• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VC SD NEGERI 06 METRO BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VC SD NEGERI 06 METRO BARAT"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VC SD NEGERI 06 METRO BARAT

Oleh

RENDY HERMAWAN

Pembelajaran IPA di kelas VC SD Negeri 06 Metro Barat belum berlangsung seperti apa yang diharapkan. Guru belum optimal dalam menerapkan model pembelajaran, serta pembelajaran masih terpaku pada buku (text book), siswa kurang aktif dalam pembelajaran.Selain itu guru masih mendominasi dalam penyampaian materi atau pembelajaran masih bersifat teacher center. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe group investigation.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus, dan tiap siklusnya terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh melaluiobservasi dan tes yang dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran kemudian data dianalisis dengan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengguanaan model cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas belajar siswa siklusI berada pada kategori cukup aktif mengalami peningkatan pada siklus II dengan kategori aktif.Ketuntasanbelajar siswapada siklus I berada pada kategori sedang yaitu 40,74% dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 44,74% menjadi 88,9% berada pada kategori sangat tinggi.

(2)
(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara pendidik dengan peserta didik.

Pendidikan berperan sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa.

Oleh karena itu pemerintah mengatur dan mewajibkan setiap warga negara untuk dapat

memperoleh pendidikan yang layak. Peran serta lembaga pendidikan sangatlah mendukung

dalam peningkatan kualitas pendidikan suatu bangsa. Baik formal atau pun nonformal.

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang sangat berperan banyak

dalam mencerdaskan bangsa, dengan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas maka

secara otomatis kemajuan suatu bangsa akan semakin cepat. Pendidikan dasar khususnya

pendidikan pada Sekolah Dasar sangat menentukan langkah kedepan seseorang dalam

melanjutkan jenjang pendidikannya. Pendidikan di Sekolah Dasar memiliki beberapa mata

pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan manusia dikemudian hari. Seperti halnya

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berhubungan dengan alam sekitar dan

alam semesta. Hal tersebut berguna dalam kehidupan manusia yang selalu berhubungan

dengan alam. IPA juga mengajarkan berfikir kritis, kreatif, serta inovatif. Bruner dalam

Nasution (2005: 6) menyatakan bahwa IPA atau yang sering disebut Sains memiliki fungsi

yang fundamental dalam menimbulkan atau mengembangkan kemampuan berpikir kritis,

(4)

dapat tercapainya tujuan pembelajaran serta dapat merangsang siswa berpikir kritis, kretif,

dan inovatif.

Depdiknas dalam Nasution (2005: 25) menyatakan bahwa agar tujuan dapat tercapai, maka

sains perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif, yaitu

melalui proses dan sikap ilmiah peningkatan mutu pembelajaran sains perlu ditingkatkan

untuk mengimbangi dengan kemajuan dan perkembangan teknologi.

Umumnya, guru beranggapan bahwa mengajar itu suatu kegiatan menjelaskan dan

menyampaikan informasi tentang konsep-konsep. Lain halnya dengan pembelajaran IPA,

pembelajaran IPA hendaknya diajarkan dengan melibatkan siswa secara aktif melalui

proses dan sikap ilmiah.

Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti pada pembelajaran IPA kelas V C di SD

Negeri 06 Metro Barat ditemukan beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran belum optimal sehingga siswa kurang aktif dalam

memperoleh pengetahuan yang diinginkan. Selain itu pembelajaran masih terpaku pada

buku (text book), Akibatnya siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar

siswa tidak memuaskan. Dilihat dari hasil ulangan harian mata pelajaran IPA dari 27 orang

dengan KKM 65 hanya 10 orang siswa tuntas dan 17 orang siswa belum tuntas, dengan

presentase 37,03% orang siswa tuntas dan 62,96% orang siswa belum tuntas.

Berdasarkan paparan di atas maka diketahui bahwa pembelajaran IPA di SD Negeri 06

Metro Barat khususnya di kelas V C belum berlangsung secara optimal. Oleh karena itu,

(5)

(2006: 213) guru harus dapat mengadakan perubahan, dari yang membosankan menjadi

kelas yang menyenangkan. Salah satunya adalah merubah metode, pendekatan ataupun

model pembelajaran yang memungkinkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran, mencapai

aktivitas dan hasil belajar secara maksimal, dan dapat mengembangkan kemampuan

berpikir kritisnya. Ada beberapa model pembelajaran yang cocok digunakan dalam

pembelajaran IPA, salah satunya adalah model pembelajaran cooperative learning. Slavin

dalam Isjoni (2007:12) menyatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model

pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan setruktur kelompok heterogen sedangkan

menurut Hans dan Sunal dalam Isjoni (2007:12) mengemukakan bahwa cooperative

learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian setrategi yang khusus

dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses

pembelajaran. Sedangkan menurut Johnson dalam Isjoni (2007:15) bahwa cooperative

learning mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam

kegiatan kooperatif siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota

kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan

belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelomp[ok itu. Prosedur coperative

learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok

kecil yang terdiri atas 4-6 orang

Model cooperative learning terdapat berbagai macam tipe yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran IPA, salah satu yang tepat diterapkan dalam pembelajaran IPA yakni tipe

group investigation. Model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation

(6)

tipegroup investigation adalah suatu pembelajaran cooperative yang menitik beratkan pada

kerjasama siswa dalam menginvestigasi suatu permasalahan yang hendak dicari jalan

keluarnya dengan langkah-langkah yang terstruktur sehingga keterlibatan semua anggota

kelompok dibutuhkan dalam menginvestigasi persoalan atau suatu topik yang ada. Oleh

karena itu cooperative learning tipe group investigation sangatlah cocok digunakan dalam

pembelajaran IPA atau Sains di sekolah dasar, karna dalam pembelajaran IPA menekankan

pada keaktifan dalam pembelajaran, taraf birfikir kritis dan ilmiah dalam memperoleh

suatu konsep dan produk IPA. Penelitian yang dilakukan olehPriyanto (2011) yang

berjudul Penerapan Model Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Banyurip 2 Kecamatan Sambungmacan Kabupaten

Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011 terbukti berhasil.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

penggunaan model cooperative learning tipe group investigation untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V C SD Negeri 06 Metro

Barat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai

berikut:

1. Guru belum optimal menggunakan model Cooperative learning tipe Group

Investigation pada pembelajaran IPA.

2. Guru cenderung masih mendominasi dalam proses pembelajaran/ pembelajaran

(7)

3. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mengalami dan memperoleh sendiri

pengetahuan yang didapat.

4. Siswacenderung pasif dalam proses pembelajaran.

5. Masih rendahnya tingkat pemahaman guru dalam penggunaan model Cooperative

learning tipe group investigation dalam pembelajaran IPA kelas kelas V C SD Negeri

06 Metro Barat.

6. Rendahnya persentase ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V C SD

Negeri 06 Metro Barat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas,penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah model Cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V C SD Negeri 06 Metro

Barat ?

2. Apakah model Cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan

hasil belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V C SD Negeri 06 Metro

Barat ?

D. Tujuan Penelitian

(8)

1. Peningkatan aktivitas belajar siswa kelas V C SD Negeri 06 Metro Barat dalam

pembelajaran IPA.

2. Peningkatan hasil belajar siswa kelas V C SD Negeri 06 Metro Barat dalam

pembelajaran IPA.

E. Manfaat Penelitian

Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SD Negeri 06 Metro

Barat diharapkan bermanfaat bagi:

1. Bagi siswa

berguna untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep IPA sehingga dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru

Dapat sebagai bahan masukan bagi guru dalam memperbaiki pembelajaran,serta

mengembangkan kemampuan mengajar dengan menggunakan model Cooperative

learning tipe group investigation pada pembelajaran IPA.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan rujukan sebagai inovasi

kegiatan pembelajaran guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa baik

(9)
(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Cooperative Learning 1. Pengertian Cooperative Learning

Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan

siswa aktif dalam mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Menurut

Slavin dalam Isjoni (2007:15) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang

siswa lebih bergairah dalam belajar. Johnson dalam Isjoni (2007:15) mengemukakan,

“cooperanon means working together to accomplish shared goals. Withing cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups member cooperative learning is the intructional use of small groups that allows students to work together to maximize their own and each other as learning”. Berdassarkan uraian tersebut , maka cooperative learning mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang.

Sedangkan menurut Anita Lie dalam isjoni (2007:16) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu

(11)

untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Model cooperative learning ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (studend

oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru

dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang

lain, siswa agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Cooperative learning memiliki berbagai model atau tipe. Model pembelajaran perlu dipahami oleh guru agar dapat dilaksanakan

pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran dalam penerapannya model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karna masing-masing model pembelajaran memiliki

tujuan, prinsip dan tekanan yang berbeda-beda.

Menurut pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang dapa merangsang siswa

bekerja sama dalam menyelesaikan tugas dalam pembelajaran.

2.Tujuan Model Cooperative Learning

Model cooperative learning pada penerapannya memiliki tujuan-tujuan yang dikembangkan sesuai apa yang diharapkan oleh guru. Menurut

Jhonson & Jhonson dalam Trianto (2009:57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk

(12)

Menurut Ibrahim dalam Isjoni (2007:27) model Cooperative Learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya ada tiga tujuan, yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Dalam Cooperative Learning meskipun mencangkup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Disamping mengubah norma yang berhubung dengan hasil belajar, Cooperative Learning dapat member keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model Cooperative Learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga Cooperative Learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Sehubungan dengan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan cooperative learning memiliki tujuan-tujuan tertentu

diantaranya meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbesaan individu, dan pengembangan keterampilan sosia.

3.Prinsip-Prisip Cooperative Learning

Cooperative learning memiliki prinsip yang tidak dapat dipisahkan

dalam pada implementasinya. Menurut Slavin dalam Trianto (2009: 61) terdapat tiga prinsip utama Cooperative Learning, yaitu:

a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

(13)

kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain.

c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Berdasarkan pendapat Slavin diatas dapat diketahui bahwa prinsip model cooperative learning adalah memberikan penghargaan kelompok untuk

memicu tumbuhnya tanggung jawab individual, sehingga terjadi kerjasama kelompok yang baik.

4.Langkah-Langkah Cooperative Learning

Menurut Ibrahim dalam Trianto (2009:66-67) langkah-langkah model cooperative learning yaitu:

a. Fase 1, menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

b. Fase 2, menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

c. Fase 3, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif Guru menjelaskan kepaa siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

d. Fase 4, membimbing kelompok bekejra dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

e. Fase 5, evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau amsing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

f. Fase 6, memberikan penghargaan

(14)

Sehubungan dengan pendapat yang dikemukakan ahli di atas maka dapat disimpulkan langkah-langkah model cooperative learning memiliki 6 fase atau tahap menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,menyajikan

informasi, mengorganisasikan siswa dalam kelompok kooperatif, membimbing, kelompok bekejra dan belajar, memberikan penghargaan.

5.Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation

Cooperative learning memiliki berbagai model atau tipe, salah satunya

adalah tipe group investigation, cooperative learning tipe ini dimulai

dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru beserta siswa memilih topik tertentu melalui permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik itu sendiri. Kemudian siswa beserta guru

menentukan metode penelitian yang dikembangkan dalam pemecahan masalah. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang

telah mereka tuliskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, sintesis, hingga menarik kesimpulan dan selanjutnya presentasi hasil masing-masing kelompok.

Menurut Winataputra dalam Narudin (2008) model GI atau investigasi

kelompok telah digunakan dalam berbagai situasi dan dalam berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia. Pada dasarnya model ini

dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji

(15)

masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara

kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini

adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk

melakukan proses pemecahan masalah kelompok.

6.Langkah- langkah Cooperative Learning tipe Group Investigation

Langkah-langkah pembelajaran yang tepat sangat menentukan keberhasilan suatu penerapan baik setrategi, model, pendekatan dan

metode pembelajaran. Ada beberapa langkah penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe goup investigation diantara nya: 1) mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok, 2)

merencanakan tugas yang akan dipelajari, 3) melaksanakan investigasi, 4) menyiapkan laporan akhir, 5) mempresentasikan laporan akhir, dan 6).

evaluasi

Menurut Sharan dalam Trianto (2009:80) membagi langkah -langkah model investigasi kelompok menjadi 6 fase yaitu:

a. Memilih topik

Siswa memilih sup topik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota , tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas, komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.

(16)

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan sub topik yang telah dipilih pada tahap pertama.

c. Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan ketrampilan yang luas. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

d. Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas. e. Presentasi hasil

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelisikan dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif yang luas pasa topik itu. Presentsi dikordinasikan oleh guru.

f. Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.

Kemudian Slavin (2010: 218), menyatakan bahwa dalam pelaksanaan

pembelajaran Group Investigation pada murid bekerja melalui enam tahap, yaitu:

Tahap 1: Mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok

a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, mengategorikan saran-saran.

b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.

c. Kondisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

d. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

Tahap 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari Para siswa merencanakan bersama mengenai:

(17)

3) Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)

4) Untuk tujuan dan kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini.

Tahap 3: Melaksanakan investigasi

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesiskan semua gagasan.

Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir

a. Anggota kelompok menentukan penas-pesan esensial dari proyek mereka.

b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

c. Wakil-wakil kelompok membuat sebuah panitia acara untuk mengkoordinasi rencana-rencana presentasi.

Tahap 5: Mempresentasikan laporan akhir

a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengaran secara aktif.

c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan persentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

Tahap 6: Evaluasi

a. Para siswa saling memberi umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keaktifan pengalaman-pengalaman mereka.

b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan langkah-langkah cooperative learning tipe group investigation yaitu

mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa dalam kelompok, perencanaan, pelaksanaan investigasi, mempresentasikan laporan akhir,

(18)

7. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning tipe Group Investigation

Pembelajaran Group Investigation memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti yang diutarakan oleh Santoso (2011) sebagai berikut:

a. Kelebihan:

1) Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. 2) Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan

yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.

3) Dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri.

4) Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

b. Kekurangan

1) Waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama

2) Bagi siswa yang tidak dapat bekerjasama pasti akan sangat sulit untuk mengerjakan materi yang diberikan karena metode ini membutuhkan kerjasama oleh stiap anggota.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu yang sangat penting bagi kehidupan semua manusia dan tidak akan pernah pernah lepas dari kehidupannya. Belajar adalah suatu proses yang melibatkan kemampuan mental dan fisik, dari belajar

seseorang dapat memperoleh pengetahuan ,pengalaman baru, dan berbagai macam keterampilan.

Menurut pandangan konstruktivistik, belajar adalah suatu proses pembentukan pengetahuan. Bruner dalam Trianto (2009: 20) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa

(19)

pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya. Menurut pandangan konstruktivisme belajar bukanlah semata-mata mentransfer

pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengalaman yang sudah dimilikinya dalam format yang baru. Hamalik

(2007: 36) juga mengemukakan belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan

belajar adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan mental dan fisik guna mengembangkan pengetahuan dan pengalaman awal yang dimiliki seseorang dengan tujuan memperoleh pengetahuan baru, pengalaman baru

serta kemampuan dan keterampilan.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah suatu rangkaian proses kegiatan yang melibatkan

fisik dan mental dalam upaya memperoleh pengetahuan. Bebrapa definisi aktivitas belajar dikemukakan oleh para ahli seperti halnya Abdurahman (2006), menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa

baik jasmani maupun kegiatan rohani yang mengandung keberhasilan belajar.

Menurut Sardiman (2008:10) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Kunandar (2010:277) menjelaskan bahwa,

(20)

menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran

sejalan dengan itu menurut Rohani (2004: 6),

belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain, atau bekerja. Sedangkan aktivitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun

2007 tentang standar proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan mengolah pengalaman

dan atau praktik dengan cara mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksikan rangsangan, memecahkan masalah. Menurut Paul D. Dierich dalam Hamalik (2009:172-173) membagi

aktivitas belajar dalam 8 kelompok yaitu kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, memetrik, mental dan emosional

Berdasarkan teori-teori diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan aktivitas belajar adalah segala kegiatan baik fisik maupun psikis dalam proses pembelajar.

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah terjadinya perubahan setelah seseoarang mengalami proses belajar. Menurut Hamalik dalam Munawar (2009: 23) hasil belajar

(21)

pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan menurut Suprijono (2011:5) Hasil

belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Menurut Sudjana dalam Kunandar (2010: 276) hasil belajar adalah suatu

akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan

maupun tes perbuatan.Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nashar (2004: 77) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Sedangkan menurut Bloom dalam Suprijono

(2011:6) mengemukakan bahwa:

hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), coprehesion (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organizations (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang

dimasud hasil belajar yakni hasil dari proses interaksi belajar dan mengajar yang berupa peningkatan keterampilan, pengetahuan, sikap serta nilai yang

berada pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

(22)

IPA adalah suatu mata pelajaran yang senantiasa mengkaji hal-hal yang terjadi dialam semesta. IPA pada hakikatnya diajarkan dengan cara proses

pemerolehan suatu produk IPA itu sendiri dihasilkan bukan mengajarkan produk IPA itu sendiri.

Menurut Sutrisno,dkk (2007: 1.19) IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta

menggunakan prosedur yang benar, dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul.

Oleh karena itu pembelajaran IPA yang diajarkan di sekolah harus membekali

siswa tentang berbagai cara untuk mengetahui dan mengerjakan sesuatu dengan tujuan membantu siswa memahami alam secara mendalam. Serta

memberikan pengetahuan dan pengajaran secara kongkrit. Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, mengemukakan bahwa:

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan alam. Pengetahuan yang mengupas tentang alam sekitar yang berupa fisik serta teori-teori yang

(23)

mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai ilmiah, serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Sang pencinta. Maka dalam

pembelajaran nya, IPA harus ditekankan pada proses peneuan konsep bukan sebaliknya menekankan pada penyampaian konsep atau produk IPA itu sendiri.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran IPA menggunakan model cooperative learning tipe group investigationdengan langkah-langkah yang

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi

kelas yang lazim dikenal dengan Classroom ActionResearch. Wardani,dkk., (2007: 1.3) Mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas melalui refleksi diri guna memperbaiki pembelajaran yang dilakukan

oleh guru agar sesuai dengan apa yang diharapkan.

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru kelas V C SD Negeri 06 Metro Barat.

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 6 Metro Barat kota Metro, yang beralamatkan di Jln. Jendral Sudirman Ganjar Agung 14/II Kecamatan Metro Barat Kota

Metro.

(25)

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 selama lima bulan dimulai dari bulan Maret sampai Agustus.

B. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipan antara peneliti dengan guru kelas V C SD Negeri 06 Metro Barat. Adapun subjek penelitian adalah siswa dan guru kelas V C SD Negeri 06 Metro Barat dengan jumlah siswa 27 orang.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan.Untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam penelitian ini digunakan teknik tes dan non tes.

1. Teknik non tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data untuk mengumpulkan data aktivitas siswa dan kinerja guru.

2. Teknik tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data tentang hasil belajar

siswa

D. Alat Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2007: 101) instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih

dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut:

(26)
[image:26.595.70.423.213.326.2]

b. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan materi yang diajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation

Tabel 1 : Jenis Data dan Alat Pengumpulan Data

No Jenis data-data Alat

1. Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran Lembar Observasi

2. Aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran Lembar Observasi 3. Hasil belajar siswa Tes Akhir

E. Teknik Analisis Data

a. Teknik kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan guru selama pembelajaranberlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru dengan menggunakan lembar

observasi.

1) Aktivitas belajar siswa

a) Nilai aktivitas siswa secara individual diperoleh dengan rumus:

Keterangan:

N = Nilai aktivitas yang dicari. R = Skor yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum

100% = Bilangan tetap (sumber: Purwanto, 2008: 102)

N= SM

R

(27)

Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, digunakan pedoman Memes dalam Sayuti (2010: 17), bila nilai aktivitas siswa ≥ 75%, maka kategori aktif, bila nilai siswa 59,5% ≤ nilai siswa < 75%, maka dikategorikan cukup aktif, bila nilai siswa

< 59,5% maka dikategorikan kurang aktif. 2) Kinerja guru

Keterangan:

N = Nilai yang dicari.

R = Skor yang diperoleh guru SM = Skor maksimal (80) 100= Bilangan tetap

(sumber: Purwanto, 2008: 102)

Kategori kinerja guru : Baik sekali (91-100); Baik (76-90); Cukup (61-75); Kurang baik (≤60) Sowiyah (2010)

b. Teknik kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika

kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.Dalam hal ini nilai siswa dibandingkan dengan nilai awal kemudian dihitung selisihnya, selisihnya itu yang menjadi kemajuan atau kemunduran belajar.

a) Nilai hasil belajar siswa secara individual diperoleh dengan rumus:

Nilai individu = X100 SM

JS

Keterangan : JS = jumlah skor SM = skor maksimal 100 = bilangan tetap

b) Nilai persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus: N =

SM R

(28)

Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa secara klasikal dalam (%), yaitu ≥ 80% (sangat tiggi), 60-79% (tinggi), 40-59 (sedang), 20-39% (rendah), <20% (sangat

rendah), (Aqib, 2009: 41). F. Prosedur Penelitian

Menurut Wardhani (2007: 2.4)prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Siklus ini

tidak hanya berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran. Menurut Wardhani (2007: 2.4) setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection).

1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

2. Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar selanjutnya.

Alur siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan I

SIKLUS I

Pengamatan I

(29)

Gambar 1. Gambar Alur Siklus PTK adopsi dari Wardhani (2007:2.4).

Urutan Penelitian Tindakan Kelas

SIKLUS I

a. Perencanaan

Pada tahapan ini yang dilakukan adalah:

a) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui standar kompetensidan kompetensi dasar yang akan diajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation

b) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan model cooperative learning tipe group investigation.

c) Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui model cooperative learning tipe group investigation..

(30)

dengan peenggunaaan sumberdaya alam Kompetensi Dasar mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya

e) Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung yang diperlukan dalam

pembelajaran f) Menyiapkan LKS.

g) Menyiapkan instrumen penilaian

b. Pelaksanaan Tindakan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

Kegiatan Pembukaan 1) Melakukan Apersepsi.

a) Memotivasi siswa dengan bercerita, demonstrasi atau mengungkapkan fakta yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. b) Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2) Kegiatan Inti

a) Guru memberkan pertanyaan yang mengacu pada permesalahan yang akan dipecahkan melalui investigasi

(31)

c) Masing-masing kelompok merencanakan kegiatan investigasi dengan mengikuti perintah dalam lembar kegiatan.

d) Masing-masing kelompok melaksanakan investigasi, yang dapat diperoleh

dari suatu percobaan atau eksperimen yang telah disediakan langkah-langkahnya oleh guru.. Tiap anggota bekerja sesuai tugas yang disepakati oleh kelompok

e) Kelompok menyiapkan laporan akhir yaitu berupa rencana kegiatan persentasi, semua anggota terlibat dalam kegiatan ini.

f) Guru meminta kelompok untuk menunjuk salah satu wakil sebagai anggota panitia acara. Panitia acara akan mendengarkan masing-masing

rencana laporan kelompok.

g) Siswa kembali keposisi kelas awal. Masing-masing kelompok melakukan persentasi, dan didalam persentasi kelompok menampilkan tugas,

menjawab pertanyaan, memberi kuis ataupun mensimulasi kejadian-kejadian tertentu serta menampilkan gambar jika diperlukan.

3) Kegiatan Penutup

a) Guru memberi penguatan kepada setiap kelompok yang telah menyampaikan hasil kerjanya.

b) Guru menarik kesimpulan dari materi yang telah didiskusikan kelompok.

c. Observasi

Peneliti mengamati kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa saat kinerja guru selama

(32)

dan kinerja guru diamati dengan cara membubuhkan tanda ceklist pada lembar observasi

d. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh guru dan peneliti untuk menganalisis kelebihan serta kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis yang dilakukan

yaitu aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung, serta hasil belajar siswa. Analisis dilakukan sebagai acuan guna memperbaiki kinerja guru sdan digunakan untuk menentukan langkah-langkah pembelajaran selanjutnya agar dapat tercapai tujuan yang diinginkan dalam PTK. Apabila

tujuan atau indicator belum tercapai maka PTK akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya dengan membuat pencana tindakan baru agar menjadi lebih baik.

SIKLUS II

a. Perencanaan

Pada siklus II ini kegiatan dibuat dengan membuat rencana pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru seperti siklus sebelumnya berdasarkan

refleksi pada siklus I, yang membedakan adalah sup materi yang akan diajarkan.

b. Pelaksanaan Tidakan

Pada siklus II ini dilakukan tindakan atau perlakuan yang sama dengan siklus I

berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi. c. Observasi

Pada tahap ini peneliti mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran dengan

(33)

yang diperoleh akan diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan untuk siklus berikutnya.

d. Refleksi

Peneliti melaksanakan refleksi terhadap siklus ke II dan menganalisisnya untuk menentukan kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

model cooperative learning tipe group investigation dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

G.Kriteria Keberhasilan

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom ActionResearch. Wardani,dkk., (2007: 1.3) Mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam

kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas melalui refleksi diri guna memperbaiki pembelajaran yang dilakukan

oleh guru agar sesuai dengan apa yang diharapkan.

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru kelas V C SD Negeri 06 Metro Barat. 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 6 Metro Barat kota Metro, yang

beralamatkan di Jln. Jendral Sudirman Ganjar Agung 14/II Kecamatan Metro Barat Kota Metro.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 selama lima bulan dimulai dari bulan Maret sampai Agustus.

(35)

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipan antara peneliti dengan guru kelas V C SD Negeri 06 Metro Barat. Adapun subjek penelitian adalah siswa dan guru kelas V C SD Negeri 06 Metro Barat dengan jumlah siswa 27 orang.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan.Untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam penelitian ini digunakan teknik tes dan non tes.

1. Teknik non tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data untuk mengumpulkan data aktivitas siswa dan kinerja guru.

2. Teknik tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data tentang hasil belajar

siswa

D. Alat Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2007: 101) instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih

dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Lembar observasi, instrumen ini dirancang oleh peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama penelitian tindakan kelas berlangsung.

b. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan materi yang diajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation

(36)

No Jenis data-data Alat

1. Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran Lembar Observasi

2. Aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran Lembar Observasi 3. Hasil belajar siswa Tes Akhir

A. Teknik Analisis Data

a. Teknik kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan guru selama pembelajaranberlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru dengan menggunakan lembar

observasi.

1) Aktivitas belajar siswa

a) Nilai aktivitas siswa secara individual diperoleh dengan rumus:

Keterangan:

N = Nilai aktivitas yang dicari. R = Skor yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum

100% = Bilangan tetap (sumber: Purwanto, 2008: 102)

Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, digunakan pedoman Memes dalam

Sayuti (2010: 17), bila nilai aktivitas siswa ≥ 75%, maka kategori aktif, bila nilai siswa 59,5% ≤ nilai siswa < 75%, maka dikategorikan cukup aktif, bila nilai siswa < 59,5% maka dikategorikan kurang aktif.

N= SM

(37)

2) Kinerja guru

Keterangan:

N = Nilai yang dicari.

R = Skor yang diperoleh guru SM = Skor maksimal (80) 100= Bilangan tetap

(sumber: Purwanto, 2008: 102)

Kategori kinerja guru : Baik sekali (91-100); Baik (76-90); Cukup (61-75); Kurang

baik (≤60) Sowiyah (2010) b. Teknik kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika

kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.Dalam hal ini nilai siswa dibandingkan dengan nilai awal kemudian dihitung selisihnya, selisihnya itu yang menjadi kemajuan atau kemunduran belajar. a) Nilai hasil belajar siswa secara individual diperoleh dengan rumus:

Nilai individu = X100 SM

JS

Keterangan : JS = jumlah skor SM = skor maksimal 100 = bilangan tetap

b) Nilai persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa secara klasikal dalam (%), yaitu ≥ 80% (sangat tiggi), 60-79% (tinggi), 40-59 (sedang), 20-39% (rendah), <20% (sangat

rendah), (Aqib, 2009: 41). N =

SM

(38)

B. Prosedur Penelitian

Menurut Wardhani (2007: 2.4)prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang

diharapkan dalam pembelajaran. Menurut Wardhani (2007: 2.4) setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection).

1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

2. Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang

diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar selanjutnya.

Alur siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan I

SIKLUS I

Pengamatan I

Perencanaan II

SIKLUS II

Pelaksanaan I Refleksi I

(39)

Gambar 1. Gambar Alur Siklus PTK adopsi dari Wardhani (2007:2.4).

Urutan Penelitian Tindakan Kelas

SIKLUS I

a. Perencanaan

Pada tahapan ini yang dilakukan adalah:

a) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui standar kompetensidan

kompetensi dasar yang akan diajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe group investigation

b) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan model cooperative learning tipe group investigation.

c) Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui model cooperative learning tipe group investigation..

d) Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) beserta skenario pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan gurudengan Standar Kompetensi memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya

dengan peenggunaaan sumberdaya alam Kompetensi Dasar mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya

(40)

f) Menyiapkan LKS.

g) Menyiapkan instrumen penilaian

b. Pelaksanaan Tindakan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

Kegiatan Pembukaan 1) Melakukan Apersepsi.

a)Memotivasi siswa dengan bercerita, demonstrasi atau mengungkapkan

fakta yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. b)Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2) Kegiatan Inti

a) Guru memberkan pertanyaan yang mengacu pada permesalahan yang akan dipecahkan melalui investigasi

b) Guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-6 kelompok secara heterogen. c) Masing-masing kelompok merencanakan kegiatan investigasi dengan

mengikuti perintah dalam lembar kegiatan.

(41)

langkah-langkahnya oleh guru.. Tiap anggota bekerja sesuai tugas yang disepakati oleh kelompok

e) Kelompok menyiapkan laporan akhir yaitu berupa rencana kegiatan

persentasi, semua anggota terlibat dalam kegiatan ini.

f) Guru meminta kelompok untuk menunjuk salah satu wakil sebagai anggota panitia acara. Panitia acara akan mendengarkan masing-masing

rencana laporan kelompok.

g) Siswa kembali keposisi kelas awal. Masing-masing kelompok melakukan persentasi, dan didalam persentasi kelompok menampilkan tugas, menjawab pertanyaan, memberi kuis ataupun mensimulasi

kejadian-kejadian tertentu serta menampilkan gambar jika diperlukan. 3) Kegiatan Penutup

a) Guru memberi penguatan kepada setiap kelompok yang telah

menyampaikan hasil kerjanya.

b) Guru menarik kesimpulan dari materi yang telah didiskusikan kelompok.

c. Observasi

Peneliti mengamati kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa saat kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa

dan kinerja guru diamati dengan cara membubuhkan tanda ceklist pada lembar observasi

(42)

Refleksi dilakukan oleh guru dan peneliti untuk menganalisis kelebihan serta kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis yang dilakukan yaitu aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung,

serta hasil belajar siswa. Analisis dilakukan sebagai acuan guna memperbaiki kinerja guru sdan digunakan untuk menentukan langkah-langkah pembelajaran selanjutnya agar dapat tercapai tujuan yang diinginkan dalam PTK. Apabila

tujuan atau indicator belum tercapai maka PTK akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya dengan membuat pencana tindakan baru agar menjadi lebih baik.

SIKLUS II

a. Perencanaan

Pada siklus II ini kegiatan dibuat dengan membuat rencana pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru seperti siklus sebelumnya berdasarkan

refleksi pada siklus I, yang membedakan adalah sup materi yang akan diajarkan.

b. Pelaksanaan Tidakan

Pada siklus II ini dilakukan tindakan atau perlakuan yang sama dengan siklus I

berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi. c. Observasi

Pada tahap ini peneliti mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran dengan

(43)

d. Refleksi

Peneliti melaksanakan refleksi terhadap siklus ke II dan menganalisisnya untuk menentukan kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

model cooperative learning tipe group investigation dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

C. Kriteria Keberhasilan

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan:

1. Penggunaan model Cooperative Lerarning tipe Group Investigation dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V C pada pembelajaran IPA SD Negeri

06 Metro Barat. Berdasarkan hasil pembahasan setiap siklusnya diperoleh rata-rata

siklus I (61,57%) dengan kategori cukup aktif dan Siklus II (78,15%) dengan

kategori aktif. peningkatan rata-rata tiap siklus yaitu 16,58%.

2. Penggunaan model Cooperative Lerarning tipe Group Investigation dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas V C pada pembelajaran IPA SD Negeri 06

Metro Barat. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya,

pada prasiklus siswa tuntas belajar hanya 10 orang siswa atau 37,1% meningkat

3,64% pada siklus II menjadi 11 orang siswa atau 40,74%, pada siklus II

mengalami peningkatan sebesar 44,74% menjadi 88,9% atau 24 orang siswa tuntas

(45)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka saran yang dapat disampaikan sebagai

berikut:

1. Kepada kepala sekolah

Penggunaan model cooperative Learning tipe group Investigation pada

pembelajaran IPA kelas V C SD Negeri 06 Metro Barat terbukti berhasil, maka

hendaknya kepala sekolah dapat memberikan masukan kepada guru agar dapat

menerapkan model ini dalam pembelajaran IPA sesuai dengan kebutuhan siswa

dan memperhatikan prosedur pelaksanaannya agar dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa sesuai dengan apa yang siharapkan.

2. Kepada Guru

Diharapkan pada para guru agar dapat menerapkan model cooperative learning

tipe group investigation pada pembelajaran IPA dengan menyesuakan materi

yang akan diajarkan serta mengikuti langkah-langkah dengan benar.

3. Kepada Pihak Sekolah

Diharapkan kepada pihak sekolah agar dapat memotivasi para guru dan memberi

pelatihan bagaimana pembelajaran menggunakan model cooperative learning

agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan menciptakan pembelajarn

yang lebih efektif.

4. Dinas pendidikan dan kebudayaan

Sebagai pengambilan kebijakan dalam melakukan pelatihan dan penyuluhan

(46)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VC SD NEGERI 6 METRO BARAT

(Skripsi)

Oleh

RENDY HERMAWAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(47)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION

PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VC SD NEGERI 6 METRO BARAT

Oleh

RENDY HERMAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(48)
(49)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. GambarSiklus PTK... 28

2. GrafikRekapitulasiperolehanAktivitasSiswa... 63

3. GrafikRekapitulasiNilaiKinerja Guru ... 66

4. GrafikketuntasanBelajarSiswa ... 67

5. SD Negeri 06 Metro Barat Kota Metro ... 155

6. Guru Saat Pembelajaran ... 155

7. Siswa Melakukan Investigasi Proses Evaporasi... 156

8. Siswa Melakukan Investigasi Proses Presipitasi ... 156

9. Siswa Melakukan Investigasi Proses Kondensasi ... 157

(50)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Model Cooperative Learning... 8

1. Pengertian Cooperative Learning ... 8

2. Tujuan Model Cooperative Learning ... 9

3. Prinsip-Prinsip Cooperative Learning... 10

4. Langkah-Langkah Model Cooperative Learnig ... 11

5. Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation... 12

6. Langkah-Langkah Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation... 13

7. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation ... 16

B. Belajar ... 16

1. Pengertian Belajar... 16

2. Aktivitas Belajar ... 17

3. Pengertian Hasil Belajar ... 19

C. Pembelajaran IPA ... 20

D. Hipotesis Tindakan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Seting Penelitian ... 22

B. Subjek Penelitian ... 23

C. Teknik Pengumpul Data ... 23

D. Alat Pengumpul Data ... 23

E. Teknik Analisis Data ... 24

F. Prosedur Penelitian ... 26

(51)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Gambaran Lokasi Penelitian... 34

B. Prosedur Penelitian ... 34

1. Deskripsi Awal... 34

2. Refleksi Awal... 35

3. Persiapan Pembelajaran ... 36

C. Hasil Penelitian... 36

1. Siklus I... 37

a. Perencanaan ... 37

b. Pelaksanaan... 38

1) Pertemuan I ... 39

2) Pertemuan II... 39

c. Hasil Observasi Siklus I... 41

1) Aktivitas Siswa ... 41

2) Kinerja Guru... 43

3) Hasil Belajar Siswa Siklus I... 46

d. Refleksi Siklus I... 47

e. Saran dan Perbaikan Siklus II... 50

2. Siklus II... 50

a. Perencanaan ... 50

b. Pelaksanaan... 51

1) Pertemuan I ... 51

2) Pertemuan II... 52

c. Hasil Observasi Siklus II ... 54

1) Aktivitas Siswa ... 54

2) Kinerja Guru... 56

3) Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 59

d. Refleksi Siklus II ... 60

3. Rekapitulasi Aktivitas, Kinerja Guru, dan Hasil Belajar.. 62

a. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa... 62

b. Rekapitulasi Perolehan Kinerja Guru ... 64

c. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa... 65

D. Pembahasan ... 66

1. Aktivitas Siswa ... 66

(52)

3. Hasil Belajar... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

(53)

DAFTAR PUSTAKA

.

Abdurahman. 2006. Peningkatan dan Penguasaan Konsep Materi Pokok Usaha dan Energi

dengan Pendekatan Konstruktivisme. FKIP,UNILA: Bandar Lampung.

Alma, Buchari. 2008. Guru Profesional Menguasai dan Terampil Mengajar. Alfabeta: Bandung:.

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka: Jakarta

Anonim 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Aqib, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya:Bandung.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007.Manajemen Penelitian.Rineka Cipta: Jakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta: Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo : Jakarta .

Munawar, Indra. 2009. Pengertian Hasil Belajar. http//indramunawar.blogspot. com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html.Diakses 15 mei 2010.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press: Jakarta

Narudin, Davit. 2008. Pembelajaran Cooperative tipe Group Investigation.

(http://wordpress.com/2008/04/08/pembelajaran-cooperative-tipe-group-investigation-gi/) Diakses: Senin, 12 Desember 2011. Pukul 15.40 WIB.

Nasution,s. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara:Jakarta.

Nurmala Dewi, Fitria.2010,Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN

Kasin Malanghttp://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/15664) Diakses:

(54)

Hamalik, Oemar.2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta

_____________.2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Permendiknas No 22 tahun 2006

Poerwanti, Endang. dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD.. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas: Jakarta

Priyanto, Dwi. 2011. Penerapan Metode Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V SDN Banyurip 2 Kecamatan Sambungmacan

Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran

2010/2011(http://etd.eprints.ums.ac.id/15637/)Diakses: jumat, 12 Januari 2011. Pukul

13.45 WIB.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosdakarya: Bandung.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta: Bandung

Santoso, Eko Budi. 2011. Model Pembelajaran Group Investigation.

(http://ras-eko.blokspot.Com/2011/05/model-pembelajaran-group-investigation567.html.) Diakses: Senin, 12 Desember 2011. Pukul 13.35 WIB.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press: Jakarta.

Sayuti, Rumi. 2010. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen pada Matapelajaran IPA di Kelas V SD NEGERI 03 Varia Agung Tahun Pelajaran

2009/2010 (Skripsi). Unila: Bandar Lampung

Slavin, Robert, E. 2010. Cooperative Learning. Teori, Riset, dan Praktek. Nusa Media: Bandung.

(55)

Sutrisno, Leo, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Depdiknas Dirjen Dikti: Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana:.Surabaya.

Undang-undang no 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(56)
(57)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jenis Data dan Alat Pengumpul Data ... 24

2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 37

3. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I pertemuan I ... 41

4. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I pertemuan II... 42

5. Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I Pertemuan I ... 43

6. Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II ... 45

7. Distribusi Frekwensi Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 47

8. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II pertemuan I... 54

9. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II pertemuan II ... 55

10.Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I... 57

11.Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus II Pertemuan II... 59

12.Distribusi Frekwensi Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II... 60

13.RekapitulasiPerolehan Aktivitas siswa... 63

14.RekapitulasiNilaiKinerja guru ... 65

[image:57.612.74.458.149.467.2]
(58)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirohim

Kupersembahkan karya kecilku ini sebagai rasa syukur kepada Allah dan terima kasih serta bangga kepada :

Bapak dan Ibu Tercinta BapakRajimandanIbuSandiyem

Yang telah mendidik dengan kasih sayang serta memberiku motivasi untuk menjadi anak yang dapat membuat bangga orang tua.

Abangku Aris Eka Rasandi

(59)
(60)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Mas Kecamatan Jabung Lampung Timur tanggal 6 Agustus 1990, sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan bapak Rajiman dan ibu Sandiyem.

Pendidikan penulis dimulai dari SDN 1 Tritunggal Jaya dan tamat pada tahun 2002 selanjutnya penulis melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 penawartama Tulang Bawang yang diselesaikan pada tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan ke SMA Arjuna Bandar Lampung kemudian pindah sekolah di SMA Utama Metro jurusan IPS dan menyelesaikan pendidikan SMA nya tahun 2008.

(61)
(62)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah dan

nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Aktivitas

dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation pada

Mata Pelajaran IPA Kelas V C SD Negeri 06 Metro Baratsebagai syarat meraih gelar sarjana

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penyelesaian

skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karena

itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M. S., selaku Rektor Universitas Lampung, yang

telah memberi dukungan serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan baik.

2. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. , selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang

telah memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP

Universitas Lampung yang telah memberi kemudahan serta dukungan kepada penulis

dalam penyelesaian skripsi.

4. Bapak Dr. H. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung

yang senantiasa memberikan motivasi serta saran kepada penulis sehingga skripsi ini

(63)

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd.,selaku Ketua UPP PGSD Metro yang senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan serta dukungan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Dra. Sulistiasih, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan

saran serta motivasi terhadap pengajuan judul skri

Gambar

Tabel 1 : Jenis Data dan Alat Pengumpulan Data
Tabel  Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pembuatan tepung mocaf masyarakat Kaur menggunakan bakteri asam laktat yang harus dibeli diluar daerah, kemudian dilakukan perendaman ubi kayu yang mampu

pengaruh kadar IL-8 plasma pada perbaikan klinis pasien dengan skor CAT dan. lama rawat inap pasien PPOK eksaserbasi dengan tambahan terapi

3.2.1 Kondisi Sosial Masyarakat Rusia pada Pertengahan Abad XIX yang tergambar dalam Novel

Dari hasil ini membuktikan hipotesis yang menyatakan “ Week Four Effect pada Jakarta Islamic Indeks yang menyebabkan perbedaan return pada Senin minggu ke 1, 2 dan 3 dengan

Freedom needs equality to make a harmony. Equality in the concept of anarchism does not mean that everything should be divided in equal number. Equality means

Berdasarkan lampiran 15 menunjukkan bahwa sebagian besar sumber informasi yang didapatkan responden melalui tenaga kesehatan yang mempunyai sikap positif dalam

a. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.

Peruntukan tahunan yang dikeluarkan bagi setiap Kementerian dan Jabatan untuk membiayai perbelanjaan Gaji Kakitangan, Lain-lain Belanja Tahunan Yang Berulang-ulang