• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI AKTIVITAS

DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh SRI REJEKI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI AKTIVITAS

DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh Sri Rejeki

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN METEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Sri Rejeki Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021050

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19610524 198603 1 006 NIP 19591002 198803 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. ____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Nurhanurawati, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(5)

Sri Rejeki

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI AKTIVITAS

DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh SRI REJEKI

Pendekatan Matematika Realistik (PMR) merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menggunakan masalah riil sebagai titik awal pembelajaran untuk pengembangan ide dan konsep matematika siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan PMR yang ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematis siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah

posttest only design dengan populasi seluruh siswa kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Sampel diambil secara purposive sampling dan di-peroleh kelas VC dan VD. Data penelitian didi-peroleh melalui observasi dan tes pe-mahaman konsep matematis.

(6)

dan (2) pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian PMR efektif ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematis siswa kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012.

(7)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Sri Rejeki

NPM : 0743021050

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengeta-huan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diter-bitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, Agustus 2012 Yang menyatakan,

Sri Rejeki

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 05 Agustus 1990. Penulis merupakan putri tunggal dari pasangan Bapak Suradi dan Ibu Supini.

(9)

MOTTO

Kesuksesan itu bukanlah suatu kewajiban,

Tapi perjuangan untuk kesuksesan itu adalah suatu

(10)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil ’Alamin…

Terucap syukur yang mendalam kepada Allah SWT, atas Rahmat dan Nikmat yang

tak terhitung. Shalawat dan Salam kepada Rasululloh Muhammad SAW

Kupersembahkan karya kecilku ini teruntuk,

Bapak dan Mamakku tercinta yang telah membesarkanku dan mendidikku dengan

penuh cinta dan kesabaran, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan

nasehat, serta senantiasa mencurahkan doa dan kasih sayangnya dengan

pengorbanan yang tulus ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

Seluruh keluarga besar, yang terus memberikan doanya, terima kasih

Para pendidik yang telah mendidikku

(11)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran dengan

Pen-dekatan Matematika Realistik Ditinjau dari Aktivitas dan Pemahaman Konsep

Matematis (Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar

Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012).”

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung dan pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh

kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada

(12)

selaku Dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

bimbingan, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis demi

terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan

bimbingan, saran serta arahan kepada penulis.

6. Seluruh Dosen FKIP yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menyelesaikan studi.

7. Ibu Ervina, S.Pd., selaku Kepala SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung

yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

8. Bapak Armansyah, S.Pd. dan Ibu Sabiah, S.Ag., sebagai guru matematika

kelas VC dan VD SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung yang telah

membantu penulis selama melakukan penelitian.

9. Ibu Septianes Tama, S.Pd., sebagai guru pamong yang telah membimbing

dalam pelaksanaan PPL.

10.Siswa/siswi kelas VB, VC, dan VD SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung

tahun pelajaran 2011/2012, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

11.Mamak dan bapak tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah

diberikan selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan

mendukung, dan menjadi penyemangat dalam hidupku.

12.Sahabat terbaikku (Vera Lidya, Berta Apriza, dan Zelvina Charunisa) atas

kebersamaannya yang telah memberikan semangat dan motivasi kepadaku.

13.Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan

(13)

Mba Leni, Lia, Indah, Devi, Fitri, Reni, Fiska, Vivi, Dwi A, Tanti, Ratna, Mba

echy, Nesha, Robert, Indri, Bily, Bang Lihin, Dhea, Haris, Tina, Sevia, Ana,

Nana, Rita, Mba Eva, Mira, Mba Yemi, Dina A, Momon, Ali, Ifan, Dani,

Komang, Mba Endah, Heru, Bang Ken, Adi, Munif, atas kebersamaannya

selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita

selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk

selamanya.

14.Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Swadhipa Natar (Nur, Ana, Siti,

Nela, Kak Lukman, Sutha, Komang, Munif, Kak Rio, Sulis, dan Kak Taufiq)

atas kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa.

15.Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai

2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas

kebersamaannya.

16.Almamater yang telah mendewasakanku.

17.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan

pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita

semua. Amin.

Bandarlampung, Agustus 2012

Penulis

(14)
(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 8

C. Tujuan Penelitian ... ... 9

D. Manfaat Penelitian ... ... 9

E. Ruang Lingkup Penelitian ... .. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... ... 12

1. Efektivitas Pembelajaran ... .. . 12

2. Pendekatan Matematika Realistik ... ... 14

3. Aktivitas Belajar ... 21

4. Pemahaman Konsep Matematis ... 23

B. Kerangka Pikir ... 26

C. Hipotesis Penelitian ... 30

1. Hipotesis Umum ... 30

(16)

A. Populasi dan Sampel ... ... 32

B. Desain Penelitian ... ... 33

C. Langkah Penelitian ... ... 33

D. Data Penelitian ... ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... ... 35

1. Observasi ... 35

2. Tes ... 35

F. Instrumen Penelitian ... 36

1. Lembar Observasi ... 36

2. Perangkat Tes ... 37

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

1. Aktivitas Belajar ... ... 50

2. Pemahaman Konsep Matematis ... 52

B. Pembahasan ... ... 55

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ... 60

B. Saran ... ... 60

DAFTAR PUSTAKA

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Rata-rata Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil ... 32

3.2 Disain Post-test only ... 33

3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 39

3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 41

3.5 Data Analisis Item Pemahaman Konsep Matematis ... 41

3.6 Statistik Deskriptif Data Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 42

3.7 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa ... 44

3.8 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Kemampuan Awal Siswa ... 45

4.1 Statistik Deskriptif Data Pemhaman Konsep Matematis Siswa ... 52

4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 53

4.3 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 54

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi, pendidikan memegang peranan penting untuk

mempersiap-kan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing. Dengan

demikian pendidikan di Indonesia harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya

dalam upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yaitu mewujudkan

kesejah-teraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 (2003: 5)

bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan dan mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan YME,

berilmu, kreatif, sehat, kepribadian yang mantap dan mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, diperlukan

suatu acuan atau standar kompetensi lulusan untuk menentukan tercapai atau

tidaknya tujuan pendidikan tersebut.

Sejalan dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekolah

yang merupakan lembaga formal, penyelenggara pendidikan. Sekolah Dasar (SD)

sebagai salah satu lembaga formal dasar yang bernaung di bawah Kementerian

Pendidikan Nasional mengemban misi dasar dalam memberikan kontribusi untuk

(19)

2

proses belajar mengajar yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sekolah.

Melalui kegiatan pembelajaran, siswa SD yang berada pada tahap operasi konkret

sudah semestinya dibekali melalui dengan benda-benda konkret.

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting

dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih lanjut

matemati-ka dapat memberi bematemati-kal kepada siswa untuk menerapmatemati-kan matematimatemati-ka dalam

ber-bagai keperluan. Tetapi sifat abstrak dari objek matematika menyebabkan banyak

siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika.

Akibatnya prestasi matematika siswa secara umum masih rendah. Hal ini

di-dukung oleh pernyataan Hadi (2005: 2) bahwa hasil studi matematika siswa

Indonesia pada studi internasional TIMSS (Third International Mathematics and

Sciences Study), Indonesia berada diperingkat 34 dari 38 negara peserta.

Demikian pula dalam penguasaan sains dan teknologi, Indonesia dianggap lebih

lambat dibanding bangsa-bangsa lain di Asia Tenggara.

Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika telah

banyak dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh berbagai pihak yang peduli

terhadap pembelajaran matematika sekolah. Berbagai upaya tersebut antara lain

dalam bentuk: (1) penataran guru, (2) kualifikasi pendidikan guru, (3)

pembaha-ruan kurikulum, (4) implementasi model atau metode pembelajaran baru, (5)

pe-nelitian tentang kesulitan dan kesalahan siswa dalam belajar matematika. Namun

berbagai upaya tersebut belum mencapai hasil yang optimal, karena berbagai

ken-dala di lapangan. Oleh sebab itu pembelajaran matematika (ken-dalam Depdiknas,

(20)

dari hal sederhana ke yang kompleks, dan dari yang mudah ke sulit, dengan

meng-gunakan berbagai sumber belajar.

Jenning, dkk (dalam Suharta, 2004: 1), menyatakan bahwa kebanyakan siswa

mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi

kehi-dupan real. Faktor lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah

karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Agar pembelajaran menjadi

bermakna (meaningful) maka dalam pembelajaran di kelas perlu mengaitkan

pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika. Umumnya guru

dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah

di-miliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan

kem-bali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika. Bila anak belajar

matema-tika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan

tidak dapat mengaplikasikan matematika. Pengalaman masa lalu menunjukkan

bahwa pembelajaran yang hanya berorientasi pada pencapaian penguasaan materi

berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali

anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Ada

kecenderung-an dewasa ini untuk kembali pada pemikirkecenderung-an bahwa kecenderung-anak akkecenderung-an belajar lebih baik

jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak

mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Uraian di atas menggambarkan bahwa dalam pembelajaran matematika di kelas

perlu ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan

pengalaman anak sehari-hari. Selain itu, penerapan kembali konsep matematika

(21)

4

penting dilakukan. Penerapan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan konsep

matematika dengan kehidupan nyata akan mempermudah siswa dalam memahami

konsep tersebut. Menurut Piaget (dalam Hawa, 2006: 185), siswa SD berada pada

fase perkembangan operasional konkret dan kepada siswa sebaiknya diberikan

pe-lajaran yang bersifat konkret dengan contoh-contoh yang mudah dipahami

oleh-nya. Hal ini akan membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan

pembe-lajaran. Dengan demikian siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran dan

mampu menemukan konsep yang sedang dipelajari secara mandiri.

Pemahaman konsep pada matematika adalah salah satu tujuan penting dalam

pem-belajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada

sis-wa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman sissis-wa

dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Oleh karena itu,

untuk dapat mencapai pemahaman konsep yang baik diperlukan suasana belajar

yang tepat, agar siswa senantiasa aktif dan bersemangat selama pembelajaran.

Dengan demikian, jika pemahaman konsep siswa dapat berkembang, berarti

tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Sementara itu, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 41 Tahun 2007 Pasal 1 disebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap

satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan

ba-kat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis siswa. Hal ini menunjukkan

(22)

masalah yang sesuai dengan situasi mengajar dan sekaligus melibatkan peran aktif

siswa dalam poses pembelajaran. Maksudnya adalah perubahan orientasi

pembe-lajaran yang berpusat pada guru menjadi pembepembe-lajaran yang berpusat pada siswa.

Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru berperan sebagai fasilitator

yang akan memfasilitasi siswa dalam belajar dan siswa sendirilah yang harus aktif

belajar dari berbagai sumber belajar.

Menurut Nur (2008), praktek pembelajaran yang terjadi di sebagian besar sekolah

selama ini cenderung pada pembelajaran berpusat pada guru (teacher oriented).

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan pembelajaran

kon-vensional dengan metode ceramah atau ekspositori sementara siswa mencatatnya

pada buku catatan bahkan tidak sedikit siswa yang tidak terlibat aktif dalam

pem-belajaran yaitu melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan pempem-belajaran

seperti mengobrol dengan siswa lain tentang sesuatu di luar materi pelajaran dan

mengganggu siswa lain yang sedang memperhatikan penjelasan guru. Hal ini

ber-dampak pada rendahnya pemahaman konsep matematika siswa. Pembelajaran

di-anggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada siswa. Siswa didi-anggap

berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu

me-nyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain atau menggunakannya

untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan

diterapkan suatu pembelajaran matematika yang tidak hanya mentransfer

penge-tahuan guru kepada siswa. Pembelajaran ini hendaknya juga mengaitkan

(23)

6

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran matematika di kelas seyogyanya

dite-kankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman

anak sehari-hari. Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep matematika yang

telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain. Salah satu

pendekatan pada pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi

pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience), yaitu Pendekatan

Matematika Realistik (PMR). Pada pembelajaran matematika dengan PMR ini

mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata yang pernah

di-alami siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan matematika sebagai

aktivitas siswa. Melalui aktivitas belajar tersebut diharapkan dapat meningkatkan

pengalaman belajar sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna

bagi siswa. Dalam pembelajaran matematika dengan PMR, pembelajaran lebih

memusatkan kegiatan belajar pada siswa dan lingkungan serta bahan ajar yang

di-susun sedemikian sehingga siswa lebih aktif mengkonstruksi atau membangun

sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya.

Pembelajaran matematika selama ini terlalu dipengaruhi pandangan bahwa

mate-matika adalah alat yang siap pakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap

cen-derung memberi tahu konsep, sifat, teorema matematika dan cara

menggunakan-nya. Guru cenderung mentransfer pengetahuan yang dimiliki ke pikiran anak dan

anak menerimanya secara pasif dan tidak kritis. Adakalanya siswa menjawab soal

dengan benar namun mereka tidak dapat mengungkapkan alasan atas jawaban

me-reka. Siswa dapat menggunakan rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus

itu dan mengapa rumus itu digunakan. Keadaan demikian mungkin terjadi karena

(24)

mengungkapkan ide-ide dan alasan jawaban mereka sehingga kurang terbiasa

untuk mengungkapkan ide-ide atau alasan dari jawabannya. Perubahan cara

ber-pikir yang perlu sejak awal diperhatikan ialah bahwa hasil belajar siswa

merupa-kan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi

secara langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya.

Pembelajaran dengan PMR tidak dimulai dari definisi, teorema atau sifat-sifat

kemudian dilanjutkan dengan pembahasan contoh-contoh, seperti yang selama ini

dilaksanakan di berbagai sekolah. Namun sifat-sifat, definisi, cara, prinsip, dan

teorema diharapkan diketemukan kembali oleh siswa melalui penyelesaian

kontekstual yang diberikan guru di awal pembelajaran. Dengan demikian dalam

PMR, siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja, bahkan diharapkan dapat

mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya.

(Dalyana, 2003: 17).

Dengan menerapkan PMR dalam pembelajaran matematika di sekolah,

diharap-kan dapat meningkatdiharap-kan aktivitas dan pemahaman konsep siswa terhadap materi

tersebut, karena pembelajaran dengan PMR memberikan kesempatan kepada

sis-wa untuk menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-konsep matematika,

sehingga siswa memiliki pemahaman yang baik tentang konsep-konsep

matema-tika tersebut. Dengan demikian, pembelajaran matemamatema-tika dengan PMR dapat

memberikan kontribusi yang besar bagi pemahaman konsep siswa.

Berdasarkan wawancara dengan guru SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung

ternyata masih banyak siswa-siswanya juga mengalami kesulitan belajar

(25)

8

konvensional dalam proses pembelajaran. Ketika guru aktif menjelaskan konsep

matematika, siswa hanya menerima penjelasan dari guru tersebut dan dalam

pem-belajaran berlangsung siswa tidak terlibat aktif sehingga aktivitas siswa dalam

ke-giatan pembelajaran kurang optimal, bahkan tidak sedikit siswa melakukan

aktivi-tas di luar kegiatan pembelajaran. Hal ini mengakibatkan rendahnya pemahaman

konsep matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

peneli-tian ini adalah “Apakah Pendekatan Matematika Realistik lebih efektif ditinjau

dari aktivitas dan pemahaman konsep matematis siswa kelas V SD Al-Azhar 1

Wayhalim Bandar Lampung jika dibandingkan dengan pembelajaran

konven-sional?”

Dari rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian secara rinci

sebagai berikut:

1. Apakah aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

Pen-dekatan Matematika Realistik lebih tinggi dari pada aktivitas belajar siswa

yang mengikuti pembelajaran konvensional?

2. Apakah rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti

pem-belajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik lebih baik dari pada

rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

(26)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan

Pendekatan Matematika Realistik pada siswa kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim

Bandar Lampung ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematis siswa

bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

kepada pembelajaran matematika terutama dalam mengembangkan dan

meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep matematis siswa

melalui pembelajaran dengan PMR.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru dan calon guru, diharapkan penelitian ini berguna sebagai bahan

sumbangan pemikiran khususnya bagi guru kelas V SD Al-Azhar 1

Wayhalim Bandar Lampung tentang suatu alternatif pembelajaran yang

dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep

matematis siswa.

b. Bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadi sarana bagi pengembangan

diri, menambah pengetahuan terkait dengan penelitian menggunakan

pem-belajaran dengan PMR serta sebagai acuan atau refrensi pada penelitian

(27)

10

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penelitian ini, maka ruang lingkup

penelitian dibatasi sebagai berikut :

1. Efektivitas pembelajaran merupakan tingkat keberhasilan dalam mencapai

tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini yaitu

pembelajaran dikatakan efektif jika aktivitas dan pemahaman konsep

mate-matis siswa yang mengikuti pembelajaran PMR lebih tinggi dibandingkan

aktivitas dan pemahaman konsep metematis siswa yang mengikuti

pem-belajaran konvensional.

2. Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran

yang bermula dari penyajian permasalahan riil bagi siswa dan siswa terlibat

aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa termotivasi dalam

mene-mukan dan menggunakan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah

baik secara individu maupun kelompok.

3. Aktivitas siswa yakni kegiatan siswa yang relevan dengan pembelajaran.

Aktivitas siswa yang diamati meliputi memperhatikan penjelasan guru,

ber-tanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru, berdiskusi dalam

kelom-pok/mengerjakan LKS, mempresentasikan/memperhatikan presentasi hasil

diskusi, memberi tanggapan terhadap presentasi dan menyimpulkan materi

pelajaran.

4. Pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam

memahami konsep materi pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai

(28)

bahasan. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam

pene-litian ini adalah:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasikan konsep.

5. Pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran yang biasa

di-gunakan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran yang

dimaksud yaitu guru yang menyampaikan materi pelajaran yang berawal dari

(29)

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata efektif yang berarti

mempunyai efek, pengaruh atau akibat. Menurut Starawaji (2009) menyatakan

bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan,

dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil

yang di capai. Jadi, efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau

hasil yang diperoleh, kegunaan, atau manfaat dari hasil yang diperoleh. Menurut

Sambas (2009) bahwa efektivitas berarti kemampuan dalam melaksanakan

pem-belajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar

dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Dengan

demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari pembelajaran

ter-sebut tercapai. Tujuan dalam pembelajaran matematika mencakup tujuan kognitif,

afektif, dan psikomotor. Tujuan kognitif berupa kemampuan siswa dalam

mema-hami konsep matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil tes yang diberikan,

(30)

berlangsung, dan tujuan psikomotor dilihat dari keterampilan (skill) atau

kemam-puan bertindak setelah siswa menerima pengalaman belajar tertentu.

Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah

pem-belajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Penyediaan kesempatan belajar

sen-diri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam

me-mahami konsep yang sedang dipelajari. Sedangkan menurut Krismanto (dalam

Suprawato, 2010: 35), pembelajaran yang efekif artinya sesuai kemampuan siswa,

siswa dapat mengkontruksi secara maksimal pengetahuan baru yang

dikembang-kan dalam pembelajaran. Pembelajaran efektif ini ditandai dengan pemberdayaan

siswa secara aktif. Pembelajaran efektif akan melatih menanamkan sikap

demo-kratis pada siswa.

Untuk meningkatkan taraf efektivitas yang dilakukan guru dan siswa dalam

kegiatan pembelajaran, maka dari segi guru, pembelajaran mencapai tujuan

pem-belajaran, sedangkan dari segi siswa menguasai keterampilan yang diperlukan.

Dengan demikian agar pembelajaran efektif, maka guru hendaknya:

memperhati-kan efisiensi waktu; mengakomodasi gaya belajar audio, visual, dan kinestetik;

memberikan tugas-tugas dengan panduan yang jelas; memanfaatkan sumber

bela-jar dan media pembelabela-jaran dengan tepat; mengelola kelas dengan baik serta kelas

memiliki “aturan main” dan kesepakatan.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah

ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa

(31)

14

penelitian ini, efektivitas pembelajaran diihat dari aktivitas siswa selama

pembela-jaran berlangsung, dan pemahaman konsep matematis siswa dilihat dari hasil

pembelajaran.

2. Pendekatan Matematika Realistik

Pendekatan Matematika Realistik (PMR) tidak dapat dipisahkan dari Institut

Freudenthal yang didirikan pada tahun 1971. Institut ini mengembangkan suatu

pendekatan teoritis terhadap pembelajaran matematika yang dikenal dengan RME

(Realistic Mathematics Education). RME menggabungkan pandangan tentang apa

itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika dan bagaimana matematika

harus diajarkan. Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh dipandang

sebagai passive receivers of ready-made mathematics (penerima pasif matematika

yang sudah jadi). Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada

peng-gunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika

dengan cara mereka sendiri (Hadi, 2005: 7).

Selanjutnya, Hadi (2005: 9) menyatakan Pendekatan Matematika Realistik

meru-pakan suatu teori pembelajaran matematika yang dikembangkan berdasarkan

pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan

aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas.

Matema-tika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk

menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa,

dan penemuan kembali ide dan konsep tersebut harus dimulai dari penjelajahan

(32)

Sementara itu, Blum & Niss (dalam Hadi, 2005: 19), menyatakan dalam PMR,

dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan ide dan konsep

matematika. Oleh karena itu, permasalahan yang digunakan dalam pembelajaran

dengan PMR harus mempunyai keterkaitan dengan situasi nyata yang mudah

di-pahami dan dibayangkan oleh siswa. Sesuatu yang dibayangkan tersebut

diguna-kan sebagai starting point (titik tolak atau titik awal) dalam pemahaman

konsep-konsep matematika.

Zulkardi (2003: 14) mengatakan sebagai berikut.

“Pendekatan Matematika Realistik adalah pendekatan dalam pendidikan matetika yang berdasarkan ide bahwa matemamatetika adalah aktivitas manusia dan ma-tematika harus dihubungkan secara nyata dalam konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan sekaligus sebagai aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal.”

Pada pembelajaran dengan PMR, pemahaman konsep matematika siswa terjadi

melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal. Treffers (dalam

Hadi, 2005: 20), menjelaskan dua tipe matematisasi tersebut sebagai berikut.

a. Matematisasi Horizontal

Pada tahap matematisasi horizontal ini dimulai dengan penyajian permasalahan

kontekstual (riil) dan siswa diberi kesempatan untuk mencoba menguraikan

dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri. Pada tahap ini, siswa

mengguna-kan pengetahuan matematika yang dimiliki untuk mengorganisasimengguna-kan dan

meme-cahkan masalah kontekstual yang disajikan. Aktivitas yang dapat dilakukan siswa

pada tahap ini adalah pengidentifikasian masalah, mengubah masalah nyata ke

(33)

16

b. Matematisasi Vertikal

Pada tahap matematisasi vertikal ini, siswa melakukan proses pengorganisasian

kembali menggunakan sistem matematika itu sendiri. Pada tahap ini, aktivitas

yang dapat dilakukan siswa adalah memperlihatkan hubungan dalam rumus,

membuktikan aturan, dan membuat generalisasi.

Jadi, matematisasi horisontal bergerak dari dunia nyata ke dalam dunia simbol,

sedangkan matematika vertikal bergerak dari dunia simbol ke simbol matematika

lainnya yang lebih abstrak. Aktivitas matematisasi horisontal bertujuan agar

sis-wa menggali masalah dan mencoba mengidentifikasi aspek matematika yang ada

pada masalah tersebut. Kemudian dengan matematisasi vertikal siswa tiba pada

tahap pembentukan konsep.

Dalam pelaksanaannya di kelas, guru berperan sebagai fasilitator. Guru harus

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep

matematika dengan kemampuan siswa sendiri dan guru terus memantau atau

mengarahkan siswa dalam pembelajaran walaupun siswa sendiri yang akan

me-nemukan konsep-konsep matematika. Setidaknya guru harus terus mendampingi

siswa dalam pembelajaran matematika. Peranan guru dalam PMR menurut

Hadi (2005: 39) sebagai berikut.

a. Guru hanya sebagai fasilitator;

b. Guru harus membangun pengajaran yang interaktif;

c. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya, dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan riil; dan

(34)

PMR memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan

pendekatan-pende-katan yang lain dalam pendidikan matematika. Gravemeijer (dalam Abidin, 2010)

merumuskan lima karakteristik PMR, yaitu : (1) Penggunaan masalah- masalah

kontekstual, (2) Penggunaan model atau jembatan dengan instrumen vertikal,

se-perti model, skema, diagram, dan symbol, (3) Penggunaan kontribusi siswa dalam

proses belajar mengajar, (4) Adanya interaktifitas, meliputi negosiasi secara

eksplisit, intervensi, kooperasi dan evaluasi, (5) Adanya integrasi antar topik-topik

pembelajaran.

Sedangkan Marpaung (dalam www.karakteritik-pmri-pendidikan-matematika)

menjelaskan karakteristik PMR yaitu:

a. Murid aktif, guru aktif (matematika sebagai aktivitas manusia).

b. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah kontekstual/realistik.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa menyelesaikan masalah dengan cara sendiri.

d. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

e. Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil atau besar). f. Pembelajaran tidak selalu di dalam kelas.

g. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi.

h. Siswa dapat secara bebas memilih modus representasi yang sesuai dengan struktur kognitifnya sewaktu menyelesaikan suatu masalah (menggunakan model).

i. Guru bertindak sebagai fasilitator (Tutwuri Handayani).

j. Kalau siswa membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah jangan dimarahi tetapi dibantu melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan (motivasi).

Menurut Zulkardi (2003: 34), dalam mendesain suatu pembelajaran dengan PMR

harus mempresentasikan karakteristik-karakteristik dari PMR itu sendiri baik pada

tujuan, materi, metode, dan evaluasi sebagai berikut.

1. Tujuan

(35)

18

kemampuan berargumentasi, berkomunikasi dan pembentukan sikap kritis murid.

2. Materi

Materi yang di sajikan berawal dalam situasi realitas, yang mengaitkan materi pelajaran terhadap unit atau topik lain yang riil seperti bangun ruang dalam bentuk model atau gambar.

3. Metode

Dalam metode ini siswa diberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan teman sekelompoknya. Di sini peranan guru hanya sebagai fasili-tator dan pembimbing.

4. Evaluasi

Materi evaluasi harus dibuat dalam bentuk open question yang meman-cing siswa menjawab secara bebas dan menggunakan beragam strategi dan beragam jawaban.

Selain memiliki karakteristik yang khas, Pendekatan Matematika Realistik juga

memiliki prinsip yang berbeda dengan pendekatan-pendekatan yang lain dalam

pendidikan matematika. Gravemeijer (dalam Nur, 2008) menjelaskan tiga prinsip

Pendekatan Matematika Realistik sebagai berikut.

a. Penemuan kembali secara terbimbing dan proses matematisasi secara progresif

(guided reinvention and progressive mathematizing).

Prinsip ini menghendaki bahwa, dalam PMR melalui penyelesaian masalah

kontekstual yang diberikan guru di awal pembelajaran, dengan bimbingan dan

petunjuk guru yang diberikan secara terbatas, siswa diarahkan sedemikian rupa

sehingga, seakan-akan siswa mengalami proses menemukan kembali konsep,

prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika, sebagaimana ketika konsep,

prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika itu ditemukan.

b. Fenomena yang bersifat mendidik (didactical phenomenology)

Prinsip ini terkait dengan suatu gagasan fenomena didaktik, yang menghendaki

bahwa di dalam menentukan suatu materi matematika untuk diajarkan dengan

(36)

macam aplikasi materi itu yang harus diantisipasi dalam pembelajaran dan (2)

untuk dipertimbangkan pantas tidaknya materi itu digunakan sebagai poin-poin

untuk suatu proses matematisasi secara progresif.

c. Mengembangkan sendiri model-model (self developed models)

Prinsip ini berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan matematika

in-formal dengan pengetahuan matematika in-formal. Dalam menyelesaikan

ma-salah kontekstual, siswa diberi kebebasan untuk membangun sendiri model

matematika terkait dengan masalah kontekstual yang dipecahkan. Sebagai

konsekuensi dari kebebasan itu, sangat dimungkinkan muncul berbagai model

yang dibangun siswa.

Selanjutnya menurut De Lange, pembelajaran matematika dengan PMR meliputi

aspek-aspek berikut (Hadi, 2005: 37).

a. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran secara bermakna.

b. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut.

c. Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terdapat persoalan/ masalah yang diajukan.

d. Pengajaran berlangsung secara interaktif : siswa menjelaskan dan membe-rikan alasan terhadap jawaban yang dibemembe-rikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.

Paradigma baru pendidikan sekarang ini juga lebih menekankan pada peserta

didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang.

Pada PMR, siswa dipandang sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan

(37)

20

mengembangkan pengetahuan tersebut apabila diberikan kesempatan untuk

mengembangkannya. Dengan demikian, siswa harus aktif dalam pencarian dan

pengembangan pengetahuan.

Selanjutnya, Nur (2008) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran dengan

PMR adalah sebagai berikut.

1. Memahami masalah kontekstual. Dalam hal ini, guru menyajikan masalah

kontekstual kepada siswa. Selanjutnya guru meminta siswa untuk memahami

masalah itu terlebih dahulu.

2. Menjelaskan masalah kontekstual. Tahap ini ditempuh saat siswa mengalami

kesulitan memahami masalah kontekstual. Pada langkah ini guru memberikan

bantuan dengan memberi petunjuk atau pertanyaan seperlunya yang dapat

mengarahkan siswa untuk memahami masalah.

3. Menyelesaikan masalah kontekstual. Dalam hal ini, siswa menyelesaikan

ma-salah kontekstual secara individual berdasar kemampuannya dengan

meman-faatkan petunjuk-petunjuk yang telah disediakan. Dalam proses memecahkan

masalah, sesungguhnya siswa dipancing atau diarahkan untuk berfikir

mene-mukan atau mengkonstruksi pengetahuan untuk dirinya. Guru hanya

memberi-kan bantuan seperlunya kepada siswa yang benar-benar memerlumemberi-kan bantuan.

4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Tahap ini, guru meminta siswa

untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dengan kelompoknya.

Selanjutnya guru meminta siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan

(38)

5. Menyimpulkan. Dari hasil diskusi kelas guru mengarahkan siswa untuk

mena-rik kesimpulan mengenai pemecahan masalah, konsep, prosedur atau prinsip

yang telah dibangun bersama.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PMR merupakan suatu

pen-dekatan dalam pembelajaran matematika yang menekankan dua hal penting yaitu

matematika harus dikaitkan dengan situasi nyata yang dekat dengan kehidupan

se-hari-hari siswa dan siswa diberikan kebebasan untuk menemukan konsep

matema-tika sesuai dengan cara dan pemikirannya.

3. Aktivitas Belajar

Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan

be-lajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Menurut Mulyono (2001), aktivitas

artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau

kegiat-an kegiatkegiat-an ykegiat-ang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakkegiat-an suatu aktivitas.

Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator

adanya keinginan siswa untuk belajar.

Menurut Hamalik (2001: 28), bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan

ting-kah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingting-kah laku

ter-sebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,

emosio-nal, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sedangkan,

Sardiman (2003 : 22) menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses interaksi

antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta,

(39)

22

Dari uraian di atas bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang

dila-kukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan

be-lajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab

dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi

be-lajar aktif. Keaktifan siswa dalam proses pembebe-lajaran akan menyebabkan

in-teraksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri.

Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana

masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.

Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya

pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah

pem-belajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

sendiri. Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Diedrich (dalam Rohani, 2004: 8)

menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut.

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, dan

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputus-an.

(40)

Berdasarkan penjelasan dari beberapa pendapat di atas bahwa kegiatan anak di

dalam kelas tidak hanya diam dan mendengarkan serta mencatat penjelasan dari

gurunya. Jadi seorang guru hanya dapat menyajikan dan menyediakan bahan

pe-lajaran, peserta didiklah yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai kemauan,

kemampuan, bakat dan latar belakangnya. Oleh karena itu aktivitas siswa

mem-punyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya

aktivitas siswa proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya

hasil belajar yang dicapai siswa rendah.

4. Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan

se-bagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Lebih lanjut Michener (dalam

Herdy, 2010) menyatakan bahwa pemahaman merupakan salah satu aspek dalam

Taksonomi Bloom. Pemahaman diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi

bahan yang dipelajari. Untuk memahami suatu objek secara mendalam seseorang

harus mengetahui: 1) objek itu sendiri; 2) relasinya dengan objek lain yang sejenis;

3) relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis; 4) relasi-dual dengan objek

lainnya yang sejenis; 5) relasi dengan objek dalam teori lainnya.

Sedangkan konsep merupakan ide abstrak manusia yang mendasari keseluruhan

objek, peristiwa, dan fakta yang menerangkan suatu hal. Konsep tersebut akan

menggambarkan secara detail objek-objek yang dibicarakan. Menurut Djamarah

(2008: 31), konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang

mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu

(41)

24

dalam golongan tertentu. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti

mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Sedangkan

dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan

se-seorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman

kon-sep adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah salah satu tujuan penting

dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan

kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan

pema-haman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.

Pemahaman konsep matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap

materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa

untuk mencapai konsep yang diharapkan.

Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa siswa kepada tujuan

yang ingin dicapai yaitu agar bahan yang disampaikan dipahami sepenuhnya oleh

siswa. Pemahaman konsep matematis penting untuk belajar matematika secara

bermakna, tentunya para guru mengharapkan pemahaman yang dicapai siswa

tidak terbatas pada pemahaman yang bersifat dapat menghubungkan. Belajar

ber-makna bila informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur

kognitif yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat mengkaitkan informasi barunya

dengan struktur kognitif yang dimiliki. Artinya siswa dapat mengkaitkan antara

pengetahuan yang dipunyai dengan keadaan lain sehingga belajar dengan

(42)

Suparno (2001) menyatakan bahwa pembelajaran secara bermakna adalah

pembe-lajaran yang lebih mengutamakan proses terbentuknya suatu konsep daripada

menghafalkan konsep yang sudah jadi. Konsep-konsep dalam matematika tidak

diajarkan melalui definisi, melainkan melalui contoh-contoh yang relevan dengan

melibatkan konsep tertentu yang sudah terbentuk dalam pikiran siswa.

Pembe-lajaran secara bermakna terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena

baru ke dalam struktur pengetahuan mereka, tidak hanya sekedar menghafal.

Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan materi itu

di-pahami secara lebih komprehensif lain dari itu peserta didik lebih mudah

meng-ingat materi itu apabila yang dipelajari merupakan pola yang berstruktur. Dengan

memahami konsep dan struktur akan mempermudah terjadinya transfer. Dengan

kata lain pemahaman konsep yaitu memahami sesuatu kemampuan mengerti,

me-ngubah informasi ke dalam bentuk yang bermakna, Asikin (dalam Muhfida, 2004).

Skemp (dalam Muaddab, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu

pe-mahaman instruksional (instructional understanding) dan pemahaman relasional

(relational understanding). Pada pemahaman instruksional, siswa hanya sekedar

tahu mengenai suatu konsep namun belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi.

Sedangkan pada pemahaman relasional, siswa telah memahami mengapa hal

ter-sebut bisa terjadi dan dapat menggunakan konsep dalam memecahkan

masalah-masalah sesuai dengan kondisi yang ada.

Pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar. Hasil belajar

merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar atau

(43)

26

terjadi terutama berkat evaluasi guru. Berkenaan dengan hal tersebut Dimyati

(2006: 3) yang mengungkapkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar. Dari guru tindak mengajar diakhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan puncak dari

proses belajar.

Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes

pemaha-man konsep. Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004

tanggal 11 November 2001 (dalam Wardhani, 2008:10-11) menjelaskan bahwa

penilaian perkembangan anak didik dicantumkan dalam indikator dari

kemam-puan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika. Indikator tersebut

adalah sebagai berikut.

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep.

B. Kerangka Pikir

Secara umum ada banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami

konsep-konsep matematika. Penyebabnya adalah kurangnya kebermaknaan dalam belajar

matematika dan rendahnya aktivitas belajar siswa. Akibatnya prestasi matematika

siswa secara umum masih rendah. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa

dan pemahaman konsep matematis siswa, guru harus mampu berkreasi dengan

(44)

cocok. Model atau pendekatan ini haruslah sesuai dengan materi yang akan

di-ajarkan serta dapat mengoptimalkan suasana belajar.

Salah satu pendekatan yang membawa alam pikiran siswa ke dalam pembelajaran

dan melibatkan siswa secara aktif adalah Pendekatan Matematika Realistik. PMR

adalah suatu pendekatan yang menempatkan realitas dan pengalaman siswa

seba-gai titik awal pembelajaran matematika. Pembelajaran ini melibatkan aktivitas

belajar siswa yang mengaitkan pengalaman sehari-hari mereka dengan materi

pelajaran. Melalui aktivitas belajar tersebut diharapkan dapat meningkatkan

pengalaman belajar sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna,

dimana siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan

mate-matika formalnya melalui masalah-masalah realitas yang ada. Jadi siswa diajak

berfikir bagaimana menyelesaikan masalah yang mungkin atau sering dialami

siswa dalam kesehariannya.

Dalam menyelesaikan masalah tersebut, siswa melakukan diskusi dalam

kelom-pok kecil. Dalam kelomkelom-pok tersebut siswa terlibat aktif dalam diskusi untuk

me-nyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan oleh guru. Diskusi ini adalah

wahana bagi siswa mendiskusikan jawaban masing-masing. Dari diskusi ini

diha-rapkan muncul jawaban yang dapat disepakati dalam kelompok. Selanjutnya guru

meminta siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban yang

dimiliki-nya dalam diskusi kelas. Dalam diskusi tersebut pembelajaran menjadi lebih aktif

karena adanya interaksi antara siswa dengan siswa juga antara guru dengan siswa.

Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran matematika

(45)

28

sendiri konsep-konsep matematika dengan kemampuan siswa sendiri dan guru

terus memantau atau mengarahkan siswa dalam pembelajaran walaupun siswa

sendiri yang akan menemukan konsep-konsep matematika, setidaknya guru harus

terus mendampingi siswa dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian

sis-wa akan terlibat aktif dalam pembelajaran dan mampu menemukan konsep yang

sedang dipelajari secara mandiri.

Pada pembelajaran konvensional, pembelajaran berawal dari algoritma

matema-tika kemudian diaplikasikan ke dalam dunia nyata. Dalam hal ini siswa

menga-lami kesulitan dalam pembelajaran matematika, karena konsep-konsep yang

ter-kandung dalam matematika merupakan konsep yang memiliki tingkat abstraksi

tinggi. Pada pembelajaran ini guru lebih banyak menyampaikan materi pelajaran

kepada siswa, kemudian diskusi kelompok dan pemberian tugas. Sehingga

ke-giatan pembelajaran lebih didominasi oleh guru yang mengakibatkan kurangnya

interaksi antar siswa dengan siswa dan antar siswa dengan guru. Dengan

pembe-lajaran konvensional ini, siswa cenderung menghafal contoh-contoh yang

diberi-kan guru tanpa terjadi pembentudiberi-kan konsepsi yang benar dalam struktur kognitif

siswa. Sehingga pada saat diskusi kelompok banyak siswa yang cenderung

mengandalkan siswa lain dalam satu kelompoknya. Keadaan seperti ini membuat

siswa mengalami kesulitan dalam memaknai konsep sehingga beresiko tinggi

terjadinya miskonsepsi. Tidak bermakna dan terjadinya miskonsepsi ini

menye-babkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep lebih lanjut.

Bagi siswa, belajar matematika tampaknya hanya untuk menghadapi ulangan atau

(46)

sehingga pelajaran matematika dirasakan tidak bermanfaat, tidak menarik, dan

membosankan. Selain itu, proses pembelajaran cenderung textbook dan kurang

terkait dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa kurang menghayati atau

memahami konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk

mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi seperti ini,

di-yakini tidak akan dapat membangkitkan aktivitas belajar siswa, dan akhirnya

ber-muara pada rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa. Dalam pembelajaran

konvensional, aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang optimal, sehingga

ber-dampak rendahnya pemahaman konsep matematis siswa.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan PMR

mampu menciptakan suasana belajar yang aktif, karena aktivitas belajar siswa

dilibatkan aktif dalam pembelajaran, yaitu siswa aktif menemukan sendiri konsep

yang sedang dipelajari. Adanya aktivitas belajar tersebut akan mempermudah

siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari sehingga pemahaman

kon-sep matematis siswa lebih optimal. Pemahaman konkon-sep matematis yang optimal

akan mempermudah siswa untuk menyelesaikan masalah matematika yang

di-hadapinya. Sedangkan pada pembelajaran konvensional, aktivitas belajar siswa

kurang optimal. Hal ini dikarenakan guru aktif sebagai pemberi informasi

sedangkan siswa pasif hanya sebagai penerima informasi saja. Dengan

melemah-nya aktivitas belajar siswa maka berdampak pada rendahmelemah-nya pemahaman konsep

matematis siswa. Dengan demikian pembelajaran dengan PMR lebih efektif jika

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari aktivitas dan

(47)

30

Uraian kerangka pikir di atas dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut.

C. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah ”Pendekatan Matematika Realistik

lebih efektif ditinjau dari aktivitas dan pemahaman konsep matematis siswa kelas

V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung jika dibandingkan dengan

pem-belajaran konvensional”.

2. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Pendekatan

Mate-matika Realistik lebih tinggi dari pada aktivitas belajar siswa yang mengikuti

(48)

2. Rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan Pendekatan Matematika Realistik lebih baik dari pada rata-rata

(49)

32

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung.

Popu-lasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V yang terdiri dari 5 kelas

yaitu VA, VB, VC, VD, VE, dan satu di antaranya merupakan kelas unggulan yaitu

kelas VA. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive

sampling melaluitahapan sebagai berikut.

1. Dari 5 kelas, diambil 4 kelas yang bukan merupakan kelas unggulan.

2. Selanjutnya, dari 4 kelas diambil 2 kelas yang memiliki rata-rata kemampuan

awal yang sama yang dilihat dari nilai ujian akhir semester ganjil.

3. Dari 2 kelas akan ditentukan secara acak, satu kelas sebagai kelas eksperimen

dan satu kelas sebagai kelas kontrol.

Setelah mendapatkan nilai ujian akhir semester ganjil siswa dari guru mata

pela-jaran matematika kelas V diperoleh nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil

[image:49.595.112.516.674.749.2]

sis-wa setiap kelas sebagai berikut.

Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil

No Kelas Nilai Rata-rata

1 VA 70,95

2 VB 58,5

3 VC 48,214

4 VD 48,275

(50)

Berdasarkan nilai rata-rata pada Tabel 3.1, diperoleh kelas VD sebagai kelas

eks-perimen (pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik) dan VC sebagai

kelas kontrol (pembelajaran konvensional).

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dan

desain eksperimen yang digunakan adalah desain post-test only dengan kelompok

pengendali yang tidak diacak sebagaimana yang dikemukakan Furchan (1982:

368). Pada kelas eksperimen diberi perlakuan khusus yaitu pembelajaran dengan

PMR. Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

Kemudian kedua kelas sampel diberi post-test. Post-test adalah tes pemahaman

konsep matematis yangdilakukan pada kedua kelas sampel dengan soal tes yang

[image:50.595.113.515.479.563.2]

sama. Desain penelitian dapat dilihat dalam Tabel 3.2 sebagai berikut.

Tabel 3.2 Disain Post-test only

Kelompok Perlakuan Post-test

Kelas Eksperimen Pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik Skor Post-testEksperimen pada Kelas

Kelas Kontrol Pembelajaran Konvensional Skor Post-test Kontrol pada Kelas

C. Langkah penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi awal, melihat kondisi lapangan yang ada seperti jumlah kelas yang

ada, jumlah siswa yang ada, cara mengajar guru matematika dan mengambil

(51)

34

awal dan untuk menentukan sampel penelitian yang mempunyai rata-rata

ke-mampuan awal yang relatif sama.

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen

yaitu pembelajaran dengan PMR dan untuk kelas kontrol yaitu pembelajaran

konvensional.

3. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan diberikan kepada siswa

pada saat diskusi kelompok.

4. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa dan menyiapkan

instru-men penelitian berupa tes pemahaman konsep sekaligus aturan penskorannya.

5. Membagi siswa ke dalam 10 kelompok kecil berdasarkan nilai ujian akhir

se-mester sebelumnya baik pada kelas eksperimen (pembelajaran dengan PMR)

maupun pada kelas kontrol (pembelajaran konvensional) sehingga setiap

kelompok terdiri dari 4 - 5 siswa.

3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajar-an (RPP) yPembelajar-ang telah disusun dPembelajar-an kegiatPembelajar-an pembelajarPembelajar-annya terdapat pada

lampiran A.1 dan A.2, baik pada kelas eksperimen (pembelajaran dengan

PMR) maupun pada kelas kontrol (pembelajaran konvensional).

4. Melakukan validasi instrumen tes.

5. Melakukan uji coba instrumen tes.

6. Mengadakan post- test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

7. Menganalisis data.

(52)

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Data aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari hasil observasi terhadap

ak-tivitas siswa selama pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik

dan pembelajaran konvensional berlangsung.

2. Data pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh dari hasil tes

formatif setelah mengikuti pembelajaran dengan Pendekatan Matematika

Realistik dan pembelajaran konvensional.

E. Teknik Pengumpulan Data

Taknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan

tes.

1. Observasi

Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa. Observasi

dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran

dengan Pendekatan Matematika Realistik dan pembelajaran konvensional

ber-langsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang sudah

di-sediakan oleh peneliti.

2. Tes

Tes yang diberikan berupa tes formatif yang dilakukan pada akhir pokok bahasan.

Pemberian tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep

(53)

36

Realistik dan pembelajaran konvensional. Untuk mendapatkan hasil yang baik

maka tes tersebut harus dapat dibuat dan dikembangkan sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam

kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Untuk menjamin validitas instrumen, maka instrumen

disusun berdasarkan kisi-kisi dan indikator aktivitas. Pembuatan lembar observasi

aktivitas diawali dengan pembuatan kisi-kisi mengenai aktivitas apa saja yang

akan diamati dalam penelitian ini. Aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian

ini meliputi memperhatikan penjelasan guru, bertanya/menjawab atau menanggapi

pertanyaan guru, berdiskusi dalam kelompok/mengerjakan LKS,

mempresentasi-kan/memperhatikan presentasi hasil diskusi, memberi tanggapan terhadap

presen-tasi dan menyimpulkan materi pelajaran. Selanjutnya, menentukan bagaimana

cara mengukur aktivitas yang telah dilakukan siswa. Kemudian, aktivitas yang

diamati dan nama siswa disusun dalam sebuah tabel yang memudahkan observer

untuk menilai siswa mana yang telah melakukan aktivitas yang diamati. Kegiatan

observasi ini dilakukan dari awal hingga akhir pembelajaran dengan periode

(54)

Ketentuan teknis pengisian lembar observasi aktivitas siswa ini adalah sebagai

berikut.

a. Siswa mendapat tanda check list (skor 1) jika melakukan aktivitas yang relevan

terhadap pembelajaran.

b. Siswa tidak mendapat tanda check list (skor 0) jika tidak melakukan aktivitas

yang relevan terhadap pembelajaran.

2. Perangkat Tes

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian

pema-haman konsep matematis siswa dalam penelitian ini yaitu perangkat tes. Untuk

mendapatkan data yang akurat maka tes yang digunakan dalam penelitian ini

harus memenuhi kriteria tes yang baik yaitu harus memenuhi validitas dan

reliabi-litas tes yang semestinya. Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

validitas isi. Validitas isi yaitu validitas yang ditinjau dari segi isi tes itu sendiri

sebagai alat pengukur pemahaman konsep matematis siswa, isinya telah dapat

me-wakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang

seharusnya diujikan.

Penyusunan soal tes ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan

indika-tor yang akan di ukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku

pada populasi, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan

indika-tor yang dipilih, menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal ini

dilakukan untuk menjamin validitas isi soal tes yang diujikan. Validitas

instru-men tes didasarkan pada penilaian guru mitra (guru mata pelajaran matematika

(55)

38

dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur maka validitas isi dari

tes tersebut dikategorikan valid. Setelah tes dinyatakan valid, maka tes yang

digu-nakan diuji cobakan di luar sampel tetapi masih dalam populasi yaitu pada siswa

kelas VB. Uji coba tes ini dimaksudkan untuk mengetahui reliabilitas, daya beda

soal, dan tingkat kesukaran. Jika perangkat tes telah memenuhi kriteria-kriteria

tersebut, maka per

Gambar

Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil
Tabel 3.2 Disain Post-test only
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Tabel 3.4  Interpretasi Nilai Daya Pembeda
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan kegiatan E-Lelang Umum dengan Pasca Kualifikasi Pengadaan Jasa Pemborongan Pekerjaan Pengadaan dan Perbaikan Guadrail pada Ruas Jalan Tol Cabang Jakarta

Di daerah sebagian tempat, di depan stasiun dan tempat lainnya, dan memparkir sepeda dan motor dengan berbaris di tempat wilayah yang dilarang (Area yang dilarang

Perlakuan yang menunjukkan penurunan persentase nilai COD yang terendah yaitu perlakuan dengan tanpa lumpur aktif dan penambahan 0,3% dolomit, hal ini terjadi

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari 10 orang Frater, untuk perilaku yang termasuk ke dalam dimensi pengamalan atau konsekuensi (the consequential dimensions/ religious

Pemecahan perkara (splitsing) merupakan wewenang dari Jaksa yang diatur dalam Pasal 142 KUHAP, yang menyebutkan bahwa: 7 ^ o u Z o penuntut umum menerima satu bekas

Pengujian hipotesis dengan uji t pada taraf signifikan α =0,05 dan dk =41, diperoleh hasil perhitungan thitung = 3,2 dan ttabel = 1,67, sehingga 3,2 > 1,67 atau

maka muncul Wireless Network Connection Properties, dan setelah itu setting ip address dengan mengklik Internet Protocol version 4(TCP/IPv4) seperti pada gambar dibawah,

Menurut data dari Badan Pusat Statistik Lombok, jumlah wisatawan Pulau Lombok pada tahun 2016 mencapai 3.094.437 orang namun jumlah kapal yacht yang beroperasi hanya