• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPONS PADI GOGO VARIETAS DODOKAN TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KOMPOS DAN NITROGEN PADA TANAH ULTISOL DI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESPONS PADI GOGO VARIETAS DODOKAN TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KOMPOS DAN NITROGEN PADA TANAH ULTISOL DI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONSE OF UPLAND RICE DODOKAN VARIETIES AGAINST GIVING COMPOST AND NITROGEN ON THE ULTISOL SOIL IN

SUBDISTRICT NATAR, SOUTH LAMPUNG REGION.

By

Randona Yeka Putri

The compost and nitrogen fertilizer were expected to optimize the growth and production of rice plants. This study aims (1) To determine whether there were any effect of compost and nitrogen on the growth and production of upland rice varieties dodokan on ultisol soil. (2) To Know the influence of compost and nitrogen fertilizer on the growth and production of upland rice varieties dodokan on ultisol soil. (3) To know the effect of combination compost with nitrogen fertilizer on the growth and production of upland rice varieties dodokan on ultisol soil.

The research was conducted from November 2011 until February 2012 at the experimental farm of Faculty of Agriculture, University of Lampung at the village of Muara putih, District Natar, South Lampung Regency. The experiment design used randomize block design arranged by factorial (4x3) with three replications. The first factors were compost at (0, 5, 10 ,15 ton / ha). The second factors were the nitrogen doses (0, 45 and 90 kg / ha). The homogeneity of data was tested by the Barlet test and the additivity data was tested by the Tukey test and advanced by LSD test at level of 5%.

(2)

nitrogen. The results of the nitrogen analysis showed that the nitrogen were absorbed as much as 1.47%.

(3)

PEMBERIAN PUPUK KOMPOS DAN NITROGEN PADA TANAH ULTISOL DI KECAMATAN NATAR,

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Randona Yeka Putri

Pemberian pupuk kompos dan nitrogen diharapkan mampu mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk

(1) Mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian pupuk kompos dan nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo varietas dodokan pada tanah ultisol. (2) Mengetahui pengaruh dosis pupuk kompos dan nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi gogo varietas dodokan pada tanah ultisol. (3) Mengetahui pengaruh kombinasi kompos dan nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi gogo varietas dodokan pada tanah ultisol.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai bulan Februari 2012 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara putih, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini ditata dengan menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) yang disusun secara faktorial (4x3) dengan tiga ulangan. Faktor pertama yaitu pupuk kompos (0 ton/ha, 5 ton/ha, 10 ton/ha dan15 ton/ha). Faktor kedua adalah pupuk nitrogen (0 kg/ha, 45 kg/ha dan 90 kg/ha). Homogenitas data diuji dengan uji Barlet dan aditivitas data diuji dengan uji tukey dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5 %.

(4)

kg/ha meningkatkan produksi dan kombinasi terbaik kompos 15 ton dengan nitrogen 90 kg/ha yaitu dari 3,92 ton menjadi 7,58 ton/ha atau 2 kali dari tanpa kompos dan tanpa nitrogen. Hasil analisis tanaman padi menunjukkan bahwa serapan N yang terserap sebanyak 1,47%.

(5)

2.1 Tanaman Padi Gogo

Budidaya padi gogo dilahan kering dapat dilakukan dengan dua cara yaitu gogo dan ladang. Padi gogo adalah padi yang diusahakan ditanah tegalan kering secara menetap, sedangkan padi ladang diusahakan secara tidak menetap atau

berpindahpindah. Hitchcock (1971) dalam Manurung dan Ismunadji (1988) mengklasifikasikan tanaman padi (Oryza sativa L) dalam famili graminaeae, sub famili oryzadeae dan genus oryza.

Tanaman padi terdiri dari ribuan varietas yang satu sama lain mempunyai ciri tersendiri, namun diantara ribuan varietas tanaman padi ada beberapa sifat yang sama. Apabila dibandingkan dengan tanaman padi sawah, tanaman padi gogo mempunyai kendala lebih banyak dalam penanamnya antara lain peka terhadap kekeringan , jumlah anakan maksimum dan jumlah anakan produktif lebih sedikit, luas permukaan daun lebih sempit, umur berbunga lebih lambat, persentase gabah hampa lebih tinggi, dan bobot brangkasan lebih rendah (Rezkiyanti, 2000).

(6)

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi diantaranya adalah kondisi hara tanah. Hara adalah unsur pelengkap dari komposisi asam nukleik, hormon, dan enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam merombak fotosintat atau respirasi menjadi senyawa yang lebih sederhana dan energi (Fagi dan Irsal Las,1988).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Padi

Pada dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting adalah tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor tersebut.

Padi gogo merupakan padi lahan kering yang ditanam dalam kondisi kering. Syarat utama untuk tanaman padi gogo adalah kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Faktor iklim terutama curah hujan merupakan faktor yang sangat

menentukan keberhasilan budidaya padi gogo. Hal ini disebabkan kebutuhan air untuk padi gogo hanya mengandalkan curah hujan. Tanaman ini lebih peka terhadap perubahan keadaan hujan dibandingkan padi sawah. Padi gogo umumnya ditanam sekali setahun pada awal musim hujan. Di Indonesia, padi gogo ditanam pada kondisi lingkungan yang beragam. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah yang mempunyai ketinggian

(7)

pertumbuhan padi gogo. Pada lahan kering, curah hujan dan kemampuan tanah memegang air menentukan keberhasilan pertanam padi gogo. Suhu optimum yang dibutuhkan tanaman ini berkisar 15-30°C.

2.3 Tahapan Pertumbuhan Padi

Tanaman padi memiki tahapan dalam pertumbuhannya. Pertumbuhan tanaman padi terdiri atas tiga tahap yaitu tahap vegetatif, reproduktif dan tahap pemasakan. Lama tahap vegetatif berbeda-beda pada setiap varietas, sedangkan tahap

reproduktif dan pematangan relatif konstan.

Secara garis besar, fase pertumbuhan tanaman padi dibagi menjadi 2 (dua) bagian yakni fase vegetatif dan fase generatif, namun ada yang membagi lagi fase

[image:7.595.112.374.448.597.2]

generatifnya menjadi fase reproduktif dan pematangan.

Gambar 1. Fase/Stadia Pertumbuhan Tanaman Padi

Sumber. Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Pertanian

(8)
[image:8.595.112.357.161.341.2]

hari mempunyai fase vegetatif 55 hari, sedangkan varietas berumur dalam yang matang dalam 150 hari fase vegetatifnya 85 hari.

Gambar 2. Fase Vegetatif Tanaman Padi

Sumber. Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Pertanian

Fase vegetatif adalah awal pertumbuhan tanaman, mulai dari perkecambahan benih sampai primordia bunga (pembentukan malai).

Gambar 3. Fase Generatif Tanaman Padi

[image:8.595.112.331.479.619.2]
(9)

2.4. Pemupukan

2.4.1 Peranan Pupuk Urea Terhadap Tanaman

Menurut Lingga (1999) peranan utama Nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu nitrogen juga berperan penting dalam hal pembentukan protein , lemak, dan berbagai persenyewaan organik lainnya. Apabila tanaman padi mengalami defisiensi nitrogen maka tanaman menjadi kerdil (kurus),

tumbuhnya tersendat-sendat, daun menjadi hijau muda (terutama pada daun yang sudah tua) kemudian menguning dan jaringan sel mati. Selanjutnya tanaman akan mengering mulai dari bawah.

Menurut Lindawati (2000), pupuk nitrogen merupakan pupuk yang sangat penting bagi semua tanaman, karena nitrogen merupakan penyusun dari semua senyawa protein, kekurangan nitrogen pada tanaman yang sering dipangkas akan mempengaruhi pembentukkan cadangan makanan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila unsur urea terdapat dalam jumlah yang rendah maka aktivitas

metabolisme yang terkait akan terganggu dan akhirnya pertumbuhan akan terhambat sehingga hasil tanaman akan menjadi rendah.

Dalam memberikan nitrogen dalam tanah harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, karena ada kaitannya antara tanaman dengan kesuburan tanah.

(10)

Urea merupakan salah satu pupuk yang mengandung kadar nitrogen yang tinggi berkisar 45-46%. Bila diberikan pada tanah yang lembab, urea segera terhidrolisis dengan enzim urease menjadi ammonium karbonat (Indranada, 1994).

Di dalam tanaman nitrogen berfungsi sebagai penyusun protoplasma, molekul klorofil, asam nukleat dan asam amino yang merupakan penyusun protein (Sumeru, 1995).

Menurut hasil penelitian Wijayanti (2004), pemberian pupuk nitrogen sampai 180 kg/ha dapat meningkatkan tinggi tanaman maksimum, jumlah daun, jumlah

anakkan, tingkat kehijauan daun bendera, bobot kering brangkasan, jumlah daun, anakkan produktif, umur berbunga, bobot 1.000 butir, dan hasil gabah per

rumpun.

Manfaat pemupukan nitrogen (Jumin, 2008) bagi tanaman adalah : 1. Mempertinggi pertumbuhan vegetatif terutama daun 2. Pengisian biji berjalan lebih baik pada tanaman biji-bijian 3. Mempertinggi kandungan protein

4. Mempertinggi kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara lain seperti kalium, fosfor dan lain-lain

5. Merangsang pertunasan 6. Menambah tinggi tanaman

7. Mengaktifkan pertumbuhan mikroba agar proses penghancuran organik berjalan lancar

Serapan tanaman merupakan kemampuan tanaman dalam menyerap atau

(11)

bentuk ion bermuatan positif dan negative. Tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah dalam jumlah dan perbandingan yang berbeda-beda, tergantung dari jenis atau spesies tanamannya. Sebelum tanaman dapat menyerap suatu unsur hara, unsur hara tersebut harus terdapat pada permukaan akar. Pergerakan unsur hara kepermukaan akar terjadi melalui 3 cara, yaitu intersepsi (penyerapan) akar, aliran massa, dan difusi.

Ketersediaan unsur hara bagi tanaman ditentukan oleh faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman dan faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan tanaman menyerap atau

memanfaatkan unsur hara yang telah disediakan oleh tanah (Leiwakabessy dalam Rahim, 2005). Faktor-faktor yang memengaruhi metabolisme tanaman termasuk semua faktor yang menunjang pernafasan, temperatur dan persediaan oksigen secara langsung akan memengaruhi serapan hara. Persedian oksigen di dalam tanah dapat ditunjang dengan pengelolaan tanah yang baik (Hakim dkk.,1986). Selain itu distribusi akar juga memengaruhi penyerapan hara. Semakin banyak akar yang bersentuhan dengan larutan tanah dan permukaan koloid, semakin banyak pula hara yang dapat diserap. Kemampuan akar tanaman untuk

(12)

2.4.2 Peranan Pupuk Kompos Terhadap Tanaman

Salah satu unsur penting pembentukan tanah adalah bahan organik yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman, hewan atau kotoran hewan , sisa-sisa mikroorganisme berupa jamur, ganggang, hewan satu sel maupun banyak sel. Sisa-sisa tanaman atau hewan tidak berguna bagi tanaman sebelum mengalami perubahan, karena unsur haranya terikat dalam bentuk yang tidak dapat diserap oleh tanaman.

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Anonim, 2011). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan

mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses

pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami (Artaji, 2011)

Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan

(13)

Pengolahan kompos untuk meningkatkan kualitas kompos salah satunya dapat dilakukan dengan cara penambahan dengan mikroba bermanfaat. Kompos dapat diperkaya dengan menambahkan mikroba-mikroba yang bermanfaat bagi

tanaman. Mikrobamikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupaun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), Fosfat (P), dan Kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N langsung dari udara. N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas di sekitar perakaran tanaman. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp. Rhizobium sp hidup di dalam bintil akar tanaman kacangkacangan (leguminose) (Isroi, 2008).

Kompos yang sudah matang kandungan haranya kurang lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain seratus kilogram kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya 200 kg Urea/ha, 75 kg SP 36/ha dan 37.5 kg KCl/ha, maka kompos yang dibutuhkan kurang lebih sebanyak 22 ton kompos/ha (Isroi, 2008).

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :  Aspek Ekonomi :

(14)

3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya  Aspek Lingkungan :

1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah 2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

 Aspek Bagi Tanah/Tanaman:

1. Meningkatkan kesuburan tanah

2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah

5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman

7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

2.5 Deskripsi Tanah Ultisol

Hairiah dkk (2000) mendeskripsikan ultisol sebagai tanah yang mengalami pencucian intensif. Kandungan liat meningkat di lapisan bawah. Karena proses pencucian yang intensif, tanah mengalami pemiskinan unsur hara dalam bentuk kation basa, sehingga biasanya mempunyai kejenuhan basa rendah.

Menambahkan, luas tanah masam di lahan kering mencapai 55.597.000 ha atau sekitar lebih dari 25% dari total luas daratan Indonesia. Tanah ultisol ditemukan pada daerah-daerah yang mempunyai curah hujan tinggi dan berkembang dari bahan induk tua. Kisaran pH tanah ultisol sekitar 4,2-4,7. Proses perkembangan ultisol dimulai oleh pencucian yang intensif terhadap basa-basa.

(15)

tanah ultisol ialah kasarnya tekstur tanah lapisan atas, sedangkan lapisan bawah lebih padat. Adanya akumulasi liat di lapisan bawah menyebabkan berat isi tanah menjadi tinggi, sehingga tanah tersebut padat dan mempunyai aerasi yang buruk mengakibatkan lambatnya proses pengisian air tanah pada daerah perakaran tanaman, sehingga air tersedia bagi tanaman rendah, maka pada musim kemarau tanah akan cepat mengalami kekeringan. Selain itu sifat kimia Ultisol umumnya kurang baik, sehingga kesuburan tanahnya rendah. Hal ini dicirikan oleh

miskinnya hara terutama P, Ca, Mg dan K, reaksi tanah masam, bahan organik rendah, KTK tanah rendah, peka terhadap erosi dan sebagian besar disertai kadar Al tinggi sehingga dapat meracuni tanaman.

Tanah berordo ultisol kebanyakan memiliki sifat tanah yang masam, karena material di dalam profil tanah banyak mengandung mineral kuarsa dan

seskuioksida besi (Fe) dan aluminium (Al), sementara mineral- mineral lainnya amat sedikit. Berdasarkan hal ini ditambah beberapa ciri lainnya. Mineral-mineral tersebut memiliki kapasitas menahan hara (KTK) yang rendah, demikian pula potensi kandungan hara rendah (Setiawan, 2010).

Menurut hasil penelitian Setiawan (2010), beberapa tanah ultisol dari bahan volkan, tufa berkapur, dan batu gamping mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi.

Masalah lain yang dihadapi adalah perbedaan daya perkolasi air pada lapisan atas dan lapisan bawah pada tanah tersebut, karena kandungan tanah liat yang

(16)

(vertikal) maupun ke samping (lateral) akan membawa serta unsur-unsur hara yang penting di dalam tanah tersebut. Bila kondisi tersebut dibiarkan terus

menerus, tanah akan cepat mengalami pencucian unsur hara. Partikel pasir kurang berperan dalam pengikatan unsur hara tanah.

Prasetyo dan Suriadikarta (2006) menambahkan bahwa adanya akumulasi tanah liat pada lapisan bawah permukaan tanah dapat mengurangi daya serap air dan meningkatkan aliran serta erosi. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah ultisol dan merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah.

(17)

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai bulan Februari 2012 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara putih, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.

3.2 Bahan dan Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul,sabit,ember,timbangan meteran, alat tugal. Sedangkan Bahan –bahan yang digunakan adalah benih padi gogo varietas dodokan , pupuk kompos dan nitrogen

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna secara faktorial (4 x 3) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pupuk kompos (K) yaitu tanpa pupuk kompos (k0), 5 ton/ha (k1), 10 ton/ha (k2), dan 15 ton/ha (k3). Faktor kedua adalah pupuk nitrogen yaitu tanpa perlakuan (n0), 45 kg /ha (n1), dan 90 kg /ha (n2).

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang digunakan data diolah dengan

(18)

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Lahan Tanam

Pengolahan tanah dilakukan dua kali dengan cara dibajak dan dicangkul hingga gembur dan selanjutnya dibuat petak-petak percobaan sebanyak 36 petak dengan ukuran setiap petak 3 m x 4 m. Jarak antar kelompok 100 cm dan antar perlakuan 50 cm.

3.4.2 Penanaman

Penanaman padi gogo dilakukan dengan sistem tanam tugal. Pada cara tanam ini lahan yang sudah siap tanam dibuat lubang tanam dengan menggunakan tugal, Setelah lubang bekas tugal terbentuk kemudian 2 – 3 butir benih dimasukkan ke dalam setiap lubang tanam dan selanjutnya ditutup kembali dengan tanah.

3.4.3 Pemupukan

(19)

3.4.4 Pemeliharaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman meliputi

penyiangan/pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman padi gogo sepanjang pertumbuhannya hanya mengandalkan curah hujan. Pengendalian gulma dilakukan secara mekanis dan kimia dengan menggunakan herbisida yaitu menggunakan roundup dan rodiamin. Secara mekanis gulma dikendalikan dengan menggunakan cangkul atau kored. Pelaksanaannya

dilakukan pada saat tanaman berumur 14, 28 dan 60 HST. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara optimal yaitu dengan cara memperhatikan gejala serangan hama dan penyakit dilapangan . Hama yang sering menyerang tanaman padi umumnya seperti hama penggerek batang atau hama putih palsu harus dilakukan pengendalian apabila lebih dari 10% rumpun memperlihatkan gejala serangan, maka harus segera dilakukan pengendalian dengan insektisida. Sedangkan untuk hama-hama lain yang menyerang tanaman dikendalikan juga menggunakan insektisida berbahan aktif, namun hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan insektisida harus dibaca dan dipahami tentang informasi yang tertera pada label kemasan.

3.5 Variabel Pengamatan

(20)

(1). Tinggi tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tanaman sampel mulai dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang dengan menggunakan mistar dalam satuan cm. pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 21,28,35,42 dan 49 hari setelah tanam.

(2). Jumlah tanaman per rumpun

Pengamatan jumlah tanaman per rumpun dihitung pada umur 35, 42 dan 49 HST.

(3). Jumlah anakan produktif

Pengamatan jumlah anakan produktif dihitung dengan cara menghitung jumlah anakan yang menghasilkan malai dari setiap rumpun. Dihitung pada umur 77 hari sebelum panen.

(4). Panjang malai

Pengamatan panjang malai diukur dengan menggunakan penggaris mulai dari pangkal malai sampai ujung malai dan dilakukan setelah panen.

(5). Jumlah gabah per malai

(21)

(6). Bobot 100 butir

Pengamatan bobot 100 butir gabah isi ditentukan dengan memilih butiran-butiran gabah tanpa butiran hampa, lalu ditimbang dalam satuan gram dengan

menggunakan timbangan elektrik.

(7). Hasil panen per hektar

Pengamatan hasil panen dihitung berdasarkan hasil panen langsung dilapangan dalam satuan kilogram/petak panen, kemudian dikonversi dalam satuan

ton/hektar. Petak panen yang diambil ukuran 1m x 2 m sebanyak 36 petak dari semua perlakuan.

(8). Serapan N

(22)

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemberian pupuk kompos berpengaruh baik terhadap jumlah tanaman per rumpun dan panjang malai serta hasil panen, sedangkan nitrogen dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakkan produktif dan hasil panen.

2. Pemberian dosis kompos 5 ton/ha sampai 15 ton/ha dan nitrogen 45 sampai 90 kg N/ha memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi gogo.

3. Kombinasi kompos dosis 5 sampai 15 ton/ha dengan nitrogen dosis 0 sampai 90 kg/ha yaitu 7,58 ton/ha atau dua kali dari tanpa kompos dan nitrogen.

4. Hasil analisis tanaman menunjukkan bahwa serapan N meningkat dan tertinggi sebesar 1,47 % pada dosis kompos 15 ton/ha dan nitrogen 90 kg N/ha .

5.2 Saran

(23)

Ardhi, P. 2010. Budidaya Padi Gogo. Mahasiswa Swadaya Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian UGM.

http://sawitwatch.or.id/download/148_Budidaya Padi Gogo.pdf. Diakses pada tanggal 28 mei 2012.

Aksi Agraris Kanisius. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta. 170 hlm.

Anonima. 2010. Data Tanah Ultisol

http://itheungthea.blogspot.com/2010/01/pendahuluan.html data tanah ultisol. Diakses pada tanggal 1 November 2012.

Anonimb. 2011. Kompos Sebagai Pupuk Organik yang Efektif.

http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/10/06/kompos-sebagai-pupuk-organik-yang-efektif/. Diakses pada tanggal 4 September 2012.

Anonimc. 2012. Manfaat, Pengertian dan Pengolahan Pupuk Kompos. Jurnal Keperawatan Dan Budidaya.

http://keperawatan.web.id. Diakses pada tanggal 7 November 2012

Artaji, W. 2011. Kompos Sebagai Pupuk Organik yang Efektif.

http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/10/06/kompos-sebagai-pupuk-organik-yang-efektif. Diakses pada tanggal 9 november 2012.

Aribawa, Mastra Sunantara dan IK. Kariada. 2003. Pengaruh Beberapa Dosis Urea dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo Di Lahan kering. Balai pengkajian teknologi pertanian bali.

Badan Pusat Statistik. 2011. Produksi Padi Nasional. Jakarta

(24)

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Didikciptadi. Worpress.com. Diakses pada tanggal 25 September 2012

Fagi, A.M. dan Irsal Las.1988. Lingkungan Tumbuh Padi. Padi. Buku 1. Badan Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hlm 167-214

Goenadi, D.H. 2002. Paradigma Baru Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Berorientasi Ameliorasi Cekaman Lingkungan. Makalah Utama. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat bekerjasama dengan Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) dan Masyarakat Konservasi Tanah Indonesia (MKTI). Bogor.

Gunawan, I. 1997. Respon Tanaman Padi Sistem Tanam Pindah Terhadap Pemupukan Nitrogen Pada Dua Sistem Olah Tanah. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hakim,N., AM, Lubis, M.Y, GB. Hong, M..A Pulung, dan A. G. Amrah. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 286 hlm.

Hairiah, K., Utami, S.R., Suprayogo, D., Widianto, Sitompul, S.M., Sunaryo, Lusiana, B., Mulia, R., van Nordwijk, M., dan Cadisch, G. 2000.

Agroforestri pada Tanah Masam di Daerah Tropika Basah: Pengelolaan

Interaksi antara Pohon-Tanaman Semusim. International Centre for

Research in Agroforestry (ICRAF). Bogor.

Hardjowigeno, S. 1990. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Institute Pertanian Bogor. Bogor.

(25)

Jumin, H.B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta . Ed Revisi 6. 250 Hlm.

Lingga, P.1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk . Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hlm.

Lindawati, N., Izhar dan H. Syafria. 2000. Pengaruh Pemupukan Nitrogen dan Interval Pemotongan Terhadap Produktivitas dan Kualitas Rumput Lokal Kumpai pada Tanah Podzolik Merah Kuning. JPPTP 2.

Manurung dan Ismunadji. 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Bogor. 55 – 102.

Nunung. 2012. Tanah Ultisol 2.

http://metamorfosanu2ng.blogspot.com/2012/01/ tanah-ultisol-2.html Diakses pada tanggal 21 September 2012.

Prasetyo, Y.T. 2003. Bertanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 71 hlm.

Prasetyo, B.H. dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan

Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian.

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3252061.pdf. Diakses pada tanggal 18 September 2012

Pangaribuan, M. 2012. Pengaruh Kompos Tithonia Diversifolia dan Pupuk SP-36 Terhadap Pertumbuhan dan Serapan Tanaman Jagung serta Ketersediaan Fosfor Tanah Ultisol Mancang.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32675 /4/Chapter%20II.pdf

(26)

Risnawati, 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea dan Beberapa Formula Pupuk Hayati rhizobium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (glycine max (l.) Merril) di Tanah Masam Ultisol. Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim. Malang. 80 hlm.

Rezkiyanti P. 2000. Uji Potensi Hasil Beberapa Galur Padi Gogo

(Oryza sativa L.) pada beberapa tingkat naungan [skripsi]. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

http://ipb.ac.id. Diakses pada tanggal 2 mei 2012.

Setiawan, G. 2010. Laporan Morfologi dan Kesuburan Tanah"Tanah Ultisol”. Purwokerto Departemen pendidikan nasional. Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas pertanian. Ilmu tanah.

tugasperkuliahannih.blogspot.com/2012/03. Diakses pada tanggal 13 maret

2012.

Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudayana. Jakarta. 319 hlm.

Suparyono, Y. 1987. Pengaruh Pemupukan N,P,K Terhadapa Pertumbuhan dan Produksi Padi Varietas Cisadane dan Citanduy Dirawa Sragi. Tesis. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 102 hlm.

Sumeru, A. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. 485 hlm

(27)

Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hlm 350-372.

Wijayanti, I.F. 2004. Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen Dan Etepon Pada Pertumbuhan Dan Hasil Padi Gogo Varietas Jatiluhur. Skripsi

Gambar

Gambar 1.  Fase/Stadia Pertumbuhan Tanaman Padi  Sumber. Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Pertanian
Gambar 2. Fase Vegetatif  Tanaman Padi Sumber. Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Pertanian

Referensi

Dokumen terkait

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 05 Agustus 2015 dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan. untuk memperoleh gelar strata satu

Hipotesis penelitian ini adalah: “ Melalui layanan penguasaan konten dapat meningkatkan kemampuan bahasa menggunakan metode bercerita pada siswa kelas III SDN 03 Soco

Oleh karena itu menyadari betapa pentingnya memilih calon pegawai yang tepat, maka dirancang program aplikasi sistem pendukung keputusan untuk pemilihan. penerimaan pegawai

Kegiatan mengoneksikan konsep lama dengan konsep baru siswa dilatih untuk mengingat informasi lama dan menggunakan informasi atau konsep lama tersebut untuk digunakan dalam

[r]

Bagaimana rangkaian kontrol yang dapat mengatur operasi inveter dan pemilihan jenis inverter yang tepat untuk dapat mengatasi kekurangan daya saat jaringan listrik

Usaha ekspor film dapat dilakukan oleh per usahaan ekspor film at au per usahaan pem buat an film at au perusahaan pengedar film y ang m em ilik i izin sebagaim ana dim

Dalam Penulisan Ilmiah ini penulis membahas tentang bagaimana membuat modul interaktif Bahasa Rakitan Assembler dengan menggunakan Macromedia Flash MX. Seiring dengan