belajar fisika siswa di

SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang model

pembelajaran kooperatif dan dapat menambah pengetahuan wawasan peneliti.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Agar jelas arah penelitian yang dilaksanakan, maka batasan ruang lingkup

penelitian ini adalah:

1. Subjek Penelitian

Siswa kelas XI IPA SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung, yang terdiri dari

(27)

8

Tournamen) dengan XI IPA 4 (untuk model pembelajaran kooperatif

snowball throwing)

2. Objek Penelitian

Model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournamen dengan Snowball Throwingdalam pembelajaran fisika materi fluida statis.

3. Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh dari penelitian yang

dilakukan terhadap siswa yang meliputi dua ranah yaitu: kognitif, dan

afektif setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model

kooperatif Teams Games Tournamen dengan Snowball Throwing.

4. Pembelajaran kooperatif Teams Games Tournamen adalah model Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif

tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping

menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan

keterlibatan belajar.

5. Pembelajaran kooperatif Snowball Throwing merupakan modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan

pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu

saling melempar bola salju (snowballthrowing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.

6. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah Fluida Statis.

7. Penelitian ini melihat proses belajar siswa menggunakan pembelajaran

(28)
(29)

II. KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

berpikir secara kritis, pemecahan masalah dan komunikasi antar pribadi.

Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bertukar pendapat

dengan teman dalam satu kelompok kecil untuk memecahkan masalah, serta

menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur demi mencapai tujuan bersama.

Menurut As’ari (2003: 5):

Cooperative Learning merupakan suatu pendekatan dimana para siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mencapai tujuan

bersama.

Hal ini senada dengan pendapat Lie (2008: 12) yang menyatakan bahwa:

(30)

10 Dalam pembelajaran kooperatif, siswa harus mempelajari

keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan-keterampilan kooperatif.

Keterampilan keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut:

Keterampilan kooperatif tingkat awal

Meliputi: (a) menggunakan kesepakatan; (b) menghargai kontribusi; (c)

mengambil giliran dan berbagi tugas; (d) berada dalam kelompok; (e) berada

dalam tugas; (f) mendorong partisipasi; (g) mengundang orang lain untuk

berbicara; (h) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan (i) menghormati

perbedaan individu.

Keterampilan kooperatif tingkat menengah

Meliputi: (a) menunjukkan penghargaan dan simpati; ( b) mengungkapkan

ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; (c) mendengarkan dengan

aktif; (d) bertanya; (e) membuat ringkasan; (f) menafsirkan; (g) mengatur dan

mengorganisir; (h) menerima, tanggung jawab; (i) mengurangi ketegangan.

Keterampilan kooperatif tingkat mahir

Meliputi: (a) mengelaborasi; (b) memeriksa dengan cermat; (c) menanyakan

kebenaran; (d) menetapkan tujuan; (e) berkompromi

Meskipun model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaannya siswa

(31)

11 hanya mengandalkan teman yang berkemampuan tinggi dalam penyelesaian

tugas kelompok. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran kooperatif

harus menerapkan lima unsur menurut Lie (2008: 31) yaitu “(1) Saling

ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4)

komunikasi antar anggota, (5) evaluasi proses kelompok”. Jika kelima unsur

tersebut dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta suasana kerja

kelompok yang maksimal dan dapat memberikan semangat belajar yang

tinggi, sehinggga kemungkinan hasil belajar pun akan meningkat.

Karakteristik dari model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai

berikut (Nurhadi, dkk 2004):

1. Siswa bekerja secara kooperatif di dalam kelompok untuk menguasai materi-materi.

2. Kelompok dibuat berdasarkan prestasi tinggi, sedang dan rendah bila memungkinkan, kelompok meliputi suatu ras, kebudayaan, dan campuran jenis kelamin dari siswa- siswa.

3. Sistem berhadiah diberikan kepada kelompok yang lebih berorientasi dari pada orientasi secara individual.

Model pembelajaran kooperatif menyandarkan pada kerja kelompok kecil,

berbeda dengan pembelajaran secara klasikal. Pembelajaran kooperatif

dilaksanakan melalui 6 fase seperti yang terdapat pada tabel 1 fase dalam

(32)

12 Tabel 2.1 Fase dalam model pembelajaran kooperatif.

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajar

Fase 6

Memberi Penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya atau hasil belajar individu dan kelompok

(Arends,1997: 113)

Menurut Johnson dan Johnson, ( Lie,2004: 7), suasana belajar Cooperative Learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar

yang penuh dengan persaingan dan memisah - misahkan siswa. Pembelajaran

kooperatif dapat memberikan semangat belajar yang tinggi, serta menciptakan

hubungan positif antar siswa satu sama lain sehingga menimbulkan sikap

saling menghormati dan saling peduli satu sama lain. Dengan demikian

aktivitas siswa selama proses pembelajaran akan meningkat sehingga

penguasaan konsep yang dimiliki siswa pun akan meningkat.

Dalam perkembangannya pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe,

(33)

13

Tournament (TGT), Jigsaw II, Grup Investigation (GI), Team Accelerated Instruction (TAI), Think Pair Share (TPS), dan Cooperative Integerated Reading Compotition (CIRC).

1. Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)

Model Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada

perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran

kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping

menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan

belajar.

Komponen utama dalam model pembelajaran tipe TGTmenurut pendapat

Slavin sebagai berikut :

a. Penyajian Kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi di kelas dengan

menggunakan metode langsung atau ceramah dan diskusi. Pada saat penyajian

materi di kelas, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi

(34)

14 saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan

skor kelompok.

b. Kelompok (team)

Siswa terdistribusi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen

dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik. Fungsi

kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya

dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan

baik dan optimal pada saat game. Setelah guru menjelaskan materi, setiap

kelompok mengerjakan lembar kerja kelompok. Dalam mengerjakan lembar

kerja kelompok siswa saling berdiskusi memecahkan masalah bersama-sama,

saling mencocokkan jawaban dan membenarkan teman yang melakukan

kesalahan. Setiap anggota kelompok harus yakin bahwa dirinya telah

benar-benar menguasai materi, dapat mempertanggungjawabkannya dalam presentasi

kelas, dan mempersiapkan diri dalam turnamen.

c. Turnamen

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir tiap indikator ataupun tiap

kompetensi dasar yang telah ditentukan sebelumnya oleh guru. Turnamen

dilaksankan setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah

mengerjakan lembar kerja. Kelompok heterogen untuk sementara waktu

(35)

15 kecerdasan. Anak yang berkemampuan cerdas dari setiap kelompok disatukan

dalam meja 1, anak yang berkemampuan sedang digabung dalam meja 2 dan

meja 3, dan anak yang berkemampuan rendah dipadukan dalam meja 4.

Penentuan kedudukan siswa sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto

(2001: 263) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa di suatu kelas

memiliki prestasi cukup (sedang), sedangkan sebagian kecil lainnya memiliki

prestasi tinggi (pintar) dan rendah.

Hal ini diceritakan dalam gambar tentang mekanisme turnamen berikut ini:

Kelompok A

Kelompok B Kelompok C

Gambar 2.1. Penempatan Anggota Kelompok di Meja Pertandingan

Siswa yang homogen duduk dalam satu meja turnamen untuk menjawab

pertanyaan yang ada di meja tersebut secara bergiliran. Apabila siswa yang

mendapat giliran pertama menjawab dengan benar, ia mendapat kartu

kemenangan yang di dalamnya terdapat poin. Namun, jika jawabannya salah,

(36)

16 siswa lain (penantang) dalam meja itu boleh menjawab. Apabila jawaban

penantang benar, maka kartu kemenangan menjadi miliknya dan jika

jawabannya salah, maka ia harus merelakan nilainya berkurang. Saat

pertandingan usai, siswa menghitung nilai perolehannya yang tertera di kartu

kemenangan dan ditulis pada papan nilai sebagai nilai individu dalam

kelompok turnamen. Peserta yang mendapat nilai terbanyak meraih tingkat 1

(top scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak kedua meraih tingkat 2 (high middle scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak ketiga meraih tingkat 3 (low middle scorer), dan peserta yang memperoleh nilai terkecil meraih tingkat 4 (low scorer). Perolehan poin individu sesuai dengan peringkatnya dalam kelompok turnamen ditunjukkan pada tabel berikut ini

(37)

17 Tabel 2.3 Peringkat Perolehan Poin dalam Suatu Meja Terdiri dari Tiga siswa

Tingkatan

Pemain Tidak Ada Seri

Tingkat

Dalam turnamen selanjutnya, diusahakan pembagian meja berdasarkan

erolehan poin pada turnamen sebelumnya dengan tetap beranggotakan

kelompok yang memiliki kemampuan akademik yang sama (homogen).

d. Team Recognize (Penghargaan Kelompok)

Nilai kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai yang diperoleh setiap

anggota kelompok heterogen semula. Untuk menentukan poin kelompok

digunakan rumus:

Nk =

Nk = poin peningkatan kelompok

(Slavin, 1995: 82)

Kelompok yang memperoleh nilai tertinggi berhak memperoleh penghargaan.

Berdasarkan point peningkatan kelompok terdapat tiga tingkat penghargaan

yang diberikan yaitu.

(38)

18 Tabel 2.4 Kriteria penghargaan kelompok

Kriteria Predikat Kelompok

Nk < 15

Penghargaan pada kelompok terdiri atas tiga tingkat sesuai dengan nilai

perkembangan yang diperoleh kelompok yaitu:

a. Tim sangat bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai

kelompok lebih besar dari 25.

b. Tim bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai kelompok

antara 15 sampai 25.

c. Tim cukup bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai

kelompok kurang dari 15.

Kelompok dengan perolehan points tertinggi dijadikan sebagai juara pertama,

tertinggi kedua, sebagai juara kedua dan tertinggi ketiga, sebagai juara ketiga.

Dalam melaksanakan pembelajaran mengunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGTada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu:

1. Pendahuluan

a. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada

pelajaran tersebut.

b. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan atau ingatan.

(39)

19 a. Guru membagi kelompok heterogen berdasarkan perbedaan akademik.

b. Guru membagi LKS.

c. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka dalam LKS.

d. Salah satu kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusi

mereka.

e. Guru memberi penguatan atas kesimpulan yang telah didapat dari

diskusi.

f. Mengerjakan soal evaluasi.

g. Membahas soal.

h. Siswa dikelompokkan secara homogen berdasarkan nilai ujian

sebelumnya.

i. Guru memberitahukan aturan permainan dan membagi kartu soal dan

jawaban.

j. Turnamen diberikan di akhir pertemuan. Pada turnamen pertama, guru

menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen. Meja turnamen 1

diisi empat siswa yang memiliki prestasi tinggi sebelumnya, meja

turnamen 2 diisi siswa yang memiliki prestasi sedang sebelumnya, dan

seterusnya. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja

tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada

tiap meja ”naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi misalnya

(40)

20 3. Penutup

Siswa mengumpulkan LKS, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan

kembali pembelajaran yang telah mereka pelajari.

4. Menentukan skor kelompok

Guru menghitung skor kelompok berdasarkan skor turnamen anggota

kelompok dan mempersiapkan sertifikat atau penghargaan lainnya untuk

kelompok berprestasi tertinggi.

5. Penghargaan kelompok

Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan berhak mendapatan penghargaan.

2. Model Pembelajaran Snowball Throwing

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pedoman bagi pengajar dalam

merencanakan dan melaksanakan aktivitas siswa dalam pembelajaran

(Anonim, 2008: 7). Istilah model pembelajaran berbeda dengan metode,

strategi, dan prinsip pembelajaran. Konsep model pembelajaran lahir dan

berkembang dari para pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting

eksperimen yang dilakukan. Untuk pertama kalinya konsep model

pembelajaran dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil, dan

Shower, dalam Anonim, 2004: 3).

Model pembelajaran memiliki 4(empat) ciri khusus yang tidak dimiliki

oleh metode, dan strategi tertentu, yaitu: (1) Rasional teoritik, yang logis

(41)

21 dicapai, (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut

berhasil, (4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran

berhasil (Ismail dalam Anonim, 2004: 3)

Pada model pembelajaran snowball throwing siswa dibentuk dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok yang diwakili oleh ketua kelompok

akan mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa akan

membuat pertanyaan dalam selembar yang kemudian dibentuk seperti bola

(kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain, sehingga masing-masing

siswa mendapat pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar.

Snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Menurut Trimo dalam Anonim (2008: 2) Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, baik dari segi

fisik, mental, dan emosional yang diramu dengan kegiatan melempar

pertanyaan seperti “melempar bola salju”. Hal yang mendasari pentingnya

penerapan model pembelajaran snowball throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi dari UNESCO, yakni:

belajar mengetahui (learning to know), belajar beketja (learnimg to do),

belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri

sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001: 5).

Menurut Suprijono (2009: 128) ada 9 (sembilan) langkah kegiatan dalam

(42)

22

(1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan,

(2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing- masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,

(3) Masing-masing ketua kelompok kembali kekelomponya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada teman-temannya,

(4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok,

(5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih lima menit (dapat disesuaikan),

(6) Setelah masing-masing siswa mendapatkan satu bola, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut,

(7) Guru memberikan kesimpulan (8) Evaluasi,

(9) Penutup.

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan,

kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing dalam Anonim (2007: 7)

yaitu: “(1) Melatih kesiapan siswa, dan (2) Saling memberikan

pengetahuan”.

Sedangkan kekurangan model pembelajaran Snowball Throwing yaitu:

“(1) pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa

saja, dan (2) tidak efektif”.

Melalui model pembelajaran Snowball Throwing, siswa dilatih untuk mengemukakan pertanyaan yang sulit diungkapkan, siswa bebas membuat

pertanyaan yang dirasa sulit dengan suasana yang menyenangkan. Selain

itu siswa juga dituntut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam

(43)

23 hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Teknik bertanya seperti ini dapat

menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran, karena

masing-masing siswa mempunyai tugas tersendiri untuk membuat pertanyaan, dan

peran guru hanya sebagai pembimbing yang memberikan arahan kepada

siswa.

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan sisiswa

dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan . Hasil belajar

siswa diperoleh setelah berharirnya proses pembelajaran. Menurut Hamalik

(2007: 30):

Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar sebagai tanda terjadinya perubahan tingkah laku dalam bentuk perubahan pengetahuan. Perubahan tersebut terjadi dengan peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.

Hal ini berarti hasil belajar diproleh setelah melakukan kegiatan Pembelajaran .

menurut Dimyati (1999: 200):

Hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar.Dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan yang ditandai dengan huruf atau kata atau simbol yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hasil belajar dapat diunnjukkan dengan huruf atau kata atau simbol setelah

(44)

24 suatu ukuran bahwa siswa tersebut sudah melakukan kegiatan pembelajaran.

Ahmadi (1990: 35) menyatakan bahwa : ”

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada setiap nilai mengikuti tes”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar

merupakan hasil belajar yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran .

Hasil belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan yang dicerminkan

dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan.

Menurut Dimyanti (2002: 26): Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk

mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

3. Ranah Afektif

Ranah Afektif terditi atas lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi,

penilaian, penentuan sikap organisasi, dan pembentukan pola hidup.

4. Ranah psikomotor

Ranah Psikomotor terdiri dari tujuan jenis perilaku yaitu persepsi,

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang

(45)

25

2.3 Kemampuan Awal

Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa

sebelum ia mengikuti pelajaran yang akan diberikan. Menurut tatang (2009: 1)

kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran

yang akan disampaikan.kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru

sebelum memulai pembelajaran, karena dengan demikian dapat diketahui

apakah siswa telah mempunyai pengetahuan awal yang merupakan prasyarat

untuk mengikuti pembelajaran, sejauhmana siswa mengetahui materi yang

akan disajikan.

Kemampuan awal siswa dapat diukur melalui tes awal, interview, atau

cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan

secara acak dengan distribusi perwakilan yang representative.

Kemampuan awal tentu memiliki perbedaan antara siswa yang satu dengan

siswa yang lain, ada yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan

rendah. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi kemungkinan dapat

menerima materi dengan mudah, dibandingkan dengan siswa yang memiliki

kemampuan awal sedang dan rendah.

Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan awal siswa merupakan keterampilan

ataupun pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa dan menjadi dasar bagi

siswa dalam menerima pelajaran yang baru. Untuk mengetahui kemampuan

awal siswa seorang guru dapat menggunakan catatan atau dokumen, tes

(46)

26

B.Kerangka Pemikiran

Pada kenyataannya fisika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit

dimengerti karena terlalu banyak rumus. Indikasinya dapat dilihat dari hasil

belajar siswa yang kurang memuaskan.

Untuk dapat mencapai hasil belajar dengan optimal siswa harus memiliki

kemampuan awal berupa pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman yang telah

diterimanya, agar siswa lebih mudah mengembangkan pengetahuan fisika pada

tingkatan selanjutnya. Dengan kata lain kemampuan awal merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap hasil belajar fisika.

Keberhasilan siswa dalam mencapai suatu hasil belajar sangat ditentukan oleh

pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Pembelajaran tersebut

tentu saja harus ada interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan siswa

dengan siswa. Interaksi yang baik juga menghendaki suasana pembelajaran

yang tidak membosankan dan memicu motivasi yang terus-menerus sehingga

hasil belajarnya baik pula.

Pembelajaran TGT mempunyai beberapa kelebihan diantaranya tercipta

kerjasama yang baik antar anggota Team, ada ketergantungan saling

memerlukan yang positif (menanamkan rasa kebersamaan), tanggung jawab

masing-masing anggota, keterampilan hubungan antar personal (komunikasi,

keberhasilan, kepemimpinan, membuat keputusan, dan penyelesaian konflik),

(47)

27 Model pembelajaran TGTatau belajar sambil bermain adalah model

pembelajaran yang menuntut siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran,

melibatkan aktivitas seluruh siswa tampa harus ada perbedaan status,

melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan

reifercement.

Model pembelajaran lain yaitu Snowball Throwing merupakan modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan

pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling

melempar bola salju (SnowballThrowing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.

Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam proses

pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya dominan

dilakukan oleh guru dirubah dengan melibatkan siswa baik sebagai tugas

kelompok ataupun individu. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan

sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk menggali informasi dari

berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya

unsur-unsur permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat

membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh. Perubahan-perubahan ini

menimbulkan tantangan baru dalam proses pembelajaran yang dapat membuat

siswa lebih semangat dalam belajar.

Aktivitas belajar dengan bermain yang dirancang dalam pembelajaran

(48)

28 disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama,persaingan sehat dan

keterlibatan belajar.

Pelaksanaan model pembelajaran ini nantinya akan diawali dengan mengukur

kemampuan awal siswa di kelas yang menggunakan model Team Games Tournament dengan Snowball Throwing.

Adapun hal yang akan diamati pada masing-masing kelas adalah aspek

kognitif. Aspek kognitif yang akan dinilai yaitu hasil belajar siswa yang

diperoleh dari tes akhir setelah pembelajaran.

X1

Y

X2

Keterangan :

(49)
(50)

30 A.Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diungkapkan di atas maka hipotesis

eksperimen yang dilakukan adalah:

Hipotesis satu

H1 : Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran team gamestournamen dengan

snowballthrowing Hipotesis dua

H1 : Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran team gamestournamen dengan snowball throwing ditinjau dari kemampuan awal siswa.

Hipotesis tiga

H1 : Ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan penggunaan model

pembelajaran kooperatif team gamestournamen dengan snowballthrowing

(51)

31

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran

2011/2012 di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

B.Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester genap

Tahun Pelajaran 2011/2012 di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Kelas XI

IPA terdiri dari 3 kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2,IPA 3, dan XI IPA 4, dengan

jumlah siswa 118 orang. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 kelas yang diambil

dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu, kemudian yang terambil sebagai

sampel adalah kelas XI IPA 3, dan XI IPA 4.

C.Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Dalam penelitian ini dua

kelas yang dijadikan sampel diberikan perlakuan yang berbeda. Pada kelas XI

IPA 3 siswa mendapat perlakuan pembelajaran fisika dengan model

(52)

32 mendapat perlakuan pembelajaran fisika dengan model pembelajaran

SnowballThrowing XIIPA 4. Pada kedua kelas tersebut terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda dan pada penelitian ini siswa

digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu siswa yang memiliki kemampuan awal

tinggi, sedang, dan rendah dengan melakukan tes kemampuan awal terlebih

dahulu. Berdasarkan kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa, dibentuk

kelompok-kelompok yang heterogen, yaitu dalam satu kelompok terdiri dari

siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah. Bagi siswa

yang memiliki kemampuan awal tinggi adalah siswa yang memiliki skor nilai

lebih dari 70% dari nilai tertinggi, untuk siswa yang memiliki kemampuan

awal sedang skor nilanya antara 40%-70% dan untuk siswa yang memiliki

kemampuan awal rendah skor nilainya kurang dari 40% dari nilai tertinggi.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika

antara pembelajaran kooperatif TGTdengan snowballthrowing yang ditinjau dari kemampuan awal. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x3 yang

dapat digambarkan sebagi berikut.

Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian

Model Pembelajaran (B)

(53)

33 1. Observasi, berguna untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas

yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru fisika selama

pembelajaran. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk

kelas eksperimen dangan menggunakan model pembelajaran untuk kelas

XI IPA 3 dengan model snowballthrowing pembelajaran untuk kelas XI IPA 4 dengan model Team Games Tournamen.

2. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes hasil belajar beserta aturan

penskorannya.

3. Melakukan validasi instrumen dan perbaikan instrumen.

4. Melakukan uji coba soal tes hasil belajar dan menghitung reliabilitasnya.

5. Melaksanakan penelitian.

6. Mengadakan tes kemampuan hasil belajar.

7. Menganalisis data.

8. Membuat kesimpulan.

D.Data Penelitian

Data penelitian berupa data kuantitatif yang diperoleh dari:

1. Data hasil belajar kognitif

Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari kemampuan awal yaitu tes awal

sebelum siswa mendapat perlakuan dan hasil belajar siswa yaitu tes yang

(54)

34

E.Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri atas data kemampuan awal fisika dan hasil

belajar fisika siswa dalam ranah kognitif. Untuk memperoleh data kemampuan

awal fisika siswa diperoleh dari tes kemampuan awal yang dilakukan sebelum

materi diajarkan. Tes kemampuan awal diberikan pada kedua kelas yang

dijadikan sampel.

Data hasil belajar ranah kognitif diperoleh melalui tes setelah materi selesai.

Pemberian tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa yang

dilihat dari hasil belajar fisika siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan

model pembelajaran Team Games Tournamen dengan snowballthrowing.

Dalam upaya mendapatkan data hasil belajar fisika kurang akurat, maka tes

yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik.

Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi, yakni validitas yang

dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, isinya

dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan

pelajaran yang seharusnya diujikan. Langkah-langkah dalam penyusunan soal

tes ini adalah sebagai berikut.

1) Menentukan indikator yang akan diukur yang sesuai dengan materi dalam

penelitian

2) Menyusun kisi-kisi tes berdasarkan indikator yang dipilih

3) Menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat

(55)

35 Selain itu, butir tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu

kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran fisika kelas XI IPA.

Jika ada penilaian dosen pembimbing dan guru menyatakan butir-butir tes telah

sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur, maka tes

tersebut dikatakan valid.

Instrumen yang akan digunakan diuji coba terlebih dahulu pada kelas diluar

sampel tetapi masih dalam populasi. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui,

reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

1. Validitas

Validitas isi memiliki sejauh mana instrumen yang digunakan dalam penelitian

mencerminkan isi yang diukur. Karena penelitian ini yang akan diukur adalah

hasil belajar siswa, maka untuk mengukur hasil belajar tersebut menggunakan

alat ukur berupa tes. Untuk mengalami apakah isi tes tersebut mewakili secara

representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang

seharusnya diteskan, validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui

dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil

belajardengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan untuk

pelajaran fisika, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan instruksiional

khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut atau belum.

2. Reliabilitas

Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk

mengetahui tingkat keandalan suatu tes. Untuk menghitung koefisien reliabiltas

(56)

36

i = Jumlah varians skor tiap-tiap item

2

Harga

r

11 yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas, dengan

kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.2 Indeks Reliabilitas

No Indesks Reliabilitas Kriteria

1 antara 0,800 sampai dengan 1,000 sangat tinggi

2 antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi

3 antara 0,400 sampai dengan 0,600 Sedang

4 antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

5 antara 0,000 sampai dengan 0,200 sangat rendah

(57)

37

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Pada kegiatan perencanaan penelitian langkah-langkah yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

a) Menentukan sekolah tempat penelitian dilakukan

b) Membuat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah

c) Menyusun satuan pembelajaran, silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP).

d) Membuat instrumen pengambilan data untuk masing-masing aspek yang

diamati.

e) Menentukan kelas eksperimen dan pembagian kelompok eksperimen

2. Tahap Pelaksanaan

Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok fluida statis sesuai

dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

a. Kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT.

Kegiatan Awal

1) Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Guru memberikan motivasi

3) Guru membagi siswa dalam kelompok

(58)

38 Kegiatan Inti

1) Guru memberikan uraian materi

2) Guru mengajukan pertanyaan/membagikan LKS kemudian meminta siswa

untuk berdiskusi dalam kelompoknya selama beberapa menit tentang

pertanyaan tersebut.

3) Guru memberi kesempatan kepada beberapa pasangan untuk

mengemukakan hasil diskusinya dengan seluruh kelas.

4) Guru memberikan respons terhadap jawaban siswa dengan menambahkan

materi yang belum diungkapkan siswa, serta mengarahkan diskusi untuk

mengambil kesimpulan.

5) Guru membentuk kelompok yang homogen, kemudian menagadakan

turnamen.

6) Guru memberikan penghargaan kepada siswa terbaik dan kelompok

terbaik.

Kegiatan Akhir

1) Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan

dengan mengajukan pertanyaan secara acak.

2) Guru menugaskan siswa untuk membaca materi selanjutnya.

b. Kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

SnowballThrowing

Kegiatan Awal

(59)

39 2. Guru memberikan motivasi.

Kegiatan Inti

1) Guru membentuk kelompok masing-masing 5 orang

2) Guru memanggil masing-masing ketua kelompok

3) Guru menjelaskan materi fluida statis kepada masing-masing ketua

kelompok.

4) Ketua kelompok kembali ke kelompok untuk menjelaskan materi yang

telah dijelaskan kepada masing-masing kelompok.

5) Guru memberikan masing-masing murit satu lembar kertas

6) Siswa ditugaskan membuat pertanyaan tentang materi fluida statis ditulis

dikertas yang telah diberikan ,lalu kertas dibentuk menjadi sebuah bola.

7) Kertas yang telah dibuat bola dilempar dari siswa satu ke siswa yang lain

dalam waktu ±5 menit.

8) Guru meminta siswa menjawab pertanyaan yang telah ada ditangannya

secara bergantian.

Kegiatan Akhir

1) Guru bersama sama dengan siswa menyimpulkan materi fluida statis.

(60)

40

G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu aktivitas belajar siswa dan

penguasaan konsep.

1. Data aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan selama

proses belajar mengajar.

2. Data penguasaan konsep siswa yang berupa nilai-nilai yang diperoleh dari

hasil pretest dan posttest. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dan

posttest yang dibandingkan dengan selisih nilai maksimum dengan nilai

pretest. Selisih tersebut disebut sebagai skor gain, lalu dianalisi secara statistik.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui observasi dan tes.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses

belajar mengajar berlangsung sebagai upaya untuk mengamati aktivitas

selama proses belajar mengajar berlangsung. Data aktivitas ini diperoleh

dengan melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi aktivitas

siswa.

2. Tes

Tes yang diberikan adalah pretest yang dilakukan di awal penelitian dan

(61)

41 ini juga dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep

siswa setiap pertemuan.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Pada penelitian ini uji normalitas, digunakan dengan uji kolmogorov smirnov dan grafik. Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program komputer dengan metode kolmogorov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai asymp.sig (2-tiled), nilai α yang digunakan adalah 0,05 dengan demikian kriteria uji sebagai

berikut: (1)jika nilai sig atau signitifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. (2) jika nilai sig atau signitifikan atau

probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah normal.

2. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui homogen tidaknya sampel yang diambil

dari populasi. Pertimbangan efisiensi uji ini dilakukan dengan menggunakan fungsi univariate pada SPSS 16.0. Kriteria uji yang digunakan adalah: (1) jika nilai sig < (0,05) maka data sampel yang diambil dari populasi itu berdistribusi tidak homogen; (2) jika nilai sig > (0,05) maka data sampel yang diambil dari populasi itu berdistribusi homogen.

(62)

42 Homogenitas diuji dengan menggunakan uji Barlett (Sudjana, 2005: 263) sebagai berikut:

X2 = (ln 10) B (ni 1)logSI2

Hipotesis statistik:

H0 : 1x1 2x2 3x3

H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Kriteria uji: Tolak H0 jika X² X²( 1- )(k-1) dimana X²( 1- )(k-1) didapat dari

distribusi Chi Kuadrat dengan peluang (1- ), dk (k-1) dan = 0,05.

b. Analisis varians dua jalan

Analisis dua jalan merupakan tekhnik analisis data penelitian dengan desain

dua factorial (Arikunto, 2007: 424). Penelitian ini mengggunakan anava dua

jalan untuk mengetahui tingkat signifikansi perbedaan dua model pembelajaran

dan apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal

siswa pada mata pelajaran fisika.

3. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis yang diajukan menggunakan ANAVA (Analisis Variansi).

Analisis Variansi digunakan untuk menguji hipotesis yang berkenaan dengan

(63)

43 Analisis dua jalan merupakan teknik analisis data penelitian dengan desain dua

faktorial (Arikunto, 2007: 424).

Tabel 3.3 Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan

Sumber

JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B

JK(d) = jumlah kuadrat dalam

MKA = mean kuadrat variabel A

MKB = mean kuadrat variabel B

MKAB = mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B

(64)

44 FA = harga Fo untuk variabel A

FB = harga Fo untuk variabel B

FAB = harga Fo untuk interaksi variabel A dengan variabel B

(Arikunto, 2007: 409)

1. : Tidak ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran team games

tournamen dengan snowballthrowing

H1 : Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran team gamestournamen dengan

snowballthrowing

2. Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran team games

tournamen dengan snowballthrowing ditinjau dari kemampuan awal siswa.

H1 :.Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran team games

tournamen dengan snowballthrowing ditinjau dari kemampuan awal siswa.

3. Ho : Tidak ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan

penggunaan model pembelajaran kooperatif team gamestournamen

dengan snowballthrowing terhadap hasil belajar siswa.

H1 : Ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan penggunaan model

(65)
(66)

61

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan:

1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa dari kedua model pembelajaran

(model pembelajaran Team Games Tournamen danmodel pembelajaran

Snowball Throwing, rata-rata hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan Snowball Throwing lebih tinggi dari pada siswa yang pembelajarannya menggunakan Team Games Tournament.

2. Ada perbedaan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang disebabkan oleh

kemampuan awal siswa.

3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal

terhadap hasil belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil pengamatan serta temuan selama proses

(67)

62

1. Pada pembelajaran yang menggunakan model Team Games Tournamen, disarankan guru menggunakan Team Games Tournamen tanpa harus mempertimbangkan kemampuan awal siswa.

2. Jika guru ingin menggunakan model Team Games Tournamen, guru harus mampu memaksimalkan waktu yang ada agar dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

3. Jika ingin menggunakan model Snowball Throwing, guru harus

menyesuaikan materi pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar

Gambar

Tabel 2.1 Fase dalam model pembelajaran kooperatif.
Gambar 2.1. Penempatan Anggota Kelompok di Meja Pertandingan
Tabel 2.2 Peringkat Perolehan Poin dalam Suatu Meja Terdiri dari Empat  Siswa
Tabel 2.3 Peringkat Perolehan Poin dalam Suatu Meja Terdiri dari Tiga siswa
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENTS HAVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DI SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia |

MoEfn{ rijur

Jika komputer ini tidak dikonfigurasikan dengan drive 3,5 inci, Anda dapat memasang pembaca kartu media, drive disket atau hard drive pada ruang drive1. Ruang drive 3,5 inci terletak

Shalawat Muhammad sendiri yang telah menjadi amalan bagi para jamaah majelis Shalawat Muhammad Rahmatan Lil Alamin ini di ambil oleh Shaykh Abdul Kahar dari salah

membawa pulang sepeda yang sudah saya impikan sejak dulu, akan tetapi ketika sudah sampai rumah, ternyata saudara saya bilang bahwa merk sepeda yang saya beli

Kondisi aktual rata-rata menurut pihak manajerial adalah agak baik (skor = 6) sedangkan kondisi yang diharapkan adalah sangat baik (skor = 8.2). Tumbuhnya gulma pada

Dalam usaha memenuhi kebutuhan akan bahan substitusi kayu yang berkualitas dan mengoptimalkan pemanfaatan limbah plastik serta mengurangi dampak negatif dari penggunaan