ABSTRACT
THE PRESERVATION OF INACTIVE WHOLE CELL VACCINE OF Aeromonas salmonicida WITH ADDITIONAL OF GLYCEROL
By
RINDA ARYANI PUTRI
ABSTRACT
Inactive whole cell vaccine of A. salmonicida has has the high level of immunogenecity on common carp. To maintain the stability of the vaccine imunogenecity, the best storage was needed. Glycerol has been known to be able to maintain the integrity of the cell in cold storage. The purpose of this research was to know the best dosage of glycerol in the storage of inactive whole cell vaccine of A. salmonicida. Vaccine was inactived with 1% formaline and incubated for 24 hours at room temperature. The density of vaccine was counted and then vaccine was added with 0,25%, 0,50%, 0,75% of glycerol. Two other treatments were used as positive (vaccine without glycerol) and negative (without vaccine, contains PBS) controls. The vaccine was tested on 10 fish/treatment by intraperitoneal injection (107cell/fish). Vaccination and booster were done in 0 day and 30 days of storage using a different fish. Observation of titer antibody was done before vaccination, a week after vaccination and a week after the booster. Water quality as supporting parameter was observed every day, including DO, pH and temperature. As a results, the highest level of titer antibody was reached on vaccine with the adding dosage of 0,50% of glycerol with the average 256 times dilution on the storage of vaccine 30 days. Water quality during this research that was still in normal for common carp life. In conclusion, the best dosage to keep the level of immonugenecity of A. salmonicida vaccine was the additional 0,50% of glycerol.
ABSTRAK
PENYIMPANAN VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL
Oleh
RINDA ARYANI PUTRI
ABSTRAK
Vaksin inaktif whole cell A. salmonicida memiliki tingkat imunogenesitas yang cukup tinggi pada ikan mas (Cyprinus carpio L). Untuk menjaga stabilitas imunogenesitas vaksin tersebut, perlu dilakukan penyimpanan yang baik. Gliserol diketahui mampu menjaga keutuhan sel dalam penyimpanan dingin. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dosis gliserol terbaik dalam penyimpanan vaksin whole cell A. salmonicida.Vaksin diinaktifasi dengan formalin 1% dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu ruang. Kepadatan vaksin dihitung lalu ditambahkan gliserol dengan dosis 0,25%, 0,50%, 0,75% dan 2 perlakuan lain sebagai kontrol positif (vaksin tanpa gliserol) dan negatif (tanpa vaksin, berisi PBS). Vaksin diujikan pada 10 ekor ikan mas per perlakuan dengan cara penyuntikan intraperitoneal (107 sel/ikan). Seminggu berikutnya dilakukan booster dengan metode dan dosis yang sama. Vaksinasi dan booster dilakukan pada penyimpanan vaksin 0 hari dan 30 hari dengan menggunakan ikan mas yang berbeda. Titer antibodi diamati sebelum vaksinasi, seminggu setelah vaksinasi, dan seminggu setelah booster, baik pada penyimpanan 0 hari dan 30 hari. Parameter pendukung kualitas air akuarium diamati setiap hari meliputi DO, pH dan suhu. Hasil penelitian menunjukkan tingkat titer antibodi tertinggi pada vaksin dengan penambahan dosis gliserol 0,50% dengan rata-rata 256 kali pengenceran pada uji penyimpanan vaksin 30 hari. Hasil pengukuran kualitas air, secara umum masih berada dalam kisaran normal untuk kelangsungan hidup ikan mas. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dosis gliserol terbaik dalam mempertahankan tingkat imunogenesitas vaksin A. salmonicida adalah vaksin dengan penambahan gliserol 0,50%.
PENYIMPANAN VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL
(Skripsi)
Oleh
RINDA ARYANI PUTRI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
PENYIMPANAN VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL
Oleh
RINDA ARYANI PUTRI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Aeromonas salmonicida ... 7
2.1.2 Karakteristik Aeromonas salmonicida ... 8
2.1.3 Gejala Klinis Infeksi A. salmonicida ... 9
2.2 Vaksinasi ... 10
2.3 Gliserol ... 12
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 14
3.2 Alat dan Bahan ... 14
3.2.1 Penelitian Pendahuluan ... 14
3.2.1.1 Pembuatan Media ... 14
3.2.1.2 Pembuatan Vaksin A. salmonicida dengan Gliserol... 14
3.2.1.3 Persiapan Penelitian ... 15
3.2.2 Uji Penambahan Gliserol pada Vaksin A. salmonicida ... 15
3.2.3 Pengamatan ... 15
3.2.3.1 Titer Antibodi ... 15
3.2.3.2 Analisis Kualitas Air ... 16
3.3 Rancangan Penelitian ... 16
3.4.1 Penelitian Pendahuluan ... 16
3.4.1.1 Pembuatan Media ... 16
3.4.1.2 Pembuatan Vaksin A. salmonicida dengan Gliserol... 17
3.4.1.3 Persiapan Penelitian ... 18
3.4.2 Uji Penambahan Gliserol pada Vaksin A. salmonicida ... 18
3.4.3 Pengamatan ... 18
3.4.3.1 Titer Antibodi ... 18
3.4.3.2 Kualitas Air ... 20
3.5 Paramater Uji ... 20
3.6 Analisis Data ... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 21
4.1.1 Titer Antibodi Vaksin dengan Dosis Gliserol berbeda ... 21
4.1.2 Parameter Kualitas Air ... 26
4.2 Pembahasan ... 26
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 31
5.2 Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
DAFTAR ISTILAH ... 38
DAFTAR ISTILAH
Aglutinasi : penyatuan partikel atau sel yang terdapat dalam cairan (seperti aglutinasi sel darah merah apabila darah berbagai golongan dicampur atau aglutinasi bakteri dalam kondisi tertentu)
Antigen : sebuah zat yang merangsang respon imun, terutama dalam menghasilkan antibodi. Antigen biasanya berupa
protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil (hapten) yang bergabung dengan protein-pembawa atau carrier.
Antibodi : Glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi dari limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut.
Cryopreservation : proses pembekuan jaringan.
Cryoprotectant : suatu bahan yang bisa digunakan untuk menghambat pembentukan kristal es pada proses cryopreservasi sperma ikan.
Dropsy : gejala dari suatu penyakit tapi bukan merupakan penyakit itu sendiri. Gejalanya yaitu pembengkakan pada rongga tubuh ikan.
Fagosit : Sel darah putih yang melindungi tubuh dengan menelan partikel asing berbahaya, bakteri, dan sel-sel mati atau sekarat
Furunculosis : Penyakit yang disebabkan oleh A. salmonicida yang awalnya menyerang ikan salmon dan menyebar ke ikan air tawar seperti ikan mas.
Imun : Kekebalan tubuh
Imunogen : Zat yang dapat menimbulkan respon imun spesifik dalam tubuh berupa pembentukan antibodi.
Imunogenesitas : Tingkat imunogen untuk merespon imun tubuh
Indol : suatu senyawa organik yang berupa aromatik heterosiklik.
Injeksi IP : Suntikan zat ke dalam peritoneum (rongga tubuh) ikan.
Laktosa : bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa.
Levigation : pengendapan larutan untuk memisahkan partikel dasar yang ada dalam larutan tersebut.
Limfosit : Sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan vertebrata, limfosit memiliki peranan penting dalam sistem pertahanan tubuh
Makrofag : Sel darah putih dalam jaringan, yang dihasilkan oleh pembagian monosit
MHC : (Major Hitocompatibility Sitokini Complex) Sekumpulan gen yang ditemukan pada semua jenis vertebrata. Protein MHC yang disandikan berperan dalam mengikat dan
mempresentasikan antigen peptida ke sel T.
Monosit : Sebuah leukosit berinti sel tunggal (mononuklear) yang relatif besar yang biasanya berkisar pada 3-7% dari leukosit dalam sirkulasi darah dan umumnya ditemukan pada kelenjar getah bening/limfa, sumsum tulang, dan jaringan ikat.
Mutasi : Perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom.
Neutrofil : Satu jenis sel darah putih, khususnya yang berbentuk granulosit, yang berisi pewarnaan butiran netral, kantung-kantung kecil enzim yang membantu sel untuk membunuh dan mencerna mikroorganisme setelah ditelan oleh fagositosis.
Patogen : Agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya
Residu : Sisa bahan yang tidak terpakai (ampas).
Resistensi : Resultan dari mekanisme tubuh yang dapat menghalang-halangi atau mencegah invasi, multipliksi dari bibit penyakit kedalam tubuh atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh racun yang dikelurkan oleh bibit penyakit.
Sel dendrite : Sel-sel kekebalan yang berfungsi dalam presentasi antigen dan aktivasi limfosit T
Sel Plasma : Benda bersifat hidup yang terdapat di dalam sel, berbentuk cairan yang agak kental.
Sel B : Limfosit yang memainkan peran penting pada respon imun humoral yang berbalik pada imunitas selular yang diperintah oleh sel T.
Sel memori : sekelompok sel yang membantu tubuh mempertahankan diri terhadap penyakit dengan mengingat paparan sebelumnya dari organisme tertentu (misalnya virus atau bakteri).
Psikofil : bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
Thawing : merupakan proses kelanjutan dari proses freezing. Thawing akan mengembalikan bahan baku ataupun produk dari yang semula berbentuk fase padat menjadi fase cair.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E., dan Liviawaty, E. 1992. Pengendalian Hama & Penyakit Ikan. Cetakan Pertama. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta. 89 hal.
Almendras, J.M.E., 2001. Immunity and biological methods of diseases
prevention and control. In Health Management in Aquaculture. Aquaculture Department, Southeast Asian Fisheries Development Center, Iloilo,
Philippines.
Anonim. 1995. National Guidlines for Vaccine Storage And Transportation. Canada Communicable Disease Report. 21: 93 – 97.
<http://publications.gc.ca/collections/Collection/H12-21-21-11E.pdf>. Diakses tanggal 9 Desember 2011.
______. 2006a. Glycerol. Encyclopedia Columbia University Press. <http://www.encyclopedia.com/topic/glycerol.aspx>. Diakses tanggal 9
Desember 2011.
______. 2006b.Glycerol. Britanica Concise Encyclopedia.
<http://www.answers.com/topic/glycerol>. Diakses tanggal 9 Desember 2011.
______. 2006c. Cryopreservation of Mammalian
Cells.<http://www.invitrogen.com/etc/medialib/en/filelibrary/pdf.Par.0555. File.dat/Cryopreservation_Cryoprsvtn_Mamm.pdf>. Diakses tanggal 9 Desember 2011.
Astuti, P., Alam, G., Pratiwi, S.U.T., Hertiani, T., dan Wahyuono, S. 2003. Skrining senyawa anti infeksi dari spons yang dikoleksi dari Bunaken, Manado. Biota. Vol. VIII 127: 47-52.
Atmomarsono, M., Muliani dan Imah, M. 2004. Pengaruh Jenis Vaksin dan Konsentrasi Vitamin C Terhadap Sintasan Pasca Larva Udang Windu Yang Dipapar Dengan White Spot Syndrome Virus (WSSV). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 10: 41 – 46.
Bangun, A. 1992. Petunjuk Laboratorium Antibodi Monoklonal. Pusat Antar Universitas – Bioteknoligi. UGM. Yogyakarta. 186hal.
Cipriano dan Bullock, G. 2001. Furunculosis And Other Diseases Caused By Aeromonas Salmonicida. Fish Diseases Leaflet 66. West Virginia. 33 hal.
Cholik, F. 2005. Akuakultur. Masyarakat Perikanan Nusantara. Taman Akuarium Air Tawar. Jakarta. Global Aquaculture. Advocade. 5(3): 36-37.
David, M.A. 2006. Glycerol : A Jack of All Trades. Toronto.
<http://www.chem.yorku.ca/hall_of_fame/essays96/glycerol.htm>. Diakses tanggal 9 Desember 2011.
Ellis, A. E. 1988. Fish Vaccination. Academic Press. New York. 225hal.
Firdaus, A. 2004. Pengaruh Pemberian Vitamin C Dalam Percobaan
Imunoprofilaksis Terhadap Infeksi Bakteri Streptococcus iniae Pada Ikan Nila (Oreocromis niloticus Linne). Program Studi Teknologi Dan
Managemen Akuakultur. Departemen Budidaya Perikanan. Fakultas Perikanan Dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Gazali, M. dan Surya, N. T. 2002. Kriopreservasi Sel Spermatozoa. Jurnal Hayati 9(1): 27-32.
Ghufran, M dan Kordi K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Bina Adiaksa dan Rineka Cipta. Jakarta. 190 hal.
Kamiso H.N., Triyanto, Sukiman W.S., Sri H., Bambang, T dan Sri Sulandari. 1990. Uji Coba Vaksin Aeromonas hydrophila terhadap Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepenus). Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Kristini, T. D. 2008. Faktor-Faktor Risiko Kualitas Pengelolaan Vaksin yang Buruk di Unit Pelayanan Swasta (Studi Kasus di Kota Semarang). Universitas Diponegoro. Semarang.
Kordi, K. dan M. Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan Pertama.PT Rineka Cipta; Jakarta. 190 hal.
Kurniastuty, T., Tusihadi, dan Hartono, P. 2004. Hama dan Penyakit Ikan dalam Pembenihan Ikan Kerapu. DKP, Dirjen Perikanan Budidaya, Balai
Budidaya Laut Lampung, Lampung. Hal 56 – 58.
Lee, E. 2001. What is The Function Egg Yolk And Glycerol In Cryopreservation. <www.madsci.org/posts/archives/jun2001/991963961.Cb.r.html - 9k ->. Diakses tanggal 10 Desember 2011
Lio-Po, G.D.; Leano, E.M.; Usero, R.C.; dan Guanzon Jr., N.G., 2002.Vibrio harveyi and the green water culture of Penaeus monodon. In: Inui, Y., Cruz-Lacierda, E.R. (Eds.), Disease Control in Fish and Shrimp Aquaclture in Southest Asia. Diagnosis and Husbandry Techniques. SEAFDEC
AQD, Iloilo,Philippines. Hal 172-180
Lusiastuti, A. M., Purwaningsih U., dan Hadie, W. 2010. Potensi Imunogenik Sel Utuh (Whole Cell) Streptococcus agalactiae Yang Diinaktivasi dengan Formalin Untuk Pencegahan Penyakit Streptococosis Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Bogor. Pusat Riset Perikanan Budidaya.
Markedstat, A. dan Grave, K. 1997. Reducation of antibacterial drug use in Norwegian fish farming due to vaccination. Dev. Biol. Stand. 90: 365-369.
Mclaughlin, E.A., Ford, W.C.L. dan Hull, M.G.R.. 1992. The contribution of the toxicity of a glycerol-egg yolkcitrate cryopreservative to the decline in human sperm motility during cryopreservation. J. Reprod. Fert., 95: 749-754.
Meek. 2004. Effect of Heat And Cold on Vaccines. Proceding of The National Vaccine Storage Whorkshop. Brisbane. <http://www.pdfio.com/k-292092.html>. Diakses tanggal 9 Desember 2011.
Milien, N., Mark, W., Shane, A dan Neeraj A. 2004. Technical Issues With Refrigerators. Proceding of The National Vaccine Storage Whorkshop. Brisbane.
<http://www.phac-aspc.gc.ca/publicat/2007/nvshglp-ldemv/section3-eng.php>. Diakses tanggal 9 Desember 2011.
Noga, E.J. 2000. Fish Disease: Diagnosis and Treatment. Iowa: Iowa State Press.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta. Universitas Indonesia (UI-Press). 472 hal.
Radji. 2010. Imunologi dan Virologi. Pt. Isfi Penerbit: Jakarta Barat. 323 hal.
Retmonojati, K. 2007. Penyimpanan Vaksin Polivalien Vibrio dengan
Penambahan Adjuvant dan Gliserol. Skripsi Jurusan Perikanan. Fakultas Pertanian, Universitas Gajahmada, Yogyakarta.
Rizzal M., Toelihere. M.R., Yusuf, T.L., Purwantara, B. dan Situmorang, P. 2002. Kualitas Semen Beku Domba Garut dalam Berbagai Konsentrasi Gliserol. J. Ilmu Ternak dan Veteriner 7 (3): 194-199.
Robersson, B.S. 1990. Bacterial Agglutination. In: J. S. Stolen, T. C. Fletcher, D.P. Anderson, B. S. Roberson, and W. B. Van Muiswinkle (eds). Techniques In Fish Immunology. SOS Publication, Fair Heaven, New Jersey. Hal 81-86.
Setyawan A., Siti H., Zulfikar S., dan Sumino. 2012. Imunogenesitas Vaksin Inaktif Whole Cell Aeromonas salmonicida Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Aquasains. Vol I (1) : 18-21.
Soeripto. 2002. Pendekatan Konsep Kesehatan Hewan Melalui Vaksinasi. Jurnal Litabang Pertanian, 21(2). Hal: 54.
Supriatna, I. dan Pasaribu, F,H. 1992. In Vitro Fertilisasi, Transfer Embrio dan Pembekuan Embrio. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Supriyadi, H. dan Rukyani, A. 1990. lmunopropilaksis dengan cara vaksinasi pada usaha budidaya ikan. Seminar Nasional ke-Il Penyakit Ikan dan Udang, Bogor.
Tambing, S.N., Mozes, R.T., Tuty, L.Y., dan Sutama, I.K. 2000. Pengaruh gliserol dalam pengencer Tris terhadap kualitas semen beku kambing Peranakan Etawah. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 5 (2) : 1-8
Tambunan, I. R., dan Ika, M. 2003. Pemanfaatan Teknik Kriopreservasi dalam Penyimpanan Plasma Nutfah Tanaman. Buletin Plasma Nutfah 9 (2): 10-18.
Tizard, I. 1988. An Introduction To Veterinary Immunology. Penterjemah : P. Masduki dan S. Hardjosworo. Pengantar Immunologi Veteriner. Universitas Airlangga. Surabaya. 197hal.
Tossin, M. R., Sunarto dan Sabariah. 2008. Pengaruh Dosis Pakan Berbeda terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Baung (Macrones sp.) dengan Sistem Cage-Cum-Cage. Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(1): 59-64.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi dalam usaha budidaya ikan. Akibat yang ditimbulkan biasanya tidak sedikit antara lain dapat menyebabkan gangguan pada ikan budidaya bahkan dapat menyebabkan kematian hingga 100% dan sangat merugikan terutama secara ekonomi (Kurniastuty et al., 2004).
Bahan kimia dan antibiotika telah banyak digunakan dalam penangulangan penyakit pada ikan. Namun demikian penggunaan bahan kimia secara terus menerus tentu saja akan menimbulkan efek negatif baik bagi lingkungan, ikan maupun konsumen dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan timbulnya resistensi serta bersifat residu pada ikan (Astuti et al., 2003).
menggunakan vaksin maupun imunostimulan mulai banyak dikembangkan sebagai alternatif lain dalam pencegahan penyakit ikan.
Penggunaan vaksin merupakan salah satu upaya preventif yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pengendalian penyakit bakteri. Soeripto (2002)
menyebutkan bahwa vaksinasi merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit serta terjadinya resistensi bakteri dan residu antibakteri pada hewan (termasuk ikan) dengan cara pemberian vaksin ke dalam tubuh ikan. Vaksin merupakan sediaan antigen yang didapat dari mikroorganisme patogen yang dilemahkan atau dimatikan, dan meningkatkan kekebalan dengan pembentukan antibodi (Bangun 1992).
Beberapa vaksin yang telah dikembangkan dan berhasil menanggulangi penyakit ikan antara lain vaksin A. salmonicida terhadap penyakit furunculosis di
tersebut memiliki imunogenisitas yang cukup tinggi pada ikan mas yang ditunjukkan dengan titer AB yang mencapai 27 (Setyawan et al., 2012).
Vaksin memiliki beberapa keuntungan dalam penanggulangan penyakit ikan antara lain adalah dampak sampingan relatif tidak ada atau sangat kecil baik terhadap lingkungan hidup maupun ikan, tingkat perlindungan cukup tinggi, perlindungan cukup lama sehingga dengan satu kali vaksinasi dapat melindungi ikan terhadap infeksi selama pemeliharaan yang kira-kira 3 – 4 bulan (Kamiso, 1990). Namun vaksin juga memiliki kendala antara lain cara pemberian vaksin, daya penyerapan ke dalam tubuh ikan serta masalah penyimpanan. Penelitian ini lebih difokuskan pada masalah penyimpanan. Vaksin mudah rusak sehingga diperlukan alat dan cara penyimpanan tertentu, misalnya tempat yang bebas sinar matahari dan dingin, dimana hal ini merupakan kesulitan bagi petani (Kamiso, 1990). Vaksin merupakan substansi biologi yang cukup sensitif dan berpotensi untuk rusak selama dalam proses penyimpanan terutama untuk waktu yang lama, sekitar 2 bulan.
Penyimpanan vaksin yang tidak baik menyebabkan vaksin mudah rusak yang berarti tidak dapat digunakan untuk melawan target penyakit karena
karena pada kondisi tersebut vaksin akan lebih stabil (Anonim 1995 ; Millien et al. 2004).
Selain dengan memperhatikan waktu penyimpanan vaksin, penyimpanan vaksin juga dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia, salah satunya yaitu menggunakan gliserol. Gliserol merupakan media yang digunakan untuk
melindungi kerusakan bahan yang disimpan dengan metode pendinginan. Gliserol berperan sebagai komponen antifreeze dalam suatu campuran atau larutan
(Anonim, 2006a). Gliserol akan mencegah kerusakan pada proses pembekuan karena gliserol akan menurunkan suhu pembekuan. Selain itu gliserol juga
merupakan bahan penetrating cryoprotectant, yaitu bahan pelindung dalam proses cryopreservation yang melindungi bahan secara intraseluler maupun ekstraseluler
(Lee, 2001). Gliserol dapat digunakan sebagai pengawet yang dapat
mempertahankan kualitas bahan karena sifatnya yang stabil (David, 2006).
Sebelumnya sudah pernah dilakukan penelitian tentang penyimpanan vaksin polivalen Vibrio dengan penambahan gliserol. Hasil yang didapatkan perlakuan penambahan gliserol 0,50% yang disimpan pada suhu refrigerator menunjukkan kecenderungan penurunan kualitas vaksin yang lebih stabil (Ratmonojati, 2007). Dengan mempertimbangkan masalah penyimpanan tersebut, maka perlu
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui dosis gliserol terbaik dalam penyimpanan vaksin A. salmonicida.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai gliserol yang dapat mempertahankan tingkat imunogenisitas vaksin dan dapat menyimpan vaksin dalam waktu relatif lama.
1.4 Kerangka Pikir
Penyakit pada ikan merupakan masalah yang umum dihadapi para pembudidaya ikan. Kerugian yang diakibatkan seperti penurunan kualitas ikan bahkan dapat mencapai kematian pada ikan. Cara menanggulangi permasalahan tersebut kebanyakan dilakukan dengan penggunaan bahan kimia dan antibiotika. Namun penggunaan bahan – bahan tersebut secara terus menerus dapat menyebabkan timbulnya resistensi dan bersifat residu pada ikan (Astuti et al., 2003). Oleh sebab itu pencegahan penyakit dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat
menimbulkan kekebalan baik dengan menggunakan vaksin maupun
imunostimulan telah banyak dilaksanakan. Saat ini sedang dikembangkan vaksin A. salmonicida di Laboratorium Budidaya Perikanan, Program Studi Budidaya
Untuk mempertahankan imunogenisitas vaksin A. salmonicida tersebut terutama dalam penyimpanan untuk waktu yang cukup lama, perlu dilakukan penelitian tentang penyimpanan vaksin A. salmonicida dengan menambahkan gliserol. Lee (2001) menyebutkan bahwa gliserol merupakan bahan penetrating cryoprotectant, yaitu merupakan bahan pelindung dalam proses cryopreservation yang
melindungi bahan secara intraseluler maupun ekstraseluler. Keunggulan dari gliserol itu sendiri menurut Anonim (2006b) yaitu :
1. melindungi kerusakan bahan yang disimpan dengan metode pendinginan, misalnya dalam pembekuan darah ataupun jaringan tubuh yang lain. 2. mencegah kerusakan pada proses pembekuan karena gliserol akan
menurunkan suhu pembekuan.
3. melindungi sel dari kontaminasi dan dapat mencegah perubahan genetik pada sel tersebut.
4. dapat digunakan sebagai pengawet yang dapat mempertahankan kualitas bahan karena sifatnya yang stabil.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aeromonas salmonicida
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi A. salmonicida
A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak
motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif, oxidase positif, menghasilkan enzim galatinase, tampak seperti rantai
berpasangan, berwarna putih, berbentuk bulat (circulair) dengan permukaan cembung (convex) (Anonim, 2007).
Gambar 1. Aeromonas salmonicida (Sumber: Cipriano and Bullock, 2001) Keterangan gambar : A : A-Layer (Dinding sel)
OM : Outer membrane (Membran luar) R : Rigid layer (Membran kaku)
Cipriano dan Bullock (2001) menyebutkan bahwa A. salmonicida diklasifikasi sebagai berikut :
Superkingdom : Bacteria Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria Ordo : Aeromonadales Famili : Aeromonadaceae Genus : Aeromonas Spesies : A. salmonicida
Bakteri A. salmonicida memiliki banyak subspesies yang masing – masing memberikan sifat dan patogenitas yang berbeda. Selain membagi secara taksonomi, A. salmonicida juga dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan
karakteristiknya yaitu tipikal dan atipikal (Cipriano dan Bullock, 2001). Strain tipikal mempunyai karakteristik yang homogen sifat morfologi dan biokimianya. Strain atipikal mempunyai karakteristik memiliki banyak variasi dari sifat
fisiologi, biokimia dan serologi serta ketahanan terhadap antibiotik (Cipriano dan Bullock, 2001).
2.1.2 Karakteristik A. salmonicida
Warna : Putih
Bentuk : Bulat (Circulair) Permukaan : Cembung (Convex)
Uji Biokimia : menghasilkan in ndol dan laktosa, menghasilkan enzim
gelatinase
Pada medium Furunculosis Agar (FA) membentuk pigmen, terutama untuk
subspesies salmonicida
Bakteri ini tidak dapat hidup lama tanpa inangnya dan suhu optimal bagi
pertumbuhannya antara 22 – 28oC, sedangkan pada suhu 35oC pertumbuhannya terhambat. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut dan dikenal sebagai penyebab penyakit furunculosis (Cipriano dan Bullock, 2001).
2.1.3 Gejala Klinis Infeksi A. salmonicida
Ciri-ciri ikan yang terserang bakteri A. salmonicida menunjukkan gejala warna tubuh ikan yang berubah menjadi agak gelap, kemampuan berenang ikan
menurun, sirip menjadi geripis, ikan kehilangan nafsu makan, kulit ikan melepuh, insang terlihat pucat keputih-putihan, mata ikan menjadi agak menonjol, dan terjadi pendarahan pada kulit dan insang. Bila dibedah, maka organ-organ dalam seperti usus, ginjal, hati dan limpa akan terlihat mengalami pendarahan (Kordi dan Ghufran, 2004).
terhenti dan merembes keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan, rongga tubuh dan rongga mata. Diagnosa berdasarkan sisik yang berdiri atau
menggembang yang biasanya disebabkan kerusakan pada hati dan ginjal (Masada, 2000; Handayani dan Samsudari, 2005).
2.2 Vaksinasi
Vaksin adalah satu antigen yang biasanya berasal dari suatu jasad patogen yang telah dilemahkan atau dimatikan, ditujukan untuk meningkatkan ketahanan (kekebalan) ikan atau menimbulkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit tertentu. Sedangkan vaksinasi merupakan salah satu upaya penanggulangan penyakit pada hewan (termasuk ikan) dengan cara pemberian vaksin ke dalam tubuh hewan agar memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit (Ghufran dan Kordi, 2004).
Syarat dari suatu vaksin adalah harus bersifat immunogen, artinya harus dapat merangsang dalam pembentukan antibodi yang bertujuan untuk mendapatkan kekebalan secara aktif, dimana antigen tersebut akan merangsang sel limfoid membentuk antibodi (Atmomarsono et al., 2004).
Radji (2010) menyebutkan bahwa vaksin yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai beikut:
c. vaksin mudah didapat dengan harga yang terjangkau
d. vaksin memenuhi persyaratan kualitas mutu yang baik dan aman untuk digunakan.
Ghufran dan Kordi (2004) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi vaksinasi pada ikan antara lain:
1. Temperatur, karena pada temperatur yang rendah, produksi antibodi lambat 2. Umur dan berat ikan, vaksinasi jangan dilakukan pada ikan yang umurnya
kurang dari 2 minggu dan berat badannya kurang dari 1 gram.
Lio-po et al., (2002) mengatakan bahwa vaksinasi dilakukan tergantung dari spesies ikan, ukuran, model budidaya, penyakit dan umur ikan. Ada 4 metode pemberian vaksin yaitu :
1. Perendaman. Metode pemberian vaksin dengan cara ini biasanya dilakukan pada ikan yang berukuran kecil. Namun metode perendaman membutuhkan biaya yang tinggi. Antigen akan diambil melalui insang, kulit dan linea lateralis serta masuk melalui mulut dengan cara ditelan.
2. Spray atau penyemprotan. Vaksinasi melalui penyemprotan merupakan variasi dari vaksinasi perendaman. Metode ini dapat digunakan pada ikan yang berukuran lebih besar dari ikan yang divaksin dengan metode perendaman. Penyemprotan dilakukan di bawah insang dengan
menyemprotkan dua kali atau lebih tetapi tidak lebih dari sepuluh menit. 3. Peroral. Vaksinasi dengan metode ini dilakukan dengan dicampurkan pada
meninggalkan bekas luka pada ikan, menghindari resiko stress, dapat memilih waktu pemberian vaksin yang tepat dan aman bagi pemberi vaksin serta tidak ada penyebaran infeksi setelah selesai dilakukan pemberian vaksin.
4. Injeksi atau penyuntikan. Metode penyuntikan sering digunakan pada industri salmon. Satu suntikan dapat menaikkan imunitas ikan hingga dapat dilakukan pemeriksaan bersamaan dengan pemberian vaksin, mengetahui jumlah ikan yang divaksin, monitoring untuk abnormalitas, serta dapat mengetahui tanda-tanda penyeakit yang timbul.
2.3 Gliserol
Gliserol ialah suatu trihidroksil alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon
(Poedjiadi, 1994). Gliserol mempunyai sifat fisik berbentuk cairan kental bening atau kuning pucat dan tidak berbau serta mempunyai titik lebur atau cair 17,8o C, titik didih 290o C, suhu kritis yang dapat merusak 492,2o C, tekanan kritis yang dapat merusak 42,5 atm (David, 2006).
HO CH2
HO CH HO CH2
Gambar 2. Gliserol (Sumber: Poedjiadi, 1994)
Lee (2001) menyatakan bahwa gliserol akan mencegah kerusakan pada proses pembekuan karena gliserol akan menurunkan suhu pembekuan. Gliserol biasanya digunakan dalam proses cryopreservation (penyimpanan dalam suhu dingin) maupunkultursel untuk melindungi sel dari kontaminasi dan dapat mencegah perubahan genetik pada sel tersebut (Anonim, 2006c). Gliserol juga dapat mencegah kerusakan sel pada proses pendinginan dan thawing. Gliserol
III. METODOLOGI
3.1Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2012 di
Laboratorium Budidaya Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.2Alat dan Bahan
3.2.1 Penelitian Pendahuluan 3.2.1.1Pembuatan Media
1. Alat : Petridish (Normax®), tabung reaksi (Iwaki glassTM), Erlenmeyer (Pyrex®), hot stirrer plate (Stuart CB162TM), corong (Iwaki glassTM), lampu bunsen, autoclave, sprayer, Alumunium foil, timbangan digital (BOECO Germany d=0,001 gr), kapas, karet, plastic dan refrigerator.
2. Bahan : Alkohol 70%, aquadest, media TSA (OXOIDTM, USA), TSB (OXOIDTM, USA), GSP.
3.2.1.2Pembuatan Vaksin Aeromonas salmonicida dengan Gliserol 1. Alat : Jarum ose, spektrofotometer (Genesys-20, Thermospectronic),
mikropipet (Nesco®), dan sentrifuge(80–2).
3.2.1.3Persiapan Penelitian
1. Alat : Akuarium ukuran 60x40x40 cm3 15 buah (5 perlakuan dengan 3 kali ulangan), aerator, selang aerasi, dan batu aerasi.
2. Bahan : Ikan mas (Cyprinus carpio L) ukuran ± 30 gr sebanyak 200 ekor (berasal dari petani ikan, Pringsewu, Lampung), dan pakan ikan komersil (merk 781 dengan kadar protein 30 – 32%) .
3.2.2 Uji Pengaruh Penambahan Gliserol pada Vaksin Aeromonas salmonicida
1. Alat : Spuit 26 G ½” ukuran 1 ml (TerumoTM), botol falcon (IwakiTM), alat penangkap ikan, baskom berbahan plastik.
2. Bahan : Ikan uji, vaksin inaktif A. salmonicida, vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan gliserol 0,25%, vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan gliserol 0,50%, dan vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan gliserol 0,75%.
3.2.3 Pengamatan 3.2.3.1Titer Antibodi
1. Alat : Needle/spuit 26 G ½” ukuran 1 ml (TerumoTM), refrigerator (LG), botol falcon (IwakiTM), microtiter plate (REF. 650101, Greiner bio – oneTM ; PS – microplate – 96 well), mikropipet (Nesco®), tabung eppendorf (Pyrex®. Under lic), plastic, dan sentrifuge(80–2).
3.2.2.2Analisis kualitas air
1. Alat : Termometer suhu (Japan. 1-1000C), pH meter (Hanna Instruments. Microcomputer. Ketelitian : 0,00 – 14,00), dan DO meter (Lutron . DO-5509). 2. Bahan : Sampel air akuarium pemeliharaan ikan mas (Cyprinus carpio L).
3.3Metode Penelitian
3.4.1 Penelitian Pendahuluan 3.4.1.1 Pembuatan Media
a. Media – media yang digunakan dipersiapkan terlebih dahulu seperti media TSB, TSA, dan GSP.
b. Media-media yang digunakan ditimbang sesuai dengan takaran kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer.
c. Aquades ditambahkan ke dalam labu erlenmeyer kemudian dihomogenisasi menggunakan stirrer.
d. Media TSB dituangkan kedalam tabung reaksi, media TSA dan GSP kedalam cawan petri. Proses penuangan dilakukan didekat bunsen agar bakteri yang tidak dibutuhkan tidak tumbuh pada media tersebut.
3.4.1.2Pembuatan Vaksin A. salmonicida dengan Penambahan Gliserol selama 24 Jam pada Suhu Ruang
1. Isolat bakteri A. salmonicida dikultur pada media cair TSB, lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang.
2. Pengkayaan bakteri dilakukan dengan memindahkan inokulum A.
salmonicida dari media TSB ke media TSA lalu diinkubasi selama 24 jam
pada suhu ruang.
3. Kemudian dilakukan pemanenan bakteri A. salmonicida, kumpulkan dengan batang spreader dan masukkan kedalam erlenmeyer menggunakan corong, 4. Vaksin diinaktifasi dengan penambahan formalin 1% kemudian diinkubasi
selama 24 jam pada suhu ruang.
5. Uji viabilitas bakteri pada medium spesifik GSP dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang.
6. Jika bakteri sudah tidak tumbuh, dilakukan pencucian formalin menggunakan PBS dengan cara disentrifuse dengan kecepatan 3500 rpm selama 30 menit. Sentriifuse dilakukan sebanyak 3 kali, setiap kali selesai sentrifuse,
supernatant dibuang.
7. Dihitung kepadatan vaksin inaktif dengan spektrofotometer (λ=625 nm) mengacu pada standar McFarland.
8. Gliserol ditambahkan ke dalam vaksin sesuai perlakuan masing–masing (gliserol 0,25%, gliserol 0,50% dan gliserol 0,75%).
3.4.1.3 Persiapan Penelitian
1. Dipersiapkan ikan mas (Cyprinus carpio L) ukuran 30 ± 0,15 gr sebanyak 200 ekor lalu diadaptasikan selama 1 minggu.
2. Ikan dipelihara dan diberi aerasi, serta diberi pakan pelet 2–3 kali sehari. 3. Selama masa pemeliharaan atau adaptasi dilakukan manajemen kualitas air
dan kesehatan ikan diantaranya sifon dan ganti air.
3.4.2 Uji Pengaruh Penambahan Gliserol pada Vaksin A. salmonicida Gliserol ditambahkan ke dalam vaksin inaktif A. salmonicida dengan 5 perlakuan, 3 ulangan. Perlakuannya adalah sebagai berikut :
A : Kontrol negatif, tanpa vaksin dan tanpa gliserol (berisi PBS) B : Kontrol positif, vaksin tanpa gliserol
C : Vaksin dengan penambahan gliserol 0,25% D : Vaksin dengan penambahan gliserol 0,50% E : Vaksin dengan penambahan gliserol 0,75%
Metode pemberian vaksin yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan penyuntikan secara intra peritoneal (i.p) dengan dosis 107 sel/ikan atau 0,1ml/ikan.
3.4.3 Pengamatan 3.3.1.1Titer Antibodi
1. Ikan yang terlebih dahulu dibius dengan minyak cengkeh diambil dan dimasukkan ke dalam ember.
2. Serum titer antibodi pada darah ikan diambil :
Penyimpanan Vaksin Pengambilan Darah
Penyimpanan Vaksin 0 hari 1. Sebelum vaksin
2. Seminggu setelah vaksin I
3. Seminggu setelah vaksin II (booster)
Penyimpanan Vaksin 30 hari 1. Sebelum vaksin
2. Seminggu setelah vaksin I
3. Seminggu setelah vaksin II (booster)
3. Darah diambil menggunakan spuit ukuran 1 ml pada bagian vena caudal. 4. Serum yang telah diambil disimpan di refrigerator. Pengujian dengan metode
aglutinasi mengacu pada prosedur standar mikroaglutinasi (Robberson, 1990) dengan sedikit modifikasi secara lengkap tahap uji aglutinasi adalah sebagai berikut :
1) Serum@ 25 µl dimasukkan kedalam sumuran 1 dan 2. 2) PBS@ 25 µl dimasukkan ke sumuran 2 – 12.
3) Sumuran kedua direpipeting (pipet ulang) untuk mengencerkan serum, kemudian dilanjutkan ke sumuran 3 sampai 11.
4) Ag@ 25 µl dimasukkan ke sumur 1 – 12.
5) Mikrotiter plate digoyang – goyangkan selama ± 3 menit dengan pola membentuk angka 8.
6) Hasil titer diinkubasi dalam refrigerator selama 1 malam.
3.4.3.2 Kualitas air
Parameter kualitas air yang diamati adalah oksigen terlarut, pH dan suhu. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan secara harian. Dengan harapan parameter kualitas air selama penelitian terukur dan masih berada dalam kisaran strandar kehidupan ikan uji (ikan mas).
3.4Parameter Uji
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pengaruh penambahan gliserol yang dilihat dari titer antibodi dan kualitas air.
3.5Analisis Data
Motto Hidup
Selalu berbuat baik kepada orang lain, tidak peduli balasan
apa yang diberikan, yang penting kita tidak berbuat jahat
pada orang lain.
(Rinda Aryani Putri)
Jangan melakukan suatu hal dikarenakan ingin memperoleh
pujian. Kerjakanlah karena itu hal yang benar untuk
dilakukan.
If we did all the things we are capable of, we would literally
astound ourselves.
Judul Skripsi : PENYIMPANAN VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL
Nama Mahasiswa : Rinda Aryani Putri
Nomor Pokok Mahasiswa : 0814111012
Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing
Wardiyanto, S.Pi, M.P Agus Setyawan, S.Pi., M.P.
NIP.1969070520001121001 NIP. 198408052009121003
2. Ketua Jurusan Budidaya Perairan
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Wardiyanto, S.Pi, M.P ...
Sekretaris : Agus Setyawan, S.Pi., M.P. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Esti Harpeni, S.T., MApp Sc. ...
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001
Kupersembahkan hasil karya
ini untuk orang tua tersayang, adik
ku dan keluarga ku
RIWAYAT HIDUP
Rinda Aryani Putri lahir di Bandar Lampung 27 Desember 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Sari Teladan Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1996. Pendidikan
Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Palapa Bandar Lampung selesai pada tahun 2002. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2005 di SMP Negeri 25 Bandar Lampung. Dan
menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2008 di SMA Negeri 3 Bandar Lampung.
dan Wakil Sekretaris Legislatif Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lampung periode 2011-2012.
Pada bulan Juni 2011 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Punjul Agung, Kabupaten Way Kanan selama 40 hari. Pada bulan Januari 2012 penulis melakukan Praktek Umum (PU) selama 30 hari di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat.
Hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Budidaya Perairan pada tahun 2012 dengan judul skripsi “Penyimpanan Vaksin Inaktif
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penyimpanan Vaksin Inaktif Whole Cell Aeromonas Salmonicida dengan
Penambahan Gliserol”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi kita Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di yaumil akhir
kelak, amin.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Unila,
2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan Unila, 3. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P., selaku pembimbing utama yang telah
membimbing, memberikan masukan dan saran kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.
4. Bapak Agus Setyawan, S.Pi., M.P., selaku pembimbing kedua dan sebagai pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan saran serta kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
7. Orang tua tersayang dan tercinta papa mama yang telah mendoakan dan memberi dukungan penuh dalam segala hal.
8. Adikku A. Irfandi Indra serta keluarga yang selalu memberi do’a dan dukungannya kepada penulis.
9. Teman seperjuangan Ria Hindra Sari yang bersama-sama melakukan penelitian dari awal sampai akhirnya menjadi sebuah skripsi.
10. Teman seperjuangan penelitian Septi, Selvi dan Romaria yang sama-sama melakukan penelitian di Laboratorium Budidaya Perairan (Lab. Basah). 11. Sahabat-sahabat pendukung Lisa (Bantet) dan Qorie (Bakpau) yang telah
menemani, mendoakan dan memberikan semangat.
12. Ucup, Dedo, Rudy, Deny, Resto, Bang Jul, Bang Bay, Bang Sad, Ani dan Manja yang telah mendukung dan membantu selama penelitian.
13. Tamu undangan Frandika dan Imeh yang mau menemani dan memberikan dukungan sampai kompre selesai.
14. Teman–teman Jurusan Budidaya Perairan Unila, angkatan 2004–2011, khususnya angkatan 2008 atas kebersamaan, bantuan serta dukunganya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi Program Sarjana di Jurusan Budidaya Perairan UNILA dengan baik.
15. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu terimakasih atas do’a
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, baik kata, teknik penulisan maupun tata bahasa. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini agar skripsi ini dapat diterima di masyarakat serta dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
Bandar Lampung, November 2012
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa penyimpanan vaksin whole cell A. salmonicida selama 30 hari pada suhu refrigerator dengan
penambahan gliserol 0,50% merupakan dosis yang terbaik.
5.2Saran