PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN
SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA DI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh Resa Saptalia
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN
SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWADI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG
Oleh Resa Saptalia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan masih banyak guru menggunakan
metode ceramah sebagai alternatif yang sering digunakan di kelas. Sehingga
hasil belajar siswa kurang maksimal. Penelitian ini membandingkan hasil
belajar siswa antara pembelajaran menggunakan model Team Games Tournamen dengan Snowball Throwing. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui: (1) Perbedaan hasil belajar antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan Team Games Tournamen dengan Snowball Throwing: (2) Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan Team Games Tournamen
dengan Snowball Throwing ditinjau dari kemmpuan awal siswa: (3) Mengetahui interaksi antara kemampuan awal siswa yang menggunakan
model pembelajaran Teams Games Tournamen dengan Snowball Throwing
terhadap hasil belajar fisika. Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester
genap tahun ajaran 2011/2012 di SMA Al-Azhar 3 Bandar lampung.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA pada semester genap
sedangkan sampel yang diambil yaitu kelas XI IPA3 sebagai kelas yang
Resa Saptalia
IPA4 sebagai kelas yang menggunakan model pembelajaran Snowball
Throwing. Pemilihan kelas sampel dengan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial 2x3
yang merupakan modifikasi dari quasi experimental design. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah ada perbedaan hasil belajar
siswa antara kelas yang menggunakan model Team Games Tournamen
dengan Snowball Throwing. Ada perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan Team Games Tournamen dengan Snowball Throwing ditinjau dari kemampuan awal siswa. Tidak ada interaksi antara kemampuan awal
siswa yang menggunakan model pembelajaran Team Games Tournamen
dan Snowball Throwing terhadap hasil belajar fisika. Rata- rata hasil belajar (posttest) pada kelas Team Games Tournamen yaitu sebesar 78,67
sedangkan pada kelas Snowball Throwing yaitu sebesar 83,83. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas Snowball Throwing lebih tinggi dibandingkan dengan kelas Team Games Tournamen.
s
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN
SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWADI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG
Oleh
RESA SAPTALIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.
Sekretaris : Dr. Agus Suyatna, M.Si.
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Abdurrahman, M.Si.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 19600315 198503 1 003
Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT
DENGAN SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWADI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Resa Saptalia
Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022043
Program Studi : Pendidikan Fisika
Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Dr. Agus Suyatna, M.Si
NIP. 19600301 198503 1 003 NIP. 19600821 198503 1 004
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:
Nama : Resa Saptalia
NPM : 0853022043
Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA
Program Studi : Pendidikan Fisika
Alamat : Jl. Semeru III No 51 Perumnas Wayhalim
Bandarlampung
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandarlampung, Juni 2012
MOTTO
Hidup itu bagaikan A, B, C dan D (A = Born, C = Choice, D = Die) Allah menciptakan manusia untuk dilahirkan dan memilih yang terbaik untuk
Hidupnya, jika tidak bisa memilih maka akan mati. (Resa Saptalia)
Apa yang terjadi hari ini adalah hasil dari pemikiran kita kemarin (Dr Edwin)
Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih terhormat daripada selalu benar karena tidak melakukan apa-apa
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Waykanan, pada tanggal 30 september 1990 anak keempat
dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Hi. Abdurrahman dan Ibu Hj.
Rupawan.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1995 di TK pakuan ratu
Waykanan. Pada tahun1996 penulis melanjutkan pendidikannya di SD Negeri1
Pakuan Ratu, diselesaikan tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikan di SLTP Negeri 1 Pakuan Ratu hingga tahun 2005, kemudian penulis
melanjutkan pendidikannya di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung, diselesaikan
pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai
mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.
Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMP Negeri 1 Banyumas. Dan pada tahun 2012 penulis melaksanakan penelitian
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya
sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:
1. Bapak Hi. Abdurrahman. dan Ibu Hj. Rupawan tercinta, yang selalu
memperjuangkan masa depan, yang telah lama menantikan
keberhasilanku, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap
do’a, yang tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu mendukung
penulis. Semoga Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa
selalu membahagiakan kalian.
2. Kakak -kakak : dr. Relly Reagen, dr. Resta Suri, dan Resmen Khadafi S.H.
M.H. yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan doa bagi penulis.
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas
Lampung.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika, Pembimbing Akademik, dan Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Pembimbing II atas keikhlasannya
memberikan bimbingan, saran dan motivasi.
5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku pembahas yang banyak memberikan
kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.
7. Bapak Drs .Ma’arifudin Mz. selaku Kepala SMA Al-Azhar 3 Bandar
Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan
8. Ibu Nur Hayati S.Pd selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas XI IPA 3 dan
XI IPA 4 SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.
9. Teman seperjuanganku di P. Fisika’08: Hervin, Yesika, Intan, Ewo, Larno,
elly, Putu, Dedek, Andre, Arif, Via, Novi, Desni, Desti, Destiana, Dewi, Dian,
Eka, Eva, Hamidah, Hanif, Ike, Jean, Lyan, Leni, Marfiana, Meita, Nova,
Nurul, Tata, Putri, Resa, Resti, Rika, Mayang, khumairoh, Selly, Rofa, Indah,
Uji, Nando, Yeni,desti, nining dan Yuniar atas bantuan dan kebersamaannya.
10.Sahabat ku tercinta: Eva novalia, fitri, fadila,khusnul,dewi, wina, atas
kebersamaan dan canda tawa kita selama ini serta dukungan di saat penulis
galau. Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.
11.Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di P. Fisika yang tidak bisa disebutkan
satu per satu, semoga selalu menjadi keluarga besar pendidikan fisika bersatu.
12.Teman seperjuangan KKN: Riska, Jani, Nisa, Eliza, Neng, Adi, dan Dedek
atas dukungan dan kebersamaan kita selama tiga bulan.
13.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis
dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandarlampung, 5 Juni 2012 Penulis
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Model Pembelejaran Kooperatif ... …12
2.2 Peningkatan Perolehan Poin dalam Satu Meja Terdiri dari Empat Orang ...16
2.3 PeRingk Perolehan Poin dalam Satu Meja Terdiri dari Tiga Orang………...….. 17
2.4 Kriteria Penghargaan Kelompok...18
3.1 Desain Faktorial Penelitian ...32
3.2 Indeks Reliabilitas... ... ....36
3.3 Rumus Unsur Tabel Persiapan Anova Dua Jalan...43
4.1 Hasil Uji Validitas Tes Awal dan Tes Akhir ...50
4.2 Hasil Uji Reabilitas Soal...50
4.3 Hasil Belajar Kelas Team Games Tournamen dan Snowball Throwing ... ... ...51
4.4 Hasil Uji Normalitas posttest Berdasarkan Kemampuan Awal...52
4.5 Hasil Uji Homogenitas...53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Penempatan anggota kelompok di meja pertandingan ... 15
2.2 Kerangka pemikiran ... 29
4.1 Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang disebabkan oleh Kemampuan Awal..58
DAFTAR ISI
B. Kerangka Pemikiran... 26
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian...31
B. Populasi dan Sampel Penelitian...31
C. Metode dan Desain Penelitian...31
D. Data Penelitian...33
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Validitas
2. Teknik Pengumpulan Data... 41
H. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas...42
2. Uji Homogenitas...43
a. Uji Homogenitas varians...44
b. Analisis Varians Dua Jalan ... 44
3. Pengujian Hipotesis .. ...44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Pelaksanaan a. kelas ekspeiemen satu...46
b. kelas ekspeiemen dua...47
2. Hasil Uji Penelitian a. Uji Validitas dan Reabilitas...49
b. Uji Hasil Belajar Siswa...52
c. Uji Normalitas... ...52
d. Uji Homogenitas ...53
e. Hasil Uji Univariate………53.
(a) Uji Perbedaan rata-rata Hasil Belajar yang disebabkan oleh Perbedaan Model Pembelajaran ...54
(b) Uji Perbedaan rata-rata Hasil Belajar yang disebabkan oleh Kemampuan Awal...55
(c) Uji Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan Awal terhadap Hasil Belajar Sisw...55.
B. Pembahasan a. Perbedaan rata-rata hasil belajar yang disebabkan oleh perbedaan model pembelajaran . ...56
b. Perbedaan hasil belajar yang disebabkan oleh kemampuan awal siswa .. ...58
c. Interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap hasil belajarnva…...59
B. Saran...…... 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 66
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 1... 69
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 2... 75
4. Lembar kegiatan kelompok siswa …... 79
5. Kunci jawaban lembar kegiatan kelompok siswa... 116
6. Lembar Penilaian (LP) 1: Produk 1... 126
7. Lembar Penilaian (LP) 1: Produk 2 ... 128
8. Kunci Lembar Penilaian (LP): Produk 1 ... 131
9. Kunci Lembar Penilaian (LP): Produk 2 ... 132
10.Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar I ... 133
11.Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar II... 135
12.Rubrikasi Tes Hasil Belajar I …... 137
13.Rubrikasi Tes Hasil Belajar II .…... 139
14.Lembar Tes Hasil Belajar I………..152
15.Lembar Tes Hasil Belajar II……….154
16.Daftar Nilai Model Pembelajaran Team Games Tournamen…... 156
17.Daftar Nilai Model Gambar Pembelajaran Snowball Throwing…... 160
18.Hasil Uji Instrumen ...…... 170
19.Hasil Uji Normalitas…... 178
20.Hasil Uji Univariate...…... 179
22.Kartu kendali bimbingan skripsi ... 183
23.Daftar hadir seminar usul penelitian ... 186
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan sebuah bangsa
karena sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan yang mempunyai tugas menyiapkan sumber daya
manusia untuk pembangunan harus berjalan seirama dengan tuntutan zaman.
Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru,
karenanya pendidikan juga harus senantiasa diperbaharui atau disempurnakan
untuk menjawab tuntutan zaman.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia. Berdasarkan pada permendiknas 2006 tentang standar isi,
pendidikan berpusat potensi, perkembangan kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya beragam dan terpadu . dan diatur di dalam
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
2
diperlukan bagi setiap orang, dan setiap warga negara memiliki hak yang sama
untuk mendapatkan pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Dalam dunia pendidikan, fisika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat
dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, dan tingkat
menengah secara khusus dalam mata pelajaran fisika. Dalam membelajarkan
fisika, guru memegang peranan penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan
pembelajaran. Seorang guru fisika disamping menjelaskan konsep, prinsip, dan
teori juga harus mengajarkan fisika dengan menciptakan kondisi yang baik
agar keterlibatan siswa secara aktif dapat berlangsung.
Berdasarkan observasi awal di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung, ditemukan
beberapa masalah dalam kegiatan pembelajaran fisika. Masalah-masalah
tersebut timbul tidak hanya berasal dari siswa tetapi juga berasal dari model
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam menyampaikan materi
pelajaran fisika, guru lebih cenderung menggunakan model pembelajaran yang
konvensional dan mengabaikan model pembelajaran lain yang lebih menarik
dalam proses belajar mengajar.Model pembelajaran seperti ini membuat siswa
jenuh, dan menganggap bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran yang sulit
dipahami sehingga tidak banyak disukai.
Pembelajaran fisika yang tidak menyenangkan tersebut berpengaruh pada hasil
belajar siswa. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
3
evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak
proses belajar. Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila
hasilnya memenuhi tujuan dari proses belajar mengajar tersebut.
Berdasarkan hasil observasi di kelas XI IPA 3, sebanyak 55,26 % siswa belum
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran fisika,Hal ini
disebabkan siswa kurang memahami materi fisika yang diberikan guru, apalagi
jika harus menyelesaikan permasalahan fisika. Untuk itu diperlukan model
pembelajaran yang dapat membuat fisika menjadi pelajaran yang
menyenangkan sehingga siswa dengan mudah memahami materi dan
meningkatkan hasil belajarnya.
Membuat suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa dapat dilakukan
dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
dimaksudkan agar siswa mengetahui perannya di dalam kelas dan memiliki
sikap tanggung jawab terhadap pelajaran yang diberikan guru.
Berdasarkan permasalahan tersebut, serta melihat hasil belajar siswa yang
belum optimal maka, membuat perubahan dalam proses pembelajaran untuk
menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar sudah seharusnya mulai diterapkan
di sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan
proses pembelajaran tersebut adalah dengan mengubah model pembelajaran
yang konvensional dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
4
perubahan pendidikan. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana
belajar penuh dengan kerjasama dalam menyelesaikan persoalan, diskusi,
mencari informasi dari berbagai sumber dan masih banyak lagi kegiatan positif
lain yang diterapkan sehingga suasana pembelajaran sesuai dengan prinsip
pembelajaran saat ini yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Salah satunya pembelajaran kooperatif menggunakan model
pembelajaran Teams Games Tournamen yaitu model pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Model Pembelajaran Tipe
Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan
dan reinforcement.
Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam proses
pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya dominan
dilakukan oleh guru dirubah dengan melibatkan siswa baik sebagai tugas
kelompok ataupun individu. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan
sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk menggali informasi dari
berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya
unsur-unsur permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat
membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh. Perubahan-perubahan ini
menimbulkan tantangan baru dalam proses pembelajaran yang dapat membuat
5
Model pembelajaran lain yaitu Snowball Throwing merupakan modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan
pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling
melempar bola salju (snowballthrowing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.
Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam proses
pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya dominan
dilakukan oleh guru dirubah dengan melibatkan siswa baik sebagai tugas
kelompok ataupun individu. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan
sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk menggali informasi dari
berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya
unsur-unsur permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat
membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh. Perubahan-perubahan ini
menimbulkan tantangan baru dalam proses pembelajaran yang dapat
membuat siswa lebih semangat dalam belajar.
Kemampuan awal siswa pun ikut mempengaruhi hasil belajar yang dicapai saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kemampuan awal diukur dengan
dilakukan tes awal sebelum guru memulai materi. Kemampuan awal yang
berbeda-beda perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
memungkinkan terjadinya perbedaan penerimaan pada masing-masing siswa
6
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memandang perlu diadakan
penelitian “Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara Pembelajaran
menggunakan Model Team Games Tournamen (TGT) dengan snowball throwing ditinjau dari kemampuan awal siswa kelas X1 SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan Team Games Tournamen dengan snowball throwing? 2. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa menggunakan Team Games
Tournamen dengan snowball throwingditinjau dari kemampuan awal siswa? 3. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa yang menggunakan
model pembelajaran Teams Games Tournamen dengan snowball throwing terhadap hasil belajar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Perbedaan hasil belajar antara siswa yang pembelajarannya menggunakan
Team Games Tournamen dengan snowball throwing.
2. Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan Team Games Tournamen
7
3. Mengetahui interaksi antara kemampuan awal siswa yang menggunakan
model pembelajaran Teams Games Tournamen dengan snowball throwing terhadap hasil belajar
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
Bagi Guru memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mengoptimalkan hasil belajar fisika siswa. Bagi SiswaMemberikan
pengalaman belajar yang berbeda, Membiasakan siswa untuk bekerjasama
dalam kelompok. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournamen
dengan snowball throwingyang digunakan diharapkan dapat meningkatkan
keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar dan hasil belajar fisika siswa di
SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang model
pembelajaran kooperatif dan dapat menambah pengetahuan wawasan peneliti.
E.Ruang Lingkup Penelitian
Agar jelas arah penelitian yang dilaksanakan, maka batasan ruang lingkup
penelitian ini adalah:
1. Subjek Penelitian
Siswa kelas XI IPA SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung, yang terdiri dari
8
Tournamen) dengan XI IPA 4 (untuk model pembelajaran kooperatif
snowball throwing)
2. Objek Penelitian
Model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournamen dengan Snowball Throwingdalam pembelajaran fisika materi fluida statis.
3. Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh dari penelitian yang
dilakukan terhadap siswa yang meliputi dua ranah yaitu: kognitif, dan
afektif setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif Teams Games Tournamen dengan Snowball Throwing.
4. Pembelajaran kooperatif Teams Games Tournamen adalah model Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif
tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan
keterlibatan belajar.
5. Pembelajaran kooperatif Snowball Throwing merupakan modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan
pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu
saling melempar bola salju (snowballthrowing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.
6. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah Fluida Statis.
7. Penelitian ini melihat proses belajar siswa menggunakan pembelajaran
II. KERANGKA TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka
2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk
berpikir secara kritis, pemecahan masalah dan komunikasi antar pribadi.
Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bertukar pendapat
dengan teman dalam satu kelompok kecil untuk memecahkan masalah, serta
menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur demi mencapai tujuan bersama.
Menurut As’ari (2003: 5):
Cooperative Learning merupakan suatu pendekatan dimana para siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mencapai tujuan
bersama.
Hal ini senada dengan pendapat Lie (2008: 12) yang menyatakan bahwa:
10 Dalam pembelajaran kooperatif, siswa harus mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan-keterampilan kooperatif.
Keterampilan keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut:
Keterampilan kooperatif tingkat awal
Meliputi: (a) menggunakan kesepakatan; (b) menghargai kontribusi; (c)
mengambil giliran dan berbagi tugas; (d) berada dalam kelompok; (e) berada
dalam tugas; (f) mendorong partisipasi; (g) mengundang orang lain untuk
berbicara; (h) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan (i) menghormati
perbedaan individu.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah
Meliputi: (a) menunjukkan penghargaan dan simpati; ( b) mengungkapkan
ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; (c) mendengarkan dengan
aktif; (d) bertanya; (e) membuat ringkasan; (f) menafsirkan; (g) mengatur dan
mengorganisir; (h) menerima, tanggung jawab; (i) mengurangi ketegangan.
Keterampilan kooperatif tingkat mahir
Meliputi: (a) mengelaborasi; (b) memeriksa dengan cermat; (c) menanyakan
kebenaran; (d) menetapkan tujuan; (e) berkompromi
Meskipun model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaannya siswa
11 hanya mengandalkan teman yang berkemampuan tinggi dalam penyelesaian
tugas kelompok. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran kooperatif
harus menerapkan lima unsur menurut Lie (2008: 31) yaitu “(1) Saling
ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4)
komunikasi antar anggota, (5) evaluasi proses kelompok”. Jika kelima unsur
tersebut dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta suasana kerja
kelompok yang maksimal dan dapat memberikan semangat belajar yang
tinggi, sehinggga kemungkinan hasil belajar pun akan meningkat.
Karakteristik dari model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut (Nurhadi, dkk 2004):
1. Siswa bekerja secara kooperatif di dalam kelompok untuk menguasai materi-materi.
2. Kelompok dibuat berdasarkan prestasi tinggi, sedang dan rendah bila memungkinkan, kelompok meliputi suatu ras, kebudayaan, dan campuran jenis kelamin dari siswa- siswa.
3. Sistem berhadiah diberikan kepada kelompok yang lebih berorientasi dari pada orientasi secara individual.
Model pembelajaran kooperatif menyandarkan pada kerja kelompok kecil,
berbeda dengan pembelajaran secara klasikal. Pembelajaran kooperatif
dilaksanakan melalui 6 fase seperti yang terdapat pada tabel 1 fase dalam
12 Tabel 2.1 Fase dalam model pembelajaran kooperatif.
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajar
Fase 6
Memberi Penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya atau hasil belajar individu dan kelompok
(Arends,1997: 113)
Menurut Johnson dan Johnson, ( Lie,2004: 7), suasana belajar Cooperative Learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar
yang penuh dengan persaingan dan memisah - misahkan siswa. Pembelajaran
kooperatif dapat memberikan semangat belajar yang tinggi, serta menciptakan
hubungan positif antar siswa satu sama lain sehingga menimbulkan sikap
saling menghormati dan saling peduli satu sama lain. Dengan demikian
aktivitas siswa selama proses pembelajaran akan meningkat sehingga
penguasaan konsep yang dimiliki siswa pun akan meningkat.
Dalam perkembangannya pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe,
13
Tournament (TGT), Jigsaw II, Grup Investigation (GI), Team Accelerated Instruction (TAI), Think Pair Share (TPS), dan Cooperative Integerated Reading Compotition (CIRC).
1. Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)
Model Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan
belajar.
Komponen utama dalam model pembelajaran tipe TGTmenurut pendapat
Slavin sebagai berikut :
a. Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi di kelas dengan
menggunakan metode langsung atau ceramah dan diskusi. Pada saat penyajian
materi di kelas, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi
14 saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan
skor kelompok.
b. Kelompok (team)
Siswa terdistribusi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen
dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik. Fungsi
kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya
dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan
baik dan optimal pada saat game. Setelah guru menjelaskan materi, setiap
kelompok mengerjakan lembar kerja kelompok. Dalam mengerjakan lembar
kerja kelompok siswa saling berdiskusi memecahkan masalah bersama-sama,
saling mencocokkan jawaban dan membenarkan teman yang melakukan
kesalahan. Setiap anggota kelompok harus yakin bahwa dirinya telah
benar-benar menguasai materi, dapat mempertanggungjawabkannya dalam presentasi
kelas, dan mempersiapkan diri dalam turnamen.
c. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir tiap indikator ataupun tiap
kompetensi dasar yang telah ditentukan sebelumnya oleh guru. Turnamen
dilaksankan setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
mengerjakan lembar kerja. Kelompok heterogen untuk sementara waktu
15 kecerdasan. Anak yang berkemampuan cerdas dari setiap kelompok disatukan
dalam meja 1, anak yang berkemampuan sedang digabung dalam meja 2 dan
meja 3, dan anak yang berkemampuan rendah dipadukan dalam meja 4.
Penentuan kedudukan siswa sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto
(2001: 263) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa di suatu kelas
memiliki prestasi cukup (sedang), sedangkan sebagian kecil lainnya memiliki
prestasi tinggi (pintar) dan rendah.
Hal ini diceritakan dalam gambar tentang mekanisme turnamen berikut ini:
Kelompok A
Kelompok B Kelompok C
Gambar 2.1. Penempatan Anggota Kelompok di Meja Pertandingan
Siswa yang homogen duduk dalam satu meja turnamen untuk menjawab
pertanyaan yang ada di meja tersebut secara bergiliran. Apabila siswa yang
mendapat giliran pertama menjawab dengan benar, ia mendapat kartu
kemenangan yang di dalamnya terdapat poin. Namun, jika jawabannya salah,
16 siswa lain (penantang) dalam meja itu boleh menjawab. Apabila jawaban
penantang benar, maka kartu kemenangan menjadi miliknya dan jika
jawabannya salah, maka ia harus merelakan nilainya berkurang. Saat
pertandingan usai, siswa menghitung nilai perolehannya yang tertera di kartu
kemenangan dan ditulis pada papan nilai sebagai nilai individu dalam
kelompok turnamen. Peserta yang mendapat nilai terbanyak meraih tingkat 1
(top scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak kedua meraih tingkat 2 (high middle scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak ketiga meraih tingkat 3 (low middle scorer), dan peserta yang memperoleh nilai terkecil meraih tingkat 4 (low scorer). Perolehan poin individu sesuai dengan peringkatnya dalam kelompok turnamen ditunjukkan pada tabel berikut ini
17 Tabel 2.3 Peringkat Perolehan Poin dalam Suatu Meja Terdiri dari Tiga siswa
Tingkatan
Pemain Tidak Ada Seri
Tingkat
Dalam turnamen selanjutnya, diusahakan pembagian meja berdasarkan
erolehan poin pada turnamen sebelumnya dengan tetap beranggotakan
kelompok yang memiliki kemampuan akademik yang sama (homogen).
d. Team Recognize (Penghargaan Kelompok)
Nilai kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai yang diperoleh setiap
anggota kelompok heterogen semula. Untuk menentukan poin kelompok
digunakan rumus:
Nk =
Nk = poin peningkatan kelompok
(Slavin, 1995: 82)
Kelompok yang memperoleh nilai tertinggi berhak memperoleh penghargaan.
Berdasarkan point peningkatan kelompok terdapat tiga tingkat penghargaan
yang diberikan yaitu.
18 Tabel 2.4 Kriteria penghargaan kelompok
Kriteria Predikat Kelompok
Nk < 15
Penghargaan pada kelompok terdiri atas tiga tingkat sesuai dengan nilai
perkembangan yang diperoleh kelompok yaitu:
a. Tim sangat bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai
kelompok lebih besar dari 25.
b. Tim bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai kelompok
antara 15 sampai 25.
c. Tim cukup bagus diberikan bagi kelompok yang memperoleh nilai
kelompok kurang dari 15.
Kelompok dengan perolehan points tertinggi dijadikan sebagai juara pertama,
tertinggi kedua, sebagai juara kedua dan tertinggi ketiga, sebagai juara ketiga.
Dalam melaksanakan pembelajaran mengunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGTada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu:
1. Pendahuluan
a. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut.
b. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan atau ingatan.
19 a. Guru membagi kelompok heterogen berdasarkan perbedaan akademik.
b. Guru membagi LKS.
c. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka dalam LKS.
d. Salah satu kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusi
mereka.
e. Guru memberi penguatan atas kesimpulan yang telah didapat dari
diskusi.
f. Mengerjakan soal evaluasi.
g. Membahas soal.
h. Siswa dikelompokkan secara homogen berdasarkan nilai ujian
sebelumnya.
i. Guru memberitahukan aturan permainan dan membagi kartu soal dan
jawaban.
j. Turnamen diberikan di akhir pertemuan. Pada turnamen pertama, guru
menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen. Meja turnamen 1
diisi empat siswa yang memiliki prestasi tinggi sebelumnya, meja
turnamen 2 diisi siswa yang memiliki prestasi sedang sebelumnya, dan
seterusnya. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja
tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada
tiap meja ”naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi misalnya
20 3. Penutup
Siswa mengumpulkan LKS, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan
kembali pembelajaran yang telah mereka pelajari.
4. Menentukan skor kelompok
Guru menghitung skor kelompok berdasarkan skor turnamen anggota
kelompok dan mempersiapkan sertifikat atau penghargaan lainnya untuk
kelompok berprestasi tertinggi.
5. Penghargaan kelompok
Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan berhak mendapatan penghargaan.
2. Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pedoman bagi pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas siswa dalam pembelajaran
(Anonim, 2008: 7). Istilah model pembelajaran berbeda dengan metode,
strategi, dan prinsip pembelajaran. Konsep model pembelajaran lahir dan
berkembang dari para pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting
eksperimen yang dilakukan. Untuk pertama kalinya konsep model
pembelajaran dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil, dan
Shower, dalam Anonim, 2004: 3).
Model pembelajaran memiliki 4(empat) ciri khusus yang tidak dimiliki
oleh metode, dan strategi tertentu, yaitu: (1) Rasional teoritik, yang logis
21 dicapai, (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
berhasil, (4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
berhasil (Ismail dalam Anonim, 2004: 3)
Pada model pembelajaran snowball throwing siswa dibentuk dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok yang diwakili oleh ketua kelompok
akan mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa akan
membuat pertanyaan dalam selembar yang kemudian dibentuk seperti bola
(kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain, sehingga masing-masing
siswa mendapat pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar.
Snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Menurut Trimo dalam Anonim (2008: 2) Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, baik dari segi
fisik, mental, dan emosional yang diramu dengan kegiatan melempar
pertanyaan seperti “melempar bola salju”. Hal yang mendasari pentingnya
penerapan model pembelajaran snowball throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi dari UNESCO, yakni:
belajar mengetahui (learning to know), belajar beketja (learnimg to do),
belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri
sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001: 5).
Menurut Suprijono (2009: 128) ada 9 (sembilan) langkah kegiatan dalam
22
(1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan,
(2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing- masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,
(3) Masing-masing ketua kelompok kembali kekelomponya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada teman-temannya,
(4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok,
(5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih lima menit (dapat disesuaikan),
(6) Setelah masing-masing siswa mendapatkan satu bola, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut,
(7) Guru memberikan kesimpulan (8) Evaluasi,
(9) Penutup.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan,
kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing dalam Anonim (2007: 7)
yaitu: “(1) Melatih kesiapan siswa, dan (2) Saling memberikan
pengetahuan”.
Sedangkan kekurangan model pembelajaran Snowball Throwing yaitu:
“(1) pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa
saja, dan (2) tidak efektif”.
Melalui model pembelajaran Snowball Throwing, siswa dilatih untuk mengemukakan pertanyaan yang sulit diungkapkan, siswa bebas membuat
pertanyaan yang dirasa sulit dengan suasana yang menyenangkan. Selain
itu siswa juga dituntut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam
23 hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Teknik bertanya seperti ini dapat
menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran, karena
masing-masing siswa mempunyai tugas tersendiri untuk membuat pertanyaan, dan
peran guru hanya sebagai pembimbing yang memberikan arahan kepada
siswa.
2.2 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan sisiswa
dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan . Hasil belajar
siswa diperoleh setelah berharirnya proses pembelajaran. Menurut Hamalik
(2007: 30):
Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar sebagai tanda terjadinya perubahan tingkah laku dalam bentuk perubahan pengetahuan. Perubahan tersebut terjadi dengan peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.
Hal ini berarti hasil belajar diproleh setelah melakukan kegiatan Pembelajaran .
menurut Dimyati (1999: 200):
Hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar.Dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan yang ditandai dengan huruf atau kata atau simbol yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar dapat diunnjukkan dengan huruf atau kata atau simbol setelah
24 suatu ukuran bahwa siswa tersebut sudah melakukan kegiatan pembelajaran.
Ahmadi (1990: 35) menyatakan bahwa : ”
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada setiap nilai mengikuti tes”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar
merupakan hasil belajar yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran .
Hasil belajar menunjukkan berhasil tidaknya suatu kegiatan yang dicerminkan
dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes.
Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan.
Menurut Dimyanti (2002: 26): Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk
mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
3. Ranah Afektif
Ranah Afektif terditi atas lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi,
penilaian, penentuan sikap organisasi, dan pembentukan pola hidup.
4. Ranah psikomotor
Ranah Psikomotor terdiri dari tujuan jenis perilaku yaitu persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang
25
2.3 Kemampuan Awal
Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa
sebelum ia mengikuti pelajaran yang akan diberikan. Menurut tatang (2009: 1)
kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran
yang akan disampaikan.kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru
sebelum memulai pembelajaran, karena dengan demikian dapat diketahui
apakah siswa telah mempunyai pengetahuan awal yang merupakan prasyarat
untuk mengikuti pembelajaran, sejauhmana siswa mengetahui materi yang
akan disajikan.
Kemampuan awal siswa dapat diukur melalui tes awal, interview, atau
cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan
secara acak dengan distribusi perwakilan yang representative.
Kemampuan awal tentu memiliki perbedaan antara siswa yang satu dengan
siswa yang lain, ada yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan
rendah. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi kemungkinan dapat
menerima materi dengan mudah, dibandingkan dengan siswa yang memiliki
kemampuan awal sedang dan rendah.
Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan awal siswa merupakan keterampilan
ataupun pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa dan menjadi dasar bagi
siswa dalam menerima pelajaran yang baru. Untuk mengetahui kemampuan
awal siswa seorang guru dapat menggunakan catatan atau dokumen, tes
26
B.Kerangka Pemikiran
Pada kenyataannya fisika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit
dimengerti karena terlalu banyak rumus. Indikasinya dapat dilihat dari hasil
belajar siswa yang kurang memuaskan.
Untuk dapat mencapai hasil belajar dengan optimal siswa harus memiliki
kemampuan awal berupa pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman yang telah
diterimanya, agar siswa lebih mudah mengembangkan pengetahuan fisika pada
tingkatan selanjutnya. Dengan kata lain kemampuan awal merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap hasil belajar fisika.
Keberhasilan siswa dalam mencapai suatu hasil belajar sangat ditentukan oleh
pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Pembelajaran tersebut
tentu saja harus ada interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan siswa
dengan siswa. Interaksi yang baik juga menghendaki suasana pembelajaran
yang tidak membosankan dan memicu motivasi yang terus-menerus sehingga
hasil belajarnya baik pula.
Pembelajaran TGT mempunyai beberapa kelebihan diantaranya tercipta
kerjasama yang baik antar anggota Team, ada ketergantungan saling
memerlukan yang positif (menanamkan rasa kebersamaan), tanggung jawab
masing-masing anggota, keterampilan hubungan antar personal (komunikasi,
keberhasilan, kepemimpinan, membuat keputusan, dan penyelesaian konflik),
27 Model pembelajaran TGTatau belajar sambil bermain adalah model
pembelajaran yang menuntut siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran,
melibatkan aktivitas seluruh siswa tampa harus ada perbedaan status,
melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reifercement.
Model pembelajaran lain yaitu Snowball Throwing merupakan modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan
pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling
melempar bola salju (SnowballThrowing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.
Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam proses
pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya dominan
dilakukan oleh guru dirubah dengan melibatkan siswa baik sebagai tugas
kelompok ataupun individu. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan
sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk menggali informasi dari
berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya
unsur-unsur permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat
membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh. Perubahan-perubahan ini
menimbulkan tantangan baru dalam proses pembelajaran yang dapat membuat
siswa lebih semangat dalam belajar.
Aktivitas belajar dengan bermain yang dirancang dalam pembelajaran
28 disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama,persaingan sehat dan
keterlibatan belajar.
Pelaksanaan model pembelajaran ini nantinya akan diawali dengan mengukur
kemampuan awal siswa di kelas yang menggunakan model Team Games Tournament dengan Snowball Throwing.
Adapun hal yang akan diamati pada masing-masing kelas adalah aspek
kognitif. Aspek kognitif yang akan dinilai yaitu hasil belajar siswa yang
diperoleh dari tes akhir setelah pembelajaran.
X1
Y
X2
Keterangan :
30 A.Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diungkapkan di atas maka hipotesis
eksperimen yang dilakukan adalah:
Hipotesis satu
H1 : Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran team gamestournamen dengan
snowballthrowing Hipotesis dua
H1 : Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran team gamestournamen dengan snowball throwing ditinjau dari kemampuan awal siswa.
Hipotesis tiga
H1 : Ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan penggunaan model
pembelajaran kooperatif team gamestournamen dengan snowballthrowing
31
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran
2011/2012 di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.
B.Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester genap
Tahun Pelajaran 2011/2012 di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Kelas XI
IPA terdiri dari 3 kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2,IPA 3, dan XI IPA 4, dengan
jumlah siswa 118 orang. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 kelas yang diambil
dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu, kemudian yang terambil sebagai
sampel adalah kelas XI IPA 3, dan XI IPA 4.
C.Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Dalam penelitian ini dua
kelas yang dijadikan sampel diberikan perlakuan yang berbeda. Pada kelas XI
IPA 3 siswa mendapat perlakuan pembelajaran fisika dengan model
32 mendapat perlakuan pembelajaran fisika dengan model pembelajaran
SnowballThrowing XIIPA 4. Pada kedua kelas tersebut terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda dan pada penelitian ini siswa
digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu siswa yang memiliki kemampuan awal
tinggi, sedang, dan rendah dengan melakukan tes kemampuan awal terlebih
dahulu. Berdasarkan kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa, dibentuk
kelompok-kelompok yang heterogen, yaitu dalam satu kelompok terdiri dari
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah. Bagi siswa
yang memiliki kemampuan awal tinggi adalah siswa yang memiliki skor nilai
lebih dari 70% dari nilai tertinggi, untuk siswa yang memiliki kemampuan
awal sedang skor nilanya antara 40%-70% dan untuk siswa yang memiliki
kemampuan awal rendah skor nilainya kurang dari 40% dari nilai tertinggi.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika
antara pembelajaran kooperatif TGTdengan snowballthrowing yang ditinjau dari kemampuan awal. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x3 yang
dapat digambarkan sebagi berikut.
Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian
Model Pembelajaran (B)
33 1. Observasi, berguna untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas
yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru fisika selama
pembelajaran. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
kelas eksperimen dangan menggunakan model pembelajaran untuk kelas
XI IPA 3 dengan model snowballthrowing pembelajaran untuk kelas XI IPA 4 dengan model Team Games Tournamen.
2. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes hasil belajar beserta aturan
penskorannya.
3. Melakukan validasi instrumen dan perbaikan instrumen.
4. Melakukan uji coba soal tes hasil belajar dan menghitung reliabilitasnya.
5. Melaksanakan penelitian.
6. Mengadakan tes kemampuan hasil belajar.
7. Menganalisis data.
8. Membuat kesimpulan.
D.Data Penelitian
Data penelitian berupa data kuantitatif yang diperoleh dari:
1. Data hasil belajar kognitif
Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari kemampuan awal yaitu tes awal
sebelum siswa mendapat perlakuan dan hasil belajar siswa yaitu tes yang
34
E.Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini terdiri atas data kemampuan awal fisika dan hasil
belajar fisika siswa dalam ranah kognitif. Untuk memperoleh data kemampuan
awal fisika siswa diperoleh dari tes kemampuan awal yang dilakukan sebelum
materi diajarkan. Tes kemampuan awal diberikan pada kedua kelas yang
dijadikan sampel.
Data hasil belajar ranah kognitif diperoleh melalui tes setelah materi selesai.
Pemberian tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa yang
dilihat dari hasil belajar fisika siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran Team Games Tournamen dengan snowballthrowing.
Dalam upaya mendapatkan data hasil belajar fisika kurang akurat, maka tes
yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik.
Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi, yakni validitas yang
dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, isinya
dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan
pelajaran yang seharusnya diujikan. Langkah-langkah dalam penyusunan soal
tes ini adalah sebagai berikut.
1) Menentukan indikator yang akan diukur yang sesuai dengan materi dalam
penelitian
2) Menyusun kisi-kisi tes berdasarkan indikator yang dipilih
3) Menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat
35 Selain itu, butir tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu
kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran fisika kelas XI IPA.
Jika ada penilaian dosen pembimbing dan guru menyatakan butir-butir tes telah
sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur, maka tes
tersebut dikatakan valid.
Instrumen yang akan digunakan diuji coba terlebih dahulu pada kelas diluar
sampel tetapi masih dalam populasi. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui,
reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
1. Validitas
Validitas isi memiliki sejauh mana instrumen yang digunakan dalam penelitian
mencerminkan isi yang diukur. Karena penelitian ini yang akan diukur adalah
hasil belajar siswa, maka untuk mengukur hasil belajar tersebut menggunakan
alat ukur berupa tes. Untuk mengalami apakah isi tes tersebut mewakili secara
representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang
seharusnya diteskan, validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui
dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil
belajardengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan untuk
pelajaran fisika, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan instruksiional
khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut atau belum.
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk
mengetahui tingkat keandalan suatu tes. Untuk menghitung koefisien reliabiltas
36
i = Jumlah varians skor tiap-tiap item
2
Harga
r
11 yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas, dengankriteria sebagai berikut.
Tabel 3.2 Indeks Reliabilitas
No Indesks Reliabilitas Kriteria
1 antara 0,800 sampai dengan 1,000 sangat tinggi
2 antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi
3 antara 0,400 sampai dengan 0,600 Sedang
4 antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
5 antara 0,000 sampai dengan 0,200 sangat rendah
37
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap Perencanaan
Pada kegiatan perencanaan penelitian langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a) Menentukan sekolah tempat penelitian dilakukan
b) Membuat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah
c) Menyusun satuan pembelajaran, silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
d) Membuat instrumen pengambilan data untuk masing-masing aspek yang
diamati.
e) Menentukan kelas eksperimen dan pembagian kelompok eksperimen
2. Tahap Pelaksanaan
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok fluida statis sesuai
dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.
a. Kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT.
Kegiatan Awal
1) Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru memberikan motivasi
3) Guru membagi siswa dalam kelompok
38 Kegiatan Inti
1) Guru memberikan uraian materi
2) Guru mengajukan pertanyaan/membagikan LKS kemudian meminta siswa
untuk berdiskusi dalam kelompoknya selama beberapa menit tentang
pertanyaan tersebut.
3) Guru memberi kesempatan kepada beberapa pasangan untuk
mengemukakan hasil diskusinya dengan seluruh kelas.
4) Guru memberikan respons terhadap jawaban siswa dengan menambahkan
materi yang belum diungkapkan siswa, serta mengarahkan diskusi untuk
mengambil kesimpulan.
5) Guru membentuk kelompok yang homogen, kemudian menagadakan
turnamen.
6) Guru memberikan penghargaan kepada siswa terbaik dan kelompok
terbaik.
Kegiatan Akhir
1) Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan
dengan mengajukan pertanyaan secara acak.
2) Guru menugaskan siswa untuk membaca materi selanjutnya.
b. Kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
SnowballThrowing
Kegiatan Awal
39 2. Guru memberikan motivasi.
Kegiatan Inti
1) Guru membentuk kelompok masing-masing 5 orang
2) Guru memanggil masing-masing ketua kelompok
3) Guru menjelaskan materi fluida statis kepada masing-masing ketua
kelompok.
4) Ketua kelompok kembali ke kelompok untuk menjelaskan materi yang
telah dijelaskan kepada masing-masing kelompok.
5) Guru memberikan masing-masing murit satu lembar kertas
6) Siswa ditugaskan membuat pertanyaan tentang materi fluida statis ditulis
dikertas yang telah diberikan ,lalu kertas dibentuk menjadi sebuah bola.
7) Kertas yang telah dibuat bola dilempar dari siswa satu ke siswa yang lain
dalam waktu ±5 menit.
8) Guru meminta siswa menjawab pertanyaan yang telah ada ditangannya
secara bergantian.
Kegiatan Akhir
1) Guru bersama sama dengan siswa menyimpulkan materi fluida statis.
40
G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data
Data penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu aktivitas belajar siswa dan
penguasaan konsep.
1. Data aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan selama
proses belajar mengajar.
2. Data penguasaan konsep siswa yang berupa nilai-nilai yang diperoleh dari
hasil pretest dan posttest. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dan
posttest yang dibandingkan dengan selisih nilai maksimum dengan nilai
pretest. Selisih tersebut disebut sebagai skor gain, lalu dianalisi secara statistik.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi dan tes.
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses
belajar mengajar berlangsung sebagai upaya untuk mengamati aktivitas
selama proses belajar mengajar berlangsung. Data aktivitas ini diperoleh
dengan melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi aktivitas
siswa.
2. Tes
Tes yang diberikan adalah pretest yang dilakukan di awal penelitian dan
41 ini juga dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep
siswa setiap pertemuan.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Pada penelitian ini uji normalitas, digunakan dengan uji kolmogorov smirnov dan grafik. Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program komputer dengan metode kolmogorov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai asymp.sig (2-tiled), nilai α yang digunakan adalah 0,05 dengan demikian kriteria uji sebagai
berikut: (1)jika nilai sig atau signitifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. (2) jika nilai sig atau signitifikan atau
probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah normal.
2. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui homogen tidaknya sampel yang diambil
dari populasi. Pertimbangan efisiensi uji ini dilakukan dengan menggunakan fungsi univariate pada SPSS 16.0. Kriteria uji yang digunakan adalah: (1) jika nilai sig < (0,05) maka data sampel yang diambil dari populasi itu berdistribusi tidak homogen; (2) jika nilai sig > (0,05) maka data sampel yang diambil dari populasi itu berdistribusi homogen.
42 Homogenitas diuji dengan menggunakan uji Barlett (Sudjana, 2005: 263) sebagai berikut:
X2 = (ln 10) B (ni 1)logSI2
Hipotesis statistik:
H0 : 1x1 2x2 3x3
H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
Kriteria uji: Tolak H0 jika X² X²( 1- )(k-1) dimana X²( 1- )(k-1) didapat dari
distribusi Chi Kuadrat dengan peluang (1- ), dk (k-1) dan = 0,05.
b. Analisis varians dua jalan
Analisis dua jalan merupakan tekhnik analisis data penelitian dengan desain
dua factorial (Arikunto, 2007: 424). Penelitian ini mengggunakan anava dua
jalan untuk mengetahui tingkat signifikansi perbedaan dua model pembelajaran
dan apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal
siswa pada mata pelajaran fisika.
3. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis yang diajukan menggunakan ANAVA (Analisis Variansi).
Analisis Variansi digunakan untuk menguji hipotesis yang berkenaan dengan
43 Analisis dua jalan merupakan teknik analisis data penelitian dengan desain dua
faktorial (Arikunto, 2007: 424).
Tabel 3.3 Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan
Sumber
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B
JK(d) = jumlah kuadrat dalam
MKA = mean kuadrat variabel A
MKB = mean kuadrat variabel B
MKAB = mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B
44 FA = harga Fo untuk variabel A
FB = harga Fo untuk variabel B
FAB = harga Fo untuk interaksi variabel A dengan variabel B
(Arikunto, 2007: 409)
1. : Tidak ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran team games
tournamen dengan snowballthrowing
H1 : Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran team gamestournamen dengan
snowballthrowing
2. Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran team games
tournamen dengan snowballthrowing ditinjau dari kemampuan awal siswa.
H1 :.Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran team games
tournamen dengan snowballthrowing ditinjau dari kemampuan awal siswa.
3. Ho : Tidak ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan
penggunaan model pembelajaran kooperatif team gamestournamen
dengan snowballthrowing terhadap hasil belajar siswa.
H1 : Ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan penggunaan model
61
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan:
1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa dari kedua model pembelajaran
(model pembelajaran Team Games Tournamen danmodel pembelajaran
Snowball Throwing, rata-rata hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan Snowball Throwing lebih tinggi dari pada siswa yang pembelajarannya menggunakan Team Games Tournament.
2. Ada perbedaan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang disebabkan oleh
kemampuan awal siswa.
3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal
terhadap hasil belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil pengamatan serta temuan selama proses
62
1. Pada pembelajaran yang menggunakan model Team Games Tournamen, disarankan guru menggunakan Team Games Tournamen tanpa harus mempertimbangkan kemampuan awal siswa.
2. Jika guru ingin menggunakan model Team Games Tournamen, guru harus mampu memaksimalkan waktu yang ada agar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
3. Jika ingin menggunakan model Snowball Throwing, guru harus
menyesuaikan materi pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar